Anda di halaman 1dari 22

KERANGKA ACUAN KERJA (TERM OF REFERENCE)

GRAND DESIGN KAWASAN PERBATASAN


PROVINSI KALIMATAN TIMUR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wilayah perbatasan negara merupakan wilayah terdepan dari kedaulatan


suatu negara yang memiliki peran strategis dalam menentukan kedaulatan,
pemanfaatan sumber daya, kepastian hukum bagi penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara serta untuk menjaga keamanan dan keutuhan wilayah negara
itu sendiri. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang memiliki perbatasan
dengan negara lain yaitu 12 negara, baik perbatasan laut maupun darat dengan
panjang keseluruhan sepanjang 2.914,1 km merupakan wilayah yang memiliki kedaulatan
seutuhnya dengan batas-batas dan kewenangan serta hak-hak penuh dalam mengelola
serta menjaga keutuhan wilayah tersebut yang diatur dalam perundang-undangan
negara.

Di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


pada pada Bab IX A tentang Wilayah Negara di Pasal 25 A disebutkan bahwa Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri nusantara
dengan wilayah yang batas-batas dan haknya ditetapkan dengan Undang-Undang.

Selanjutnya dalam kaitannya terhadap perencanaan pembangunan


berkelanjutan telah diatur di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun
2005-2025 pada bagian lampiran huruf h mengenai Wilayah dan Tata Ruang pada
point 4 disebutkan wilayah perbatasan, termasuk pulau-pulau kecil terluar memiliki
potensi SDA yang cukup besar serta merupakan wilayah yang sangat strategis bagi
pertahanan dan keamanan negara. Walaupun demikian, pembangunan di beberapa
wilayah perbatasan masih sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan pembangunan di
wilayah negara tetangga. Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di daerah
tersebut umumnya jauh lebih rendah dibandingkan dengan kondisi sosial ekonomi
warga negara tetangga. Permasalahan utama dari ketertinggalan pembangunan di
1
Page

wilayah perbatasan adalah arah kebijakan pembangunan kewilayahan yang selama ini
cenderung berorientasi inward looking sehingga seolah-olah kawasan perbatasan hanya
menjadi halaman belakang dari pembangunan negara. Akibatnya, wilayah-wilayah
perbatasan dianggap bukan merupakan wilayah prioritas pembangunan oleh
pemerintah pusat maupun daerah. Sementara itu, pulau-pulau kecil yang ada di
Indonesia sulit berkembang terutama karena lokasinya sangat terisolasi dan sulit
dijangkau, diantaranya banyak yang tidak berpenghuni atau sangat sedikit jumlah
penduduknya serta belum banyak tersentuh oleh pelayanan dasar dari pemerintah.

Guna mempertegas mengenai wilayah negara yang meliputi wilayah


daratan, perairan, pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial beserta dasar laut
dan tanah dibawahnya, serta ruang udara diatasnya, termasuk seluruh sumber
kekayaan yang terkandung di dalamnya telah ditetapkan di dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara.
Selanjutnya dijelaskan dalam Peraturan Badan Nasional Pengelola
Perbatasan Nomor 1 Tahun 2011 tentang Desain Besar (Grand Design) Pengelolaan
Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Tahun 2011-2025 pada Lampiran I
bagian Pendahuluan point 1 tentang Latar Belakang dijelaskan bahwa Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang berciri nusantara mempunyai
kedaulatan atas wilayahnya serta memiliki hak-hak berdaulat di luar wilayah
kedaulatannya dan kewenangan tertentu lainnya untuk dikelola dan dimanfaatkan
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Provinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah keseluruhan seluas


245.237,8 km2 merupakan salah satu provinsi yang memiliki perbatasan negara baik
laut maupun darat dengan garis batas yang membentang sepanjang 1.038 km dari
kabupaten Nunukan, Malinau hingga Kutai Barat dengan luas wilayah perbatasan seluas
57.731, 64 km2 dari luas wilayah kabupaten perbatasan tersebut seluas 88.513,08 km2.
Secara rinci mengenai luas wilayah dan letak geografis kawasan perbatasan di Provinsi
Kalimantan Timur sebagaimana Tabel 1.

Secara kondisional kawasan perbatasan negara di Provinsi Kalimantan


Timur hingga sekarang masih terisolir dan tertinggal selain disebabkan faktor geografis
serta terbatasnya fasilitas pendukung pemenuhan kebutuhan dasar, khususnya
kebutuhan sosial ekonomi dan juga secara demografis minimnya jumlah penduduk yang
bertempat tinggal di wilayah tersebut. Sesuai perkembangannya, hingga kinipun
kawasan perbatasan negara Provinsi Kalimantan Timur belum menunjukkan
perkembangan yang berarti yang berdampak pada timbulnya beberapa permasalahan
mendasar, diantaranya :

a. Rendahnya kualitas dan kuantitas infrastruktur. Masih lemah dan terbatasnya


infrastruktur daerah hingga infrastruktur pertahanan dan keamanan;
2
Page
b. Rawan konflik, bila kawasan perbatasan tak dikelola dengan baik akan berpotensi
menjadi daerah rawan konflik. “Penyelundupan, trafficking, pelintas batas,
pencurian ikan dan penyerobotan wilayah. Begitupun dengan persoalan pertahanan
dan keamanan bila tak dilakukan patroli rutin, persoalaan keamanan bakal muncul.
c. Kualitas pendidikan SDM yang masih relatif rendah, belum terdayagunakan secara
maksimal, dan belum banyak berperan dan menikmati hasil pembangunan di
perbatasan.
d. Sumber daya alam belum digunakan untuk kepentingan pembangunan di kawasan
perbatasan melainkan bersifat eksploratif. Pengembangan potensi sumber daya
alam belum sejalan dengan pengembangan kawasan perbatasan secara terpadu
dan terencana sesuai konsep rencana tata ruang nasional.
e. Bottleneck Wilayah Perbatasan, ada beberapa faktor yang menyebabkan suatu
daerah dikatakan tertinggal. Secara geografis, umumnya daerah tertinggal relatif
sulit dijangkau karena letaknya yang jauh di pedalaman, perbukitan/pegunungan,
kepulauan, pesisir, dan pulau-pulau terpencil, atau karena faktor lainnya sehingga
sulit dijangkau oleh jaringan, baik transportasi maupun media komunikasi.

Tabel 1. Luas Wilayah, Letak Geografis dan Kecamatan di Kabupaten Perbatasan Negara
di Provinsi Kalimantan Timur

Luas Wilayah Luas Wilayah


No Kabupaten Letak Geografis Perbatasan Kabupaten
2 2
(Km ) (Km )
0 0
1. Nunukan 115 22’ 30” s/d 118 44’ 54” 12.128 14.263,68
0 0
BT dan 3 32’ 00” s/d 4 24’
55” LU

0 0
2. Malinau 114 35’ 22” s/d 116 50’ 55” 36.692,54 42.620,70
0 0
BT dan 1 21’ 36” s/d 4 10’
55” LU

0
3. Kutai Barat 113 45’ BT 9.911,1 31.628,70
0 0
116 19’ BT, 1 31’ 35” LU
0
dan 1 10’ 16” LS

Total 57.731,64 88.513,08

Dilihat dari letak dan potensi yang dimiliki bahwa kawasan perbatasan
negara di Provinsi Kalimantan Timur memiliki prospek yang sangat vital dan strategis
serta menguntungkan untuk dikembangkan. Salah satunya adalah potensi sumber daya
alamnya yang melimpah dan belum dieksploitasi serta dimanfaatkan secara tepat dan
optimal, disamping letaknya yang tepat berada pada kawasan perbatasan negara
3
Page

dengan negara Malaysia (Negara Bagian Sabah dan Serawak).


Pembangunan wilayah perbatasan negara di Provinsi Kalimantan Timur
sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional secara
keseluruhan karena memiliki nilai strategis sebagai faktor pendorong bagi peningkatan
kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat yang terlibat didalamnya. Untuk itu
sebagaimana dijelaskan di dalam dokumen perencanaan daerah Provinsi Kalimantan
Timur tersebut bahwa pengembangan potensi sumber daya alam merupakan salah satu
dari potensi yang menjadi skala prioritas dalam mendukung percepatan pembangunan
di kawasan perbatasan negara di Provinsi Kalimantan Timur.

1.2. Maksud & Tujuan

1.2.1. M a k s u d

Maksud penyusunan Desain Besar Pengelolaan Kawasan Perbatasan


Negara di Provinsi Kalimantan Timur adalah tersusunnya dokumen perencanaan yang
dapat menjadi acuan bagi penyusunan rencana induk dan rencana aksi pengelolaan
perbatasan negara di Provinsi Kalimantan Timur, yang sejalan dengan RPJP Nasional.

1.2.2. T u j u a n

Tujuan penyusunan Desain Besar Pengelolaan Kawasan Perbatasan Negara di


Provinsi Kalimantan Timur adalah :

a. Terjadinya perubahan sosial masyarakat perbatasan secara berangsur menjadi


lebih mandiri dan setara dengan kemajuan kawasan lainnya.;
b. Terwujudnya pengembangan kawasan perbatasan menjadi beranda terdepan
Negara.;
c. Termanfaatkannya sumber daya di kawasan perbatasan agar dapat menarik minat
masyarakat lokal dan luar untuk membangun kawasan perbatasan;
d. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan daya saing kawasan
perbatasan dengan Negara tetangga;
e. Meningkatnya ketahanan masyarakat perbatasan di bidang ideology, politik,
ekonomi, social, budaya, dan pertahanan keamanan dalam rangka menjaga dan
mempertahankan kedaulatan wilayah NKRI;
f. Mewujudkan keseimbangan di wilayah perbatasan untuk memenuhi kesejahteraan
masyarakat yang berkeadilan sosial yang memungkinkan berlangsungnya
pembangunan dan perputaran roda perekonomian di wilayah perbatasan antar
negara yang berimbang;
4
Page
1.3. Sasaran

Sasaran penyusunan Desain Besar Pengelolaan Perbatasan Negara di Provinsi


Kalimantan Timur adalah :
a. Tersusunnya visi, misi pembangunan kawasan perbatasan Provinsi Kalimantan
Timur;
b. Teridentifikasi dan tersusunnya data geospasial akan sangat membantu para
perancang dan penentu kebijakan baik di Pusat maupun di daerah untuk memilih
dan mensinergikan konsep pengembangan perbatasan dari sisi perencanaan tata
ruang wilayah dan perencanaan pembangunan kawasan.;
c. Tersusunnya rencana tata bangunan, ruang terbuka hijau dan tata hijau;
d. Tersusunnya tata kualitas lingkungan kawasan perbatasan;
e. Terencananya prasarana dan utilitas lingkungan kawasan perbatasan.

1.4. Cakupan Lokasi Kegiatan

Lokasi pelaksanaan kegiatan adalah di kabupaten Nunukan, Malinau dan


Kutai Barat yang memiliki daerah (kecamatan dan desa) yang terletak di perbatasan
negara di Provinsi Kalimantan Timur yaitu :

Tabel 2. Kecamatan Perbatasan yang Menjadi Cakupan Kegiatan

Kabupaten
Nunukan Malinau Kutai Barat
1. Nunukan Selatan 13. Kayan Hulu 18. Long Pahangai
2. Nunukan 14. Kayan Hilir 19. Long Apari
3. Sebatik 15. Pujungan
4. Sebatik Barat 15. Bahau Hulu
5. Sebatik Timur 17. Kayan Selatan
6. Sebatik Utara
7. Sebatik Tengah
8. Sei Menggaris
9. Lumbis Ogong
10. Tulin Onsoi
11. Krayan
12. Krayan Selatan
5
Page
1.5. Nama Organisasi dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

a. Nama Satuan Kerja : Badan Pengelolaan Kawasan Perbatasan, Pedalaman


dan Daerah Tertinggal (BPKP2DT) Provinsi Kaltim.
Alamat Jl. Dewi Sartika No. 13 Samarinda.

b. Nama KPA : Ir. Datu Badaruddin (Kabid. Pengembangan Kawasan


Perbatasan & Daerah Tertinggal BPKP2DT Provinsi
Kaltim)

Dalam pelaksanaan kegiatan dibentuk Tim tersendiri yang berfungsi untuk


memberikan arahan kebijakan dan teknis terhadap tahapan kegiatan penyusunan
desain besar, Sedangkan untuk dukungan administrasi kegiatan sepenuhnya ditangani
oleh KPA, dengan dibantu Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK).

Kepala BPKP2DT

Tim Pengarah KPA

PPTK

Penyedia Jasa
(Reknan Kerja)

6
Page
BAB II
DATA PENUNJANG

2.1. Studi-Studi Terdahulu

Hasil studi yang telah dilaksanakan secara sektoral oleh SKPD di


lingkungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dalam kaitannya dengan
pembangunan kawasan perbatasan adalah :

a. Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Tertinggal Perbatasan Kalimantan


Timur-Malaysia Tahun 2011 (oleh DPU dan Kimpraswil Provinsi Kalimantan Timur).

Maksud kegiatan ini adalah untuk acuan pemanfataan sumberdaya alam


dan keunggulan lain kepada stakeholder dalam mengembangkan daerah tertinggal
di kawasan perbatasan. Sasaran berupa tersusunnya rencana pengembangan
kawasan tertinggal perbatasan, yang memuat identifikasi faktor penyebab
ketertinggalan, potensi sumberdaya alam dan keunggulan lainnya, kebijakan dan
strategi pengembangan kawasan, rencana struktur dan pola ruang kawasan,
arahan pemanfaatan ruang kawasan, arahan pengendalian pemanfaatan ruang
kawasan, dan arahan kelembagaan dan peran masyarakat, serta tersedianya
instrumen ruang dalam kerangka pengembangan kawasan termasuk pengelolaan
kawasan yang mencakup dua wilayah otonom atau lebih, sehingga kemampuan
bekerjasama antar daerah dapat berlangsung optimal.

Lingkup materi yang dibahas anrata lain : meninjau kebijakan regional,


yaitu RTRWN, RTR Pulau, RTR Kawasan Perbatasan Negara, Jakstra KSN HoB,
RTRW Provinsi dan Kabupaten; mengidentifikasi wilayah perencanaan meliputi fisik,
ekonomi, sosial budaya, dan peluang kerjasama antar daerah; mengidentifikasi
potensi, permasalahan, peluang dan tantangan (SWOT) pengembangan kawasan;
merumuskan rencana pengembangan kawasan tertinggal perbatasan.

Lokasi pekerjaan di 19 kecamatan di 3 kabupaten yaitu Kecamatan


Nunukan, Nunukan Selatan, Krayan, Krayan Selatan, Sei Manggaris, Tulin Onsoi,
Lumbis Ogong, Sebatik Tengah, Sebatik Utara, Sebatik, Sebatik Barat, Sebatik
Timur, Bahau Hulu, Pujungan, Kayan Hilir, Kayan Hulu, Kayan Selatan, Long Apari
dan Long Pahangai.

Hasil kegiatan Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Tertinggal


Perbatasan Kalimantan Timur-Malaysia antara lain dokumen rencana
pengembangan kawasan tertinggal terdiri dari rencana struktur ruang dan
pemanfaatan ruang; rencana pengembangan sistem transportasi; rencana
pengembangan infrastruktur perbatasan; rencana pengembangan potensi
7

unggulan; rencana pengembangan antropologi social masyarakat, rencana zoning


Page

kawasan pariwisata; dan rencana program.


b. Tataran Transportasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2008 (oleh Dinas
Perhubungan Provinsi Kalimantan Timur).

Penyusunan Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) ini dilaksanakan


untuk mendapatkan suatu rencana pengembangan jaringan transportasi yang
terorganinsasi secara kesisteman dalam lingkup wilayah Provinsi Kalimantan Timur
yang terintegrasi, sehingga saling berinteraksi membentuk suatu sitem pelayanan
jasa transportasi yang efektif dan efisien, terpadu dan harmonis.

Dari pelaksanaan pekerjaan tersebut diperoleh hasil, diantarnya : (a)


diagnosis daerah pembangkit arus pergerakan orang dan barang, (b) pola
pergerakan orang dan barang di Provinsi Kalimantan Timur, (c) diagnosis masalah
kinerja jaringan transportasi jalan yang ada dikaitkan dengan RTRW atau Rencana
Umum Pembangunan Daerah; (d) rencana penataan dan pengembangan jaringan
lalu lintas angkutan barang; (e) rencana penataan dan pengembangan sitem
angkutan jalan rel; (f) rencana penataan dan pengembangan sistem angkutan laut,
(g) rencana kebijakan pengelolaan jaringan transportasi darat, air, dan udara.

c. Rencana Induk Nasional Bandar Udara (Rinbu) Provinsi Kalimantan Timur 2010

Rencana Induk di Provinsi Kalimantan Timur merumuskan kerjasama


regional lintas Negara dengan beberapa Kabupaten/ Kota di Indonesia BIMP-EAGA
mengacu pada konsep pengembangan wilayah pertumbuhan atau segitiga
pertumbuhan; merumuskan kawasan andalan, kawasan dan potensi kapet, potensi
pariwisata, sistem perkotaan nasional, pengelola bandara, bandara dosmetik,
bandara internasional, pengumpul primer, pengumpul sekunder, pengumpul tersier,
pengumpan, penanganan bencana, termasuk pengembangan perbatasan. Hasil
akhir Ribu ini berupa matriks rencana lokasi bandar udara di Provinsi Kalimantan
Timur.

d. Grand Strategi Pengembangan Kawasan Perbatasan Kalimantan Timur Tahun 2010


(oleh Badan Pengelolaan Kawasan Perbatasan, Pedalaman dan Daerah Tertinggal
Provinsi Kalimantan Timur).

Buku/Dokumen yang berisi tentang strategi dan rencana umum BPKP2DT


Prov. Kaltim untuk mencapai tujuan dan sasaran jangka menengah dan jangka
panjang. Strategi dan rencana umum ini diharapkan memberikan gambaran secara
komprehensif mengenai kondisi umum dan permasalahannya, serta rencana
program prioritas. Dokumen ini diharapkan pula menjadi sebuah dokumen
perencanaan (blueprint) dan dijadikan referensi dalam penyusunan rencana
pembangunan kawasan perbatasan secara menyeluruh (lintas sektoral).

Dalam buku Grand Strategi terdapat visi, misi, arah kebijakan dan strategi
pengelolaan kawasan perbatasan Prov. Kalimantan Timur. Strategi yang bersifat
8

umum ini dirumuskan berdasarkan analisis SWOT. Dalam rangka mewujudkan visi
Page
dan misi pembangunan kawasan perbatasan, dalam buku Grand Strategi ini
dipaparkan pula tentang target dan sasaran yang ingin dicapai dalam jangka
menengah dan panjang. Meskipun tidak ada menyebutkan jumlah dana yang
dibutuhkan untuk mencapai target dan sasaran dimaksud, namun implementasi
grand strategi ini dibutuhkan anggaran secara khusus, rasional, dan berkelanjutan
dan komitmen yang sungguh-sungguh dari stakeholder.

2.2. Referensi Hukum

Beberapa aturan hukum yang menjadi landasan yuridis formal dalan


penyusunan gran desain ini, diantaranya dapat merujuk pada :

a. Undang-undang No. 27 Tahn 1959 (Lembaran Negara Tahun 1955 No.9), Tentang
Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan;
b. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,
Tamabahan Lembaran Negara Reubli Indonesia Nomo 4421);
c. Undang-undang Nomor 32 thn 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
d. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor
97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);
e. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN 2005-2025) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
f. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Niomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725);
g. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);
h. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4925);
i. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wi;ayah
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
j. Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pulau-pulau Kecil Terluar;
k. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 tentang Badan
Nasional Pengelola Perbatasan;
l. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;
9
Page
m. Peraturan Badan Nasional Pengelola Perbatasan Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Desain Besar Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Tahun
2011 – 2025 ;
n. Peraturan Badan Nasional Pengelola Perbatasan Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Tahun
2011 – 2014;
o. Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 126/K.185/2010 tanggal 1 April 2010
tentang Penetapan Nama-nama Kabupaten dan Kecamatan yang Berbatasan
Langsung dengan Malaysia (Sabah dan Sarawak) di Provinsi Kalimantan Timur.

10
Page
BAB III
RUANG LINGKUP

3.1. Lingkup Kegiatan

Lingkup kegiatan merupakan akumulasi dari penjabaran kegiatan; mulai


dari perencanaan awal (persiapan) hingga dihasilkannya desain besar, harus dilakukan
secara komprehensif, dengan detail lingkup kegiatan sebagai berikut :

a. Tahap Persiapan
Merupakan tahap awal kegiatan, meliputi :

1. Koordinasi dengan pihak Pengguna Jasa;


2. Melakukan desk study dan studi literatur;
3. Menyiapkan perijinan untuk survei lapangan.

b. Tahap Pendataan
Data yang dikumpulkan adalah segala jenis informasi yang diperlukan untuk
melakukan analisis kawasan dan wilayah sekitarnya meliputi :
1. Kebijakan daerah terkait kawasan yang akan direncanakan;
2. Potensi dan masalah kawasan yang meliputi segi fungsi strategis, vitalitas
ekonomi kawasan, kondisi sosial dan budaya, kejelasan kepemilikan dan nilai
lahan, akses dan transportasi, keterkaitan kawasan dengan sistem wilayah
secara spasial, jaringan prasarana sarana dan kegiatan, kepadatan fisik dan
penduduk, kualitas lingkungan, fasilitas kenyamanan, pelayanan prasarana
sarana serta kelembagaan.
3. Signifikansi budaya dan historis masa lalu yang pernah dimiliki kawasan baik
dari segi fungsi kawasan, setting kawasan (tipe bangunan dan bentuk ruang
kawasan) maupun adat istiadat.

Dari hasil pendataan ini akan diperoleh identifikasi atas kondisi di wilayah
sekitarnya yang berpengaruh pada kawasan perencanaan. Data tersebut meliputi:
peta (peta regional, peta kota, dan peta kawasan perencanaan serta
memperlihatkan kondisi topografis/garis kontur), foto-foto (foto udara/citra satelit
dan foto-foto kondisi kawasan perencanaan, peraturan dan rencana-rencana
terkait; sejarah dan signifikansi historis kawasan, kondisi sosial-budaya,
kependudukan, pertumbuhan ekonomi, kondisi fisik dan lingkungan, kepemilikan
11

lahan, prasarana dan fasilitas, dan data lain yang relevan. Dari analisa awal
Page

terhadap data-data ini akan diperoleh deliniasi kawasan.


e. Tahap Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan

Analisis adalah penguraian atau pengkajian atas data yang telah berhasil
dikumpulkan. Analisis dilakukan secara berjenjang; tingkat wilayah sekitar
kawasan; sampai pada tingkat kawasan, dengan komponen analisis: sosial-
kependudukan, prospek pertumbuhan ekonomi, daya dukung fisik dan lingkungan,
aspek legal konsolidasi lahan, daya dukung prasarana dan fasilitas, kajian aspek
sejarah dan signifikansi historis kawasan.
Dari hasil analisis ini akan diperoleh arahan solusi atau konsep perencanaan atas
permasalahan yang telah diidentifikasikan pada tahap pendataan.

f. Tahap Penyusunan Skenario Pembangunan Kawasan


Skenario revitalisasi kawasan merupakan kegiatan penyusunan skenario yang
mampu meningkatkan :
1. Produktivitas ekonomi.
2. Kualitas ruang, bentuk dan lingkungan yang memberdayakan aktivitas sosial,
ekonomi dan budaya.
3. Kerjasama dan pembangunan infrastruktur.
4. Ketahanan masyarakat perbatasan di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya, dan pertahanan keamanan.
5. Pengelolaan kawasan agar berkelanjutan.

e. Tahap Penyusunan Rencana Revitalisasi Berdasarkan Rencana Tata Bangunan dan


Lingkungan (RTBL)
Rencana pembangunan kawasan berdasarkan RTBL merupakan kegiatan
perencanaan dengan lingkup kegiatan yang setidaknya meliputi :
1. Penataan bangunan dan lingkungan.
3. Kelembagaan dan komitmen pemda, masyarakat dan pelaku ekonomi.
4. Pemrograman dan pendanaan, sebagai suatu bentuk kesepakatan pemerintah
pusat, provinsi dan kabupaten/kota, serta didasarkan atas kesepakatan yang
melibatkan pemangku kepentingan sehingga memperoleh dukungan dari
masyarakat dan dapat dipertanggungjawabkan.
5. Peningkatan potensi ekonomi yang peka terhadap kebutuhan pasar.
12
Page
f. Tahap Penyusunan Masterplan Pembangunan Kawasan
Masterplan pembangunan kawasan merupakan kegiatan perencanaan dengan
lingkup kegiatan yang setidaknya meliputi perencanaan penataan fisik kawasan
(masterplan dengan pendekatan desain kawasan) yang mencakup :

1. Rencana Umum, terdiri ata s:


a) Rencana batasan/deliniasi kawasan;
b) Rencana desain tapak (kawasan) yang menjaga keseimbangan ruang
untuk pengembangan fungsi perumahan, niaga/usaha, rekreasi dan
budaya serta upaya pelestarian agar member manfaat ekonomi wilayah;
c) Rencana akses, sirkulasi dan jalur penghubung;
d) Rencana struktur kawasan;
e) Rencana tata bangunan (figure ground plan, rencana bentuk ruang
kawasan, rencana tipologi bangunan);
f) Rencana ruang terbuka dan tata hijau;
g) Rencana tata kualitas lingkungan yang meliputi identitas lingkungan,
orientasi lingkungan, wajah jalan;
h) Rencana prasarana dan utilitas lingkungan;

2. Panduan desain (design guidelines), merupakan penjelasan lebih rinci atas


rencana umum, berupa arahan bentuk, dimensi, gubahan massa, perletakan
dari komponen perlengkapan kawasan yang dibutuhkan.
.
g. Tahap Penyusunan Program Investasi Revitalisasi Dan Rencana Tindak Keuangan
Serta Rencana Tindak Kelembagaan Kawasan :
1. Program Investasi Revitalisasi, terdiri atas kegiatan pembangunan kawasan
untuk jangka panjang.
2. Prioritas kegiatan pembangunan kawasan perbatasan;
3. Rencana pembiayaan (financing plan) per tahun anggaran sesuai dengan
indikasi sumber pendanaan (pemerintah, swasta, dan masyarakat);

3.2. Indikator Keluaran Dan Keluaran

Berdasarkan rangkaian kegiatan yang terjabarkan dalam ruang lingkup


kegiatan diatas, maka Indikator keluaran dan keluaran yang diharapkan dan hendak
dicapai adalah :
13

a. Indikator Keluaran (Kualitatif)


Page
Tersusunnya dokumen perencanaan pengelolaan batas wilayah negara dan
kawasan perbatasan Provinsi Kalimantan Timur mengikuti RPJP Nasional.
b. Keluaran (Kuantitatif)
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah penyusunan Desain Besar
Pengelolaan Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Kalimantan Timur terdiri dari :
1. Dokumen perencanaan pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan
perbatasan Provinsi Kalimantan Timur mengikuti RPJP Nasional.
2. Terumuskannya program dan kegiatan penyusunan dan penetapan rencana
induk dan rencana aksi pembangunan batas wilayah negara dan kawasan
perbatasan; pengoordinasian kebijakan dan pelaksanaan pembangunan,
pengelolaan serta pemanfaatan batas wilayah negara dan kawasan
perbatasan; pengelolaan dan fasilitasi penegasan, pemeliharaan dan
pengamanan batas wilayah negara; inventarisasi potensi sumberdaya dan
rekomendasi penetapan zona pengembangan ekonomi, pertahanan, sosial
budaya, lingkungan hidup dan zona lainnya di kawasan perbatasan.

3.3. Penerima Manfaat

Penerima manfaat kegiatan penyusunan Desain Besar Pengelolaan Kawasan


Perbatasan Negara di Provinsi Kalimantan Timur, yaitu :

a. Pemerintah Kabupaten yang memiliki wilayah perbatasan, yaitu Kabupaten Kutai Barat,
Malinau dan Nunukan.
b. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.
c. Pemerintah Pusat, khususnya Kementrian/Lembaga Non Kemintrian.
d. Masyarakat lokal.

3.4. Pelaksanaan Dan Penanggungjawab Kegiatan

3.4.1. Pelaksana Kegiatan

Pelaksana kegiatan ini adalah Penyedia Jasa (Rekanan Kerja) yang ditetapkan
berdasarkan proses seleksi sebagaimana peraturan yang berlaku; Dan didalam pelaksanaan
kegiatanya mengacu sepenuhnya pada ketentuan sebagaimana ditetapkan didalam KAK ini
dan Kontrak Kerja.
14
Page
a. Tim terdiri dari tenaga ahli dengan disiplin ilmu yang setara dengan keahlian berikut
ini :
Tabel 3. Kebutuhan Tenaga Ahli
Jumlah Pengalaman
No Tenaga Ahli Teknis Pendidikan
(org) Kerja (thn)
1 Team Leader 1 S3 Perencanaan Wilayah 4
2 Ahli Perencanaan Wilayah 1 S2 Perencanaan Wilayah 4
(Planologi)
3 Ahli Lingkungan 1 S1 Teknik Lingkungan 8
4 Ahli Transportasi 1 S2 Transportasi 4
5 Ahli Sosial Politik 1 S2 Sosial Politik 4
(Kelembagaan)
6 Ahli Pertahanan Wilayah 1 S1 Umum 8

7 Ahli Manajemen Stratejik 1 S1 Sosial Poltik 8


8 Ahli Ekonomi Regional 1 S2 Ekonomi 4
9 Ahli Pembangunan 1 S2 Studi Pembangunan 4
10 Ahli Kependudukan 1 S2 Kependudukan 4
11 Ahli Kehutanan 1 S2 Kehutanan 4
12 Ahli Hukum Internasional 1 S2 Hukum Internasional 4
13 Ahli Penginderaan Jauh/ 1 S1 Teknik Geodesi 8
SIG
14 Assisten Ahli Transportasi 1 S1 Teknik Sipil 8
15 Assisten Ahli Geodesi 1 S1 Teknik Geodesi 8
16 Assisten Ahli Kependudukan 1 S1 Sosial 8
(Sosial Budaya/Antropologi)
17 Assisten Ahli Kehutanan 1 S1 Pertanian 8
untuk Pertanian
18 Assisten Ahli Kehutanan 1 S1 Kehutanan 8
untuk Perkebunan
19 Assisten Ahli Hukum 1 S1 Hukum 8
Internasional

b. Tenaga Pendukung
1) Surveyor,
Tenaga survei lapangan berjumlah 6 orang dengan latar belakang pendidikan
SMK sederajat, dengan pengalaman minimal 2 tahun dalam melakukan survei
terkait dengan pengembangan wilayah.
2) Tenaga Administrasi dengan jumlah 1 orang.
3) Bilingual Secretary dengan jumlah 1 orang.
4) Operator Komputer dengan jumlah 2 orang.
15

5) Office Boy dengan jumlah 1 orang.


Page
3.4.2. Lingkup Kewenangan Pelaksana Kegiatan

Penyedia jasa berhak untuk mendapatkan penjelasan/ekspose laporan awal,


dan laporan akhir serta hasil pekerjaan.

3.4.3. Penanggungjawab Kegiatan

Penanggungjawab kegiatan adalah Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) –


Program Penyusunan Perencanaan Pembangunan Perbatasan; dalam rangka melakukan
pengendalian atas pelaksanaan pekerjaan/kegiatan teknis administratif penyusunan desain
besar.
Dalam kaitannya dengan arahan kebijakan sepenuhnya menjadi
tanggungjawab Tim, yang dibentuk berdasarkan Keputusan Gubernur Kalimantan Timur.

3.4. Fasilitas dari KPA

Fasilitas yang disediakan KPA, baik berupa peralatan, material dan personel
sepenuhnya tertuang dalam kontrak kerja yang telah ditetapkan bersama. KPA
menyediakan surat referensi jika dibutuhkan untuk mempermudah mengakses data yang
diperlukan, termasuk memfasilitasi kegiatan lainnya yang berhubungan dengan penyusunan
desain besar.

3.5. Fasilitas Penyedia Jasa

Penyedia jasa harus menyediakan sendiri peralatan dan material penunjang


yang diperlukan, terutama untuk kelancaran penyelesaian pekerjaan pembuatan desain
besar.
16
Page
BAB IV
PELAKSANAAN

4.1. Metode Pelaksanaan

Metode kerja secara umum dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan desain


besar adalah :

1. Melakukan penyusunan program kerja (alur pikir dan jadwal) serta penyusunan
instrument pendataan dan analisis.
2. Mengkaji dan merumuskan kembali kebijakan, peraturan, standar, pedoman dan kriteria
serta landasan teori tentang penataan bangunan dan lingkungan.
3. Mengkaji peraturan/regulasi, peraturan daerah dan dokumen perencanaan daerah
terkait penataan bangunan dan lingkungan, diantaranya adalah rencana tata ruang,
peraturan daerah bangunan gedung, dokumen/rencana penataan kawasan terkait,
rencana pembangunan infrastruktur dan bangunan di sekitar lokasi perencanaan, dll.
4. Mengkaji lokasi perencanaan (delineasi) kawasan dalam konteks penataan bangunan
dan lingkungan sekitarnya sesuai dengan seluruh dokumen rencana tata ruang yang
tersedia.
5. Melakukan kegiatan pendataan, analisis kawasan dan wilayah perencanaan, dan
penyusunan konsep sesuai kerangka acuan kerja yang telah ditetapkan.
6. Menyusun Desain Besar Pengelolaan Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Kalimantan
Timur.

4.2. Tahapan Teknis Kegiatan

Langkah-langkah kegiatan yang dapat ditempuh oleh pelaksana adalah


mengikuti acuan berikut ini :
1. Penyedia Jasa diwajibkan merinci kegiatannya agar dicapai keluaran yang sesuai
dengan KAK.
2. Penyedia Jasa diwajibkan secara aktif melakukan koordinasi dengan Tim Teknis,
sehingga dapat dicapai keluaran yang memadai, dengan dimungkinkan pula untuk
melakukan konsultasi dengan instansi pemerintahan di tingkat lokal.
3. Secara garis besar tahapan kegiatan yang perlu dilakukan antara lain adalah :
a. Penetapan strategi dan program pencapaian sasaran kegiatan.
17

b. Pengumpulan data dan informasi terutama referensi peraturan tentang penataan


Page

dan pembangunan kawasan perbatasan, serta peraturan perundang-undangan


yang bersifat nasional yang berkaitan dengan penataan kawasan perbatasan dan
penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan di daerah.
c. Pengolahan data dan pengembangan alternatif konsep pola pikir dan struktur
materi penyusunan desain besar pengelolaan kawasan perbatasan Provinsi
Kalimantan Timur,
d. Pembahasan di tingkat Kota/Kabupaten dan Provinsi bersama dengan Tim Teknis
dan instansi teknis terkait.
e. Pembahasan dalam bentuk Workshop/Seminar, yang melibatkan seluruh pelaku
pembangunan penataan kawasan perbatasan, baik dari sektor pemerintahan
maupun sektor dunia usaha, Asosiasi Profesi dan Akademisi. Tahap ini akan
dilaksanakan setelah proses/tahap pembahasan sebelumnya telah dapat
diselesaikan.
4.3. Produk Dihasilkan

Keluaran yang harus dihasilkan pada kegiatan gran desain pembangunan


kawasan perbatasan negara di Provinsi Kalimantan Timur adalah berupa produk pelaporan
sebagai berikut :
a. Laporan Pendahuluan, minimal meliputi:
1) Rencana pencapaian sasaran.
2) Hasil pengumpulan data dan informasi.
3) Hasil pengolahan data dan analisis awal pengembangan alternatif konsep pola
pikir dan struktur materi grand design kawasan perbatasan.
4) Hasil diskusi pembahasan awal.

b. Laporan Antara, minimal memuat:


Analisis terhadap seluruh kajian yang harus dilakukan berdasarkan hasil pembahasan
laporan pendahuluan dan analisis lanjutan terhadap konsep-konsep dan kajian karakter,
potensi dan permasalahan lokasi sesuai dengan pembangunan kawasan perbatasan

c. Laporan Draft Akhir, minimal mencakup konsep perencanaan, perancangan, dan


pelaksanaan kegiatan penyusunan grand design kawasan perbatasan Provinsi
Kalimantan Timur.
d. Laporan Akhir, meliputi, Pertama, “Grand Design Kawasan Perbatasan Provinsi
Kalimantan Timur” tahun 2014-2025 yang merupakan hasil kajian akademik;
e. Grand Design, berupa produk buku perencanaan pembangunankawasan perbatasan
Provinsi Kalimantan Timur
f. Executive Summary, berupa ringkasan ekskutif dari produk Grand Design Kawasan
18

Perbatasan
Page

g. Laporan Bulanan, berupa laporan pelaksanaan kegiatan setiap bulan.


4.4. Jadwal Kegiatan

4.4.1. Waktu Pelaksanaan Kegiatan

a. Waktu Pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan selama 6 (Enam) bulan kalender, sejak


ditanda tanganinya kontrak kerja.
b. Penyedia Jasa diminta untuk merinci sendiri kegiatannya selama waktu tersebut butir a.
di atas dengan mengantisipasi jadwal pencapaian produk antara kegiatan dan dalam
rangka menampung kegiatan-kegiatan yang mungkin dilakukan oleh Konsultan
Perencana.
c. Pentahapan pelaporan kegiatan adalah sebagai berikut:
1) Laporan Pendahuluan
Laporan ini diserahkan maksimal 1 (satu) bulan setelah pekerjaan dimulai dengan
diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), dengan jumlah 20 eksemplar
dalam format A4.
Laporan Pendahuluan dinyatakan diterima bila telah dilakukan pembahasan dan
disetujui oleh Tim Pengarah, melalui KPA.

2) Laporan Antara
Laporan ini diserahkan maksimal 2 (dua) bulan setelah penyerahan Laporan
Pendahuluan, dengan jumlah 20 eksemplar dalam format A3.
Laporan Antara dinyatakan diterima bila telah dilakukan pembahasan dan disetujui
oleh Tim Pengarah, melalui KPA.

3) Laporan Draft Akhir


Laporan ini diserahkan maksimal 1 (satu) bulan setelah penyerahan Laporan
Antara, dengan jumlah masing-masing 20 eksemplar dalam format A4 dan atau A3
untuk konsep desain besar pengelolaan perbatasan Provinsi Kalimantan Timur.
Laporan Draft Final berupa Desain Besar Pengelolaan Kawasan Perbatasan Negara
di Provinsi Kalimantan Timur tahun 2014 – 2025, dinyatakan diterima bila telah
dilakukan pembahasan dan disetujui oleh Tim Pengarah, melalui KPA, setelah
dilakukan seminar.
19
Page
4) Laporan Akhir
Laporan ini diserahkan maksimal 2 (dua) bulan setelah penyerahan Laporan Draft
Akhir, dengan jumlah masing-masing 20 eksemplar dalam format yang sama
dengan Laporan Draft Akhir.
Laporan Akhir harus dilengkapi dengan Executive Summary dalam format A4
sebanyak masing-masing 50 eksemplar. Selain laporan dalam bentuk hardcopy,
Konsultan Perencana berkewajiban menyiapkan seluruh hasil pekerjaannya untuk
dalam bentuk computer file yang dikemas ke dalam CD/DVD dengan jumlah yang
sama dengan hardcopynya.
Laporan Akhir dinyatakan diterima bila telah dilakukan pembahasan dan disetujui
oleh Tim Pengarah, melalui KPA.

4.4.2. Matrik Pelaksanaan Kegiatan

Sesuai dengan waktu pelaksanaan dan rencana kerja, Penyedia Jasa


diwajibkan untuk menyusun matrik pelaksanaan kegiatan secara rinci dengan
mencantumkan seluruh items pekerjaan, keterlibatan para tenaga ahli dan waktu yang
diperlukan untuk melaksanakan masing-masing items pekerjaan, serta keluaran dari masing-
masing kegiatan.

4.5. Biaya

a. Biaya pelaksanaan pekerjaan dibebankan pada DPA Badan Pengelolaan Kawasan


Perbatasan, Pedalaman dan Daerah Teringgal Nomor. 1.06.1.06.02.17.04 tanggal 30
Desember 2011 – Program Penyusunan Pembangunan Perencanaan Perbatasan Tahun
2012, dengan pagu dana sebesar Rp 2.000.000.000,- (dua milyar rupiah).
b. Pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan secara kontraktual.
20
Page
BAB V
HAL-HAL LAIN

1.1. Produksi dalam Negeri

Semua kegiatan jasa penyedia jasa (rekanan) berdasarkan kerangka acuan


kerja ini harus dilakukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

1.2. Pedoman Pengumpulan Data Lapangan

Pengumpulan data lapangan harus memenuhi persyaratan, yaitu memperoleh


ijin dari pihak terkait dan membawa surat referensi dari Badan Pengelolaan Kawasan
Perbatasan, Pedalaman dan Daerah Tertingg

al Provinsi Kalimantan Timur, setelah adanya permintaan resmi dari KPA


selaku pemilik pekerjaan.

1.3. Alih Pengetahuan

Jika diperlukan, Penyedia Jasa (rekanan kerja) berkewajiban untuk


menyelenggarakan pertemuan dan pembahasan dalam rangka alih pengetahuan kepada
personil proyek/satuan kerja dilingkungan Instansi KPA selaku pemilik pekerjaan.

21
Page
BAB VI
PENUTUP

a. Kerangka Acuan Kerja ini merupakan pedoman dasar yang dapat dikembangkan lebih
lanjut oleh penyedia jasa (rekanan) sepanjang keluaran akhir dapat dihasilkan secara
optimal dan sesuai dengan yang diharapkan.
b. Format laporan diupayakan mengikuti standar pelaporan yang representatif, baik jenis
kertas, tulisan, maupun sampul dll., atau minimal mengikuti standar pelaporan yang
berlaku.

Samarinda, 16 April 2012

TTD.
Kuasa Pengguna Anggaran

22
Page

Anda mungkin juga menyukai