Disusun:
1. Melani
2. Indah sari
3. Rama novriano (2009126043)
Fakultas hukum
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat allah swt dengan nikmatnya dan
karunianya penulis bisa membuat makalah ini dengan baik. Dan tidak pula shalawat dan
salam juga disampaikan kepada nabi besar muhammad saw, yang dimana beliau yang
membawa umat manusaia dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh dengan yang yang
lebih baik dan di penuhi dengan ilmu pengetahuan ini.
Dalam penuliasn makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, baik dari segi kepenuliannya, maupun isinya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran-saran yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Tidak pula penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak zulwisman selaku dosen
pengampuh pada mata kuliah hukum tata ruang yang telah memberikan ilmu pengetahuan
kepada penulis. Serta penulis berharap kepada semua rekan-rekan yang telah berkontribusi
dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata semoga apa yang telah disampaikan makalah ini dapat menjadi referensi
serta bermanfaat bagi pembaca.
ii
DAFTAR ISI
COVER..............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................iv
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wilayah perbatasan suatu negara merupakan modal utama kedaulatan suatu negara.
Wilayah perbatasan sering kali menimbulkan berbagai permasalahan terkait dengan
pengeloalaan wilayah. Terdapat tiga permasalahan utama dalam pengelolaan kawasan
perbatasan antar negara, yaitu: (1) penetapan garis batas baik di darat maupun laut, (2)
pengamanan kawasan perbatasan dan (3) pengembangan kawasan perbatasan.1
Wilayah perbatasan, baik di darat maupun di laut memiliki peran sangat penting dan
strategis di suatu negara. Hal ini diakibatkan wilayah perbatasan selain merupakan batas
kedaulatan, juga merupakan wilayah yang mencerminkan halaman depan suatu negara.
Secara letak geografis, posisi negara kesatuan republik indonesia (nkri) terletak diantara dua
benua, mempunyai batas wilayah internasional dengan 10 negara tetangga. Dikawasan
perbatasan darat republik indonesia (ri) berbatasan dengan 3 negara yaitu malaysia, papua
new guinea,republik demokratik timor leste. Sebagai negara kepulauan (archipelagic state),
republikindonesia mempunyai batas maritim berupa batas laut wilayah (teritorial), batas
landas kontinen danbatas zone ekonomi eksklusif (zee) dengan 10 negara yaitu india,
thailand, malaysia,singapura, vietnam, filiphina, palau, papua new guinea, Republik
demokratik Timor Leste dan Australia. Pada kawasan perbatasan laut (maritim) pada
umumnya berupa pulau-pulau terluar yangjumlahnya 92 pulau dan termasuk pulau-pulau
kecil.2
Kawasan perbatasan di kalimantan timur (kaltim) memiliki potensi sumber daya alam
(sda) yang cukup besar, serta merupakan wilayah yang sangat strategis bagi pertahanan dan
keamanan negara RI. Wilayah geografis yang terletak di sepanjang garis perbatasan negara
antara republik indonesia dengan malaysia meliputi kabupaten nunukan, malinau, kutai barat,
sedangkan negara malaysia meliputi negara bagian sabah dan sarawak. Panjang garis
perbatasan1.038 km dan batas antar daerah sepanjang 3.882,86 km berdasarkan ketetapan
hukum tentang batas-batas wilayah negara sebagaimana ditetapkan dan disepakati kedua
belah pihak. Namun, secara umum pembangunan wilayah perbatasan di kalimantan timur
1
Rumusan Rekomendasi Kebijakan Pengelolaan Perbatasan di Kalimantan Timur, 2011. Data ini diperoleh dari
20110701114745.PolicyRecomendationKALTIMWeb.pdf
2
2Deskripsi Wilayah Perbatasan Dan Pulau-Pulau Terluar. Data ini diperoleh dari
http://www.penataanruang.net/ta/lapak05/P5/4/Bab2.pdf
1
masih jauh tertinggal dibandingkan dengan pembangunan di wilayah negara tetangga
(malaysia). Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang menetap di daerah perbatasan
kalimantan timur umumnya kemampuan sosial dan ekonominya jauh lebih rendah dibanding
dengan kondisi sosial ekonomiwarga negara tetangga (malaysia). Hal ini mengakibatkan
timbulnya banyak permasalahan dan kegiatan ilegal di daerah perbatasan yang dikhawatirkan
dalam jangka panjang dapat menimbulkan berbagai kerawanan sosial atau permasalahan
social.
3
Rumusan Rekomendasi Kebijakan Pengelolaan Perbatasan di Kalimantan Timur. Op.cit.,
2
penetapan batas-batas internasional dengan 10 negara, dan pengelolaan kawasan perbatasan
hingga terwujudnya perbatasan sebagai beranda depan negara.
Kualitas sdm yang relatif rendah membuat nilai keunggulan kompetitif masyarakat
perbatasan khususnya di provinsi kaltim berakibat pada kendala dalam pengembangan
ekonomi di kawasan perbatasan. Pembangunan manusia di daerah perbatasan kaltim
tercermin dari indeks pembangunan manusia(ipm) yang rata-rata masih lebih rendah
dibandingkan dengan daerah lain dalam lingkup wilayah provinsi kaltim.
B. Rumusan masalah
BAB II
4
Log.cit
3
PEMBASAHAN
A. Penataan Ruang Wilayah Perbatasan Secara Nasional
4
kebijakan dan program pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan negara.
Seluruh kebijakan, program, dan kegiatan k/l, antarsektor, antardaerah, maupun antara pusat
dan daerah, serta peran pihak swasta dalam upaya percepatan pengembangan kawasan
perbatasan sangat penting dilakukan secara sinergis dan terkoordinasi dalam kerangka
rencana induk ini.
Ini. Landasan hukum dalam penyusunan rencana induk pengelolaan perbatasan negara
adalah:
Rencana induk pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan adalah
rencana pengelolaan perbatasan negara jangka menengah (lima tahunan) yang
memberikan arah kebijakan, strategi, dan program pengelolaan batas wilayah negara dan
pembangunan kawasan perbatasan. Periode rencana induk pengelolaan batas wilayah
negara dan kawasan perbatasan tahun 2011-2014 akan berakhir seiring dengan
berakhirnya periode rpjm nasional periode ke-ii. Dalam penyusunan rencana induk
5
pengelolaan perbatasan negara 2015-2019 dipertimbangkan hasil capaian renduk 2011-
2014. (lihat bnpp ri, 2011, rinduk 2011- 2014)
Pada rpjm nasional periode ke-iii (2015- 2019), dibuat dokumen rencana yang
mengatur pengelolaan perbatasan negara yakni rencana induk pengelolaan perbatasan
negara 2015-2019. Maksud penyusunan rencana induk pengelolaan perbatasan negara
tahun 2015-2019 adalah tersusunnya pedoman pengelolaan perbatasan negara sesuai
amanat undang-undang nomor 43 tahun 2008 tentang wilayah negara untuk kurun waktu
tahun 2015-2019.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rencana lnduk merupakan instrumen untuk
melakukan koordinasi, integrasi, sinergitas, dan sinkronisasi (kiss) rencana pembangunan
perbatasan dalam kerangka waktu, lokasi, sumber pendanaan, dan penanggung jawab
pelaksanaannya. Grand design/desain besar, rencana lnduk, dan rencana aksi pengelolaan
batas wilayah negara dan kawasan perbatasan menjadi acuan bnpb kementerian/lembaga
terkait, dan bpp di daerah dalam pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan
perbatasan. Pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan, yang selama ini
masih berjalan secara parsial, bisa diintegrasikan penanganannya secara komprehensil
integral, dan terukur oleh bnpp. Sekretariat bnpp dapat berfungsi sebagai clearing house
dalam memverifi kasi, memfasilitasi, mengevaluasi, dan mengawasi pelaksanaan rencana
kerja serta anggaran pembangunan perbatasan oleh berbagai pemangku kepentingan.5
Untuk batas wilayah daratan antara in donesia dan negara-negara tetangga, sebagian
besar sudah terdapat perjanjian perbatasan. Untuk perbatasan wilayah daratan antara
indonesia dan malaysia dl kalimantan dan pulau sebatik (disebelah timurpulau kalimantan),
kesepakatan antar dua negara ini mengacu pada perjanjian perbatasan treaty 1891 antara
inggris(yang waktu itu menjajah malaysia) dan hindia belanda (menjajah indonesia pada saat
itu), serta konvens11951 dan 1928. Untuk perba tasan wilayah daratan dengan png, indo
nesia dan png menggunakan perjanjian perbatasan antara hindia belanda dan inggris (yang
menjajah png saat itu), yang kemudian diperbaharui dengan perjanjian batas wilayah daratan
antara indonesia dan autralia (yang kemudian menjajah png saat itu).kesepakatan terakhir
antara indonesia dan png kemudian dituangkan indonesia dl undang-undang no. 6 th. 1973.
Sedangkan kesepakatan perbatasan wilayah daratan antara indonesia dan timor leste
5
BNPP RI, 2015, Peraturan Badan Nasional Pengelola Perbatasan Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Induk
Tahun 2015-2019) hal.7-11 dan 21-24
6
disepakati pada tanggal 8 april 2005 dan dituangkan ke dalam provisional agreemen v akan
tetapi, selaln itu maslh terda pat beberapa titik batas wilayah daratan antara indonesia dan tiga
negara inl yang belum terdapat kesepakatan. Titlk-titik tersebut yaltu sepuluh tempat antara
indo nesia dan malaysia dl wilayah kalimantan, tiga tempat dl perbatasan antara indonesia
dengan timor leste. Selaln itu maslh ada beberapa tempat yang belum dllakukan sun/el
lapangan diperbatasan dl kalimantan, irian dan pulau timor.6
Untuk perbatasan wilayah laut, indone sia memilikiperbatasan laut dengan sepuluh
negara tetangga, yang mellputi batas wilayah laut teritorial, batas wilayah perairan zona
ekonomi eksklusif (zee), dan batas wilayah landas kontlnen. Perjanjian perbatasan wilayah
laut antara indonesia dengan negara-negara tetangga tersebut belum tuntas secara
keseluruhan. Maslh banyak titik batas laut - balk batas laut teritorial, batas zee, maupun batas
landas kontinen - yang belum selesai.
Batas wilayah laut teritorial yang telah disepakati antara indonesia dan negara jlran
antara lain dl selat malaka (indonesia-ma laysia, pada tahun 1970, dan kemudian diratiflkasi
oleh indonesia dengan uu no. 2 th. 1971), dan batas wilayah laut teritorial antara indonesia
dan png. Sedangkan batas wilayah laut teritorial antara indone sia dan singapura dl selat
singapura sudah terdapat kesepakatan diantara kedua negara pada tahun 1973.7 akan tetapl,
perjanjian perbatasan wilayah laut teritorial antara indonesia dan singapura dl selat singapura
di atas belum mellputi wilayah utara pulau karimun dan sebelah utara pulau bintan. Hal ini
disebabkan karena wilayah tersebut merupakan perbatasan antara tiga negara, yaltu
indonesia, malaysia dan singapura. Sehlngga untuk titlk-tltik ini, belum ada perjanjian
perbatasan wilayah laut terltorialnya. Untuk perbatasan wilayah laut teritorial antara
indonesia dan timor leste, maslh memeriukan penentuan garis pangkal di beberapa pulau,
yaltu di pulau timor, pantar, alor, liran, wetar, kisar, dan leti.8
6
*R.R. Churchil dan A.V. Lowe,"77ie Law of the Sea, 2nd Ed, Manchester, U.K., 1991.
7
Ibid.
8
Ibid.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wilayah perbatasan, baik di darat maupun di laut memiliki peran sangat penting dan
strategis di suatu negara. Hal ini diakibatkan wilayah perbatasan selain merupakan batas
kedaulatan, juga merupakan wilayah yang mencerminkan halaman depan suatu negara.
Secara letak geografis, posisi negara kesatuan republik indonesia (nkri) terletak diantara dua
benua, mempunyai batas wilayah internasional dengan 10 negara tetangga. Dikawasan
perbatasan darat republik indonesia (RI) berbatasan dengan 3 negara yaitu Malaysia, Papua
New Guinea,Republik demokratik Timor Leste. Sebagai negara kepulauan (archipelagic
state), republikindonesia mempunyai batas maritim berupa batas laut wilayah (teritorial),
batas landas kontinen danbatas zone ekonomi eksklusif (ZEE) dengan 10 negara yaitu India,
Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filiphina, Palau, Papua New Guinea, Republik
demokratik Timor Leste dan Australia.
8
DAFTAR PUSTAKA
- Rumusan Rekomendasi Kebijakan Pengelolaan Perbatasan di Kalimantan Timur, 2011. Data ini
diperoleh dari 20110701114745.PolicyRecomendationKALTIMWeb.pdf
- Deskripsi Wilayah Perbatasan Dan Pulau-Pulau Terluar. Data ini diperoleh dari
http://www.penataanruang.net/ta/lapak05/P5/4/Bab2.pdf
- BNPP RI, 2015, Peraturan Badan Nasional Pengelola Perbatasan Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Rencana Induk Tahun 2015-2019) hal.7-11 dan 21-24
- R.R. Churchil dan A.V. Lowe,"77ie Law of the Sea, 2nd Ed, Manchester, U.K., 1991.