Anda di halaman 1dari 8

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TANJUNGPURA

KOTA PONTIANAK

MAKALAH
ANALISI PERBANDINGAN HUKUM LINGKUNGAN DI BERBAGAI NEGARA
Mata Kuliah : HUKUM LINGKUNGAN
Dosen Pengampu : 1. Prof. Dr. H. Kamarullah , SH,M.HUM./n
2. Siti Aminah , S.H.,M.H.
NIK

DISUSUN OLEH :

Muhammad Rafiuddin ( A1011221122 )


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-
Nya yang tiada terhingga. Dalam kesempatan ini, dengan rasa hormat dan penuh keikhlasan,
kami mempersembahkan makalah yang membahas tentang "PEMIKIRAN EKONOMI NEO-
KEYNES DAN PASCA KEYNES”.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas Ekonomi Sejarah
Pemikiran. Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Romi Suradi,S.EI.,M.E. Selaku
dosen pengampu mata kuliah ekonomi sejarah pemikiran. Kami berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat dan kontribusi bagi para pembaca yang tertarik dengan topik ini.
Terima Kasih atas waktu dan perhatiannya. Semoga makalah ini bermanfaat dan menjadi
berkah bagi kita semua

Pontianak, 1 Desember 2023

1
Kelompok 11

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
Latar Belakang 3
Pembahasan 4
Ketik judul bab (Tingkat 2) 5
Ketik judul bab (Tingkat 3)6

3
A. LATAR BELAKANG

Latar belakang pengelolaan perbatasan negara menggunakan empat dimensi menurut


Stephen B. yaitu allocation, delimitation, demarcation, dan administration/management.
Jones berpendapat bahwa keempat dimensi tersebut harus diperhatikan dalam pengelolaan
perbatasan negara agar dapat dilakukan dengan baik dan efektif

karena adanya permasalahan dalam pengelolaan perbatasan negara, seperti penentuan


batas, pengamanan kawasan perbatasan, dan kesenjangan sosial ekonomi masyarakat di
wilayah perbatasan negara.

Wilayah perbatasan negara merupakan manifestasi utama kedaulatan wilayah suatu


negara. Permasalahan menyangkut perbatasan memiliki dimensi yang sangat kompleks.
Tulisan ini akan menjelaskan tentang konsepsi dan pengelolaan wilayah perbatasan negara
dari perspektif hukum internasional. Dari perspektif hukum internasional, wilayah perbatasan
adalah batas terluar dari negara yang berupa garis imajiner yang memisahkan negara
dengan negara lain baik darat, laut atau udara yang harus diatur melalui perjanjian.

Sehubungan dengan pengelolaan perbatasan negara, “penguasaan efektif” terbukti


menjadi hal yang signifikan untuk menghilangkan ancaman terhadap eksistensi kedaulatan
teritorial suatu negara. Meski begitu, pembangunan wilayah perbatasan tidak bisa hanya
menggunakan perspektif geografis dan perspektif politik saja, tetapi juga harus
menggunakan perspektif sosial karena akan berbicara tentang orang-orang yang menghuni
dan melintasi perbatasan

4
B. PEMBAHASAN

A. Allocation dalam pengelolaan perbatasan Kalimantan Barat-Sarawak berkaitan


dengan penentuan hak-hak dan kewajiban negara yang berbatasan, termasuk penentuan
batas wilayah negara, hak penggunaan sumber daya alam, dan hak kepemilikan atas
wilayah perbatasan. Dalam pengelolaan perbatasan Kalimantan Barat-Sarawak, proses
allocation dilakukan dengan memperhatikan aspek geografis, sejarah, budaya, dan politik,
serta memperhatikan prinsip-prinsip hukum internasional Penentuan batas wilayah negara di
Kalimantan Barat-Sarawak telah diselesaikan melalui proses delimitasi dan demarkasi

Dalam pengelolaan perbatasan Kalimantan Barat-Sarawak, Badan Pengelola


Perbatasan Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan pihak berwenang di Sarawak bekerja
sama untuk mengatur penggunaan sumber daya alam di wilayah perbatasan. Perbatasan
tersebut bersinggungan dengan desa dalam 15 Kecamatan dan di 5 Kabupaten wilayah
Provinsi Kalimantan Barat. Pelaksanaan pembangunan kawasan perbatasan dalam tata
kelola dengan merumuskan pertanyaan bagaimana kebijakan pengelolaan wilayah
perbatasan kawasan negara Indonesia-Malaysia.

Berkaitan dengan hal tersebut, perbatasan Kalimantan Barat dengan Sarawak, telah
ditetap kan menjadi pilot project untuk pengelolaan perbatasan. Merujuk pada teori yang
dikemuka kan Jones di atas, secara garis besar ter-dapat tiga isu utama dalam pengelolaan
kawasan perbatasan antarnegara, yaitu:1. penetapan garis batas baik darat mau pun laut; 2.
pengamanan kawasan perbatasan; dan 3. pengembangan kawasan perbatasan. Dalam
konteks pengelolaan perbatasan negara Indonesia masih ter-dapat persoalan-persoalan
dalam ketiga isu utama tersebut.

B. Delimitasi dalam pengelolaan perbatasan Kalimantan Barat-Sarawak dilakukan


melalui negosiasi antara kedua negara untuk menentukan garis batas yang disepakati
Proses delimitasi ini melibatkan berbagai aspek, seperti aspek geografis, sejarah, budaya,
dan politik Penentuan batas wilayah negara di Kalimantan Barat-Sarawak telah diselesaikan
melalui proses delimitasi dan demarkasi Proses delimitasi yang dilakukan harus
memperhatikan prinsip-prinsip hukum internasional, seperti prinsip uti possidetis juris dan
prinsip efektivitas Dalam pengelolaan perbatasan Kalimantan Barat-Sarawak, proses
delimitasi dilakukan dengan memperhatikan aspek geografis, sejarah, budaya, dan politik,
serta memperhatikan prinsip-prinsip hukum internasional. Proses delimitasi dan demarkasi
ini dilakukan oleh Badan Pengelola Perbatasan Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan pihak
berwenang di Sarawak.

Terdapat 50 jalan setapak yang menghubungkan 55 desa di Kalbar dengan 32


kampung di Sarawak . " Dari sejumlah jalan setapak tersebut , telah disepakati 16 desa di

5
Kalbar dan 10 kampung di Serawak sebagai Pos Lintas Batas " . Dari PLB - PLB yang ada ,
sejak 25 Februari 1991 lalu melalui forum Sosek Malindo PLB Entikong telah diresmikan
sebagai PLB resmi . Selanjutnya , pada tanggal 17 Desember 1998 dan 12 Mei 2005 Nanga
Badau dan Aruk ( Sambas ) telah disepakati menjadi PLB resmi yang diharapkan bisa
beroperasi pada tahun 2007 .

C. Demarcation dalam pengelolaan perbatasan Kalimantan Barat-Sarawak dilakukan


setelah proses delimitasi selesai. Proses demarcation ini melibatkan pemasangan tanda
batas fisik seperti tiang batas, pagar, atau tembok. Proses demarcation ini dilakukan oleh
Badan Pengelola Perbatasan Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan pihak berwenang di
Sarawak. karakteristik kawasan perbatasan Indonesia dewasa ini adalah sebagai berikut:

1. Batas fisik wilayah negara di kawasan perbatasan sangat memprihatinkan, karena


banyak patok batas yang hilang dan sebagian besar kondisinya kurang baik. Hal ini antara
lain terjadi di sekitar perbatasan Kalimantan Barat dengan Serawak (Malaysia).

2. Pada umumnya kawasan perbatasan darat berada didaerah yang terisolir dan
pedalaman dengan kondisi alam yang sulit dijangkau. Misalnya, beberapa desa di
Kecamatan Krayan (Kabupaten Nunukan) yang berbatasan langsung dengan Serawak
(Malaysia).

3. PPLB (Pos Pelayanan Lintas Batas) belum memadai dan belum lengkap
dibandingkan dengan luas kawasan perbatasan. Contohnya PPLB Entikong di Kabupaten
Sanggau (Provinsi Kalimantan Barat) tidak hanya melayani lintas batas dari dan ke
Kabupaten Sanggau, tetapi juga beberapa kabupaten atau kota lain di Provinsi ini seperti
Kabupaten Sambas, Bengkayang, Pontianak, Singkawang, dan lain-lain.

D. Administration/management: Dimensi administration/management berkaitan dengan


pengelolaan wilayah perbatasan negara setelah proses delimitasi dan demarkasi selesai
dilakukan, termasuk pembangunan sarana dan prasarana, penguatan kondisi sosial
ekonomi masyarakat perbatasan, pengembangan sumber daya manusia, penguatan aspek
kelembagaan, dan perlindungan hukum bagi WNI dan Tenaga Kerja Indonesia. Dalam
pengelolaan perbatasan Kalimantan Barat-Sarawak, terdapat beberapa aspek
administration/management yang diaplikasikan, antara lain:

Pembangunan sarana dan prasarana di wilayah perbatasan, seperti jalan, jembatan,


dan pelabuhan, untuk memudahkan aksesibilitas dan mobilitas masyarakat serta
meningkatkan konektivitas antarwilayah.

Pengembangan sumber daya manusia di wilayah perbatasan dengan memberikan


pelatihan dan pendidikan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di wilayah

6
perbatasan Penguatan aspek kelembagaan dengan membentuk Badan Pengelola
Perbatasan Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan pihak berwenang di Sarawak untuk
mengatur pengelolaan perbatasan.

Penguatan aspek kelembagaan dengan membentuk Badan Pengelola Perbatasan


Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan pihak berwenang di Sarawak untuk mengatur
pengelolaan perbatasan.

D. KESIMPULAN

Dengan memperhatikan keempat dimensi tersebut, pengelolaan perbatasan negara


dapat dilakukan dengan baik dan efektif, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di wilayah perbatasan dan meminimalisir terjadinya konflik antara kedua negara
yang berbatasan

Dalam konteks ini, pengelolaan perbatasan negara membutuhkan pemahaman yang


komprehensif yaitu dengan turut menempatkan penduduk di wilayah perbatasan (borderland
communities) sebagai bagian dari subyek pengelolaanperbatasan. Pemahaman tentang
dinamisme wilayah perbatasan akan jadi dasar yang kuat bagi pengelolaan wilayah per-
batasan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat perbatasan.

E. DAFTAR PUSTAKA

Bangun, B. H. (1, January, 2017). Konsepsi dan pengelolaan wilayah perbatasan negara perspektif
hukum internasional. Tanjungpura law journal. Diambil kembali dari
https://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:YNAirduvTRgJ:scholar.google.com/
+allocation+diaplikasikan+dalam+pengelolaan+perbatasan+kalimantan+barat+-
+sarawak&hl=id&as_sdt=0,5

Enni Lindia Mayona, S. d. (t.thn.). PENYUSUNAN ARAHAN STRATEGI DAN PRIORITAS. Diambil kembali
dari https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/tataloka/article/download/318/235

Thontowi, J. (3 semptember 2015). HUKUM DAN DIPLOMASI LOKAL SEBAGAI WUJUD PEMECAH
MASALAH WILYAH PERBATASAN KALIMANTAN DAN MALAYSIA. hukum dan diplomasi. Diambil
kembali dari https://scholar.googleusercontent.com/scholar?
q=cache:zyXKRRmPGWAJ:scholar.google.com/
&hl=id&as_sdt=0,5&scioq=delimitation+dalam+pengelolaan+perbatasan+kalimantan+barat+
-+sarawak

Anda mungkin juga menyukai