Oleh
Nama : A.Rofik
NIM : 100565201345
Kelas : 04
Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha
Esa yang telah memberkati kami sehingga karya ilmiah yang berjudul
“Problematika dan Peran Pemerintah Dalam Memajukan Wilayah Perbatasan” ini
dapat diselesaikan. Kami juga mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang
yang telah membantu kami dalam pembuatan karya ilmiah ini dan berbagai
sumber yang telah kami pakai sebagai data dalam karya ilmiah ini.
Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan
dalam berbagai hal. Oleh karena itu, tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan
sangat sempurna. Begitu pula dengan karya tulis ini yang telah kami selesaikan.
Tidak semua hal dapat kami bahas dengan sempurna dalam karya ilmiah ini. Kami
melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki di
mana kami juga memiliki keterbatasan kemampuan.
Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa kami memiliki keterbatasan
dan juga kekurangan, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang
budiman. Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu
loncatan yang dapat memperbaiki karya ilmiah kami dimasa akan datang.
Dengan menyelesaikan karya ilmiah ini kami mengharapkan banyak manfaat
yang dapat dipetik dan diambil dari karya ini. Semoga dengan adanya karya
ilmiah ini dapat memberikan penjelasan tentang permasalahan yang rentan terjadi
di daerah perbatasan NKRI.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
3.2.1 Kesehatan
Permasalahan perbatasan bukan hanya di alami di salah satu provinsi yang
ada di Indonesia akan tetapi banyak beberapa provinsi lainnya merasakan
keterisolirannya daerah perbatasan. Dalam hal ini penulis mencontohkan
bobroknya infrastruktur daerah perbatasan di daerah kalimantan barat yang
lansung berbatasan daratan dengan negara Malaysia. Di Kalimantan Barat
memiliki daerah perbatasan seluas 23.365,43 km. Masyarakat dikalimantan barat
terutama di wilayah entikong sangat membutuhkan pelayanan terhadap kesehatan
yang kemudian di dukung dengan fasilitas yang memadai.
Akan tetapi, sampai saat ini di willayah perbatasan entikong hanya memiliki
2 puskesmas dan di anggap belum mampu untuk memberikan pelayanan yang
benar-benar di lengkapi dengan fasilitas yang lengkap. Dalam hal ini masyarakat
untuk berobat sangat terbebani dengan ketidaksediaan pelayanan kesehatan yang
memadai maka masyarakat terpaksa harus pergi ke Kabupaten lain yang ada
pelayanan kesehatan yang memadai dan jaraknya sangat jauh seperti menyebrang
ke kabupaten Senggau yang berjarak 120 km dari wilayah entikong.
Apabila masyarakat berobat di wilayah negara tetangga yaitu Malaysia di
butuhkan biaya yang sangat mahal. Dalam hal ini upaya dari pemerintah yang
kembangkan oleh kementrian Kesehatan dalam mendukung tentang infrastruktur
dan suprastruktur mengenai masalah kesehatan yaitu sebagai berikut :
A. Pendayagunaan tenaga kesehatan berupa peningkatan ketersediaan.
B. Pemerataan dan kualitas sumber daya manusia.
C. Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan.
D. Dukungan pembiayaan kesehatan.
E. Dukungan peningkatan akses pelayanan.
F. Pemberdayaan masyarakat melalui berbagai kegiatan.
Penulis dalam penanganan masalah ini harus adanya lembaga masyarakat
seperti LSM yang ikut berperan dalam pemberdayaan masyarakat harus
mengingatkan pihak pemerintah untuk membangun rumah sakit yang bertaraf
internasional karena wilayah perbatasan merupakan halaman depan dari suatu
negara yang harus diperindah dan dijaga sehingga masyarakat perbatasan tidak
lagi menyebrang ke negara tetangga untuk mencari fasilitas pengobatan yang
lengkap.
3.2.2 Perekonomian
Kondisi perekonomian masyarakat di daerah perbatasan adalah pertanian
yang bersifat tradisional, perdagangan dengan sistem barter, dan sering disebut
dengan perekonomian hinterland yang lebih cenderung merugikan masyarakat
perbatasan.
Pada intinya perekonomian bermaksud untuk mensejahterakan kehidupan
masyarakat dan semestinya daerah perbatasan memang hal prioritas dalam
masalah perekonomian. Akan tetapi, fenomena yang terjadi di lapangan daerah
perbatasan tercatat 17,5% kemiskinan di negara Indonesia berada di daerah
perbatasan.tergambarkan keterpurukan ekonomi di daerah perbatasan yang pada
dasar menjadi contoh karena daerah perbatasan merupakan halaman depan dari
suatu negara.
Mengembangkan daerah perbatasan pada dasarnya tidak bisa mengandalkan
konsep akan tetapi harus menggunakan konsep yang bersifat inovatif dan kreatif
dengan modal kehandalan dan pengalaman mengelola potensi sumber daya alam
yang ada di perbatasan menjadi sumber perekonomian yang berkualitas.
Pembangunan ekonomi berupa penyediaan lapangan pekerjaan, peningkatan
pendapatan negara, dan pada akhirnya akan mewujudkan kesejahteraan
masyarakat. Penyediaan lapangan pekerjaan harus adanya intervensi dari pihak
swasta dalam memberikan lapangan pekerjaan kepada masyarakat.
Pembangunan yang sudah terlihat yang dilakukan pemerintah kabupaten dan
provinsi kalimantan timur sudah mulai membuka kunci keterisoliran dengan
membangun sarana transportasi yang akan memudahkan proses perekonomian
yang terjadi di daerah perbatasan.
Di sepanjang garis perbatasan antara negara Indonesia dan Malaysia yang
belum dapat di awasi secara baik dan terbatasnya sarana/prasarana transportasi.
Permasalahan yang terjadi di daerah perbatasan di karenakan jumlah keluarga
prasejahtera yang tinggi serta kesenjangan sosial ekonomi dengan masyarakat
diwilayah perbatasan negara tetangga. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
penyebab hal di atas adalah sebagai berikut :
A. Rendahnya mutu sumber daya manusia.
B. Minimnya infarstruktur pendukung.
C. Rendahnya produktivitas masyarakat.
D. Belum optimalnya pemanfaatan SDA di wilayah perbatasan.
Hal ini tentunya akan menyebabkan kemiskinan yang bertebaran di wilayah
perbatasan dan pada akhirnya mendorong masyarakat untuk terlibat dalam
perekonomian yang ilegal hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-
hari.
Hal ini tentunya melanggar hukum yang sudah ditetapkan dan pada akibatnya
akan menyebabkan kerawanan yang merugikan negara indonesia maupun
malaysia. Di wilayah perbatasan bukan hanya melakukan transaksi ilegal
berbentuk sembako atau kebutuhan masyarakat primer dan sekunder akan tetapi
melakukan transaksi ilegal dari segi politik dan keamanan seperti penyeludupan
senjata dan bahan-bahan peledak lainnya yang dilarang oleh negara.
Permasalahan seharusnya ada peran pemerintah dan swasta dalam
pengembangan konsep kebijakan pengembangan wilayah perbatasan sehingga bisa ,
menurut Wu , terdapat lima elemen kunci kebijakan yaitu komplementaritas ekonomi,
ketertarikan sektor swasta, intervensi pemerintah, kemampuan kerangka kerja institusi,
dan faktor budaya yang berimplikasi pada pengembangan perbatasan (dalam Tesis
kurniadi, 2009:48).
Tabel Elemen Kunci Dalam Kebijakan dan Pengembangan Perbatasan
3.2.3 Pendidikan
Pendidikan di daerah perbatasan cenderung memprihatinkan seperti dilihat
dari segi infrasruktur sekolah yang tidak memadai. Hal ini terjadi di kabupaten
Nunukan Kaltim yang merupakan perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia
dimana sekolah dasar di daerah tersebut hanya terbuat dari kayu. Kemudian
fasilitas yang ada di dalamnya pun belum memadai seperti jumlah bangku dan
meja tidak sesuai dengan jumlah murid.
Hal ini menyebabkan proses belajar dan mengajar banyak murid yang tidak
mendapatkan kursi dan bahkan satu bangku di tempati 3 orang murid. Sekolah ini
letaknya tidak jauh dari tapal batas yang membatasi antara indonesia dan malaysia
tidak pernah mendapatkan bantuan dari pihak manapun sejak tahun 2003.
Pendidikan di daerah perbatasan sebenarnya harus di perhatikan karena
pemerintah pendidikan merupakan sesuatu yang penting demi memajukan bangsa
dan negara indonesia seperti yang tecantum dalam amanat UUD 1945 pasa 31
ayat 1 yang berbunyi “setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan” dan
ayat 2 yang berbunyi “setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya”.
Meskipun saat ini anggaran pendidikan sebanyak 20 % dari APBN akan
tetapi belum terlaksana dengan tujuan yang diharapkan. Prioritas terhadap
infrastruktur pendidikan di tujukan kepada daerah perbatasan dan daerah
tertinggal. Akan tetapi upaya pemerintah tidak bersifat kesinambungan.
Banyaknya sekolah dasar yang kondisinya rusak berat dan perlu rehabilitasi
akan tetapi perehabilitasi tersebut menggunakan dana BOS. Pada dasarnya
pemeriintah memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas
yang diawali dengan pembangunan gedung sekolah yang layak.
Pada dasarnya dengan pendidikan akan melahirkan para pemimpin-pemimpin
baru yang akan meneruskan perjuangan perjalanan bangsa indonesia.
Permasalahannya di perbatasan yang tidak mampu untuk mengenyam pendidikan
karena telah diketahui bersama bagaimana keadaan masyarakat di perbatasan adan
ironinya pendidikan di daerah perbatasan menjadi problematika bagi bangsa
indonesia dimana setiap kebijakan pemerintah mayoritas menemui kegagalan dan
kurang adanya keseriusan pemerintah yang disertai dengan akuntabilitas.
Oleh karena itu, demi menjalankan pendidikan yang baik marus harus terlebih
dahulu menjalankan sistem ekonomi yang baik dengan peran pemerintah dan
swasta agar tercipta kehidupan yang mapan dan sejahtera. Dengan upaya tersebut
masyarakat dapat mengenyam pendidikan.
3.2.4 Pertahanan dan Keamanan
Di dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang pertahanan Negara,
pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa pertahanan negara adalah segala usaha untuk
mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan
segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan
negara.
Perbatasan yang terdapat di wilayah daratan suatu wilayah ditandai dengan
tanda-tanda patok atau tugu yang sudah menjadi kesepakatan bersama antara
pemerintah negara yang memiliki batas satu daratan dengan bukti kesepakatan
yang ditandatangani bersama dibawah dewan keamanan PBB yang menangani
tentang perbatasan suatu batas negara yang merdeka.
Perbatasan batas wilayah negara berdaulat bisa ditandai dengan bentangan
memanjang bangunan berbentuk pagar batas dan hal ini biasanya merupakan
kesepakatan antar kedua belah pihak negara agar bisa menciptakan keamanan dan
memperkecil peluang untuk melakukan pelanggaran hukum.
Pemerintah pusat dalam hal pertahanan dan keamanan harus melihat kembali
strategi pertahanan dan keamanan dari wilayah NKRI. Hal ini diperlukan demi
menjaga kedaulatan wilayah dan serangan dari pihak asing. Akan tetapi
permasalahan yang sering timbul dalam wilayah perbatasan yaitu masalah
pelanggaran hukum dan penciptaan ketertiban sera minimnya prasarana dan
sarana yang menyebabkan belum optimalnya kinerja dari aparat keamanan.
Hal ini harus diperhatikan karena indonesia merupakan negara kepulauan
yang memiliki lebih dari 17.504 pulau dengan panjang garis pantai lebih dari
80.290 km, dan berbatasan dengan 10 negara tetangga. Di wilayah darat Indonesia
berbatasan dengan 3 negara, yaitu Malaysia, Papua New Guinea dan Timor Leste,
sementara di wilayah laut berbatasan dengan 10 negara, yaitu India, Thailand,
Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Palau, Papua New Guinea, Australia dan
Timor Leste.
Hal yang perlu di perhatikan yaitu penyediaan jumlah personil keamanan
karena daerah perbatasan merupakan daerah yang rawan akan konfik dan berbagai
macam pelanggaran terhadap peraturan. Pada saat ini Pemerintah melalui Kemhan
dan TNI telah menetapkan sekitar Sembilan ribu personel dalam suatu operasi
khusus di wilayah perbatasan yang rawan konflik. Jumlah personil yang
disediakan masih kurang bila dihadapkan pada kondisi wilayah demografi
perbatasan yang panjang dan luas serta banyak pulau yang tidak berpenduduk.
Terbatasnya prasarana dan sarana serta sumber daya dalam bidang pertahanan
dan keamanan sebagai contoh aparat dari pihak kepolisian dan TNI yang
minimnya kendaraan patroli. Hal ini akan menyebabkan lemahnya pengawasan di
daerah perbatasan.
Kemudian permasalahan adanya kolusi antara aparat dengan pelanggar
hukum yang bersifat ilegal. Contohnya pencurian kayu, penyeludupan barang
seperti miras dan lain sebagainya. Dan diperbatasan laut sering terjadi
permasalahan pembajakan, perompakan, penyeludupan senjata dan manusia, serta
pencurian ikan.
Isu lainnya yang dihadapi dalam pengelolaan kawasan perbatasan wilayah
NKRI yaitu kekayaan sumber daya alam yang ternyata belum bisa dimanfaatkan
secara adil, optimal dan berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat perbatasan. Bahkan terjadi pengeksploitasian sumber daya alam oleh
pihak asing secara tidak resmi (ilegal). Hal ini harus menjadi tanggungjawab
pemerintah beserta lembaga pendukung lainnya terutama lembaga keamanan agar
tidak terjadi tindakan ilegal yang cenderung merugikan negara kesatuan republik
indonesia.
Oleh kerena, pihak pemerintah pusat juga menetapkan Perpres 78 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar guna menjaga keutuhan wilayah
NKRI, keamanan nasional, pertahanan negara dan bangsa, serta menciptakan
stabilitas kawasan melalui pemanfaatan sumberdaya alam. Hal ini adalah bentuk
kepedulian dari pemerintah untuk meningkatkan pertahanan dan keamanan
meskipun belum berjalan sesuai dengan yang cita-citakan.
Upaya dari aspek keamanan dan pertahanan harus ada peningkatan kesadaran
bela Negara yang biasa dilakukan melalui sosialisasi dan pemberdayaan
organisasi kemasyarakatan yang diimplementasikan dalam ruang lingkup
pendidikan, dan ruang lingkup kehidupan lainnya yang mendukung. Dalam
mewujudkan rasa sikap bela Negara membutuhkan proses panjang dan
berkelanjutan. Kementerian Pertahanan dalam hal ini juga harus membuat
kebijakan yang sangat berperan dapan pertahanan dan keamanan indonesia
kedepan yaitu melakukan pengiriman personel aparat keamanan keluar negeri
untuk menempuh pendidikan yang lebih baik kemudian diimplementasikan dalam
sistem pertahanan dan keamanan NKRI.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Rekomendasi
Berdasarkan studi pustaka yang dilakukan, maka dapat dihasilkan
serangkaian rekomendasi mengenai prolematika dan strategi dalam upaya
memajukan daerah perbatasan yaitu agar tiap wilayah yang merupakan daerah
perbatasan bisa membentuk institusi khusus yang berwenang dalam pengelolaan
dan pengembangan kawasan perbatasan sehingga daerah perbatasan tidak
tertinggal dengan wilayah lain.
DAFTAR PUSTAKA
Sarundajang.(2002). Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.