Anda di halaman 1dari 24

PEMERINTAHAN DAERAH

Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat dilihat bahwa karakteristik yang melekat
pada Pemerintah Daerah adalah sebagai berikut:
1. Merupakan unsur penyelenggara pemerintahan yang dipimpin oleh Kepala
Daerah.
2. Memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan di
daerah.
3. Kewenangan mengatur tersebut didasarkan pada asas otonomi dan tugas
pembantuan.

3.1.1 Kepala Daerah


Berdasarkan wilayah administratif yang menjadi wilayah kerja perangkat
pemerintahan, Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas Daerah Provinsi dan
Daerah Provinsi dibagi atas Daerah Kabupaten/Kota.
Kepala Daerah Provinsi adalah Gubernur dan Kepala Daerah Kabupaten/Kota adalah
Bupati/Wali Kota. Dalam sistem pemerintahan di Indonesia, kedudukan Gubernur
adalah sebagai wakil Pemerintah Pusat dalam menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat di Daerah dan sekaligus
sebagai pemimpin dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum di Daerah
Provinsi. Sedangkan kedudukan Bupati/Wali Kota adalah sebagai pemimpin dalam
melaksanakan urusan pemerin-tahan umum di Daerah Kabupaten/Kota.
Urusan pemerintahan absolut adalah urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat. Dalam melaksanakan urusan pemerintahan absolut,
Pemerintah Pusat melaksanakan sendiri atau melimpahkan wewenang kepada
instansi vertikal yang ada di daerah atau Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat
berdasarkan asas dekonsentrasi.
Urusan pemerintahan absolut meliputi: Politik luar negeri, Pertahanan, Keamanan,
Yustisi, Moneter dan fiskal moneter dan Agama
Urusan pemerintahan konkuren adalah urusan pemerintahan yang dibagi antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah provinsi dan kabupaten/kota. Urusan
pemerintahan konkuren yang diserahkan ke daerah menjadi dasar pelaksanaan
otonomi daerah. Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan daerah
terdiri atas: (a) urusan pemerintahan wajib dan (b) urusan pemerintahan pilihan.
Urusan pemerintahan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan
oleh semua daerah. Urusan pemerintahan wajib terdiri atas :

1
1. Urusan pemerintahan yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar tetapi wajib
diseleng-garakan oleh semua daerah, yang meliputi:
a. Tenaga kerja
b. Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
c. Pangan
d. Pertanahan
e. Lingkungan hidup
f. Administrasi kependudukan dan pencatatan sipil
g. Pemberdayaan masyarakat dan desa
h. Pengendalian pendudukn dan keluarga berencana
i. Perhubungan
j. Komunikasi dan informatika
k. Koperasi, usaha kecil, dan menengah
l. Penamanan modal
m. Kepemudaan dan olah raga
n. Statistik
o. Persandian
p. Kebudayaan
q. Perpustakaan
r. Kearsipan

Urusan pemerintahan pilihan adalah urusan pemerintahan yang diselenggarakan oleh


daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerah. Urusan pemerintahan pilihan
meliputi:
1. Kelautan dan perikanan
2. Pariwisata
3. Pertanian
4. Kehutanan
5. Energi dan sumber daya mineral
6. Perdagangan
7. Perindustrian
8. Transmigrasi
a. Penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Pemerintah
Pusat
b. Peranan strategis bagi kepentingan nasional.

1. Kritera urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah


provinsi adalah:
a. Lokasinya lintas kabupaten/kota
b. Penggunanya lintas kabupaten/kota
c. Manfaat atau dampak negatifnya lintas kabupaten/kota

2
d. Penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh provinsi

2. Kriteria urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah


kabupaten/ kota adalah:
a. Lokasinya di dalam kabupaten/kota
b. Penggunanya dalam kabupaten/kota
c. Manfaat atau dampak negatifnya hanya dalam kabupaten/kota
d. Penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh pemerintah
kabupaten/kota.

Urusan pemerintahan umum meliputi:


1. Pembinaan wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional dalam rangka
memantapkan pengamalan Pancasila, pelaksanaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pelestarian Bhineka Tunggal Ika, serta
pemertahanan dan pemeliharaan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa
3. Pembinaan kerukunan antarsuku dan intrasuku, umat beragaman, ras, dan
golongan lainnya guna mewujudkan stabilitas keamanan lokal, regional, dan
nasional.
4. Penanganan konflik sosial sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Koordinasi pelaksanaan tugas antarinstansi pemerintahan yang ada di wilayah
provinsi dan kabupaten/kota untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul
dengan memperhati-kan prinsip demokrasi, hak asasi manusia, pemertaan,
keadilan, keistimewaan dan kekhususan, potensi serta keanekaragaman daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
6. Pengembangan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila
7. Pelaksanaan semua urusan pemerintahan yang bukan merupakan kewenangan
daerah dan tidak dilaksanakan oleh instansi vertikal.

3
3.1.3 Asas Otonomi dan Tugas Pembantuan
Penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah dilaksanakan berdasarkan tiga
sistem, yaitu:
1. Desentralisasi
2. Dekonsentrasi
3. Tugas Pembantuan
Desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Pusat
kepada daerah otonom berdasarkan asas otonomi. Asas otonomi adalah prinsip dasar
penyelengga-raan pemerintahan daerah berdasarkan Otonomi Daerah. Adapun
otonomi daerah adalah hak dan wewenang serta kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Daerah
otonom yang selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem NKRI.

3.2 STRUKTUR PEMERINTAHAN DAERAH


Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah disebutkan
bahwa Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Selanjutnya
dijelaskan bahwa Daerah dibedakan menjadi dua, yaitu daerah Provinsi dengan
kepala daerah Gubernur dan daerah Kabupaten/Kota dengan kepala daerah
Bupati/Wali Kota. Dengan demikian struktur Pemerintahan Daerah baik di tingkat
Provinsi maupun di tingkat Kabupaten/Kota pada dasarnya terdiri atas Pemerintah
Daerah (Pemda) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Adapun yang
dimaksud dengan Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah (Gubernur/Bupati/Wali
Kota) dan Perangkat Daerah yang terdiri atas Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD,
Dinas, Badan, Kantor, Kecamatan, dan Kelurahan/Desa.
Berdasarkan uraian di atas struktur pemerintahan daerah dapat digambarkan dalam
peraga sebagai berikut:

4
3.2.1 Kepala Daerah dan DPRD
Penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh lembaga eksekutif dan
lembaga legislatif. Lembaga eksekutif daerah adalah Pemerintah Daerah (Pemda)
yang dipimpin oleh Kepala Daerah dan dibantu oleh Wakil Kepala Daerah. Kepala
daerah untuk pemerintah daerah tingkat Provinsi adalah Gubernur, dan kepala daerah
untuk pemerintah daerah tingkat Kabupaten/Kota adalah Bupati/Wali Kota. Lembaga
legislatif daerah adalah DPRD yang merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah.
DPRD berkedudukan sebagai unsur penye-lenggara pemerintah daerah bersama
dengan Pemerintah Daerah.

3.2.2 Sekretariat Daerah


Sekretariat Daerah (Setda) adalah unsur pembantu Kepala Daerah yang bertugas
menyusun kebijakan dan mengkoordinir dinas, badan, kantor, dan lembaga teknis
lain. Sekretariat Daerah dipimpin oleh Sekretaris Daerah (Sekda) yang bertanggung
jawab kepada Kepala Daerah. Sekretariat Daerah membawahi beberapa asisten,
seperti Asisten Bidang Pemerintahan, Asisten Bidang Pembangunan, dan Asisten
Bidang Administrasi. Setiap Asisten terdiri atas beberapa bagian, sebagai contoh:
a. Asisten Bidang Pemerintahan membawahi Bagian Tata Pemerintahan, Bagian
Pemerinta-han Desa, dan Bagian Hukum.
b. Asisten Bidang Pembangunan membawahi Bagian Perekonomian, Bagian
Pengendalian Pembangunan, dan Bagian Kesejahteraan Rakyat.
c. Asisten Bidang Administrasi membawahi Bagian Organisasi, Bagian Umum, dan
Bagian Hubungan Masyarakat.

3.2.3 Sekretariat DPRD


Sekretariat DPRD adalah penyelenggara administrasi kesekretariatan, administrasi
keuangan, serta pendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD. Sekretariat DPRD
dipimpin oleh Sekretaris DPRD yang diangkat oleh Kepala Daerah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Sekretariat DPRD terdiri
atas beberapa bagian, seperti Bagian Umum, Bagian Keuangan, Bagian Persidangan,
dan Bagian Perundang-undangan.

3.2.4 Dinas
Dinas adalah unsur pelaksana tugas pokok pemerintahan daerah. Dinas dipimpin oleh
Kepala Dinas yang diangkat oleh Kepala Daerah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Jumlah dan nama dinas pada setiap daerah
tidak sama dan dipengaruhi oleh kondisi dan kebutuhan daerah masing-masing serta
ruang lingkup pekerjaan dinas yang bersangkutan.

5
Contoh dinas di lingkungan pemerintah daerah adalah Dinas Pendidikan, Dinas
Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan, Dinas Perhubungan, Dinas Lingku-ngan Hidup,
Dinas Sosial, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas Pariwisata, Dinas
Pertanian, Dinas Perikanan, Dinas Pendapatan, dan Dinas Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah.
Sebuah dinas terdiri atas sekretariat dan bidang-bidang. Sekretariat dinas terdiri atas
bebe-rapa sub bagian dan sebuah bidang dalam dinas terdiri atas beberapa seksi.
Sebagai contoh, Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) terdiri
atas sekretariat dan bidang-bidang. Sekretariat Dinas terdiri atas Sub Bagian Umum,
Sub Bagian Kepegawaian, dan Sub Bagian Keuangan. Sedang bidang-bidang yang
ada meliputi Bidang Belanja, Bidang Aset, serta Bidang Pembukuan dan Pelaporan.
Selanjutnya Bidang Belanja terdiri atas Seksi Anggaran, Seksi Perbendaharaan dan
Seksi Investasi. Bidang Aset meliputi Seksi Pengada-an, Seksi Pemanfaatan, Seksi
Pemeliharaan, serta Seksi Pengawasan dan Pengendalian. Bidang Pembukuan dan
Pelaporan terdiri atas Seksi Pembukuan, Seksi Pelaporan, dan Seksi Verifikasi.

3.2.5 Badan dan Kantor


Badan dan kantor adalah unsur pelaksana teknis pemerintahan daerah. Badan/kantor
dipimpin oleh Kepala Badan/Kantor yang diangkat oleh dan bertanggung jawab
kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Contoh badan/kantor di
lingkungan pemerintah daerah adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda), Badan Kepegawaian Daerah (BKD), Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD), dan Badan Keluarga Berencana. Contoh kantor di lingkungan
pemerintahan daerah adalah Kantor Satuan Pamong Praja, Kantor Pelayanan
Perijinan Terpadu, dan Kantor Statistik Daerah. Badan dan kantor termasuk kategori
lembaga teknis. Contoh bentuk lain lembaga teknis daerah di luar badan/kantor
adalah Rumah Sakit Daerah dan Puskesmas.

3.2.6 Kecamatan, Kelurahan, dan Desa


Kecamatan adalah wilayah administratif di bawan kabupaten/kota. Kecamatan
dipimpin oleh Camat yang dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada Bupati/Wali
Kota selaku Kepala Daerah, melalui Sekretaris Daerah. Kecamatan terdiri atas
beberapa Kelurahan/Desa. Kelurahan/Desa adalah wilayah administratif di bawah
kecamatan. Kelurahan dipimpin oleh Lurah dan desa dipimpin oleh Kepala Desa
yang keduanya bertangung jawab kepada Camat. Pada dasarnya kelurahan dan desa
adalah sama. Namun demikian kelurahan dan desa memiliki perbedaan dalam hal
luas wilayah dan kepadatan penduduk, serta lingkungan wilayah administratifnya.
Dari segi luas wilayah dan kepadatan penduduk, kelurahan memiliki luas wilayah
yang lebih sempit dengan kepadatan penduduk lebih padat dibanding desa. Sedang
dari segi lingkungan wilayah administratif, kelurahan berada di lingkungan
perkotaan dan desa berada di lingkungan pedesaan.

6
3.3 KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,
penyelenggara-an Pemerintahan Daerah dilaksanakan berdasarkan otonomi daerah.
Konsekuensi logis dari penerapan otonomi daerah adalah Pemerintah Daerah
memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangga (manajemen)
serta mengelola sumber pendanaan dan pem-biayaan (keuangan) yang diperlukan
dan terjadi dalam rangka penyelenggaraan pemerin-tahan daerah yang bersangkutan.
Sesuai dengan jabatannya selaku Kepala Pemerintah Daerah, yang mempunyai
kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah adalah
Kepala Daerah (Gubernur/Bupati/Wali Kota). Namun demikian sesuai dengan
struktur pemerintahan daerah, dalam menyelenggarakan pengelolaan keuangan
daerah tersebut Kepala Daerah dapat melimpahkan sebagian atau seluruh
kekuasaannya kepada Sekretaris Daerah dan/atau Kepala Dinas/Badan/Kantor yang
ada di bawahnya.

3.3.1 Keuangan Daerah


Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasi bahwa ruang lingkup keuangan daerah
meliputi:
1. Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi serta melakukan
pinjaman.
2. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan
membayar tagihan pihak ketiga.
3. Penerimaan daerah.
4. Pengeluaran daerah.
5. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah.
6. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah dalam rangka
penyelengga-raan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.

2.3.2 Struktur Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah


Pengelolaan keuangan daerah diatur di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Berdasarkan peraturan tersebut, pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah
adalah Kepala Daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan
menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah. Kepala Daerah selaku
kepala pemerintahan daerah juga mewakili Pemerintah Daerah (Pemda) dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Kepala Daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah
melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya kepada:

7
1. Sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah
2. Kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah (SKPKD) selaku pejabat
pengelola keuangan daerah (PPKD) dan sekaligus bertindak sebagai Bendahara
Umum Daerah (BUD)
3. Kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD) selaku pejabat pengguna
anggaran/ pengguna barang.

Pelimpahan kewenangan tersebut di atas didasarkan pada prinsip pemisahan


kewenangan antara yang memerintahkan, menguji, dan yang menerima atau
mengeluarkan uang. Struktur kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dapat
digambarkan dalam peraga pada halaman berikut:

Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah

(Kepala Daerah)

Koordinator Pengelola Keuangan Daerah

(Sekretaris Daerah)

Pengguna Anggaran / PA PPKD / BUD

(Kepala SKPD) (Kepala SKPKD)

KP PPT PP BP BP Kuasa Bendahara Umum Daerah


A K K N G (Kuasa BUD)

Gambar 3.3: Struktur Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah

3.3.2.1 Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah


Koordinator pengelolaan keuangan daerah adalah Sekretaris Daerah. Sebagai
koordinator pengelolaan keuangan daerah Sekretaris Daerah mempunyai tugas
melakukan koordinasi di bidang:
1. Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD

8
2. Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang daerah
3. Penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD
4. Penyusunan Raperda APBD, Perubahan APBD, dan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD
5. Tugas-tugas pejabat perencana daerah, PPKD, dan pejabat pengawas keuangan
daerah
6. Penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD.
Selain mempunyai tugas sebagai koordinator pengelolaan keuangan daerah,
Sekretaris Daerah mempunyai tugas:
1. Memimpin Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD)
2. Menyiapkan pedoman pelaksanaan Anggaran Pendapataan dan Belanja Daerah
(APBD)
3. Menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah
4. Memberikan persetujuan pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan
Kerja Perangkat Daerah (DPA SKPD)

3.3.2.2 Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)


Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) adalah Kepala Satuan Kerja Pengelola
Keuangan Daerah (SKPKD). Tugas PPKD adalah melaksanakan pengelolaan APBD
dan bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah (BUD). SKPKD adalah perangkat
daerah pada Pemerintah Daerah selaku Pengguna Anggaran/Barang yang juga
melaksanakan pengelolaan keuangan daerah. Perangkat daerah yang bertugas sebagai
SKPKD pada setiap daerah tidak selalu sama, dapat berupa Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD), Dinas Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah (DPKAD), atau Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(BPKAD).
PPKD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Daerah melalui
Sekre-taris Daerah. Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah, PPKD mempunyai
tugas sebagai berikut:
1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah
2. Menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD
3. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah
4. Melaksanakan fungsi bendahara umum daerah
5. Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksana-
an APBD
6. Melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala
daerah.

9
PPKD juga bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah (BUD). Tugas PPKD
sebagai BUD adalah melaksanakan fungsi penerimaan kas dan fungsi pengeluaran
kas dalam rangka pelaksanaan APBD.

3.3.2.3 Bendahara Umum Daerah


Bendahara Umum Daerah (BUD) adalah PPKD yang bertugas untuk menjalankan
fungsi bendaharawan umum di daerah. Fungsi bendaharawan umum meliputi fungsi
penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan APBD pada Pemerintah
Daerah. BUD ber-tanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.
Dalam melaksanakan fungsi sebagai BUD, PPKD berwenang untuk:
1. Menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD
2. Mengesahkan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/Dokumen Pelaksanaan
Peruba-han Anggaran (DPPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
3. Melakukan pengendalian pelaksanaan APBD
4. Memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran
kas daerah.
5. Melaksanakan pemungutan pajak daerah
6. Menetapkan Surat Penyediaan Dana (SPD)
7. Menyiapkan pelaksanaan pinjaman & pemberian pinjaman atas nama Pemerintah
Daerah.
8. Melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah
9. Menyajikan informasi keuangan daerah
10. Melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang
milik daerah.

3.3.2.4 Kuasa Bendahara Umum Daerah


Kuasa Bendahara Umum Daerah (Kuasa BUD) adalah pejabat di lingkungan SKPKD
yang diberi kuasa dari BUD untuk melaksanakan sebagian tugas BUD. Penunjukan
Kuasa BUD ditetapkan berdasarkan Keputusan Kepala Daerah. Kuasa BUD dapat
dipegang oleh Sekretaris SKPKD.
Kuasa BUD mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Menyiapkan anggaran kas
2. Menyiapan Surat Penyediaan Dana (SPD)
3. Menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
4. Menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah
5. Memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank dan/atau
lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk
Pengguna Anggaran (PA) adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan
anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Pengguna Barang (PB) adalah

10
pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang milik daerah. PA/PB adalah
Kepala SKPD. Kepala SKPD adalah Kepala Dinas/Badan/Sekretariat/Kantor.
1. Mengelola barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD
yang dipimpinnya
2. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya
3. Mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya
4. Melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang lainnya
berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah
5. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah melalui
Sekretaris Daerah.

3.3.2.5 Kuasa Pengguna Anggaran/Barang


Dalam melaksanakan tugasnya, PA/PB dapat melimpahkan sebagian kewenangannya
kepada kepala unit kerja pada SKPD selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau
Kuasa Pengguna Barang (KPB). KPA adalah pejabat yang diberi kuasa untuk
melaksanakan sebagian kewenangan di bidang penggunaan anggaran. KPB adalah
pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan PB di bidang
penggunaan barang milik daerah. KPA/KPB ditetapkan oleh Kepala Daerah
berdasarkan usulan Kepala SKPD. KPA/KPB bertanggung jawab kepada PA/PB.

3.3.2.7 Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan


Dalam melaksanakan kegiatan dan program, PA/PB menunjuk Pejabat Pelaksana
Teknis Kegiatan (PPTK). Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan adalah pejabat pada
unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari satu program
sesuai dengan bidang tugasnya. PPTK ditunjuk oleh dan bertanggung jawab kepada
PA/PB.

3.3.2.6 Keuangan
Untuk melaksanakan anggaran, Kepala SKPD menetapkan Pejabat Penatausahaan
Keuang-an SKPD (PPK SKPD). Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD adalah
pejabat yang menjalankan fungsi akuntansi pada SKPD. Perlu diketahui bahwa
fungsi akuntansi tidak berada di tangan bendaharawan melainkan di tangan PPK
SKPD. PPK SKPD tidak boleh merangkap sebagai pejabat yang bertugas melakukan
pemungutan penerimaan daerah, bendahara, dan/atau PPTK.
Tugas PPK SKPD adalah:
1. Meneliti kelengkapan Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS)
pengadaan barang dan jasa yang disampaikan oleh Bendahara Pengeluaran dan
diketahui/disetujui oleh PPTK
2. Meneliti kelengkapan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) Uang Persediaan
(UP)/Ganti Uang (GU)/Tambah Uang (TU), serta SPP-LS Gaji dan Tunjangan

11
PNS serta penghasilan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran

3.3.2.7 Bendahara Penerimaan


Bendahara Penerimaan (BPN) adalah pejabat fungsional pada SKPD yang ditunjuk
untuk melaksanakan tugas kebendaharaan di bidang penerimaan dalam rangka
pelaksanaan APBD pada SKPD. Bendahara Penerimaan pada setiap SKPD
ditetapkan oleh Kepala Daerah atas usul PPKD.
Tugas Bendahara Penerimaan SKPD adalah sebagai berikut:
1. Menerima pendapatan dari pihak ketiga
2. Menyimpan kas yang diterima sebelum disetor ke Kas Daerah
3. Menyetorkan pendapatan yang diterima ke Kas Daerah
4. Menatausahakan dan membukukan pendapatan ke dalam buku kas
5. Membuat pertanggungjawaban uang pendapatan daerah yang diterima dan
disetorkan ke Kas Daerah.

Gambar 3.4: Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah

3.4.1 Perencanaan
Perencanaan merupakan aktifitas penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (RAPBD) dan pengesahan RAPBD menjadi APBD.

3.4.1.1 Pihak-pihak yang terkait dalam proses penyusunan RAPBD

Pihak-pihak yang terlibat dalam proses penyusunan RAPBD meliputi Tim Anggaran
Pemerintah Daerah, SKPD, PPKD, Kepala Daerah, Sekretariat Daerah, dan DPRD.
Berikut ini tugas masing-masing pihak tersebut:
1. Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD)
TAPD adalah tim yang dibentuk dengan Keputusan Kepala Daerah dan dipimpin
oleh Sekretaris Daerah. TAPD mempunyai tugas menyiapkan serta melaksanakan
kebijakan Kepala Daerah dalam rangka penyusunan RAPBD.

Secara rinci tugas TAPD adalah sebagai berikut:


a. Menyusun Kebijakan Umum APBD (KUA)
b. Menyiapkan Nota Kesepakatan KUA
c. Menyusun Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)
d. Menyiapkan Nota Kesepakatan PPAS
e. Menyusun Peraturan Kepala Daerah tentang Standar Biaya

12
f. Menyiapkan Surat Edaran tentang Pedoman Penyusunan APBD
g. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)
h. Menyusun Peratiran Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD
i. Menyusun Nota Keuangan
j. Menyusun Peraturan Daerah tentang APBD

2. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)


SKPD adalah perangkat eksekutif daerah pada Pemerintah Daerah selaku Pengguna
Anggaran/Barang, yang meliputi dinas, badan, secretariat, kantor, kecamatan, dan
kelura-han/desa. Dalam penyusunan APBD, peran pokok SKPD adalah menyusun
RKA untuk SKPD yang bersangkutan.
3. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)
PPKD adalah Kepala SKPKD yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan
APBDdan bertindak selaku BUD. Dalam penyusunan APBD, peran pokok PPKD
adalah membantu Sekretaris Daerah dalam memimpin TAPD, membahas RKA yang
dibuat SKPD, mengkompilasi RKS SKPD menjadi RAPBD, dan membuat nota
keuangan.
4. Sekretariat Daerah (Setda)
Setda adalah unsur pembantu pimpinan Pemda yang bertugas membantu Kepala
Daerah dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinir dinas, badan, kantor, dan
lembaga teknis lain. Dalam penyusunan APBD, peran pokok Setda adalah
memimpin TAPD dalam menyusun anggaran.
5. Kepala Daerah (Gubernur/Bupati/Wali Kota)
Kepala Daerah adalah pemimpin eksekutif pada Pemda. Peran pokok Kepalam
Daerah dalam proses penyusunan APBD adalah mengotorisasi dokumen-dokumen
penyusunan anggaran.
6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
DPRD adalah lembaga legislative pada Pemda . Peran pokok DPRD dalam
penyusunan APBD adalah membahas dan membuat kesepakatan tentang KUS,PPAS
bersama Pemda.

3.4.1.2 Dokumen-dokumen yang digunakan dalam proses penyusunan APBD


Dokumen-dokumen yang digunakan dalam proses penyusunan APBD meliputi
RKPD, KUA, Nota Kesepahaman, PPAS, Nota Kesepahaman PPAS dan RKA.
1. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
RKPD adalah dokumen yang berisi rencana kerja tahunan Pemda sebagai turunan
sekali-gus penjabaran dari Rencana Pembangunan Janga Menengah Daerah

13
(RPJMD). RKPD merupakan dokumen perencanaan yang menjadi dasar sekaligus
pedoman penyusunan anggaran yang lebih teknis yaitu KUA dan PPAS.
2. Kebijakan Umum APBD (KUA)
KUA adalah dokumen yang memuat kebijakan di bidang pendapatan, belanja, dan
pembi-ayaan serta asumsi yang mendasarinya. KUA digunakan sebagai dasar
penyusuan PPAS dan selanjutnya RKA SKPD.
3. Nota Kesepakatan KUA
Nota kesepakatan KUA adalah dokumen yang berisi kesepakatan antara Kepala
Daerah dan Pimpinan DPRD tentang KUA yang sudah dibahas bersama.
4. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)
PPAS adalah dokumen yang berisi rancangan program prioritas dan patokan batas
mak-simal anggaran yang dapat diberikan kepada SKPD untuk setiap program
sebagai acuan dalam penyusunan RKA SKPD.
5. Nota kesepakatan PPAS
Nota kesepakatan PPAS adalah dokumen yang berisi kesepakatan antara Kepala
Daerah dan Pimpinan DPRD tentang PPAS yang sudah dibahas bersama.
6. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)
RKA adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana
pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan, serta rencana pembiayaan dari
setiap SKPD yang akan menjadi dasar penyusunan RAPBD.

3.4.1.3 Proses penyusunan RAPBD


Proses penyusunan RAPBD pada dasarnya terdiri atas lima proses utama, yaitu:
1. Penyusunan KUA
TAPD menyusun KUA berdasarkan RKPD. Rancangan KUA diserahkan kepada
Sekre-taris Daerah untuk diverifikasi dan disetujui. Sekretaris Daerah menyerahkan
rancangan KUA kepada Kepala Daerah untuk diverifikasi dan diotorisasi. Kepala
Daerah menyerah-kan rancangan KUA kepada DPRD untuk dibahas. Hasil
kesepakatan antara Pemda dan DPRD dituangkan dalam Nota Kesepakatan KUA.
2. Penyusunan PPAS
TAPD menyusun PPAS berdasarkan RKPD dan KUA. Rancangan PPAS diserahkan
kepada Sekretaris Daerah untuk diverifikasi dan disetujui. Sekretaris Daerah
menyerah-kan rancangan PPAS kepada Kepala Daerah untuk diverifikasi dan
diotorisasi. Kepala Daerah menyerahkan rancangan PPAS kepada DPRD untuk
dibahas. Hasil kesepakatan antara Pemda dan DPRD dituangkan dalam Nota
Kesepakatan PPAS.

14
3. Penyusunan Surat Edaran Pedoman Penyusunan RKA SKPD
Berdasarkan KUA dan PPAS, TAPD menyusun rancangan Surat Edaran (SE)
Pedoman Penyusunan RKA SKPD. TAPD menyerahkan rancangan SE kepada
Sekretaris Daerah untuk diverifikasi dan disetujui. Sekretaris Daerah menyerahkan
rancangan SE kepada Kepala Daerah untuk diverifikasi dan diotorisasi. Kepala
Daerah menyerahkan rancangan PPAS kepada DPRD untuk dibahas. SE yang sudah
diotorisasi oleh Kepala Daerah disebarkan kepada semua SKPD.
4. Penyusunan RKA SKPD
Berdasarkan SE Pedoman Penyusuan RKA SKPD, SKPD menyusun formulir-
formulir RKA SKPD. Formulir RKA SKPD terdiri atas RKA SKPD 1 untuk
anggaran pendapatan, RKA SKPD 2.1 untuk anggaran belanja tidak langsung, RKA
SKPD 2.2.1 untuk rincian rencana belanja langsung, RKA SKPD 2.2. untuk
rekapitulasi rencana belanja langsung, RKPD 3.1 untuk anggaran penerimaan
pembiayaan, dan RKPD 3.2 untuk anggaran pengeluaran pembiayaan. Ringkasan
semua RKA dimuat dalam RKA SKPD tentang ang-garan pendapatan, belanja, dan
pembiayaan diserahkan kepada PPKD.
5. Penyusunan RAPBD
Berdasarkan RKA SKPD dari semua SKPD, PPKD melakukan pembahasan RKA
masing-masing SKPD bersama dengan TAPD dan SKPD yang bersangkutan.
Berdasarkan RKA SKPD yang sudah dibahas dan disepakati, PPKD menyusun
RAPBD, Nota Keuangan, dan lampiran kemudian menyerahkannya kepada
Sekretaris Daerah untuk diverifikasi dan disetujui. Sekretaris Daerah menyerahkan
RAPBD, Nota Keuangan dan lampiran kepada Kepala Daerah untuk diverifikasi dan
diotorisasi.

1.4.1.4 Pengesahan RAPBD


RAPBD, Nota Keuangan, dan lampiran yang sudah diotorisasi oleh Kepala Daerah
diserahkan kepada DPRD untuk dibahas bersama, disepakati dan kemudian disahkan.
Pada dasarnya ada enam proses utama dalam pengesahan APBD, yaitu:
1. Pembahasaan RAPBD oleh DPRD
2. Evaluasi RAPBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran
APBD oleh Gubernur untuk RAPBD Kabupaten/Kota dan oleh Mendagri untuk
RAPBD Provinsi
3. Penetapan Perda APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD
oleh Kepala Daerah

15
3.4.2.1 Pelaksanaan Pendapatan Daerah
Terdapat tiga hal pokok yang terlibat dalam pelaksanaan pendapatan daerah, yaitu
pihak yang terkait, dokumen yang digunakan, dan proses pelaksanaan.

1. Pihak-pihak yang Terkait dalam Pelaksanaan Pendapatan


Pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan pendapatan daerah meliputi:
a. Bendahara Penerimaan
b. Pengguna Anggaran (PA)
c. Kuasa Pengguan Anggaran (KPA)
d. Bendahara Umum Daerah (BUD)
e. Kuasa Bendahara Umum Daerah (Kuasa BUD)
2. Dokumen yang Digunakan dalam Pelaksanaan Pendapatan.
Dokumen-dokumen yang digunakan dalam pelaksanaan pendapatan meliputi:
a. Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Pendapatan
DPA Pendapatan adalah dokumen yang berisi jumlah anggaran pendapatan daerah
yang disetujui beserta rincian rencana realisasinya pada setiap triwulan. DPA
Pendapatan diterima oleh Kepala SKPD selaku PA dari PPKD, dan digunakan seba-
gai dasar untuk menerbitkan Surat Ketetapan Pajak/Retribusi Daerah.
b. Anggaran Kas Bulanan
Anggaran Kas Bulanan adalah dokumen yang berisi perkiraan arus kas masuk yang
bersumber dari penerimaan pendapatan dan penerimaan pembiayaan serta arus kas
keluar untuk membayar pengeluaran belanja dan pengeluaran pembiayaan setiap
bulan.
c. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP Daerah)
Surat Ketetapan Pajak Daerah adalah surat ketetapan yang diterbitkan oleh Kepala
SKPD selaku Pengguna Anggaran yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak
daerah yang terutang oleh wajib pajak.
d. Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKR Daerah)
Surat Ketetapan Retribusi Daerah adalah surat ketetapan yang diterbitkan oleh
Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran yang menentukan besarnya jumlah pokok
retribusi daerah yang terutang oleh wajib retribusi.
e. Surat Tanda Setoran (STS)
Surat Tanda Setoran adalah surat yang digunakan oleh Bendahara Penerimaan untuk
menyetor penerimaan pendapatan daerah ke Kas Daerah di bank.
f. Surat Tanda Bukti Pembayaran (STBP)

16
Surat Tanda Bukti Pembayaran adalah surat yang digunakan oleh Bendahara
Penerimaan sebagai bukti bahwa telah terjadi pembayaran oleh pihak ketiga melalui
Bendahara Penerimaan.

3. Proses Pelaksanaan Pendapatan Daerah


Proses pelaksanaan pendapatan dilakukan oleh Bendahara Penerimaan. Langka-
langkah pelaksanaan penerimaan pendapatan pada dasarnya adalah sebagai berikut:

a. Proses pelaksanaan pendapatan dimulai dari penerbitan SKP/SKR Daerah oleh


Kepala SKPD selaku PA untuk diserahkan kepada Bendahara Penerimaan dan
wajib pajak/ retribusi.
b. Berdasarkan SKP/SKR Daerah, wajib pajak/retribusi membayar pajak/retribusi
daerah kepada Bendahara Penerimaan.
c. Atas penerimaan pembayaran pendapatan pajak/retribusi daerah dari wajib
pajak/ retribusi, Bendahara Penerimaan menerbitkan STBP bagi wajib
pajak/retribusi.
d. Bendahara Penerimaan menyetorkan pendapatan uang hasil penerimaan pajak/
retribusi ke rekening Kas Daerah di bank dengan dilampiri STS.
e. Bendahara Penerimaan menerima STS yang telah diotorisasi oleh Bank dan
Nota (Memo) Kredit dari Bank.
f. Bendahara Penerimaan menyerahkan STS yang telah diotorisasi dan Nota Kredit
Bank kepada BUD.
g. Dalam hal pembayaran pajak/retribusi daerah oleh wajib pajak/retribusi
dilakukan langsung ke Bank dan tidak kepada Bendahara Penerimaan, maka
Bendahara Penerimaan tidak perlu membuat STBP dan STS tetapi cukup
meminta Nota Kredit dari Bank.

3.4.2.2 Pelaksanaan Belanja Daerah


Terdapat tiga hal pokok yang terlibat dalam pelaksanaan belanja daerah, yaitu pihak
yang terkait, dokumen yang digunakan, dan proses pelaksanaan.

1. Pihak-pihak yang Terkait dalam Pelaksanaan Belanja


Pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan belanja daerah meliputi:
a. Bendahara Pengeluaran
b. Pengguna Anggaran (PA)
c. Kuasa Pengguan Anggaran (KPA)
d. Bendahara Umum Daerah (BUD)
e. Kuasa Bendahara Umum Daerah (Kuasa BUD)

2. Dokumen yang Digunakan dalam Pelaksanaan Belanja.

17
Dokumen-dokumen yang digunakan dalam pelaksanaan belanja meliputi:
a. Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Belanja
DPA Belanja adalah dokumen yang berisi jumlah anggaran belanja daerah yang
disetujui beserta rincian rencana realisasinya pada setiap triwulan. DPA Belanja
diterima oleh Kepala SKPD selaku PA dari PPKD, dan digunakan sebagai dasar
untuk menerbitkan dokumen Surat Penyediaan Dana (SPD).
b. Surat Penyediaan Dana (SPD)
Surat Penyediaan Dana adalah dokumen yang dibuat oleh PPKD selaku Bendahara
Umum Daerah dalam rangka manajemen Kas Daerah. SPD digunakan untuk menye-
diakan dana bagi setiap SKPD dalam jangka waktu tertentu. SPD berisi informasi
tentang jumlah dana menurut DPA, jumlah dana yang tersedia untuk periode waktu
tertentu, akumulasi jumlah dana yang sudah diberikan sampai dengan saat ini, jumlah
sisa dana yang masih tersedia dan belum di-SPD-kan, jumlah SPD pada saat ini, dan
jumlah sisa dana yang dapat di-SPD-kan berikutnya. Kegunaan SPD adalah sebagai
dasar penerbitan Surat Permintaan Pembayaran (SPP).
c. Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
Surat Permintaan Pembayaran adalah dokumen yang diterbitkan oleh Bendahara
Pengeluaran atau pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan (PPTK)
untuk mengajukan permintaan pembayaran. SPP diajukan kepada PA melalui PPK
SKPD.
Ada empat jenis SPP yang digunakan dalam pelaksanaan belanja, yaitu: SPP UP,
SPP GU, SPP TU dan SPP LS
d. Surat Perintah Membayar (SPM)
Surat Perintah Membayar adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran
(PA) sebagai dasar untuk menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) atas
beban pengeluaran DPA SKPD. SPM diterbitkan apabila pengeluaran yang diminta
tidak melebih pagu anggaran yang tersedia dan didukung dengan kelengkapan
dokumen sesuai peraturan yang berlaku. Jumlah/nilai dana dalam SPM sama dengan
SPP yang diajukan, karena pada dasarnya penerbitan SPM merupakan bentuk
persetujuan atas SPP yang diajukan. Sesuai dengan jenis SPP yang digunakan dalam
pelaksanaan belanja maka jenis SPM juga ada empat, yaitu: SPM UP, SPM GU,
SPM TU dan SPM LS
e. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
Surat Perintah Pencairan Dana adalah dokumen yang diterbitkan oleh Bendahara
Umum Daerah (BUD) sebagai dasar pencairan dana yang diminta melalui SPP dan
disetujui untuk dibayar melalui SPM. SP2D dibuat spesifik untuk setiap SPP dan

18
SPM yang diajukan. Seperti halnya SPP dan SPM, jenis SP2D juga ada empat, yaitu:
SP2D UP, SP2D GU, SP2D TU, SP2D LS

3. Proses Pelaksanaan Belanja Daerah


Proses pelaksanaan belanja dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran. Langkah-
langkah pelaksanaan pengeluaran belanja pada dasarnya adalah sebagai berikut:

a. Proses pelaksanaan belanja dimulai dari penerbitan Surat Penyediaan Dana


(SPD) oleh Bendahara Umum Daerah BUD yang berisi informasi tentang
jumlah dana yang tersedia untuk melaksanakan kegiatan yang memerlukan
pengeluaran belanja. SPD diterima oleh Pengguna Anggaran (PA) dan
digunakan sebagai dasar untuk meng-otorisasi SPP dan menerbitkan SPM.
b. Berdasarkan Anggaran Kas Bulanan, Bendahara Pengeluaran mengajukan Surat
Permintaan Pembayaran (SPP UP/GU/TU/LS) kepada Pengguna Anggaran (PA)
melalui PPK SKPD dengan dilampiri dokumen pendukung yang relevan.
Dokumen pendukung utama SPP terdiri atas Surat Pengantar, Ringkasan SPP,
Rincian SPP, Salinan SPD, Surat Pernyataan Tanggung Jawab PA, dan Daftar
Penggunaan Dana.
c. Atas dasar SPP yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran, PPK SKPD
menerbit-kan Surat Perintah Membayar (SPM) untuk dimintakan otorisasi
Pengguna Anggaran (PA). Selanjutnya PPK SKPD menyerahkan SPM yang
sudah diotorisasi oleh PA dilampiri dengan SPP kepada BUD.
d. Berdasarkan SPM yang diotorisasi PA dan dilampiri SPP yang diajuka oleh
Bendahara Pengeluaran melalui PPK SKPD, Bendahara Umum Daerah (BUD)
menerbitkan SP2D yang sesuai dan menyerahkan SP2D tersebut kepada
Bendahara Pengeluaran melalui PA dan kepada Bank.
e. Dengan menggunakan dana yang diterima dari Bank hasil pencairan SP2D,
Benda-hara Pengeluaran melakukan pengeluaran belanja sesuai dengan tujuan
pengeluaran yang tercantum dalam SPP yang diajukan.
3.4.3 Penatausahaan
Penatausahaan merupakan kegiatan pembukuan realisasi penerimaan pendapatan dan
pengeluaran belanja ke dalam Buku Kas Umum dan buku pembantu yang meliputi
buku pembantu bank, buku pembantu pajak, buku pembantu panjar dan buku
pembantu rincian obyek. Kegiatan penatausahaan dilakukan oleh Bendahara
Penerimaan untuk realisasi pendapataan dan oleh Bendahara Pengeluaran untuk
realisasi belanja. Setiap bulan, baik Bendahara Penerimaan maupun Bendahara
Pengeluaran melakukan penutupan Buku Kas Umum dan menyusun Laporan
Pertanggungjawaban (LPJ) atas pelaksanaan realisasi pendapatan/belanja. LPJ yang
disusun oleh masing-masing Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran
terdiri atas dua laporan, yaitu LPJ Fungsional ditujukan kepada PPKD selaku BUD

19
dan LPJ Administratif ditujukan kepada Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran
(PA).
3.4.4 Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban merupakan aktifitas penyampaian Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) sebagai hasil akhir dari proses akuntansi keuangan pada
Pemerintah Daerah kepada pihak-pihak pengguna laporan keuangan Pemerintah
Daerah. Perlakuan akuntansi dan penyusunan LKPD di atur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2013 tentang Penerapan SAP
Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP) Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan disebutkan
bahwa laporan keuangan (financial statement) pemerintah (pusat dan daerah)
diklasifikasi menjadi dua, yaitu laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports)
dan laporan financial (financial reports).
Dalam Permendagri No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan SAP Akrual pada
Pemerintah Daerah, dinyatakan bahwa LRA, LPSAL, LO, Neraca LPE dan CaLK
harus disusun dan disajikan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk
SKPD-nya masing-masing. Sedangkan untuk Satuan Kerja Pengelola Keuangan
Daerah (SKPKD) selain menyusun LRA, LPSAL, LO, Neraca, LPE, dan CaLK juga
harus menyusun Laporaan Arus Kas (LAK). Selanjutnya, SKPKD akan melakukan
konsolidasi laporan keuangan-laporan keuangan SKPD tersebut menjadi Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah.

3.4.5 Pemeriksaan
Pemeriksaan merupakan aktifitas pemeriksaan (audit) terhadap LKPD yang
dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Tujuan pemeriksaan adalah
untuk memberikan opini terhadap kewajaran LPKD apakah Wajar Tanpa
Pengecualian(WTP), Wajar Dengan Pengecualian ( WDP), Tidak Wajar (TW), atau
Tidak Menyatakan Pendapat (TMP).

3.5 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH


Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan
daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD serta
ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD merupakan instrumen yang sangat
penting bagi pemerintah daerah dalam melaksnakan manajemen dan pengelolaan
keuangan daerah. Hal itu disebabkan karena APBD merupakan pedoman tindakan
yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, yang meliputi rencana pendapatan,
belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah dan disusun
menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode tertentu.

20
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) mempunyai beberapa fungsi
sebagai berikut:
1. Fungsi Otorisasi
APBD meupakan dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun
yang bersangkutan

2. Fungsi perencanaan
APBD merupakan pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam merencanakan kegiatan
pada tahun yang bersangkutan

3. Fungsi pengawasan
APBD menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan

4. Fungsi alokasi
APBD harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan
efektifitas perekonomian

5. Fungsi distribusi
Kebijakan APBD harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan

6. Fungsi stabilisasi
APBD menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian daerah.

Struktur APBD terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan
daerah. Pendapatan daerah adalah semua penerimaan rekening kas umum daerah
yang menambah saldo anggaran lebih (SAL) dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan, yang menjadi hak Pemerintah Daerah dan tidak perlu dibayar kembali.
Belanja daerah adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang
mengurangi saldo anggaran lebih (SAL) dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan, yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Pemerintah
Daerah. Pembiayaan daerah adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali dan/atau pengeluaran yang akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-
tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama
dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.

Latihan Soal Pilihan Ganda

21
1. Berikut ini urusan pemerintahan pilihan, kecuali:
A. Sosial
B. Pariwisata
C. Pertanian
D. Kehutanan
2. Koordinator pengelolaan keuangan daerah adalah:
A. Kepala Daerah
B. Sekretaris Daerah
C. Gubernur atau Bupati atau Walikota
D. Presiden
3. Bendahara Umum Daerah adalah:
A. Kepala SKPD
B. Kepala SKPKD
C. Bendahara
D. Menteri Keuangan
4. Berikut ini tugas koordinator PKD, kecuali;
A. koordinasi Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD
B. koordinator Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang
daerah
C. koordinator penyusunan laporan keuangan daerah
D. mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran
5. Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD merupakan tugas:
A. Kepala SKPKD
B. Sekretaris Daerah
C. Kepala SKPD
D. Kepala Daerah
6. Memimpin Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) merupakan tugas
A. Sekretaris Daerah
B. Kepala SKPD
C. Kepala Daerah
D. Kepala SKPKD
7. Menyusun rancangan APBD merupakan tugas:
A. PPKD
B. Kepala SKPD
C. Kepala Daerah
D. Kepala SKPKD

22
8. Menetapkan Surat Penyediaan Dana (SPD) merupakan kewenangan:
A. Kepala SKPKD
B. Kepala SKPD
C. Kepala Daerah
D. Sekretaris Daerah
9. Berikut ini tugas PPTK, KECUALI:
A. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan
B. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan
C. Menyusun rencana kerja dan anggaran SKPD
D. Menyiapkan dokumen angaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan
10. Kuasa Bendahara Umum Daerah (Kuasa BUD) adalah:
A. pejabat di lingkungan SKPKD yang diberi kuasa dari BUD untuk
melaksanakan sebagian tugas BUD
B. pejabat SKPD yang diberi kuasa dari BUD untuk melaksanakan sebagian
tugas BUD
C. pejabat di lingkungan SKPD yang melaksanakan sebagian tugas BUD
D. pejabat di lingkungan SKPKD yang bertugas menjadi BUD
11. RKPD adalah dokumen yang berisi
A. rencana kerja tahunan Pemda sebagai turunan sekaligus penjabaran dari
Rencana Pembangunan Janga Menengah Daerah (RPJMD)
B. rencana kerja tahunan Pemda sebagai turunan sekaligus penjabaran dari
APBD
C. rencana kerja tahunan Pemda sebagai penjabaran Rencana Kerja Pemerintah
D. rencana kerja tahunan SKPD sebagai turunan sekaligus penjabaran dari
Rencana Pembangunan Janga Menengah Daerah (RPJMD)
12. Pilih pernyataan yang salah diantara berbagai pernyataan berikut ini:
A. Rancangan KUA disusun oleh TAPD berdasarkan RKPD.
B. Rancangan KUA diserahkan Sekretaris Daerah kepada Kepala Daerah untuk
diverifikasi dan diotorisasi.
C. Kepala Daerah membahas rancangan KUA bersama DPRD.
D. Rancangan KUA yang disepakati Kepala Daerah dan DPRD dituangkan
dalam Rencana Kerja dan Anggaran
13. Pilih pernyataan yang salah diantara berbagai pernyataan berikut ini:
A. RKA masing-masing SKPD dibahas PPKD bersama dengan TAPD dan
SKPD bersangkutan.
B. PPKD menyusun RAPBD brdasarkan RKA SKPD yang sudah dibahas dan
disepakati

23
C. Sekretaris Daerah menyerahkan RAPBD kepada Kepala Daerah untuk
diverifikasi dan diotorisasi.
D. RAPBD sudah disahkan Sekretaris Daerah diserahkan kepada DPRD untuk
dibahas bersama, disepakati dan disahkan
14. Pilih pernyataan yang salah diantara berbagai pernyataan berikut ini:
A. Dasar untuk menerbitkan dokumen Surat Penyediaan Dana (SPD) adalah
DPA SKPD yang telah disetujui
B. Surat Penyediaan Dana dibuat oleh PPKD selaku Bendahara Umum Daerah
C. SPD merupakan dasar penerbitan Surat Permintaan Pembayaran (SPP).
D. Dasar pencairan dana oleh BUD adalah SPP

24

Anda mungkin juga menyukai