Anda di halaman 1dari 20

KARYA ILMIAH

PROBLEMATIKA DAN PERAN PEMERINTAH DALAM


MEMAJUKAN WILAYAH PERBATASAN

Oleh

Nama : A.Rofik
NIM : 100565201345
Kelas : 04

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2012
ABSTRAK
Wilayah perbatasan adalah suatu wilayah yang selalu identik dengan
ketertinggalan dari berbagai aspek seperti dari segi pendidikan, pertahanan dan
keamanan, kesehatan, perekonomian dan sumber daya manusia. Ketertinggalan ini
disebabkan kerena kurangnya kemampuan pihak pemerintah dalam
pengelolaannya. Seharusnya wilayah perbatasan harus di jaga dan diperlengkap
dari infrastruktur dan suprastruktur karena wilayah perbatasan merupakan
gambaran depan dari suatu negara. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan
strategi pengembangan wilayah perbatasan agar sama dengan daerah lain yang
merupakan pusat pemerintahan.
Kata kunci: wilayah perbatasan, infrastruktur perbatasan,
suprastruktur perbatasan
ABSTRACT
The border region is an area that is always synonymous with backwardness
of various aspects such as terms of education, defense and security, health,
economic and human resources. This omission caused because of a lack of
government capacity to administer. Should the border region should be on guard
and refurbishment of infrastructure and superstructure for the border region is a
picture of a country's future. This study aims to formulate a development strategy
that same border area to other regions which is the center of government.
Keywords: border, border infrastructure, border superstructure.
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha
Esa yang telah memberkati kami sehingga karya ilmiah yang berjudul
“Problematika dan Peran Pemerintah Dalam Memajukan Wilayah Perbatasan” ini
dapat diselesaikan. Kami juga mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang
yang telah membantu kami dalam pembuatan karya ilmiah ini dan berbagai
sumber yang telah kami pakai sebagai data dalam karya ilmiah ini.
Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan
dalam berbagai hal. Oleh karena itu, tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan
sangat sempurna. Begitu pula dengan karya tulis ini yang telah kami selesaikan.
Tidak semua hal dapat kami bahas dengan sempurna dalam karya ilmiah ini. Kami
melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki di
mana kami juga memiliki keterbatasan kemampuan.
Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa kami memiliki keterbatasan
dan juga kekurangan, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang
budiman. Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu
loncatan yang dapat memperbaiki karya ilmiah kami dimasa akan datang.
Dengan menyelesaikan karya ilmiah ini kami mengharapkan banyak manfaat
yang dapat dipetik dan diambil dari karya ini. Semoga dengan adanya karya
ilmiah ini dapat memberikan penjelasan tentang permasalahan yang rentan terjadi
di daerah perbatasan NKRI.

Tanjungpinang, 13 Oktober 2012

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara yang mempunyai wilayah yang luas


meliputi daratan, lautan dan memiliki garis pantai 81.900 kilometer serta memiliki
berbagai tantangan demi menjaga persatuan dan kesatuan NKRI. Posisi wilayah
indonesia terutama yang terletak di perbatasan dengan negara tetangga rawan
terhadap sengketa yang bisa mengancam keutuhan nilai-nilai nasionalisme bangsa
indonesia.
Realita yang terjadi sampai saat ini daerah perbatasan identik dengan
berbagai permasalahan yang sulit telepaskan dan terselesaikan oleh pihak
pemerintah. Padahal sudah adanya Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional telah menetapkan
arah dan pengembangan wilayah perbatasan negara sebagai salah satu pogram
prioritas pembangunan nasional dan Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2005
tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2006 yang menempatkan pembangunan
wilayah perbatasan sebagai prioritas pertama dalam mengurangi disparitas
pembangunan antarwilayah.
Akan tetapi, kedua Pepres tersebut belum bisa di implementasikan secara
baik. Hal ini di buktikan dengan masih banyaknya wilayah perbatasan yang masih
minim dari segi infrastruktur dan suprastruktur yang meliputi bidang kesehatan,
perekonomian, pertahanan, pendidikan, dan keamanan. Infrastruktur dan
suprastruktur di wilayah perbatasan sangat sulit diperoleh dibandingkan dengan
wilayah yang dekat dengan pusat pemerintahan. Hal ini dikarenakan kurangnya
peran pemerintah secara serius untuk menyelesaikan masalah tersebut melalui
sistem permerintahan otonomi daerah yang diberikan kewenangan untuk
mengatur wilayah perbatasan dengan baik.
Sebagai upaya peningkatan daerah perbatasan maka penulis sengaja
memaparkan problematika yang terjadi di wilayah perbatasan dan sering identik
dengan keterisolirannya serta mencari jalan keluar dari problematika tersebut agar
bisa menjadikan wilayah indonesia sebagai negara kesatuan yang tetap utuh
berjiwa nasionalisme dan menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka beberapa
masalah yang dapat diidentifikasi dalam karya ilmiah ini adalah :
1. Bagaimana fasilitas infrastruktur dan suprastruktur di wilayah perbatasan
NKRI ?
2. Bagaimana memajukan wilayah perbatasan yang identik dengan serba
kekurangan ?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun beberapa tujuan yang ingin di peroleh dalam penulisan karya ilmiah
ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan fenomena infrastruktur dan suprastruktur yang berada di
wilayah perbatasan ?

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun beberapa manfaat yang ingin di peroleh dalam penulisan karya
ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1. Secara teoritis penulisan karya ilmiah ini diharapkan bisa menambah
wawasan pembaca tentang wilayah perbatasan NKRI.
2. Secara praktis penulisan ini diharapkan akan memberi informasi sebagai
bahan pemikiran bagi pihak-pihak yang dalam kehidupannya akan
membutuhkan pemahaman tentang wilayah perbatasan demi meningkatkan
taraf hidup masyarakat perbatasan.

1.5 Metode Penelitian


Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan studi kepustakaan
dengan mengumpulkan beberapa referensi yang relevan. Referensi bersumber dari
buku-buku maupun media internet serta media cetak.
Referensi yang telah didapatkan tersebut kemudian dirangkum untuk
dijadikan dasar dalam penyusunan karya ilmiah ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Daerah Perbatasan
Secara umum daerah perbatasan adalah daerah yang mudah bagi imigrasi dan
mengimpor barang tertentu dari negara luar. Perbatasan antara satu negara dengan
negara lainnya ditentukan dengan perundingan negara yang bersangkutan melalui
berbagai tahap sehingga disetujui secara internasional.
Menurut O.J. Martinez (dalam Darmaputra , 2008) mengkatagorikan ada
empat tipe perbatasan yaitu:
1. Alienated borderland : suatu wilayah perbatasan yang tidak terjadi
aktifitas lintas batas.
2. Coexistent borderland: suatu wilayah perbatasan dimana konflik lintas
batas bisa ditekan sampai ke tingkat yang bisa dikendalikan meskipun
masih muncul persoalan yang belum terselesaikan.
3. Interdependent borderland: suatu wilayah perbatasan yang di kedua
sisinya secara simbolik dihubungkan oleh hubungan internasional yang
relatif stabil. Penduduk di kedua bagian daerah perbatasan, juga di kedua
negara terlibat dalam berbagai kegiatan perekonomian yang saling
menguntungkan dan kurang lebih dalam tingkat yang setara, misalnya
salah satu pihak mempunyai fasilitas produksi sementara yang lain
memiliki tenaga kerja yang murah.
4. Integrated borderland: suatu wilayah perbatasan yang kegiatan
ekonominya merupakan sebuah kesatuan, nasionalisme jauh menyurut
pada kedua negara dan keduanya tergabung dalam sebuah pesekutuan
yang erat.
Berkaitan dengan perwujudan fisik batas wilayah perbatasan, menurut Guo
(dalam Tesis kurniadi. 2009:48) batas wilayah tersebut dapat dibagi menjadi
beberapa pendekatan yaitu Natural Border, yaitu wilayah dibatasi oleh batas alam
seperti gunung, sungai, danau, laut, pantai, atau selat. Dan Artificial Border, yaitu
batas wilayah yang dapat terdiri dari batas buatan (batu, dinding), batas geometris
(menggunakan batas koordinat bumi).
BAB III
ANALISIS DAN SINTESIS
3.1 Fenomena di Daerah Perbatasan
Daerah perbatasan banyak menyimpan berbagai aneka macam masalah
bahkan sampai menjadikan daerah perbatasan menjadi tetap tertinggal dari
wilayah-wilayah lainnya padahal pemerintah pusat masih memberikan dana
kepada daerah sebesar 179,23 milliar rupiah demi melakukan pengembangan
daerah perbatasan.
Dalam dekade terakhir perhatian publik terhadap penjagaan daerah
perbatasan semakin meningkat terutama pada wilayah perbatasan antara indonesia
dan malaysia. Dalam hal ini pihak pemerintah mulai serius untuk menangani
wilayah perbatasan dengan membentuk badan nasional pengelola perbatasan
(BNPP). Akan tetapi tingginya perhatian pihak pemerintah dan masyarakat publik
terhadap masalah perbatasan ternyata belum bisa diiringi dengan kemampuan
pengelolaan sumber daya wilayah perbatasan.
Wilayah perbatasan selalu identik dengan isolir dan teringgal. Oleh karena
itu, pemerintah sengaja menetapkan pogram pembangunan daerah teringgal dalm
upaya untuk mengubah suatu wilayah yang di huni oleh sekelompok orang
dengan berbagai permasalahan sosial ekonomi dan keterbatasan fisik menjadi
daerah maju dengan sekelompok orang yang kualitas hidupnya sama dengan atau
tidak jauh tertinggal dibandingkan dengan masyarakat indonesia lainnya.
Pogram pembangunan daerah tertinggal lebih difokuskan pada percepatan
pembangunan di daerah yang keadaan sosial, budaya ekonomi, keuangan daerah,
serta kesediaan infrastruktur masih tertinggal dibanding dengan daerah lainnya.
Kekadaan ini secara umum terdapat pada daerah yang secara geografis terisolir
seperti perbatasan antar negara, daerah pulau-pulau kecil, serta daerah pedalaman.

3.2 Infrastruktur dan Suprastuktur di Wilayah Perbatasan


Ketersediaan infrastruktur dan suprastruktur sangat terbatas karena adanya
kekurangmampuan pengelolaan sumber daya wilayah perbatasan dan di ikuti
kurangnya kepedulian pemerintah daerah dalam memajukan wilayah perbatasan.
Pihak pemerintah daerah sebenarnya harus jeli dalam permasalahan di
wilayah perbatasan. Biasanya banyak kasus menunjukkan bahwa kondisi
pemerintahan daerah yang ada saat ini di satu sisi dipandang tidak lagi akomodatif
terhadap tuntutan kebutuhan masyarakat, dan di sisi lain dianggap tidak responsif
terhadap perubahan-perubahan sebagai konsekuensi dari arus globalisasi
(Sarundajang, 2002: 211).
Di bawah ini penulis akan memaparkan tentang infrastruktur dan
suprastruktur daerah perbatasan yang meliputi masalah kesehatan, perekonomian,
pertahanan, pendidikan, budaya, keamanan dan sumber daya manusia.

3.2.1 Kesehatan
Permasalahan perbatasan bukan hanya di alami di salah satu provinsi yang
ada di Indonesia akan tetapi banyak beberapa provinsi lainnya merasakan
keterisolirannya daerah perbatasan. Dalam hal ini penulis mencontohkan
bobroknya infrastruktur daerah perbatasan di daerah kalimantan barat yang
lansung berbatasan daratan dengan negara Malaysia. Di Kalimantan Barat
memiliki daerah perbatasan seluas 23.365,43 km. Masyarakat dikalimantan barat
terutama di wilayah entikong sangat membutuhkan pelayanan terhadap kesehatan
yang kemudian di dukung dengan fasilitas yang memadai.
Akan tetapi, sampai saat ini di willayah perbatasan entikong hanya memiliki
2 puskesmas dan di anggap belum mampu untuk memberikan pelayanan yang
benar-benar di lengkapi dengan fasilitas yang lengkap. Dalam hal ini masyarakat
untuk berobat sangat terbebani dengan ketidaksediaan pelayanan kesehatan yang
memadai maka masyarakat terpaksa harus pergi ke Kabupaten lain yang ada
pelayanan kesehatan yang memadai dan jaraknya sangat jauh seperti menyebrang
ke kabupaten Senggau yang berjarak 120 km dari wilayah entikong.
Apabila masyarakat berobat di wilayah negara tetangga yaitu Malaysia di
butuhkan biaya yang sangat mahal. Dalam hal ini upaya dari pemerintah yang
kembangkan oleh kementrian Kesehatan dalam mendukung tentang infrastruktur
dan suprastruktur mengenai masalah kesehatan yaitu sebagai berikut :
A. Pendayagunaan tenaga kesehatan berupa peningkatan ketersediaan.
B. Pemerataan dan kualitas sumber daya manusia.
C. Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan.
D. Dukungan pembiayaan kesehatan.
E. Dukungan peningkatan akses pelayanan.
F. Pemberdayaan masyarakat melalui berbagai kegiatan.
Penulis dalam penanganan masalah ini harus adanya lembaga masyarakat
seperti LSM yang ikut berperan dalam pemberdayaan masyarakat harus
mengingatkan pihak pemerintah untuk membangun rumah sakit yang bertaraf
internasional karena wilayah perbatasan merupakan halaman depan dari suatu
negara yang harus diperindah dan dijaga sehingga masyarakat perbatasan tidak
lagi menyebrang ke negara tetangga untuk mencari fasilitas pengobatan yang
lengkap.

3.2.2 Perekonomian
Kondisi perekonomian masyarakat di daerah perbatasan adalah pertanian
yang bersifat tradisional, perdagangan dengan sistem barter, dan sering disebut
dengan perekonomian hinterland yang lebih cenderung merugikan masyarakat
perbatasan.
Pada intinya perekonomian bermaksud untuk mensejahterakan kehidupan
masyarakat dan semestinya daerah perbatasan memang hal prioritas dalam
masalah perekonomian. Akan tetapi, fenomena yang terjadi di lapangan daerah
perbatasan tercatat 17,5% kemiskinan di negara Indonesia berada di daerah
perbatasan.tergambarkan keterpurukan ekonomi di daerah perbatasan yang pada
dasar menjadi contoh karena daerah perbatasan merupakan halaman depan dari
suatu negara.
Mengembangkan daerah perbatasan pada dasarnya tidak bisa mengandalkan
konsep akan tetapi harus menggunakan konsep yang bersifat inovatif dan kreatif
dengan modal kehandalan dan pengalaman mengelola potensi sumber daya alam
yang ada di perbatasan menjadi sumber perekonomian yang berkualitas.
Pembangunan ekonomi berupa penyediaan lapangan pekerjaan, peningkatan
pendapatan negara, dan pada akhirnya akan mewujudkan kesejahteraan
masyarakat. Penyediaan lapangan pekerjaan harus adanya intervensi dari pihak
swasta dalam memberikan lapangan pekerjaan kepada masyarakat.
Pembangunan yang sudah terlihat yang dilakukan pemerintah kabupaten dan
provinsi kalimantan timur sudah mulai membuka kunci keterisoliran dengan
membangun sarana transportasi yang akan memudahkan proses perekonomian
yang terjadi di daerah perbatasan.
Di sepanjang garis perbatasan antara negara Indonesia dan Malaysia yang
belum dapat di awasi secara baik dan terbatasnya sarana/prasarana transportasi.
Permasalahan yang terjadi di daerah perbatasan di karenakan jumlah keluarga
prasejahtera yang tinggi serta kesenjangan sosial ekonomi dengan masyarakat
diwilayah perbatasan negara tetangga. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
penyebab hal di atas adalah sebagai berikut :
A. Rendahnya mutu sumber daya manusia.
B. Minimnya infarstruktur pendukung.
C. Rendahnya produktivitas masyarakat.
D. Belum optimalnya pemanfaatan SDA di wilayah perbatasan.
Hal ini tentunya akan menyebabkan kemiskinan yang bertebaran di wilayah
perbatasan dan pada akhirnya mendorong masyarakat untuk terlibat dalam
perekonomian yang ilegal hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-
hari.
Hal ini tentunya melanggar hukum yang sudah ditetapkan dan pada akibatnya
akan menyebabkan kerawanan yang merugikan negara indonesia maupun
malaysia. Di wilayah perbatasan bukan hanya melakukan transaksi ilegal
berbentuk sembako atau kebutuhan masyarakat primer dan sekunder akan tetapi
melakukan transaksi ilegal dari segi politik dan keamanan seperti penyeludupan
senjata dan bahan-bahan peledak lainnya yang dilarang oleh negara.
Permasalahan seharusnya ada peran pemerintah dan swasta dalam
pengembangan konsep kebijakan pengembangan wilayah perbatasan sehingga bisa ,
menurut Wu , terdapat lima elemen kunci kebijakan yaitu komplementaritas ekonomi,
ketertarikan sektor swasta, intervensi pemerintah, kemampuan kerangka kerja institusi,
dan faktor budaya yang berimplikasi pada pengembangan perbatasan (dalam Tesis
kurniadi, 2009:48).
Tabel Elemen Kunci Dalam Kebijakan dan Pengembangan Perbatasan

Elemen Penting Implikasi


Economic Complementarity Sifat dari komplementaritas atau saling
melengkapi dalam faktor produksi, terbukti
mampu meningkatkan keuntungan dari kedua
belah pihak.
P rivate Sektor Interest Seperti halnya dengan pengembangan bidang
lain, pengembangan cross border bergantung
pada faktor lokasi yang menjanjikan, yang
seringkali posisinya tidak sama dengan persepsi
pemerintah. sebagai contoh adalah Shenzen yang
relatif berkembang oleh faktor kedekatan,
kemudahan transportasi, kerjasama pemerintah.
Namun dari beberapa hal tersebut yang terpenting
adalah lokasi dan komplementaritas untuk
menarik
sektor swasta berinvestasi.
Government Intervention Tidak banyak pemerintah yang memiliki sumber
daya dan ideologi untuk membangun kawasan
perbatasan tanpa melibatkan sektor swasta,
meskipun dalam banyak kasus, keterlibatan sektor
swasta berperan penting dalam kesuksesan
pembangunan. Namun dalam hal investasi yang
besar seperti di bidang infrastruktur perlu adanya
intervensi pemerintah, dimana perannya sebagai
penyedia kerangka kerja dan mengorganisasi
kegiatan untuk merangsang sektor swasta ikut
berpartisipasi.
Institutional Framework Hal ini sangat penting ketika pembangunan
secara spontan terjadi, institusi ini berguna
sebagai transisi menuju fungsi formal dari cross-
border development, dan mepromosikan serta
mengkolaborasikan pembangunan dengan melihat
faktor social dan lingkungan sebagai bagian dari
sustainabilitas pembangunan
Sumber : Thesis kurniadi, 2009:48

3.2.3 Pendidikan
Pendidikan di daerah perbatasan cenderung memprihatinkan seperti dilihat
dari segi infrasruktur sekolah yang tidak memadai. Hal ini terjadi di kabupaten
Nunukan Kaltim yang merupakan perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia
dimana sekolah dasar di daerah tersebut hanya terbuat dari kayu. Kemudian
fasilitas yang ada di dalamnya pun belum memadai seperti jumlah bangku dan
meja tidak sesuai dengan jumlah murid.
Hal ini menyebabkan proses belajar dan mengajar banyak murid yang tidak
mendapatkan kursi dan bahkan satu bangku di tempati 3 orang murid. Sekolah ini
letaknya tidak jauh dari tapal batas yang membatasi antara indonesia dan malaysia
tidak pernah mendapatkan bantuan dari pihak manapun sejak tahun 2003.
Pendidikan di daerah perbatasan sebenarnya harus di perhatikan karena
pemerintah pendidikan merupakan sesuatu yang penting demi memajukan bangsa
dan negara indonesia seperti yang tecantum dalam amanat UUD 1945 pasa 31
ayat 1 yang berbunyi “setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan” dan
ayat 2 yang berbunyi “setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya”.
Meskipun saat ini anggaran pendidikan sebanyak 20 % dari APBN akan
tetapi belum terlaksana dengan tujuan yang diharapkan. Prioritas terhadap
infrastruktur pendidikan di tujukan kepada daerah perbatasan dan daerah
tertinggal. Akan tetapi upaya pemerintah tidak bersifat kesinambungan.
Banyaknya sekolah dasar yang kondisinya rusak berat dan perlu rehabilitasi
akan tetapi perehabilitasi tersebut menggunakan dana BOS. Pada dasarnya
pemeriintah memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas
yang diawali dengan pembangunan gedung sekolah yang layak.
Pada dasarnya dengan pendidikan akan melahirkan para pemimpin-pemimpin
baru yang akan meneruskan perjuangan perjalanan bangsa indonesia.
Permasalahannya di perbatasan yang tidak mampu untuk mengenyam pendidikan
karena telah diketahui bersama bagaimana keadaan masyarakat di perbatasan adan
ironinya pendidikan di daerah perbatasan menjadi problematika bagi bangsa
indonesia dimana setiap kebijakan pemerintah mayoritas menemui kegagalan dan
kurang adanya keseriusan pemerintah yang disertai dengan akuntabilitas.
Oleh karena itu, demi menjalankan pendidikan yang baik marus harus terlebih
dahulu menjalankan sistem ekonomi yang baik dengan peran pemerintah dan
swasta agar tercipta kehidupan yang mapan dan sejahtera. Dengan upaya tersebut
masyarakat dapat mengenyam pendidikan.
3.2.4 Pertahanan dan Keamanan
Di dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang pertahanan Negara,
pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa pertahanan negara adalah segala usaha untuk
mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan
segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan
negara.
Perbatasan yang terdapat di wilayah daratan suatu wilayah ditandai dengan
tanda-tanda patok atau tugu yang sudah menjadi kesepakatan bersama antara
pemerintah negara yang memiliki batas satu daratan dengan bukti kesepakatan
yang ditandatangani bersama dibawah dewan keamanan PBB yang menangani
tentang perbatasan suatu batas negara yang merdeka.
Perbatasan batas wilayah negara berdaulat bisa ditandai dengan bentangan
memanjang bangunan berbentuk pagar batas dan hal ini biasanya merupakan
kesepakatan antar kedua belah pihak negara agar bisa menciptakan keamanan dan
memperkecil peluang untuk melakukan pelanggaran hukum.
Pemerintah pusat dalam hal pertahanan dan keamanan harus melihat kembali
strategi pertahanan dan keamanan dari wilayah NKRI. Hal ini diperlukan demi
menjaga kedaulatan wilayah dan serangan dari pihak asing. Akan tetapi
permasalahan yang sering timbul dalam wilayah perbatasan yaitu masalah
pelanggaran hukum dan penciptaan ketertiban sera minimnya prasarana dan
sarana yang menyebabkan belum optimalnya kinerja dari aparat keamanan.
Hal ini harus diperhatikan karena indonesia merupakan negara kepulauan
yang memiliki lebih dari 17.504 pulau dengan panjang garis pantai lebih dari
80.290 km, dan berbatasan dengan 10 negara tetangga. Di wilayah darat Indonesia
berbatasan dengan 3 negara, yaitu Malaysia, Papua New Guinea dan Timor Leste,
sementara di wilayah laut berbatasan dengan 10 negara, yaitu India, Thailand,
Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Palau, Papua New Guinea, Australia dan
Timor Leste.
Hal yang perlu di perhatikan yaitu penyediaan jumlah personil keamanan
karena daerah perbatasan merupakan daerah yang rawan akan konfik dan berbagai
macam pelanggaran terhadap peraturan. Pada saat ini Pemerintah melalui Kemhan
dan TNI telah menetapkan sekitar Sembilan ribu personel dalam suatu operasi
khusus di wilayah perbatasan yang rawan konflik. Jumlah personil yang
disediakan masih kurang bila dihadapkan pada kondisi wilayah demografi
perbatasan yang panjang dan luas serta banyak pulau yang tidak berpenduduk.
Terbatasnya prasarana dan sarana serta sumber daya dalam bidang pertahanan
dan keamanan sebagai contoh aparat dari pihak kepolisian dan TNI yang
minimnya kendaraan patroli. Hal ini akan menyebabkan lemahnya pengawasan di
daerah perbatasan.
Kemudian permasalahan adanya kolusi antara aparat dengan pelanggar
hukum yang bersifat ilegal. Contohnya pencurian kayu, penyeludupan barang
seperti miras dan lain sebagainya. Dan diperbatasan laut sering terjadi
permasalahan pembajakan, perompakan, penyeludupan senjata dan manusia, serta
pencurian ikan.
Isu lainnya yang dihadapi dalam pengelolaan kawasan perbatasan wilayah
NKRI yaitu kekayaan sumber daya alam yang ternyata belum bisa dimanfaatkan
secara adil, optimal dan berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat perbatasan. Bahkan terjadi pengeksploitasian sumber daya alam oleh
pihak asing secara tidak resmi (ilegal). Hal ini harus menjadi tanggungjawab
pemerintah beserta lembaga pendukung lainnya terutama lembaga keamanan agar
tidak terjadi tindakan ilegal yang cenderung merugikan negara kesatuan republik
indonesia.
Oleh kerena, pihak pemerintah pusat juga menetapkan Perpres 78 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar guna menjaga keutuhan wilayah
NKRI, keamanan nasional, pertahanan negara dan bangsa, serta menciptakan
stabilitas kawasan melalui pemanfaatan sumberdaya alam. Hal ini adalah bentuk
kepedulian dari pemerintah untuk meningkatkan pertahanan dan keamanan
meskipun belum berjalan sesuai dengan yang cita-citakan.
Upaya dari aspek keamanan dan pertahanan harus ada peningkatan kesadaran
bela Negara yang biasa dilakukan melalui sosialisasi dan pemberdayaan
organisasi kemasyarakatan yang diimplementasikan dalam ruang lingkup
pendidikan, dan ruang lingkup kehidupan lainnya yang mendukung. Dalam
mewujudkan rasa sikap bela Negara membutuhkan proses panjang dan
berkelanjutan. Kementerian Pertahanan dalam hal ini juga harus membuat
kebijakan yang sangat berperan dapan pertahanan dan keamanan indonesia
kedepan yaitu melakukan pengiriman personel aparat keamanan keluar negeri
untuk menempuh pendidikan yang lebih baik kemudian diimplementasikan dalam
sistem pertahanan dan keamanan NKRI.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Daerah perbatasan merupakan daerah yang teridentik dengan ketertinggalan


dari daerah-daerah lainnya yang meliputi aspek pendidikan, kesehatan,
perekonomian, pertahanan dan keamanan yang menjadi bayang-bayang hitam
dalam kehidupan masyarakat perbatasan. Dalam hal ini dibutuhkan peran
pemerintah dalam mengelola daerah perbatasan yang pada dasarnya merupakan
cerminan dari suatu bangsa.
Dari segi aspek pendidikan dan kesehatan masih banyak infrastruktur dan
suprastruktur yang belum memadai di daerah perbatasan seperti halnya minimnya
bantuan kepada sekolah-sekolah guna merehabilitasi bangunan serta pelayanan
kesehatan yang minim seperti yang terjadi di kalimantan barat yaitu wilayah
entikong yang hanya terdapat dua puskesmas.

4.2 Rekomendasi
Berdasarkan studi pustaka yang dilakukan, maka dapat dihasilkan
serangkaian rekomendasi mengenai prolematika dan strategi dalam upaya
memajukan daerah perbatasan yaitu agar tiap wilayah yang merupakan daerah
perbatasan bisa membentuk institusi khusus yang berwenang dalam pengelolaan
dan pengembangan kawasan perbatasan sehingga daerah perbatasan tidak
tertinggal dengan wilayah lain.
DAFTAR PUSTAKA
Sarundajang.(2002). Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.

Kurniadi, Dendy. 2009. Strategi Pengembangan Wilayah Perbatasan


Antarnegara: Memacu Pertumbuhan Ekonomi Entikong Kabupaten
Sanggau Provinsi Kalimantan Barat. Thesis diterbitkan, Semarang:
Universitas Diponegoro.

Republika.(2012).Memprihatinkan Fasilitas Pendidikan Di Perbatasan RI


Malaysia.(m.republika.co.id/berita/pendidikan / berita pendidikan
/12/05/21/m4drpe-memprihatinkan-fasilitas-pendidikan diperbatasan-
rimalaysia. di akses 14 Oktober 2012)

Wonso, Hendris. (2012). Menegakkan Panji-Panji Pendidikandi Wilayah


Perbatasan, Mungkinkah?. (radiobiomedik. blogspot. com/2012/10/
menegakkan-panji-panji-pendidikan-di.html?m=1. di akses 14
Oktober 2012)

Kompas. (2012). Perkuat pendidikan di perbatasan.


(edukasi.kompas.com/read/2011/10/01/04164058/Perkuat.Pendidikan.
di.Perbatasan. di akses 15 oktober 2012)

Kamal, Zuhdan.(2012). Kehidupan Ekonomi Masyarakat Indonesia Di Wilayah


Perbatasan Negara. (zudanzd.blogspot.com/2012/05/kehidupan-
ekonomi-masyarakat-indonesia.html?m=1, diakses 15 oktober 2012)

Utomo, Budi.(2010). Peran Pemerintah Dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan


Anak Indonesia. (budiutomo79.blogspot.com/2010/05/peran-
pemerintah-dalam-peningkatan.html?m=1, diakses 15 oktober 2012).
Pontianak post. (2012). Kesehatan Tak Memadai.
(pontianakpost.com/index.php?mib=berita.detail&id=114694, di akses
15 oktober 2012)

filsuf, gaul. 2012. Perbatasan: Sebuah Konsep Mendasar. (Filsufgaul’s


Weblog.htm, diakses 15 oktober 2012)

Hadi, Suprayoga. 2010. Isu-Isu Strategis Pengelolaan Kawasan Perbatasan.


(http:// www. pertahanan dan keamanan/pertahanan.html, diakses 16
Oktober 2012)
Rosadi, Ari. 24 April 2012. Pengembangan perbatasan. Peduli, hlm. 1 dan 19.
Daftar Riwayat Hidup

Nama lengkap : A.Rofik


Tempat dan tanggal lahir : Jln. Parit Muda, 12 Juli
1992
Karya-karya ilmiah yang pernah dibuat :
- Penghargaan-penghargaan ilmiah :-

Anda mungkin juga menyukai