Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH EKONOMI MARITIM DI INDONESIA

DISUSUN OLEH:

NAMA: LAYLY RESKI AMALIA

NIM: C1D120075

KELAS: B

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERISTAS HALUOLEO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah
ini dapat selesai sesuai dengan waktuyang ditentukan.

Dengan maksud menyelesaikan makalah ini agar memenuhi tugas Wawasan


Maritim. Dalam proses penyusunan makalah ini penulis mendapat bimbingan dan arahan
dari berbagai pihak terkait. Dengan itu, penulis ucapkan terimakasih terhadap pihakyang
telah membantu dalam penyusunan karya tulis ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu. Harapan penulis bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan dan pengetahuan.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih belumsempurna, maka


saran dan kritik yang kontruktif sangat penulis harapkandemi perbaikan makalah
selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat.

Kendari, 25 Juni 2021

Layly Reski Amalia


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………..

KATA PENGANGTAR……………………………………………………….…………

DAFTAR ISI………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah……………………………..


………………………………………
1.2 Rumusan Masalah……………………………….……………………………

BAB II PEMBAHASAN

1. Konsep pembangunan Benua Maritim Indonesia


2. Keadaan dan masalah maritimdi Indonesia
3. Pembangunan maritim di Indonesia jangka panjang

BAB III……………………………………………………………………….

PENUTUP……………………………………………………………………..…….

a. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
BAB I

LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang

Konsep Negara Kepulauan (Nusantara) memberikan kita anugerah yang luar


biasa.Letak geografis kita strategis, di antara dua benua dan dua samudra dimana paling
tidak 70% angkutan barang melalui laut dari Eropa, Timur Tengah dan Asia Selatan ke
wilayah Pasifik,dan sebaliknya, harus melalui perairan kita. Wilayah laut yang demikian
luas dengan 17.500-an pulau-pulau yang mayoritas kecil memberikan akses pada sumber
daya alam seperti ikan,terumbu karang dengan kekayaan biologi yang bernilai
ekonomi tinggi, wilayah wisatabahari, sumber energi terbarukan maupun minyak
dan gas bumi, mineral langka dan jugamedia perhubungan antar pulau yang sangat
ekonomis. Panjang pantai 81.000 km (keduaterpanjang di dunia setelah Kanada)
merupakan wilayah pesisir dengan ekosistem yangsecara biologis sangat kaya
dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi.Secara metereologis, perairan
nusantara menyimpan berbagai data metrologi maritim yang amat vitaldalam menentukan
tingkat akurasi perkiraan iklim global. Di perairan kita terdapat gejala alam yang
dinamakan Arus Laut Indonesia (Arlindo) atau the Indonesian throughflow yaituarus
laut besar yang permanen masuk ke perairan Nusantara dari samudra Pasifik
yangmempunyai pengaruh besar pada pola migrasi ikan pelagis dan
pembiakannya dan juga pengaruh besar pada iklim benua Australia. Karena memiliki
sejarah kemaritiman dan potensi sumberdaya kemaritiman yang besar maka
muncullah gagasan pembangunan Benua Maritim Indonesia. BMI adalah bagiandari
system planet bumi yang merupakan satu kesatuan alamiah antara darat, laut, dan
udaradiatasnya, tertata secara unik, menampilkan cirri – ciri benua dengan karakteristik
yang khas dari sudut pandang iklim dan cuaca, keadaan airnya, tatanan kerak bumi,
keragaman biota,serta tatanan sosial budayanya yang menjadi yuridiksi NKRI yang
secara langsung maupuntidak langsung akan menggugah emosi, perilaku dan
sikap mental dalam menentukan orientasi dan pemanfaatan unsur-unsur maritim di
semua aspek kehidupan. Hal inilah yang kemudian menarik untuk diketahui
tentang bagaimana pembangunan Benua Maritim Indonesia.Oleh karena i t u
pe nul i s berusaha untuk memberikan pemahaman tentang pertanyaan tersebut
dalam makalah ini.Semoga makalah ini dapat menjadi jawaban dan memberikan
pemahaman terkait pertanyaan yang dikaji.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pembangunan Benua Maritim Indonesia?
2. Bagaimana keadaan dan masalah maritime di Indonesia?
3. Bagaimana pembangunan maritim di Indonesia jangka panjang?
BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsep pembangunan Benua Maritim Indonesia


Konsep Benua Maritim Indonesia sangat berhubungan dengan aktualisasi Wawasan Nusantara
yakni pembangunan Bangsa Indonesia. Konsep Benua Maritim Indonesia ini dapat mewujudkan
pola pikir, pola sikap, dan pola tindak Bangsa Indonesia dalam satu sistem dalam rangka
menyelenggarakan pembangunan yang lebih berorientasi pada meningkatkan peranan maritim
dan kekayaannya, kepulauan dan dirgantaraya melalui sains dan teknologi modern. Dengan itu,
diharapkan Bangsa Indonesia yang mendiami Benua Maritim Indonesia ini mempunyai wawasan
hidup yang berbeda dari bangsa-bangsa nonmaritim.Daerah kepulauan Indonesia itu sangat luas,
lebih luas dari daratan Amerika Serikat dan daratan Eropa sebagai keseluruhan, termasuk
Inggris. Fakta sejarah telah membuktikan bahwa Bangsa Indonesia sudah menguasai lautan dan
teknologi perkapalan, dari dahulu kala. Disamping itu juga pelaut-pelaut Indonesia sudah
menjelajahi lautan sejauh Madagaskar, dan lautan Austronesia. Oleh satu dan lain hal saja dalam
perkembangan sejarah yang sangat kompleks, Bangsa Indonesia kehilangan semangat baharinya
dan mundur ke darat menjadi bangsa agraris. Saat ini kewajiban Bangsa Indonesia ialah
mengembalikan arus sejarah tersebut dari manusia agraris menjadi manusia bahari karena tiga
per empat dari wilayah kekuasaan Republik Indonesia terdiri dari lautan. Melalui program yang
sistematik dan terencana disertai pendidikan mendasar diyakini akan mengubah “mindset”
Bangsa Indonesia kembali menjadi bangsa bahari.

Pembangunan Benua Maritim Indonesia pada hakekatnya adalah pembangunan nasional yang
lebih menekankan pemanfaatan unsur maritime dan digantara. Pengertian ini lahir Tahun 1966
setelah dicanangkan sebagai Tahun Bahari dan Dirgantara oleh Presiden Repuplik
Indonesia.Pembangunan Maritim Indonesia pada dasarnya adalah bagian Integral dari
pembangunan Nasional dalam pendayagunaan dan pemanfaatan lautan Indonesia untuk
mencapai cita-cita nasional.

Pembangunan Benua Maritim Indonesia memandang daratan, lautan dan dirgantara, serta
segala sumberdaya di dalamnya dalam suatu konsep pengembangan sehingga hal ini merupakan
salam satu wujud aktualisasi Wawasan Nusantara yang telah menjadi cara pandang bangsa
Indonesia dalam melaksanakan pembangunan nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. Pemikiran pembangunan Maritim Indonesia dilandasi oleh kenyataan bahwa:

1. Lautan merupakan bagian terbesar wilayah RI dan merupakan factor utama yang
harus dikelola dengan baik guna mewujudkan cita-cita nasional.
2. Pengelolaan aktivitas pembangunan laut harus bersifat integral.
Dalam menyusun rencana dalam melaksanakan pembangunan maritim kita
menghadapi empat kendala utama, berikut:
1. Mental attitude dan semangat cinta bahari masih lemah.
2. Techno structure dan nasional ekonomi maritim belum siap.
3. Peraturan dan perundangan belum mendukung.
4. Kelembagaan yang juga belum mendukung.
5.
2. Keadaan dan masalah maritim di Indonesia
Pembangunan Maritim Indonesia harus dapat menggali potensi maritim untuk membulatkan
akselarasi pembangunan nasional yang diselanggarakan. Kenyataanya selama ini potensi maritim
belum mendapatkan prioritas penagan secara proporsional sehingga berbagai kendala tak
pernah dapat diatasi secara tuntas, terutama yangmenyangkut upaya memelihara langkah
dan keterpaduan pembangunan.
Pembanguunan maritim memerlukan sistem pengelolaan terpadu, yaitu system pengelolaan
terpadu wilayah pesisir dan lautan. Dalam pengelolaan ini berbagai masalah akan
muncul, berbagai konflik akan terjadi yang disebabkan oleh adanya degradasi mutu
dan fungsi lingkungan hidup yang antara lain disebabkan karena musnahnya hutan
bakau, rusaknya terumbu karang, abrasi pantai, intrusi air laut, pencemaran lingkungan
pesisir dan laut serta perubahan iklim global. Berbagai masalah tersebut berakar dari :
1. Masing–masing pelaku pembangunan dalam menyusun perencanaanya sangat terikat
pada sektornya sendiri tanpa adanya sistem koordinasi baku lintas sektor.
2. Belum adanya lembaga yang berwenang penuh baik di pusat maupun di daerah yang
mempunyai wewenang penentu dalam pembangunan maritim secara utuh.
3. Belum lengkapnya peraturan perundang–undangan yang mengatur kewenangan
pengelolaan sumberdaya maritime.
4. Belum lengkapnya tata ruang yang mencakup wilayah pesisir laut dan laut nasional yang
dapat dijadikan sebagai induk perencanaan bagi daerah.Untuk dapat menjamin efektifitas
pembangunan maritime berbagai masalah tersebutharus dapat diatasi secara tuntas, paling
tidak yang terkait dengan ;
1. Penataan perundang – undangan dalam pengelolaan pembangunan maritim yang bersifat
lintas sektoral.
2. Pembentukan wadah untuk penyusunan dan penerapan mekanisme perencanaan dan
pengawasan terpadu, pengelolaan yang dikoordinasikan serta pengendalian yang
sinkron.
3. Penciptaan dan peningkatan sumberdaya maritim yang handal dan professional.
4. Penataan perundang – undangan disertai upaya penegakan peraturan hukum
yangkonsisten.
5. Penetapan tata ruang maritim diserta pola pengelolaan, pemanfatan dan pendayagunaanya.
6. Sistem pengumpulan dan pengolahan informasi maritime yang dapat diakses secara luas.
7. Memperbesar kemampuan pengadaan sumber dana yang dapat diserap dalam upaya
pembangunan maritim dengan kemudahannya.
8. Pembentukan wadah untuk meyuburkan upaya penelitian dan pengembangan maritime
untuk dapat mempermudah penerapan ilmu dan teknologi kelautan, utamanya bagi nelayan
tradisional.
Berbagai kendala umum yang muncul dalam ranka pemanfaatan laut wilayah nusantara
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, terkait dengan fungsi dan kedudukan laut berikut:
1. Lautan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan dasar manusia, pemanfaatan laut terutama
sebagai sumber pangan belum optimal. Pemanfaatan perikanan baru sekitar 35% dari
potensi yang ada. Masalah yang dihadapi adalah kualitas tenaga kerjadalam eksploitasi
dan budidaya laut masih kurang. Jumlah dan tingkat tekhnologi sarana penangkapan dan
pengolahan masih perlu ditingkatkan.
2. Lautan dan dasar laut sebagai sumber bahan dasar sumber energi. Berbagai mineral dan
baahan baku industri letaknya pada laut yang kedalamannya lebih dari 200 m. Masalah
yang dihadapai dalam memanfaatkan laut sebagai sumber bahan baku dan sumber
energi adalah kurangnya tenaga ahli dan terampil yang mampu mengeksplorasi
dan mengeksploitasi sumber – sumber tersebut di laut dalam, disamping
permasalahan permodalannya.
3. Lautan sebagai medan kegiatan industri. Pemanfataan laut sebagai medan kegiatan
industri belum efektif dan efisien. Masalahnya anatara lain adalah belum meratanya
kegiatan industri.
4. Laut sebagai tempat bermukim dan bermain. Pemanfaatan laut sebagai tempat
bermukim bagi sebagian suku laut seperti suku badjo, suku anak-laut, belumlah
diatur dan dikelola dengan baik, Demikian halnya laut sebagai tempat bermain/olah
raga sperti selancar, diving, ddsb.
5. Laut sebagai badan Hankanmas. Bidang Hankanmas sangat dominan pada laut
sebagai media penting dalam kegiatan Hankanmas. Permasalahan yang dihadapi
adalah terbatasnya sarana untuk pertahanan yang dihadapi adalah terbatasnya sarana
untuk pertahanan dan keamana di laut.
6. Laut sebagai Zona Ekonomi Eksklusif di Indonesia. Dengan diberlakukannya
Konvesi PBB tentang Hukum laut Tahun 1982 (UNCLOS 82) maka Indonesia salah
satu negara yang diuntungkan, Masalahnya adalah semua potensi sumberdaya yang
terdapat di ZEEI yang hak pengelolaanya diberikan kepada Indonesia belum bisa
diketahui dengan pasti, apalagi dimanfaatkan sebagai sumber pembangunan.
Saat ini dapat didefiniskan bahwa sedikitnya terdapat 12 unsur pembangunan maritime yang
terdiri dari ; perikanan, perhubungan laut, industri maritime, pertambangan dan energi,
pariwisata bahari, tenaga kerja kelautan, pendidikan kelautan, masyarakat bahari dan desa pantai,
hukum tata kelautan, penerangan bahari, survei-pemetaan dan iptek kelautan, dan sumber daya
alam dan lingkungan hidup laut dan pantai. Namun didasarkan pada asas maksimal, lestari, daya
saing, prioritas, bertahap, berlanjut dan konsisten, maka terdapat lima elemen utama yang
keadaan dan masalah masing – masing adalah sebagai berikut ;
1. Perikanan. Diperkirakan potensi perikanan laut Indonesia mencapai 6,7 juta ton/tahun baru bisa
dimanfaatkan 2,3 juta ton/tahun (~45%) dan di beberapa tempat terjadi overfishing. Sementara
ini belum ada manajemen sumber daya yang jelas dan pembangunan perikanan belum didasarkan
pada system agribisnis.
2. Perhubungan laut. Saat ini tenaga kerja yang terserap dalam perhubungan laut sekitar 2,5 juta
(~2% dari jumlah penduduk Indonesia) yang tersebar dalam aspek angkutan laut, kepelabuhan
dan keselamatan pelayaran, keadaan terakhir menunjukkan adanya peningkatan hasil
pembangunan yang dapat diangkut melalui laut, Sementara itu asa cabotage tidak bisa berjalan
dengan baik karena berbagai alasan. Karena berbagai sebab daya saing pelayaran nasional sangat
rendah dan peranannya semakin tahun terus menerus. Kemampuan manajemen pelabuhan juga
sangat terbatas sehingga menimbulkan biaya tambahan.
3. Industri maritim. Industri maritim bersifat padat modal, bertekhnologi tinggi dan padat karya,
namun di pihak lain jangka waktu kembali modalnya lama. Kondisi global tidak memungkinkan
industri maritim berkembang, dan dalam batas – batas tertentu kita belum menguasai teknologi
untuk meningkatkan daya saing. Pembeli dalam negeri masih langka mengingat tingkat suku
bunga yang itnggi dan belum adanya rangsangan berupa insentif khusus. Dukungan industri
penunjang sangat penting namun masih lemah.
4. Pertambangan dan energi, sumber potensial belum banyak diketahui, sedang untuk
mengetahuinya diperlukan modal besar, tekhnologi tinggi dan resiko yang besar dan hingga kini
kita masih sangat bergantung dari luar negeri. Cadangan yang ada pada tahun 2005 tidak akan
mencukupi kebutuhan dalam negeri, kecuali ditemukan cadangan cadangan baru. Berbabagi
sumber energi dari laut seperti OTEC, ombak, pasut, dan angin berpotensi untuk dikembangkan.
Beberapa mineral seperti bijih besi, emas, perak, timah, nikel, tembaga clan zink telah diketahui
keberadannya di pasar perairan RI. Tenaga ahli, iptek dan permodalan masih kurang. Kekayaan
tambang adanya energi juga memiliki oleh negara lain yang mungkin akan menjadi pesaing kita.
5. Pariwisata bahari. Secara umum kepariwisataan RI maju pesat, namun khusus pariwisata bahari
masih sangat tertinggal. Sesuangguhnya potensi pariwisata bahari yang belum tergali sangat
tinggi. Kendala umum dalam pengembangan pariwisata bahari adalah ketidakjelasan peraturan
dan perundangan yang menimbulkan hambatan biokratis dan sementara ini SDM dan modal
masih dangat terbatas.
3. Pembangunan maritim di Indonesia jangka panjang
Tujuan pembangunan maritim Indonesia pada hakekatnya adalah bagian integral dari tujuan
pembangunan nasional dengan lebih memanfaatkan unsur maritim. Sedangkan sasaran
pembangunan Maritim Indonesia adalah terciptanya kualitas manusia dan masyarakat Indonesia
yang mandiri serta mampu mentransformasikan potensi maritim menjadi kekuatan maritim
nasional melalui serangkaian pembangunan nasional yang dilaksanakan berdasarkan Pancasila
dan Undang – Undang Dasar 1945. Dalam PJP II Pembangunan Maritim Indoneisa dilakukan
secara bertahap, dengan waktu yang masih tersisa 4 pelita (20 tahun) pertahapannya dilakukan
sebagai berikut :
1. Pelita VII penekanan dilakukan pada perikanan dan pariwisata bahari dengan tanpa
mengesampingkan pengembangan sumberdaya manusia dan iptek maritim yang sesuai,
2. Pelita VIII penekanan diletakkan pada perikanan, perhubungan laut dan pariwisata bahari
sering dengan pengembangan Iptek dan SDM yang diperlukan.
3. Pelita IX penekanannya diletakkan pada perhubungan laut, pariwisata bahari seiring dengan
peningkatan iptek dan SDM
4. Pelita X penekanan diletakkan pada pertambangan dan energy seiring dengan pengembangan
SDM dan iptek yang diperlukan Khusus dalam pelita VII, kelima elemen pembangunan Maritim
Indonesia diarahkan pada :
1. Perikanan. Pembangunan perikanan diupayakan dalam pemanfaatn Sumberdaya Ikan, baik
perikanan tangkap maupun budidaya yang lebih optimal dengan sasaran untuk meningkatkan
gizi masyarakat dan peningkatan kualitas hidup nelayan kecil dan petani ikan tradisional.
Pemeliharaan dan perbaikan kualitas lingkungan yang menjadi tempat hidup ikan terus dilakukan
agar dicapai kelestarian dan peningkatan produksi ikan dan budidaya laut. Kualitas SDM dan
iptek terus ditingkatkan agar memiliki daya saing yang tinggi dalam era globalisasi.

2. Saran dan prasarana perikanan yang antara lain terdiri dari pelabuhan pendaratan ikan, tempat
pelelangan ikan terus ditingkatkan. Pembangunan perikanan harus dapat mengupayakan
terjalinannya kemitraan besar-kecil-koperasi. Kelembagaan dan perundangan perlu ditata dan
diatur ulang. Perlu dikembangkan Pusat data dan infromasi Kelautan Nasional yang dapat
memberikan data dan informasi secara terus menerus kepada para penggunan baik nelayan kecil
maupun perusahan besar.

3. Perhubungan laut. Dibidang angkutan laut diperlukan minimal 900 buah kapal 3500 DWT
untuk pelayaran domestic, sedang untuk pelayaran luar negeri diperlukan 36 unit kapal masing-
masing 48.000 DWT. Dibidang kepelabuhan diupayakan pembangunan dan peningkatan
pelabuhan peti kemas, dermaga pelayaran rakyat dan pelayaran perintis seiring dengan
perkembangan muatan. Dibidang keselamatan pelayaran dilakukan pembangunan fasilitas bantu
pelayaran, vessel traffic, kapal navigasi, stasiun radio pantai, kesyahbandaran, pengerukan alur,
SAR dan sebagainya. Sistem baku navigasi dan komunikasi maritim ditingkatkan dan
dikembangkan untuk meningkatkan keselamatan pelayaran.
4. Industri maritim. Kemampuan beli perusahaan pelayaran nasional terhadap produksi industri
maritime dalam negeri terus ditingkatkan anatara lain dengan pemberian insentif atau tax
holiday.Sementara itu, lembaga koordinasi yang mampu menyelesaikan problematic antar
instansi terkait terus dikembangkan.

5. Pertambangan dan Energi. Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi mineral, minyak dan gas kepas
pantai terus ditingkatkan hingga diperolehnya cadangan – cadangan baru migas dan bahan
tambang serta energy alternative dari laut.Kandungan local dalam kegiatan pertambangan baik
yang berupa modal, SDM, iptek, sarana litbang dan piranti lunak terus ditingkatakan. Koordinasi
antar instansi terkait terus dikembangkan.

6. Pariwisata bahari. Pariwisata bahari harus ditempatkan sebagai salah satu unggulan pariwisata
nasional. Saran dan prasarana yang terkait terus dibangun.Prioritas tinggi dan pemberian insentif
diberikan kepada pariwisata bahari di kawasan timur BMI.Pemberian muatan bahari dalam
program pendidikan dan pelatihan pariwisata terus diupayakan, dan perarian swasta dalam
pariwisata bahari terus diitngkatkan.

7. Sejalan dengan sasaran pembangunan maritime maka dapat diproyeksikan kebutuhan akan
SDM dan iptek yang sesuai.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

a. Benua Maritim Indonesia (BMI) adalah wilayah perairan dengan hamparan pulau –pulau
didalamnya, sebagai satu kesatuan alamiah antara darat, laut dan udara di atasnya tertata unik
dengan sudut pandang iklim dan cuaca keadaan airnya, tatanan kerak bumi, keragaman biota
serta tatanan sosial budaya.

b. BMI mempunyai kempleksitas dalam karakteristik cuaca dan iklim, keadaan perairan laut,
serta tatanan kerak bumi yang menyebabkan perbedaan potensi sumberdaya alam hayati dan
nonhayati dengan massa (bneua) lainnya.

c. Dimensi Benua Maritim Indonesia terbagi atas:

a) Dimensi Kewilayahan

b) Dimensi Kehidupan Nasional

d. Batas-batas yuridiksi terbagi atas:

a) Wilayah Laut

b) Wilayah Darat

e. Pembangunan Benua Maritim Indonesia memandang daratan, lautan dan dirgantara, serta
segala sumberdaya di dalamnya dalam suatu konsep pengembangan sehingga hal ini merupakan
salah satu wujud aktualisasi Wawasan Nusantara yang telah menjadi cara pandang bangsa
Indonesia dalam melaksanakan pembangunan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang
– undang Dasar 1945.

f. Pembangunan Maritim Indonesia harus dapat menggali potensi maritim untuk membulatkan
akselarasi pembangunan nasional yang diselenggarakan. Kenyataanya selama ini potensi maritim
belum mendapatkan prioritas penangan secara proporsional sehingga berbagai kendala tak
pernah dapat diatasi secara tuntas, terutama yang menyangkut upaya memelihara langkah dan
keterpaduan pembangunan.

g. Tujuan pembangunan maritim Indonesia pada hakekeatnya adalah bagian integral dari tujuan
pembangunan nasional dengan lebih memanfaatkan unsur maritim. Sedangkan sasaran
pembangunan Maritim Indonesia adalah terciptanya kualitas manusia dan masyarakat Indonesia
yang mandiri serta mampu mentransformasikan potensi maritim menjadi kekuatan maritim
nasional melalui serangkaian pembangunan nasional yang dilaksanakan berdasarkan Pancasila
dan Undang – Undang Dasar 1945.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Kemaritiman Indonesia. http://sayidiman.suryohadiprojo.com/.

Diakses pada tanggal 8 Oktober 2014 pukul 22.00 wita

Anonim. 2011. Kendala Pengelolaan Kelautan. Http://wahyuan.wordpress.com

Diakses pada tanggal 8 Oktober 2014 pukul 22.00 wita

Dahuri, Rokhmin dan Jacob Rais. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan

Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Paramita

Guan, John. 1997. Keahlian Pelaut dan Ilmu Pelayaran.Bandung : Tarsito

Tim Pengajar WSBM Universitas Hasanuddin. 2012. Himpunan Materi Kuliah

Wawasan Sosial Budaya Maritim. Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum,

Universitas Hasanuddin, Makassar.

Anda mungkin juga menyukai