SATUAN KERJA PERENCANAAN UMUM, PERENCANAAN TEKNIS
DAN MANAJEMEN RANTAI PENGADAAN
BAPPEDA PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
Jalan Tgk. H.M. Daud Beureu-eh No. 26 Banda Aceh Telp. (0651) 21440
JALAN PENDIDIKAN
PENYUSUN AN
AN DET AI
AIL ENGINEERING DESIGN (DED)
INFR A STRUK TUR DES A
DI PROVINSI N A NGGROE A ACEH D A RUSS A L A M
NOMOR : 074/20/III/2006
TANGGAL : 01 Maret 2006
PT. WASTUWIDYAWAN
Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232
Telp. (024) 8442614
Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh
Telp. (0651) 23808
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 1/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
TANGGAL : 1 M A R E T 200 6
KECAMATAN : JAYA
PT. WASTUWIDYAWAN
Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232
Telp. (024) 8442614
Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh
Telp. (0651) 23808
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 2/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
Kata Pengantar
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 3/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
Daftar Isi
Halaman
Kata Pengantar ……………………..……………………………………………….. i
Daftar Isi …………………………….……………………………………………… ii
Daftar Tabel ………………………………………………………………………… vi
Daftar Gambar ……………………………………………………………………… viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …………………………………………… I-1
1.2. Maksud dan Tujuan …………………………………………… I-1
1.3. Sasaran …………………………………………… I-2
1.4. Lingkup Pekerjaan ………………………………………….... I-2
1.5. Kebijakan dan Strategi Penanganan ………………………….. I-3
1.6. Sumber Dana ……………………………………………………. I-4
BAB II KONDISI EKSISTING INFRASTRUKTUR DESA
2.1. Kondisi Eksisting Jalan …………………………………. II-1
2.2. Kondisi Eksisting Drainase ………………………………….. II-1
2.3. Kondisi Eksisting Air Bersih ………………………………….. II-2
2.4. Kondisi Eksisting Persampahan ………………………………….. II-2
2.5. Kondisi Eksisting Air Limbah/Kotor ..……………………….. II-2
2.6. Kondisi Eksisting Listrik ………………………………….. II-2
2.7. Kondisi Eksisting Telepon ………………………………….. II-2
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 4/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 5/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 6/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 7/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.2.1. Kecepatan aliran air yang diijinkan berdasarkan jenis material ……. V-37
Tabel 5.2.2. Hubungan kemiringan saluran samping jalan (i)
dan jenis material ……………………………………………. V-37
Tabel 5.2.3. Hubungan kemiringan saluran samping jalan (i)
dan jarak pematah arus (L) …………………………………… V-38
Tabel 5.2.4. Variasi fungsi periode ulang (Yt) ........................................... V-41
Tabel 5.2.5. Nilai Yang Tergantung Pada n ( Y n ) ........................................... V-42
Tabel 5.2.6. Hubungan Deviasi Standar (Sn) dengan Jumlah Data (n) …………. V-43
Tabel 5.2.7. Hubungan kondisi permukaan dengan koefisien hambatan ………. V-45
Tabel 5.2.8. Hubungan kondisi permukaan tanah dan koefisien pengaliran ( C ).. V-46
Tabel 5.2.9. Hubungan Kemiringan talud dan besarnya debit .............................. V-48
Tabel 5.4.1. Alternatif Pemakaian Bahan Bangunan Untuk Tangki Septik ..……. V-74
Tabel 5.4.2. Type Jamban ………………………………………………..……. V-76
Tabel 5.4.3. Ukuran Septik Tank Berdasarkan Pemakai ……………..……. V-77
Tabel 5.4.4. Bidang Resapan ………………………………………..…… V-77
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 8/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 9/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 5.5.1. Bin atau Sampah yang Terbuat dari Plastik ………………….. V-78
Gambar 5.5.2. Perletakan Wadah Sampah Non-Permanen ………………….. V-79
Gambar 5.5.3. Armada Pengumpul Sampah Dengan Ukuran Kecil …………. V-81
Gambar 5.5.4. Truk Pengangkut Sampah ……………………………………. V-81
Gambar 5.5.5. Kontainer yang Terbuat dari Plastik/Fiber dan Logam .…………. V-82
Gambar 5.5.6. Perletakan Kontainer pada Tempat Tertutup ……………..……. V-83
Gambar 5.5.7. Skema Pengelolaan Sampah pada Kawasan Perumahan .…………. V-83
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 10/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
Bab I
Pendahuluan
Bencana Gempa Bumi dan Gelombang Tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember
2004, telah menyebabkan beberapa wilayah Kota/Kabupaten di Provinsi NAD telah
mengalami kerusakan berat yang diakibatkan oleh bencana tersebut. Kerusakan berat ini
terjadi hampir di seluruh sektor kegiatan perkotaan, pedesaan termasuk sarana dan
prasarana (infrastruktur) di tempat tersebut. Untuk mempercepat/menanggulangi kesulitan
masyarakat dalam mendapatkan pelayanan dari sarana dan prasarana yang hancur maka
Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Propinsi Aceh-Nias telah membuat program
kegiatan guna mempercepat pemulihan atau merehabilitasi dan merekonstruksi kembali
sarana dan prasarana yang hancur tersebut.
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 11/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
Adapun Tujuannya adalah mempercepat pemulihan kawasan pedesaan akibat gempa bumi
dan tsunami agar kondisi desa dapat berfungsi kembali seperti sedia kala dan memacu
terciptanya desa yang lebih baik dan lebih aman dari sebelumnya.
1.3. Sasaran
Sasaran dari pekerjaan ini adalah tersusunnya suatu dokumen Detail Engineering Design
(DED) Infrastruktur Desa untuk Jalan, Drainase, Air Bersih, Air Kotor, Persampahan,
Listrik, Telepon dan Lansekap sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan fisik di lapangan.
Lingkup Pekerjaan Penyusunan DED Infrastruktur Desa ini meliputi 32 Lokasi desa yang
termasuk dalam penyusunan DED ini yang tersebar di beberapa kecamatan dan berada di 3
Daerah Tingkat II yaitu Kota Banda Aceh , Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Aceh
Jaya.
Hampir 1/3 wilayah Propinsi Aceh mengalami bencana gempa bumi dan tsunami, maka
melalui program rehabilitasi dan rekonstruksi pemerintah dalam hal ini Badan Rehabilitasi
dan Rekonstruksi Aceh-Nias melaksanakan pembangunan penyediaan prasarana dan sarana
yang hancur akibat bencana gempa dan tsunami.
Kebijaksanaan dalam rangka mendukung program tersebut diutamakan pada pemenuhan
kebutuhan prasarana dan sarana dasar.
Adapun strategi penanganan yaitu dalam proses penyusunan program kegiatan ini
dilaksanakan oleh Konsultan bersama masyarakat setempat, sedangkan peranan Pemerintah
hanya berupa bimbingan dan pembinaan teknis serta pengawasan dan pengendalian
program.
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 12/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
Setelah program kegiatan berupa usulan kegiatan tersusun, maka tindak lanjut dari usulan
program kegiatan tersebut di sempurnakan oleh Konsultan untuk dibuat Detail Engineering
Design (DED). Dari DED itulah yang nantinya digunakan sebagai pedoman pelaksanaan
teknis dalam kegiatan fisik/konstruksi.
Sumber dana kegiatan penyusunan Detail Engineering Design (DED) Infrastruktur Desa di
Propinsi NAD ini berasal dari APBN - P tahun 2006 yang dikoordinasikan dibawah Satuan
Kerja (Satker) Perencanaan Umum, Perencanaan Teknis dan Manajemen Rantai
Pengadaan, Bappeda Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 13/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan
BAB II
KONDISI EKSISTING
2.1. Jaringan Jalan
Jalan utama yang ada di Desa Gampong Baro merupakan jalan kolektor dengan lebar 4-5 m
yang menghubungkan Desa Gampong Baro dengan desa-desa sekitar serta merupakan akses
utama desa dari jalan arteri.
Jalan lingkungan yang berada di dalam desa memiliki lebar 3 m yang membentuk pola
jaringan internal pergerakan Desa Gampong Baro. Jalan lorong yang berada pada area
permukiman memiliki lebar 2 -3 m.
Sebelum terjadi bencana konstruksi perkerasan jalan kolektor menggunakan konstruksi
perkerasan aspal (penetrasi makadam). Setelah bencana mengalami kerusakan, dimana
konstruksi lapis perkerasannya terkelupas dan kontruksi pondasi jalannya terangkat
.Sedangkan jalan lingkungan dan jalan lorong masih berupa jalan tanah.
2 Jalan B, G, H, I, N Lokal
Lingkun 4 4 Tanah Rusak sedang
3 Jalan C, D, E, F gan 3 3 Tanah Rusak sedang
4 Jalan J, K, L Lorong 2 2 Tanah Rusak sedang
Dusun Melinteng
5 Jalan A Utama 4 4 Tanah Rusak
Lingkun
6 Jalan B gan 2 2 Tanah Rusak sedang
7 Jalan C Lokal 4 4 Tanah Rusak sedang
2.2. Drainase
Sistem drainase yang ada di Gampong Baro menggunakan sistem gravitasi, dimana pola
pengaliran air hujan dan air limbah (buangan) rumah tangga dari area tangkapan dialirkan
secara gravitasi ke tempat yang lebih rendah menuju ke saluran pembuang primer desa yang
ada di sekitar kawasan menuju ke areal persawahan. Jaringan drainase yang ada di Gampong
Baro berupa saluran sekunder di sisi jalan dengan lebar 0,5 m dengan konstruksi batu kali
yang berfungsi sebagai pengumpul air dari blok-blok kawasan untuk dialirkan menuju ke
sungai dan areal persawahan. Setelah terjadi bencana kondisi konstruksi saluran drainase
mengalami kerusakan dan tertimbun lumpur.
Sumber air bersih berasal dari sumur dangkal. Sebelum bencana kualitas air sumur masih
cukup baik. Oleh karena itu dapat digunakan sebagai sumber air minum dan kegiatan yang
membutuhkan air bersih lainnya. Setelah bencana kualitas air sumur mengalami penurunan,
yaitu air berasa asin.
2.4. Persampahan
Sampah di Gampong Baro berasal dari masing-masing rumah penduduk dan kantor atau
fasilitas umum. Sampah ini berupa sampah domestik yang bersifat organik dan mudah
membusuk. Baik sebelum maupun setelah bencana penanganan sampah tiap rumah dibuang
sendiri dengan ditimbun dan dibakar di halaman atau tanah kosong.
2.6. Listrik
Untuk infrastruktur listrik baik sebelum maupun sesudah bencana disediakan oleh PLN.
Sebelum tsunami jumlah rumah yang menggunakan fasilitas PLN mencapai 61 rumah tangga
(86%).
2.7. Telepon
Sebelum terjadi tsunami, kebutuhan telekomunikasi warga Gampong Baro dilayani oleh
jaringan telepon dari TELKOM. Jaringan kabel telepon dipasang dipinggir jalan menggunakan
tiang-tiang telepon.
Setelah terjadi tsunami kondisi jaringan telepon rusak dan terputus total.
Bab III
Survey Topografi
3.1. Umum
Yang dimaksudkan Survey Topografi disini adalah kegiatan di lapangan berupa pekerjaan
pengukuran trace jalan dan saluran drainase pada lokasi pekerjaan yang meliputi
pengukuran poligon dan sipat datar di seluruh lokasi pekerjaan. Adapun tujuannya adalah
untuk mendapatkan gambaran umum secara lengkap tentang kondisi lapangan baik kondisi
prasarana maupun teffrainnya.
Data topografi yang tersedia untuk lokasi rencana didapatkan dari peta masterplan hasil
perencanaan Desa (Village Planning).
Pekerjaan survey topografi ini meliputi pekerjaan pemasangan Benchmark (BM) sebagai
titik tetap, pengukuran titik kontrol vertikal dan horisontal, pembuatan tampang
memanjang dan melintang jalan dan saluran.
Benchmark dibuat dari patok beton ukuran 20 cm x 20 cm x 100 cm yang terdiri dari
campuran semen, pasir dan batu split/kerikil dengan perbandingan 1 : 2 : 3. Benchmark
dipasang di lokasi pekerjaan pada tempat yang mudah dijangkau untuk keperluan
pengukuran dan aman dari kemungkinan kerusakan akibat pelaksanaan pada masa
konstruksi ataupun paska konstruksi.
Setelah selesai pemasangan, patok BM tersebut diikatkan ke referensi BM yang sudah ada.
Jika di lokasi perencanaan tidak terdapat patok BM yang dapat digunakan sebagai
referensi, maka untuk menentukan elevasi patok BM digunakan koordinat lokal.
Pengukuran kerangka horisontal / Poligon ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
titik kontrol Horizontal (X ; Y) dari semua titik tetap (Bench Mark) dan titik-titik poligon
lainnya serta sebagai pengikat titik horizontal untuk keperluan pengukuran situasi dan
potongan melintang atau cross section.
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 16/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
benda lain di lokasi pekerjaan di sekitar jalan. Sebagai titik referensi pada pengukuran
situasi dipakai titik-titik poligon dari patok kayu dan untuk pelaksanaan digunakan alat
ukur theodolite dengan pengukuran jarak secara optis.
Pengukuran Waterpass (Sipat datar) dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan titik
kontrol vertikal (Z) dari semua titik tetap (Bench Mark) dan titik-titik poligon lainnya serta
sebagai pengikat titik tinggi untuk keperluan pengukuran situasi detail. Pengukuran
dilakukan dengan metode sipat datar menggunakan alat ukur waterpass.
Jalur pengukuran sipat datar utama mengikuti jalur pengukuran poligon sehingga dengan
demikian juga merupakan jaringan tertutup (kring). Pengukuran sipat datar dibuat perseksi
dimana tiap seksi dilakukan pengukuran pergi pulang dalam kurun waktu 1 (satu) hari.
Pembuatan potongan melintang jalan dan drainase dilakukan lebih utama untuk keperluan
perencanaan. Potongan melintang dilakukan tiap jarak 50 m dan untuk tikungan/belokan
tiap jarak 25 meter atau disesuaikan dengan kebutuhan.
Oleh karena itu data yang ditampilkan harus lengkap. Untuk potongan melintang jalan,
data yang ditampilkan adalah :
1. Elevasi as jalan
2. Elevasi tepi jalan
3. Elevasi dasar saluran tepi kiri
4. Elevasi dasar saluran tepi kanan
5. Jarak antar titik.
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 17/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
3.6.1. Pengambaran
Sebagai bentuk laporan akhir dari pekerjaan pengukuran ini, maka konsultan
menyusun Laporan hasil pengukuran berupa Laporan Penunjang (Pekerjaan
Pengukuran) yang berisi data-data asli dari pengukuran di lapangan maupun hasil
perhitungan di kantor dan gambar-gambar hasil perhitungan tersebut.
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 18/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan
BAB IV
REVIEW PERENCANAAN DESA
4.2. Drainase
Dusun Melinteng (Non Relokasi)
Pembangunan saluran drainase
↑ Pembangunan saluran baru di kanan kiri jalan lingkungan, dengan lebar 0,5 m.
↑ Pembangunan saluran baru di kanan kiri jalan lokal, dengan lebar 0,5 m.
↑ Pembangunan saluran baru di kanan kiri Jl. Lorong P, dengan lebar 0,5 m.
Jangka Panjang
Proyeksi kebutuhan air bersih warga Desa Gampong Baro Relokasi pada tahun 2016
adalah 0,59 l/dt untuk jangka panjang direncanakan adanya pembuatan sambungan
rumah sesuai dengan kemampuan dan keinginan warga setempat, dengan rencana
bangunan reservoir sebelum air didistribusikan ke warga dengan dimensi panjang 2 m,
lebar 2 m, tinggi 1 m dan free board 0,2 m.
4.5. Persampahan
Dari proyeksi timbulan sampah dan pelayanan prasarana persampahan, maka program
pengelolaan persampahan sampai akhir tahun 2016 adalah:
Pengelolaan persampahan di Desa Gampong Baro non relokasi dan relokasi tidak
bergabung dalam sistem pengelolaan sampah kota karena lokasinya yang jauh dari pusat
kota.
Pengadaan 3 unit tong/bin sampah kapasitas 120 liter pada tahun 2006 dan meningkat
menjadi 4 buah pada tahun 2016.
Pengadaan 3 unit TPS kapasitas 1,5 m 3 sampai dengan tahun 2016.
TPS di Desa Gampong Baro non relokasi tidak berfungsi sebagai tempat penampungan
sampah sementara, tetapi berfungsi sebagai tempat pembakaran sampah.
4.6. Listrik
Jangka Pendek
↑ Tingkat kebutuhan daya listrik masing-masing rumah diasumsikan 100 watt (3 titik
lampu @ 25 watt = cadangan)
↑ Kebutuhan daya listrik = jumlah Sambungan rumah (224 x 100 watt = 22400 watt)
↑ Jumlah genset yang diperlukan adalah 2 unit (@ genset 20.000 watt),
Jangka Panjang
7.7. Telepon
Untuk memenuhi kebutuhan telepon, jaringan yang melalui kawasan perencanaan agar
ditingkatkan baik jumlah maupun penyebarannya sehingga dapat lebih merata dan
menjangkau seluruh kawasan. Kebutuhan akan prasarana telepon berdasarkan perkiraan
kebutuhan fasilitas telepon digunakan asumsi:
1 sambungan telepon dengan penduduk pendukung 10 jiwa
1 sambungan pelayanan umum dengan penduduk pendukung 100 jiwa
Sambungan telepon didasarkan pada standar yang berlaku. Penyediaan sambungan telepon
melalui jaringan PT. TELKOM. Jaringan kabel telepon menggunakan jaringan kabel yang
ditanam dalam tanah mengikuti rute sisi jalan guna mencapai pelanggan.
Jaringan tanpa kabel yaitu telepon tetap tanpa kabel (fixed wireless) atau juga disebut telepon
seluler, menggunakan satu menara pemancar / BTS (Base Transceiver System) yang bisa
mencakup area seluas 30 Km
tanah
2 Memakai jaringan
Telepon Disesuaikan operator
tanpa kabel (fixed CDMA
selular telepon yang masuk
wireless)
Bab V
Kriteria Perencanaan
Jalan yang dimaksudkan dalam perencanaan ini adalah Jalan desa yaitu jalan yang dapat
dikategorikan sebagai jalan dengan fungsi lokal di daerah pedesaan. Artinya sebagai
penghubung antar desa atau ke lokasi pemasaran, sebagai penghubung antar hunian/
perumahan, juga sebagai penghubung desa ke pusat kegiatan yang lebih tinggi tingkatnya
(kecamatan).
Standar – standar di bawah ini disusun khusus untuk jalan desa, dengan keadaan tanah,
topografi, dan iklim yang sering menghambat pembuatan jalan yang baik. Standar ini tidak
dimaksud sebagai “peraturan mati”, tetapi diharapkan bermanfaat bagi para perancang dan
pengawas. Pengalaman dan penilaian mereka selalu harus diterapkan pada setiap desain
yang dibuatnya, karena setiap jalan mempunyai keadaan yang unik.
Pembangunan jalan di daerah pedesaan, selain perlu memperhatikan aspek teknis
konstruksi jalan, juga perlu mempertimbangkan aspek konservasi tanah mengingat kondisi
wilayah dengan topografi yang sering berbukit dan dengan tanah yang peka erosi.
Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa tidak sedikit erosi tanah yang berasal dari
Tujuan pengendalian erosi pada jalan adalah utuk mengamankan jalan dan membangun
jalan yang tidak menjadi sumber erosi. Pengendalian erosi dapat dilakukan secara sipil
teknis atau secara vegetatif, dan masing-masing mempunyai kelebihan. Seorang perencana
harus memilih perlakuan pengendalian erosi dengan mempertimbangkan konservasi dan
biaya yang tidak terbatas pada waktu penyelesaian kontsruksi jalan, tetapi harus dipikirkan
sampai masa pemeliharaan. Kegiatan pengendalian erosi tidak dibatasi pada Daerah Milik
Jalan (Damija). Perencana wajib mempertimbangkan akibat konstruksi jalan di luar Daerah
Milik Jalan (misalnya, pembuangan dari saluran merusak lahan produktif) dan boleh
merencanakan perlakuan walaupun perlakuan tersebut agak jauh dari badan jalan (misalnya
untuk mengamankan jalan dengan ditanam pohon-pohon pada mini - catchment yang
terletak di atas jalan).
Tingginya curah hujan, lereng-lereng curam dan tanah rapuh menimbulkan banyak
kesulitan dalam perencanaan dan pembangunan jalan berkualitas tinggi, terutama bila
dimaksudkan untuk membangun jalan dengan biaya rendah dan tidak membahayakan
lingkungan. Dalam konteks seperti ini kita harus menyadari bahwa masalah erosi akan
terus muncul walaupun dapat dikurangi dan diatasi ketika terjadi.
Trase jalan harus dipilih untuk mengurangi masalah lingkungan misalnya dengan
mengurangi galian dan timbunan bilamana mungkin. Karena tidak mungkin di kawasan
perbukitan untuk menghilangkan masalah dengan pemilihan trase (dengan pemindahan
trase atau mengurangi tanjakan), maka perlu diusahakan teknik-teknik pengendalian erosi
termasuk pembangunan tembok Penahan Tanah dan bronjong atau penanaman bahan-
bahan vegetatif untuk menstabilkan lereng atau mengurangi erosi percik atau erosi alur
kecil.
5.1.2.1. Jalur rencana adalah salah satu jalur lalu lintas dari suatu system jalan raya, yang
menampung lalu lintas terbesar. Umumnya jalur rencana adalah salah satu jalur dari jalan
raya dua jalur tepi luar dari jalan raya berjalur banyak.
5.1.2.2. Umur Rencana (UR) adalah jumlah waktu dalam tahun dihitung sejak jalan tersebut
mulai dibuka sampai saat diperlukan perbaikan berat atau dianggap perlu untuk di beri
lapis permukaan yang baru.
5.1.2.3. Indeks Permukaan (IP) adalah suatu angka yang dipergunakan untuk menyatakan
kerataan/kehalusan serta kekokohan permukaan jalan yang bertalian dengan tingkat
pelayanan bagi lalu lintas yang lewat.
5.1.2.4. Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) adalah jumlah rata-rata lalu lintas kendaraan
bermotor beroda 4 atau lebih yang dicatat selama 24 jam sehari untuk kedua jurusan.
5.1.2.5. Angka Ekivalen (E) dari suatu beban sumbu kendaraan adalah angka yang menyatakan
perbandingan tingkat kerusakan yamg ditimbulkan oleh suatu lintasan beban sumbu
tunggal kendaraan terhadap tingkat kerusakaan yang ditimbulkan oleh suatu lintasan
beban standar sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb).
5.1.2.6. Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) adalah jumlah lintasan ekivalen harian rata-rata dari
sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb) pada jalur yang diduga terjadi pada
5.1.2.15. Faktor Regional (FR) adalah faktor setempat, menyangkut keadaan lapangan dan iklim,
yang dapat mempengaruhi keadaan pembebanan, daya dukung tanah dasar dan
perkerasan.
5.1.2.16. Indeks Tebal Perkerasan (ITP) adalah suatu angka yang berhubungan dengan penentuan
tebal perkerasan.
5.1.2.17. Lapis Aspal Beton (LASTON) adalah merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan
yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler dan aspal keras, yang dicampur,
dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu.
5.1.2.18. Lapis Penetrasi Macadam (LAPEN) adalah merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari
agregat pokok dengan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yamg diikat oleh
aspal keras dengan cara disemprotkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis dan
apabila akan digunakan sebagai lapis permukaan perlu diberi laburan aspal dengan batu
penutup.
5.1.2.19. Lapis Asbuton Campuran Dingin (LASBUTAG) adalah campuran yang terdiri dari
agregat kasar, agregat halus, asbuton, bahan peremaja dan filler (bila diperlukan) yang
dicampur, dihampar dan dipadatkan secara dingin.
5.1.2.20. Hot Rolled Asphalt (HRA) merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran antara
agregat bergradasi timpang, filler dan asphalt keras dengan perbandingan tertentu, yang
dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu.
5.1.2.21. Laburan Aspal (BURAS) adalah merupakan lapis penutup terdiri dari lapisan aspal
taburan pasir dengan ukuran butir maksimum 9,6 mm atau 3/8 inch.
5.1.2.22. Laburan Batu Satu Lapis (BURTU) adalah merupakan lapis penutup yang terdiri dari
lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam. Tebal
maksimum 20 mm.
5.1.2.23. Laburan Batu Dua Lapis (BURDA) adalah lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal
ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan. Tebal maksimum 35 mm.
5.1.2.24. Lapis Aspal Pondasi Atas (LASTON ATAS) adalah pondasi perkerasan yang terdiri dari
campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu dicampur dan dipadatkan
dalam keadaan panas.
5.1.2.25. Lapis Aspal Beton Pondasi bawah (LASTON BAWAH) adalah pada umumnya
merupakan lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi dan tanah dasar jalan yang
terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu dicampur dan
dipadatkan pada temperatur tertentu.
5.1.2.26. Lapis Tipis Aspal Beton (LATASTON) adalah lapis penutup yang terdiridari campuran
antara agregat bergradasi timpang, filler dan aspal keras dengan perbandingan tertentu
yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panaspada suhu tertentu. Tebal padat
antara 25 sampai 30 mm.
5.1.2.27. Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR) adalah lapis penutup yang terdiri dari campuran
pasir dan aspal keras dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada
suhu tertentu.
5.1.2.28. Aspal Makadam adalah lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok dan/atau agregat
pengunci bergradasi terbuka atau seragam yamg dicampur dengan aspal cair, diperam
dan dipadatkan secara dingin.
Penentuan tebal perkerasan dengan cara yang akan diuraikan hanya berlaku untuk
konstruksi perkerasan yang menggunakan material berbutir (granular material, batu pecah)
dan tidak berlaku untuk konstruksi yang menggunakan batu-batu besar (cara Telford atau
Pak laag)
Cara-cara perhitungan jalan, selain yang diuraikan disini dapat juga digunakan, asal saja
dapat dipertanggung jawabkan berdasarkan hasil test oleh seorang ahli.
5.1.4. Penggunaan
Bagian Perkerasan Jalan umumnya meliputi : Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Course),
Lapis Pondasi (Base Course) dan Lapis Permukaan (Surface Course).
la p is p ermu k a a n D1
la p is p onda s i D2
la p is p onda s i b a wa h
D3
b) Mencapai efisiensi penggunaan material yang relative murah agar lapisan-lapisan
selebihnya dapat dikurangi tebalnya,
c) Untuk mencegah tanah dasar masuk kedalam lapis pondasi,
5.1.5.3. Lapis Pondasi
Fungsi Lapis Pondasi antara lain :
a. Sebagai bahan perkerasan yang menahan beban roda
b. Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan
Bahan-bahan untuk lapis pondasi harus cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan
beban-beban roda melalui lapis penutup. Sebelum menentukan suatu bahan untuk
digunakan sebagai bahan pondasi hendaknya dilakukan penyelidikan dan pertimbangan
5.1.5.4. Lapis Permukaan
Fungsi lapis permukaan antara lain :
a. Sebagai bahan perkerasan untuk menahan beban roda
b. Sebagai lapisan kedap air untuk melindungi pondasi atas, bawah dan badan jalan
dari kerusakan akibat air
c. Sebagai lapisan aus (wearing course)
Bahan untuk lapis permukaan sama dengan bahan untuk lapis pondasi dengan persyaratan
yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat bersifat kedap air,
disamping itu bahan aspal sendiri memberikan bantuan tegangan tarik yang mempertinggi
daya dukung lapisan terhadap beban roda lalu lintas.
Pemilihan bahan untuk lapis permukaan harus dipertimbangkan ketahanan kegunaan, umur
rencana serta pentahapan konstruksi, agar dicapai menfaat yang sebesar-besarnya dari
biaya yang dikeluarkan.
Jalur rencana merupakan salah satu jalur lalu lintas dari suatu ruas jalan raya yang
menampung lalu lintas terbesar. Jika jalan tidak memiliki tanda batas jalur maka
jumlah jalur ditentukan dari lebar perkerasan menurut daftar dibawah ini :
Koefisien distribusi kendaraan ( C ) untuk kendaraan ringan dan berat yang lewat
pada jalur rencana ditentukan menurut daftar dibawah ini :
*) berat total < 5 ton, misalnya : mobil penumpang, pick up, mobil hantaran.
≥
**) berat total 5 ton, misalnya : bus, truk, traktor, semi trailler, trailler.
a. Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) setiap jenis kendaraan ditentukan pada awal
umur rencana, yang dihitung untuk dua arah pada jalan tanpa median atau masing-
masing arah dengan median.
b. Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) dihitung dengan rumus sebagai berikut :
n
LEP = ∑ LHR j x C j x E j
j =1
d. Lintas Ekivalen Tengah (LET) dihitung dengan rumus sebagai berikut :
⎛ LEP + LEA ⎞
LET = ⎜ ⎟
⎝ 2 ⎠
e. Lintas Ekivalen Rencana (LER) dihitung dengan rumus sebagai berikut :
LER = LET x FP
Faktor Penyesuaian (FP) tersebut diatas ditentukan dengan rumus :
UR
FP =
10
Daya dukung tanah dasar (DDT) ditetapkan berdasarkan grafik korelasi (gambar 5.1.2).
Yang dimaksud dengan harga CBR disini adalah harga CBR lapangan atau CBR
laboratorium.
Jika digunakan CBR lapangan maka pengambilan contoh tanah dasar dilakukan dengan
tabung (undisturb), kemudian direndam dan diperiksa harga CBR-nya. Dapat juga diukur
langsung di lapangan (musim hujan/direndam). CBR lapangan biasanya digunakan untuk
perencanaan lapis tambahan (overlay).
Iklim I 0,5 1,0 – 1,5 1,0 1,5 – 2,0 1,5 2,0 – 2,5
< 900 mm/th
Iklim II 1,5 2,0 – 2,5 2,0 2,5 – 3,0 2,5 3,0 – 3,5
> 900 mm/th
Catatan : Pada bagian-bagian jalan tertentu, seperti persimpangan, pemberhentian
atau tikungan tajam (jari-jari 30 m) FR ditambah dengan 0,5. Pada daerah rawa-
rawa FR ditambah dengan 1,0.
beberapa nilai IP beserta artinya adalah seperti yang tersebut dibawah ini :
IP = 1,0 : adalah menyatakan permukaan jalan dalam keadaan rusak berat sehingga
Sangat menggangu lalu lintas kendaraan.
IP = 1,5 : adalah tingkat pelayanan terendah yg masih mungkin (jalan tidak terputus).
IP = 2,0 : adalah tingkat pelayanan rendah bagi jalan yang masih mantap.
IP = 2,5 : adalah menyatakan permukaa jalan masih cukup stabil dan baik.
Dalam menentukan indeks permukaan atau IP pada akhir umur rencana perlu
dipertimbangkan factor-faktor klasifikasi fungsional jalan dan jumlah lintas ekivalen
rencana (LER), menurut data dibawah ini :
*) LER dalam satuan angka ekivalen 8,16 ton beban sumbu tunggal.
Catatan : Pada proyek-proyek penunjang jalan, JAPAT/Jalan Murah atau jalan darurat
maka IP dapat diambil 1,0
Dalam menentukan indeks permukaan pada awal umur rencana (IPo) perlu diperhatikan
jenis lapis permukaan jalan (kerataan/kehalusan serta kekokohan) pada awal umur rencana
menurut daftar dibawah ini :
*) Alat pengukur Roughness yang dipakai adalah roughometer NAASRA, yang dipasang
pada kendaraan standar Datsun 1500 stasiun wagon, dengan kecepatan kendaraan ± 32
km/jam.
Gerakan sumbu belakang dalam arah vertikal dipindahkan pada alat roughometer melalui
kabel yang dipasang ditengah-tengah sumbu belakang kendaraan, yang selanjutnya
dipindahakan kepada counter melalui “Flexible drive”.
Setiap putaran counter adalah sama dengan 15,2 mm gerakan vertikal antara sumbu
belakang dan body kendaraan.
Alat pengukur Roughness tipe lain dapat digunakan dengan mengkalibrasikan hasil yang
diperoleh terhadap roughometer NAASRA.
Koefisien Kekuatan Relatif (a) masing-masing bahan dan kegunaannya sebagai lapis
permukaan, pondasi, pondasi bawah, ditentukan secara korelasi sesuai nilai Marshall Test
(untukbahan dengan aspal), kuat tekan (untuk bahan yang distabilisasi dengan semen atau
kapur), atau CBR (untuk bahan lapis pondasi bawah).
Jika alat Marshall Test tidak tersedia, maka kekuatan (stabilisasi) bahan beraspal bias
diukur dengan cara lain seperti Hveem Test, Hubbard Field dan Smith Triaxial.
0,35 - - 744 - -
0,31 - - 590 - - Lasbutag
0,28 - - 454 - -
0,26 - - 340 - -
- 0,28 - 590 - -
- 0,26 - 454 - - Laston Atas
- 0,24 - 340 - -
- - 0,10 - - 20 Tanah/lempung
kepasiran
Catatan : Kuat tekan stabilisasi tanah dengan semen; diperiksa pada hari ke 7. Kuat
tekan stabilisasi tanah dengan kapur diperiksa pada hari ke 21.
Untuk perhitungan pelapisan tambahan (overlay), kondisi perkerasan jalan lama (existing
pavement) dinilai sesuai daftar dibawah ini :
3. Kerusakan setempat (weak spot) selama tahap pertama dapat diperbaiki dan
direncanakan sesuai data lalu lintas yang ada.
Air adalah musuh jalan yang paling kuat. Jalan menjadi jelek jika badan jalan tidak cepat
kering sehabis hujan. Jalan menjadi terputus apabila air dibiarkan merintangi permukaan
jalan. Jalan menjadi rusak apabila air dibiarkan mengalir ditengah jalan. Jalan menjadi
bergelombang apabila pondasi jalan tidak kering.
Perbaikan masalah di atas cukup mahal dan sulit, tetapi masalah seperti ini dapat dihindari
apabila masalah drainase dipertimbangkan pada waktu pra survey. Di tempat tertentu, tidak
akan ada masalah drainase. Ditempat lain, jalan hamper pasti mengalami masalah berat.
Pertimbangan yang paling sederhana adalah sebagai berikut :
B U K IT
1 0 M e te r
Jari – jari tikungan minimal 10 meter. Tikungan tajam dibuat dengan pelebaran perkerasan
dan kemiringan melintang miring ke dalam.
Perkerasan yang hanya selebar tiga meter kurang lebar untuk dua kendaraan saling
melewati, maka harus disediakan tempat sebuah kendaraan dapat menunggu kendaraan
berjalan dari lain arah. Setiap tempat ini harus kelihatan dari tempat yang sebelumnya.
BUKIT
D a p a t d ilih a t
T e m pa t 2
D a p a t d ilih a t
T e m pa t 1
3,00 m
J A L A N
3 1,50
min ima l
Tanjakan membatasi muatan yang dapat diangkut pada suatu jalan, serta membuat jalan
lebih berbahaya. Jalan yang sangat curam juga lebih sulit untuk dipadatkan dengan mesin
gilas, dan permukaan jalan dan saluran air lebih sering harus dipelihara dan diperbaiki.
Pengukuran tanjakan adalah dengan rumus “ jumlah meter naik per setiap seratus meter
horizontal” (10 meter naik per 100 meter horizontal sama dengan tanjakan 10 %).
7
100
Panjang tidak dibatasi
• Untuk meningkatkan penggunaan jalan serta keselamatan, pilih trase jalan supaya
tanjakkan tidak terlalu curam. Jika jalan menanjak terus, tanjakan maksimal dibatasi 7
%.
• Pada bagian pendek, tanjakkan dibatasi 20 %. Setelah 150 meter, harus disediakan
bagian datar atau bagian menurun.
Apabila trase jalan belum memenuhi persyaratan ini, seharusnya dipindahkan supaya
trasenya lebih ringan.
20
100
Di daerah perbukitan sering dijumpai jalan yang menanjak dengan kemiringan yang cukup
berat diatas 10%. Apabila terdapat tikungan tajam di daerah tersebut, jalan harus dibuat
seperti tercantum dalam gambar di bawah ini:
K E BA W A H
S AL U R AN
Datar
Pembangunan air dari saluran pinggir jalan supaya air tidak melintangi jalan dan
mengganggu kendaraan :
• Saluran dari atas diteruskan lurus ke depan dan airnya dibuang jauh dari jalan.
• Saluran pada jalan bagian bawah dimulai di luar bagian datar (sesudah tikungan).
Jalan harus dibuat dengan bentuk yang tepat. Pada keadaan biasa, bentuk jalan dibuat
seperti gambar yang ada di bawah ini. Pada daerah yang relative datar, badan jalan dibuat
dengan bentuk “punggung sapi”.
Ukuran M inimal
4,00
1 3,00
0,50
1
Kemiringan 4-5%
S aluran P inggir
Perkerasan dengan lebar 3 meter adalah perkerasan standar pada proyek ini. Tetapi dapat
dibuat perkerasan yang lebih sempit (2,50 m) jika kebutuhan tersebut hanya untuk
melewatkan kendaraan-kendaraan kecil, sedangkan kebutuhan panjang jalannya lebih
diutamakan.
Jika situasi mengijinkan, jalan dibuat dengan ukuran lebih besar daripada ukuran minimal.
Perkerasan dipasang selebar 4,00 meter untuk memudahkan arus lalu lintas dua arah. Bahu
jalan dibuat selebar 1,00 meter kiri kanan jalan, maka lebar badan jalan menjadi 6,00
meter.
Permukaan jalan dan bahu dibuat miring ke saluran pingir jalan. Di daerah yang relatif
datar, dibentuk seperti punggung sapi (lebih tinggi ± 6-8 cm di tengah; jika punggung sapi
kelihatan dengan mata telanjang berarti sudah cukup miring untuk drainase). Pada
tikungan, jalan dibuat miring ke dalam demi kenyamanan dan keselamatan. Pada jurang,
permukaan dibuat miring ke arah bukit dan saluran, demi keselamatan dan drainase.
Ukuran saluran dan perlindungan saluran akan dibahas pada Sub bab 5.3. Ukuran minimal
adalah 50 (dalam) x 30 (lebar dasar) dengan bentuk trapezium atau persegi panjang.
Saluran tidak diperlukan apabila terdapat kemiringan asli lebih dari 1% yang membawa air
ke arah luar dari jalan.
Disarankan kemiringan tebing 1:1 karena semakin landai tanah semakin stabil dan tanaman
tidak dapat tumbuh dengan baik pada tebing yang hampir vertikal. Tebing gundul perlu
dilindungi dengan salah satu cara efektif dan efesien, antara lain : pembuatan teras, saluran
diversi, penanaman rumput atau perdu, lapisan batu kosong, pemasangan batu, dan
bronjong kawat.
Konstruksi jalan di daerah perbukitan perlu perhatian khusus untuk menjamin stabilitas,
untuk mengurangi longsor dan erosi, dan demi keselamatan.
1
1,5
4 meter 1
maksimal 2
Kemiringan tebing maksimal 2:1, dan dilindungi dengan cara yang efektif. Galian atau
keprasan maksimal disarankan 4,00 meter. Tanah yang digali harus dibuang secara aman
untuk mencegah erosi dan longsor.
Karena timbunan sulit dipadatkan secara padat karya, disarankan perkerasan tidak dibuat di
atas timbunan baru. Karena masalah stabilitas, timbunan maksimal dibatasi 1,50 meter.
Timbunan tinggi sering mangalami longsor dan erosi berat.
Lereng asli dengan kemiringan lebih dari 1:1,5 (33,7°, atau 67%) tidak dapat dibuat sesuai
dua standar yang terakhir (seperti yang digambar di atas: lebar badan jalan 3 meter, dua
bahu, satu saluran, galian maksimal 4 meter dengan tebing 1:1 dan timbunan 1,5 meter
dengan tebing 2:1).
Tebalnya lapisan batu belah ditentukan sesuai dengan kebutuhan setempat (tergantung
jenis dan frekuensi lalu lintas) dan kesediaan batu. Biasanya batu belah dipasang dengan
ukuran 8/15 cm untuk lapisan 15 cm atau ukuran 15/20 untuk lapisan 20 cm.
Lapisan batu dapat diganti dengan lapisan sirtu (pasir campur batu, tebal 20 cm), terutama
di daerah yang kesulitan batu dan mempunyai tanah dasar yang tidak stabil.
Lapis pondasi dibuat dari batu belah/pecah hitam atau batu belah/pecah putih yang bersifat
keras serta mempunyai minimal tiga bidang pecah.
0,50 1,50
Tanah+pasir
Batu kunci
Rumput
0,015 minimal
K emiringan 4-5%
0,05
Batu pinggir ditanam Pasir minimal
Tanah asli dipadatkan belah
As J alan
Batu belah
Tanah asli di bawah permukaan (pondasi) dipadatkan oleh mesin gilas, stemper, atau
timbres dengan kemiringan yang direncanakan untuk permukaan.
Lapisan paling bawah adalah lapisan pasir yang menjadi alas batu, untuk memudahkan
Batu harus dipasang dan ditanam dengan teliti supaya permukaan rata dan rapi. Batu harus
berdiri tegak lurus dengan as jalan (melintang), ujung yang lebih runcing ke atas (kalau
runcing kebawah, batu yang dibebani akan tembus lapisan pasir dasar ).Disisipkan batu
kecil sebagai pengunci pada permukaan.
Lapisan paling atas terdiri dari campuran pasir dengan tanah yang terpilih. Tanah liat tidak
boleh dipergunakan. Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai pasir urug. Sebagai alternatif,
lapisan atas dapat dibuat dari sirtu atau krosok dengan tebalnya 2 cm.
Sebagai langkah terakhir, dipadatkan dengan mesin gilas roda besi sambil permukaan
disempurnakan.
Khusus untuk tikungan tajam, permukan dibuat miring ke dalam, dengan kemiringan
maksimal 10 %. Hal ini untuk membuat tingkat pelayanan jalan selalu sama baik di jalan
lurus maupun di tikungan. Perkerasan diperlebar 50 cm pada bagian dalam tikungan.
Bahu jalan berfungsi sebagai pelindung permukaan jalan dan sebagai perantara aliran air
hujan yang ada dipermukaan jalan menuju saluran pinggir dengan lancar. Bahu jalan juga
berfungsi sebagai tempat pemberhentian sementara bagian kendaraan. Bahu jalan tidak
boleh dilupakan dalam pelaksanaan jalan desa.
• Bahu jalan dibuat di sebelah kiri dan sebelah kanan sepanjang jalan, dengan lebar
minimal 50 cm.
• Bahu harus dibuat dengan kemiringan sedikit lebih miring dari pada kemiringan
permukaan jalan, biasanya 6 – 8 % (sama dengan turun 3-4 cm persetiap 50 cm lari),
demi kelancaran pembuangan air hujan.
• Bahan untuk bahu sebaiknya terdiri dari tanah yang dapat ditembusi air, sehingga
pondasi jalan dapat dikeringkan melalui proses rembesan.
• Tanah pada bahu harus dipadatkan (lihat penjelasannya dalam sub bab pemadatan
tanah)
• Ada baiknya kalau rumput ditanam disebelah luar bahu, dimulai sekitar 20 cm dari
pinggir. Rumput tersebut akan membantu stabilisasi pinggir jalan, tetapi harus
dipangkas secara rutin supaya tidak terlalu tinggi.
• Penanaman perdu atau pohon diharapkan diluar bahu (dan saluran, bila ada). Tanaman
tersebut akan membantu stabilitas timbunan baru, tetapi tidak boleh terlalu dekat
dengan jalan.
Tanah pada bagian galian tidak perlu dipadatkan lagi kecuali pernah mengalami gangguan
yang mengakibatkan tanah menjadi kurang padat. Sebelum kegiatan pemasangan
perkerasan jalan, semua daerah timbunan harus dipadatkan dengan mesin gilas, stemper,
atau timbrisan.
Pemadatan ini sangat membantu menjaga stabilitas dan daya tahan badan jalan. Jalan yang
tidak dipadatkan juga lebih mudah terkikis oleh pengaliran air, dan mudah terkena air dan
longsor.
Kadar air harus optimal sebelum dipadatkan. Kadar optimal adalah sedikit basah, tetapi
kalau digenggam tidak ada air mengalir ke luar. Tanah biasa yang terlalu basah tidak dapat
dipadatkan. Tanah yang terlalu kering memerlukan tenaga jauh lebih banyak untuk
dipadatkan.
Pemadatan harus secara lapis demi lapis, dengan setiap lapis maksimal 20 cm. Bila
dipadatkan dengan lapisan yang lebih tebal, bagian dalam kurang padat.
Pemadatan secara mesin dapat dilaksanakan dengan stemper atau dengan mesin gilas yang
berukuran 4-6 ton. Mesin gilas 2 ton bergetaran dianggap sama dengan mesin biasa
berukuran 4-6 ton. Mesin gilas 6-8 ton dapat digunakan apabila dapat masuk lokasi.
Pemadatan secara padat karya dilaksanakan dengan timbris.
Untuk daerah dimana tempat tanah dasarnya jelek, maka badan jalan harus diadakan
perkuatan, misalnya cerucuk atau stabilizer.
Tebing jalan merupakan bagian jalan yang sering menjadi masalah karena longsoran atau
erosi tanah. Ada beberapa jalan yang sering menjadi masalah karena longsoran atau erosi
tanah. Ada beberapa cara yang dapat digunakan demi stabilitas tebing. Cara tersebut dapat
digunakan secara tunggal atau misalnya dibuat saluran diversi, diteras dan ditanami
rumput.
Dibawah ini dibahas jenis-jenis perlindungan yang dapat diterapkan pada tebing jalan.
1. Saluran diversi digunakan untuk menangkap air yang mengalir dari lereng di atas
menuju tebing, supaya air tidak terbuang melalui tebing. Isi saluran diversi harus
dibuang ke tempat yang lebih aman. Apabila air mengalir dengan cepat, saluran diversi
harus dilindungi dengan pasangan batu, batu kosong, rumput atau terjunan seperti
saluran-saluran yang lain. Saluran diversi digunakan terutama untuk tebing tempat
puncak lereng masih jauh di atas tebing jalan.
2. Teras bangku sangat layak untuk tebing, asal lahan dapat dikorbankan untuk
membentuk teras dan jenis tanah dapat dibentuk dengan stabil. Teras dibuat sejajar
dengan kontur ( hampir datar, dengan kemiringan maksimal 2 % ). Setiap 10 meter lari,
air diterjunkan dari saluran teras ke bawah, dan penerjunan harus diperkuat seperti
bangunan terjun yamg lain. Teras dibuat dengan lebar minimal 50 cm dan tinggi
maksimal 1,00 meter.
3. Talud pasangan batu relative kuat, tetapi relatif mahal. Pasangan batu harus diberikan
suling untuk membuang air tanah dari belakang tembok. Ujung suling haruis diberi
saringan kecil dari ijuk. Pasangan batu harus dibuat dengan pondasi yang tidak akan
bergerak, karena pasangan batu tidak fleksibel sama sekali. Ukuran bawah pasangan
batu harus disesuaikan dengan Standar Bina Marga, maka perlu nasehat teknis.
SALURAN DRAINASE
IJUK
SULING
J A L A N
4. Bronjong adalah cara yang kuat dan cukup fleksibel, tetapi relative mahal. Supaya
posisi bronjong stabil dan tidak lari, pancangan diberikan pada tingkat bronjong yang
paling bawah, dengan jarak setiap 1-1,5 m dan ukuran pancangan 12-15 cm.
Dipancang sampai lapisan tanah atau batu yang keras.
Bronjong dibuat lapis demi lapis dan disambung, tetapi setiap lapis (baris) harus
dibuat datar ( sama tingginya ).
Bronjong digunakan untuk menahan timbunan baru atau melindungi tebing dari arus
air. Ukuran bronjong harus sesuai dengan Standar Bina Marga, maka perlu nasehat
teknis.
5. Saluran air yang ada di kaki perlakuan batu kosong, pemasangan batu, atau bronjong
sebaiknya dilindungi talud pasangan batu, terutama pada tanah yang peka erosi.
6. Cara perlindungan yang relative efektif dan murah adalah cara vegetatif. Dengan cara
vegetatif, berbagai jenis tanaman digunakan untuk menambah stabilisasi tebing dan
untuk mencegah erosi.
Saluran pinggir jalan yang berdekatan dengan bahu jalan diperlukan di sebelah kiri dan
kanan jalan, kecuali :
a. Jalan yang dibuat di punggung bukit, tidak perlu saluran sama sekali.
b. Jalan yang dibuat di lereng bukit, tidak perlu saluran di sebelah luarnya.
c. Badan jalan diurug lebih dari 50 cm
Pada keadaan biasa, setiap saluran harus berukuran 50 cm (dalam) x 30 cm (lebar dasar)
seperti yang diatas, dengan bentuk trapezium (lebar atas 50 cm). Saluran dibuat lebih besar
apabila diperkirakan debit air yang harus dibuang sangat besar.
Saluran dibuat sejajar dengan jalan, dan dasar saluran harus dibuat dengan kemiringan
sangat rendah untuk mengendalikan kecepatan aliran. Kecepatan tinggi menyebabkan erosi
tanah, maka perlu terjunan atau pasangan apabila kecepatan aliran air terlalu cepat. Tidak
benar jika dasar saluran datar, karena air tidak akan mengalir sama sekali. Ketinggian dasar
saluran harus lebih rendah daripada lapisan pasir yang ada di bawah batu perkerasan, demi
kelancaran proses perembesan dan pengeringan.
Saluran yang peka erosi perlu dilindungi. Perlindungan terdiri dari penguatan talud dan
dasar saluran serta pemberian bangunan drop struktur. Tujuan perlindungan saluran adalah
untuk mengurangi erosi tanah pada saluran supaya saluran tetap berfungsi dan jalan tidak
terkikis. Jenis perlindungan terdiri dari rumput (gebalan), turab, batu kosong, atau
pasangan. Bronjong dapat digunakan terutama pada tikungan di tanah yang sangat peka
erosi.
5.1.22. Gorong-Gorong
Gorong-gorong adalah jenis bangunan yang berfungsi untuk mengalirkan air yang harus
melewati di bawah permukaan jalan.
Gorong-gorong diperlukan jika :
o Terdapat sungai kecil atau saluran irigasi melewati jalan.
o Kapasitas saluran pinggir kurang mengalirkan volume air yang diperkirakan, dan
air harus melewati jalan untuk dibuang.
o Saluran pinggir jalan memotong jalan lain pada persimpangan.
Gorong
J ALAN
o Di daerah perbukitan, setiap tempat terendah pada profil jalan. Kebutuhan ini dapat
dilihat pada gambar di bawah ini:
Tiap gorong-gorong dilengkapi bak penampungan air dan bak pembuang di ujungnya,
demi kelancaran pengaliran air dan untuk mencegah erosi.
Untuk mengurangi erosi, aliran alamiah tidak digangu. Baik di denah maupun di profil
kedua ujung gorong-gorong mengikuti garis aliran yang alamiah. Jika garis alamiah tidak
diikuti, saluran dan bak harus dilindungi.
Garis Aliran
Gorong gorong
J AL A N
Garis Aliran Badan J alan
2. Plat beton yang dibuat dengan pondasi dari pasangan batu dan lantai dari beton
bertulang, berukuran sisi layak di mana buis beton tidak ditanam cukup dalam.
3. Boog duiker, yang dibuat dari batu belah dan berukuran 40 s.d 60 cm.
4. Gorong-gorong kayu, dengan dimensi lebar minimal 0,60 m, lebar maksimal 1,00
m, dan tinggi minimal 0,60 m (untuk pemeliharaan).
Gorong-gorong buis beton, boog duiker, atau kayu harus ditanam supaya ada lapisan tanah
diatasnya minimal 30 cm atau setengah ukuran garis tengahnya, seperti gambar di bawah
ini :
BUIS BETON
Keterangan gambar :
- Lapisan batu permukaan jalan
- Lapisan pasir di bawah batu
- Jarak antara buis beton dan batu minimal setengah ukuran buis beton
- Lapisan tanah yang dipadatkan lapis demi lapis. Tanah ini tidak boleh mengandung
batu.
- Lapisan pasir di bawah buis beton.
- Lapisan batu sebagai pondasi gorong-gorong buis bneton.
a. Luas lahan yang dapat dikeringkan gorong-gorong buis beton dan plat beton
diperkirakan sebagai berikut :
Luas lahan yang dapat dikeringkan di daerah datar (kemiringan dibawah 5 %):
b. Luas lahan yang dapat dikeringkan gorong-gorong boog duiker dan kayu
diperkirakan sebagai berikut :
Luas lahan yang dapat dikeringkan di daerah pegunungan (kemiringan diatas 12 %):
Luas lahan yang dapat dikeringkan di daerah datar (kemiringan dibawah 5 %):
Boog duiker Kayu
40 cm - 7,0 ha 60 X 60 cm - 21 ha
50 - 20 60 X 75 cm - 28 ha
60 - 32 75 X 75 cm - 38 ha
75 X 100 cm - 56 ha
Pembuangan yang aman adalah pembuangan yang mengantarkan aliran air ke sungai atau
ke saluran yang mampu mengalirkan volume air tanpa merusak lingkungannya, terutama
lahan petani atau rumah penduduk. Pembuangan tersebut dapat melalui sebuah saluran
baru khusus pembuangan.
Saluran pembuangan dimulai dari gorong-gorong, saluran pinggir jalan yang sudah
melebihi kapasitasnya, atau saluran pinggir jalan yang tidak dapat diteruskan. Saluran
tersebut berhenti pada sungai atau saluran besar yang sudah ada. Tidak dibatasi panjang
saluran pembuangan; panjangnya menurut kebutuhan setempat. Ukuran saluran
pembuangan disesuaikan dengan debit air yang terbesar, dengan ukuran minimal sama
dengan ukuran saluran pinggir jalan yang standar (50 x 30 cm). Saluran pembuangan harus
dilindungi seperti saluran-saluran yang lain, dengan diberi pasangan batu, rumput, terjunan,
dan sebagainya untuk mencegah erosi dasar dan talud saluran.
5.1.24. Stabilization
Dalam hal penggunaan tanah asli di lapangan, konsultan menghadapi tiga pilihan, yaitu:
1. Manfaatkan tanah yang ada di tempat.
2. Membuang tanah asli dan menggantinya dengan tanah daru dari luar.
3. Memperbaiki tanah yang ada, barangkali dengan perlakuan mekanis (pemadatan) atau
perlakuan stabilisasi.
Ternyata dengan menambah sedikit bahan tertentu pada tanah asli, sifat tanah tersebut
dapat diperbaiki. Perlakuan tersebut sudah lama dipakai, dengan nama stabilisasi. Teknik
stabilisasi dengan semen atau kapur (hidrasi) dapat digunakan bila dinilai alternative
tersebut merupakan yang terbaik. Hal ini dapat dipertimbangkan terutama untuk lokasi
yang tidak mempunyai bahan yang layak untuk subgrade.
Tiap jenis tanah dapat diperbaiki dengan bahan tambahan seperti semen, kapur, bahan
kimia (polymer) atau bitumen, dan masing-masing mempunyai zona efesiensi yang
berbeda :
KAPUR
SEMEN
BITUMEN
POLYMER
Stabilisasi tidak berlaku untuk tanah dengan kadar organik tinggi. Untuk menentukan
jumlah semen atau kapur yang dibutuhkan untuk memperbaiki struktur tanah, perlu
diadakan ujian tanah di laboratorium. Kadar air di lapangan juga harus dikendalikan
dengan ketat, berdasarkan kadar air optimal menurut hasil loboratorium. Hasil stabilisasi
ditutup plastik untuk menjaga tingkat kelembaban dan ditutup untuk lalu lintas selama satu
minggu.
Untuk mendapatkan peningkatan struktur yang baik, hasil stabilisasi harus segera
dipadatkan dengan mesin. Batas waktu adalah 2 jam untuk semen, 1 hari untuk kapur
(tetapi lebih baik 6 jam). Tebal lapisan stabilisasi adalah antara 15 s.d. 25 cm.
Jalan sulit dibangun secara padat karya di daerah rawa, tetapi terdapat beberapa teknologi
yang dapat diterapkan untuk jalan setapak dan jalan lokal. Terdapat pula tempat yang
memerlukan teknologi pembangunan jalan di daerah tanah lembek untuk bagian pendek,
Standar teknis untuk pembangunan jalan dan jembatan di daerah rawa dari dua buku
manual, yaitu manual pembangunan jalan dari “Integrated Swamp Development Project”
dan buku Teknologi Tepat Guna untuk Pembukaan Lahan Rawa di Kalimantan Tengah,
hasil produksi Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum.
Cara membangun jalan di daerah rawa biasanya menyangkut penggantian material dengan
volume yang cukup besar, kemudian dipasang perlakuan untuk meningkatkan daya tahan
tanah dasar.
Untuk rawa harus dibatasi pilihan teknologi, karena sebagian dari teknologi yang diusulkan
terlalu mahal untuk diterapkan dengan biaya porsi padat karya sangat minimal. Misalnya,
penggunaan Geotextile yang sangat baik untuk daerah rawa ternyata terlalu mahal dan
relative sulit dicari.
Teknologi yang dianjurkan termasuk penggantian dari lapisan atas agar tanah yang sangat
lembek diganti dengan yang lebih baik sebagai subbase. Kemudian dipasang matras galar
kayu, terucuk kayu, terucuk dengan papan atas (jamur kayu), atau yang lain, dengan
memperhatikan ketinggian air minimum agar kayu selalu dalam keadaan terendam.
Kemudian untuk lapisan atas dan perkerasan dibuat seperti biasa, dengan memperhatikan
ketinggian air maksimum agar base tidak terkena air tanah.
Timbunan di daerah rawa boleh terdiri atas timbunan tanah biasa atau timbunan terpilih.
Timbunan biasa tidak termasuk tanah lempung dengan plastisasi tinggi, tidak termasuk
bahan organic, dan mempunyai CBR di atas 6%. Tanah terpilih CBR di atas 10% dan PI di
atas 6%, dan dapat dipadatkan dengan baik.
Pekerjaan jalan di daerah rawa ini juga termasuk kegiatan drainase sementara di tempat
kerja, serta pembuatan saluran diversi. Teknologi lain yang dapat dimanfaatkan yaitu Tiang
5.2. Drainase
5.2.1.1. Maksud
Tata cara perhitungan ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam
merencanakan struktur drainase permukaan jalan. Adapun yang dimaksud dengan
saluran drainase disini adalah :
a. Saluran samping jalan
Yaitu saluran drainase yang terletak di sebelah kiri dan kanan jalan, karena saluran
juga difungsikan sebagai penampung limbah rumah tangga yang biasanya
menghadap ke arah jalan.
b. Saluran drainase yang berdiri sendiri.
Kedua jenis saluran tersebut merupakan satu sistim pembuangan yang saling terkait.
5.2.1.2. Tujuan
Tujuan tata cara ini adalah untuk mendapatkan keseragaman dalam cara merencanakan
drainase permukaan jalan yang sesuai dengan persyaratan teknis.
5.2.3. Pengertian
6) Gorong-gorong adalah saluran tertutup yang berfungsi mengalirkan air, dan
biasanya melintang jalan;
7) Saluran samping jalan adalah saluran yang dibuat di sisi kiri dan kanan badan
jalan.
5.2.4. Pesyaratan-persyaratan
Hal yang disyaratkan dalam perencanaan sistem drainase, adalah sebagai berikut :
1) Perencanaan drainase harus sedemikian rupa sehingga fungsi fasilitas drainase
sebagai penampung, pembagi dan pembuang air dapat sepenuhnya berdaya guna;
2) Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase harus mempertimbangkan faktor ekonomi
dan faktor keamanan;
3) Perencanaan drainase harus mempertimbangkan pula segi kemudahan dan nilai
ekonomis terhadap pemeliharaan sistem drainase tersebut;
4) Sebagai bagian sistem drainase yang lebih besar atau sungai-sungai pengumpul
drainase;
5) Perencanaan drainase ini tidak termasuk untuk sistem drainase areal, tetapi harus
diperhatikan dalam perencanaan terutama untuk air keluar.
5.2.5. Ketentuan-Ketentuan
5.2.5.1. Umum
Sistem drainase permukaan jalan terdiri dari : kemiringan melintang perkerasan dan bahu
jalan, saluran samping, gorong-gorong dan saluran penangkap (lihat gambar).
Saluran Penangkap
i%
ib% i% ib%
Gorong - gorong
i = Kemiringan Perkerasan Jalan
ib = Kemiringan Bahu Jalan
1) Bahan bangunan saluran samping jalan ditentukan oleh besarnya kecepatan rencana
aliran air yang akan melewati saluran samping jalan ( lihat tabel 5.2.1.).
Tabel 5.2.1. Kecepatan aliran air yang diijinkan berdasarkan jenis material
Kecepatan AliranAir
Jenis Bahan Yang diizinkan
(m/detik)
Pasir Halus 0.45
Lempung kepasiran 0.50
Lanau aluvial 0.60
Kerikil halus 0.75
Lempung kokoh 0.75
Lempung padat 1.10
Kerikil kasar 1.20
Batu-batu besar 1.50
3) Pematah arus untuk mengurangi kecepatan aliran diperlukan bagi saluran samping
jalan yang panjang dan mempunyai kemiringan cukup besar, ( lihat gambar pematah
arus ).
i%
i(%) 6% 6% 7% 9% 10 %
L(m) 16 m 10 m 8m 7m 6m
4) Tipe dan jenis bahan saluran samping didasarkan kondisi tanah dasar, kedudukan
muka air tanah dan kecepatan abrasi air
5) Penampang minimum saluran samping 0.5 m2.
- Tembok kepala yang menopang ujung dan lereng jalan ; tembok penahan
yang dipasang bersudut dengan tembok kepala, untuk menahan bahu dan
kemiringan jalan.
- Apron ( dasar ) dibuat pada tempat masuk untuk mencegah terjadinya erosi
dan dapat berfungsi sebagai dinding penyekat lumpur ; bentuk gorong-
gorong tergantung pada tempat yang ada dan tingginya timbunan.
- Bak penampung diperlukan pada kondisi :
Pertemuan antara gorong-gorong dan saluran tepi.
Pertemuan lebih dari dua arah aliran.
TembokKepala
0.5 - 2 %
5) Jarak gorong-gorong pada daerah datar maksimum 100 meter, di daerah pegunungan
dua kali lebih banyak.
6) Kemiringan gorong-gorong antara 0.5 – 2 % dengan pertimbangan faktor-faktor lain
yang dapat mengakibatkan terjadinya pengendapan erosi di tempat air masuk dan
pada bagian pengeluaran.
7) Tipe dan bahan gorong-gorong yang permanen ( lihat gambar tipe ) dengan desain
umur rencana :
- Jalan tol : 25 tahun
- Jalan arteri : 10 tahun
- Jalan lokal : 5 tahun
8) Untuk daerah-daerah yang berpasir, bak pengontrol dibuat / direncanakan sesuai
kondisi setempat.
9) Dimensi gorong – gorong minimum dengan diameter 80 cm, kedalaman gorong –
gorong yang aman terhadap permukaan jalan, tergantung tipe :
Material yang
No Tipe gorong-gorong Potongan melintang
dipakai
Metal gelombang,
beton bertulang
1 Pipa tunggal atau lebih
atau beton tumbuk,
besi cor dll.
Gorong – gorong
3 persegi ( Box culvert ) Beton bertulang
1) Intensitas curah hujan (I) dihitung berdasarkan data – data sebagai berikut :
a) Data curah hujan :
Merupakan data curah hujan harian maksimum dalam setahun yang dinyatakan
dalam mm/ hari, data curah hujan ini diperoleh dari Lembaga Meteorologi dan
Geofisika, untuk stasiun curah hujan yang terdekat dengan lokasi sistem
drainase, jumlah data curah hujan paling sedikit dalam jangka waktu 10 tahun.
S X
XT = x + (Y T − Y n ) )
S n
90%. X T
I =
4
Keterangan :
T (thn) Yt
2 0.3665
5 1.4999
10 2.2502
25 3.1985
50 3.9019
100 4.6001
n Yn n Yn n Yn n Yn
Tabel 5.2.6. Hubungan Deviasi Standar (Sn) dengan Jumlah Data (n)
n Sn n Sn n Sn n Sn
10 0.9496 33 1.1226 56 1.1696 79 1.1930
11 0.9676 34 1.1255 57 1.1708 80 1.1938
12 0.9933 35 1.1285 58 1.1721 81 1.1945
13 0.9971 36 1.1313 59 1.1734 82 1.1953
14 1.0095 37 1.1339 60 1.1747 83 1.1959
15 1.0206 38 1.1363 61 1.1759 84 1.1967
16 1.0316 39 1.1388 62 1.1770 85 1.1973
17 1.0411 40 1.1413 63 1.1782 86 1.1980
18 1.0493 41 1.1436 64 1.1793 87 1.1987
19 1.0565 42 1.1458 65 1.1803 88 1.1994
20 1.0628 43 1.1480 66 1.1814 89 1.2001
21 1.0696 44 1.1499 67 1.1824 90 1.2007
22 1.0754 45 1.1519 68 1.1834 91 1.2013
23 1.0811 46 1.1538 69 1.1844 92 1.2020
24 1.0864 47 1.1557 70 1.1854 93 1.2026
25 1.0915 48 1.1574 71 1.1863 94 1.2032
26 1.1961 49 1.1590 72 1.1873 95 1.2038
27 1.1004 50 1.1607 73 1.1881 96 1.2044
28 1.1047 51 1.1623 74 1.1890 97 1.2049
29 1.1086 52 1.1638 75 1.1898 98 1.2055
30 1.1124 53 1.1658 76 1.1906 99 1.2060
31 1.1159 54 1.1667 77 1.1915 100 1.2065
32 1.1193 55 1.1681 78 1.1923
190
180
170
160
150
)
m 140
a
j
/
m 120
m
(
n 110
a
j
u
h 100
s
a
t
i 90
s
n
e
t
n
I 80
70
60
50
40
30
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240
190
180
170
160
150
)
m 140
a
j
/
m 120
m
( 110
n
a
j
u
h 100
s
a
t
i 90
s
n
e
t I rencana
n
I 80
Lengkung basis
70
60
50
40
30
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240
K URVA BASIS
nd
t1 = ( 2 / 3 x 3.28 x Lo. ) 0,167
s
L
t2 =
60V
Keterangan :
2) Luas daerah pengaliran batas – batasnya tergantung dari daerah pembebasan dan
derah sekelilingnya ditetapkan seperti pada gambar berikut.
CL
L 1 ( m)
L 2 ( m) L 3 ( m)
L3 = tergantung dari keadaan daerah setempat dan panjang maksimum 100 meter
Koefisien
Kondisi Permukaan Tanah
Pengaliran ( C )*
1. Jalan beton dan jalan aspal 0.70 - 0.95
2. Jalan kerikil dan jalan tanah 0.40 - 0.70
3. Bahu jalan :
- Tanah berbutir halus 0.40 - 0.65
- Tanah berbutir Kasar 0.10 - 0.20
- Batuan masif keras 0.70 - 0.85
- Batuan masif lunak 0.60 - 0.75
4. Daerah perkotaan 0.70 - 0.95
5. Daerah Pinggir Kota 0.60 - 0.70
6. Daerah industri 0.60 - 0.90
7. Pemukiman padat 0.40 - 0.60
8. Pemukiman tidak padat 0.40 - 0.60
9. Taman dan kebun 0.20 - 0.40
10. Persawahan 0.45 - 0.60
11. Perbukitan 0.70 - 0.80
12. Pegunungan 0.75 - 0.90
Keterangan :
*) Untuk daerah datar diambil nilai C yang terkecil dan untuk daerah lereng
diambil nilai C yang besar.
Bila daerah pengaliran terdiri dari beberapa tipe kondisi permukaan yang mempunyai
Keterangan :
C = koefisien pengaliran
I = intensitas hujan ( mm / jam )
A = luas daerah pengaliran ( km2 )
Debit air kotor secara umum diperoleh dari hasil perkalian antara luas daerah
pelayanan (ha) dikalikan dengan angka kepadatan penduduk (orang/ha). Dan dari
jumlah penduduk tersebut dapat dihitung berapa besar penggunaan air bersih,
sedangkan banyaknya air kotor yang dibuang sama dengan jumlah air bersih yang
digunakan dikalikan denga faktor tertentu.
Besarnya kebutuhan air bersih yang dikonsumsi oleh masing-masing orang menurut
WHO adalah 170 l/orang/hari. Dan menurut Linsey, 1986 jumlah air limbah rumah
tangga adalah sebesar 65 – 75 % dari jumlah air yang disalurkan atau ditetapkan
dengan faktor pengali sebesar 0.7 kali kebutuhan air bersih.
Rumus yang diberikan linsley untuk menghitung besarnya air limbah adalah :
Dengan :
Qrt = debit air buangan rata-rata (m3/dt)
p = jumlah penduduk daerah layanan (orang)
Qab = kebutuhan air bersih (l/hari/orang)
Qp = f x Qrt m3/det
Dengan :
Bahwa berdasarkan perhitungan dan pengalaman ternyata debit air kotor hasil
buangan dari rumah tangga nilainya relatif kecil dibandingkan dengan debit air yang
dihasilkan dari air hujan. Sehingga dalam perencanaan saluran drainase ini debit air
dari rumah tangga diabaikan.
h 1
Ae = (b + m.h) h
P = b + 2h (1 + m 2 )
Ae
R =
P
Keterangan :
b = lebar saluran ( m )
h = dalamnya saluran yang tergenang air ( m )
h
Ae = b h
Ae
R =
P
P = b + 2h
Keterangan :
b = lebar saluran ( m )
h = dalamnya saluran yang tergenang air ( m )
R = jari – jari hidrolis ( m )
P = Keliling basah saluran (m)
Ae = Luas Penampang basah (m2)
2) Penampang basah berdasarkan debit air dan kecepatan (V) rumus :
Q
Ad =
V
keterangan :
Ad = Luas penampang ( m2 )
Q = Debit air ( m3/dtk )
V = Kecepatan aliran ( m/dtk )
Tinggi jagaan ( w ) untuk saluran samping bentuk trapesium dan segi empat ditentukan
berdasarkan rumus :
w= 0.5h
Keterangan : h = tinggi saluran yang terendam air
h 1
1
V = ( R ) (i)2/3 1/ 2
n
2
⎛ V .n ⎞
i =⎜ 2/3
⎟
⎝ R ⎠
Keterangan :
V = Kecepatan aliran ( m/dtk )
n = Koefisien kekasaran manning
i%
t1 ( m )
t2 ( m )
sta 1 L(m)
t 1 − t 2
i= x 100%
L
Keterangan :
t1 = tinggi tanah di bagian tertinggi ( m )
t2 = tinggi tanah di bagian terendah ( m )
Secara umum pembangunan sarana air bersih bertujuan untuk menjamin tersedianya air
bersih yang layak di masyarakat ( baik dalam segi jumlah maupun kuantitasnya ) dan
mendorong penggunaan sarana air bersih yang sesuai dengan standar kesehatan di
Indonesia. Sedangkan tujuan khusus adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, dengan melalui program pembangunan sarana air bersih dan sarana lain,
seperti sanitasi ( air limbah ), persampahan dan sarana-sarana yang lain. Untuk proyek
sarana air bersih, sanitasi dan pelayanan kesehatan harus direncanakan untuk
meningkatkan kepedulian / kesadaran masyarakat terhadap lingkungan disekitarnya,
sehingga sumber air tetap terpelihara dengan baik, limbah domestik dikelola dengan baik.
5.3.2. Pengertian
Yang Dimaksud dengan :
1. Pekerjaan galian adalah pekerjaan yang meliputi semua pemindahan bahan-bahan
dari dalam tanah, ataupun yang dijumpai termasuk rintangan alam yang terdapat dalam
pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan tersebut.
2. Pekerjaan pengurugan adalah pekerjaan perbaikan lapisan tanah galian yang
didapatkan setelah selesai pekerjaan pemasangan pipa.
3. Bahan pilihan adalah merupakan tanah hasil penggalian yang tidak mengandung
batuan atau bahan padat lainnya yang berukuran lebih besar dari 5 mm, mempunyai
gradasi yang baik dan tidak mengandung bahan organic seperti rumput, akar tanaman
atau bagian tumbuh-tumbuhan lainnya yang bersifat mengembang.
4. Pipa baja adalah pipa yang terbuat dari bahan baja.
5. Pipa PVC adalah pipa yang terbuat dari bahan polyvinyl chloride.
6. Pipa DCIP adalah pipa yang terbuat dari ductile cast iron.
7. Pipa GSP adalah pipa yang terbuat dari besi galvanis.
8. Pekerjaan Perbaikan adalah pekerjaan perbaikan kembali sarana yang dirusak ketika
dilakukan pekerjaan galian menjadi keadaan semula.
9. Jalan aspal adalah jalan yang lapisan atasnya adalah kerikil yang dipadatkan.
10. Jalan gravel adalah jalan yang lapisan atasnya adalah kerikil yang dipadatkan.
11. Jalan beton adalah jalan yang lapisan permukaan jalannya terbuat dari beton.
12. Trotoar adalah lokasi disisi jalan raya yang diperuntukkan bagi pejalan kaki.
13. Pengangkatan adalah pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke dalam
kendaraan pengangkut, maupun dari kendaraan pengangkut ke lokasi pemasangan
pipa.
14. Sambungan push-on adalah proses penyambungan pipa pada pipa dengan tekanan air
yang tinggi.
15. Test radiographic adalah tes yang dilakukan terhadap pipa yang penyambungannya
dengan pengelasan.
16. Defleksi adalah besar sudut pembelokan yang diizinkan pada pipa.
17. Sambungan mechanical joint adalah proses penyambungan pipa pada pipa yang tidak
mendapatkan tekanan tinggi.
18. Testing pekerjaan pipa adalah uji coba yang dilakukan pada pipa, setelah pipa yang
terpasang.
19. Pekerjaan penggelontoran adalah pekerjaan pembersihan pipa yang telah dipasang.
20. Pipa existing adalah pipa yang telah terpasang dan telah digunakan untuk distribusi air
minum.
21. Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampur pasir, kerikil, air dan semen
Portland atau bahan penguat hidrolis lain yang sejenis, dengan atau tanpa bahan
tambahan lainnya.
22. Bahan tambahan adalah bahan lain yang ditambahkan ke dalam pembuatan beton,
selain semen, pasir, kerikil dan air yang tidak memberi pengaruh yang kurang baik
pada beton.
23. Pengujian beton adalah proses yang dilakukan terhadap beton untuk mengetahui
kekuatan karakteristik beton.
24. Bekisting adalah cetakan beton.
25. Lantai kerja adalah lantai yang terbuat dari beton dan terletak paling bawah dari
lapisan struktur pondasi.
26. Pengelasan adalah merupakan proses penyambungan pipa dengan dilakukan
pemanasan dan penambahan bahan penyambungan.
5.3.3. Ketentuan-ketentuan
5.3.3.1. Fungsi
Standar ini berfungsi sebagai acuan dalam pelaksanaan dan pengawasan
pekerjaan pemasangan pipa distribusi, alat ukur dan peralatan perlengkapan yang
digunakan dalam pemasangan pipa air minum.
1. Pengangkatan
Peralatan pengangkatan ini harus mmpunyai kemampuan minimum satu ton
atau berat satu batang pipa dengan diameter terbesar yang diperlukan.
2. Pengangkutan
Peralatan ini harus dapat mengangkut pipa sesuai dengan diameter terbesar
yang dipasang dan peralatan yang dianjurkan adalah crane.
3. Perletakkan
Pipa yang akan dipasang harus diberi dasar material padat. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar.
4. Penyambungan pipa
a. Semua diameter luar pipa eksisting harus sesuai dengan diameter dalam;
b. Pipa PVC
Penyambungan pipa PVC tidak boleh dipanaskan dan tidak boleh di cor
di dalam dinding beton;
c. Pipa DCIP, GIP dan steele
(derajat)
80 - 300 5
250 - 350 4
400 3 – 30
450 - 600 3
700 - 900 2 – 30
1000 - 2000 2
1200 1 - 30
1400 1 - 20
1500 1 - 10
1600 - 2600 1 - 30
1. Uji coba secara hidrolis harus dilakukan selama pelaksanaan pembangunan jalur-jalur
pipa.
Peralatan pembantu yang digunakan adalah pompa, alat ukur dongkrak dan strust;
2. Pengujian pipa harus sesuai dengan tata cara pengujian pipa;
3. Kebocoran yang dapat diterima saat pengujian pipa;
Tabel 5.3.6.
Kebocoran Yang Diijinkan/km saat Pengujian Pipa
Diameter Jumlah Diameter Jumlah
(mm) Kebocoran (mm) Kebocoran
(l / jam) (l/jam)
75 2.55 300 9.12
100 3.04 350 10.64
125 3.80 400 12.16
150 4.56 450 13.68
200 6.08 500 15.20
250 7.60 600 18.24
2. Sumber air dari pipa eksisting hanya dari satu sumber saja;
3. Waktu penggelontoran adalah 3 menit untuk 100 m panjang pipa;
4. Jaringan pipa dapat diterima bila air hasil penggelontoran setelah melewati waktu yang
ditetapkan dalam keadaan bersih dengan membuktikan parameter warna, kekeruhan
dan pH.
2. Lapisan pelindung bagian dalam adalah cement mortar lining dan diberi semprotan
furnace cement ;
3. Sleeving yang terbuat dari bahan polyethylene yang berbentuk lembaran film yang
berwarna hitam.
5. Untuk pipa tembus dengan diameter 800 mm atau lebih dengan bahan dari pipa baja,
pipa tembus digunakan sebagai selubung untuk pipa jalur utama
6. Rongga-rongga yang terbentuk antara pipa selubung dengan pipa yang dimasukkan
kedalamannya harus di isi dengan beton tumpuk kelas E dengan menggunakan pompa
beton.
Alat ukur yang biasa digunakan di dalam system distribusi air bersih adalah meter air
dengan ketentuan yang berlaku untuk meter air.
1. Mempunyai kesalahan pengukuran maksimum adalah 5 persen dalam plus dan minus;
2. Harus mampu menahan tekanan 1600 kPa 16 bar selama 5 menit tidak bocor atau
basah;
3. Pada rumah meter air, bagian aliran masuk harus dilengkapi saringan yang mudah
dibuka dan dipasang;
4. Harus dilengkapi dengan alat penyetel untuk memperbaiki hubungan antara debit yang
ditujukan dan debit yang sebenarnya
5. Dimensi rumah meter air dapat dilihat pada tabel berikut.
13 20 25 30 40
1 Panjang (L) 170 190 260 260 300
2 Lebar 90.0 90.0 105 105 130
3 Tinggi tanpa katup 85.0 85.0 100 100 115
4 Diameter luar ulir 80.0 80.0 95.0 95.0 125
5 Diameter dalam ulir 26.5 33.2 41.9 47.8 59.6
1. Katup udara
Harus dipasang semua titik tinggi
2. Katup
Pemasangan pipa, katup dan accesoriesnya dilakukan setelah pengecoran beton lantai
bak kontrol, dan sebagian pipa tertanam dalam dinding bak control;
3. Washout
a. Harus dipasang pada semua titik rendah atau ujung pipa.
b. Tidak boleh dihubungkan kesuatu roil atau saluran benam yang menyebabkan
Dalam membangun suatu penyediaan air bersih sistem perpipaan diper1ukan suatu kriteria
perencanaan untuk mempermudah menghitung besaran sistem jaringan transmisi, jaringan
distribusi maupun bangunan penunjang.
2. Valve
Valve berfungsi menghentikan aliran dan mengatur aliran. Valve harus ditempatkan
pada tempat-tempat tertentu sehingga jika ada kebocoran pipa, tidak semua sistim
terganggu tetapi dengan menutup satu atau beberapa valve, daerah yang terganggu
akibat kebocoran tersebut dapat diperkecil.
Jika terdapat perbedaan ketinggian yang cukup besar antara jalur-jalur pipa/perbedaan
sisa tekanan yang cukup besar, valve perlu ditempatkan pada persimpangan jalur pipa
tersebut.
sehingga aliran air tidak terganggu. Air release valve harus ditempatkan pada tempat-
tempat tertinggi dari jalur pipa.
Pada jaringan distribusi, tidak perlu digunakan air release valve karena kran umum
sudah berfungsi sebagai air release valve setiap saat kran dibuka.
4. Wash out.
Wash out berfungsi untuk mengeluarkan kotoran-kotoran endapan yang ada di dalam
pipa. Pada umumuya endapan akan terkumpul pada tempat-tempat terendah dan jalur-
jalur pipa sehingga wash out harus ditempatkan pada tempat-tempat terendah dari jalur
pipa.
6. Sambungan Rurnah.
Pelayanan dengan cara ini hanya mungkin dilakukan apabila debit air dapat mencukupi
kebutuhan seluruh penduduk yang dilayani, serta tingkat penghasilan masyarakat yang
sudah cukup tinggi bagi pembayaran retribusi sambungan rumah. Dalam
merencanakan penggunaan sambungan langsung sebagai sistim pelayanan hal utama
yang perlu diperhitungkan selain masalah tingkat pendapatan penduduk adalah
kapasitas debit sumber diproyeksikan terhadap jumlah penduduk yang dilayani.
distribusi dan skema hydraulis, kemudian ditentukan node pada jalur pipa dan diberi
nomor. Gambar skema distribusi menggambarkan seluruh jaringan pipa dengan semua
node, elevasi node, panjang pipa dan kran umum yang akan dipasang dalam daerah
tersebut. Untuk lebih memepercepat perhitungan maka dapat menggunakan program
Epanet.
12. Hitung kehilangan tekanan per 1000 m (hf/1000) dengan menggunakan rumus Hazen
William atau tabel Hazen William.
Dimana :
Q = debit dalam m/s
C = koefesien kekasaran pipa ( 130 )
Air limbah yang berasal dari rumah tangga harus diolah atau dialirkan ke tempat
pengolahan agar tidak menimbulkan pencemaran yang membahayakan kehidupan manusia
dan lingkungan permukiman. Untuk itu harus ditangani dengan benar dan tuntas.
Air limbah yang dibuang sembarangan akan mengakibatkan :
• Penyebaran penyakit, seperti diare, gatal-gatal, dan sebagainya.
• Pencemaran lingkungan yang dapat menimbulkan kerugian berupa :
- Pengotoran terhadap sumber air bersih
- Timbulnya bau yang tidak sedap
Untuk menanggulangi air limbah diperlukan kesadaran tinggi dari masyarakat tentang arti
kebersihan dan kesehatan sehingga diperlukan sarana dan prasarana yang memadai, yang
tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi menjadi kewajiban bersama oleh
masyarakat.
Untuk menangani pembuangan air limbah terdapat beberapa sistem yaitu :
• Sistim Sanitasi pembuangan setempat, yang biasa dikerjakan sendiri oleh masyarakat,
yaitu dengan membuat cubluk atau tangki septic di halaman rumah sesuai dengan
persayarat teknis yang berlaku.
• Sistem Sanitasi pembuangan terpusat yaitu dengan membangun jaringan saluran air
limbah yang akan mengalirkan limbahnya ke suatu tempat pengolahan.
Sedangkan dengan kondisi dan master plan desa, maka untuk penanganan sarana sanitasi
yaitu dengan system sanitasi setempat. Adapun sarana yang akan dibangun yaitu
Bangunan atas dan bangunan bawah yaitu untuk bangunan atas berupa jamban dan
bangunan bawah berupa septic tank beserta bidang resapan.
1. Lokasi
a. Dapat ditempatkan diluar rumah atau didalam rumah
b. Dapat merupakan bangunan ynag berdiri sendiri atau bagian dari rumah induk.
c. Jamban harus mudah dicapai dengan aman dan mudah bila hari hujan atau malam
hari.
d. Dapat dibangun dekat sumur gali (sumber air) dengan memperhatikan jarak
4. Teknis
Pastikan permukaan pelat jongkok rata dengan lantai jamban. Pulas lantai
dengan papan atau sikat sehingga permukaan agar kasar.
1. Umum
Rencana pembangunan tangki septik baru dapat dilakukan setelah memenuhi
persyaratan yang ditentukan.
sekurang-kurangnya 1,50 m.
Lumpur. Dasar tangki dapat dibuat horizontal atau dengan kemiringan tertentu
untuk memudahkan pengurasan Lumpur. Dinding tangki septik harus dibuat
tegak;
2). Tangki septik ukuran kecil yang hanya melayani satu keluarga dapat berbentuk
bulat dengan diameter sekurang-kurangnya 1,20 m dan tinggi sekurang-
kurangnya 1,00m;
3). Penutup tangki septik maksimum terbenam ke dalam tanah 0,40 m
Bentuk tangki septik ditentukan seperti dalam gambar rencana sedangkan
ukuran tangki septik berdasarkan jumlah pemakai dapat dilihat pada berikut.
2. Lokasi
a. Dapat ditempatkan di luar atau di dalam rumah
b. Dapat merupakan bangunan yang berdiri sendiri atau bagian dari rumah induk
c. Jamban harus mudah dicapai dengan aman dan mudah bila hari hujan atau malam
hari
d. Dapat dibangun dekat dengan sumur gali (sumber air) dengan memperhatikan
jarak
1. Diameter minimum 15 cm untuk pipa yang terbuat dari tanah liat atau beton
dan minimal 10 cm untuk pipa PVC.
2. Kemiringan minimum 2% - 3%
3. Di setiap belokan melebihi 45o dan perubahan kemiringan 22,5o harus
dipasang Clean Out untuk pembersihan pipa/pengontrol.
b. Drainase (system pengeringan)
Perlengkapan drainase dimaksudkan untuk menyalurkan air hujan atau air bekas
siraman yang tersisa kesaluran pengeringan umum (parit jalan) diameter minimal
10 cm
5.4.2.3. Kriteria Perencanaan
• Pipa penyalur air limbah dari bangunan atas maupun pipa peresapan
mempunyai diameter minimum 7,5 cm untuk pipa PVC dan 15 cm untuk pipa
tanah liat dengan kemiringan minimum (2-3%)
• Dasar tangki dapat dibuat horizontal atau dengan kemiringan tertentu untuk
kemudahan pengurasan Lumpur
• Dinding tangki septik harus dibuat tegak
• Tutup tangki septik terbuat dari beton dengan kedalaman maksimum terbenam
dalam tanah 0,40 m untuk memudahkan inspeksi
• Harus dilengkapi dengan resapan yang berbentuk sumur/parit/bidang resapan
yang berjarak terdekat 10 s/d 15 meter dari sumur gali atau SPT yang menjadi
sumber air bersih masyarakat (tergantung kondisi tanah setempat).
• Waktu pengurasan Lumpur 2 s/d 3 tahun
Banyaknya Ukuran
Pemakai (meter)
(orang) Panjang Lebar Dalam
5 1,2 0,6 0,8
10 1,4 0,7 1,2
15 1,5 0,8 1,2
20 1,8 1,0 1,2
25 2,0 1,0 1,2
30 2,0 1,0 1,4
35 2,2 1,0 1,4
5 6 4 3 2
10-15 11-17 7-11 6-9 4-6
20-25 22-28 14-18 12-15 8-10
30 33 21 18 12
35 39 25 21 14
Pewadahan sampah secara lebih spesifik dapat diartikan sebagai penanganan sampah pada
sumber sebelum pengumpulan, termasuk di dalamnya adalah pemisahan, penyimpanan dan
pemrosesan. Element ini dapat memiliki efek yang signifikan terhadap karakteristik
sampah, keseluruhan sistem serta kesehatan dan perilaku masyarakat.
Gambar 5.5.1. Bin atau tempat sampah yang terbuat dari plastik
Beberapa opsi dapat diambil dalam meletakkan wadah sampah. Opsi ini berkaitan
dengan kebiasaan masyarakat dan sistem pengelolaan sampah secara keseluruhan.
Pengumpulan sampah merupakan proses pengambilan sampah dari sumber sampah untuk
di bawa ke Tempat Penampungan Sementara (TPS).
dari rumah penduduk untuk di bawa ke TPS. Pada sistem ini keberadaan TPS yang
diletakkan di lingkungan perumahan masih dibutuhkan.
sehingga dalam waktu tertentu akan mengalami kerusakan. Pemilihan material yang
lebih tahan seperti plastik, fiber, ataupun logam yang tahan karat dapat
dipertimbangkan untuk memperbaiki kualitas pengangkutan, memperpanjang usia
kontainer dan mengurangi biaya perawatan.
Penggunaan kontainer yang tertutup akan memperbaiki estetika dan mengurangi bau,
mencegah ceceran lindi dan sampah.
Perawatan kontainer (pencucian, pengecatan, dll) secara berkala akan memperpanjang
masa pakai dan lebih baik secara estetika.
1 Wadah
- kantong individual
plastik 10 - 40 liter 1 6 Sekali
- bin/tong 40 liter 1 6 2-3
2 Wadah komunal 0,5 - 1,0 m3 40 - 50 240 - 300 1-2
3 Gerobak sampah/sejenisnya 1 m3 140 800 2-3
4 Container armroll truk 6 m3 825 4.950
8 m3 1.100 6.600 2-3
10 m3 1.375 8250
5 Transfer depo
Tipe I (>200 m2) 20
Tipe II (60 - 200 m2) 20
Tipe III (10 - 20 m2) 20
6 Truk kecil (truk mini) 2 m3 s/d 500 s/d 3000 5
3
7
8 Truk sampah
Armroll truk 3.5 ton 7-10
6 mm
3
1000 10.000 5
5
8 m3 5
10 m3 5
Optimasi peran serta masyarakat bertujuan untuk meningkatkan peran aktif masyarakat
dalam menjaga lingkungannya. Secara khusus dalam hal ini adalah pengelolaan sampah.
Sebaik apapun sistem yang digunakan dalam pengelolaan sampah, jika tidak ditunjang dan
didukung oleh peran dan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan maka
sistem tersebut tidak akan berhasil.
Beberapa opsi yang bisa digunakan untuk mendorong kesadaran dan partisipasi publik
adalah :
melalui media cetak (koran, majalah, dll), media elektronik (televisi, radio), maupun
sarana promosi yang lain, seperti leaflet, brosur, poster-poster, baliho dan lain-lain.
Media-media tersebut bisa disebarluaskan dan ditempatkan pada fasilitas-fasilitas
publik seperti mall, perkantoran, instansi pemerintah, pusat-pusat hiburan dll, sehingga
masyarakat selalu mendapatkan informasi tentang hak dan kewajiban mereka dalam
pengelolaan lingkungan.
Sistem insentif merupakan sistem yang digunakan untuk merangsang produsen sampah
(polluter) untuk mengurangi jumlah timbulan sampahnya. Mekanisme yang digunakan
misalnya dengan membebankan biaya retribusi berdasarkan jumlah/volume timbulan
sampah.
Polluter dengan jumlah sampah yang besar akan mendapatkan jumlah retribusi yang
lebih besar di bandingkan polluter dengan kuantitas limbah yang kecil. Pilihan yang
lain yaitu dengan sistem pengurangan pajak yang dibebankan pada mereka jika polluter
dapat mengelola atau mengurangi timbulan sampahnya. Tentu saja ini membutuhkan
5.6.1. Umum
Perencanaan listrik disini mengacu pada Peraturan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL
2000), dengan Standar Nasional Indonesia (SNI 04-0225-2000) dari Badan Standarisasi
Nasional. Namun tetap mengikuti Sistem jaringan yang sudah ada di Propinsi Nangroe
Aceh Darussalam yang di keluarkan oleh PLN wilayah Propinsi Nangroe Aceh
Darussalam.
1. Umum.
1.1. Yang dimaksud dengan instalasi listrik desa adalah instalasi listrik untuk
pembangkitan, distribusi, pelayanan, dan pemakaian tenaga listrik di desa
dengan konstruksi yang disederhanakan.
1.2. Instalasi listrik desa hanya berlaku bagi daerah pedesaan (di desa), dan
diterapkan pada satu lokasi atau kasus berdasarkan kondisi yang masih
memerlukannya dengan memperhatikan persyaratan-persyaratannya.
2.2.5. PHB yang digunakan harus dari jenis tertutup dengan kotak dari bahan
yang tidak mudah terbakar. PHB dipasang pada dinding tembok atau
papan.
2.3. Penghantar
2.3.1. Sebagai penghantar digunakan kabel berisolasi ganda (misalnya NYM)
yang terdiri atas dua atau tiga inti tembaga pejal dengan penampang tiap
intinya minimum 1.5 mm2.
2.3.2. Kabel dicabangkan dalam kotak percabangan dengan penyambungan
yang baik.
4.4.3. SRD harus dilengkapi dengan pengaman lebur atau MCB dengan nilai
nominal maksimum 10 A dan bila diperlukan sebuah meter KWh yang
dipasang di bagian luar rumah.
Persyaratan dalam hal ini dimaksudkan untuk menjamin keselamatan manusia, dan
ternak, juga keamanan harta benda dari biaya dan kerusakan yang bisa ditimbulkan
oleh penggunaan instalasi listrik secara wajar.
CATATAN : Pada instalasi listrik terdapat dua jenis resiko utama, yaitu :
a) Arus kejut listrik
b) Suhu berlebihan yang sangat mungkin mengakibatkan kebakaran, luka bakar atau
efek cedera lain.
Instalasi listrik harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak ada resiko
tersulutnya bahan yang mudah terbakar karena tingginya suhu atau busur api
listrik, demikian pula tidak akan ada resiko luka bakar pada manusia maupun
ternak selama perlengkapan listrik beroperasi secara normal.
a) Pemutusan secara otomatis saat terjadi arus lebih sebelum arus lebih itu
mencapai nilai yang membahayakan dengan memperhatikan lamanya arus
lebih bertahan.
b) Pembatasan arus lebih maksimum, sehingga nilai dan lamanya yang aman
tidak terlampaui.
Penghantar, selain penghantar aktif, dan bagian lain yang dimaksudkan untuk
menyalurkan arus gangguan harus mampu menyalurkan arus tersebut tanpa
menimbulkan suhu yang berlebihan.
Catatan :
a) Perhatian khusus harus diberikan pada arus gangguan bumi dan arus
bocoran.
b) Untuk penghantar aktif, terjamin proteksinya dari arus lebih yang disebabkan
oleh gangguan.
a) Manusia atau ternak harus dicegah dari cedera dan harta benda harus dicegah
dari setiap efek yang berbahaya akibat adanya gangguan antara bagian aktif
sirkit yang disuplai dengan tegangan yang berbeda.
b) Manusia atau ternak harus dicegah dari cedera dan harta benda harus dicegah
dari kerusakan akibat adanya tegangan yang berlebihan yang mungkin
timbul akibat sebab lain (misalnya, fenomena atsmosfer atau tegangan lebih
penyakelaran).
3.2.2. Instalasi listrik yang sudah memenuhi semua ketentuan tersebut dapat
dioperasikan setelah mendapat izin atau pengesahan dari instansi yang
berwenang dengan syarat tidak boleh dibebani melebihi kemampuannya.
5.6.4. Perancangan
5.6.4.1. Umum
c) Bahan kimia aktif : garam, sulfur dioksida, hidrogen sulfit, nitrogen oksida, ozon,
amonia, klor, hidrogen klorida, hidrogen flor dan hidrokarbon organik.
d) Bahan mekanis aktif : pasir, debu, debu melayang, sedimen debu, lumpur dan jelaga.
e) Cairan pengotor : berbagai minyak, cairan pendingin, gemuk, bahan bakar dan air
baterai.
f) Kondisi mekanis : getaran, jatuh bebas, benturan, gerakan berputar, deviasi sudut,
percepatan, beban statis dan roboh.
g) Gangguan listrik dan elektromagnetik :
Medan magnet, medan listrik, harmonik, tegangan sinyal, variasi tegangan dan
frekuensi, dan tegangan induksi dan transien.
5.6.5.1 Umum
1. Pada pemasangan kabel tanah harus diperhatikan konstruksi dan karakteristik kabel
yang bersangkutan seperti yang tercantum pada tabel 7.1-5 dan 7.1-6 (pada buku
Standar Nasional Indonesia, SNI 04-0225-2000).
2. Pemasangan kabel di dalam tanah harus dilakukan dengan cara sedemikian rupa,
sehingga kabel itu cukup terlindung terhadap kerusakan mekanis dan kimiawi yang
mungkin timbul di tempat kabel tanah tersebut dipasang.
Letak kabel tanah tersebut harus ditandai dengan patok tanda kabel yang kuat, jelas
dan tidak mudah hilang.
Catatan : Perlindungan terhadap kerusakan mekanis pada umumnya dianggap
mencukupi bila kabel tanah itu ditanam :
a) Minimum 0.8 m di bawah permukaan tanah pada jalan yang dilewati kendaraan.
b) Minimum 0.6 m di bawah permukaan tanah yang tidak dilewati kendaraan.
3. Bahaya kebakaran, meluasnya dan akibatnya harus sejauh mungkin dikurangi dengan
cara pemasangan kabel tanah yang tepat. Selubung luar harus dibuang jika hal ini
disyaratkan untuk mencegah meluasnya bahaya api, kecuali bila selubung luar
tersebut dari bahan yang sukar terbakar.
4. Kabel tanah harus diletakkan di dalam pasir atau tanah halus, bebas dari batu batuan,
di atas galian tanah yang stabil, kuat, rata dan bebas dari batu-batuan dengan
ketentuan tebal lapisan pasir atau tanah halus tersebut tidak kurang dari 5 cm di
5. Pada umumnya kabel tanah untuk tegangan yang lebih tinggi harus dipasang
dibawah kabel tanah untuk tegangan yang lebih rendah, kabel tanah listrik arus kuat
dibawah kabel tanah telekomunikasi.
6. Pada persilangan antara bekas kabel tanah, haruslah diambil salah satu tindakan
proteksi seperti diuraikan dalam butir a) dan b) dibawah ini, kecuali jika salah satu
dari berkas kabel tanah yang bersilang itu terletak dalam saluran pasangan batu,
beton, atau bahan semacam itu yang mempunyai tebal dinding sekurang-kurangnya 6
cm.
a) Di atas berkas kabel tanah yang terletak di bawah harus dipasang tutup
pelindung dari lempengan, atau pipa belah dari beton atau sekurang-kurangnya
dari bahan tahan api yang sederajat. Tutup pelindung ini pada kedua ujungnya
harus menjorok keluar sekurang-kurangnya 0.5 m dari berkas kabel yang terletak
diatas, diukur dari kabel sisi luar, sedangkan tutup pelindung ini harus sekurang-
kurangnya 5 cm lebih lebar dari berkas kabel yang terletak dibawah.
b) Di atas berkas kabel tanah yang terletak diatas, dipasang pipa belah dari beton
atau dari bahan lain yang cukup kuat, tahan lama dan tahan api. Pipa belah ini
harus dipasang menjorok keluar sekurang-kurangnya 0.5 dari berkas yang
terletak dibawah, diukur dari kabel sisi luar.
5.6.5.2 Persilangan dan pendekatan kabel tanah dengan kabel tanah instalasi telekomunikasi.
1. Pada tempat persilangan dengan kabel tanah telekomunikasi, kabel tanah dilindungi
pada bagian atasnya dengan pipa belah, plat atau pipa dari bahan bangunan yang
tidak mudah terbakar. Kabel tanah tegangan menengah ataupun tegangan rendah
harus dipasang di bawah kabel tanah telekomunikasi.
2. Jika kabel tanah menyilang diatas kabel tanah telekomunikasi dengan jarak lebih
kecil dari 0.3 m untuk kabel tanah tegangan rendah dan 0.5 m untuk kabel tanah
tegangan menengah, maka perlu tambahan perlindungan pada sisi kabel tanah yang
menghadap kabel telekomunikasi dengan memasang plat atau pipa dari bahan
bangunan yang tidak dapat terbakar. Perlindungan menjorok keluar paling sedikit 0.5
3. Kabel tanah telekomunikasi dan kabel tanah yang dipasang sejajar, harus dipasang
dengan jarak sejauh mungkin, misalnya dengan menempatkannya pada sisi-sisi jalan
yang berlainan. Kabel tanah yang letaknya berdekatan dengan kabel tanah
telekomunikasi dengan jarak kurang dari 0.3 m untuk kabel tanah tegangan rendah
dan kurang dari 0.5 m untuk kabel-kabel tanah tegangan menengah, harus
diselubungi sepanjang pendekatan tersebut dengan pipa belah, plat atau pipa yang
terbuat dari bahan bangunan yang tidak dapat terbakar dan diberi tanda khusus.
4. Pelindung kabel tersebut pada 7.15.2.1, 7.15.2.2 dan 7.15.2.3 (pada buku Standar
Nasional Indonesia, SNI 04-0225-2000), baik pada kabel tanah, arus kuat maupun
pada kabel tanah telekomunikasi, harus menjorok keluar paling sedikit 0.5 m dari
kedua ujung tempat persilangan pada pendekatan itu.
5. Kabel tanah di dalam tanah harus dipasang pada jarak paling sedikit 0.3 m dari
bagian instalasi telekomunikasi yang terletak dalam tanah, bila jarak tersebut sama
atau lebih dari 0.3 m, akan tetapi lebih kecil dari 0.8 m, maka kabel tanah itu harus
dilindungi dengan pipa belah, plat atau pipa, yang menjorok keluar sepanjang
minimal 0.5 m dari kedua ujung tempat persilangan dan pendekatan itu.
6. Kalau kabel tanah arus kuat di dalam tanah berada diantara bagian-bagian tiang,
angker, atau bagian penunjang yang terletak didalam tanah dari instalasi
telekomunikasi, maka kabel tanah itu harus dilindungi dengan pipa belah, plat atau
pipa. Kestabilan tiang tidak boleh terganggu olehnya.
7. Kabel tanah telekomunikasi yang diletakkan di dalam jalur kabel dianggap telah
terlindung.
5.6.5.3 Persilangan dan pendekatan kabel tanah dengan jalan kereta api dan jalan raya.
1. Kabel tanah lazimnya tidak boleh mendekati rel kereta dalam jarak 2 m diukur secara
proyeksi mendatar, kecuali pada persilangan.
2. Kabel tanah yang dipasang berdekatan atau menyilang dengan jarak lebih kecil dari
0.3 m dari kabel instalasi listrik Perusahaan Kereta Api atau Perusahaan lain harus
diletakkan dalam jalur kabel atau pipa yang terdiri dari bahan bangunan yang tidak
dapat terbakar atau pipa PVC. Pelindung tersebut harus menjorok keluar paling
sedikit 0.5 m pada kedua ujung tempat pendekatan atau persilangan tersebut.
3. Kabel tanah dalam tanah harus mempunyai jarak minimum 0.3 m akan tetapi lebih
kecil dari 0.8 m, kabel tanah itu harus dilindungi dengan pipa, plat atau pipa, yang
panjangnya keluar paling sedikit 0.5 m pada kedua ujung tempat pendekatan.
4. Pada persilangan dengan jalan kendaraan bermotor yang dikeraskan dan jalan kereta
rel, kabel tanah harus dipasang didalam pipa atau selubung baja atau bahan yang
cukup kuat, tahan lama dan tahan api. Panjang dan garis tengah dalam dari pipa atau
selubung ini, harus dipilih sehingga kabel tanah itu dapat dikeluarkan tanpa
membongkar jalan tersebut.
5. Pipa pelindung atau jalur kabel harus menjorok keluar, paling sedikit 0.5 m dari
kedua sisi rel terluar atau tepi pinggir dari jalan kendaraan bermotor.
6. Di bawah pekarangan dan bangunan dari perusahaan kereta api atau perusahaan lain
yang dipakai untuk tempat bekerja, pemasangan semua kabel tanah harus memenuhi
persyaratan yang sama dengan untuk dibawah rel.
5.6.5.4 Persilangan dan pendekatan kabel tanah dengan saluran air dan bangunan pengairan.
1. Pada persilangan dengan saluran air, kabel tanah harus diletakkan paling sedikit 1 m
dibawah dasar saluran air yang direncanakan, dan harus ditanam dalam lapisan pasir.
2. Pada persilangan dengan saluran air laut, kabel tanah harus diletakkan sedapat
mungkin 2 m dibawah dasar saluran air laut yang direncanakan.
3. Pada persilangan kabel tanah harus diletakkan paling sesikit 0.3 m di bawah atau di
atas kabel listrik pengairan dan kabel tanah itu harus dilindungi dengan pipa yang
terbuat dari bahan bangunan yang tidak dapat terbakar, perlindungan tersebut harus
menjorok keluar paling sedikit 0.5 m dari sisi kabel yang disilangnya.
4. Kabel tanah yang dipasang berdekatan dengan kabel listrik pengairan dengan jarak
lebih kecil dari 0.3 m harus diletakkan dalam jalur atau pipa dari bahan yang tidak
dapat terbakar.
5. Kabel tanah tidak boleh terletak lebih dekat dari 0.3 m dari bagian bangunan
pengairan yang terletak didalam tanah. Bila jarak tersebut sama atau lebih dari 0.3 m
akan tetapi kurang dari 0.8 m, maka kabel tanah tersebut harus dilindungi dengan
pipa belah, plat atau pipa yang panjangnya menjorok keluar paling sedikit 0.5 m dari
kedua tempat pendekatan.
6. Kabel tanah di bawah bangunan pengairan harus mempunyai perisai dan harus
ditutupi dengan pipa belah atau plat, kecuali hal itu tidak dibenarkan dengan alasan
elektris. Kabel tanah yang tidak mempunyai perisai mekanis harus dimasukkan
kedalam pipa atau jalur kabel.
7. Di bawah jalan pengairan kabel tanah harus ditanam sedalam paling sedikit 0.8 m.
8. Letak dari kabel tanah yang dipasang melintas di bawah saluran air harus ditandai
pada kedua tepinya sehingga dapat dilihat oleh pengemudi kapal.
1. Jarak kabel tanah harus dipertahankan sekurang-kurangnya 0.3 m, diukur secara
proyeksi mendatar dari bagian konstruksi pengantar listrik di atas tanah.
2. Bila jarak tersebut lebih dari 0.3 m tetapi kurang dari 0.8 m, kabel tanah itu harus
dilindungi dengan pipa dari baja atau bahan yang kuat, tahan lama dan tahan api,
atau dengan perlindungan yang sekurang-kurangnya sederajat. Perlindungan ini
harus menjorok sekurang-kurangnya 0.5 m dari kedua ujung tempat yang jaraknya
kurang dari 0.8 m.
Kabel tanah yang dipasang keluar dari tanah pada tempat di luar bangunan harus
dipasang di dalam pipa atau selubung dari baja atau dari bahan lain yang cukup kuat
sampai diluar jangkauan tangan, kecuali jika telah terdapat perlindungan lain yang
sekurang-kurangnya sederajat.
Telepon sebagai salah satu alat telekomunikasi merupakan bentuk dari perwujudan suatu
kemajuan teknologi. Perencanaan jaringan telepon direncanakan menggunakan kabel
bawah tanah yang diletakkan dalam boks beton dimana didalamnya terdapat casing/pipa.
Penempatan kabel telepon bersama-sama dengan kabel atau instalasi lain yaitu kabel listrik
dan pipa air bersih dimaksudkan sebagai penghematan lahan yang terbatas.
Karena pekerjaan instalasi telepon bersifat khusus yang dilaksanakan oleh PT Telkom,
maka spesifikasi dan teknis pengadaan dan pemasangannya mengacu pada standard dan
spesifikasi yang dikeluarkan oleh PT Telkom.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan dan pemasangan boks terutama
menyangkut kedalaman penanaman boks dan bilamana terjadi pertemuan/persimpangan
dengan jalan atau gorong-gorong dan instalasi lain.
Perencanaan lansekap desa yang dimaksudkan disini adalah penanaman pohon secara
berlapis yang terdiri dari :
a. Penanaman pohon di sepanjang jaringan jalan utama desa dan jalan lingkungan
b. Penanaman pohon di kavling rumah dan kavling fasilitas umum dan sosial desa.
Pemilihan jenis vegetasi yang direncanakan sebagai ruan hijau kawasan antara lain
memenuhi kriteria :
a. Mudah tumbuh
b. Kuat menahan arus gelombang tsunami
c. Meningkatkan kualitas lingkungan
d. Mempunyai nilai ekonomi bagi penduduk desa
Korelasi tapak dan bangunan dinilai melalui substansi perancangan ”Ruang Kawasan,
Ruang Hijau dan Biru Kawasan, Tata Guna Ruang/Space Use, GSB, KDB dan KLB dan
Ketinggian Bangunan, TSM dan Parkir” kawasan. Berdasarkan kegiatan analisis dibawah
ini menghasilkan suatu kesimpulan bahwa diperlukan redesain pada “Ruang Hijau dan
Biru Kawasan”.
3. Keamanan lingkungan (penerangan alami & buatan cukup, tata hijau tidak terlalu
rimbun, relling pada ketinggian tertentu atau pada jembatan)
Beberapa jenis pohon yang ada di desa dapat digunakan untuk perencanaan lansekap desa.
Dari hasil survey dan analisis di lapangan, terdapat beberapa tanaman yang cocok
dipergunakan sebagai lansekap jalan desa. Beberapa jenis tanaman tersebut antara lain :
1. Akasia
2. Angsana
3. Asem Jawa
4. Bambu
5. Beringin
6. Cemara Laut
7. Cengkih
8. Durian
9. Jambu Air
10. Jambu Monyet
11. Jati
12. Kamboja
13. Kedondong
14. Kelapa
15. Mahoni
16. Mangga
17. Mangrove/Bakau
18. Nipah
19. Palem Raja
20. Pinang
21. Rumput Gajah
22. Waru
Bab VI
Analisa Perhitungan
6.1. Analisa Perhitungan Struktur Jalan
6.1.1. Data yang diperlukan :
a. Data tanah dasar : CBR.
b. Lalu-lintas : Volume/ADT, komposisi, konfigurasi as/sumbu dan
beban, angka pertumbuhan.
c. Material yang tersedia : Sifat-sifatnya.
d. Ketentuan-ketentuan lain : Umur rencana, keadaan umum di daerah sekitarnya,
Perencanaan jalan Desa ini mengacu pada Pedoman perhitungan tebal perkerasan lentur
pada SKBI No. 2.3.26.1987 dan SK Menteri Pekerjaan Umum No. 378/KPTS/1987 tentang
Pengesahan 33 Standar Konstruksi Bangunan Indonesia, serta SNI No. 1732-1989-F, yaitu
tentang penggunaan nomogram sebagai berikut :
a. Nomogram yang ada dibuat berdasarkan analisa lalu lintas 10 tahun.
Untuk keadaan lalu lintas (umur rencana) tidak selama 10 tahun; nomogram tersebut
masih dapat digunakan dengan menggunakan “faktor penyesuaian” (FP).
UR
FP =
10
b. Cara Indonesia/Bina Marga ini hanya berlaku untuk material berbutir kasar (granular
material) dan tidak berlaku untuk batu-batu besar (telford).
Hal ini disebabkan karena cara Bina Marga ini didasari oleh teori yang menganggap
bahwa bahan perkerasan harus elastis isotropis (sifat sama untuk segala arah).
Dan juga mensyaratkan adanya pemeliharaan perkerasan yang terus menerus
(kontinyu).
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 122/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
- Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) : adalah jumlah kendaraan yang lewat pada
jalan yang direncanakan perhari rata-rata untuk dua jurusan/arah.
- Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) : Jumlah lintasan kendaraan rata-rata pada tahun
permulaan pada jalur rencana dengan satuan as tunggal 8,16 ton (18.000 lbs = 18
kips) atau (18 Kips Single Axle Road).
- Lintas Ekivalen Akhit (LEA) : Jumlah lintasan kendaraan rata-rata pada tahun
akhir dan masa pelayanan pada jalur rencana dengan as tunggal 8,16 ton.
- Lintas Ekivalen Tengah (LET) : Jumlah lintasan kendaraan rata-rata selama masa
pelayanan pada jalur rencana dengan satuan as tunggal 8,16 ton.
- Jalur Rencana : adalah suatu jalur dari jalan yang paling banyak (padat) dilewati
kendaraan.
Pada jalan dua jalur biasanya salah satu jalur; sedang pada jalan berjalur banyak
terpisah (multi lane divided) adalah pada jalur terluar.
- Faktor Regional (FR) : Faktor koreksi sebagai akibat adanya perbedaan antara
kondisi lapangan yang dihadapi dengan kondisi AASHO Road Test yang antara
lain dapat meliputi : iklim, curah hujan, kondisi alignment/topografi, lalu lintas,
fasilitas drainase dan lain sebagainya.
- Indeks Permukaan (IP) : disebut juga “serviceability” adalah besaran yang
menyatakan nilai dari kerataan/kehalusan dan kekokohan perkerasan di tinjau dari
kepentingan pelayanan lalu-lintas.
Nilai/harga IP tergantung pada jenis dan kondisi perkerasan (kondisi : rut dept,
roughness, patch, crack dll; tanpa dipengaruhi geometrik dari jalan yang
bersangkutan .
- IPo dan IPt : IPo adalah nilai IP pada awal tahun permulaan, sedangkan IPt adalah
IP pada akhir masa pelayanan. Pemilihan harga IPo dan IPt tergantung pada jenis
perkerasan dan klas jalan.
Pemilihan IPt menunjukkan tingkat kerusakan yang diijinkan/direncanakan pada
akhir masa pelayanan.
- Faktor penyesuaian (FP) : adalah faktor koreksi sehubungan rencana yang kita
perhitungkan tidak sama dengan 10 tahun.
UR
FP =
10
- Angka Ekivalen Beban (AE) : adalah besaran yang menyatakan jumlah lintasan as
tunggal 8,16 ton atau 18.000 lbs yang menyebabkan derajat kerusakan yang sama
dengan beban as yang mempunyai AE tersebut, bilamana lewat (lintasan) satu kali.
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 123/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
Rumus AE :
4
⎛ BebanSumbuTunggal ⎞
- As tunggal : AEtg = ⎜⎜ ⎟⎟
⎝ 8.160kg ⎠
4
⎛ BebanSumbu Tunggal ⎞
- As Tandem : AEtg = ⎜⎜ ⎟⎟ x 0 .086
⎝ 8 .160 kg ⎠
- Koefisien Distribusi Kendaraan (C) : adalah koefisien yang menyatakan prosentase
atau bagian dari kendaraan yang lewat dari jalur rencana dari keseluruhan
kendaraan yang lewat pada jalan yang dimaksud.
- Indeks Tebal Perkerasan (ITP) : adalah besaran yang menyatakan nilai konstruksi
perkerasan yang besarnya tergantung pada tebal masing-masing lapisan serta
a. Hitung ADT masing-masing jenis kendaraan untuk tahun ke 0 dan untuk tahun ke n (n
= umur rencana).
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 124/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
UR
FP =
10
j. Dengan data DDT dan LER melalui nomogram yang sudah dipilih akan diperoleh ITP.
k. Selanjutnya dengan data ITP dan FR akan diperoleh ITP rencana.
l. Melalui tabel yang tersedia tentukan jenis tiap lapisan perkerasan serta tebal minimum
dari masing-masing lapisan.
m. Dengan rumus ITP rencana = a1D1 + a1D2 + a3D3 akan diperoleh tebal dari masing-
masing lapisan perkerasan.
6.1.4. Pelaksanaan
Angka 1, 2 dan3 : masing-masing untuk lapis permukaan, lapis pondasi dan lapis pondasi
bawah.
Metode perencanaan konstruksi bertahap didasarkan atas konsep “sisa umur”. Perkerasan
berikutnya direncanakan sebelum perkerasan pertama mencapai keseluruhan “masa
fatique”.
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 125/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
Untuk itu tahap kedua diterapkan bila jumlah kerusakan (cumulative Damage) pada tahap
pertama sudah mencapai k.1.60%. Dengan demikian “sisa umur” tahap pertama tinggal
k.1. 40%.
Untuk menetapkan ketentuan diatas maka perlu dipilih waktu tahap pertama antara 25% -
50% dari waktu keseluruhan. Misalnya : UR = 20 tahun, maka tahapI antara 5 – 10 tahun
dan tahap II 5 – 10 tahun.
a. Jika pada akhir tahap I tidak ada sisa umur (sudah mencapai fatique, misalnya timbul
retak), maka tebal perkerasan tahap I didapat dengan memasukkan lalu lintas sebesar
LER 1.
b. Jika pada akhir tahap II diinginkan adanya sisa umur k.1.40% maka perkerasan tahap I
perlu ditebalkan dengan memasukkan lalu lintas sebesar x LER 1
c. Dengan anggapan sisa umur linear dengan sisa lalu lintas, maka :
X LER 1 = LER 1 + 40% x LER 1
(tahap I plus) (tahap I) (sisa tahap I)
Diperoleh y = 2,5.
d. Jika pada akhir tahap I tidak ada sisa umur maka tebal perkerasan tahap II didapat
dengan memasukkan lalu lintas sebesar LER .
2
e. Tebal perkerasan tahap I + II didapat dengan memasukkan lalu lintas sebesar y LER 2.
Karena 60% y LER 2 sudah dipakai pada tahap I maka:
Y LER 2 = 60% y LER 2 + LER 2
(tahap I+II) = (tahap I) + (tahap II)
Diperoleh y = 2,5.
f. Tebal perkerasan tahap II diperoleh dengan mengurangkan tebal perkerasan tahap I +
II (lalu lintas y LER 2) terhadap tebal perkerasan I (lalu lintas x LER 1)
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 126/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
Start
`
Beban lalu lintas
Benklement
Beam Test
Parameter Perencanaan
CBR
Analisa Data
Geometrik Lapangan
Inventory
Menentukan
Unique Section
Selesai
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 127/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
Tabel 1
Tabel 2
I kend. hari
Jumlah jalur LHR = Lalu Lintas Fe = Faktor
Harian Rerata Ekivalensi
II
E = angka ekivalensi
Tabel 3
Diketahui :
- Konfigurasi beban
sumbu LEP = Lintas C = koefisien
- Sumbu tun al / anda Ekivalen distribusi kend.
N
LEA = Lintas
Ekivalen Tengah UR LET = LEP + LEA
2
Tabel 4
IPo = Indeks
Permukaan awal Grafis
ITP = Indeks Tebal
DDT CBR
Perkerasan
Tabel 5
FR = faktor
regional
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 128/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
D 1
No
Desain
Yes
selesai
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 129/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
Data-data teknis jalan yang diperlukan dalam perencanaan ini mengacu pada :
1. Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya No.13/1970, Dirjen Bina Marga,
Departeman Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik.
2. Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode
Analisa Komponen (SKBI-2.3.26. 1987), Departemen PU.
Tahapan perhitungan tebal perkerasan di atas dapat dilihat pada halaman berikut.
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 130/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
Lamanya waktu hujan yang terkonsentrasi ditentukan selama 4 jam dengan hujan
efektif sebesar 90% dari jumlah hujan selama 24 jam.
Sx
X T = X + (Y T − Y n )(mm)
Sn
90%. Xt
I = ( mm/jam )
4
5) Buat garis lengkung intensitas hujan rencana.
Garis lengkung intensitas hujan rencana dibuat dengan cara memplotkan harga
intensitas hujan (mm/jam), pada waktu konsentrasi 240 menit (4 jam) dan kemudian
tarik garis lengkung yang searah dengan garis lengkung basis.
6) Tentukan panjang daerah pengaliran L1, L2 dan L3, kemudian tentukan kondisi
permukaan saluran berikut koefisien hambatan (nd).
Kecepatan aliran diperoleh dari dimensi yang direncanakan dalam bentuk variable (b, h
dan m).
nd
t1 = ( 2/3. 3,28 . L0 . ) 0,167
s
L
t2 =
60V
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 131/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
Tc = t1 + t2
15) Hitung debit air ( Q ) dengan menggunakan rumus :
1 3
Q = .C . I . A ( m / detik )
3,6
2) Hitung luas penampang basah saluran /gorong-gorong ( Fd ) berdasarkan debit aliran
yang akan ditampung dengan menggunakan rumus :
Q 2
Fd = (m )
V
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 132/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
3) Hitung luas penampang basah yang paling ekonomis yang dapat menampung debit
yang dapat menampung debit maksimum, disesuaikan dengan bentuk selokan/gorong-
gorong.
Fe = Fd
w = 0.5 d ( m ).
6) Hitung kemiringan tanah pada lokasi yang akan dibuat saluran dengan rumus :
V .n
i = ( )2
R 2 / 3
Periksa kemiringan tanah pada lokasi yang akan dibuat saluran dengan rumus :
t 1 − t 2
i = x 100 %
L
9) Bandingkan kemiringan gorong-gorong dengan kemiringan gorong-gorong dengan
kemiringan gorong-gorong yang diijinkan.
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 133/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
Table . 5
Data Curah Hujan Tetapkan Banjir Tentukan Panjang
Harian Max per Tahun Rencana 5 Th Daerah Pengaliran
Minimum 10 th Table . 6
Table . 7
Rumus Gumbel
Sx
Tentukan XT=x+ YT - Yn Y Y S
Xrt, Sx Sn t n n
dg Rumus Statistik
A1; A2; A3
90% XT Waktu
Kurva I= A1.C1+A2.C2+A3.C
Konsentrasi ( T C )
R=
basis
4 A
I
Rencana
1
Q= C.I.A
3,6
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 134/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
Q V
Fd = Q / V Rumus Penampang
Ekonomis
Luas Penampang
Ekonomis (Fe)
Fd = Fe
Tinggi = h
Lebar = b
W=√ 05d
Rumus manning
R=F/P i = (V . n / R2/3 )2
( i ) Lapangan ( i ) perhitungan
( i ) lap. = ( i ) perh.
Tabel 4. ( i ) lap ≥ ( i ) perh.
( i ) lap. = ( i ) perh.
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 135/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
Data curah hujan harian maksimum tahunan untuk wilayah perencanaan di Kabupaten
Aceh Jaya diambil dari Stasiun hujan Seulimeum (No.112).
Secara kronologis tahapan perhitungan debit rencana adalah sebagai berikut :
1. Menentukan stasiun hujan yang akan dipakai (Tabel 6.2.1)
2. Melakukan perhitungan parameter dasar statistik data hujan (Tabel 6.2.2)
3. Membandingkan hasil perhitungan statistik data hujan dengan parameter sebaran
standar (Tabel 6.2.3)
4. Setelah diketahui analisa sebaran datanya kemudian tentukan metode perhitungan
hidrologi yang digunakan (Tabel 6.2.4)
Perhitungan volume saluran dilakukan secara menyeluruh yang meliputi hal-hal sebagai
berikut :
- Galian tanah manual
- Pasangan batu kali 1 pc : 4 ps
- Beton K.250 (saluran)
- Beton bertulang (penutup saluran)
- Urugan pasir bawah saluran
- Plesteran 1 pc : 4 ps
- Suling-suling pipa PVC Ǿ 2 “ ( tiap 2 m2 diberi 1 bh )
- Gorong-gorong, dihitung berdasarkan ROWnya
- Paving blok t = 6 cm termasuk lapisan pasir dibawahnya (trotoar jalan)
- Kerb kanan kiri saluran
Hasil perhitungan volume pekerjaan untuk masing-masing ruas jalan dapat dilihat pada
Laporan Rencana Anggaran Biaya (RAB).
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 136/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
Dalam membangun suatu penyediaan air bersih sistem perpipaan dier1ukan suatu kriteria
perencanaan untuk mempermudah menghitung besaran sistem jaringan transmisi, jaringan distribusi
maupun bangunan penunjang.
Kriteria perencanaan untuk sistem perpipaan adalah sebagai berikut :
• Sistim pelayanan Kran Umum/Hydran Umum dan Sambungan rumah.
• Cakupan pelayanan 60 - 100 % daerah pelayanan
• Jarak minimum antara kran umum/hydran umum 200 meter
• Kebutuhan air : 30-120 t/orang/hari
• Kebutuhan non domestik : 1000 – 1500 l/sambungan
tempat-tempat tertentu sehingga, jika ada kebocoran pipa, tidak semua sistim terganggu
PT. WASTU WIDYAWAN
Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232
Telp. (024) 8442614 VI -16
Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh
Telp. (0651) 23808
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 137/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
tetapi dengan menutup satu atau beberapa valve, daerah yang terganggu akibat kebocoran
tersebut dapat diperkecil.
Jika terdapat perbedaan ketinggian yang cukup besar antara jalur-jalur pipa/perbedaan sisa
tekanan yang cukup besar, valve perlu ditempatkan pada persimpangan jalur pipa tersebut.
3. Air Release Valve.
Air release valve berfungsi untuk mengeluarkan udara yang terperangkap dalam pipa
sehingga aliran air tidak terganggu. Air valve harus ditempatkan pada tempat-tempat
tertinggi dan jalur pipa.
Pada jaringan distribusi, tidak perlu digunakan air release valve karena kran umum sudah
berfungsi sebagai air release valve setiap saat kran dibuka.
4. Wash out.
Wash out berfungsi untuk mengeluarkan kotoran-kotoran endapan yang ada didalam pipa.
Pada umumuya endapan akan terkumpul pada tempat-tcmpat terendah dan jalur-jalur pipa
sehingga wash out harus ditempatkan pada tempat-tempat terendah dari jalur pipa.
5. Reservoir (Bak Penampung)
a. Bak penampung berfungsi sebagai penampung / penyimpanan air untuk mengatasi
problem naik turunnya kebutuhan air dan kecilnya sumber, juga dapat memperbaiki
mutu air melalui pengendapan. Bak ini dapat pula berfungsi sebagai pelepas
tekanan.
b. Semua sudut dinding harus dibuat lengkung untuk memudahkan pembersihan.
c. Pipa keluar harus dipasang kira-k.ira 5 - 20 cm diatas bak.
d. Pipa lubang peluap harus dipasang sedikit lebih tinggi dari pada pipa masukan. Pipa
peluap sekaligus bisa berfungsi sebagai lubang hawa.
e. Pipa peluap harus berdiameter cukup besar untuk melayani aliran maksimum yang
sudah diperhitungkan.
f. Pipa peluap dan pipa keluaran ke jaringan distribusi harus memakai saringan.
g. Pada bak penampung harus ada lubang (manhole) yang besarnya cukup untuk
dilewati orang masuk ke dalam bak.
h. Atap/plafon bak penampung harus mempunyai kemiringan yang cukup sehingga air
hujan tidak tergenang di atasnya.
6. Sambungan Rurnah.
Pelayanan dengan cara ini hanya mungkin dilakukan apabila debit air dapat mencukupi
kebutuhan seluruh penduduk yang dilayani, serta tingkat penghasilan masyarakat yang
sudah cukup tinggi bagi pembayaran reslribusi sambungan rumah. Dalam merencanakan
penggunaan sambungan langsung sebagai sistim pelayanan hal utama yang perlu
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 138/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
Kran umum / Hidran umum terdiri dari suatu peralatan yang dilengkapi dengan saluran
drainase.. Sebuah bangunan dibuat sebagai penyangga untuk pipa dan kran dimana
biasanya bangunan inil dilengkapi pula dengan stop kran sebagai pengatur aliran atau
penggunaan air. Bangunan penyangga dapat dibuat dari pasangan bata, batu kali bahkan
apabila keadaan memaksa, dapat menggunakan balok kayu. Umurnnya kran umum/hidran
umum ditempatkan pada lokasi yang dekat dengan sebanyak mungkin rumah, mudah
dicapai oleh pemakai, namun aman dari lalu lintas kendaraan.
Jarak dari rumah pemakai yang terjauh tidak lebih dari 200 meter. Jarak yang paling baik
adalah 100 meter dari pemakai terjauh.
8. Menghitung Kebutuhan Air dan Proyeksi Penduduk
Kebutuhan air dihitung berdasarkan jumlah pemakai air yang telah diproyeksikan untuk
sepeluh tahun yang akan datang dan kebutuhan rata-rata setiap pemakai. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dalam table
9. Menentukkan Jenis Pipa
Untuk sistim penyediaan air bersih pedesaan, jenis pipa yang digunakan adalah pipa PVC
dan GI. Pada prinsipnya pada semua sistim perpipaan, pipa PVC harus digunakan, Pipa GI
hanya bisa digunakan apabila :
Pipa tidak bisa ditanam karena dipasang pada daerah berbatu keras, pada jembatan pipa
dan kran umum
10. Menentukkan Diameter Pipa dan perhitungan Hydraulik
Untuk memudahkan perhitungan dan pemeriksaan disain, harus dibuat gambar skema
distribusi dan skema hydraulis, kemudian ditentukkan node pada jalur pipa dan diberi
nomor. Gambar skema distribusi menggambarkan seluruh jaringan pipa dengan semua
node, elevasi node, panjang pipa dan kran umum yang akan dipasang dalam daerah
tersebut. Untuk lebih memepercepat perhitungan maka dapat menggunakan program
Epanet.
11. Menghitung kecepata aliran dalarn pipa.
V = Q
A
Dimana:
V = Kecepatan aliran dalam pipa.
Q = Debit air yang mengalir
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 139/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
6.3.1. Proyeksi Jumlah Penduduk dan Pengembangan Sistim Sarana Air Bersih
Berdasarkan data yang berasal dari Village Planning jumlah penduduk Desa Gampong Baro
Kecamatan Aceh Jaya adalah 626 jiwa pada tahun 2005 dan pertumbuhan rata-rata 2 %, jadi total
jumlah penduduk sampai tahun 2.016 adalah sebanyak 778 jiwa. Sedangkan untuk pelayanan air
bersih direncanakan dengan sistim perpipaan, pelayanan diasumsikan 90 % menggunakan sistim
perpipaan dan 10 % dengan sistim lain dan direncanakan kebutuhan air akan dihitung untuk 10
tahun mendatang. Dari 90 % yang dilayani oleh PDAM 70% dengan sambungan rumah dan 30 %
dengan pelayanan Kran Umum atau Hidran Umum.
Untuk lebih jelas data proyeksi penduduk dan cakupan pelayan yang direncanakan dapat dilihat
dalam table 6.3.1.
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 140/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
Tabel 6.3.1
KEBUTUHAN AIR BERSIH
PDDK
. PROJECTION OF DESIGN PERIODE
NO ZONA (%)
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 201
3 201
4 201
5 2016
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 ZONA I 282 2.00 287 293 299 305 311 317 324 330 337 343 350
2 ZONA II 344 2.00 351 358 365 373 380 388 395 403 411 420 428
Total 626 639 651 664 678 691 705 719 733 748 763 778
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dan sesuai dengan kesepakatan masyarakat dan
pemerintah, maka desa Gampong Baro Kecamatan Aceh Jaya akan mendapat pelayan dengan
sistim perpipaan.
Program ini berdasarkan data dari Master Plan desa hanya menyediakan sistim jaringan distribusi
saja sedangkan sumber air baku disediakan oleh PDAM.
Usulan sistim jaringan distribusi tersebut akan menggunakan pipa pvc, dengan diameter sebagai
berikut :
2. Assesories
Jumlah assesories yang dibutuhkan antara lain seperti pada table berikut.
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 141/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
Tabel 6.3.2
Jumlah Ass esories yang dibut uhkan Desa Gampong Baro/Aceh Jaya
No Assesories Bahan/Material Jumlah Satuan
1 Tee PVC 27 Bh
2 Reducer PVC 11 Bh
3 Gate Valve Bronze 11 Bh
4 Water Meter Bronze 98 Bh
5 Water Moor PVC 11 Bh
6 Double Nipple PVC 11 Bh
7 Elbow PVC 4 Bh
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah Kran Umum yang direncanakan sebanyak 6 unit dan
penempatan Kran Umum berdasarkan kesepakatan masyarakat.
Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan, kebutuhan air, diameter pipa, panjang pipa dan jumlah
Kran Umum dapat dilihat dalam tabel 6.3.3.
TABLE 6.3.3
WATER DEMAND PROJECTION
1 Service connection
a. Individual connection (IC) % 70.00 70.00 70.00 70.00 70.00 70.00 70.00 70.00 70.00 70.00 70.00
b. Public tap connection (PT) % 30.00 30.00 30.00 30.00 30.00 30.00 30.00 30.00 30.00 30.00 30.00
2 Population will serve by
a. Individual connection (IC) person 402 410 419 427 435 444 453 462 471 481 490
b. Public tap connection (PT) person 172 176 179 183 187 190 194 198 202 206 210
C. Numbers of Person per Connection
1 Individual connection (IC) Person/con. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
2 Public tap connection (PT) Person/con. 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
D. Number of Connection
1 Domestik
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 142/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
b. Public health centre ltr/Con/day 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
c. Religious Centre ltr/Con/day 1,500 1,500 1,500 1,500 1,500 1,500 1,500 1,500 1,500 1,500 1,500
d. Others ltr/Con/day 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
F. Water Demand
1 Domestic demand 36.5 38.1 38.9 39.6 40.4 41.2 42.1 42.9 43.8 44.6 45.5
a. Individual connection (IC) m3/day 32.2 32.8 33.5 34.2 34.8 35.5 36.2 37.0 37.7 38.5 39.2
b. Public tap connection (PT) m3/day 4.3 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7 5.8 5.9 6.1 6.2 6.3
2 Non Domestic 6.0 15.0 24.0 33.0 42.0 51.0 60.0 69.0 78.0 87.0 96.0
a. Governmental office m3/day 1.0 3.0 5.0 7.0 9.0 11.0 13.0 15.0 17.0 19.0 21.0
b. Publik health centre m3/day 1.0 3.0 5.0 7.0 9.0 11.0 13.0 15.0 17.0 19.0 21.0
c. Religious m3/day 3.0 6.0 9.0 12.0 15.0 18.0 21.0 24.0 27.0 30.0 33.0
d. Others m3/day 1.0 3.0 5.0 7.0 9.0 11.0 13.0 15.0 17.0 19.0 21.0
3 Total domestic + non domestic m3/day 42.5 53.1 62.9 72.6 82.4 92.2 102.1 111.9 121.8 131.6 141.5
G. Water Loss es
1 Production processeing % 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
2 Water losses on distribution pipe % 20.00 20.00 21.00 21.00 22.00 22.00 23.00 23.00 24.00 24.00 25.00
H. Production, distributi on
1 Total water distribution m3/day 53.1 66.4 79.6 91.9 105.7 118.3 132.6 145.3 160.2 173.2 188.7
2 Net production m3/day 53.7 67.0 80.4 92.9 106.8 119.5 133.9 146.8 161.8 175.0 190.6
3 Maksimum day consumption faktor m3/day 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15
4 Peak hour faktor m3/day 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
5 Maksimum day consupmtion m3/day 61.1 76.3 91.5 105.7 121.5 136.0 152.4 167.1 184.3 199.2 217.0
6 Peak hour consumption m3/hour 3.8 4.8 5.7 6.6 7.6 8.5 9.5 10.4 11.5 12.4 13.6
7 Production duration hour 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0
8 Average production capacity m3/day 61.1 76.3 91.5 105.7 121.5 136.0 152.4 167.1 184.3 199.2 217.0
ltr/sec 0.7 0.9 1.1 1.2 1.4 1.6 1.8 1.9 2.1 2.3 2.51
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 143/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
Berdasarkan data Master Plan Desa, untuk pembuatan jamban keluarga, saluran pembuangan air
limbah ( SPAL ), sudah termasuk dalam pembangunan rumah sehinggga DED untuk air limbah
hanya membuat Jamban Umum , Septik Tank dan Bidang resapan.
Untuk menentukan kebutuhan jamban umum, sebetulnya menggunakan survey lapangan ke
masyarakat yang benar-benar tidak mampu untuk membuat jamban keluarga ( Jaga ), karena tidak
diadakan survey tentang hal tersebut diatas, maka jamban umum direncanakan menyesuaikan
dengan hasil survey “Vilage Planning” berdasarkan jumlah Kran Umum / Hidran Umum yang
direncanakan di desa tersebut.
Untuk desa gampong Baro, Aceh jaya berdasarkan perhitungan untuk 10 tahun yang akan datang,
terdapat 4 kran umum, sehingga jamban umum yang akan dibangun di desa tersebut terdapat 4 unit.
Direncanakan untuk 1 (satu) jamban umum digunakan untuk 5 KK atau 25 jiwa. Lokasi pembuatan
jamban umum direncanakan menyesuaikan dengan penempatan kran umum.
- Dinding
Dinding jamban adalah pasangan batu merah dengan tebal 0.5 bata. Bata merah yang
digunakan harus berkualitas baik, keras, berwarna merah tua, dengan ukuran standar.
Dinding diplester setebal 1,5 cm, kemudian sebelum dicat dinding harus diplamir terlebih
dahulu.
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 144/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
Dinding diperkuat oleh sloof, kolom dan ring balok, seperti pada gambar dengan ukuran 12
cm x 12 cm dan campuran beton 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil atau batu pecah.
Pembesian adalah besi beton berdiameter 8 mm untuk tulangan pokok dan diameter 6 mm
- Lantai Jamban
Lantai jamban berupa beton tumbuk tanpa pembesian dengan campuran 1 semen : 2 pasir : 3
kerikil, setebal 5 cm.
Pada bagian tertentu dari lantai, diperlukan urugan pasir yang dapat untuk mencapai
ketinggian yang diinginkan. Lantai beton tumbuk harus diplester dengan campuran 1 semen :
2 pasir dengan ketebalan rata-rata 1,5 cm dengan kemiringan 2% ke arah drain.
- Atap
Atap jamban adalah atap seng gelombang BJLS 27 yang berkualitas baik. Rangka atap kayu
Kamper atau yang sederajat dengan semua permukaan diserut halus dan bertumpu pada ring
balk serta diperkuat dengan angker besi beton Ǿ 10 mm.
Rangka atap setelah terpasang, harus dilapisi meni kayu sampai merata, kemudian dicat
dengan cat minyak.
Pada salah satu sisi atap dipasang talang, yang terbuat dari seng plat BJLS 27 sehingga
pada saat hujan airnya dapat dialirkan ke reservoir agar dapat dipergunakan untuk keperluan
jamban dan talang tersebut ditahan oleh kait-kait penahan talang dari besi plat dengan ukuran
2 cm, tebal 2 mm yang dipasang pada setiap jarak 50 cm.
- Pintu Kayu.
Kusen pintu terbuat dari kayu kamper yang diserut halus dan berukuran sesuai gambar serta
harus di meni dan dicat dengan cat minyak yang berkualitas baik.
Rangka pintu di bagian luar dilapisi triplek dengan ketebalan 3 mm dan bagian dalam dilapisi
- Jendela
Jendela terbuat dari kayu kamper yang diserut halus dengan ukuran sesuai gambar, serta
dimeni dan dicat minyak berkualitas.
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 145/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
- Closet
Closet yang digunakan adalah closet jongkok leher angsa berkualitas baik dan dihubungkan
ke tangki septic oleh pipa PVC dia. 100 mm class D.
Closet dipasang di atas pasangan bata ( seperti pada gambar ) dengan campuran perekat 1
semen : 2 pasir dan diplester setebal 1,5 cm dibagian dalam dengan campuran 1 semen : 2
pasir.
Dasar tangki septic adalah beton tumbuk dengan campuran 1semen : 2 pasir : 3 batu pecah.
Dindingnya terbuat dari pasangan batu merah, dengan tebal setengah bata dan dengan campuran
1 semen : 4 pasir. Dinding dan dasar tangki septic bagian dalam diplester setebal 1.5 cm dengan
campuran 1 semen : 2 pasir.
Tutup tangki septic terbuat dari beton bertulang dengan campuran 1 semen : 2pasir : 3 batu
pecah, dengan tulangan besi beton diameter 10 mm yang dipasang setiap 15 cm.
Tangki septic dilengkapi juga dengan pipa inlet dan pipa outlet PVC clas D diameter 100 mm dan
pipa T diameter 100 mm pada bagian dalam dan juga dilengkapi dengan pipa hawa (udar) dengan
jenis pipa PVC, dengan diameter 0.75”. Setelah pengecoran, beton dikeringkan dan ditutup
dengan bejas sak semen selama 7 hari dan disiram pada siang hari, jangan dibiarkan terlalu
kering.
Ukuran septic tank yang direncanakan sebagai berikut :
• Panjang = 2,0 m
• Lebar = 1,0 m
• Tinggi = 1,2 m
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 146/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
Untuk mengetahui besarnya timbulan sampah dan jumlah penduduk yang akan terlayani,
maka harus diketahui jumlah penduduk ( jiwa ), angka pertumbuhan penduduk untuk setiap
tahunnya (%) serta target pelayanan perencanaan (%).
Tahap analisa selanjutnya adalah mengetahui asal timbulan sampah. Dibawah ini jenis asal
timbulan sampah dan standard timbulan sampah yang dihasilkan dan dapat dijadikan bahan
pegangan perhitungan :
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 147/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
Tahun Perencanaan
No Uraian Satuan
2007 2008 2009 2010 2011
2 target yang akan dilayani jiwa 639 651 664 678 691
3 Timbulan sampah :
5 Gerobak 1 m3 buah 2 2 2
Catatan :
1. Kebutuhan akan wadah dan alat pengangkutan sampah ( tong, gerobak dan kontainer) pada
tahun 2008 dan 2010 tidak ada, karena pertimbangan umur pemakaian maksimal dari
barang tersebut pada tahun-tahun sebelumnya.(lihat tabel 5.5.2 jenis peralatan)
2. Kebutuhan akan gerobak dilebihkan dengan alasan adanya rotasi pemakaiannya.
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 148/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
Analisa perhitungan listrik dilakukan dalam rangka menyiapkan jaringan listrik saja
beserta sarana penunjangnya yaitu box dan Casing sebagai penempatan kabel listrik.
Perencanaan mengacu pada Spesifikasi Teknis yang berlaku yaitu Peraturan Umum
Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000), dengan Standar Nasional Indonesia (SNI 04-0225-
2000) dari Badan Standarisasi Nasional. Namun demikian dalam pelaksanaannya nanti
mengikuti Sistem jaringan yang sudah ada di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan
standar daerah atau peraturan pengatur lainnya yang dikeluarkan oleh PLN wilayah
Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Penempatan box bawah tanah berfungsi untuk melindungi kabel dan memudahkan dalam
perbaikan bila terjadi kerusakan. Box terbuat dari pasangan batu bata pada sisi samping
dan ditutup dengan beton bertulang. Sedangkan Casing listrik terbuat dari pipa PVC type
D dengan diameter 3” atau 7,5 cm. Dimensi box dapat dilihat pada gambar pelaksanaan.
Untuk pemeliharaan, maka dibuat Manhole yang diletakkan tiap jarak 20 m dan di tempat-
tempat persimpangan. Manhole berukuran 1 m x 1 m sehingga memudahkan untuk
pekerjaan perbaikan dan terbuat dari beton bertulang.
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 149/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
Daya listrik yang digunakan bersumber dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sedangkan
jeringan dan lampu penerangan direncanakan sebagai berikut :
↑
Kondisi jaringan direncanakan sedemikian rupa supaya teratur dan aman terutama di
pemukiman padat,
↑ Lampu penerangan jalan ditempatkan pada beberapa ruas jalan, dimana ditempatkan
untuk tiang listrik dengan jarak diatur sedemikian dengan jalur lalu-lintas (jarak lampu
penerangan jalan tiap 20 m dan jarak lampu pedestrian tiap titik titik 10 m)
↑ Penempatan jaringan direncanakan mengikuti jaringan jalan yang ada, dan ditanam di
bawah tanah, dengan pembagian klasifikasi dalam jaringan primer, sekunder, dan
tersier.
Untuk memenuhi kebutuhan telepon, jaringan yang melalui kawasan perencanaan akan
ditingkatkan baik jumlah maupun penyebarannya sehingga dapat lebih merata dan
menjangkau seluruh kawasan.
Kebutuhan akan prasarana telepon berdasarkan perkiraan kebutuhan fasilitas telepon
digunakan asumsi sebagai berikut :
- 1 sambungan telepon dengan penduduk pendukung 10 jiwa
- 1 sambungan pelayanan umum dengan penduduk pendukung 100 jiwa
Sambungan telepon didasarkan pada standar yang berlaku. Penyediaan sambungan telepon
melalui jaringan dari PT. TELKOM.
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 150/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
b. Jaringan kabel telepon menggunakan jaringan kabel bawah tanah mengikuti rute sisi
jalan guna mencapai pelanggan.
c. Jaringan kabel telepon bawah tanah direncanakan melalui penyediaan pipa PVC dia. 8”
sebagai tempat kabel telepon dan listrik, dan penempatan manhole tiap jarak 20 m
untuk pemasangan, operasi dan pemeliharaan.
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 151/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 152/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 153/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 154/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 155/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
Bab VII
Penutup
7.1. Kesimpulan
1. Setelah dilakukan perencanaan maka diperoleh besarnya biaya konstruksi untuk
masing-masing jenis pekerjaan infrastruktur. Perhitungan Biaya (Engineer Estimate)
ini mengacu pada harga satuan bahan dan upah yang dikeluarkan oleh Bappeda
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2006. Selanjutnya dibuat analisa harga
satuan untuk setiap item pekerjaan yang akan dilaksanakan. Secara lengkap
perhitungan Biaya dapat dilihat pada Laporan Rencana Anggaran Biaya.
7.2. Saran
1. Untuk mendapatkan mutu bangunan sesuai dengan yang direncanakan, kontraktor
harus cermat dalam membaca gambar dan pemilihan material.
2. Untuk infrastruktur jalan sistim pelaksanaan timbunan dipadatkan lapis demi lapis
dengan ketebalan maksimal 20 cm menggunakan alat pemadat.
3. Untuk jalan di daerah rawa sebelum ditimbun dilakukan pembersihan terhadap kotoran
yang ada pada dasar tanah.
4. Pekerjaan pembentukan jalan di daerah rawa dilakukan sampai lapis pondasi atas
(Agregat A), sambil menunggu proses konsolidasi selama 3 bulan.
5. Bahwa pada saat perencanaan dilakukan berdasarkan data eksisting, tetapi sebelum
pelaksanaan kemungkinan telah dilaksanakan pekerjaan infrastrukturnya oleh
berbagai pihak atau atas inisiatif warga masyarakat. Untuk mengantisipasi ini
Kontraktor dan Konsultan Supervisi harus mengadakan setting ulang terutama atas
elevasi jalan atau drainase agar mendapatkan hasil yang optimal. Ketidaksamaan
kondisi di lapangan dengan gambar rencana perlu disikapi sebagai sesuatu yang tetap
harus dilaksanakan. Sehingga harus segera diambil keputusan, mengingat program ini
sangat mendesak dan dinantikan oleh masyarakat desa.
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 156/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
DAFTAR PUSTAKA
1. Jalan
- Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa
Komponen, SKBI – 2.3.26. 1987, UDC : 625.73 (02), Departemen Pekerjaan Umum.
- Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya, No.13 /1970, Direktorat Jenderal Bina
Marga, Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik.
- Spesifikasi dan Standard Jembatan Pelat Beton untuk Jembatan Jalan Raya, No.02/1969,
Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik.
2. Struktur
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, NI – 2, Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik.
- Perhitungan Lentur dengan cara “n”, UDC : 624.012.45:620.178, Direktorat Jenderal
Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik.
- Vademekum Lengkap Teknik Sipil, Imam Subarkah Ir, Idea Dharma, 1984.
3. Drainase
- Perencanaan dan Pelaksanaan Drainase, Modul P.6.4., Pusat Pendidikan dan Pelatihan,
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Ir. Enus Yunus, April 2000.
- Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air, Imam Subarkah, Ir, 1980
- Hidrologi Terapan, Sri Harto Dipl.H Ir, 1983
5. Persampahan
- Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbunan dan Komposisi sampah
perkotaan, SK SNI M-36-1991 – 03, Departemen Pekerjaan Umum.
- Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, SK SNI T-13-1990-F, Departemen
Pekerjaan Umum.
- Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil dan Kota Sedang di Indonesia, SK SNI
S-04-1993-03, Departemen Pekerjaan Umum.
6. Listrik
- Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000), SNI 04-0225-2000.
7. Lain-lain
- Penetapan Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,
SK Gubernur Provinsi NAD Nomor : 050.205/414/2005, Tahun 2006, Biro
Perlengkapan Sekretariat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
- Penyesuaian Standar Barang dan Harga Satuan Barang Kebutuhan Pemerintah Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, SK Gubernur Provinsi NAD Nomor : 050/023/2006, Biro
Perlengkapan Sekretariat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
PT. WASTUWIDYAWAN
Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232
Telp. (024) 8442614
Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh
Tel 0651 23808
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 157/158
7/15/2019 Contoh Laporan DED Jalan
- Penyesuaian Standar Barang dan Harga Satuan Barang Kebutuhan Pemerintah Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, SK Gubernur Provinsi NAD Nomor : 050/024/2006, Biro
Perlengkapan Sekretariat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
- Rencana dan Estimate Real Cost, Bachtiar Ibrahim H, Bumi Aksara, 1978.
- Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan, J.A.Mukomoko Ir, Kurnia Esa, 1977
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-laporan-ded-jalan 158/158