Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Mahasiswa Administrasi Negara (JMAN), Vol. …, No.

…, Bulan Tahun | ISSN xxxxxx

UPAYA MENGHADAPI BONUS DEMOGRAFI MELALUI KEBIJAKAN


PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

Teguh Ramadan*1, Muhammad Iqbal ², Adinda Fauziyyah³


Yuni Kurniasih, S.A.P., M.Si.
Universitas Tidar, Jl. Kapten Suparman No.39, Tuguran, Potrobangsan, Kec. Magelang Utara, Kota
Magelang, Jawa Tengah 56116.
Jurusan Ilmu Administrasi Negara, FISIPOL UNTIDAR, Magelang
e-mail: iqbalkratos065755@gmail.com , adindafauziyah2@gmail.com

ABSTRACT

Bonus Demografi adalah kondisi komposisi penduduk usia produktif (15- 64 tahun) lebih besar dibandingkan
dengan penduduk usia non produktif (dibawah 15 dan di atas 65 tahun) dalam rentangan waktu tertentu.
Pemangku kebijakan diharapkan mampu membuat kebijakan-kebijkan yang dapat men-support potensi-potensi
yang dimiliki oleh penduduk-penduduk usia produktif tersebut agar optimal dan maksimal. Harapannya adalah
munculnya kesadaran akan peran strategis penduduk usia produktif, terutama kaum muda sebagai ‘motor
penggerak’ bangsa. Ada beberapa syarat yang dapat dimanfaatkan dalam peluang bonus demografi yaitu
terwujudnya penduduk berkualitas dengan tersedianya pendidikan yang baik, tersedianya layanan kesehatan
yang baik, memiliki etos kerja, serta kebijakan yang menopang usia produktif agar berdaya guna. Logika
berfikirnya adalah, bagaimana akan terciptanya penduduk berkualitas, sementara masih banyaknya masyarakat
yang tidak dapat mengenyam pendidikan secara merata pada tingkat jenjang yang tinggi sebagai syarat untuk
mendapatkan lapangan pekerjaan yang baik. Jika ada penyediaan fasilitas seperti sekolah-sekolah, apakah
sudah sebagian besar dari rakyat Indonesia mampu untuk mengukutinya terutama secara finansial karena masih
mahalnya biaya sekolah atau peluang yang diberikan,termasuk akses dan fasilitas yang memadai, terutama pada
daerah-daerah terpencil atau perbatasan. Dengan demikian, ketika bonus demografi adalah pembicaraan akan
peluang yang dapat diambil dari penduduk yang hanya satu kali dimiliki suatu bangsa, maka, perlu dukungan
dari berbagai pihak yang terkait lainnya, seperti masalah kependudukan, kesehatan, pendidikan, tenaga kerja
bahkan agama. Oleh karena itu perlu adanya gerakan bersama untuk mensosialisasikan, menemukan strategi
dan memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia untuk meraih peluang bonus demografi ini.

Keywords : Kebijakan, Kependudukan, Bonus Demografi. Peluang

1. PENDAHULUAN Kebijakan kependudukan di


Indonesia merupakan salah satu bentuk
Negara Indonesia merupakan negara
upaya pemerintah yang bertujuan untuk
yang besar dan berdaulat. Hal ini
mengatur pengendalian jumlah
tercantum pada UU No. 23 tahun 2014
pertumbuhan penduduk dengan berusaha
tentang pemerintahan daerah yang
mempengaruhi tiga variabel utama yaitu
mengatur kewenangan pemerintah daerah
kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas)
untuk mengurusi penduduknya secara
dan perpindahan penduduk (migrasi).
otonom. Setiap daerah diberikan hak dan
Pemerintah telah merapkan beberapa
kebebasan untuk mengembangkan dan
kebijakan kependudukan seperti
memajukan wilayahnya untuk sebesar-
melaksanakan program keluarga
besarnya kemakmuran rakyat

Penulis - 3 Kebijakan Pembangunan Kependudukan….………………………… 1


Jurnal Mahasiswa Administrasi Negara (JMAN), Vol. …, No. …, Bulan Tahun | ISSN xxxxxx

berencana, pembatasan usia perkawinan, kesejahteraan individu dan pada akhirnya


serta memberikan penyuluhan. kesejahteraan masyarakat sama dengan
Adanya pertumbuhan penduduk di penjumlahan dari kesejahteraan individu.
Indonesia juga dipengaruhi oleh tiga Peran Pemerintah dalam kebijakan
faktor yaitu semakin meningkatnya kependudukan pada semua tahapan
kualitas kesehatan penduduk yang terlihat kebijakan mulai pembuatan kebijakan ,
dengan ditandai berkurangnya angka pelaksanaan kebijakan, penilaian
kematian bayi, pertumbuhana ekonomi kebijakan. Kuatnya peran negara dalam
yang mendorong perbaikan gizi masalah kependudukan menyebabkan
masyarakat, kurangnya kesadaran terproyeksinya masalah kependudukan
masyarakat akan pentingnya jumlah hanya sebagai tanggung jawab monopoli
pengendalian kelahiran. pemerintah saja. Tetapi ketika terjadi
Kebijakan Kependudukan banyak perubahan sebagai dampak
merupakan kebijakan yang ditujukan globalisasi seperti penerapan otonomi
untuk mempengaruhi besar, komposisi, daerah menyebabkan lembaga-lembaga
distribusi dan tingkat perkembangan diluar pemerintah seperti DPR, DPRD,
penduduk. Alasan yang rasional mengapa LSM, Partai Politik memiliki peran yang
diperlukan kebijakan kependudukan. semakin besar. Ini berarti peran dan
Pertama, salah satu fungsi pemerintah orientasi pemerintah yang mendominasi
adalah menciptakan kesejahteraan arah dan proses kebijakan kependudukan
masyarakat (tujuan paling mendasar dari akan menjadi berubah.
setiap kebijaka pembangunan). Kedua, Oleh karena itu , perlu adanya
perilaku demografi (demografi behavior) pengkajian ulang terhadap kebijakan
terdiri dari sejumlah tindakan individu. Pembangunan kependudukan untuk
Ketiga, tindakan tersebut merupakan mengubahnya kearah yang lebih responsif
usaha untuk memaksimalkan utilitas atau dengan kondisi riil di lapangan dan
kesejahteraan individu. Keempat, kondisis masa depan. Perubahan
kesejahteraan masyarakat tidak selalu kebijakan kependudukan seiring dengan
merupakan penjumlahan dari perubahan indikator kependudukan. Pada
kesejahteraan individu. Kelima, oleh tahun 1971-1980 diperkirakan terjadi
karena itu pemerintah mempunyai peningkatan penduduk sebesar 2,32%
tanggung jawab untuk berusaha mengubah pertahun sedangkan tahun1995-2000 BPS
situasi dan kondisi sehingga memperkirakan terjadi pertumbuhan
mempengaruhi persepsi tentang sebesar 1,50% pertahun. Penurunan ini

Penulis - 3 Kebijakan Pembangunan Kependudukan….………………………… 2


Jurnal Mahasiswa Administrasi Negara (JMAN), Vol. …, No. …, Bulan Tahun | ISSN xxxxxx

terjadi karena fertilitas mengalami saja mengarahkan pada upaya


penurunan menjadi sebesar 2,78% dari pengendalian jumlah penduduk tapi juga
sebelumnya sebesar 5,20%. Angka menitikberatkan pada peningkatan
kematian bayi juga mengalami penurunan kualitas sumber daya manusianya.
dari 145(1971) menjadi 51(1997). 2. TINJAUAN PUSTAKA
Perubahan tersebut menjadi kabar baik a. Pengertian Bonus Demografi
untuk menjadi dasar dalam menyusun Bonus Demografi menurut
kebijakan baru. Perubahan kebijakan Mason (2001) dan John Ross (2004)
kependudukan harus dilakukan secara adalah keuntungan ekonomis yang
total dan mendasar karena masalah disebabkan oleh menurunnya rasio
kependudukan dan lingkup kebijakan ketergantungan sebagai hasil proses
yang terjadi di masa depan akan penurunan fertilitas jangka panjang.
mengalami perubahan yang bersifat Bonus demografi akan membawa
visioner. Misalnya kebijakan keluarga dampak pada sosial-ekonomi, dimana
berencana sebagai bentuk pengendalian angka ketergantuangan penduduk akan
fertilitas sudah dipertanyakan sangat rendah. Melimpahnya jumlah
keefektifannya pada masa sekarang dan angakatan kerja akan menguntungkan
masa depan. Seberapa besar skala dari segi pembangunan sehingga
keterlibatan dan aspirasi pemerintah memacu pertumbuhan ekonomi ke
propinsi, kabupaten/kota dapat ikut tingkat yang lebih tinggi.
mewarnai perumusan dan pelaksanaan Bonus demografi sering
kebijakan kependudukan. Permasalahan dikaitkan dengan kesempatan yang
mobilisasi(perpindahan) juga mengalami hanya akan terjadi satu kali saja bagi
hal yang sama, artinya perubahan yang semua penduduk negara yakni the
mendasar juga diperlukan dalam hal ini. window of opprtunity (Adioetomo, Sri
Dalam perubahan kebijakan ini Moertiningsih dkk, 2010). Pada
perlu menempatkan hak asasi manusia momentum tersebut jumlah angkatan
sebagai titik penting dari kebijakan kerja sangat besar, tetapi mereka
kependudukan. Kebijakan penurunan menanggung beban kelompok usia
mortalitas erat kaitannya dengan hak asasi anak dan lansia sangat rendah. Periode
manusia, hak mobilitas dan hak memiliki ini harus dimanfaatkan dengan
kehidupan layak. Oleh sebab itu, untuk semaksimal mungkin dengan
menunjang keberhasilan dalam menangani meningkatkan kualitas SDM yang
permasalahan penduduk, pemerintah tidak

Penulis - 3 Kebijakan Pembangunan Kependudukan….………………………… 3


Jurnal Mahasiswa Administrasi Negara (JMAN), Vol. …, No. …, Bulan Tahun | ISSN xxxxxx

sehingga kita bisa mendapatkan bonus fertilitas dan motralitas. Transisi


demografi tersebut. demogorafi yang dikemukakan oleh
Notestem (1945), yang berawal dari
b. Kebijakan Pembangunan
tingkat kematian tinggi, berangsur angsur
Kependudukan
beralih pada tingkat kematian yang lebih
Kebijakan Pembangunan
rendah. Pada tahap kematian rendah,
Kependudukan diletakkan dalam konteks
umumnya jumlah penduduk angkatan
pembangunan Sumber Daya Manusia
kerja jauh lebih banyak daripada usia
(SDM) yang mencakup pembangunan
balita atau lansia.
manusia sebagai subyek dan obyek, yaitu
Indikator kependudukan berasarkan
pembangunan yang mencakup seluruh
Komponen Demografi meliputi (jumlah,
siklus kehidupan manusia (life cycle
distribusi, komposisi, kelahiran (fertilitas),
approach). Secara garis besar Kebijakan
kematian (mortalitas), perpindahan )
Pembangunan Kependudukan meliputi
migrasi).Sedangkan Komponen Non-
lima aspek penting, yaitu :
Demografi meliputi (kesejahteraan,
1) Berkaitan dengan kuantitas penduduk
ketenagakerjaan).
(jumlah, struktur dan komposisi, laju
pertumbuhan, pesebaran)
2) Berkaitan dengan kualitas penduduk
3. METODE PENELITIAN
(status kesehatan dan angka kematian,
Penelitian ini menggunakan
tingkat pendidikan, angka kemiskinan).
metedologi kualitatif yang menggunakan
3)Berkaitan dengan mobilitas penduduk
hasil pengamatan dan penelahaan dokumen.
(tingkat migrasi yang mempengaruhi
Sedangkan jenis penelitian dikategorikan
persebaran penduduk antar wilayah, ,
penelitian deskriptif.
antar perkotaan dan perdesaan).
4) Keempat adalah data penduduk. 4. PEMBAHASAN
5) Kelima adalah penyerasian kebijakan Bonus Demografi
kependudukan. Bonus demografi adalah peluang (window
of opportunity) yang dinikmati suatu negara
c. Transisi Demografi dan Indikator
sebagai akibat dari besarnya proporsi
Kependudukan
penduduk produktif (rentang usia 15-64
Transisi demografi pada dasarnya
tahun) dalam evolusi kependudukan yang
menunjukkan urutan tahap – tahap
dialaminya.
perubahan dalam tingkat kelahiran dan
kematian atau lazim disebut angka

Penulis - 3 Kebijakan Pembangunan Kependudukan….………………………… 4


Jurnal Mahasiswa Administrasi Negara (JMAN), Vol. …, No. …, Bulan Tahun | ISSN xxxxxx

Di Indonesia fenomena ini terjadi karena Menurut guru besar demografi Universitas
proses transisi demografi yang berkembang Indonesia (Prof. Dr Sri Moertiningsih
sejak beberapa tahun lalu dipercepat oleh Adioetomo), Indonesia sudah mendapat
keberhasilan kebijakan kependudukan bonus demografi mulai 2010 dan akan
menurunkan tingkat fertilitas, meningkatkan mencapai puncaknya sekitar tahun 2020
kualitas kesehatan dan suksesnya program- hingga tahun 2030. Berdasarkan data BPS
program pembangunan sejak era Orde Baru hasil sensus penduduk tahun 2010 angka
hingga sekarang. rasio ketergantungan kita adalah 51,3%.
Keberhasilan program (KB) selama Bonus demografi tertinggi biasanya
berpuluh tahun sebelumnya telah mampu didapatkan angka ketergantungan berada di
menggeser penduduk berusia di bawah 15 rentang antara 40-50%, yang berarti bahwa
tahun (anak - anak dan remaja) yang awalnya 100 orang usia produktif menanggung 40-50
besar di bagian bawah piramida penduduk orang usia tidak produktif.
Indonesia ke penduduk berusia lebih tua Kaum muda harapan bangsa inilah yang
(produktif 15-64 tahun). Struktur piramida akan menjadi engine of growth yang akan
yang menggembung di tengah semacam ini mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia
menguntungkan, karena dengan demikian lebih kencang lagi. Oleh karena itu
beban ketergantungan atau dukungan kesempatan seabad sekali ini harus dapat
ekonomi yang harus diberikan oleh penduduk dimanfaatkan sebaik mungkin dengan
usia produktif kepada penduduk usia anak- meningkatkan kualitas SDM melalui
anak (di bawah 15 tahun) dan tua (di atas 64 berbagai kebijakan pembangunan
tahun) menjadi lebih ringan. kependudukan.
Kemudian muncul parameter yang disebut Implementasi Kebijakan Kependudukan
rasio ketergantungan (dependency ratio), dengan Momentum Bonus Demografi
yaitu rasio yang menunjukkan perbandingan Melaksanakan misi pembangunan
antara kelompok usia produktif dan non nasional yaitu mewujudkan bangsa yang
produktif. Rasio ini sekaligus memiliki daya saing mempunyai tiga sasaran
menggambarkan berapa banyak orang usia pokok yaitu meningkatkan : Indeks
non produktif yang hidupnya harus Pembangunan Manusia (IPM), Indeks
ditanggung oleh kelompok usia produktif. Pembangunan Gender ( IPG ) dan Penduduk
Semakin rendah angka rasio ketergantungan Tumbuh Seimbang.(PTS ). Sasaran ini
suatu negara, maka negara tersebut makin menunjukkan bahwa fokus pembangunan
berpeluang mendapatkan bonus demografi. penduduk adalah dari sisi kualitas dan
kuantitas, dan institusi yang paling dekat

Penulis - 3 Kebijakan Pembangunan Kependudukan….………………………… 5


Jurnal Mahasiswa Administrasi Negara (JMAN), Vol. …, No. …, Bulan Tahun | ISSN xxxxxx

yang selama ini telah bergerak pada fungsi SUPAS,2005), dengan syarat angka
itu adalah BKKBN. Tugas penyerasian dan kelahiran dapat dikendalikan.
harmonisasi kebijakan tentunya berfungsi
mengkoordinasikan sektor-sektor yang Indikator Kependudukan (Antara
memikliki fungsi untuk mencapai sasaran Harapan dengan Kenyataan)
seperti pengendalian jumlah dan laju Harapan salah satu dari 11 Prioritas
pertumbuhan penduduk, sektor Nasional Kabinet Indonesia Bersatu II (2009-
pendidikan,sektor kesehatan, pemberdayaan 2014) dengan titik berat pembangunan
perempuan dan anak serta pemuda. kependudukan bidang kesehatan melalui
Keberhasilan pembangunan pendekatan preventif yaitu peningkatan
kependudukan dalam rangka menurunkan kesehatan masyarakat dan lingkungan
angka fertilitas dan peningkatan usia harapan (perluasan penyediaan air bersih,
hidup selama ini telah menghasilkan transisi pengurangan wilayah kumuh) secara
demografi yang ditandai dengan menurunnya keseluruhan dapat meningkatkan angka
angka kelahiran dan kematian serta harapan hidup dari 70,6 tahun pada 2009
peningkatan angka harapan hidup. Hal menjadi 72,0 tahun pada 2014 dan
tersebut telah mengubah struktur umur pencapaian keseluruhan sasaran Millenium
penduduk, yakni menurunnya proporsi Development Goals (MDGs) tahun 2015.
penduduk usia di bawah 15 tahun yang Pelaksanaan Program Kesehatan Preventif
diikuti dengan meningkatnya proporsi Terpadu (pemberian imunisasi dasar kepada
penduduk usia produktif (15-64 tahun) dan 90% balita pada 2014; Penyediaan akses
meningkatnya proporsi penduduk usia tua sumber air bersih yang menjangkau 67%
(65 tahun ke atas) secara perlahan. penduduk dan akses terhadap sanitasi dasar
Kondisi tersebut menyebabkan angka berkualitas yang menjangkau 75% penduduk
ketergantungan menurun yang disebut sebelum 2014; Penurunan tingkat kematian
dengan bonus demografi (Window of ibu saat melahirkan dari 307 per 100.000
Opportunity) yang menjadi landasan untuk kelahiran pada 2008 menjadi 118 pada 2014,
memicu pertumbuhan ekonomi. Bonus serta tingkat kematian bayi dari 34 per 1.000
demografi (jendela peluang) tersebut kelahiran pada 2008 menjadi 24 pada 2014)
diperkirakan akan terjadi hanya sekali saja Sasaran RPJP Tahun 2005-2025 :
dalam sejarah dan waktunya sangat pendek, a. Meningkatnya Umur Harapan Hidup
yaitu sekitar 5 tahun dari tahun 2020- 2025 (UHH) dari 69 thn pada 2005 menjadi
(Proyeksi Penduduk berdasarkan 73,7 thn pada 2025

Penulis - 3 Kebijakan Pembangunan Kependudukan….………………………… 6


Jurnal Mahasiswa Administrasi Negara (JMAN), Vol. …, No. …, Bulan Tahun | ISSN xxxxxx

b. Menurunnya Angka Kematian Bayi 1. BKKBN perwakilan perlu memperbaiki


(AKB) dari 32,3 per 1.000 KH thn pemahaman bonus demograsi dan
2005 menjadi 15,5 per 1.000 KH thn sosialisasi bahwa bonus demografi akan
2025 menutup jika gagal dimanfaatkan akan
c. Menurunnya Angka Kematian Ibu dari mengalami beban ganda pembangunan.
262 per 100.000 KH thn 2005 menjadi 2. Perlunya peran aktif dari masyarakat agar
74 per 100.000 KH thn 2025 bonus demografi dapat dimanfaatkan
d. Menurunnya prevalensi gizi kurang dengan baik.
pada balita dari 26% thn 2005 menjadi 3. Perlu adanya  pengkajian ulang terhadap
9,5% thn 2025 kebijakan Pembangunan kependudukan
untuk mengubahnya kearah yang lebih
responsif dengan kondisi riil di lapangan
5. KESIMPULAN
dan kondisis masa depan.
Indonesia sudah mendapat bonus
4. Perlu adanya perubahan kebijakan
demografi mulai 2010 dan akan mencapai
kependudukan harus dilakukan secara
puncaknya sekitar tahun 2020 hingga tahun
total dan mendasar karena masalah
2030. Manfaat bonus demografi di Indonesia
kependudukan dan lingkup kebijakan
itu sendiri tidak otomatis didapatkan karena
yang terjadi di masa depan akan
perlunya perhatian khususnya di kebijakan
mengalami perubahan yang bersifat
pembangunan kependudukan agar kualitas
visioner.
dan kuantitas, dan institusi. Untuk
mewuhudkan ketiga sasaran tersebut maka
perlunya perhatian seperti masalah
DAFTAR PUSTAKA
kependudukan, kesehatan, pendidikan,
Davis, Kingsley & Judith Blake, (1974),
tenaga kerja bahkan agama. Dilain sisi
Struktur Sosial dan Fertilitas,
pemerintah sudah berupaya untuk
Lembaga Kependudukan Universitas
mewujudkannya melalui pencapaian
Gadjah Mada, Yogyakarta
keseluruhan sasaran Millenium Development
Faturochman, (2001), Reorientasi Kebijakan
Goals (MDGs) tahun 2015.
Kependudukan, Adytya Media,
Yogyakarta Freedman
SARAN
Ronald, (1983), Teori-teori Penurunan
Berikut adalah beberapa rekomendasi yang
Fertilitas: Suatu Tinjauan, Pusat
diberikan :
Penelitian dan Studi Kependudukan

Penulis - 3 Kebijakan Pembangunan Kependudukan….………………………… 7


Jurnal Mahasiswa Administrasi Negara (JMAN), Vol. …, No. …, Bulan Tahun | ISSN xxxxxx

Universitas Gadjah Mada,


Yogyakarta, 1983
Hatmadji, Sri Harijati (1981) “Fertilitas”
dalam Dasar- Dasar Demografi,
Lembaga Demografi Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia,
Jakarta
Biro Pusat Statistik, (1997), Estimasi
Fertilitas, Mortalitas dan Migrasi.
Hasil Survei PendudukAntar Sensus
(SUPAS) 1995, Seri: S3, Biro Pusat
Statistik, Jakarta

Penulis - 3 Kebijakan Pembangunan Kependudukan….………………………… 8

Anda mungkin juga menyukai