ABSTRACT
Bonus Demografi adalah kondisi komposisi penduduk usia produktif (15- 64 tahun) lebih besar dibandingkan
dengan penduduk usia non produktif (dibawah 15 dan di atas 65 tahun) dalam rentangan waktu tertentu.
Pemangku kebijakan diharapkan mampu membuat kebijakan-kebijkan yang dapat men-support potensi-potensi
yang dimiliki oleh penduduk-penduduk usia produktif tersebut agar optimal dan maksimal. Harapannya adalah
munculnya kesadaran akan peran strategis penduduk usia produktif, terutama kaum muda sebagai ‘motor
penggerak’ bangsa. Ada beberapa syarat yang dapat dimanfaatkan dalam peluang bonus demografi yaitu
terwujudnya penduduk berkualitas dengan tersedianya pendidikan yang baik, tersedianya layanan kesehatan
yang baik, memiliki etos kerja, serta kebijakan yang menopang usia produktif agar berdaya guna. Logika
berfikirnya adalah, bagaimana akan terciptanya penduduk berkualitas, sementara masih banyaknya masyarakat
yang tidak dapat mengenyam pendidikan secara merata pada tingkat jenjang yang tinggi sebagai syarat untuk
mendapatkan lapangan pekerjaan yang baik. Jika ada penyediaan fasilitas seperti sekolah-sekolah, apakah
sudah sebagian besar dari rakyat Indonesia mampu untuk mengukutinya terutama secara finansial karena masih
mahalnya biaya sekolah atau peluang yang diberikan,termasuk akses dan fasilitas yang memadai, terutama pada
daerah-daerah terpencil atau perbatasan. Dengan demikian, ketika bonus demografi adalah pembicaraan akan
peluang yang dapat diambil dari penduduk yang hanya satu kali dimiliki suatu bangsa, maka, perlu dukungan
dari berbagai pihak yang terkait lainnya, seperti masalah kependudukan, kesehatan, pendidikan, tenaga kerja
bahkan agama. Oleh karena itu perlu adanya gerakan bersama untuk mensosialisasikan, menemukan strategi
dan memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia untuk meraih peluang bonus demografi ini.
Di Indonesia fenomena ini terjadi karena Menurut guru besar demografi Universitas
proses transisi demografi yang berkembang Indonesia (Prof. Dr Sri Moertiningsih
sejak beberapa tahun lalu dipercepat oleh Adioetomo), Indonesia sudah mendapat
keberhasilan kebijakan kependudukan bonus demografi mulai 2010 dan akan
menurunkan tingkat fertilitas, meningkatkan mencapai puncaknya sekitar tahun 2020
kualitas kesehatan dan suksesnya program- hingga tahun 2030. Berdasarkan data BPS
program pembangunan sejak era Orde Baru hasil sensus penduduk tahun 2010 angka
hingga sekarang. rasio ketergantungan kita adalah 51,3%.
Keberhasilan program (KB) selama Bonus demografi tertinggi biasanya
berpuluh tahun sebelumnya telah mampu didapatkan angka ketergantungan berada di
menggeser penduduk berusia di bawah 15 rentang antara 40-50%, yang berarti bahwa
tahun (anak - anak dan remaja) yang awalnya 100 orang usia produktif menanggung 40-50
besar di bagian bawah piramida penduduk orang usia tidak produktif.
Indonesia ke penduduk berusia lebih tua Kaum muda harapan bangsa inilah yang
(produktif 15-64 tahun). Struktur piramida akan menjadi engine of growth yang akan
yang menggembung di tengah semacam ini mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia
menguntungkan, karena dengan demikian lebih kencang lagi. Oleh karena itu
beban ketergantungan atau dukungan kesempatan seabad sekali ini harus dapat
ekonomi yang harus diberikan oleh penduduk dimanfaatkan sebaik mungkin dengan
usia produktif kepada penduduk usia anak- meningkatkan kualitas SDM melalui
anak (di bawah 15 tahun) dan tua (di atas 64 berbagai kebijakan pembangunan
tahun) menjadi lebih ringan. kependudukan.
Kemudian muncul parameter yang disebut Implementasi Kebijakan Kependudukan
rasio ketergantungan (dependency ratio), dengan Momentum Bonus Demografi
yaitu rasio yang menunjukkan perbandingan Melaksanakan misi pembangunan
antara kelompok usia produktif dan non nasional yaitu mewujudkan bangsa yang
produktif. Rasio ini sekaligus memiliki daya saing mempunyai tiga sasaran
menggambarkan berapa banyak orang usia pokok yaitu meningkatkan : Indeks
non produktif yang hidupnya harus Pembangunan Manusia (IPM), Indeks
ditanggung oleh kelompok usia produktif. Pembangunan Gender ( IPG ) dan Penduduk
Semakin rendah angka rasio ketergantungan Tumbuh Seimbang.(PTS ). Sasaran ini
suatu negara, maka negara tersebut makin menunjukkan bahwa fokus pembangunan
berpeluang mendapatkan bonus demografi. penduduk adalah dari sisi kualitas dan
kuantitas, dan institusi yang paling dekat
yang selama ini telah bergerak pada fungsi SUPAS,2005), dengan syarat angka
itu adalah BKKBN. Tugas penyerasian dan kelahiran dapat dikendalikan.
harmonisasi kebijakan tentunya berfungsi
mengkoordinasikan sektor-sektor yang Indikator Kependudukan (Antara
memikliki fungsi untuk mencapai sasaran Harapan dengan Kenyataan)
seperti pengendalian jumlah dan laju Harapan salah satu dari 11 Prioritas
pertumbuhan penduduk, sektor Nasional Kabinet Indonesia Bersatu II (2009-
pendidikan,sektor kesehatan, pemberdayaan 2014) dengan titik berat pembangunan
perempuan dan anak serta pemuda. kependudukan bidang kesehatan melalui
Keberhasilan pembangunan pendekatan preventif yaitu peningkatan
kependudukan dalam rangka menurunkan kesehatan masyarakat dan lingkungan
angka fertilitas dan peningkatan usia harapan (perluasan penyediaan air bersih,
hidup selama ini telah menghasilkan transisi pengurangan wilayah kumuh) secara
demografi yang ditandai dengan menurunnya keseluruhan dapat meningkatkan angka
angka kelahiran dan kematian serta harapan hidup dari 70,6 tahun pada 2009
peningkatan angka harapan hidup. Hal menjadi 72,0 tahun pada 2014 dan
tersebut telah mengubah struktur umur pencapaian keseluruhan sasaran Millenium
penduduk, yakni menurunnya proporsi Development Goals (MDGs) tahun 2015.
penduduk usia di bawah 15 tahun yang Pelaksanaan Program Kesehatan Preventif
diikuti dengan meningkatnya proporsi Terpadu (pemberian imunisasi dasar kepada
penduduk usia produktif (15-64 tahun) dan 90% balita pada 2014; Penyediaan akses
meningkatnya proporsi penduduk usia tua sumber air bersih yang menjangkau 67%
(65 tahun ke atas) secara perlahan. penduduk dan akses terhadap sanitasi dasar
Kondisi tersebut menyebabkan angka berkualitas yang menjangkau 75% penduduk
ketergantungan menurun yang disebut sebelum 2014; Penurunan tingkat kematian
dengan bonus demografi (Window of ibu saat melahirkan dari 307 per 100.000
Opportunity) yang menjadi landasan untuk kelahiran pada 2008 menjadi 118 pada 2014,
memicu pertumbuhan ekonomi. Bonus serta tingkat kematian bayi dari 34 per 1.000
demografi (jendela peluang) tersebut kelahiran pada 2008 menjadi 24 pada 2014)
diperkirakan akan terjadi hanya sekali saja Sasaran RPJP Tahun 2005-2025 :
dalam sejarah dan waktunya sangat pendek, a. Meningkatnya Umur Harapan Hidup
yaitu sekitar 5 tahun dari tahun 2020- 2025 (UHH) dari 69 thn pada 2005 menjadi
(Proyeksi Penduduk berdasarkan 73,7 thn pada 2025