PENDIDIKAN
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kebijakan Pendidikan
Oleh :
Desi Lestari
( 1100661 )
Giya Afdila
( 1001978 )
Ismala Sari
( 1103936 )
Novtryananda
( 1101112 )
Okyendra Putri
( 1105108 )
Vera Hermawaty
( 1103609 )
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan salah satu indikator dalam meningkatkan
pembangunan nasional. Melalui pendidikan, watak dan kepribadian bangsa
dibina dan dibentuk. Sayangnya, tidak semua warga negara Indonesia mampu
mengenyam pendidikan. Padahal dengan pendidikan derajat suatu bangsa
akan dipandang oleh negara-negara lain.
Pembentukan manusia-manusia yang bermoral dan bertabat terjadi dalam
proses pendidikan. Dimana, proses pendidikan ini sifatnya kompleksitas.
Karena sifat pendidikan yang kompleksitas maka perlu adanya suatu
pengelolaan pendidikan yang baik, yang mencakup budaya, pengetahuan,
nilai-nilai dasar, dan ideologi bangsa.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses belajar mengajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan merupakan
usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses
pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat
karena Pendidikan juga merupakan modal manusia untuk mengembangkan
Bangsa ini. Pendidikan juga mempunyai tugas menyiapkan sumber daya
manusia untuk pembangunan, hal tersebut dapat ditegaskan dalam teori
human capital dimana manusia merupakan investasi masa depan, pendidikan
merupakan modal manusia untuk mengahadapi masa depan dan beperan
dalam mengembangkan Bangsa.
Namun saat ini banyak permasalahan yang menimpa pendidikan kita,
mulai dari rendahnya pemerataan pendidikan sampai biaya pendidikan yang
mahal. Dampak tersebut akan berpengaruh pada pendidikan kedepannya. Jika
hal tersebut dibiarkan maka akan berpengaruh pada perkembangan bangsa
kita, Bangsa ini akan semakin terpuruk. Dengan adanya permasalahan
tersebut diperlukan adanya kebijakan. Dengan dibuatnya kebijakan
diharapkan dapat mempermudah dalam pengambilan keputusan untuk
menangani berbagai permasalahan pendidikan.
pelaksanaan
suatu
program
kerja
ataupun
mengatasi
permasalahan.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka diperlukan kajian mengenai
kebijakan otonomi daerah yang berkaitan dengan pendidikan yang
selanjutnya akan kami bahas di bagian selanjutnya.
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari analisis kebijakan dari analisis kebijakan otonomi daerah
dalam ranah pendidikan yaitu untuk mengetahui evaluasi dampak dari
kebijakan Otonomi Daerah dalam bidang Pendidikan.
C. KAJIAN TEORI
1. SECARA FILOSOFIS
Untuk lebih memperjelas dan mempertegas filosofi dasar otonomi
daerah dan birokrasi Pemerintahan Daerah, telah diterbitkan UU no 32
tahun 2004 dan UU no 33 tahun 2004sebagai pengganti UU 22 tahun
1999 dan UU no 25 tahun 1999. Dengan adanya UU no 32 tahun 2004
dan UU no 33 tahun 2004 ini, diharapkan dapat diterbitkan konsepkonsep rencana tindakan strategis yang lebih reformatif yang bersifat
antisipatif terhadap tuntunan reformasi mayarakat, untuk menciptakan
clean and accountable goverment, yang tahu apa yang harus diperbuat
dan berbuat, sesuai atauran (UU) yang telah disepakati. Diharapkan
dengan adanya otonomi daerah, pembangunan kewilayahan Indonesia
bisa lebih cepat dipacu. Ini disebabkan adanya peran daerah yang lebih
besar ketimbang peran pemerintah pusat. Pemerintah pusat hanya
memainkan peranan sebagai fasilisator dan dinamisator. Sementara
pemerintah daerah, baik provinsi, kabupaten dan kota, menjadi perencana,
pelaksana, dan pengendali program pembangunan masing-masing.
Otonomi daerah dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
pemerintahan. Dengan otonomi daerah pengambilan keputusan lebih
menggali
sumber-sumber
potensi
yang
ada
di
daerahnya
masing-masing.
Di Indonesia otonomi daerah diatur dalam UU No. 22 Tahun 1999 dan
UU No. 25 Tahun 1999, dengan pengertian bahwa otonomi daerah
merupakan desentralisasi kewenangan dari pemerintah ke pemerintah
dengan
desentraisasi
daerah
akan
mengalami
proses.
yang
cenderung
ke
arah
disentralisasi.
Namun
No.32 Tahun 2004. Sejak itu, penerapan otonomi daerah berjalan cepat.
Prinsip otonomi daerah adalah pemerintahan daerah diberi wewenang
untuk mengelola daerahnya sendiri. Hanya saja ada beberapa bidang yang
tetap ditangani pemerintah pusat, yaitu agama, peradilan, pertahanan, dan
keamanan, moneter/fiscal, politik luar negeri dan dalam negeri serta
sejumlah kewenangan bidang lain (meliputi perencanaan nasional dan
pengendalian pembangunan secara makro, dana perimbangan keuangan,
sistem administrasi Negara dan lembaga perekonomian Negara,
pembinaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta
teknologi tinggi yang strategis, dan konversi serta standarisasi nasional).
Sumber daya alam daerah di Indoinesia yang tidak merata juga
merupakan salah satu penyebab diperlukannya suatu sistem pemerintahan
yang memudahkan pengelolaan sumber daya alam yang merupakan
sumber pendapatan daerah sekaligus menjadipendapatan nasional. Sebab
seperti yang kita ketahui bahwa terdapat beberapa daerah yang
pembangunannya memang harus lebih cepat daripada daerah lain. Karena
itulah pemerintah pusat membuat suatu sistem pengelolaan pemerintahan
di tingkat daerah yang disebut otonomi daerah.
Pada kenyataannya, otonomi daerah itu sendiri tidak bisa diserahkan
begitu saja pada pemerintah daerah. Selain diatur dalam perundangundangan, pemerintah pusat juga harus mengawasi keputusan-keputusan
yang diambil oleh pemerintah daerah. Apakah sudah sesuai dengan tujuan
nasional, yaitu pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Republik
Indonesia yang berdasar pada sila Kelima Pancassila, yaitu Keadilan
Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Tuntutan akan pengelolaan
pmerintahan daerah yang mandiri dengan semangat otonomi daerah
semakin marak. Namun demikian, kebijakan otonomi daerah disalah
artikan oleh jajaran pengelola pemerintah di daerah. Otonomi daerah
dipahami sebagai kebebasan mengelola sumber daya daerah yang
cenderung melahirkan pemerintahan daerah yang tidak profesional dan
tidak terkontrol.
Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 telah menjelaskan
bagaimana pembagian urusan pemerintahan dalam bidang pendidikan.
yang
cenderung
ke
arah
disentralisasi.
Namun
D. ANALISIS
PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN
SUB BIDANG
1. Kebijakan
SUB-SUB BIDANG
1. Kebijakan dan
Standar
PEMERINTAH
1.a. Penetapan kebijakan
nasional pendidikan.
b.
c.
Koordinasi dan
sinkronisasi kebijakan
operasional dan program
pendidikan antar provinsi.
Perencanaan strategis
pendidikan nasional.
PEMERINTAHAN
DAERAH PROVINSI
1.a. Penetapan kebijakan
operasional pendidikan
di provinsi sesuai
dengan kebijakan
nasional.
b.
b. Koordinasi dan
sinkronisasi kebijakan
operasional dan
program pendidikan
antar kabupaten/kota.
c. Perencanaan strategis
pendidikan anak usia
dini, pendidikan dasar,
pendidikan menengah
dan pendidikan
PEMERINTAHAN
DAERAH
KABUPATEN/KOTA
1.a. Penetapan kebijakan
operasional pendidikan di
kabupaten/kota sesuai
dengan kebijakan nasional
dan provinsi.
c. Perencanaan operasional
program pendidikan anak
usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan
nonformal sesuai dengan
perencanaan strategis
SUB BIDANG
SUB-SUB BIDANG
PEMERINTAH
PEMERINTAHAN
DAERAH PROVINSI
nonformal sesuai
dengan perencanaan
strategis pendidikan
nasional.
penetapan standar
nasional pendidikan (isi,
proses, kompetensi
lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan
prasarana, pengelolaan,
2.a.
pembiayaan, dan penilaian
pendidikan).
.
3.a.
PEMERINTAHAN
DAERAH
KABUPATEN/KOTA
tingkat provinsi dan
nasional.
2.a.
Sosialisasi
standar nasional
pendidikan dan
pelaksanaannya pada
jenjang pendidikan tinggi.
Penetapan pedoman
pengelolaan dan
penyelenggaraan
pendidikan anak usia dini,
10
b.
Sosialisasi dan
pelaksanaan standar
nasional pendidikan di
b. Sosialisasi dan
pelaksanaan standar
nasional pendidikan di
tingkat kabupaten/kota.
SUB BIDANG
SUB-SUB BIDANG
PEMERINTAHAN
DAERAH PROVINSI
PEMERINTAH
pendidikan dasar,
pendidikan menengah,
pendidikan tinggi, dan
pendidikan nonformal.
tingkat provinsi.
11
PEMERINTAHAN
DAERAH
KABUPATEN/KOTA
4.
SUB BIDANG
SUB-SUB BIDANG
PEMERINTAH
5.a. Pemberian izin pendirian
PEMERINTAHAN
DAERAH PROVINSI
5.a.
pengelolaan satuan
pendidikan dan/atau
program studi bertaraf
internasional
d.
12
PEMERINTAHAN
DAERAH
KABUPATEN/KOTA
5.a. Pemberian izin pendirian
serta pencabutan izin
satuan pendidikan dasar,
satuan pendidikan
menengah dan
satuan/penyelenggara
pendidikan nonformal.
b.
b.
c. Penyelenggaraan
dan/atau pengelolaan
satuan pendidikan
dan/atau program studi
bertaraf internasional
pada jenjang
pendidikan dasar dan
menengah.
d.
c. Penyelenggaraan dan/atau
pengelolaan satuan
pendidikan sekolah dasar
bertaraf internasional.
SUB BIDANG
SUB-SUB BIDANG
PEMERINTAHAN
DAERAH
KABUPATEN/KOTA
keunggulan lokal.
PEMERINTAHAN
DAERAH PROVINSI
PEMERINTAH
e.
e. Penyelenggaraan dan/atau
pengelolaan pendidikan
berbasis keunggulan lokal
pada pendidikan dasar dan
menengah.
e.
6.
Pengelolaan dan/atau
penyelenggaraan
pendidikan tinggi.
6.
7.
8.
Penyelenggaraan sekolah
Indonesia di luar negeri.
9.
13
7.
8.
Pemberian dukungan
sumber daya terhadap
penyelenggaraan
perguruan tinggi.
Pemantauan dan
evaluasi satuan
pendidikan bertaraf
internasional.
6.
Pemberian dukungan
sumber daya terhadap
penyelenggaraan
perguruan tinggi.
7.
8.
SUB BIDANG
SUB-SUB BIDANG
PEMERINTAHAN
DAERAH PROVINSI
PEMERINTAH
pembinaan satuan
pendidikan Asing di
Indonesia.
9.
10.a.Pengembangan sistem
informasi manajemen
pendidikan secara
nasional.
b. Peremajaan data dalam
sistem informasi
manajemen pendidikan
nasional untuk tingkat
nasional.
10. a.
10. a.
b. Peremajaan data
dalam sistem
infomasi manajemen
pendidikan nasional
untuk tingkat
provinsi.
2. Pembiayaan
14
PEMERINTAHAN
DAERAH
KABUPATEN/KOTA
9.
1.a.
1.a.
SUB BIDANG
SUB-SUB BIDANG
PEMERINTAH
PEMERINTAHAN
DAERAH PROVINSI
PEMERINTAHAN
DAERAH
KABUPATEN/KOTA
pembiayaan pendidikan
anak usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan
menengah, pendidikan
tinggi, pendidikan
nonformal.
b. Penyediaan bantuan biaya
penyelenggaraan
pendidikan tinggi sesuai
kewenangannya.
c. Pembiayaan penjaminan
15
b. Penyediaan bantuan
biaya penyelenggaraan
pendidikan bertaraf
internasional sesuai
kewenangannya.
c. Pembiayaan
penjaminan mutu
satuan pendidikan
sesuai kewenangannya.
c. Pembiayaan penjaminan
mutu satuan pendidikan
sesuai kewenangannya.
SUB BIDANG
3. Kurikulum
SUB-SUB BIDANG
PEMERINTAH
1.a.Penetapan kerangka dasar
dan struktur kurikulum
pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar dan
pendidikan menengah.
b.
Sosialisasi kerangka
dasar dan struktur
kurikulum pendidikan
anak usia dini, pendidikan
dasar, dan pendidikan
menengah.
16
PEMERINTAHAN
DAERAH PROVINSI
1.a.Koordinasi dan
supervisi
pengembangan
kurikulum tingkat
satuan pendidikan
pada pendidikan
menengah.
b. Sosialisasi kerangka
dasar dan struktur
kurikulum pendidikan
anak usia dini,
pendidikan dasar, dan
pendidikan
menengah.
c. Sosialisasi dan
implementasi standar
isi dan standar
kompetensi lulusan
pendidikan
PEMERINTAHAN
DAERAH
KABUPATEN/KOTA
1.a.Koordinasi dan supervisi
pengembangan kurikulum
tingkat satuan pendidikan
pada pendidikan dasar.
b. Sosialisasi kerangka
dasar dan struktur
kurikulum pendidikan
anak usia dini,
pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
c. Sosialisasi dan
implementasi standar
isi dan standar
kompetensi lulusan
pendidikan dasar.
2.a.
SUB BIDANG
SUB-SUB BIDANG
PEMERINTAH
2.a. Pengembangan model
kurikulum tingkat satuan
pendidikan pada
pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan
pendidikan nonformal.
b. Sosialisasi dan fasilitasi
implementasi kurikulum
tingkat satuan pendidikan.
3. Pengawasan pelaksanaan
kurikulum tingkat satuan
pendidikan pada pendidikan
anak usia dini, pendidikan
dasar, dan pendidikan
menengah.
17
PEMERINTAHAN
DAERAH PROVINSI
PEMERINTAHAN
DAERAH
KABUPATEN/KOTA
menengah.
2.a.
b. Sosialisasi dan
fasilitasi implementasi
kurikulum tingkat
satuan pendidikan pada 3. Pengawasan pelaksanaan
pendidikan menengah.
kurikulum tingkat satuan
pendidikan pada pendidikan
3. Pengawasan
dasar.
pelaksanaan kurikulum
tingkat satuan
pendidikan pada
pendidikan menengah.
SUB BIDANG
4. Sarana dan
Prasarana
SUB-SUB BIDANG
PEMERINTAH
1.a. Monitoring dan evaluasi
pelaksanaan dan
pemenuhan standar
nasional sarana dan
prasarana pendidikan.
PEMERINTAHAN
DAERAH PROVINSI
1.a. Pengawasan terhadap
pemenuhan standar
nasional sarana dan
prasarana pendidikan
menengah.
b.
b. Pengawasan
pendayagunaan bantuan
sarana dan prasarana
pendidikan.
Pengawasan
pendayagunaan
bantuan sarana dan
prasarana pendidikan.
2.a.
PEMERINTAHAN
DAERAH
KABUPATEN/KOTA
1.a. Pengawasan terhadap
pemenuhan standar
nasional sarana dan
prasarana pendidikan anak
usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan
nonformal.
b. Pengawasan
pendayagunaan bantuan
sarana dan prasarana
pendidikan.
2.a.
pengesahan kelayakan
buku pelajaran.
b.
b. Pengawasan
penggunaan buku
pelajaran pendidikan
menengah.
18
b. Pengawasan penggunaan
buku pelajaran pendidikan
anak usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan
SUB BIDANG
SUB-SUB BIDANG
PEMERINTAH
5. Pendidik dan
Tenaga
Kependidikan
1.a.Perencanaan kebutuhan
dan pengadaan pendidik
dan tenaga kependidikan
secara nasional.
PEMERINTAHAN
DAERAH PROVINSI
1.a.Perencanaan
kebutuhan pendidik
dan tenaga
kependidikan untuk
pendidikan bertaraf
internasional sesuai
kewenangannya.
PEMERINTAHAN
DAERAH
KABUPATEN/KOTA
menengah, dan pendidikan
nonformal.
1.a.Perencanaan kebutuhan
pendidik dan tenaga
kependidikan pendidikan
anak usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan
nonformal sesuai
kewenangannya.
b.
b. Pengangkatan dan
penempatan pendidik
dan tenaga
kependidikan PNS
untuk satuan
pendidikan bertaraf
internasional.
2.
Pemindahan
19
b. Pengangkatan dan
penempatan pendidik dan
tenaga kependidikan PNS
untuk pendidikan anak
usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan
menengah, dan
pendidikan nonformal
sesuai kewenangannya
2.
Pemindahan
SUB BIDANG
SUB-SUB BIDANG
PEMERINTAH
pendidik dan tenaga
kependidikan PNS antar
provinsi.
3.
2.
Pemindahan
pendidik dan tenaga
kependidikan PNS antar
kabupaten/kota.
3.
Peningkatan
kesejahteraan, penghargaan,
dan perlindungan pendidik 3.
Peningkatan
dan tenaga kependidikan.
kesejahteraan,
penghargaan, dan
perlindungan pendidik
dan tenaga kependidikan
pendidikan bertaraf
internasional.
4.a.
Perencanaan
kebutuhan, pengangkatan,
dan penempatan pendidik
dan tenaga kependidikan
4.a.
Pe
bagi unit organisasi di
mbinaan dan
lingkungan departemen
pengembangan
yang bertanggungjawab di
pendidik dan tenaga
bidang kependidikan.
kependidikan
pendidikan bertaraf
20
PEMERINTAHAN
DAERAH
KABUPATEN/KOTA
pendidik dan tenaga
kependidikan PNS di
kabupaten/ kota.
PEMERINTAHAN
DAERAH PROVINSI
Peningkatan
kesejahteraan, penghargaan,
dan perlindungan pendidik
dan tenaga kependidikan
pendidikan pendidikan anak
usia dini, pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan
pendidikan nonformal.
4.a.
Pembi
naan dan pengembangan
pendidik dan tenaga
kependidikan pendidikan
anak usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan
nonformal.
SUB BIDANG
SUB-SUB BIDANG
PEMERINTAH
b. Pemberhentian pendidik
dan tenaga kependidikan
PNS karena pelanggaran
peraturan perundangundangan.
5.
6.
Sertifikasi
pendidik.
internasional.
b. Pemberhentian pendidik
dan tenaga kependidikan
PNS pada pendidikan anak
usia dini, pendidikan
b.Pemberhentian
dasar, pendidikan
pendidik dan tenaga
menengah, dan pendidikan
kependidikan PNS
nonformal selain karena
pada pendidikan
alasan pelanggaran
bertaraf internasional
peraturan perundangselain karena alasan
undangan.
pelanggaran peraturan 5.
perundang-undangan
5.
Pengalokasian tenaga
potensial pendidik dan
tenaga kependidikan di
daerah.
6.
21
PEMERINTAHAN
DAERAH
KABUPATEN/KOTA
PEMERINTAHAN
DAERAH PROVINSI
6.
SUB BIDANG
6. Pengendalian
Mutu
Pendidikan
SUB-SUB BIDANG
1. Penilaian Hasil
Belajar
PEMERINTAH
1.
2.
3.
Koordinasi, fasilitasi,
monitoring, dan evaluasi
pelaksanaan ujian nasional.
4.
5.
Penyediaan biaya
penyelenggaraan ujian
nasional.
22
PEMERINTAHAN
DAERAH
KABUPATEN/KOTA
PEMERINTAHAN
DAERAH PROVINSI
1.
2.
Membantu
pelaksanaan ujian
nasional pendidikan
dasar, pendidikan
menengah, dan
pendidikan nonformal.
2.
Membantu pelaksanaan
ujian nasional pendidikan
dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan
nonformal.
3.
Koordinasi, fasilitasi,
monitoring, dan
evaluasi pelaksanaan
ujian sekolah skala
provinsi.
3.
Koordinasi, fasilitasi,
monitoring, dan evaluasi
pelaksanaan ujian sekolah
skala kabupaten/kota.
4.
4.
SUB BIDANG
SUB-SUB BIDANG
PEMERINTAHAN
DAERAH PROVINSI
PEMERINTAH
5.
2. Evaluasi
Penyediaan biaya
penyelenggaraan ujian
sekolah skala provinsi.
PEMERINTAHAN
DAERAH
KABUPATEN/KOTA
5. Penyediaan biaya
penyelenggaraan ujian
sekolah skala
kabupaten/kota.
1.a.
1.a.
b.
b.
evaluasi terhadap
pengelola, satuan, jalur,
jenjang dan jenis
pendidikan.
b.
Pelaksanaan evaluasi
nasional terhadap
pengelola, satuan, jalur,
jenjang dan jenis
pendidikan.
23
Pelaksanaan evaluasi
pengelola, satuan,
jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan pada
pendidikan anak usia
dini, pendidikan dasar,
pendidikan menengah,
dan pendidikan
nonformal skala
provinsi.
Pelaksanaan evaluasi
pengelola, satuan, jalur,
jenjang, dan jenis
pendidikan pada
pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan
pendidikan nonformal
skala kabupaten/kota.
SUB BIDANG
SUB-SUB BIDANG
PEMERINTAH
evaluasi pencapaian
standar nasional
pendidikan.
b.
3. Akreditasi
Pelaksanaan evaluasi
pencapaian standar
nasional pendidikan.
2.a.
PEMERINTAHAN
DAERAH
KABUPATEN/KOTA
2.a.
b.
b.
PEMERINTAHAN
DAERAH PROVINSI
Pelaksanaan evaluasi
pencapaian standar
nasional pendidikan
pada pendidikan anak
usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan
menengah, dan
pendidikan nonformal
skala provinsi.
1.a.
Pelaksanaan evaluasi
pencapaian standar
nasional pendidikan pada
pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan
pendidikan nonformal
skala kabupaten/kota.
1.a.
pendidikan jalur
pendidikan formal dan
nonformal.
24
b. Membantu
pemerintah dalam
pelaksanaan akreditasi
pendidikan dasar dan
b. Membantu pemerintah
dalam akreditasi
pendidikan nonformal.
SUB BIDANG
SUB-SUB BIDANG
PEMERINTAHAN
DAERAH
KABUPATEN/KOTA
PEMERINTAHAN
DAERAH PROVINSI
PEMERINTAH
menengah.
4. Penjaminan Mutu
1. Penetapan pedoman
penjaminan mutu satuan
pendidikan.
.a. Supervisi dan fasilitasi
satuan pendidikan
dalam pelaksanaan
penjaminan mutu untuk
memenuhi standar
nasional pendidikan.
1.
1.
.a.
satuan pendidikan
bertaraf internasional
dalam penjaminan
mutu untuk memenuhi
standar internasional.
c.
c.
25
SUB BIDANG
SUB-SUB BIDANG
PEMERINTAH
PEMERINTAHAN
DAERAH PROVINSI
d. Evaluasi pelaksanaan
dan dampak
penjaminan mutu
satuan pendidikan
skala provinsi.
26
PEMERINTAHAN
DAERAH
KABUPATEN/KOTA
c. Supervisi dan Fasilitasi
satuan pendidikan
berbasis keunggulan
lokal dalam penjaminan
mutu.
d.
Evaluasi pelaksanaan
dan dampak penjaminan
mutu satuan pendidikan
skala kabupaten/kota.
E. HASIL
Dari analisis menurut PP No. 38 Tahun 2007 mengenai pembagian
urusan pemerintahan bidang pendidikan bahwa kewenangan pemerintah pusat
dan kewenangan Pemerintah Provinsi, serta Pemerintah Kabupaten Kota,
yaitu dilihat dari beberapa Komponen sebagai berikut:
Kebijakan
Dalam penetapan kebijakan nasional, koordinasi dan sinkronisasi
kebijakan oprasional program pendidikan antar provinsi, serta perencanaan
strategis pendidikan nasional. Kemudian, ketetapan ini akan dijadikan sebagai
acuan bagi pemerintah provinsi untuk perencanaan strategis pendidikan
dilihat dari jenjang dan jalur pendidikan yang disesuaikan dengan analisis
kebutuhan provinsi, yang selanjutnya menjadi acuan bagai pemerintah
kabupaten/kota untuk perencanaan oprasional program pendidikan berdasar
pada Standar Nasional Pendidikan. Dengan demikian, pemerintah daerah
provinsi ataupun pemerintah daerah kabupaten/kota, memiliki kewenangan
dalam mengatur penetapan kebijakan oprasional pendidikan yang disesuaikan
dengan kebijakan nasional dan provinsi. Contohnya kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah Kota Bandung mengenai Penerimaan Siswa Baru,
dimana siswa yang menetap pada suatu kecamatan memiliki dua pilihan
untuk melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya, yang pertama, siswa
memilih sekolah yang berada di kecamatan tersebut, dengan adanya
penambahan nilai akhir sebesar 1,1 (satu koma satu). Yang kedua, apabila
siswa memilih sekolah diluar kecamatan tersebut maka, siswa tidak akan
mendapatkannya. Dilihat dari kebijakan yang dikeluarkan tersebut, akan
berdampak bahwa pada setiap kecamatan terdapat sekolah yang unggul,
selain itu adanya pemerataan pendidikan, dan meningkatnya mutu
pendidikan. Meskipun demikian, tidak semua pemerintah kota/kabupaten
mengeluarkan kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan, terlebih lagi hal
ini sering dipengaruhi oleh politis. Sehingga, otonomi daerah dalam hal
kebijakan yang berkenaan dengan pendidikan, utamanya tergantung kepada
bagaimana pemerintah daerah provinsi atau daerah kabupaten/kota untuk
lebih memperhatikan kembali potensi-potensi yang ada untuk lebih
mengembangkan daerahnya.
Pembiayaan
27
28
atau
mengutamakan
untuk
peningkatan
mutu
pusat.
Pemerintah
provinsi
hanya
berlaku
sebagai
itu
Kabupaten/Kota.
merupakan
Meskipun
tanggungjawab
demikian,
tidak
dari
Pemerintah
semua
pemerintah
kewenagan
Pemerintah
Provinsi
dan
Pemerintah
30
pelimpahan
wewenang
sejalan
dengan
kebijakan
pendidikan
nasional.
32
33
meningkatkan
efisiensi
pengelolaan
dan
efisiensi
dalam
pendidikan
akan
meningkatnya
pemerataan
memperoleh
kesempatan
Daerah
adalah
untuk
memberdayakan
masyarakat,
34
untuk daerah yang miskin. sebab itu tanpa intervensi kebijakan nasional
yang dapat menerapkan subsidi silang, peran serta masyarakat dalam
sistem desentralisasi akan dapat menjurus memperlebar jurang
ketimpangan pemerataan fasilitas pendidikan, yang akhirnya juga akan
memperlebar jurang kesenjangan ekonomi antar daerah.
Keenam, akuntabilitas. Bahwa melalui otonomi pengambilan
keputusan yang menyangkut pelaksanaan layanan jasa pendidikan akan
semakin mendekati masyarakat yang dilayaninya (klien) sehingga
akuntabilitas layanan tersebut bergeser dari yang lebih berorientasi
kepada kepentingan pemerintah pusat kepada akuntabilitas yang lebih
berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Ini menuntut lebih besar
partisipasi masyarakat dan orang tua dalam pengambilan keputusan
tentang pelaksanaan pendidikan di daerah.
Keenam permasalahan tersebut perlu dipertimbangkan lebih
mendalam. Paling tidak, sebelum benar-benar otonomisasi itu dijalankan
dan sebelas bidang di atas diserahkan sepenuhnya pada daerah, maka
perlu dilakukan pengkondisian lebih dulu dengan memperhatikan sumber
dana dan sumber daya yang dimiliki masing-masing daerah. Setelah
dianggap mampu menjalankan otonomi, maka kebijakan tersebut dapat
diberlakukan sepenuhnya.
Dengan kata lain kebijakan otonomi daerah dalam dunia
pendidikan masih dapat dikatakan belum berjalan secara efeksitf dan
efisien. Karena banyak sekali program-program pendidikan yang di
wewenangkan kepada daerah yang belum berjalan secara maksimal.
Masih perlu banyak perbaikan untuk mencapai keefektifan dan
keefisiensian program otonomi daerah ini.
Kecukupan
Kebijakan pendidikan merupakan upaya perbaikan dalam tataran
konsep pendidikan, perundang-undangan, peraturan dan pelaksanaan
pendidikan serta menghilangkan prakti-praktik pendiidkan dimsa lalu
yang tidak sesuai atau kurang kurang baik sehingga segala aspek
pendiidkan dimasa mendatang menjadi lebih baik. Kebijakan pendidikan
diperlukan agar tujuan pendidikan nasional dapat tercapai. Sejalan
dengan PP No. 38 tahun 2007 mengenai pembagian kewengan dalam
35
diperhatikan
meskipun
hanya
beberapa
persen
wilayah,
36
potensi sumber daya yang dimiliki; 2) Efisiensi Keuangan hal ini dapat
dicapai
dengan
memanfaatkan
sumber-sumber
pajak
lokal
dan
administrasi,
pendapatan
dan
biaya
pendidikan
serta
G. KESIMPULAN
Meskipun sistem desentralisasi belum berjalan sesuai dengan harapan
karena kebijakan mengenai otonomi daerah ini sudah ada sejak tahun 1999,
yang kemudian dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000
bahwasanya seluruh urusan pendidikan menjadi kewenang pemerintah
Daerah dan dilengkapi dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2004. Tetapi
otonomi daerah belum dapat berjalan baik, ini disebabkan karena faktorfaktor eksternal ataupun internal.
Dilihat dari hasil evaluasi kebijakan berdasarkan 6 indikator dijelaskan
diatas, dapat kami simpulkan bahwa Kebijakan Otonomi Daerah dalam
Bidang Pendidikan belum berhasil.
H. REKOMENDASI
Adapun beberapa rekomendasi dari kami untuk perbaikan kebijakan otonomi
daerah yaitu:
1.
Pemerintah
harus
mensosialisasikan
mengenai
38
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Online:
Kusuma Andriawan. (2012). Sosiologi hukum tentang otonomi daerah. Tersedia
[Online]
http://publicuniversite.blogspot.com/2012/08/sosiologi-hukum-tentang-
otonomi-daerah.html
http://politikdemokrasi.blogspot.com/2011/03/otonomi-daerah.html
http://dzykraarfiansyah.blogspot.com/2011/11/otonomi-daerah-uu-no-22-tahun1999.html
http://burhanhito.blogspot.com/2009/06/otonomi-daerah.html
http://pakguruonline.pendidikan.net/otonomi_pendidikan.html
39