11
Kabupaten Belitung merupakan salah satu wilayah yang terdapat dalam
kawasan stategis di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, oleh
karena itu dalam perkembangan dan pertumbuhan wilayahnya tidak terlepas
dari daya dukung wilayahnya sendiri.
12
penduduk pada akhir tahun 2016 sebanyak 175.048 jiwa yang terdiri dari laki-
laki sebanyak 92.628 jiwa dan perempuan sebanyak 86.091 jiwa dengan
kepadatan penduduk rata-rata 76 jiwa per km².
1 Membalong 909,55 55
2 Tanjungpandan 378,45 -
3 Badau 458,20 21
4 Sijuk 413,99 35
13
Gambar 2.1. Peta Wilayah Kabupaten Belitung
14
2.2. Potensi Wilayah Kabupaten Belitung
Kabupaten Belitung terdiri dari beragam jenis suku dan etnis, masyarakatnya
bersifat heterogen, suku bangsa yang terdapat di kabupaten ini diantaranya
adalah Bugis, Madura, Buton, China, Jawa, Bali dan suku dari daratan
Sumatera. Semangat dan kegiatan gotong royong masih terpelihara dan
berkembang dengan baik disini. Dengan Semboyan “ Maju Terus Mawas
Diri” yang menunjukkan sikat serta cara kerja rakyat Belitung yang berhati-
hati dalam segala tindakan.
15
Perkiraaan potensi sumberdaya perikanan laut (MSY) di perairan Bangka dan
Belitung mencapai 1.815.500 ton per tahun dengan nilai ekonomi Rp.
247.657,5 trilyun per tahun, yang terdiri dari sumberdaya perikanan tangkap
(fishering capture) 499.500 ton/tahun dengan nilai ekonomis Rp. 2.497,5
milyar/tahun dan potensi sumberdaya perikanan budidaya (aquaculture)
sebesar 1.316.000 ton/tahun dengan nilai ekonomis Rp. 245.160
milyar/tahun. Potensi perikanan budidaya tersebut terdiri dari potensi
budidaya air payau dan budidaya laut dengan komoditas andalan ikan
kerapu, rumput laut, tripang dan kerang mutiara.
16
2.2.4. Daya Tarik Wisata Kabupaten Belitung
17
Gambar 2.2. Peta Kawasan Pariwisata Pulau Belitung dan sekitarnya
18
2.2.5. Daya Dukung Kepariwisataan Kabupaten Belitung
Daya dukung penyelenggaraan pariwisata di Kabupaten Belitung pada
umumnya baik tentang infrastrukturnya, industri pariwisatanya serta
masyarakat yang terkait dengan penyelenggaraan kepariwisataan daerah
yang ada di Kabupaten Belitung.
19
3) Daya Dukung Masyarakat Setempat
20
Selain itu potensi perkebunan untuk tanaman karet juga sangat dominan di
Kabupaten Belitung. Lokasi lahan pengembangan komoditas karet di
Kabupaten Belitung menyebar hampir di semua kecamatan, hanya yang
paling dominan di kecamatan mendo barat. Seperti daerah lain umumnya
tanaman karet memerlukan waktu 5-6 tahun untuk dapat disadap, oleh
karena itu pembngunan perkebunan karet memerlukan investasi jangka
panjang engan masa tenggang 5-6 tahun komoditas lada tersebar hampir di
semua kecamatan di Kabupaten Belitung.
Luas area tanaman perkebunan komoditi lada, karet, dan kelapa sawit
mengalami kenaikan sedangkan komoditi kelapa mengalami penurunan.
Terdapat juga kawasan agrowisata yang meliputi kebun durian Dusun Aik
Gede, Kebun Buah Badau, Taman Kehati Aik Selumar serta Taman Kehati
Desa Lassar.
21
Jumlah penduduk Kabupaten Belitung berdasarkan hasil sensus penduduk
tahun 2016 adalah sebesar 178.719 jiwa, dengan laju pertumbuhan 2015-2016
sebesar 2,10 persen. Jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2016 sebanyak 92
628 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 86 091 jiwa. Rasio jenis kelamin
sebesar 107, artinya pada tahun 2016 untuk setiap 207 penduduk di
Kabupaten Belitung terdapat 100 penduduk perempuan dan 107 penduduk
laki-laki.
Jumlah Kepala Keluarga pada tahun 2016 adalah sebanyak 53.025 KK, dengan
jumlah Rumah Tangga terbanyak adalah di Kecamatan Tanjungpandan
sebanyak 99.283, dan jumlah Rumah Tangga terendah di Kecamatan Selat
Nasik yaitu sebanyak 1.817.
Luas Daerah
No. Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah KK
(km2)
22
2.3.2. Jumlah Penduduk Miskin Dan Persebaran Penduduk
Pada tahun 2016, persentase penduduk miskin skala nasional adalah sebesar
10,70%, sementara persentase kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung adalah sebesar 5,22%, sedangkan untuk Kabupaten Belitung
berdasarkan data dari BPS Kabupaten Belitung, persentase penduduk
miskinnya sebesar 7,80% atau 13.940 penduduk, perkembangan kondisi
kemiskinan pada Kabupaten Belitung selanjutnya dapat dilihat pada tabel 2.3
di bawah ini.
23
2.3.3. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Lima Tahun Ke Depan
1 2011 160.385
2 2012 163.977
3 2013 167.602
4 2014 171.271
5 2015 175.048
6 2016 178.721
7 2017 182.418
8 2018 186.155
9 2019 189.824
10 2020 193.493
11 2021 197.852
12 2022 202.310
Sumber : BPS Kabupaten Belitung, 2017
24
Tabel 2.5. Tingkat pertumbuhan penduduk dan kepadatan Kabupaten
Belitung
Kepadatan
Luas
Jumlah Laju Pertumbuhan Penduduk (%) Penduduk
Kecamatan Daerah
Penduduk
(km2)
2012-2013 2013-2014 2014-2015 Per Desa Per km2
Tenaga kerja merupakan faktor vital dalam kehidupan manusia baik ditinjau
dari sisi ekonomi maupun sosial. Sisi ekonomi menjelaskan kebutuhan
manusia akan pekerjaan dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari, sebaliknya sektor-sektor usaha membutuhkan tenaga kerja (SDM) untuk
menggerakkan roda perekonomian. Sedangkan sisi sosial dari tenaga kerja,
berkaitan erat dengan pengakuan masyarakat terhadap kemampuan
perekonomian.
25
Tabel 2.6. Struktur Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha Kabupaten
Belitung Tahun 2016
26
Akan banyak permasalahan kependudukan yang muncul dari efek euforia ini
disebabkan banyaknya penduduk yang datang dapat dikategorikan sebagai
penduduk musiman. Artinya,penduduk ini tidak selamanya menetap atau
tidak menjadi penduduk tetap Kabupaten Belitung Belitung.
27
1. Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti menurunnya
daya dukung lingkungan, menurunnya permintaan atas barang-barang
tertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil
tambang,kayuataubahan dari pertanian.
2. Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya tanah untuk
pertanian di wiayah perdesaan yang makin menyempit).
3. Adanya tekanan-tekanan seperti politik, agama, dan suku, sehingga
mengganggu hak asasi penduduk di daerah asal.
4. Alasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan.
5. Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, musim
kemarau panjang atau adanya wabah penyakit.
Pemerintah daerah memiliki peran yang sangat besar dalam mengatasi hal
ini. Perlu adanya pengendalian arus pendatang dan juga peraturan yang
tegas, terutama di daerah kota tujuan pendatang, tentang tata kota dan
kependudukan, lebih khusus lagi berkenaan dengan penertiban dokumen
kependudukan.
28
2.4. Isu Strategis Sosial, Ekonomi, Dan Lingkungan
Pada tahun 2016 PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Belitung dengan
migas mengalami peningkatan dari 7.328.434 juta rupiah pada tahun 2015
menjadi sebesar 8.003.005 juta rupiah di tahun ini. Untuk PDRB atas dasar
harga konstan 2016 juga mengalami peningkatan. Nilai PDRB atas dasar
harga konstan 2011 pada tahun 2016 adalah 5.660.665 juta rupiah.
29
PDRB HK, meningkat dari Rp. 4.656.473 pada tahun 2012 menjadi Rp.
5.660.665 pada tahun 2016. Meskipun terus membaik, namun perbaikan
tersebut tidak linear dengan pertumbuhannya. Trend pertumbuhan ekonomi
terlihat cenderung mengalami penurunan yang cukup signifikan dalam
kurun waktu tiga tahun terakhir. Pada tahun 2013, PE 12,459, menurun pada
tahun 2014 menjadi 12,25%, kembali mengalami penurunan menjadi 9,06%
pada tahun 2015, dan kembali menurun menjadi 8,94% pada tahun 2016.
Secara umum, peningkatan ini cenderung disebabkan oleh tiga faktor utama.
Pertama, semakin membaiknya pertumbuhan ekonomi global, walaupun
tingkat pertumbuhannya tidak begitu kuat menyebabkan semakin stabilnya
harga terhadap beberapa komoditas utama, seperti lada, karet, sawit dan
timah ditengah kondisi ekonomi global yang mengalami sedikit goncangan
dalam kurun waktu tersebut terutama Eropa, Amerika Serikat dan China
yang memang menjadi barometer ekonomi dunia maupun barometer ekspor
bagi komoditas unggulan daerah. Multiplier efek dari kondisi tersebut disatu
sisi menyebabkan demand terhadap komoditas unggulan daerah meningkat
sedangkan disisi lain supplay komoditas unggulan daerah cukup untuk
memenuhi permintaan global tersebut sehingga export price comodity
menjadi tinggi. Seperti diketahui, perekonomian Kabupaten Belitung sangat
tergantung kepada keempat komoditi tersebut. Perubahan kebijakan dan
perubahan harga di pasar internasional yang berimbas ke harga di pasar
domestik, secara langsung maupun tidak langsung akan merubah PDRB-nya.
Disamping itu meningkatnya daya beli masyarakat akibat penurunan harga
Bahan Bakar Minyak (BBM) juga menjadi katalisator perekonomian daerah
tanpa harus mengubah pola konsumsi masyarakat (subtitusi). Ketiga, karena
kebijakan regulasi perdagangan komoditi timah dan kebijakan pendirian
smelter. Kebijakan tersebut diambil selain untuk membatasi ekspor dalam
bentuk bahan mentah dan ilegal mining juga lebih berorientasi kepada nilai
tambah (value added) komiditas sekaligus mengurangi perusakan
lingkungan secara masif (pro environment).
30
2.4.2. Data Pendapatan Per Kapita Dan Proporsi Penduduk Miskin
Tabel 2.8. PDRB Per Kapita dan Laju Pertumbuhan Kabupaten Belitung
Tahun 2013-2016
31
penyebab dari kemiskinan adalah kurangnya pendapatan dan aset untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, perumahan, dan
tingkat pendidikan dan kesehatan yang dapat diterima. Disamping itu
kemiskinan juga terkait dengan keterbatasan lapangan kerja serta tingkat
pendidikan dan kesehatan yang rendah.
Kabupaten Belitung Tahun 2011-2015 Tahun PDRB Per Kapita (x Rp. 1.000)
Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa)
32
266.865 ha atau 56,98 persen dari luas Kabupaten Belitung. Untuk batuan
aluvial dapat ditemukan hampir di seluruh wilayah kecamatan, kecuali
Kecamatan Selat Nasik dengan luas total seluruhnya mencapai 133,5 km2
atau 5,82 persen dari luas Kabupaten Belitung.
33
Sungai-sungai tersebut berfungsi sebagai sarana transportasi dan belum
bermanfaat untuk pertanian dan perikanan karena para nelayan karena para
nelayan lebih cenderung mencari ikan ke laut. Pada dasarnya di Daerah
Kabupaten Belitung tidak ada danau alam, hanya ada bekas penambangan
bijih timah yang luas hingga menjadikannya seperti danau buatan yang
disebut kolong. Dari bekas penambangan tersebut sebagian telah
dimanfaatkan oleh masyarakat maupun pemerintah sebagai sumber air baku
air bersih maupun untuk tempat wisata, walaupun belum dikelola secara
optimal baik oleh masyarakat maupun oleh pemerintah setempat.
2.4.3.3. Klimatologi
Iklim Kabupaten Belitung mempunyai iklim tropis dan basah dengan variasi
curah hujan bulanan pada tahun 2016 antara 174,70 mm sampai 506,00 mm
dengan jumlah hari hujan antara 16 hari sampai 26 hari setiap bulannya,
dengan curah hujan terendah pada bulan Juni dan curah hujan tertinggi pada
bulan Februari.
Tabel 2.10. Jumlah Curah Hujan, Hari Hujan dan Suhu Udara menurut
Bulan Di Kabupaten Belitung Tahun 2016
Hujan Tekanan
Bulan / Tahun
Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hari) Udara
Januari 478,80 26 1.012,00
Februari 506,00 21 1.011,70
Maret 188,40 21 1.011,90
April 435,10 24 1.010,80
Mei 249,00 21 1.010,10
Juni 174,70 22 1.011,10
Juli 223,90 16 1.010,60
Agustus 265,10 18 1.010,70
September 283,40 17 1.011,00
Oktober 268,80 27 1.010,20
November 332,00 25 1.010,50
Desember 347,40 22 1.010,10
Rata-rata 312,72 22 1.010,89
Sumber : BPS Kabupaten Belitung, 2017
34
Suhu rata-rata daerah Kabupaten Belitung berdasarkan data dari Stasiun
Meteorologi dan Geofisika Tanjungpandan menunjukan angka 22,78 Celcius
dan intensitas penyinaran matahari 49,2 persen dan tekanan udara rata-rata
antara 1.010,89 mb.
Tabel 2.11. Suhu Udara dan Rata-rata Penyinaran Matahari Menurut Bulan
Di Kabupaten Belitung Tahun 2016
Rata-Rata Penyinaran
Bulan / Suhu Udara
Matahari
Tahun
Minimum Maksimum Rata-Rata
Januari 26,30 32,20 22,80 44,40
Februari 26,50 33,00 22,60 40,50
Maret 26,90 32,80 23,10 52,50
April 26,50 33,80 23,20 50,30
Mei 27,10 33,90 23,40 51,50
Juni 26,80 33,80 22,80 56,20
Juli 27,00 33,70 22,00 70,10
Agustus 26,90 33,20 23,00 72,10
September 27,00 33,80 22,70 65,90
Oktober 26,60 33,90 22,00 36,40
November 26,10 33,30 23,00 25,60
Desember 26,60 32,20 22,80 25,60
Rata-rata 26,70 33,30 22,78 49,26
Sumber : BPS Kabupaten Belitung, 2017
35
Dari faktor kondisi alam penyebab banjir di Kabupaten Belitung adalah
kondisi topografi yang sebagian besar merupakan dataran rendah ataupun
daerah cekungan sehingga air yang datang cenderung menggenang, geometri
sungai yang berubah-ubah dikarenakan aktivitas Tambang Inkonvensional
(TI), serta terjadinya degradasi lahan akibat pemanfaatan/eksploitasi hutan
dan lahan secara besar-besaran sehingga menambah luasan areal dataran
rendah, melemahnya fungsi hutan sebagai pengikat air.
Beberapa kawasan yang rawan terhadap banjir atau genangan antara lain
yaitu wilayah Kampung Amau, Kelurahan Parit dengan tinggi rerata banjir
atau genangan yang terjadi + 20-30 cm dengan lama genangan + 1-1,5 jam
kemudian surut. Selain itu, di sepanjang Jalan Sriwijaya sering terjadi
genangan dengan ketinggian 10-15 cm dan lama genangan + 1 jam. Pada
lokasi Jalan Bukit, kecenderungan terjadi genangan air lebih disebabkan letak
pemukiman yang lebih rendah dari jalan raya dan jarak yang dekat dengan
Sungai Cerucuk. Lokasi banjir di Kota Tanjunpanan berada di wilayah pantai
yang memiliki topografi sangat landai dan dipengaruhi pasang surut.
36
Pertumbuhan Kota Tanjungpandan yang pesat mempengaruhi desain
drainase yang sudah ada dalam hal ini kapasitas saluran drainase di tingkat
tersier tidak dapat menampung debit air yang masuk, ditambah lagi dengan
kurang terawatnya saluran (akibat sampah dan sedimen yang masuk ke
saluran) maka pada musim hujan seringkali menyebabkan timbulnya
genangan di daerah yang padat penduduk seperti Kampung Amau dan
sekitarnya. Terjadinya alih fungsi lahan untuk pemukiman dan pelebaran
jalan menyebabkan air hujan yang turun lebih banyak menjadi limpasan
permukaan daripada masuk dan meresap ke dalam tanah sehingga debit air
yang terbuang ke saluran drainase menjadi lebih besar.
Kondisi ini menyebabkan kapasitas tampung saluran drainase yang ada perlu
dikaji ulang agar tidak menimbulkan genangan. Disamping itu lokasi Kota
Tanjungpandan yang dekat ke laut perlu memperhitungkan pengaruh
pasang surut air laut untuk kelancaran pembuangan drainasenya. Perawatan
saluran terutama saluran-saluran tersier yang tidak maksimal juga
merupakan kendala bagi sistem drainase Kota Tanjungpandan seperti
sedimentasi dan vegetasi serta tertutupnya inlet saluran yang dapat
menghambat laju aliran air.
Selain itu beberapa daerah rawan bencana banjir juga berada di daerah pantai
atau sungai pasang surut yang dipengaruhi oleh pasang dan surutnya air
laut. Sehingga pada saat air laut pasang ditambah dengan kondisi hujan
dengan kapasitas tinggi menyebabkan daerah tersebut mengalami banjir.
37
permeabilitas (kecepatan air merembes ke arah horizintal maupun vertikal
melalui pori-pori tanah) yang rendah, mempunyai tingkat infiltrasi tanah
yang kecil dan run off yang tinggi. Kecepatan perembesan air ini dipengaruhi
oleh tekstur tanah. Selain itu untuk daerah-daerah di sekitar sungai yang
rawan bencana banjir terjadi karena Daerah Pengaliran Sungai (DPS) yang
memiliki karakteristik di kiri dan kanan alur sungai mempunyai tingkat
permeabilitas tanah yang rendah.
38
Gambar 2.3. Peta Indeks Rawan Bencana di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung
39
Masih lemahnya manajemen dan operasional teknis pengelolaan
sampah terutama pada TPA.
Masih kurangnya ketersediaan Fasilitas Pengurangan Sampah.
Masih kurangnya Sistem Pengangkutan Sampah di Perkotaan.
Belum terintegrasinya suatu sistem drainase yang meliputi seluruh
layanan drainase kawasan perkotaan.
Belum optimalnya pengurangan luasan areal genangan.
• Isu Strategis bidang perumahan dan permukiman meliputi :
Menurunnya kualitas permukiman sehingga tumbuh kawasan kumuh.
Terdapatnya kawasan permukiman yang mempunyai kecenderungan
untuk menjadi kawasan kumuh.
Rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak huni
dan terjangkau.
Terbatasnya pengembangan PSU RSH/RST & Kawasan permukiman
perdesaan.
• Isu Strategis Bidang Penataan Bangunan :
masih rendahnya penegakan aturan keselamatan bangunan.
serta masih diperlukannnya pembinaan teknis dalam pembangunan
gedung.
Masih rendahnya jumlah bangunan yang memiliki perizinan.
Masih belum terselenggarakannya penyelenggaraan bangunan
gedung secara memadai termasuk dalam hal kelayakan bangunan
gedung.
• Isu Strategis Bidang Penataan ruang :
Belum tersedianya rencana rinci tata ruang (Kawasan strategis dan
rencana detail tata ruang),
Belum optimalnya perwujudan NSPK Bidang Penataan Ruang,
Belum optimalnya Rencana Tata Ruang Wilayah sebagai acuan
pembangunan di daerah.
40