Anda di halaman 1dari 10

“Membangun Wilayah Perbatasan”

Disusun oleh :

MUHAMMAD ARIEQ FAIRUZ FIKRI 1915012033

PROGRAM STUDI S1 ARSITEKTUR

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Batas darat wilayah Republik Indonesia berbatasan langsung dengan negara-negara

Malaysia, Papua New Guinea (PNG) dan Timor Leste. Perbatasan darat Indonesia tersebar di

tiga pulau, empat Provinsi dan 15 kabupaten/kota yang masing-masing memiliki karakteristik

perbatasan yang berbeda-beda. Demikian pula negara tetangga yang berbatasannya baik bila

ditinjau dari segi kondisi sosial, ekonomi, politik maupun budayanya. Sedangkan wilayah laut

Indonesia berbatasan dengan 10 negara, yaitu India, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam,

Filipina, Republik Palau, Australia, Timor Leste dan Papua Nugini (PNG). Wilayah perbatasan

laut pada umumnya berupa pulau-pulau terluar yang jumlahnya 92 pulau dan termasuk pulau-

pulau kecil. Beberapa diantaranya masih perlu penataan dan pengelolaan yang lebih intensif

karena mempunyai kecenderungan permasalahan dengan negara tetangga.

Sebagian besar wilayah perbatasan di Indonesia masih merupakan daerah tertinggal dengan

sarana dan prasarana sosial dan ekonomi yang masih sangat terbatas. Pandangan dimasa lalu

bahwa daerah perbatasan merupakan wilayah yang perlu diawasi secara ketat karena menjadi

tempat persembunyian para pemberontak telah menjadikan paradigma pembangunan perbatasan

lebih mengutamakan pada pendekatan keamanan dari pada kesejahteraan. Sebagai wilayah

perbatasan di beberapa daerah menjadi tidak tersentuh oleh dinamika sehingga pembangunan

dan masyarakatnya pada umumnya miskin dan banyak yang berorientasi kepada negara tetangga.

Di lain pihak, salah satu negara tetangga yaitu Malaysia, telah membangun pusat-pusat
pertumbuhan dan koridor perbatasannya melalui berbagai kegiatan ekonomi dan perdagangan

yang telah memberikan keuntungan bagi pemerintah maupun masyarakatnya. Demikian juga

Timor Leste, tidak tertutup kemungkinan dimasa mendatang dalam waktu yang relatif singkat,

melalui pemanfaatan dukungan internasional, akan menjadi negara yang berkembang pesat,

sehingga jika tidak diantisipasi provinsi NTT yang ada di perbatasan dengan negara tersebut

akan tetap tertinggal.


B.      Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

1.      Bagaimana pentingnya perbatasan negara itu?

2.      Apa masalah-masalah yang rawan timbul di perbatasan negara?

3.      Bagaimana solusi mengatasi atau mencegah masalah-masalah di perbatasan negara?

C.      Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1.      Memenuhi tugas pada mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

2.      Untuk mengetahui pentingnya perbatasan Negara Indonesia.

3.      Untuk mengetahui masalah-masalah yang rawan timbul di perbatasan negara.

4.      Untuk memberi solusi menangani atau mencegah masalah-masalah di perbatasan negara.

D.     Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1.      Bagi penulis dapat menambah wawasan mengenai pentingnya perbatasan Negara Indonesia.

2.      Bagi pembaca dapat memberikan informasi mengenai pentingnya perbatasan Negara Indonesia.

E.      Metode Penulisan

       Metode yang digunakan dalam penulisan ini yaitu “Metode Kepustakaan”, pada zaman

modern ini metode kepustakaan tidak hanya berarti pergi ke perpustakaan tapi dapat pula

dilakukan dengan pergi ke warung internet (warnet). Penulis menggunakan metode ini karena

jauh lebih praktis, efektif dan efisien.


BAB II

PEMBAHASAN

A.     Pentingnya Menjaga dan Membangun Daerah Perbatasan Negara Indonesia

Tidak dipungkiri daerah perbatasan memiliki nilai strategis dan seluruh pilar komponen

bangsa hendaknya bersatu padu dengan visi dan misi untuk membangun daerah perbatasan dan

seluruh petinggi negeri memahami dan mengerti serta tahu akan pentingnya daerah perbatasan

sebagai pondasi untuk menopang wilayah yang bersebelahan dengan Negara tetangga. Bahkan

seminar mengenai daerah perbatasan sudah berulang kali akan tetapi belum kelihatan greget

realisasinya. Sebagai contoh daerah perbatasan Kalimantan dan Malaysia dimana masalah

frontier ekonomi yang menjadi kendala berporos pada dibutuhkannya anggaran yang besar untuk

membangun perekonomian penduduk daerah perbatasan, sementara kehidupan penduduk negara

tetangga perekonomiannya jauh lebih baik. Dari berbagai persoalan yang muncul seperti illegal

logging, human trafficking maupun penyerobotan wilayah ini, maka melahirkan persepsi bahwa

wilayah perbatasan adalah rawan dan rentan terhadap konflik dan pelanggaran hukum tanpa

memperhatikan persoalan-persoalan lain. Sebagai akibatnya wilayah perbatasan selalu

didefinisikan dan dipahami secara hitam putih dengan cap negatif. Hal ini merupakan satu sisi

dari realita perbatasan yang jauh lebih kompleks dan berwarna.

B.      Persoalan yang Rawan Muncul di Perbatasan Negara Indonesia

Pada umumnya daerah pebatasan belum mendapat perhatian secara proporsional. Kondisi ini

terbukti dari kurangnya sarana prasarana pengamanan daerah perbatasan dan aparat keamanan di
perbatasan. Hal ini telah menyebabkan terjadinya berbagai permasalahan seperti, perubahan

batas-batas wilayah, penyelundupan barang dan jasa serta kejahatan trans nasional (transnational

crimes). Kondisi umum daerah perbatasan dilihat dari aspek pancagatra yaitu:

1.      Aspek Ideologi

2.      Aspek Politik

3.      Aspek Ekonomi

4.      Aspek Sosial Budaya

5.      Aspek Pertahanan dan Keamanan.

B. Solusi Menangani atau Mencegah Masalah-Masalah di Perbatasan Negara Indonesia

Semua pihak hendaknya merasa pembangunan daerah perbatasan adalah kewajiban yang

harus direalisasikan bersama. Pihak Pemda merencanakan melalui survei, studi kelayakan dalam

merencanakan pembangunan prioritas apa yang harus didahulukan dan hendaknya harus sinkron

antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat termasuk pemecahan dan jalan keluarnya, karena

tanpa adanya kerjasama yang harmonis, tidak mungkin akan tercipta kesinambungan antara

pemerintah pusat dan daerah dalam penanganan masalah daerah perbatasan. TNI sendiri telah

berusaha dengan keras menjaga wilayah perbatasan khususnya sepanjang kawasan perbatasan

Kaltim dan Kalbar dengan negara Malaysia telah dibangun 41 pos serta ditempatkan sejumlah

personil TNI guna pengamanan dan memperkecil kemungkinan pelanggaran terhadap kedaulatan

perbatasan Indonesia. Walaupun dalam pelaksanaan tugasnya, personel TNI tanpa didukung

sarana dan prasarana yang memadahi semisal kendaraan khusus untuk patroli, sedangkan tiap
pos jaraknya bisa mencapai lebih dari 50 Km. Jadi “seelit” apapun pasukan TNI yang ditugaskan

dengan beban tugas yang sangat berat dimana harus melalui hutan belantara, maka akan terasa

sulit dan diluar kemampuan untuk menghadapi gangguan keamanan yang muncul pada wilayah

perbatasan.

Alternatif penanganan bagi pemerintah adalah penambahan pos perbatasan serta penambahan

personel TNI yang dilengkapi dengan sarana pendukungnya dan tidak kalah penting tentunya

pemberian stimulus dalam bentuk konkret untuk merangsang semangat para prajurit yang

bertugas di daerah perbatasan. Perlunya direalisasikan pembangunan sabuk pengaman. Sebab

sabuk pengaman dipandang penting dalam menetralisir segala kejahatan. Manfaat lain sabuk

pengaman itu sendiri adalah dapat diwujudkan untuk meningkatkan kegiatan-kegiatan

perekonomian masyarakat, sehingga seluruhnya bermuara kepada peningkatan pertahanan kita.

Terlebih bila sentra-sentra ekonomi melalui kegiatan pemda diteruskan dengan bimbingan

kepada masyarakat sebagai petani plasma, sehingga melalui pembangunan sabuk pengaman serta

pembangunan sentra-sentra ekonomi masyarakat sekitar perbatasan maka pertahanan secara

otomatis akan meningkat dan terwujud kokohnya pertahanan nasional di daerah perbatasan.

Bilamana negara belum mampu membangun sabuk pengaman, maka dapat ditemukan

alternatif lain seperti melibatkan pengusaha pribumi dengan kompensasi dari negara dengan

pembebasan lahan kanan kiri sabuk pengaman serta pelebaran tertentu yang kemudian dapat

diambil hasil hutannya dan dikompensasikan dalam bentuk jalan, yang selanjutnya bisa

dimanfaatkan sebagai perkebunan sekaligus diarahkan kepada masyarakat setempat dalam hal

pengelolaannya melalui pembinaan yang intensif sebagai petani-petani plasma.


BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

 Peran penting pemberdayaan wilayah perbatasan negara Indonesia adalah untuk

memantapkan ketahanan nasional dan terwujudnya wawasan nusantara dengan mengurangi

sumber-sumber kerawanan yang ada di wilayah perbatasan yang mengancam kesejahteraan dan

keamanan.Pada umumnya kondisi kesejahteraan dan kemanan di wilayah perbatasan masih

rendah, hal ini merupakan akibat dari belum meratanya pembangunan dan ekonomi di wilayah

perbatasan.Sedangkan dari sisi keamanan, wilayah perbatasan masihrawan dari kegiatan illegal

logging, illegal entry, illegalmining, perdagangan manusia dan penyelundupan yang termasuk

dalam kejahatan lintas negara (transnational crime) serta illegal fishing , dimana kondisi tersebut

dapat dimanfaatkan oleh negara asing untuk mencapai/memenuhi kepentingannya.

Walaupun sudah ada desentralisasi melalui UU otonomi daerah, namun pembangunan dan

pengelolaan wilayah perbatasan itu belum dilaksanakan secara sinergis antara pemerintah pusat

dan daerah serta departemen terkait, dimana pada umumnya masih berpikir sektoral. Akibatnya,

pembangunan di perbatasan tidak merata dan terjadi perbedaan ekonomi yang menyolok dengan

negara tetangga. Selain itu masyarakat di wilayah pulau-pulau terluar juga masih tertinggal dan

termarjinal karena kurangnya sarana dan prasarana. Oleh karena itu, pembentukan lembaga

khusus yang menangani masalah perbatasan sangat penting mengingat dewasa ini penanganan

masalah perbatasan negara masih ditangani oleh lembaga-lembaga yang bersifat ad hoc.

Kebijakan di bidang pertahanan dan keamanan masih mengutamakan wilayah perkotaan

yang padat penduduknya, sedangkan untuk di daerah perbatasan belum optimal. Hal ini

disebabkan keterbatasan alutsista, jumlah personil dan sulitnya sarana prasarana di daerah
perbatasan serta transportasi untuk mencapai daerah perbatasan itu sendiri. Lokasi yang jauh

dengan tingkat aksesibilitas yang rendah dan sulit dijangkau, menyebabkan daerah perbatasan

memiliki keterisolasian yang tinggi dan keterbelakangan pembangunan. Sementara itu, perhatian

pemerintah baik di pusat maupun daerah masih sangat rendah. Keterbelakangan dan kemiskinan

akibat keterisolasian, menjadi pemicu tingginya keinginan masyarakat setempat menjadi pelintas

batas, guna memperbaiki perekonomiannya. Kesenjangan sarana dan prasarana wilayah antar

kedua negara menjadi pemicu orientasi perekonomian masyarakat ke negara tetangga. Oleh

karena itu, kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau yang terpisah

membutuhkan kekuatan yang cukup besar dibidang pertahanan dan keamanan untuk

mengamankannya.

Strategi pemberdayaan potensi wilayah perbatasan Indonesia yang diupayakan adalah :

ditetapkannya batas wilayah antara NKRI dengan negara tetangga di kawasan secara

menyeluruh, sinergisnya pengelolaan wilayah perbatasan dan intensifnya

pembangunan/pembinaan masyarakat di wilayah perbatasan, terpenuhinya jumlah personel

aparat keamanan yang bertugas di daerah perbatasan dan tersedianya sarana prasarana yang

memadai serta meningkatnya pemahaman masyarakat tentang wawasan kebangsaan dan Tannas.

Konsep-konsep yang tertuang dalam kebijakan tersebut selanjutnya perlu dijabarkan dalam

strategi dan ditindak lanjuti dengan upaya-upaya konkret.

REFERENSI
http://kawasan.bappenas.go.id/index.php?catid=36:sub-direktorat-kawasan-khusus-

perbatasan&id=98:perbatasan&option=com_content&view=article

http://www.scribd.com/doc/98049896/Strategi-Pemberdayaan-Wilayah-Perbatasan

Anda mungkin juga menyukai