Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENDAPATAN NASIONAL
SEKTOR PERIKANAN

Dosen Pengampu :
Nalom Sihombing, S.E,.M.P

Disusun Oleh:
Lolona Agustina Silalahi
22.02.017

SEKOLAH TINGGI PERIKANAN SIBOLGA


T.A. 2022\2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan YME atas berkat


rahmat dan nikmat-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan tepat waktu. Makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas Makalah
pada Mata Kuliah Pendidikan Pengantar Ilmu Ekonomi. Makalah yang
berjudul “MAKALAH PENDAPATAN NASIONAL SEKTOR
PERIKANAN” dibuat berdasarkan hasil penyusunan data-data yang
diperoleh melalui berbagai referensi seperti internet google,chrome,
website, serta literatur lainnya yang berkaitan dengan Mata Kuliah
Pengantar Ilmu Ekonomi.
Selaku pembuat makalah ini, saya mengucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah mendukung dan bekerja sama dalam penyelesaian
makalah ini, sehingga pembaca dapat membaca makalah ini. Demikianlah
yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada saya dan seluruh pembaca. Saya minta maaf bila ada
kesalahan dalam makalah ini dan mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi memperbaiki makalah menjadi jauh lebih baik.

Sibolga, 17 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan...................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................4

A. Pengertian Pendapatan Nasional...........................................................4


B. Perikanan Menjadi Sektor Unggulan Di Indonesia..............................4
C. Potensi Pengembangan Industri Perikanan Indonesia .........................7
D. Gambaran Pendapatan Sektor Perikanan di Indonesia.........................9

BAB III PENUTUP .........................................................................................14

A. Kesimpulan dan Saran..........................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................15

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendapatan nasional adalah ukuran nilai output berupa barang dan
jasa yang dihasilkan suatu Negara dalam periode tertentu atau jumlah
seluruh pendapatan yang diterima oleh masyarakat dalam suatu Negara
dalam satu tahun. Pendapatan nasional memiliki peran yang sangat vital
bagi sebuah Negara, karena pendapatan nasional merupakan salah satu
tolok ukur keberhasilan perekonomian suatu Negara. Dengan pendapatan
nasional, akan terlihat tingkat kemakmuran suatu Negara, semakin tinggi
pendapatan nasional suatu Negara maka dapat dikatakan semakin tinggi
juga tingkat kesejahteraan rakyatnya.
Namun, sesungguhnya pendapatan nasional suatu Negara tidak
dapat sepenuhnya dijadikan sebagai indikator naiknya tingkat
kesejahteraan rakyat di suatu negara. Sebagai contoh, meskipun
pendapatan nasional Indonesia pada tahun 2010 naik dari tahun
sebelumnya, tetapi tetap saja masih (sangat) banyak rakyat Indonesia yang
sampai saat ini hidup di bawah garis kemiskinan. Mengapa hal itu bisa
terjadi? Tentu kita harus mencermati bahwa pendapatan nasional
merupakan kumpulan pendapatan dari setiap kegiatan perekonomian
berbagai sektor yang terdapat pada suatu negara dalam periode satu tahun,
jadi ada kemungkinan terjadinya kesenjangan pendapatan antar daerah di
Negara ini. Kesenjangan pendapatan antar daerah terjadi dapat disebabkan
oleh letak geografis suatu daerah, tingkat kecerdasan rakyat pada suatu
daerah, dan jumlah lapangan kerja di suatu daerah. Nah, kesenjangan
pendapatan antar daerah inilah yang menyebabkan tingkat kemiskinan di
Indonesia masih sangat tinggi.
Perikanan mempunyai peran penting dan strategis dalam
pembangunan perekonomian nasional, terutama dalam meningkatkan
perluasan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, dan peningkatan

1
taraf hidup bangsa pada umumnya, nelayan kecil, pembudidaya ikan-ikan
kecil, dan pihak-pihak pelaku usaha di bidang perikanan.Hal ini dilakukan
dengan tetap memelihara lingkungan, kelestarian, dan ketersediaan sumber
daya ikan.Sumber daya ikan adalah potensi semua jenis ikan yang
didefinisikan sebagai segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian
dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Dalam kegiatan
perikanan cara penangkapan ikan dan alat yang dipergunakan berkembang
sangat cepat dengan tujuan untuk memperoleh ikan dalam waktu yang
relatif singkat dan dalam jumlah yang besar. Dalam kamus istilah
perikanan, penangkapan adalah usaha melakukan penangkapan atau
pengumpulan ikan dan jenis-jenis sumber hayati lainnya dengan dasar
bahwa ikan dan sumber hayati tersebut mempunyai manfaat atau
mempunyai nilai ekonomis. Negara-negara kepulauan yang mempunyai
posisi strategis dan memiliki potensi sumber daya perikanan yang besar,
menarik perhatian kapal-kapal nelayan asing (kapal ikan asing/KIA) untuk
melakukan penangkapan ikan secara illegal (selanjutnya disebut Illegal
Fishing). Hal ini merupakan “penyumbang” signifikan dalam masalah
penurunan persediaan ikan di laut. Terkait dengan permasalahan Illegal
Fishing, upaya suatu negara yang mengalami kerugian juga merupakan hal
yang patut diperhitungkan. Upaya yang diambil suatu negara dalam
menangani kasus Illegal Fishing harus diatur dalam suatu peraturan yang
jelas.Pada kenyataannnya upaya yang diambil oleh suatu negara dengan
negara yang lain berbeda. Salah satunya adalah kasus Illegal Fishing yang
terjadi di Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan panjang pantai
terpanjang kedua di dunia setelah Kanada yang terletak pada posisi
geografis yang strategis, terletak di antara persilangan dua dunia dan dua
samudera, dengan jumlah pulau sekitar 17.508 pulau dan panjang pantai
mencapai 95.181 km, luas laut 5,8 juta km2 atau sekitar 2/3 dari seluruh
wilayah NKRI perairan territorial 3,1 juta km, zona ekonomi eksklusif
Indonesia (ZEEI) 2,7 juta, dan 2,7 km2 wilayah zona ekonomi eksklusif,

2
dari total 60 Cekungan Migas di Indonesia, 70% berada di laut cadangan
minyak bumi 9,1 miliar Barel di laut.

B. Rumusan Masalah
Adapun beberapa masalah yang akan dibahas yaitu:
a. Apa itu pendapatan nasional ?
b. Apakah benar, perikanan menjadi sektor unggulan di Indonesia ?
c. Bagaimana potensi pengembangan industry perikanan Indonesia?
d. Bagaimana gambaran pendapatan sektor perikanan di Indonesia?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah selain untuk
memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi juga
sebagai :
a. Untuk mengetahui apa itu pendapatan nasional
b. Untuk memastikan apakah benar, perikanan menjadi sektor unggulan
di Indonesia
c. Untuk mengetahui bagaimana potensi pengembangan industry
perikanan Indonesia
d. Untuk mengetahui bagaimana gambaran pendapatan sektor perikanan
di Indonesia.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendapatan Nasional


Pendapatan nasional adalah ukuran nilai output berupa barang dan
jasa yang dihasilkan suatu Negara dalam periode tertentu atau jumlah
seluruh pendapatan yang diterima oleh masyarakat dalam suatu Negara
dalam satu tahun. Pendapatan nasional memiliki peran yang sangat vital
bagi sebuah Negara, karena pendapatan nasional merupakan salah satu
tolok ukur keberhasilan perekonomian suatu Negara. Dengan pendapatan
nasional, akan terlihat tingkat kemakmuran suatu Negara, semakin tinggi
pendapatan nasional suatu Negara maka dapat dikatakan semakin tinggi
juga tingkat kesejahteraan rakyatnya. Namun, sesungguhnya pendapatan
nasional suatu Negara tidak dapat sepenuhnya dijadikan sebagai indikator
naiknya tingkat kesejahteraan rakyat di suatu Negara. Sebagai contoh,
meskipun pendapatan nasional Indonesia pada tahun 2010 naik dari tahun
sebelumnya, tetapi tetap saja masih (sangat) banyak rakyat Indonesia yang
sampai saat ini hidup di bawah garis kemiskinan.

B. Perikanan menjadi Sektor Unggulan di Indonesia

Presiden dan Wakil Presiden terpilih Joko Widodo-Ma’ruf Amin


baru saja meluncurkan Visi Indonesia dengan pendekatan lima sasaran
prioritas dalam program kerja 2019-2024.Ada lima target yang
dicanangkan Joko Widodo di periode kedua pemerintahannya yang
tertuang dalam Visi Indonesia. Kelima visi itu diharapkan mendorong

4
Indonesia lebih produktif, berdaya saing, dan fleksibel dalam menghadapi
tantangan global yang dinamis dan penuh risiko.Dari kelima visi itu,
pembangunan infrastruktur tetap menjadi titik tekan Pemerintahan Jokowi,
dengan titik berat adanya interkoneksi infrastruktur dengan kawasan
industri kecil, kawasan ekonomi khusus, pariwisata, persawahan,
perkebunan, dan perikanan. Bangsa ini perlu juga tetap fokus dengan daya
saing yang dimilikinya, salah satunya adalah sektor perikanan. Bayangkan
dengan wilayah perairan dan potensi lautnya yang luar biasa, wajar negara
ini tetap menggunakan sektor perikanan sebagai sektor unggulan untuk
bersaing di percaturan ekonomi global.

Menurut data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,


sektor pertanian, kehutanan, dan perikananan merupakan salah satu sektor
penyumbang tertinggi pertumbuhan bila dilihat dari PDB lapangan usaha.
Proyeksi pertumbuhan sektor itu menyumbang 3,88% secara year on year,
atau 12,36% secara PDB. Dan, berdasarkan data kementerian itu juga,
sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan diprediksi menjadi
penyumbang pertumbuhan terbesar bersama sektor industri pengolahan.
Sisanya disumbangkan oleh sektor jasa. Artinya, data Kementerian Bidang
Perekonomian sejalan dengan data yang dikeluarkan BPS selama kurun 20
tahun terakhir ini, sektor nonperdagangan (jasa) menjadi penyumbang
pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan sektor perdagangan.

Kontribusi Besar

Kabar baiknya, sektor produksi termasuk perikanan masih tetap


memberikan kontribusi yang cukup besar bagi kinerja ekspor negara ini.
Menurut data Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (BKIPM)
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), nilai ekspor komoditas
perikanan pada semester I 2019 mencapai Rp40,57 triliun, atau naik
24,29% dibandingkan dengan semester I 2018 yang mencapai Rp32,64
triliun. Kondisi itu diakui oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi

5
Pudjiastuti. Menurutnya, ekspor pada kuartal II memang cenderung lebih
tinggi dibandingkan dengan kuartal I.nHal itu karena permintaan lebih
banyak pada Maret hingga Mei, sebagai persiapan untuk liburan musim
panas. "Pasar biasanya membeli di November untuk persiapan di Natal,
Tahun Baru, dan thanksgiving. Biasanya di Januari dan Februari slowing
down dan harga turun karena demand berkurang. Peak lagi di Maret,
April, dan Mei untuk liburan musim panas," terang Susi, Kamis
(4/7/2019).

Bila dirinci, nilai ekspor tersebut terbagi atas nilai ekspor


komoditas perikanan produk konsumsi yang sebesar Rp32,90 triliun.
Sementara itu, nilai ekspor produk nonkonsumsi sebesar Rp7,67 triliun.
Nilai ekspor komoditas perikanan konsumsi meningkat 16% dibandingkan
dengan semester I 2018 yang sebesar Rp28,46 triliun. Sementara itu nilai
ekspor produk nonkonsumsi naik 83% dibandingkan dengan semester I
2018 yang sebesar Rp4,18 triliun. Dari sisi volume, ekspor produk
perikanan konsumsi hidup meningkat menjadi 40,6 juta ekor. Lalu volume
ekspor produk perikanan konsumsi non hidup sebesar 505.801,83 ton.
Sementara untuk produk perikanan nonkonsumsi terbagi atas nonkonsumsi
hidup sebesar 2,98 miliar ekor dengan volume ekspor produk
nonkonsumsi nonhidup sebesar 90.240,68 ton.

Melihat realisasi ekspor hingga semester I, Sekretaris Jenderal


KKP Nilanto Perbowo optimistis nilai ekspor tahun ini bisa lebih tinggi
dibandingkan dengan realisasi ekspor tahun lalu. Terlebih, permintaan
komoditas perikanan akan mengalami lonjakan di kuartal IV tahun ini.
"Tahun ini, kami optimistis nilai ekspor bisa mencapai USD5,5 miliar.
Nilai itu naik dibandingkan dengan 2018 yang sekitar USD4,7 miliar,"
tutur Nilanto. Apa saja yang menjadi produk ekspor unggulan di sektor
itu? Ternyata produk ekspor unggulan itu, seperti udang, tuna, kepiting,
cumi-cumi, rumput laut, rajungan, kakap, dan kerapu. Bahkan, dalam

6
rangka diversifikasi pasar, Kementerian itu juga mendorong dibukanya
pasar baru, salah satunya adalah dengan mulai mengekspor patin ke Arab
Saudi tahun ini. “Kami mengharapkan ekspor komoditas itu menjadi
produk ekspor unggulan baru perikanan.”Diharapkan Arab Saudi bisa
menjadi salah satu bersama 10 negara lainnya menjadi negara tujuan
ekspor perikanan Indonesia. Saat ini, berdasarkan data semester I
Kementerian,  10 negara tujuan ekspor produk perikanan adalah Amerika
Serikat, China, Jepang, Australia, Singapura, Thailand, Malaysia, Taiwan,
Italia, dan Vietnam.

Diakui oleh Susi Pudjiastuti, sepanjang semester I 2019 ini KKP


telah mendapatkan berbagai capaian sebagai buah manis dari ketegasan
Indonesia dalam menangani illegal fishing selama 4,5 tahun terakhir.
“Hilangnya kapal asing malah menambah produksi perikanan. Di saat
sektor lainnya melemah, perikanan menunjukkan kenaikan secara
signifikan,” ujarnya. Peningkatan itu dibuktikan dengan naiknya nilai
Produk Domestik Bruto (PDB) Perikanan. Nilai PDB Perikanan naik dari
Rp58,97 triliun selama triwulan pertama 2018 menjadi Rp62,31 triliun
pada triwulan pertama 2019.Khusus di sektor perikanan tangkap, di masa
lalu, nelayan Indonesia masih minim dalam menggunakan pendekatan
bisnis. Salah satunya minim alat pendingin. Itu sangat disadari pemangku
kepentingan di sektor itu. Namun, kini kapal-kapal nelayan sudah
memiliki peranti itu.

Menurut data KKP, selama semester I 2019, sebanyak 72,5% dari


7.987 kapal yang terdaftar di Kementerian itu sudah memiliki freezer
untuk menjaga kesegaran produk ikan yang ditangkapnya. Artinya,
mayoritas kapal sudah punya freezer sebagai rantai dinginnya untuk
mendorong kualitas ikan yang segar. Sementara itu, KKP juga terus
menunjukkan ketegasannya secara konsisten dalam bidang pengawasan
kelautan dan perikanan. Hingga Juni 2019, KKP telah melakukan

7
penangkapan kapal ilegal sebanyak 67 kapal yang tediri dari 17 kapal
Malaysia, 15 kapal Vietnam, 3 kapal Filipina, dan 32 kapal Indonesia.

C. Potensi Pengembangan Industri Perikanan Indonesia


1. PROSPEK PEMASARAN
1.1. Projected Demand For Fish Food (FAO)
Konsumsi per kapita dunia untuk ikan setiap tahunnya diperkirakan
meningakat dari 16 kg untuk saat ini menjadi 19 kg tahun 2015. Dari
proyeksi ini menunjukakan bahwa pertumbuhan konsumsi secara
keseluruhan di negara berkembang akan terus tetap, sementara unutk
negara negara sedang berkemabng terus mengalami peningkatan.
Permintaan ikan dimasa datang akan ditentukan secara mendasar oleh
jumlah konsumen daaan kebiasaan makannya serta pendapatan kotor dan
harga ikan.
1.2. Perspentif Ekspor Indonesia
Domestik market tetap akan merupakan pasar penting produk perikanan
Indonesia karena diperkirakan hingga tahun 2015 struktur produksi,
landing, pasar lokal tidak akan banyak berubah karena terlalu sulit disaingi
oleh usaha besar karena srtuktur usaha nelayan kecil  yang terserak di
sepanjang pantai Indonesia.Permasalahannya adalah bagaimana
meningkatkan kualitas ikan-ikan yang di konsumsi. Disamping itu adya
beli masyarakat paralel dengan pendapatan rata-rata perkapita yang
rendah.
1.3. Perspektif Pasar Global
Pengembangan ekspor produk perikanan harus memperhatikan share
(signifikan) kawasan impor yang menunjukkan kekuatan pasar, maka
tumpuan pengembangan juga terdapat di empat kawasan yakni Asia
(Jepang dan Cina), AS, EU karena 95 % pasar dunia berada di kawasan
ini. Daya serap (demand) suatu negara tergantung keadaan ekonomi
negara dan analog dengan pendapatan perkapita / disposible income
dengan demikian proyeksi target tujuan pasar yang dikembangkan
haruslah disesuaikan trend pendapatan perkapita di kawasan itu.

2. SUMBER DAYA IKAN DAN SUMBER DAYA MANUSIA

SDI Dengan potensi lahan budidaya baik air tawar, air payau
maupun air laut, masih cukup menjanjikan untuk dikembangkan.
Disamping porduki seafood, banyak produk-produk non pangan seperti
mutiara, rumput laut dan sebagainya, yang punya potensi
untukdikembangkan. Letak daya saing ada pada dekatnya letak base
dengan fishing ground sehingga biaya penggunaan bahan bakar lebih
sedikit selain itu jenis ikan tropis seperti udang, tuna, grouper, kakap dsb
memiliki daya saing besar di pasar.

8
SDM Indonesia memiliki tenaga kerja yang cukup besar, walaupun
produktivitasnya rendah. Ini dapat diatasi terutama melalui program short
training. Karena dua faktor tersebut, SDM mempunyai advantage dalam
persaingan global ditambah lagi murahnya tenaga kerja.

3. DUKUNGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH 

Kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah seperti tarif, perpajakan, bea


masuk maupun penentuan skala prioritas pembangunan pada bidang dan
sektor-sektor tertentu akan berdampak langsung kepada usaha-usaha
perikanan. Pemerintah biasanya memberikan fasilitas berupa kemudahan-
kemudahan perijinan dan fasilitas. Ini memberikan keuntungan ganda
kepada perusahaan.

D. Gambaran Penggambaran Sektor Perikanan di Indonesia


Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas lautan kurang
lebih 2/3 dari keseluruhan wilayah. Banyak sekali sumber daya yang
terkandung di dalam perairan yang menghubungkan pulau-pulau di negeri
ini. Salah satunya sumber daya ikan. Ikan sendiri dimengerti sebagai
segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya
berada di dalam lingkungan perairan.
Dalam mengelola sumber daya ikan, pemerintah Indonesia
membagi perairannya menjadi 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP)
Republik Indonesia, seperti tergambar di bawah ini :

Dari ke-11 WPP yang ditetapkan terdapat 4 WPP yang seluruh


areanya berada di dalam perairan Indonesia, yaitu WPP 712, 713, 714 dan
715. Ketujuh WPP yang lain, sebagian areanya berbatasan dengan negara
tetangga atau laut lepas, yaitu WPP 571, 572, 573, 718, 717, 716, dan 711.
WPP 571 mencakup perairan di Selat Malaka. Di Samudera Hindia
terdapat WPP 572 dan WPP 573 dengan garis pembagi di Selat Sunda.
Perairan antara Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat hingga Laut Natuna
termasuk ke dalam WPP 711. Di perairan yang menghubungkan Indonesia
dan Filipina, yaitu Laut Sulawesi merupakan WPP 716. Di utara Papua
yang berhubungan langsung dengan Samudera Pasifik dijadikan WPP 717

9
dan akhirnya WPP 718 meliputi Laut Arafuru dan Selat Timor, yang
berbatasan dengan Timor Timur dan Australia.

Laut Jawa sendiri merupakan WPP 712. Perairan bagian utara Bali-Nusa
Tenggara Barat sampai Selat Makassar menjadi bagian WPP 713. Adapun
Laut Banda yang menghubungkan Maluku, Nusa Tenggara Timur dan
Sulawesi Tenggara ditetapkan menjadi WPP 714. Sedangkan sebagian
kepala burung Papua, Maluku Utara dan Sulawesi Tengah yang
dihubungkan Laut Seram dan Teluk Tomini merupakan WPP 715. Untuk
mengendalikan eksploitasi sumber daya ikan, pemerintah melakukan
penetapan estimasi potensi di setiap WPP. Pada Agustus 2011 ditetapkan
estimasi potensi di seluruh Indonesia sebesar 6.520.000 ton sumber daya
ikan. Sedangkan pada Agustus 2016, penetapan potensi estimasi
bertambah sehingga jumlahnya menjadi 9.931.922 ton. Kebijakan tahun
2016 itu menetapkan pula secara eksplisit jumlah tangkapan ikan yang
diperbolehkan (JTB) sebesar 7.945.541 ton. Rincian lengkapnya terdapat
pada grafik berikut :

Pada grafik di atas, total estimasi potensi ditetapkan pada semua


WPP mengalami peningkatan di tahun 2016. Peningkatan terbesar terdapat
di Laut Arafuru-Selat Timor (WPP 718), yaitu sebanyak 1.043.000an ton
dan Pesisir Barat Sumatera (WPP 572) sebanyak 662.000an ton.

Jika membandingkan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB)


[5] antara tahun 2011 dan 2016, maka terjadi penetapan penurunan pada 4
WPP, yaitu Laut Natuna-Selat Karimata (WPP 711), Laut Jawa (WPP
712), Laut Flores-Selat Makassar (WPP 713) dan Laut Seram-Teluk
Tomini (WPP 715). Masing-masing sebanyak 86.000an ton, 51.000an ton,
108.000an ton dan 80.000an ton.
Pertumbuhan perikanan tangkap laut dari tahun 2011-2015 terus
mengalami peningkatan dengan produksi tahun 2015 mencapai 6.204.668
ton. Jumlah ini masih berada di bawah penetapan potensi estimasi tahun
2011. Penetapan potensi estimasi 2016 sebanyak 9,9[6] juta ton dan
terutama jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JBT) 2016, sebanyak 7,9
juta ton, dengan demikian memberi peluang penambahan produksi bagi
pengusaha perikanan dan nelayan. Besarnya peluang tersebut tergambar
pada grafik di bawah ini :

10
Di rencana strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan 2010-
2014, target produksi perikanan laut terlewati di tahun 2013 dan 2014. Hal
ini bisa jadi berarti pengendalian produksi masih menjadi tantangan
walaupun potensi estimasi tidak terlewati. Secara keseluruhan renstra KKP
memasang target selalu di bawah jumlah tangkapan yang diperbolehkan.
Itu sejalan dengan kebijakan pengendalian produksi yang terus digalakkan.
Dari semua produksi perikanan tangkap laut, ternyata grafik di atas
menunjukkan persentase hasil produksi yang dijual di TPI dari tahun
2011-2015 tidak pernah melebihi 11%. Namun bertambahnya potensi
tangkapan belum diikuti kemampuan dalam negeri untuk mengekstraksi
sumber daya ikan. Pelaku penangkapan ikan di laut menunjukkan
kecenderungan menurun. Demikian juga kecenderungan jumlah armada
kapal motor yang harapannya bisa berlayar sampai di Zona Ekonomi
Eksklusif (ZEE), ternyata terlihat menurun. Kecenderungan meningkat
hanya terlihat di armada perahu motor tempel.

Sumbangan sektor perikanan (tidak hanya perikanan


tangkap) terhadap penerimaan Negara tahun 2015 dan 2016, baik
dari kelompok pajak maupun kelompok Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) ternyata masih di bawah 1% dari total masing-
masing kelompok penerimaan.

11
Besaran total pajak sektor perikanan sebetulnya mengalami
kecenderungan naik hingga tahun 2015 sampai mendekati 1 T (941,8 M).
Namun di tahun 2016 terjadi penurunan menjadi 839, 5 M. Pajak dari
perikanan pengolahan dan perdagangan (perikanan lainnya) konsisten
memberikan sumbangan terbesar pada sector ini. Pajak dari perikanan
tangkap mengalami puncak pertumbuhan pada tahun 2014 dan setelah itu
menunjukkan gejala menurun.

Besar sumbangan pajak perikanan yang tersaji pada grafik di atas


ternyata belum mencerminkan potensi yang ada. Menurut data Ditjen
Pajak, terdaftar 99.815 Wajib Pajak yang terdiri dari 97.965 WP
KLU[9] Perikanan (Tangkap, Budidaya, Industri Pengolahan dan
Perdagangan Perikanan) dan 1.850 KLU Non Perikanan[10].
Dari data tersebut, Wajib Pajak yang melapor SPT (termasuk yang
nihil) yang menyumbangkan realisasi pajak perikanan persentasenya tidak
pernah melebihi 20% dari tahun 2012-2016. Berturut-turut persentase WP
yang melapor SPT adalah 13,53%, 14,02%, 16,13&, 19,48% dan 18,81%.

Jika kita menyatukan 1.850 WP KLU Non Perikanan[11] ke dalam


total wajib pajak KLU Perikanan dan jika diasumsikan karakteristik WP
tidak berbeda jauh, maka akan dapat diperhitungkan simulasi potensi pajak
perikanan sebagaimana tersaji dalam tabel di bawah ini :

12
Potensi yang terhitung pada masing-masing tahun anggaran
menunjukkan nilai di atas 2 T. Jika dibandingkan realisasi pajak
perikanan, maka besar potensi pajak perikanan di tiap tahun adalah 639%,
613%, 520%, 413% dan tahun 2016 sebesar 431%. Ditinjau dari
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), realisasi yang melebihi target
pendapatan perikanan, hanya terjadi di tahun 2011 dan 2012. Setelah itu
realisasi pendapatan perikanan belum pernah mencapai target kembali.
Berturut-turut pencapaian realisasi 2011-2017 adalah sebagai berikut 
123%, 144%, 92%, 87%, 14%, 52% dan pencapaian semester 1 TA 2017
sebesar 18% dari target. Akan tetapi, pada tahun 2016 terdapat tanda
peningkatan realisasi pendapatan perikanan, yaitu menjadi Rp
362.117.397.236,-. Hal ini melompat 457 % dari realisasi tahun 2015.

Jika dihitung berdasarkan selisih target dan realisasi, maka terdapat


kehilangan potensi penerimaan negara selama 6,5 tahun sebanyak Rp
1.559.421.237.019,- Jika tanpa memperhitungkan semester 1 tahun 2017,
maka potensi kehilangan sebanyak Rp 785.121.237.019,-

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan dan Saran
Berbagai jenis ikan laut, ikan palagis dan demersal di perairan
Indonesia merupakan ikan-ikan yang bernilai jual tinggi, baik di pasar
domestic maupun ekspor. Khusus untuk ikan karang, Indonesia bahkan
menjadi produsen terbesar di dunia, baik ikan konsumsi, maupun ikan
hias. Ikan-ikan karang banyak diproduksi antara lain kerapu, kakap,
napoleon, kakatua, ekor kuning, beronang, kurisi, dan kue.
Berangkat dari pengetahuan bahwa Indonesia merupakan produsen
terbesar di dunia maka sudah seharusnya, sektor perikanan tidak lagi
dijadikan sektor ke sekian dari semua sektor yang menunjang
perekonomian Indonesia. Sektor perikanan harus didukung
perkembanganya, sehingga Indonesia benar-benar bisa menjadi sentra ikan
di dunia.

14
DAFTAR PUSTAKA

Irianto, Agus. 2003. Probiotik Akuakultur. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press
Kordi, M. Ghufran H. dan Andi Tamsil. 2010. Pembenihan Ikan Laut
Ekonomis Secara Buatan. Yogyakarta: ANDI

Dahuri, Rokhim dkk. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir


dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: Pradnya Paramita
https://azainul340.blogspot.com/2013/11/makalah-perikanan-
perekonomian-indonesia.html
https://inisiatif.org/?p=12815

15
16

Anda mungkin juga menyukai