12051 Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan, Edisi Khusus 2023, 29-34
Ferry Trisnaputra1
1
Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha 10, Bandung
E-mail: trisnaputraferry@yahoo.com
(Diterima: 16 Desember 2022; Diterima setelah perbaikan: 7 Januari 2023; Disetujui: 9 Januari 2023)
ABSTRAK
Sejumlah besar pulau-pulau terluar Indonesia ternyata mampu menegakkan kedaulatan teritorial negara,
mencegah berbagai penyelundupanndan pencurian kekayaan sumberdaya kelautan Indonesia. Aktivitas
ekonomi pulau-pulau kecil terluar mampu mendukung perkembangan ekonomi kawasan perbatasan dan
menjaga kesinambungan peluang usaha apabila dikelola dengan baik. Disisi lain, situasi pulau-pulau terpencil
dan terluar yang tak berpenghuni seringkali berujung pada tingginya kasus pencurian ikan oleh nelayan
asing akibat minimnya pengawasan sumberdaya oleh pemerintah. Tujuan penelitian untuk menelaah
implementasi kebijakan tata kelola pulau-pulau terluar yang merupakan satu kesatuan pembangunan
wilayah NKRI. Penelitian dilakukan secara kualitatif melalui penelaahan literatur. Pelaksanaan kebijakan
pengelolaan pulau-pulau terluar di Indonesia yang bersinggungan dengan batas wilayah negara tetangga
diharapkan mampu menggambarkan kondisi terkini pulau-pulau terluar tersebut. Pulau-pulau terluar
yang bersinggungan dengan negara tetangga menjadi manifestasi terpenting dari kedaulatan teritorial
suatu negara. Wilayah perbatasan negara memainkan peran penting dalam menentukan batas wilayah,
eksploitasi sumber daya alam, menjaga keamanan dan keutuhan wilayah.
KATA KUNCI: tata kelola maritim, kawasan strategi nasional, keamanan maritim
ABSTRACT
Many of Indonesia’s outermost islands are able to maintain the country’s territorial sovereignty and
prevent various smuggling and theft of Indonesia’s maritime assets. The small outermost islands have a
positive impact on the economic development of the border regions and maintain the diverse opportunities
that exist if properly managed. This situation has proven detrimental to conditions in areas where the most
remote islands are still uninhabited and without government oversight, often leading to theft of fish by
foreign fishermen. The purpose of the research is to study the implementation of administrative policies on
the outermost islands, which are an integral part of the development of the entire territory of the Republic
of Indonesia. The study was conducted qualitatively through a literature review. To provide an overview of
the status of Indonesia’s outermost islands, the implementation of the policy for the management of
Indonesia’s outermost islands with neighboring countries is proposed. The outlying islands are the most
important manifestation of a country’s territorial sovereignty. Borders play an important role in defining
territorial boundaries, exploiting natural resources, and maintaining security and territorial integrity.
KEYWORDS: maritime governance, national strategic area, maritime security
#
Korespondensi: Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan
Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung
E-mail: trisnaputraferry@gmail.com
terhadap pustaka dan sumber lainnya dianalisis dan Republik Palau, Timor-Leste, Papua Nugini (PNG), dan
hasilnya diuraikan dan dibahas yang menjadi jawaban Australia. Zona batas laut umumnya merupakan pulau
terhadap permasalahan. terluar yang terdiri dari total 92 pulau. Beberapa di
antaranya cenderung bermasalah dengan negara
HASIL DAN BAHASAN tetangga sehingga memerlukan perencanaan dan
pengelolaan yang lebih intensif (Chen et al., 2014;
Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar (PPKT)
Patriadi, 2010). Selain itu, situasi yang sering memanas
Pulau-pulau kecil terluar didefinisikan sebagai pulau di Laut Natuna Utara akibat klaim sepihak China
dengan luas ≤ 2000 km 2 dengan titik-titik dasar menimbulkan masalah sekaligus tantangan bagi
koordinat geografis yang menghubungkan garis kedaulatan maritim Indonesia, khususnya hubungan
pangkal laut kepulauan sesuai dengan hukum diplomatik China dengan negara-negara ASEAN (Leong
internasional dan nasional (Peraturan Pemerintah R.I & Ku, 2005).
No. 62 tahun 2010). Pulau-pulau terluar diatur
Pengelolaan pulau terluar diatur dengan Kepres No.
pemanfaatannya oleh pemerintah NKRI dan menjadi
78/2005 tentang Pengelolaan Pulau Terluar. Keputusan
bagian integral dalam pembangunan nasional.
presiden ini dimaksudkan untuk meningkatkan
Gambaran umum status pulau terluar Indonesia
kesejahteraan warga negara di wilayah perbatasan
mengacu pada tinjauan terhadap implementasi
dengan fokus pada pembangunan ekonomi, sumber
kebijakan yang mengatur pulau terluar Indonesia dan
daya manusia, pertahanan, budaya, hukum, dan
negara tetangga. Pengelolaan pemerintahan negara
kemananan negara yang komprehensif. Terbitnya
tampaknya memperlakukan keberadaan pulau-pulau
Perpres ini juga mempertimbangkan peran strategis
terjauh di perbatasan negara sebagai fenomena
pulau-pulau terluar Indonesia sebagai titik tolak
tersendiri. Pulau-pulau kecil Indonesia memiliki nilai
pangkal kepulauan Indonesia yang menentukan batas
strategis secara kewilayahan maupun fungsinya.
wilayah perairan Indonesia, Zona Ekonomi Eksklusif
(Bengen, 2013).
(ZEE), dan landas kontinen.
Perbatasan adalah ekspresi paling penting dari
Kebijakan Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar
kedaulatan teritorial suatu negara. Pengelolaan wilayah
Indonesia dimaksudkan untuk:
perbatasan memainkan fungsi strategis dalam
menentukan batas-batas wilayah, pemanfaatan sumber a. Sebagai titik pertahanan NKRI terluar,
daya alam, serta memastikan keamanan dan keutuhan menciptakan stabilitas keamanan kawasan, keamanan
wilayah (Sutisna et al., 2010). Sebagai wilayah dengan negara, kebangsaan, dan memelihara keutuhan wilayah.
sebaran geografis yang terdiri lebih dari 17.000 pulau b. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam
besar dan kecil, Indonesia menjadi negara dengan garis untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.
pantai terpanjang di dunia. Di sisi lain, NKRI juga
memiliki daratan dengan luas mencapai 1.922.570 km2 c. Meningkatkan kesejahteraan melalui
di mana luas wilayah perairannya hampir dua kali lipat pemberdayaan masyarakat.
luas daratan yakni 3.257.483 km 2 (tanpa Dalam pelaksanaannya, pemanfaatan wilayah terluar
memperhitungkan luas kawasan Zona Ekonomi berpegang pada prinsip-prinsip: a) Wawasan Nusantara,
Ekslusif). Jika luas laut Indonesia memasukkan wilayah b) berkelanjutan, c) berbasis masyarakat, d)
Zona Ekonomi Eksklusif, maka perairan laut Indone- Pengelolaan pulau-pulau kecil terluar mengacu pada
sia mencapai luas lebih dari 7,9 juta km2. Wilayah laut Rencana Tata Ruang Wilayah. (Pasal 4) Pengelolaan
dan darat Indonesia berbatasan dengan beberapa pulau-pulau kecil terluar dilakukan secara terpadu
negara tetangga. Wilayah darat Indonesia di antaranya antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
berbatasan langsung dengan negara Timor Leste, Papua Pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
New Guinea, dan Negara Kerajaan Malaysia, yang meliputi bidang-bidang: a). sumberdaya alam dan
masing-masing berada di tiga pulau utama yaitu pulau lingkungan hidup; b). infrastruktur dan perhubungan;
Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Kalimantan. Secara c). pembinaan wilayah; d). pertahanan dan keamanan;
umum, wilayah daratan dan laut Indonesia berbatasan e). ekonomi, sosial, dan budaya.
langsung dengan pulau dan perairannya yang meliputi
tiga pulau utama, empat propinsi dan lima belas Di dalam implementasi pegelolaannya, Peraturan
kabupaten/kota, dengan karakteristik batas-batas Presiden (Perpres) No. 12 Tahun 2010 tentang Badan
wilayah yang berbeda. Kondisi sosial, ekonomi, dan Pertahanan Nasional mengatur lebih rinci terkait
budaya negara-negara yang berbatasan dengan Indo- struktur dan fungsi, strategi, program dan kegiatan
nesia juga berbeda-beda. Di sisi lain, perairan Indo- pengelolaan pulau lepas pantai dan pengelolaan
nesia, berbatasan dengan sepuluh negara: di antaranya perbatasan. Perpres ini juga secara sistematis dan
Malaysia, Singapura, Thailand, India, Vietnam, Filipina, terperinci mengatur implementasi Perpres No. 62
Tahun 2010 tentang Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil dimaksudkan sebagai pusat pembangunan dan hub
Terluar (PPKT). Di dalam Perpres 62/2010, Pulau kecil (penghubung) kawasan perbatasan. PKSN merupakan
didefinisikan sebagai pulau seluas kurang lebih 2.000 kawasan perkotaan dimaksudkan untuk memfasilitasi
km 2 dan merupakan satuan ekologi pulau-pulau; pembangunan kawasan perbatasan negara.
sementara pulau terluar merupakan pulau yang titik Pengembangan PKSN bertujuan sebagai penghubung
pangkal koordinat geografisnya menghubungkan garis dan penyedia pelayanan yang diperlukan bagi
pangkal maritim nusantara menurut hukum pengembangan kegiatan masyarakat di kawasan
internasional dan domestik. Selain mengatur definisi perbatasan, termasuk pelayanan kegiatan lintas batas.
pulau terluar dan pulau kecil, Perpres 62/2010 juga Dalam pejelasan Perpres No. 26/2008, kriteria Pusat
mengatur definisi Kawasan Strategis Nasional Tertentu Operasi Strategis Nasional (PKSN) ada tiga peran
(selanjutnya disebut KSNT) yang merupakan kawasan utama bagi kawasan perbatasan diantaranya fungsi
terkait dengan kedaulatan negara, pengelolaan pintu gerbang internasional ke negara tetangga; pusat
lingkungan hidup, dan/atau Warisan Dunia. transportasi utama yang menghubungkan lingkungan;
Pengembangan KSNT merupakan prioritas utama pusat kekuatan pendorong ekonomi.
kepentingan nasional.
Mengacu pada Kepres No 78/2005 tentang
Sebagai bagian dari upaya pengelolaan, maka Pengelolaan Pulau-Pulau Terluar, terdapat kurang lebih
dilakukan pembinaan PPKT yang merupakan kegiatan tujuh belas kementerian/departemen yang memiliki
pengembangan perairan hingga12 mil laut dari garis peran tumpang tindih dalam implementasi pengelolaan
pantai dan kekayaan alam yang ada di dalamnya, sebagai kawasan perbatasan dan pulau kecil terluar. Banyaknya
upaya mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan organisasi yang berperan setara di saat bersamaan,
Republik Indonesia. Masyarakat di PPKT diharapkan dikhawatirkan akan menyulitkan koordinasi antar
dapat berpartisipasi sebagai suatu bagian yang tak lembaga pemerintah. Hal ini juga berarti belum adanya
terpisahkan, baik fisik maupun non fisik, secara institusi yang berperan struktural dan fungsional
langsung maupun tidak langsung, sukarela dan non- sentral dalam mewujudkan misi dan visi organisasi di
sukarela. Segala rangkaian pelaksanaanya berada di pulau kecil terluar yang menjadi gerbang dan batas
bawah kewenangan Presiden Republik Indonesia yang negara (Lestari, 2003). Pada akhirnya, kondisi ini
selanjutnya disebut sebagai Pemerintah sebagai menggambarkan bahwa pembangunan pulau-pulau
pemegang kekuasaan eksekutif. Sementara itu, terpencil kurang mendapat perhatian. Kelemahan
pemerintah daerah melalui pejabat pemerintah daerah dalam mengelola pulau-pulau kecil lepas pantai adalah
seperti gubernur, bupati/walikota, dan perangkat kelemahan dalam administrasi pemerintah yang
daerah merupakan bagian dari penyelenggaraan berusaha memobilisasi sumber daya organisasi untuk
pemerintahan daerah yang mendukung pengelolaan terlibat dalam pengelolaan pulau-pulau kecil untuk
PPKT. Sebagai institusi kementerian yang diberikan berbagai otoritas. Banyaknya lembaga membuat tata
kewenangan oleh Presiden, Kementerian Kelautan dan kelola menjadi tidak terkendali, karena masing-masing
Perikanan ditunjuk menjadi pelaksana kegiatan kementerian atau departemen bekerja berdasarkan
pengelolaan PPKT. hasil program kerja lembaga tersebut. Lemahnya upaya
pengelolaan sebagian besar pulau terpencil disebabkan
Dukungan pemerintah daerah juga sangat
oleh: (1) belum adanya pusat kendali atau kewenangan
diperlukan dalam upaya pemanfaatan pulau-pulau kecil
pengelolaan pulau-pulau kecil lepas pantai dari segi
terluar. Dalam hal ini, pemerintah daerah berkoordinasi
fungsi dan struktur; (2) Pembangunan terhambat
dengan pemerintah pusat. Peran strategis PPKT
karena keterbatasan sumber daya, terutama pendanaan
sebagai bagian Kawasan Strategis Nasional Tertentu
atau dukungan finansial, karena anggaran masih dibagi-
(KSNT) dimaksudkan untuk melindungi kedaulatan
bagi antar lembaga pemerintah. (3) Peran Pemerintah
NKRI. Oleh karenanya, pemanfaatannya mesti dibuat
Daerah. (4) Partisipasi Swasta. Pemerintah harus
berdasarkan rencana tata ruang yang mendapatkan
mendorong keterlibatan pihak swasta dalam
pertimbangan Menteri/Pimpinan Instansi Pemerintah
pengelolaan pulau-pulau kecil lepas pantai yang
terkait. Terdapat Peraturan Presiden lainnya yakni
dikembangkan menjadi kawasan ekowisata bahari. (5)
Perpres No. 26 Tahun 2008 yang menetapkan kawasan
menarik kehadiran perguruan tinggi; Alasan mengapa
perbatasan sebagai Pusat Kegiatan Strategis Nasional
universitas dapat terlibat dalam pengelolaan pulau-
(PKSN). Pusat kegiatan ini mempertimbangkan
pulau terpencil adalah karena tidak hanya menjadi
kemajuan ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan
tempat penelitian pembangunan perbatasan, tetapi
hidup dengan tetap berpatokan pada terpenuhinya
juga meningkatkan kesadaran nasionalisme di
penataan ruang yang baik.
kalangan generasi muda. Kondisi seperti itu dijumpai
Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional di banyak negara yang menguasai pulau-pulau terpencil.
(PKSN) di masing-masing kawasan perbatasan Misalnya, Inggris mengatur pulau-pulau terpencil
dengan membentuk komunitas, mendirikan pangkalan sumber daya alam yang terdapat di wilayah-wilayah
militer, dan melibatkan universitas dalam perbatasan, sehingga ekonomi masyarakat tumbuh
pengelolaannya. Potensi pulau-pulau terpencil dapat dengan baik.
dilestarikan dan dieksploitasi jika pemerintah dapat
secara serius mengendalikan pulau-pulau lepas pantai KESIMPULAN
mereka dan berpartisipasi dalam meningkatkan Berbagai inisiatif pengelolaan perbatasan negara
potensi penuh perairan mereka. termasuk di dalamnya pengelolaan pulau terluar-
Potensi geo-budaya badan air dan pulau-pulau terpencil dapat dipertimbangkan dengan
terpencil juga harus dimanfaatkan untuk memperkuat memperhatikan kebutuhan masyarakat perbatasan,
pertahanan terhadap gangguan keamanan. Oleh karena pertahanan dan keamanan negara, serta kepentingan
itu, diplomasi maritim sebagai salah satu pilar utama pembangunan ekonomi dan geopolitik yang lebih luas,
dalam pembangunan keamanan maritim Indonesia namun tetap sejalan dengan prinsip pembangunan
perlu menjadi perhatian utama (Nugraha & Sudirman, berkelanjutan. Potensi yang ada di pulau-pulau
2016). Pembangunan ekonomi di pulau-pulau terpencil terpencil dapat dimanfaatkan secara optimal namun
dan daerah perbatasan harus tumbuh dan didukung tetap lestari jika pemerintah dapat secara serius
oleh stabilitas keamanan dan pertahanan. Untuk mengelola pulau-pulau lepas pantai dengan cara
menjadikan Indonesia sebagai negara maritim dunia, meningkatkan seluruh potensi yang ada di wilayah
aspek ekonomi dan keamanan tidak dapat dipisahkan tersebut. Masyarakat tidak hanya terlibat langsung
dan saling mendukung (Syahrin, 2018). dalam pemeliharaan pertahanan dan keamanan nasional
tetapi juga terlibat dalam perlindungan dan
Strategi Tata Kelola Pulau – Pulau Kecil pemanfaatan sumber daya alam sehingga memajukan
Terluar perekonomian masyarakat perbatasan dan nasional.
Menurut Desriani & Rani (2014), kajian strategi DAFTAR PUSTAKA
pertahanan wilayah pulau terluar Indonesia
menemukan bahwa pulau-pulau terluar Indonesia dapat Bengen, D. (2013). Forum Diskusi Indonesia Maritime
menerapkan strategi safety belt (sabuk pengaman) Institure. Jakarta.
yaitu pengelolaan wilayah perbatasan antar negara Chen, J., Gleason, A., Nabbs-Keller, G., Sambhi, N.,
secara sinergis dan terintegrasi dengan tujuan mampu Springer, N., & Tanu, D. (2014). New Perpective
menyelenggarakan antar pembangunan ekonomi on Indonesia: Understanding Australia’s Closest
peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat dengan Asian Neighbour. Perth: Perth USAsia Centre.
kepentingan pertahanan dan keamanan. Terkait Desriani, & Rani, F. (2014). Strategi Pertahanan Wilayah
dengan tipologi sabuk pengaman dan pertahanan batas Pulau Terluar Indonesia terhadap Malaysia (Kasus
pemanfaatan ruang, bentuknya cenderung berlapis Pulau Jemur di Provinsi Riau). Jurnal Online
sebagai berikut: Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
1. Lapisan terluar (ring) sebagai zona penyangga 1(1), 1-15.
yang membentuk batas antara kota pertahanan dengan Furchan, A. (1992). Pengantar Metode Penelitian
dunia luar. Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2017). Berita
2. Lapis kedua terdiri dari zona pendukung, yaitu
dan Siaran Pers.
zona perumahan dan infrastruktur berupa kompleks
Leong, H. K., & Ku, S. (2005). China and Southeast
perumahan militer dengan fasilitas umum dan sosial.
Asia: Global Changes and Regional Challenges.
3. Kelas inti dan menengah sebagai zona pangkalan singapore: Institute of Southeast Asian Studies.
militer Lestari, P. (2003). Kebijakan dan strategi nasional
4. Terdapat gerbang untuk melindungi lapisan inti pengelolaan pulau-pulau kecil. Jakarta: Direktorat
dan lapisan lainnya dengan baik. Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau kecil, Departemen
Kelautan dan Perikanan.
Selain dengan konsep safety belt yang juga perlu
Nugraha, M. H., & Sudirman, A. (2016). Maritime Di-
diperhatikan adalah penempatan TNI Angkatan Laut
plomacy Sebagai Strategi Pembangunan Keamanan
dan Pos Angkatan laut yang menjaga di perbatasan
Maritim Indonesia. Jurnal Wacana Politik, 1(2), 175-
yaitu dengan melakukan fungsi-fungsi pokok TNI
182.
untuk menjaga perbatasan. Selain bentuk penjagaan
Patriadi, H. B. (2010). Isu Perbatasan: Memudarnya
terhadap pulau-pulau terluar yang perlu menjadi
‘Imagined State?, dalam Mengelola Perbatasan In-
perhatian, masyarakat bersama dengan pemerintah
donesia Didunia Tanpa Batas, Isu, Permasalahan
pusat dan daerah harus bersinergi dan seirama,
dan Pilihan Kebijakan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
membangun kerjasama efektif dalam mengelola
Presiden Republik Indonesia. (2005). Peraturan Redjo, S. I., & As’ari, H. (2017). Pengelolaan
Presiden Republik Indonesia Nomor 78 Tahun Pemerintah dalam Pengaturan Pulau-Pulau Kecil
2005 Tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar. Terluar Indonesia. Jurnal Agregasi Aksi Reformasi
Presiden Republik Indonesia. (2010). Peraturan Government dalam Demokrasi, 5(2), 174-202.
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 62 Tahun Sutisna, S., Lokita, S., & Sumaryo. (2010). Boundary
2010 Tentang Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil Making Theory dan Pengelolaan Perbatasan di In-
Terluar. donesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Presiden Republik Indonesia. (2010). Peraturan Syahrin, M. N. (2018). Kebijakan Poros Maritim Jokowi
Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun dan Sinergitas Strategi Ekonomi dan Keamanan
2010 Tentang Badan Nasional Pengelola Laut Indonesia. Indonesian Prespective, 3(1), 1-
Perbatasan. 17.