Anda di halaman 1dari 11

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“Membangun Wilayah Perbatasan”

Disusun oleh :

DANIS PRABANDANA 12/331439/PA/14693

PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER

JURUSAN ILMU KOMPUTER DAN ELEKTRONIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai sekitar 81.900 kilometer,
memiliki wilayah perbatasan dengan banyak negara baik perbatasan darat (kontinen) maupun
laut (maritim). Batas darat wilayah Republik Indonesia berbatasan langsung dengan negara-
negara Malaysia, Papua New Guinea (PNG) dan Timor Leste. Perbatasan darat Indonesia
tersebar di tiga pulau, empat Provinsi dan 15 kabupaten/kota yang masing-masing memiliki
karakteristik perbatasan yang berbeda-beda. Demikian pula negara tetangga yang berbatasannya
baik bila ditinjau dari segi kondisi sosial, ekonomi, politik maupun budayanya. Sedangkan
wilayah laut Indonesia berbatasan dengan 10 negara, yaitu India, Malaysia, Singapura, Thailand,
Vietnam, Filipina, Republik Palau, Australia, Timor Leste dan Papua Nugini (PNG). Wilayah
perbatasan laut pada umumnya berupa pulau-pulau terluar yang jumlahnya 92 pulau dan
termasuk pulau-pulau kecil. Beberapa diantaranya masih perlu penataan dan pengelolaan yang
lebih intensif karena mempunyai kecenderungan permasalahan dengan negara tetangga.
Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJM-Nasional 2004-2009) telah menetapkan arah dan pengembangan wilayah
Perbatasan Negara sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional. Pembangunan
wilayah perbatasan memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan misi pembangunan nasional,
terutama untuk menjamin keutuhan dan kedaulatan wilayah, pertahanan keamanan nasional,
serta meningkatkan kesejahteraan rakyat di wilayah perbatasan. Paradigma baru, pengembangan
wilayah-wilayah perbatasan adalah dengan mengubah arah kebijakan pembangunan yang selama
ini cenderung berorientasi inward looking menjadi outward looking sehingga wilayah tersebut
dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara
tetangga. Pendekatan pembangunan wilayah Perbatasan Negara menggunakan pendekatan
kesejahteraan (prosperity approach) dengan tidak meninggalkan pendekatan keamanan (security
approach). Sedangkan program pengembangan wilayah perbatasan (RPJM Nasional 2004-2009),
bertujuan untuk : (a) menjaga keutuhan wilayah NKRI melalui penetapan hak kedaulatan NKRI
yang dijamin oleh Hukum Internasional; (b) meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat
dengan menggali potensi ekonomi, sosial dan budaya serta keuntungan lokasi geografis yang
sangat strategis untuk berhubungan dengan negara tetangga. Disamping itu permasalahan
perbatasan juga dihadapkan pada permasalahan keamanan seperti separatisme dan maraknya
kegiatan-kegiatan ilegal.
Sebagian besar wilayah perbatasan di Indonesia masih merupakan daerah tertinggal dengan
sarana dan prasarana sosial dan ekonomi yang masih sangat terbatas. Pandangan dimasa lalu
bahwa daerah perbatasan merupakan wilayah yang perlu diawasi secara ketat karena menjadi
tempat persembunyian para pemberontak telah menjadikan paradigma pembangunan perbatasan
lebih mengutamakan pada pendekatan keamanan dari pada kesejahteraan. Sebagai wilayah
perbatasan di beberapa daerah menjadi tidak tersentuh oleh dinamika sehingga pembangunan
dan masyarakatnya pada umumnya miskin dan banyak yang berorientasi kepada negara tetangga.
Di lain pihak, salah satu negara tetangga yaitu Malaysia, telah membangun pusat-pusat
pertumbuhan dan koridor perbatasannya melalui berbagai kegiatan ekonomi dan perdagangan
yang telah memberikan keuntungan bagi pemerintah maupun masyarakatnya. Demikian juga
Timor Leste, tidak tertutup kemungkinan dimasa mendatang dalam waktu yang relatif singkat,
melalui pemanfaatan dukungan internasional, akan menjadi negara yang berkembang pesat,
sehingga jika tidak diantisipasi provinsi NTT yang ada di perbatasan dengan negara tersebut
akan tetap tertinggal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pentingnya perbatasan negara itu?
2. Apa masalah-masalah yang rawan timbul di perbatasan negara?
3. Bagaimana solusi mengatasi atau mencegah masalah-masalah di perbatasan negara?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi tugas pada mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Untuk mengetahui pentingnya perbatasan Negara Indonesia.
3. Untuk mengetahui masalah-masalah yang rawan timbul di perbatasan negara.
4. Untuk memberi solusi menangani atau mencegah masalah-masalah di perbatasan negara.

D. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis dapat menambah wawasan mengenai pentingnya perbatasan Negara Indonesia.
2. Bagi pembaca dapat memberikan informasi mengenai pentingnya perbatasan Negara Indonesia.

E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan ini yaitu “Metode Kepustakaan”, pada zaman
modern ini metode kepustakaan tidak hanya berarti pergi ke perpustakaan tapi dapat pula
dilakukan dengan pergi ke warung internet (warnet). Penulis menggunakan metode ini karena
jauh lebih praktis, efektif dan efisien.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pentingnya Menjaga dan Membangun Daerah Perbatasan Negara Indonesia


Daerah perbatasan merupakan wilayah pembelahan kultural sebuah komunitas yang
dianggap berasal dari satu akar budaya yang sama namun oleh kebijakan pemerintah dua negara
bertetangga, akhirnya dibagi menjadi dua entitas yang berbeda. Daerah perbatasan juga
merupakan cerminan dari tingkat kemakmuran antara dua negara dan tidak jarang, daerah ini
menjadi ajang konflik antara penduduk yang berbeda kewarganegaraannya karena tujuan-tujuan
tertentu. Bahkan daerah perbatasan merupakan salah satu wilayah yang potensial untuk
melakukan penyelundupan dan merugikan negara dalam jumlah besar, bahkan kerugian negara
untuk darat dan laut bila dinominalkan bisa mencapai ± 20 milyar US$ per tahun. Sedangkan
Kemiskinan merupakan masalah klasik di daerah perbatasan, yang sampai sekarang belum tuntas
ditangani. Daerah perbatasan juga sangat rawan terjadi tindak illegal logging dimana
penyebabnya adalah beberapa patok tapal batas Indonesia dan negara tetangga, yaitu Malaysia,
rusak dimakan waktu serta hilang atau terkubur oleh alam.
Tidak dipungkiri daerah perbatasan memiliki nilai strategis dan seluruh pilar komponen
bangsa hendaknya bersatu padu dengan visi dan misi untuk membangun daerah perbatasan dan
seluruh petinggi negeri memahami dan mengerti serta tahu akan pentingnya daerah perbatasan
sebagai pondasi untuk menopang wilayah yang bersebelahan dengan Negara tetangga. Bahkan
seminar mengenai daerah perbatasan sudah berulang kali akan tetapi belum kelihatan greget
realisasinya. Sebagai contoh daerah perbatasan Kalimantan dan Malaysia dimana masalah
frontier ekonomi yang menjadi kendala berporos pada dibutuhkannya anggaran yang besar untuk
membangun perekonomian penduduk daerah perbatasan, sementara kehidupan penduduk negara
tetangga perekonomiannya jauh lebih baik. Dari berbagai persoalan yang muncul seperti illegal
logging, human trafficking maupun penyerobotan wilayah ini, maka melahirkan persepsi bahwa
wilayah perbatasan adalah rawan dan rentan terhadap konflik dan pelanggaran hukum tanpa
memperhatikan persoalan-persoalan lain. Sebagai akibatnya wilayah perbatasan selalu
didefinisikan dan dipahami secara hitam putih dengan cap negatif. Hal ini merupakan satu sisi
dari realita perbatasan yang jauh lebih kompleks dan berwarna.
B. Persoalan yang Rawan Muncul di Perbatasan Negara Indonesia

Pada umumnya daerah pebatasan belum mendapat perhatian secara proporsional. Kondisi ini
terbukti dari kurangnya sarana prasarana pengamanan daerah perbatasan dan aparat keamanan di
perbatasan. Hal ini telah menyebabkan terjadinya berbagai permasalahan seperti, perubahan
batas-batas wilayah, penyelundupan barang dan jasa serta kejahatan trans nasional (transnational
crimes). Kondisi umum daerah perbatasan dilihat dari aspek pancagatra yaitu:

1. Aspek Ideologi - Kurangnya akses pemerintah baik pusat maupun daerah ke kawasan perbatasan
dapat menyebabkan masuknya pemahaman ideologi lain seperti paham komunis dan liberal
kapitalis, yang mengancam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dari rakyat
Indonesia. Pancasila pada era reformasi ini bukan lagi sebagai azas tunggal, namun dalam
aplikasinya pengamalan nilai-nilai Pancasila cenderung diabaikan. Masyarakat mulai enggan
untuk membicarakan Pancasila, dengan ditandai dihapuskannya Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (P4) dan digesernya Pancasila dalam mata pelajaranpokok di sekolah.
Dihadapkan dengan ideologi besardunia dan kemajuan teknologi perlu diwaspadai penganut
liberalisasi dan kapitalisme yang cenderung mencipta kansituasi yang menginginkan dirubahnya
ideologi Pancasila. Pada saat ini penghayatan dan pengamalan Pancasila sebagai ideologi negara
dan falsafah hidup bangsa tidak disosialisasikan dengan gencar seperti dulu lagi, karena
tidak seiramanya antara kata dan perbuatan dari penyelenggara negara. Oleh karena itu perlu
adanya suatu metoda pembinaan ideologi Pancasila yang terus-menerus, tetapi tidak bersifatin
doktrinasi dan yang paling penting adanya keteladanan dari para pemimpin bangsa
.

2. Aspek Politik - Perkembangan situasi politik di era reformasi masih diwarnai oleh isu
demokratisasi serta pelanggaran hak azasi manusia. Sistim pemerintahan yang sentralistik dan
otoriter di era orde baru, berubah menjadi sistem desentralistik demokratis dan terbuka di era
reformasi serta menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM). Namun perkembangan yang ada
cenderung menjurus ke anarkis dan memaksakan kehendak. Pelaksanaan otonomi daerah yang
dipahami oleh daerah cenderung kebablasan dengan terjadi banyak penyalah-gunaan wewenang
yang diwarnai oleh Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dan penyimpangan dari hakekat
otonomi. Pemekaran wilayah di daerah baik ditingkat provinsi maupun kabupaten sering
menimbulkan permasalahan yang meliputi konflik perebutan aset daerah, jabatan dan
sumberdaya manusia, hal tersebut dapat memicu terjadinya konflik horizontal maupun vertikal
yang berdampak terhadap disintegrasi bangsa. Selain itu, terjadinya krisis kepercayaan terhadap
pemerintah juga menyebabkan lemahdan kurang berwibawanya pemerintah terhadap
masyarakat. Para politikus memiliki kecenderungan berpikir dan berperilaku dalam kerangka
kepentingan golongan atau partai. Wawasan kebangsaan dan jiwa nasionalisme semakin
berkurang, hal ini ditandai dengan pola pikir yang lebih mengutamakan kepentingan
kelompoknya daripada kepentingan nasional .Kehidupan masyarakat (sosial ekonomi) di daerah
perbatasan umumnya dipengaruhi oleh kegiatan di negara tetangga. Kondisi tersebut berpotensi
untuk mengundang kerawanan di bidang politik, karena meskipun orientasi masyarakat masih
terbatas pada bidang ekonomi dan sosial, terutama apabila kehidupan ekonomi masyarakat
daerah perbatasan mempunyai ketergantungan kepada perekonomian negara tetangga, maka hal
inipun selain dapat menimbulkan kerawanan di bidang politik juga dapat menurunkan harkat dan
martabat bangsa. Situasi politik yang terjadi di negara tetangga seperti Malaysia (Serawak &
Sabah) dan Philipina Selatan akan turut mempengaruhi situasi keamanan daerah disepanjang
daerah perbatasan Kalimantan – Malaysia.

3. Aspek Ekonomi - Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan pada masa orde baru menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan tetapi tidak memiliki ketahanan ekonomi yang tahan
guncangan. Hutang nasional (swasta dan pemerintah) relatif sangat besar dan tingkat
kepercayaan dunia usaha untuk melaksanakan investasi langsung belum sepenuhnya pulih.
Kondisi tersebut merupakan kendala bagitercapainya stabilitas ekonomi Indonesia, sehingga
menjadi lebih tergantung pada negara-negara yang memiliki ekonomi yang besar. Sementara itu,
di wilayah perbatasan kegiatan perekonomian lebih banyak dilakukan dengan cara yang illegal
seperti penyelundupan. Daerah perbatasan pada umumnya merupakan daerah tertinggal
(terbelakang), hal ini bisa terjadi karena :
1) Lokasinya yang relatif terisolir (terpencil) dengan tingkat aksesibilitas yang rendah
2) Rendahnya tingkat pendidikandan kesehatan masyarakat
3) Rendahnya tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat daerah perbatasan(jumlah penduduk
miskin dan desa tertinggal)
4) Langkanya informasi tentang pemerintah dan pembangunan masyarakat didaerah perbatasan
(blank spot).
Kesenjangan sosial ekonomi masyarakat daerah perbatasan dengan masyarakat negara
tetangga mempengaruhi watak dan pola hidup masyarakat setempat dan berdampak negatif bagi
pengamanan daerah perbatasan dan rasa nasionalisme. Oleh karena itu tidak jarang daerah
perbatasan sering dijadikan sebagai pintu masuk atau tempat transit pelaku kejahatan dan teroris.

4. Aspek Sosial Budaya - Akibat globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang begitu pesat, teknologi informasi dan komunikasi terutama internet, dapat mempercepat
masuk dan berkembangnya budaya asing ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pengaruh
budaya asing tersebut banyak yang tidak sesuai dengan kebudayaan kita, dan dapat merusak
ketahanan nasional, karena mempercepat dekulturisasi yang bertentangan dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Masyarakat daerah perbatasan cenderung lebih cepat terpengaruh
oleh budaya asing, dikarenakan intensitas hubungan lebih besar dan kehidupan ekonominya
sangat tergantung dengan negara tetangga. Pada aspek sosial budaya yang lain, masyarakat yang
tinggal di sekitar wilayah perbatasan belum mengenyam pendidikan karena tiadanya sekolah dan
belum tersedianyasarana kesehatan dan terbatasnya sarana dan prasarana transportasi serta
komunikasi. Situasi yang demikian dapat menghambat terwujudnya Stabilitas Nasional dan
Pertahanan Keamanan Negara.

5. Aspek Pertahanan dan Keamanan - Daerah perbatasan merupakan wilayah pembinaan yang luas
dengan pola penyebaran penduduk yang tidak merata, sehingga menyebabkan rentang kendali
pemerintah, pengawasan dan pembinaan teritorial sulit dilaksanakan dengan mantap dan efisien.
Seluruh bentuk kegiatan atau aktifitas yang ada di daerah perbatasan apabila tidak dikelola
dengan baik akan mempunyai dampak terhadap kondisi pertahanan dan keamanan, di tingkat
regional maupun internasional baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada
aspek pertahanan dan keamanan yang lain, daerah perbatasan rawanakan persembunyian
kelompok Gerakan Pengacau Keamanan(GPK), penyelundupan dan kriminal lainnya
termasuk terorisme, sehingga perlu adanya kerjasama yang terpadu antara instansi terkait dalam
penanganannya. Selain itu, di daerah perbatasan darat sepanjang perbatasan Kalimantan dan
Malaysia telah terjadi pergeseran patok-patok perbatasan yang dilakukan oleh cukong kayu dari
Malaysia guna mengambilkayu di wilayah perbatasan. Hal ini disebabkan oleh minimnya pos
keamanan yang tidak sebanding dengan panjangnya daerah perbatasan.

B. Solusi Menangani atau Mencegah Masalah-Masalah di Perbatasan Negara Indonesia

Semua pihak hendaknya merasa pembangunan daerah perbatasan adalah kewajiban yang
harus direalisasikan bersama. Pihak Pemda merencanakan melalui survei, studi kelayakan dalam
merencanakan pembangunan prioritas apa yang harus didahulukan dan hendaknya harus sinkron
antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat termasuk pemecahan dan jalan keluarnya, karena
tanpa adanya kerjasama yang harmonis, tidak mungkin akan tercipta kesinambungan antara
pemerintah pusat dan daerah dalam penanganan masalah daerah perbatasan. TNI sendiri telah
berusaha dengan keras menjaga wilayah perbatasan khususnya sepanjang kawasan perbatasan
Kaltim dan Kalbar dengan negara Malaysia telah dibangun 41 pos serta ditempatkan sejumlah
personil TNI guna pengamanan dan memperkecil kemungkinan pelanggaran terhadap kedaulatan
perbatasan Indonesia. Walaupun dalam pelaksanaan tugasnya, personel TNI tanpa didukung
sarana dan prasarana yang memadahi semisal kendaraan khusus untuk patroli, sedangkan tiap
pos jaraknya bisa mencapai lebih dari 50 Km. Jadi “seelit” apapun pasukan TNI yang ditugaskan
dengan beban tugas yang sangat berat dimana harus melalui hutan belantara, maka akan terasa
sulit dan diluar kemampuan untuk menghadapi gangguan keamanan yang muncul pada wilayah
perbatasan.
Alternatif penanganan bagi pemerintah adalah penambahan pos perbatasan serta penambahan
personel TNI yang dilengkapi dengan sarana pendukungnya dan tidak kalah penting tentunya
pemberian stimulus dalam bentuk konkret untuk merangsang semangat para prajurit yang
bertugas di daerah perbatasan. Perlunya direalisasikan pembangunan sabuk pengaman. Sebab
sabuk pengaman dipandang penting dalam menetralisir segala kejahatan. Manfaat lain sabuk
pengaman itu sendiri adalah dapat diwujudkan untuk meningkatkan kegiatan-kegiatan
perekonomian masyarakat, sehingga seluruhnya bermuara kepada peningkatan pertahanan kita.
Terlebih bila sentra-sentra ekonomi melalui kegiatan pemda diteruskan dengan bimbingan
kepada masyarakat sebagai petani plasma, sehingga melalui pembangunan sabuk pengaman serta
pembangunan sentra-sentra ekonomi masyarakat sekitar perbatasan maka pertahanan secara
otomatis akan meningkat dan terwujud kokohnya pertahanan nasional di daerah perbatasan.
Bilamana negara belum mampu membangun sabuk pengaman, maka dapat ditemukan
alternatif lain seperti melibatkan pengusaha pribumi dengan kompensasi dari negara dengan
pembebasan lahan kanan kiri sabuk pengaman serta pelebaran tertentu yang kemudian dapat
diambil hasil hutannya dan dikompensasikan dalam bentuk jalan, yang selanjutnya bisa
dimanfaatkan sebagai perkebunan sekaligus diarahkan kepada masyarakat setempat dalam hal
pengelolaannya melalui pembinaan yang intensif sebagai petani-petani plasma.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Peran penting pemberdayaan wilayah perbatasan negara Indonesia adalah untuk
memantapkan ketahanan nasional dan terwujudnya wawasan nusantara dengan mengurangi
sumber-sumber kerawanan yang ada di wilayah perbatasan yang mengancam kesejahteraan dan
keamanan.Pada umumnya kondisi kesejahteraan dan kemanan di wilayah perbatasan masih
rendah, hal ini merupakan akibat dari belum meratanya pembangunan dan ekonomi di wilayah
perbatasan.Sedangkan dari sisi keamanan, wilayah perbatasan masihrawan dari kegiatan illegal
logging, illegal entry, illegalmining, perdagangan manusia dan penyelundupan yang termasuk
dalam kejahatan lintas negara (transnational crime) serta illegal fishing , dimana kondisi tersebut
dapat dimanfaatkan oleh negara asing untuk mencapai/memenuhi kepentingannya.
Walaupun sudah ada desentralisasi melalui UU otonomi daerah, namun pembangunan dan
pengelolaan wilayah perbatasan itu belum dilaksanakan secara sinergis antara pemerintah pusat
dan daerah serta departemen terkait, dimana pada umumnya masih berpikir sektoral. Akibatnya,
pembangunan di perbatasan tidak merata dan terjadi perbedaan ekonomi yang menyolok dengan
negara tetangga. Selain itu masyarakat di wilayah pulau-pulau terluar juga masih tertinggal dan
termarjinal karena kurangnya sarana dan prasarana. Oleh karena itu, pembentukan lembaga
khusus yang menangani masalah perbatasan sangat penting mengingat dewasa ini penanganan
masalah perbatasan negara masih ditangani oleh lembaga-lembaga yang bersifat ad hoc.
Kebijakan di bidang pertahanan dan keamanan masih mengutamakan wilayah perkotaan
yang padat penduduknya, sedangkan untuk di daerah perbatasan belum optimal. Hal ini
disebabkan keterbatasan alutsista, jumlah personil dan sulitnya sarana prasarana di daerah
perbatasan serta transportasi untuk mencapai daerah perbatasan itu sendiri. Lokasi yang jauh
dengan tingkat aksesibilitas yang rendah dan sulit dijangkau, menyebabkan daerah perbatasan
memiliki keterisolasian yang tinggi dan keterbelakangan pembangunan. Sementara itu, perhatian
pemerintah baik di pusat maupun daerah masih sangat rendah. Keterbelakangan dan kemiskinan
akibat keterisolasian, menjadi pemicu tingginya keinginan masyarakat setempat menjadi pelintas
batas, guna memperbaiki perekonomiannya. Kesenjangan sarana dan prasarana wilayah antar
kedua negara menjadi pemicu orientasi perekonomian masyarakat ke negara tetangga. Oleh
karena itu, kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau yang terpisah
membutuhkan kekuatan yang cukup besar dibidang pertahanan dan keamanan untuk
mengamankannya.
Strategi pemberdayaan potensi wilayah perbatasan Indonesia yang diupayakan adalah :
ditetapkannya batas wilayah antara NKRI dengan negara tetangga di kawasan secara
menyeluruh, sinergisnya pengelolaan wilayah perbatasan dan intensifnya
pembangunan/pembinaan masyarakat di wilayah perbatasan, terpenuhinya jumlah personel
aparat keamanan yang bertugas di daerah perbatasan dan tersedianya sarana prasarana yang
memadai serta meningkatnya pemahaman masyarakat tentang wawasan kebangsaan dan Tannas.
Konsep-konsep yang tertuang dalam kebijakan tersebut selanjutnya perlu dijabarkan dalam
strategi dan ditindak lanjuti dengan upaya-upaya konkret.

REFERENSI

http://kawasan.bappenas.go.id/index.php?catid=36:sub-direktorat-kawasan-khusus-
perbatasan&id=98:perbatasan&option=com_content&view=article

http://www.scribd.com/doc/98049896/Strategi-Pemberdayaan-Wilayah-Perbatasan

Anda mungkin juga menyukai