Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Syaifur Rizal

NPM : 1810201043
Mata Kuliah : Manajemen Kependudukan (02)

Berdasarkan jumlah perhitungan proyeksi penduduk di Indonesia 2010 - 2035 (lihat lampiran file
pdf), Apa saja yang harus dipersiapkan oleh pemerintah Indonesia di sektor pendidikan, tenaga
kerja, ketahanan pangan, dan perumahan agar nantinya jumlah penduduk Indonesia yang
demikian besar tidak menjadikan ancaman dan tantangan bagi bangsa Indonesia? Jelaskan !

Jawaban

Proyeksi penduduk bermanfaat sebagai basis data dan target penentuan kebijakan untuk
pembangunan sektoral. Proyeksi memegang peranan penting dalam tujuannya sebagai sebuah
sistem perencanaan di masa yang akan datang. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(SPPN) merupakan satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan
rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang
dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah, yang
telah diamanatkan dalam UU No. 25 Tahun 2004.
Dari proyeksi tersebut, maka Perencanaan Pembangunan merupakan hal penting yang
harus dipersiapkan oleh pemerintah Indonesia. Adapun beberapa sektor yang perlu diperhatikan
antara lain sektor pendidikan, tenaga kerja, ketahanan pangan, dan perumahan.

a. Sektor Pendidikan
Pendidikan menjadi sektor terpenting dalam membangun generasi penerus bangsa,
terlebih di era modern seperti saat ini. Betapa dibutuhkannya pendidikan oleh para generasi
muda untuk memajukan indonesia untuk perkembangan teknologi yang sangat pesat
perkembangannya agar mampu bersaing dalam berbagai bidang di dunia internasional.
Pemerintah memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan
Indonesia, berbagai upaya telah dilakukan melalui berbagai program pendidikan sebagai
impelementasi penggunaan anggaran pendidikan 20% dari APBN. Mulai dari ketersediaan
sarana dan prasarana minimal berupa gedung sekolah yang layak, hingga sampai pada
ketersediaan berbagai fasilitas pendukung pendidikan lainnya.
Pemerintah melalui Kemendikbud meluncurkan sebuah program pendidikan, yang
dikenal dengan Pendidikan Karakter. Dominasi ranah kognitif dan psikomotorik harus
dikurangi, ranah afektif sudah seharusnya menjadi fokus utama. Sehingga terbentuklah
manusia-manusia yang berkarakter luhung, berbudi pekerti tinggi. Manusia-manusia seperti
inilah yang diharapkan mampu membawa bangsa Indonesia menjadi jauh lebih baik,
menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya tinggi agar mampu bersaing dengan
negara lain. Dengan demikian, Pemerintah diwajibkan untuk mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional bagi seluruh warga negara Indonesia.
Sistem pendidikan nasional dimaksud harus mampu menjamin pemerataan kesempatan dan
peningkatan mutu pendidikan, terutama bagi anak-anak, generasi penerus keberlangsungan
dan kejayaan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

b. Sektor Tenaga Kerja


Dalam kurun waktu 2010 – 2035, jumlah angkatan kerja secara absolut dan relatif
senantiasa bertambah dari tahun ke tahun pada kurun waktu. Angkatan kerja, yakni penduduk
yang berusia produktif (15-64 tahun), yang terdiri dari bekerja dan pencari kerja cenderung
meningkat pesat. Jumlah angkatan kerja tahun 2035 mencapai 67,3 persen dari total jumlah
penduduk yang berarti potensi sumber daya manusia berlimpah. Masalahnya adalah jika
kebanyakan dari mereka berstatus pencari kerja atau penganggur. Jumlah penganggur
dan/atau setengah penganggur yang berlebih tentu akan menjadi bencana bagi pembangunan.
Untuk itu, pemerintah telah berupada dalam melakukan berbagai macam strategi dalam
menanggulangi penggangguran dan menciptakan lapangan kerja, diantaranya :
1. Perhatian kepada Ekonomi Makro, seperti memelihara kesinambungan fiskal, stabilitas
moneter, mengembangangkan stabilitas sistem keuangan dan Meningkatkan iklim
investasi guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan (sustainable
economy grouwth) agar dapat menjamin kesinambungan pembangunan (sustainable
development).
2. Pengembangan Sektoral, seperti sekor Pertanian, Peternakan, Perkebunan, Kehutanan dan
Perikanan, Pertambangan, Industri Pengolahan, Gas, Air, Listrik, Konstruksi, dll
3. Peningkatan kualitas angkatan kerja, dengan melakukan pelatihan – pelatihan.
4. Revitalisasi Informasi Pasar Kerja dan Bursa Kerja, Adanya UU Penciptaan Lapangan
Kerja akan menjadi salah satu revitalisasi peraturan perundangan yang mendukung
pengembangan informasi pasar kerja tentang wajib lapor dan lowongan kerja
5. Pembinaan Hubungan Industrial, antara pemangku kepentingan (stake holders) terutama
antara pekerja dan pengusaha,

c. Sektor Ketahanan Pangan


Agar kebutuhan pangan masyarakat bisa tercapai, maka perlu dilakukan beberapa usaha.
Salah satunya adalah dengan cara mewujudkan ketahanan pangan. Tercermin dari tersedianya
pangan yang cukup, baik jumlah dan mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan
terjangkau. Program utama Pemerintah melalui Badan Ketahanan Pangan adalah program
diversifikasi dan ketahanan pangan masyarakat. Program tersebut diwujudkan melalui
beberapa kegiatan :
1. Pemerataan kesejahteraan dan penanganan kemiskinan dan rawan pangan. Kegiatan ini
diwujudkan melalui program pekarangan pangan lestari, pengembangan korporasi usaha
tani, program lumbung pangan masyarakat, dan program pertanian keluarga.
2. Stabilitas harga dan pasokan pangan. Kegiatan ini diwujudkan melalui pengembangan
usaha pangan masyarakat, monitoring harga dan pasokan pangan, serta cadangan pangan.
3. Peningkatan diversifikasi pangan. Kegiatan ini diwujudkan melalui pengembangan
industri pangan lokal dan gerakan konsumsi pangan beragam bergizi seimbang dan aman.
4. Pengawasan keamanan pangan dan mutu pangan segar asal tumbuhan Kegiatan ini
diwujudkan melalui pengawasan keamanan dan mutu pangan segar serta penguatan
kelembagaan OKKP.
5. Analisis, Kajian, dan Kebijakan Kegiatan ini diwujudkan melalui peta ketahanan dan
kerentanan pangan, neraca bahan makanan, sistem kewaspadaan pangan dan gizi, serta
monitoring stok beras di penggilingan dan di pedagang.

d. Sektor Perumahan
Untuk mendukung pembangunan di sektor perumahan atau properti, dibutuhkan
kolaborasi atau collaborative working. Sebab, sebesar apapun subsidi dan insentif pemerintah
untuk sektor perumahan, tidak akan berjalan dengan baik jika masing-masing stakeholder
hanya peduli dengan dirinya sendiri. Adapun kolaborasi yang dimaksud yakni dengan
berbagai pihak, antara lain Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, para pengembang
perumahan, bank penyalur KPR, dan stakeholder terkait lainnya. Dengan kebersamaan dan
dengan kerja keras, Indonesia mampu menghadapi permasalahan di sektor perumahan. Selain
itu, juga dibutuhkan skema padat karya agar masyarakat juga ikut terlibat dalam proses
pembangunan sektor perumahan, khususnya bagi MBR. Menggunakan skema padat karya
juga bertujuan untuk memberikan pekerjaan dan manfaat langsung kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai