Anda di halaman 1dari 30

BAB II

PROFIL KABUPATEN BELITUNG

2.1. Wilayah Administrasi

2.1.1. Gambaran Administrasi Wilayah


Secara formal-legal, pembentukan Kabupaten Belitung ditetapkan dengan
Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1959 tentang
Penetapan Undang-Undang Darurat No. 4 Tahun 1956 (Lembaran-Negara
Tahun 1956 No. 55), Undang-Undang Darurat No. 5 Tahun 1956 (Lembaran-
Negara Tahun 1956 No. 56) dan Undang-Undang Darurat No. 6 Tahun 1956
(Lembaran-Negara Tahun 1956 No. 57) Tentang Pembentukan Daerah
Tingkat II Termasuk Kotapraja, Dalam Lingkungan Daerah Tingkat I
Sumatera Selatan, Sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1821), dan merupakan bagian dari Provinsi Sumatera
Selatan. Namun sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 27 Tahun
2000 tentang pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Kabupaten
Belitung menjadi salah satu kabupaten dari Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung.

Kabupaten Belitung merupakan salah satu kabupaten yang berada di Pulau


Belitung dan termasuk dalam wilayah administratif Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 28 Tahun 1959.
Seiring dengan pelaksanaan reformasi dan otonomi daerah, berdasarkan UU
Nomor 5 Tahun 2002 kabupaten ini dimekarkan menjadi Kabupaten Belitung
dan Kabupaten Belitung Timur. Kabupaten Belitung mempunyai luas
wilayah ± 2.293,69 km² dan lautan mempunyai luas wilayah ± 6.363 km².

11
Kabupaten Belitung merupakan salah satu wilayah yang terdapat dalam
kawasan stategis di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, oleh
karena itu dalam perkembangan dan pertumbuhan wilayahnya tidak terlepas
dari daya dukung wilayahnya sendiri.

Apabila ditinjau dari kondisi internal wilayahnya dan berbagai aspek


lainnya, Kabupaten Belitung memiliki beberapa potensi yang bisa
dimanfaatkan untuk meningkatkan daya saing wilayah dan perkembangan
Kabupaten Belitung. Potensi-potensi itu antara lain : Potensi mineral
tambang, perikanan, pariwisata pantai dan alam dan potensi air kolong,
Kabupaten Belitung juga dihadapkan pada berbagai masalah antara lain
adanya konflik kepentingan antara program pertambangan dan kehutanan
dan areal penggunaan lahan lainnya.

Perkembangan wilayah Kabupaten Belitung diindikasikan dengan


meningkatnya pembangunan fisik untuk melayani kegiatan yang
berkembang. Seluruh kegiatan pemanfaatan ruang tersebut membutuhkan
ketersediaan lahan, sedangkan di pihak lain, ketersediaan lahan potensial
sangat terbatas. Perkembangan dan pertumbuhan Wilayah Kabupaten
Belitung mengalami hambatan akibat belum optimalnya pengembangan
potensi wilayah. Untuk meningkatkan daya saing wilayah Kabupaten
Belitung, maka perlu dikelola melalui penataan ruang, yang dimulai dari
tahap perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten Belitung.

Wilayah Kabupaten Belitung merupakan salah satu wilayah yang berada di


Pulau Belitung yang terkenal sebagai sabuk timah dunia (world’s tin belt)
yang memiliki kondisi geografis yang potensial dengan ketinggian kurang
lebih 500 meter dengan puncak tertinggi berada di daerah Gunung Tajam.
Secara geografis, Kabupaten Belitung terletak antara 107º08’BT sampai 107 º
58’ BT dan 02 º 30’ LS sampai 03 º 15’ LS, sebagai daerah tropis dengan jumlah

12
penduduk pada akhir tahun 2016 sebanyak 175.048 jiwa yang terdiri dari laki-
laki sebanyak 92.628 jiwa dan perempuan sebanyak 86.091 jiwa dengan
kepadatan penduduk rata-rata 76 jiwa per km².

Wilayah Kabupaten Belitung meliputi 5 Kecamatan, yaitu Kecamatan


Tanjungpandan, Sijuk, Membalong, Badaudan Selat Nasik dengan jumlah
desa sebanyak 42 desa dan 7 kelurahan dengan luas wilayah 2.293,69 km2.

Secara administrasi batas Kabupaten Belitung adalah sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan


• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Belitung Timur
• Sebelah Selatan berbatasan dengan laut Jawa, dan
• Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Gaspar

Selengkapnya nama-nama kecamatan, luas wilayah dan jaraknya dari


ibukota kabupaten tersaji pada tabel berikut :

Tabel 2.1. Nama Kecamatan, Luas Wilayah dan Jarak Ke Tanjungpandan

Luas Wilayah Jarak dari


No. Kecamatan
(Km2) Tanjungpandan

1 Membalong 909,55 55

2 Tanjungpandan 378,45 -

3 Badau 458,20 21

4 Sijuk 413,99 35

5 Selat Nasik 133,50 50

Lebih jelas mengenai letak geografis Kabupaten Belitung dalam konstelasi


yang lebih luas dapat dilihat di Peta Orientasi pada Gambar 2.1 di bawah ini.

13
Gambar 2.1. Peta Wilayah Kabupaten Belitung

14
2.2. Potensi Wilayah Kabupaten Belitung

2.21. Sosial Budaya

Kabupaten Belitung terdiri dari beragam jenis suku dan etnis, masyarakatnya
bersifat heterogen, suku bangsa yang terdapat di kabupaten ini diantaranya
adalah Bugis, Madura, Buton, China, Jawa, Bali dan suku dari daratan
Sumatera. Semangat dan kegiatan gotong royong masih terpelihara dan
berkembang dengan baik disini. Dengan Semboyan “ Maju Terus Mawas
Diri” yang menunjukkan sikat serta cara kerja rakyat Belitung yang berhati-
hati dalam segala tindakan.

Sementara itu, sehubungan dengan perkembangan wilayah, yang terkait


dengan kegiatan yang berkembang di Kota Tanjungpandan, dan simpul
perkotaan pada sumbu wilayah, serta pengembangan kegiatan pertanian
maupun perikanan/perkebunan maupun perikanan di Kabupaten Belitung,
dijumpai ada pendatang, yang memperkaya budaya seperti Upacara Maras
Taun di Selat Nasik dan Buang Jong Suku Sawang maupun Ritual
Sembahyang Kubur oleh Etnis China, Keheterogenan ini diharapkan dapat
menjadi faktor positif bagi perkembangan wilayah Kabupaten Belitung ke
depan.

2.2.2. Potensi Pengembangan Perikanan

Kabupaten Belitung sebagai derah kepulauan dan pesisir yang sangat


strategis dengan batas wilayah yang berdampingan dengan Laut Natuna,
Selat Karimata; Laut Jawa dan Selat Bangka. Dengan posisi seperti ini,
wilayah perairan Kabupaten Belitung memiliki berbagai potensi sumber daya
kelautan yang luar biasa. Pertama adalah potensi sumberdaya perikanan dan
kelautan yang melimpah, baik dari segi diversivitas maupun kuantitas.
Kedua, potensi sumberdaya pesisir yang luar biasa seperti terumbu karang,
padang lamun, rumput laut, dan kawasan perlindungan laut/konservasi
berupa hutan bakau (mangrove) dan sempadan pantai.

15
Perkiraaan potensi sumberdaya perikanan laut (MSY) di perairan Bangka dan
Belitung mencapai 1.815.500 ton per tahun dengan nilai ekonomi Rp.
247.657,5 trilyun per tahun, yang terdiri dari sumberdaya perikanan tangkap
(fishering capture) 499.500 ton/tahun dengan nilai ekonomis Rp. 2.497,5
milyar/tahun dan potensi sumberdaya perikanan budidaya (aquaculture)
sebesar 1.316.000 ton/tahun dengan nilai ekonomis Rp. 245.160
milyar/tahun. Potensi perikanan budidaya tersebut terdiri dari potensi
budidaya air payau dan budidaya laut dengan komoditas andalan ikan
kerapu, rumput laut, tripang dan kerang mutiara.

Berbagai potensi diatas sudah cukup untuk menggambarkan bahwa sektor


perikanan dan kelautan sangat bisa untuk menjadi prime mover
pembangunan di masa depan, terutama jika dikaitkan dengan permintaan
ekspor dan domestik.

2.2.3. Sumber Daya Mineral


Kabupaten Belitung merupakan daerah yang potensial di bidang
pertambangan, karena terdapat banyak tanah yang mengandung mineral
bijih timah dan bahan galian yang tersebar secara merata, yaitu pasir kuarsa,
pasir bangunan, kaolin, batu gunung, tanah liat dan granit. Pasir bangunan
ini merupakan bahan galian golongan C yang sebagian besar diusahakan dan
dieksploitasi oleh masyarakat Belitung. Kabupaten ini sudah dikenal sebagai
penghasil timah putih (stanum) yang telah dikenal luas di pasar
internasional.

Pulau Belitung juga merupakan penghasil, kaolin, kwarsa (quartz), pasir


bangunan, bauksit, granit, tanah liat dan tanah puru. Kaolin banyak tersebar
di Kecamatan Tanjungpandan, kemudian Pasir kuarsa penyebarannya
hampir di seluruh Kabupaten Bangka. Granit banyak dijumpai di
Tanjungandan, Sijuk dan Badau. Tanah liat dijumpai di wilayah
Tanjungpandan dan Sijuk, sedangkan tanah puru banyak dijumpai di hampir
seluruh wilayah Kabupaten Belitung.

16
2.2.4. Daya Tarik Wisata Kabupaten Belitung

Kabupaten Belitung merupakan salah satu daerah yang memiliki keaneka


ragaman daya tarik wisata yang cukup menarik seperti pantai, air panas,
peninggalan sejarah, dan lainnya. Berdasarkan hasil inventarisasi Rencana
Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Belitung, wilayah ini
memiliki daya tarik wisata alam sebanyak 18 lokasi (19 diantaranya adalah
wisata pantai), wisata pulau-pulau kecil sebanyak 21 lokasi, wisata
pemandian / kolam renang sebanyak 6 lokasi, sungai/danau sebanyak 1
lokasi, air terjun 2 lokasi, pegunungan 3 lokasi serta lain lain sebanyak 3
lokasi.

Secara terperinci daya tarik wisata tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kawasan Strategis Pariwisata Daerah meliputi:

a. kawasan geowisata bawah laut Tanjung Kelayang dan sekitarnya;

b. kawasan pariwisata perkotaan Tanjungpandan dan sekitarnya;

c. kawasan pariwisata pulau-pulau kecil di Kecamatan Selat Nasik dan


sekitarnya; dan

d. Kawasan Ekowisata Kecamatan Badau dan sekitarnya

2. Kawasan pengembangan pariwisata daerah, meliputi :

a. kawasan geowisata batuan granit Tanjong Tinggi dan sekitarnya;

b. kawasan pariwisata petualangan alam di Kecamatan Membalong dan


sekitarnya; dan

c. kawasan minawisata Pantai Penyabong dan sekitarnya.

17
Gambar 2.2. Peta Kawasan Pariwisata Pulau Belitung dan sekitarnya

18
2.2.5. Daya Dukung Kepariwisataan Kabupaten Belitung
Daya dukung penyelenggaraan pariwisata di Kabupaten Belitung pada
umumnya baik tentang infrastrukturnya, industri pariwisatanya serta
masyarakat yang terkait dengan penyelenggaraan kepariwisataan daerah
yang ada di Kabupaten Belitung.

1) Daya Dukung Infrastruktur


Secara umum daya dukung infrastruktur terhadap pengembangan
pariwisata di Kabupaten Belitung telah terlayani dengan jaringan jalan
yang memadahi, hanya beberapa lokasi yang masih perlu ditingkatkan.
Ketersediaan infrastruktur tersebut sayangnya belum diimbangi dengan
sistem transportasi yang menunjang keberadaan lokasi kunjungan wisata
yang tersebar di berbagai daerah, dimana sebagian besar adalah wisata
alam yang didominasi oleh alam pantai. Oleh karena itu pengembangan
dan peningkatan infrastruktur untuk menunjang pariwisata alam pantai
khususnya pariwisata bahari masih perlu mendapat perhatian. Sementara
seperti jaringan listrik, telepon dan air bersih juga masih sangat terbatas.

Kawasan pariwisata pantai Tanjungkelayang dan Tanjungtinggi termasuk


Kawasan Pengembangan Pariwisata, pada saat ini sudah terlayani oleh
jaringan jalan dengan konstruksi aspal dan dalam kondisi baik. Jalan
tersebut sekaligus menjadi jalan nasional. Kawasan pantai tersebut sudah
terlayani oleh jaringan listrik, telepon dan air bersih.

2) Daya Dukung Industri Pariwisata


Kabupaten Belitung sebagai salah satu daerah tujuan wisata telah
didukung oleh berbagai industri jasa pariwisata seperti akomodasi, travel,
restaurant dan lainnya. Industri jasa pariwisata yang ada di Kabupaten
Belitung adalah sebagai berikut :
• Akomodasi/hotel dan wisma = 39 buah (14 diantaranya berbintang).
• Restaurant/rumah makan = 44 buah
• Agen perjalanan dan diving operator = 66 buah
• Festival (Perayaan) = 20 buah.

19
3) Daya Dukung Masyarakat Setempat

Masyarakat setempat sangat besar peranannya dalam memberikan andil


terhadap pembangunan pariwisata di daerahnya. Kondisi masyarakat
yang peduli dengan kegiatan pariwisata akan sangat menunjang
pengembangan pariwisatanya seperti keramahtamahan, menjaga
kebersihan lingkungan, memanfaatkan peluang usaha dengan membuat
dan menjual makanan khas daerah dan sebagainya. Secara khusus
masyarakat perkotaan Tanjungpandan dapat dikatakan sudah
berpartisipasi dan menyadari daerahnya menjadi tujuan wisata. Juga
dalam hal ini dapat dilihat bahwa kondisi jalan pusat perkotaan terlihat
bersih, terdapat kegiatan usaha yang terkait dengan pariwisata seperti
café, penjual makan khas daerah untuk dijadikan buah tangan dan
lainnya. Kondisi seperti ini tentunya dapat dikembangkan kepada
masyarakat disekitar lokasi/kawasan pariwisata seperti kawasan pantai
Tanjungpendam yang berada di tengah kota Tanjungpandan dan Air
Saga.

2.2.6. Potensi Perkebunan


Perkebunan di Kabupaten Belitung dibagi atas perkebunan rakyat dan
perkebunan besar. Perkebunan besar terdiri dari perkebunan milik
pemerintah dan perkebunan swasta. Produksi komoditas perkebunan rakyat
terdiri dari antara lain lada, karet, kelapa sawit dan cengkeh. Jumlah
perkebunan besar kelapa sawit di Kabupaten Belitung pada tahun 2016
tercatat sebanyak 14 perusahaan. Kabupaten Belitung bersama dengan
Kabupaten Bangka sejak dulu terkenal selain dikenal dengan salah satu
daerah penghasil timah juga dikenal sebagai daerah penghasil lada putih
terbesar didunia. Hal ini sangat beralasan karena secara turun temurun
penduduk Belitung sudah terbiasa dalam pengelola lada putih. Untuk
pengembangan untuk komuniti ini, lahan yang potensial seluas 30.000 Ha,
sedangkan lahan yang sudah diusahakan baru mencapai 5.591,5 Ha(18,64%).
Adapun lokasi lahan yang ada untuk komoditas lada tersebar hampir
disemua kecamatan Kabupaten Belitung kecuali di Kecamatan Selat Nasik.

20
Selain itu potensi perkebunan untuk tanaman karet juga sangat dominan di
Kabupaten Belitung. Lokasi lahan pengembangan komoditas karet di
Kabupaten Belitung menyebar hampir di semua kecamatan, hanya yang
paling dominan di kecamatan mendo barat. Seperti daerah lain umumnya
tanaman karet memerlukan waktu 5-6 tahun untuk dapat disadap, oleh
karena itu pembngunan perkebunan karet memerlukan investasi jangka
panjang engan masa tenggang 5-6 tahun komoditas lada tersebar hampir di
semua kecamatan di Kabupaten Belitung.

Pembangunan sub sektor perkebunan pada hakekatnya adalah kelanjutan


dan peningkatan dari semua usaha yang telah dilaksanakan pada
pembangunan sebelumnya. Untuk Kabupaten Belitung sub sektor
perkebunan merupakan salah satu program strategis, karena memegang
peranan yang relatif penting dalam perekonomian masyarakat.

Luas area tanaman perkebunan komoditi lada, karet, dan kelapa sawit
mengalami kenaikan sedangkan komoditi kelapa mengalami penurunan.
Terdapat juga kawasan agrowisata yang meliputi kebun durian Dusun Aik
Gede, Kebun Buah Badau, Taman Kehati Aik Selumar serta Taman Kehati
Desa Lassar.

2.3. Demografi dan Urbaninasi

2.3.1. Jumlah Penduduk dan KK

Penduduk suatu daerah menjadi sangat krusial fungsinya bagi pemerintah


daerah. Mengingat sifatnya yang sangat penting, kondisi penduduk menjadi
salah satu tolak ukur pemerintah daerah dalam mengambil berbagai
kebijakan strategis dalam pembangunan. Dengan data kependudukan yang
benar, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, akan memperbesar tingkat
keberhasilan suatu kebijakan.

21
Jumlah penduduk Kabupaten Belitung berdasarkan hasil sensus penduduk
tahun 2016 adalah sebesar 178.719 jiwa, dengan laju pertumbuhan 2015-2016
sebesar 2,10 persen. Jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2016 sebanyak 92
628 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 86 091 jiwa. Rasio jenis kelamin
sebesar 107, artinya pada tahun 2016 untuk setiap 207 penduduk di
Kabupaten Belitung terdapat 100 penduduk perempuan dan 107 penduduk
laki-laki.

Jumlah Kepala Keluarga pada tahun 2016 adalah sebanyak 53.025 KK, dengan
jumlah Rumah Tangga terbanyak adalah di Kecamatan Tanjungpandan
sebanyak 99.283, dan jumlah Rumah Tangga terendah di Kecamatan Selat
Nasik yaitu sebanyak 1.817.

Adapun tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Belitung mencapai 76


orang per km2. Apabila dilihat menurut Kecamatan, Kecamatan
Tanjungpandan memiliki tingkat kepadatan tertinggi yaitu sebesar 257 orang
per km2 dan Kecamatan Membalong memiliki tingkat kepadatan terendah
yaitu 30 orang per km2.

Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan, Luas Daerah (Km²)


Kepadatan per Km² di Kabupaten Belitung Tahun 2016

Luas Daerah
No. Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah KK
(km2)

1 Membalong 909,55 27.644 7.677

2 Tanjungpandan 378,45 99.263 30.283

3 Badau 458,20 14.835 4.213

4 Sijuk 413,99 30.688 9.035

5 Selat Nasik 133,50 6.289 1.817

Tahun 2016 2.293,69 178.719 53.025


Sumber : BPS Kabupaten Belitung, 2017

22
2.3.2. Jumlah Penduduk Miskin Dan Persebaran Penduduk

Pada tahun 2016, persentase penduduk miskin skala nasional adalah sebesar
10,70%, sementara persentase kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung adalah sebesar 5,22%, sedangkan untuk Kabupaten Belitung
berdasarkan data dari BPS Kabupaten Belitung, persentase penduduk
miskinnya sebesar 7,80% atau 13.940 penduduk, perkembangan kondisi
kemiskinan pada Kabupaten Belitung selanjutnya dapat dilihat pada tabel 2.3
di bawah ini.

Tabel 2.3 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Belitung


Tahun 2002 s/d 2016

Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk


Tahun Persentase
Miskin
2002 129.774 29.800 22,96%
2003 132.893 17.400 13,09%
2004 136.074 15.900 11,68%
2005 139.322 14.100 10,12%
2006 142.586 17.010 11,93%
2007 145.910 14.020 9,61%
2008 149.297 13.330 8,93%
2009 152.747 12.440 8,14%
2010 156.764 15.900 10,14%
2011 160.385 11.290 7,04%
2012 163.977 12.090 7,37%
2013 167.602 14.300 8,53%
2014 171.271 12.700 7,42%
2015 175.048 14.580 8,33%
2016 178.719 13.940 7,80%
Sumber : BPS Kabupaten Belitung, 2017

Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Belitung terus mengalami penurunan


secara signifikan dari tahun ke tahun, bila diperhatian tabel di atas terlihat
bahwa jumlah penduduk miskin di Kabupaten Belitung mengalami
penurunan. Misalnya pada tahun 2006 jumlah penduduk miskin di
Kabupaten Belitung sebesar 17.010 atau sekitar 11,93% angka ini menurun
pada tahun 2016 menjadi 13.940atau sebesar 7,80%.

23
2.3.3. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Lima Tahun Ke Depan

Proyeksi Penduduk Kabupaten Belitung selama lima tahun ke depan yakni


dari tahun 2018-2022 menjadi sebesar 202.310 jiwa. Gambaran secara rinci
dapat dilihat pada Tabel 2.4 di bawah ini.

Tabel 2.4. Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Belitung Tahun 2018-


2022

No. Tahun Jumlah Penduduk

1 2011 160.385

2 2012 163.977

3 2013 167.602

4 2014 171.271

5 2015 175.048

6 2016 178.721

7 2017 182.418

8 2018 186.155

9 2019 189.824

10 2020 193.493

11 2021 197.852

12 2022 202.310
Sumber : BPS Kabupaten Belitung, 2017

Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Belitung (2017), tingkat pertumbuhan


penduduk tahun 2016 Kecamatan Tanjungpandan 2,44%, Kecamatan Sijuk
1.93%, Kecamatan Mendo Barat 2,04%, Kecamatan Merawang 1,78% ,
Kecamatan Badau 1,68%, Kecamatan Puding Besar 1,48, Kecamatan Pemali
2,80%, dan Kecamatan Membalong 2,43%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
table 2.6 dibawah ini.

24
Tabel 2.5. Tingkat pertumbuhan penduduk dan kepadatan Kabupaten
Belitung

Kepadatan
Luas
Jumlah Laju Pertumbuhan Penduduk (%) Penduduk
Kecamatan Daerah
Penduduk
(km2)
2012-2013 2013-2014 2014-2015 Per Desa Per km2

Membalong 909,55 27.644 2,16 2,17 2,06 2.304 30

Tanjungpandan 378,45 99.263 2,3 2,31 2,2 6.204 262

Badau 458,2 14.835 2,44 2,45 2,33 2.119 32

Sijuk 413,99 30.688 2,26 2,27 2,15 3.069 74

Selat Nasik 133,5 6.289 -0,14 -0,14 -0,16 1.572 47

Rata-Rata 2,19 2,2 2,1 3.647 78

Sumber : BPS Kabupaten Belitung, 2017

2.3.4. Jumlah Penduduk Perkotaan dan Proyeksi Urbanisasi

Penduduk dan tenaga kerja merupakan sumberdaya yang sangat berharga


bagi suatu wilayah karena menjadi salah satu faktor positif yang memacu
pertumbuhan ekonomi suatu kecamatan. Dengan jumlah penduduk dan
tenaga kerja yang lebih besar, maka suatu wilayah memiliki pasar yang lebih
besar pula, apalagi jika ditunjang oleh kualitas SDM yang memadai. Dengan
kemampuan dan sumberdaya penduduk dan tenaga kerja yang baik, maka
kemungkinan suatu wilayah kecamatan berkembang akan lebih baik jika
dibandingkan dengan wilayah kecamatan yang berpenduduk lebih kecil dan
sumberdaya manusia yang lebih rendah. Dari aspek lain, makin besar jumlah
penduduk dan tenaga kerja di suatu wilayah dapat dinyatakan bahwa
wilayah tersebut memiliki faktor penarik yang lebih besar.

Tenaga kerja merupakan faktor vital dalam kehidupan manusia baik ditinjau
dari sisi ekonomi maupun sosial. Sisi ekonomi menjelaskan kebutuhan
manusia akan pekerjaan dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari, sebaliknya sektor-sektor usaha membutuhkan tenaga kerja (SDM) untuk
menggerakkan roda perekonomian. Sedangkan sisi sosial dari tenaga kerja,
berkaitan erat dengan pengakuan masyarakat terhadap kemampuan
perekonomian.

25
Tabel 2.6. Struktur Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha Kabupaten
Belitung Tahun 2016

No. Uraian Pekerja Persentase


1 Pertanian 27.626 32,93
2 Industri Pengolahan 8.319 9,92
3 Perdagangan, Hotel dan 17.229 20,53
Restoran
4 Jasa Kemasyarakatan 14.875 17,73
5 Lainnya *) 15.854 18,90
Jumlah 83.903 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Belitung, 2017

Tabel 2.6 menunjukkan proyeksi struktur tenaga kerja di Kabupaten Belitung


tahun 2015. Penyerapan tenaga kerja didominasi oleh bidang pertanian yaitu
sebesar 32,93%. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor primer merupakan
sektor ekonomi dengan tingkat penyerapan tenaga kerja tertinggi di
Kabupaten Belitung. Tenaga kerja yang terserap di sektor sekunder adalah
sebesar 9,92 %, masih dibawah sektor tersier (20,53 persen) yang didominasi
oleh usaha industri pengolahan dan usaha kontruksi. Sedangkan penyerapan
tenaga kerja di sektor tersier lebih didominasi oleh usaha pedagang besar dan
eceran, reparasi dan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum.

Kabupaten Belitung merupakan Kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka


Belitung yang berkembang cukup pesat dengan pertumbuhan dan kepadatan
penduduk tertinggi. Bagaikan kembang di musim hujan, kemajuan -
kemajuan pembangunan, khususnya pembangunan ekonomi, dapat dilihat
dan dirasakan dengan menjamurnya pusat-pusat perdagangan mengundang
banyak sekali pendatang yang ingin bekerja. Ini tidak lain merupakan salah
satu dampak positif dari otonomi daerah di era reformasi birokrasi.
Pertambahan jumlah penduduk pendatang ini akan semakin terus meningkat
seiring tumbuhnya pembangunan yang ada. Dan fenomena ini akan semakin
tidak terkendali jika pemerintah daerah tidak bijak dalam menyikapinya.

26
Akan banyak permasalahan kependudukan yang muncul dari efek euforia ini
disebabkan banyaknya penduduk yang datang dapat dikategorikan sebagai
penduduk musiman. Artinya,penduduk ini tidak selamanya menetap atau
tidak menjadi penduduk tetap Kabupaten Belitung Belitung.

Permasalahan yang saat ini telah muncul adalah berkaitan dengan


administrasi kependudukan. Sebagian besar penduduk musiman yang
datang tidak membawa dokumen kependudukan yang lengkap. Ini
mempunyai pengaruh yang besar terhadap daerah yang ditempati.

Masalah-masalah kependudukan lain yang mungkin akan terjadi


kedepannya, seperti yang sudah terjadi di kota – kota besar, antara lain
persebaran penduduk yang tidak merata, jumlah penduduk yang begitu
besar, pertumbuhan penduduk yang tinggi, rendahnya kualitas penduduk,
rendahnya pendapatan per kapita, tingginya tingkat ketergantungan, dan
kepadatan penduduk. Pertumbuhan jumlah penduduk pendatang yang tidak
terkendali akan mengakibatkan munculnya banyak rumah kumuh tidak
layak huni yang membuat tata letak kota menjadi berantakan dan tidak
tertata dengan baik.

Gaya hidup masyarakat perkotaan yang individualis, diakibatkan oleh


persaingan yang ketat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya membuat
mereka tidak peduli dengan sesama. Persebaran atau distribusi penduduk
adalah bentuk penyebaran penduduk di suatu wilayah atau Negara, apakah
penduduk tersebut tersebar merata atau tidak. Penyebaran penduduk
dapatlah diartikan juga pindahnya penduduk dari satu tempat ketempat lain
oleh apapun sebabnya, yang akan mengakibatkan terjadinya perubahan
penduduk.

Prosesnya sama dengan imigrasi atau emigrasi dan transmigrasi. Ada


beberapa faktor umum yang menjadi pendorong terjadinya proses imigrasi
ataupun urbanisasi, antara lain :

27
1. Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti menurunnya
daya dukung lingkungan, menurunnya permintaan atas barang-barang
tertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil
tambang,kayuataubahan dari pertanian.
2. Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya tanah untuk
pertanian di wiayah perdesaan yang makin menyempit).
3. Adanya tekanan-tekanan seperti politik, agama, dan suku, sehingga
mengganggu hak asasi penduduk di daerah asal.
4. Alasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan.
5. Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, musim
kemarau panjang atau adanya wabah penyakit.

Sedangkan faktor-faktor penarik dari perpindahan penduduk ini antara lain:


1. Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaiki taraf
hidup.
2. Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.
3. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan, misalnya
iklim, perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnya.
4. Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat
kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk
bermukim di kota besar.

Masalah kependudukan ini dapat diartikan sebagai kesulitan yang terjadi


dalam masyarakat yang perlu diatasi dan diselesaikan masalahnya dengan
solusi - solusi tertentu.

Pemerintah daerah memiliki peran yang sangat besar dalam mengatasi hal
ini. Perlu adanya pengendalian arus pendatang dan juga peraturan yang
tegas, terutama di daerah kota tujuan pendatang, tentang tata kota dan
kependudukan, lebih khusus lagi berkenaan dengan penertiban dokumen
kependudukan.

28
2.4. Isu Strategis Sosial, Ekonomi, Dan Lingkungan

2.4.1. Data perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi

Perekonomian di Kabupaten Belitung tahun 2016 kontribusi terbesarnya


berasal dari Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dengan kontribusi
sebesar 27,55 persen. Penopang kedua adalah Sektor Industri Pengolahan
dengan kontribusi sebesar 12,45 persen. Sedangkan kontribusi terkecil adalah
dari Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang
dengan kontribusi sebesar 0,03 persen.

PDRB per kapita merupakan salah satu ukuran indikator kesejahteraan


penduduk dan sering digunakan untuk mengukur tingkat pembangunan
penduduk di suatu wilayah. Pada tahun 2016 PDRB per kapita penduduk di
Kabupaten Belitung dihitung berdasarkan harga berlaku sebesar 44,78 juta
rupiah dengan pertumbuhan sebesar 6,96 persen dibanding tahun 2015.

Pada tahun 2016 PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Belitung dengan
migas mengalami peningkatan dari 7.328.434 juta rupiah pada tahun 2015
menjadi sebesar 8.003.005 juta rupiah di tahun ini. Untuk PDRB atas dasar
harga konstan 2016 juga mengalami peningkatan. Nilai PDRB atas dasar
harga konstan 2011 pada tahun 2016 adalah 5.660.665 juta rupiah.

Tabel 2.7. Perkembangan PDRB Kabupaten Belitung, 2013-2016


No. Tahun PDRB Harga Berlaku PE % PDRB Harga Konstan PE %
(Juta Rp)
(juta Rp)

1 2013 6.000.332 12,49 4.934.002 5,96

2 2014 6.735.557 12,25 5.167.069 4,72

3 2015 7.345.931 9,06 5.400.911 4,53

4 2016 8.003.005 8,94 5.660.665 4,81


Sumber : BPS Kabupaten Belitung, 2017

Tabel diatas memperlihatkan bahwa PDRB ADHB meningkat dari Rp.


5.333.908 pada tahun 2012 menjadi Rp. 8.003.005 pada tahun 2016. Sedangkan

29
PDRB HK, meningkat dari Rp. 4.656.473 pada tahun 2012 menjadi Rp.
5.660.665 pada tahun 2016. Meskipun terus membaik, namun perbaikan
tersebut tidak linear dengan pertumbuhannya. Trend pertumbuhan ekonomi
terlihat cenderung mengalami penurunan yang cukup signifikan dalam
kurun waktu tiga tahun terakhir. Pada tahun 2013, PE 12,459, menurun pada
tahun 2014 menjadi 12,25%, kembali mengalami penurunan menjadi 9,06%
pada tahun 2015, dan kembali menurun menjadi 8,94% pada tahun 2016.

Secara umum, peningkatan ini cenderung disebabkan oleh tiga faktor utama.
Pertama, semakin membaiknya pertumbuhan ekonomi global, walaupun
tingkat pertumbuhannya tidak begitu kuat menyebabkan semakin stabilnya
harga terhadap beberapa komoditas utama, seperti lada, karet, sawit dan
timah ditengah kondisi ekonomi global yang mengalami sedikit goncangan
dalam kurun waktu tersebut terutama Eropa, Amerika Serikat dan China
yang memang menjadi barometer ekonomi dunia maupun barometer ekspor
bagi komoditas unggulan daerah. Multiplier efek dari kondisi tersebut disatu
sisi menyebabkan demand terhadap komoditas unggulan daerah meningkat
sedangkan disisi lain supplay komoditas unggulan daerah cukup untuk
memenuhi permintaan global tersebut sehingga export price comodity
menjadi tinggi. Seperti diketahui, perekonomian Kabupaten Belitung sangat
tergantung kepada keempat komoditi tersebut. Perubahan kebijakan dan
perubahan harga di pasar internasional yang berimbas ke harga di pasar
domestik, secara langsung maupun tidak langsung akan merubah PDRB-nya.
Disamping itu meningkatnya daya beli masyarakat akibat penurunan harga
Bahan Bakar Minyak (BBM) juga menjadi katalisator perekonomian daerah
tanpa harus mengubah pola konsumsi masyarakat (subtitusi). Ketiga, karena
kebijakan regulasi perdagangan komoditi timah dan kebijakan pendirian
smelter. Kebijakan tersebut diambil selain untuk membatasi ekspor dalam
bentuk bahan mentah dan ilegal mining juga lebih berorientasi kepada nilai
tambah (value added) komiditas sekaligus mengurangi perusakan
lingkungan secara masif (pro environment).

30
2.4.2. Data Pendapatan Per Kapita Dan Proporsi Penduduk Miskin

Indikator perekonomian penting lainnya adalah PDRB perkapita.


Pertumbuhan positip dari PDRB perkapita mengindikasikan bahwa
perekonomian masyarakat di Kabupaten Belitung semakin baik. Berdasarkan
metode terbaru, PDRB perkapita Kabupaten Belitung pada tahun 2015 adalah
sebesar Rp. 35.561 dengan laju pertumbuhan sebesar 7,00 persen dari Rp.
33.235 pada tahun 2014. Selama kurun waktu lima tahun sejak tahun 2011,
PDRB perkapita Kabupaten Belitung mengalami pertumbuhan rata-rata 8,66
persen.

Tabel 2.8. PDRB Per Kapita dan Laju Pertumbuhan Kabupaten Belitung
Tahun 2013-2016

PDRB per Kapita


Tahun Pertumbuhan
(x Rp. 1.000)

2013 35,80 10,05%

2014 39,33 9,86%

2015 41,87 6,46%

2016 44,78 6,95%

Rata-Rata Pertumbuhan 8,33%


Sumber : BPS Kabupaten Belitung, 2017

Peningkatan PDRB per kapita Kabupaten Belitung ini sejalan dengan


pertumbuhan PDRB Kabupaten Belitung yang juga terus meningkat dari
tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi yang
terus meningkat di Kabupaten Belitung.

Kondisi kemiskinan merupakan tantangan pembangunan yang harus kita


hadapi mengingat masalah sangat komplek menyangkut banyak aspek
karena keterkaitan dengan pendapatan yang rendah, pengangguran, buta
huruf, derajat kesehatan yang rendah dan ketidaksamaan derajat antar jenis
kelamin serta buruknya lingkungan hidup. Menurut Bank Dunia salah satu

31
penyebab dari kemiskinan adalah kurangnya pendapatan dan aset untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, perumahan, dan
tingkat pendidikan dan kesehatan yang dapat diterima. Disamping itu
kemiskinan juga terkait dengan keterbatasan lapangan kerja serta tingkat
pendidikan dan kesehatan yang rendah.

Jika dilihat kondisi penduduk miskin Kabupaten Belitung dalam kurun


waktu 2013-2016 terhadap kondisi PDRB per kapita Kabupaten Belitung
terlihat korelasi positifnya bahwa peningkatan PDRB per kapita diiringi
dengan penurunan angka kemiskinan, seperti yang terlihat pada tabel di
bawah ini.

Tabel 2.9. PDRB Per Kapita dan Jumlah Penduduk Miskin

Kabupaten Belitung Tahun 2011-2015 Tahun PDRB Per Kapita (x Rp. 1.000)
Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa)

PDRB Per Kapita


Tahun Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa)
(x Rp. 1.000)
2013 35,80 14.300

2014 39,33 12.700

2015 41,87 14.580

2016 44,78 13.940


Sumber : BPS Kabupaten Belitung, 2017

2.4.3. Kondisi Lingkungan Strategis

2.4.3.1. Tanah dan Topografi

Tanah di daerah Kabupaten Belitung mempunyai PH di bawah 5, didalamnya


mengandung mineral biji timah dan bahan galian lainnya. Keadaan tanah di
Kabupaten Belitung pada umumnya didominasi oleh kwarsa dan pasir,
batuan aluvial dan batuan granit. Menurut letaknya, batuan kwarsa dan pasir
tersebar secara merata di seluruh wilayah kecamatan dengan luas mencapai

32
266.865 ha atau 56,98 persen dari luas Kabupaten Belitung. Untuk batuan
aluvial dapat ditemukan hampir di seluruh wilayah kecamatan, kecuali
Kecamatan Selat Nasik dengan luas total seluruhnya mencapai 133,5 km2
atau 5,82 persen dari luas Kabupaten Belitung.

Kondisi topografi Pulau Belitung pada umumnya bergelombang dan


berbukit-bukit yang telah membentuk pola aliran sungai di daerah ini
menjadi pola sentrifugal, dimana sungai yang ada, berhulu di daerah
pegunungan dan mengalir ke daerah pantai. Sedangkan daerah aliran sungai
mempunyai pola aliran sungainya berbentuk seperti pohon.

Pada Kota Tanjungpandan, secara topografi merupakan daerah dengan


kontur tanah bergelombang di bagian baratnya yang merupakan perbukitan
dan sedikit landai di bagian timurnya yang berupa pantai. Kondisi ini
menyebabkan adanya beberapa lokasi di bagian Kota Tanjungpandan yang
merupakan cekungan, sehingga pada musim hujan sebgaian besar limpasan
permukaan dan saluran drainase mengarah kesana. Hal ini membutuhkan
penanganan khusus untuk mempercepat proses pembuangan air
drainasenya menuju ke Sungai ataupun laut, disamping juga membutuhkan
saluran drainase baru yang memotong beban limpasan permukaan di bagian
hulu cekungan agar air yang msuk ke daerah cekungan berkurang
volumenya.

2.4.3.2. Hidrologi Oseanografi

Pada umumnya sungai-sungai di daerah Kabupaten Belitung berhulu di


daerah perbukitan dan pegunungan yuang berada di tengah Pulau Belitung
dan bermuara di pantai laut. Daerah hilir (pantai) terdiri atas beberapa
Daerah Aliran Sungai (DAS) utama, yakni:

• Sebelah Utara oleh DAS Buding

• Sebelah Selatan oleh DAS Pala dan Kembiri, dan

• Sebelah Barat oleh DAS Brang dan Cerucuk.

33
Sungai-sungai tersebut berfungsi sebagai sarana transportasi dan belum
bermanfaat untuk pertanian dan perikanan karena para nelayan karena para
nelayan lebih cenderung mencari ikan ke laut. Pada dasarnya di Daerah
Kabupaten Belitung tidak ada danau alam, hanya ada bekas penambangan
bijih timah yang luas hingga menjadikannya seperti danau buatan yang
disebut kolong. Dari bekas penambangan tersebut sebagian telah
dimanfaatkan oleh masyarakat maupun pemerintah sebagai sumber air baku
air bersih maupun untuk tempat wisata, walaupun belum dikelola secara
optimal baik oleh masyarakat maupun oleh pemerintah setempat.

2.4.3.3. Klimatologi

Iklim Kabupaten Belitung mempunyai iklim tropis dan basah dengan variasi
curah hujan bulanan pada tahun 2016 antara 174,70 mm sampai 506,00 mm
dengan jumlah hari hujan antara 16 hari sampai 26 hari setiap bulannya,
dengan curah hujan terendah pada bulan Juni dan curah hujan tertinggi pada
bulan Februari.

Tabel 2.10. Jumlah Curah Hujan, Hari Hujan dan Suhu Udara menurut
Bulan Di Kabupaten Belitung Tahun 2016

Hujan Tekanan
Bulan / Tahun
Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hari) Udara
Januari 478,80 26 1.012,00
Februari 506,00 21 1.011,70
Maret 188,40 21 1.011,90
April 435,10 24 1.010,80
Mei 249,00 21 1.010,10
Juni 174,70 22 1.011,10
Juli 223,90 16 1.010,60
Agustus 265,10 18 1.010,70
September 283,40 17 1.011,00
Oktober 268,80 27 1.010,20
November 332,00 25 1.010,50
Desember 347,40 22 1.010,10
Rata-rata 312,72 22 1.010,89
Sumber : BPS Kabupaten Belitung, 2017

34
Suhu rata-rata daerah Kabupaten Belitung berdasarkan data dari Stasiun
Meteorologi dan Geofisika Tanjungpandan menunjukan angka 22,78 Celcius
dan intensitas penyinaran matahari 49,2 persen dan tekanan udara rata-rata
antara 1.010,89 mb.

Tabel 2.11. Suhu Udara dan Rata-rata Penyinaran Matahari Menurut Bulan
Di Kabupaten Belitung Tahun 2016

Rata-Rata Penyinaran
Bulan / Suhu Udara
Matahari
Tahun
Minimum Maksimum Rata-Rata
Januari 26,30 32,20 22,80 44,40
Februari 26,50 33,00 22,60 40,50
Maret 26,90 32,80 23,10 52,50
April 26,50 33,80 23,20 50,30
Mei 27,10 33,90 23,40 51,50
Juni 26,80 33,80 22,80 56,20
Juli 27,00 33,70 22,00 70,10
Agustus 26,90 33,20 23,00 72,10
September 27,00 33,80 22,70 65,90
Oktober 26,60 33,90 22,00 36,40
November 26,10 33,30 23,00 25,60
Desember 26,60 32,20 22,80 25,60
Rata-rata 26,70 33,30 22,78 49,26
Sumber : BPS Kabupaten Belitung, 2017

2.4.4. Resiko Bencana Alam


Secara keseluruhan Kabupaten Belitung bukanlah daerah yang rawan terkena
bencana, seperti bencana banjir atau longsor. Hal ini dapat dijelaskan karena
bentuk morfologi Kabupaten Belitung cenderung datar. Kondisi yang sering
terjadi di Kabupaten Belitung adalah adanya genangan yang terjadi di
beberapa kecamatan tersebar di Kabupaten Belitung akibat naiknya
permukaan laut dan air pasang disamping itu juga penyebab lainnya karena
adanya musim hujan tiba. Namun genangan yang terjadi tidak mengganggu
perekonomian dan aktivitas sehari-hari masyarakat Kabupaten Belitung.
Tetapi sejak tahun 2013 potensi bencana banjir semakin membesar dan
menjadi banjir yang melanda banyak lokasi mulai di perkotaan maupun
perdesaan.

35
Dari faktor kondisi alam penyebab banjir di Kabupaten Belitung adalah
kondisi topografi yang sebagian besar merupakan dataran rendah ataupun
daerah cekungan sehingga air yang datang cenderung menggenang, geometri
sungai yang berubah-ubah dikarenakan aktivitas Tambang Inkonvensional
(TI), serta terjadinya degradasi lahan akibat pemanfaatan/eksploitasi hutan
dan lahan secara besar-besaran sehingga menambah luasan areal dataran
rendah, melemahnya fungsi hutan sebagai pengikat air.

Berdasarkan tipologinya Daerah rawan bencana banjir di Kabupaten Belitung


sebagian besar adalah daerah dataran banjir (floodplain area) yaitu daerah
dataran rendah di kiri dan kanan alur sungai, yang elevasi muka tanahnya
sangat landai dan relatif datar, sehingga aliran air menuju sungai sangat
lambat, yang mengakibatkan daerah tersebut rawan terhadap banjir, baik
oleh luapan air sungai maupun karena hujan lokal di daerah tersebut.

Beberapa kawasan yang rawan terhadap banjir atau genangan antara lain
yaitu wilayah Kampung Amau, Kelurahan Parit dengan tinggi rerata banjir
atau genangan yang terjadi + 20-30 cm dengan lama genangan + 1-1,5 jam
kemudian surut. Selain itu, di sepanjang Jalan Sriwijaya sering terjadi
genangan dengan ketinggian 10-15 cm dan lama genangan + 1 jam. Pada
lokasi Jalan Bukit, kecenderungan terjadi genangan air lebih disebabkan letak
pemukiman yang lebih rendah dari jalan raya dan jarak yang dekat dengan
Sungai Cerucuk. Lokasi banjir di Kota Tanjunpanan berada di wilayah pantai
yang memiliki topografi sangat landai dan dipengaruhi pasang surut.

Wilayah Kota Tanjungpandan terletak di daerah pesisir pantai sehingga


masalah drainase kotanya dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Jarak
pembuangan air ke laut relatif pendek dan sebagian besar drainase Kota
Tanjungpandan bermuara ke Sungai Cerucuk.

Dengan berkembangnya kota, maka semakin banyak pula perubahan yang


terjadi dengan tata guna lahan di wilayah ini. Sehingga debit air limpasan
(run off) akan menjadi lebih besar terutama perubahan tata guna lahan yang
menyebabkan berkurangnya daerah resapan.

36
Pertumbuhan Kota Tanjungpandan yang pesat mempengaruhi desain
drainase yang sudah ada dalam hal ini kapasitas saluran drainase di tingkat
tersier tidak dapat menampung debit air yang masuk, ditambah lagi dengan
kurang terawatnya saluran (akibat sampah dan sedimen yang masuk ke
saluran) maka pada musim hujan seringkali menyebabkan timbulnya
genangan di daerah yang padat penduduk seperti Kampung Amau dan
sekitarnya. Terjadinya alih fungsi lahan untuk pemukiman dan pelebaran
jalan menyebabkan air hujan yang turun lebih banyak menjadi limpasan
permukaan daripada masuk dan meresap ke dalam tanah sehingga debit air
yang terbuang ke saluran drainase menjadi lebih besar.

Kondisi ini menyebabkan kapasitas tampung saluran drainase yang ada perlu
dikaji ulang agar tidak menimbulkan genangan. Disamping itu lokasi Kota
Tanjungpandan yang dekat ke laut perlu memperhitungkan pengaruh
pasang surut air laut untuk kelancaran pembuangan drainasenya. Perawatan
saluran terutama saluran-saluran tersier yang tidak maksimal juga
merupakan kendala bagi sistem drainase Kota Tanjungpandan seperti
sedimentasi dan vegetasi serta tertutupnya inlet saluran yang dapat
menghambat laju aliran air.

Aktivitas Tambang Inkonvesional (TI) yang dilakukan masyarakat membuat


aliran sungai juga mengalami pendangkalan, rusaknya kolong retensi dan
tersumbatnya aliran sungai yang bisa dilihat dari banyaknya daerah rawan
bencana banjir ini terletak di kawasan kegiatan Tambang Inkonvensional (TI).

Selain itu beberapa daerah rawan bencana banjir juga berada di daerah pantai
atau sungai pasang surut yang dipengaruhi oleh pasang dan surutnya air
laut. Sehingga pada saat air laut pasang ditambah dengan kondisi hujan
dengan kapasitas tinggi menyebabkan daerah tersebut mengalami banjir.

Pada umumnya daerah-daerah rawan bencana banjir di Kabupaten Belitung


walaupun tidak secara spesifik dilakukan penelitian terhadap tekstur tanah,
dilihat dari kejadiannya juga berada di daerah yang mempunyai tingkat

37
permeabilitas (kecepatan air merembes ke arah horizintal maupun vertikal
melalui pori-pori tanah) yang rendah, mempunyai tingkat infiltrasi tanah
yang kecil dan run off yang tinggi. Kecepatan perembesan air ini dipengaruhi
oleh tekstur tanah. Selain itu untuk daerah-daerah di sekitar sungai yang
rawan bencana banjir terjadi karena Daerah Pengaliran Sungai (DPS) yang
memiliki karakteristik di kiri dan kanan alur sungai mempunyai tingkat
permeabilitas tanah yang rendah.

Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Potensi Bencana Alam secara umum


meliputi banjir, kebakaran permukiman dan cuaca ekstrem. Secara rinci
setiap Kabupaten dan kota memiliki indeks rawan bencana yang berbeda-
beda. Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana Tahun
2011 dari seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,
Kabupaten Belitung Barat merupakan wilayah yang memiliki skor indeks
rawan bencana yang tinggi. Kabupaten Belitung pada posisi kedua dengan
skor 41. Secara nasional Kabupaten Belitung berada pada urutan 359.

Tabel 2.11. Indeks Rawan Bencana Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Kabupaten Skor Kelas Rawan Rangking Nasional


Kota Pangkalpinang 46 Tinggi 320
Belitung 41 Tinggi 359
Belitung Timur 40 Tinggi 365
Bangka Tengah 37 Tinggi 387
Bangka Selatan 37 Tinggi 388
Bangka 35 Sedang 397
Bangka Barat 32 Sedang 411

Sedangkan Berdasarkan RTRW Provinsi, di Provinsi Kepulauan Bangka


Belitung diketahui kawasan rawan bencana di Kabupaten Belitung , yaitu :

1. Kawasan Rawan Bencana Banjir terdapat di kawasan rawan banjir


terdapat di Tanjungpandan
2. Kawasan Rawan Bencana Abrasi/Erosi tersebar di Kecamatan
Membalong, Kecamatan Badau, Kecamatan Tanjung

38
Gambar 2.3. Peta Indeks Rawan Bencana di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung

2.4.5. Isu-Isu Strategis Terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta


Karya

Dalam hal pembangunan di Kabupaten Belitung, khususnya pada Bidang


Cipta Karya, terdapat beberapa isu strategis yang mempengaruhi kebijakan
maupun arah dari pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang
uraikan melalui ulasan sebagai berikut :

• Isu Strategis bidang air bersih, meliputi :


 Rendahnya cakupan pelayanan air minum di perkotaan dan perdesaan,
yaitu dengan total cakupan pelayanan sebesar 16%.
 Kurangnya ketersediaan kawasan sumber air yang dapat menjamin
ketersediaan air pada saat musim kemarau.
 Terdapatnya daerah rawan air.
• Isu Strategis Bidang Sanitasi :
 Masih rendahnya pelayanan sistem air limbah skala komunitas/
kawasan yaitu baru sebesar 5%.
 Masih rendahnya tingkat capaian pelayanan sampah di perkotaan,
yaitu baru sebesar 40%.
 Belum meratanya ketersediaan sistem jaringan drainase skala kawasan
dan skala kota, yaitu baru sebesar 65% dari kebutuhan drainase.

39
 Masih lemahnya manajemen dan operasional teknis pengelolaan
sampah terutama pada TPA.
 Masih kurangnya ketersediaan Fasilitas Pengurangan Sampah.
 Masih kurangnya Sistem Pengangkutan Sampah di Perkotaan.
 Belum terintegrasinya suatu sistem drainase yang meliputi seluruh
layanan drainase kawasan perkotaan.
 Belum optimalnya pengurangan luasan areal genangan.
• Isu Strategis bidang perumahan dan permukiman meliputi :
 Menurunnya kualitas permukiman sehingga tumbuh kawasan kumuh.
 Terdapatnya kawasan permukiman yang mempunyai kecenderungan
untuk menjadi kawasan kumuh.
 Rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak huni
dan terjangkau.
 Terbatasnya pengembangan PSU RSH/RST & Kawasan permukiman
perdesaan.
• Isu Strategis Bidang Penataan Bangunan :
 masih rendahnya penegakan aturan keselamatan bangunan.
 serta masih diperlukannnya pembinaan teknis dalam pembangunan
gedung.
 Masih rendahnya jumlah bangunan yang memiliki perizinan.
 Masih belum terselenggarakannya penyelenggaraan bangunan
gedung secara memadai termasuk dalam hal kelayakan bangunan
gedung.
• Isu Strategis Bidang Penataan ruang :
 Belum tersedianya rencana rinci tata ruang (Kawasan strategis dan
rencana detail tata ruang),
 Belum optimalnya perwujudan NSPK Bidang Penataan Ruang,
 Belum optimalnya Rencana Tata Ruang Wilayah sebagai acuan
pembangunan di daerah.

40

Anda mungkin juga menyukai