ABSTRACT
Bonus Demografi adalah kondisi komposisi penduduk usia produktif (15- 64 tahun) lebih besar dibandingkan
dengan penduduk usia non produktif (dibawah 15 dan di atas 65 tahun) dalam rentangan waktu tertentu.
Pemangku kebijakan diharapkan mampu membuat kebijakan-kebijkan yang dapat men-support potensi-potensi
yang dimiliki oleh penduduk-penduduk usia produktif tersebut agar optimal dan maksimal. Harapannya adalah
munculnya kesadaran akan peran strategis penduduk usia produktif, terutama kaum muda di wilayah perbatasan
sebagai ‘motor penggerak’ bangsa. Keberadaan masyarakat perbatasan merupakan bagian dari indikator
kedaulatan negara. Sehingga Pengembangan SDM pada kawasan perbatasan memerlukan suatu langkah
strategis dan komprehensif. Wilayah perbatasan, termasuk pulau-pulau kecil terluar memiliki potensi sumber
daya alam yang cukup besar, serta merupakan wilayah yang sangat strategis bagi pertahanan dan keamanan
negara. Namun demikian, pembangunan di beberapa wilayah perbatasan masih sangat jauh tertinggal
dibandingkan dengan pembangunan di wilayah negara tetangga. Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang
tinggal di daerah ini umumnya jauh lebih rendah dibandingkan dengan kondisi sosial ekonomi warga negara
tetangga. Hal ini telah mengakibatkan timbulnya berbagai kegiatan ilegal di daerah perbatasan yang
dikhawatirkan dalam jangka panjang dapat menimbulkan berbagai kerawanan sosial sehingga menghambat
grand design Bonus Demografi Indonesia.
Permasalahan utama dari ketertinggalan pembangunan SDM berkualitas di wilayah perbatasan adalah arah
kebijakan pembangunan kewilayahan yang selama ini cenderung berorientasi ’inward looking’, sehingga
seolah-olah kawasan perbatasan hanya menjadi halaman belakang dari pembangunan SDM negara. Akibatnya,
wilayah-wilayah perbatasan dianggap bukan merupakan wilayah prioritas pembangunan oleh pemerintah pusat
maupun daerah. Pengembangan SDM diwilayah-wilayah perbatasan harus mengubah arah kebijakan
pembangunan yang selama ini cenderung berorientasi inward looking menjadi outward looking, sehingga
kawasan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara
tetangga. Daerah Perbatasan merupakan wilayah pembinaan yang luas dengan pola penyebaran penduduk yang
tidak merata, sehingga menyebabkan rentang kendali pemerintah, pengawasan dan pembinaan teritorial sulit
dilaksanakan dengan mantap dan efisien. Seluruh bentuk kegiatan atau aktivitas yang ada di daerah perbatasan
apabila tidak dikelola dengan baik akan mempunyai dampak terhadap kondisi pertahanan dan keamanan, di
tingkat regional maupun internasional baik secara langsung maupun tidak langsung. Daerah perbatasan sangat
rawan akan persembunyian kelompok GPK, penyelundupan dan kriminal lainnya termasuk terorisme, sehingga
perlu adanya kerjasama yang terpadu antar instansi terkait dalam penanganannya.
Pembangunan SDM di wilayah perbatasan khususnya diarahkan untuk mempercepat penanganan 2 (dua)
permasalahan mendasar yang dihadapi oleh pengembangan wilayah perbatasan, yaitu yang permasalahan
terkait dalam aspek kesenjangan pembangunan, serta aspek politik, hukum, dan keamanan.
Seluruh bentuk kegiatan atau aktivitas keterkaitan mata rantai proses produksi
yang ada di daerah perbatasan apabila dan distribusi antara wilayah-wilayah
tidak dikelola dengan baik akan tertinggal dengan Wilayah Strategis Cepat
mempunyai dampak terhadap kondisi Tumbuh. Fakta menunjukkan sampai
pertahanan dan keamanan, di tingkat dengan saat ini sektor pertanian masih
regional maupun internasional baik secara merupakan sektor paling dominan di
langsung maupun tidak langsung. Daerah Indonesia dan menjadi mata pencaharian
perbatasan sangat rawan akan terbesar penduduk. Usaha-usaha di sektor
persembunyian kelompok GPK, pertanian lebih banyak dilakukan di
penyelundupan dan kriminal lainnya daerah perdesaan (termasuk di dalamnya
termasuk terorisme, sehingga perlu wilayah perbatasan), oleh karena itu
adanya kerjasama yang terpadu antar pembahasan dalam rangka pengembangan
instansi terkait dalam penanganannya. SDM daerah perbatasan tidak dapat
Pembangunan di wilayah perbatasan dipisahkan dengan pembangunan sektor
khususnya diarahkan untuk mempercepat pertanian dan pembangunan perdesaan
penanganan 2 (dua) permasalahan secara umum.
mendasar yang dihadapi oleh Pada hakekatnya pembangunan
pengembangan wilayah perbatasan, yaitu SDM merupakan rangkaian upaya
yang permasalahan terkait dalam aspek pembangunan Nasional berkesinambung-
kesenjangan pembangunan, serta aspek an yang meliputi seluruh aspek kehidupan
politik, hukum, dan keamanan. masyarakat, bangsa, dan Negara.
Berbagai upaya dilakukan Pembangunan dilaksanakan untuk
Pemerintah NKRI untuk lebih mewujudkan tujuan Nasional se-
memeratakan pembangunan dan hasil- bagaimana termaktub dalam pembukaan
hasil pembangunan ke seluruh pelosok UUD 1945, yaitu melindungi segenap
Negara. Dalam rangka pengurangan bangsa dan seluruh tumpah darah
ketimpangan antar wilayah, Rencana Indonesia, memajukan kesejahteraan
Pembangunan Jangka Menengah Nasional umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
(RPJMNasional) tahun 2004 – 2009 serta ikut melaksanakan ketertiban dunia
(Perpres No. 7/2005) telah yang berdasarkan kemerdekaan,
mengamanatkan bahwa pengembangan perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
daerah tertinggal termasuk wilayah Pembangunan Nasional dilaksanakan
perbatasan terintegrasi dalam suatu sistem secara terencana, menyeluruh, terpadu,
wilayah pengembangan ekonomi, melalui terarah, bertahap, dan berkelanjutan untuk
keamanan. Hal ini karena negara tahun) dalam evolusi kependudukan yang
memiliki empat aspek yang tidak dialaminya.
dimiliki oleh aktor lain, yaitu: 1)
otoritas publik, 2) legitimasi, 3) Di Indonesia fenomena ini terjadi karena
kekuatan koersif, dan 4) mengelola proses transisi demografi yang berkembang
kepatuhan. Empat aspek inilah yang
sejak beberapa tahun lalu dipercepat oleh
membuat negara dapat menangani
permasalahan-permasalahan keberhasilan kebijakan kependudukan
keamanan baru yang sifatnnya menurunkan tingkat fertilitas, meningkatkan
nonmiliter namun berpotensi untuk
mengganggu stabilitas keamanan kualitas kesehatan dan suksesnya program-
negara dan keamanan masyarakat. program pembangunan sejak era Orde Baru
hingga sekarang.
3. METODE PENELITIAN Keberhasilan program (KB) selama
Penelitian ini mengguakan metode berpuluh tahun sebelumnya telah mampu
literature review atau studi pustaka, Studi menggeser penduduk berusia di bawah 15
Kepustakaan yaitu mengadakan penelitian tahun (anak - anak dan remaja) yang awalnya
dengan cara mempelajari dan membaca besar di bagian bawah piramida penduduk
literatur-literatur yang ada hubungannya Indonesia ke penduduk berusia lebih tua
dengan permasalahan yang menjadi obyek (produktif 15-64 tahun). Struktur piramida
penelitian. “Studi kepustakaan adalah yang menggembung di tengah semacam ini
teknik pengumpulan data dengan menguntungkan, karena dengan demikian
mengadakan studi penganalisisan serta beban ketergantungan atau dukungan
triangulasi terhadap sumber data seperti ekonomi yang harus diberikan oleh penduduk
artikel, jurnal, buku-buku, litertur- usia produktif kepada penduduk usia anak-
literatur, catatan-catatan, dan laporan- anak (di bawah 15 tahun) dan tua (di atas 64
laporan yang ada hubungannya dengan tahun) menjadi lebih ringan.
masalah yang dipecahkan.”(Nazir,1988: Kemudian muncul parameter yang disebut
111). rasio ketergantungan (dependency ratio),
yaitu rasio yang menunjukkan perbandingan
antara kelompok usia produktif dan non
4. PEMBAHASAN produktif. Rasio ini sekaligus
Bonus Demografi menggambarkan berapa banyak orang usia
Bonus demografi adalah peluang (window non produktif yang hidupnya harus
of opportunity) yang dinikmati suatu negara ditanggung oleh kelompok usia produktif.
sebagai akibat dari besarnya proporsi Semakin rendah angka rasio ketergantungan
penduduk produktif (rentang usia 15-64