PENDAPATAN NASIONAL
Dosen Pembimbing:
Chandra Emirullah
Disusun oleh:
1. Adelia Rizkia Savira 1302181089
2. Fadhila Muthia Dwiriski 1302180868
3. Muhammad Abdul Azis 1302180184
4. Novi Anggraini Saragih 1302180738
5. Vira Ikhwani 1302180655
KELAS 2-36
PROGRAM DIPLOMA III AKUNTANSI
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang
mana atas limpahan berkat dan rahmat-Nya kepada tim penulis, kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar dalam memenuhi tugas mata
kuliah ekonomi makro yang diberikan oleh dosen pengajar jurusan DIII Akuntansi
PKN STAN yang kami hormati dengan judul “Sumber-Sumber Pendapatan
Nasional”.
Penulis
i
Daftar Isi
ii
BAB I Pendahuluan
1
atau dalam kata lain total pendapatan yang diterima masyarakat dalam suatu
negara. Oleh karena pendapatan nasional merupakan tolak ukur keberhasilan
pertumbuhan ekonomi suatu negara, maka penting bagi rakyat indonesia
khususnya para pelajar dan akademisi untuk mempelajari peranan pendapatan
nasional dan sumber-sumbernya. Semakin tinggi pendapatan nasional, maka
semakin sejahtera masyarakat di negara tersebut.
2
BAB II Pembahasan
3
produksi juga berjalan dengan lancar dan baik.Selain itu, GDB juga
dipengaruhi oleh peningkatan produktifitas, dimana semakin tinggi
produktifitas maka akan semakin meningkat pendapatan nasional suatu negara,
begitu pula sebaliknya.
Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum
diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP
dianggap bersifat bruto/kotor atau disebut juga dengan Pendapatan Domestik
Bruto (PDB) merupakan nilai pasar dari semua barang dan jasa final yang
diproduksi dalam sebuah negara pada suatu periode (Mankiw, 2006, p6),
meliputi faktor produksi milik warga negaranya sendiri maupun milik warga
negara asing yang melakukan produksi di dalam negara tersebut.
4
berada di suatu wilayah selama periode tertentu. Jadi, sudah pasti bahwa setiap
daerah di suatu negara mempunyai produk domsetik regional bruto yang
berbeda-beda tergantung penghasilan daerah yang bersangkutan.
5
perusahaan), dan iuran pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga
kerja dan setiap perusahaan dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah
tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja).
Sebenarnya pendapatan perseorangan tidak diambil dari pendapatan per
individu atau per kapita, namun menekankan pada pendapatan bersih yang
telah diterima oleh masyarakat. Selain itu, pendapatan per kapita tidak bisa
dijadikan sebagai dasar dan patokan karena kondisi masyarakat setiap negara berbeda-
beda.
1. Pendekatan Pendapatan
Menghitung pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan yaitu
dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan berupa upah/wage,
sewa/rent, bunga/interest, dan laba/profit yang diterima seluruh rumah
tangga konsumsi dalam suatu negara dalam periode tertentu sebagai
imbalan dari fakto-faktor produksi yang disediakan kepada perusahan
dalam proses operasinya.
Rumus pendapatan nasional dengan metode pendapatan
Y=W+R+I+P
6
Keterangan :
Y : Pendapatan Nasional
W : Upah yang diterima faktor produksi
R : Sewa yang dibayarkan oleh perusahaan untuk modal
I : Bunga modal dalam proses perekonomian
P : Laba yang dihasilkan dalam suatu perekonomian
2. Pendekatan Pengeluaran
Berbeda dengan metode pendapatan, menghitung pendapatan nasional
dengan pendekatan pengeluaran yaitu dengan cara menghitung jumlah
seluruh pengeluaran guna memperoleh barang dan jasa yang diproduksi
salam suatu negara dalam periode tertentu. Perhitungan dengan pendekatan
ini dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat
komponen ekonomi nasional, yaitu Rumah Tangga/ Consumption,
Pemerintah/ Government Spending, Pengeluaran Investasi/Investment, dan
jumlah bersih nilai ekspor dikurangi nilai impor/X-M
Rumus Pendapatan Nasional dengan metode pengeluaran
Y = C + I + G + NX (X-M)
Keterangan:
Y : Pendapatan Nasional
C : Consumption, konsumsi rumah tangga
I : Investment, pengeluaran investasi setiap orang
G : Government Spending, pengeluaran yang dilakukan oleh
pemerintah
NX : Net Export, jumlah bersih ekspor dikurangi impor, atau dalam kata
lain X-M
X : Export, ekspor yang dilakukan suatu negara
M : Import, impor yang dilakukan suatu negara
Perhitungan pendapatan nasional dengan konsep pendapatan nasional
GNP dapat dilakukan dengan menjumlahkan permintaan akhir setiap unit
ekonomi, yaitu seperti yang telah dijelaskan diatas, yaitu :
a. Konsumsi Rumah Tangga
7
b. Pengeluaran Pemerintah
c. Investasi Perusahaan
d. Pengeluaran negara berupa ekspor dan impor(Ekonomi Makro Islam
: Pendekatan Teoritis, 2009)
Rumus Pertumbuhan Ekonomi
g = {(PDB tahun lalu – PDB tahun sekarang)/ PDB tahun lalu}
x 100%
Keterangan :
g : Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
PDB : PDB riil suatu negara
3. Pendekatan Produksi
Terakhir, Berbeda dengan metode pendapatan dan pengeluaran,
menghitung pendapatan nasional dengan pendekatan produksi yaitu dengan
cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan suatu negara dari
berbagai sektor, seperti agraria, jasa, industri, dan pertambangan di suatu
negara dalam suatu periode tertentu, dengan catatan, nilai produk yang
dihitung dalam metode ini adalah nilai jasa dan barang jadi, bukanlah nilai
barang mentah atau barang yang masih dalam tahap produksi atau barang
setengah jadi.
Rumus Pendapatan Nasional dengan metode produksi
Y = (PxQ)1 + (PxQ)2 + … + (PxQ)n
Keterangan:
P : Price, Harga
Q : Quantity, kuantitas
Perhitungan pendapatan nasional dengan konsep pendapatan GDP,
perhitungan pendapatan produksi di Indonesia dilakukan dengan
menjumlahkan seluruh sektor industri yang ada. Unit produksi dalam
perhitungannya dikelompokkan ke dalam 9 sektor, yaitu
a. Sektor Pertanian
b. Sektor Pertambangan dan Penggalian
c. Sektor Industri Pengolahan
8
d. Sektor Listrik, Air Bersih, dan Gas
e. Sektor Bangunan
f. Sektor Perdagangan, Hotel, Restoran
g. Sektor Pengangkutan dan komunikasi
h. Sektor Jasa Keuangan, Persewaan, Perusahaan
i. Sektor Jasa lainnya
2. Jenis-jenis Pajak
1. Jenis Pajak Berdasarkan Sifat
Berdasarkan sifatnya, pajak digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu: pajak tidak
langsung dan pajak langsung.
a) Pajak Tidak Langsung (Indirect Tax)
Pajak tidak langsung merupakan pajak yang hanya diberikan kepada wajib
pajak bila melakukan peristiwa atau perbuatan tertentu. Sehingga pajak
tidak langsung tidak dapat dipungut secara berkala, tetapi hanya dapat
dipungut bila terjadi peristiwa atau perbuatan tertentu yang menyebabkan
kewajiban membayar pajak. Contohnya: pajak penjualan atas barang
mewah, di mana pajak ini hanya diberikan bila wajib pajak menjual barang
mewah.
9
b) Pajak Langsung (Direct Tax)
Pajak langsung merupakan pajak yang diberikan secara berkala kepada
wajib pajak berlandaskan surat ketetapan pajak yang dibuat kantor pajak. Di
dalam surat ketetapan pajak terdapat jumlah pajak yang harus dibayar wajib
pajak. Pajak langsung harus ditanggung seseorang yang terkena wajib pajak
dan tidak dapat dialihkan kepada pihak yang lain. Contohnya: Pajak Bumi
dan Penghasilan (PBB) dan pajak penghasilan.
10
Semua pengadministrasian yang berhubungan dengan pajak pusat,
dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan
Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP), Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak serta Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak.
Sedangkan pengadministrasian yang berhubungan dengan pajak daerah,
dilaksanakan di Kantor Dinas Pendapatan Daerah atau Kantor Pajak Daerah
di bawah Pemerintah Daerah setempat.
c. Stelsel Campuran
Merupakan kombinasi antara stelsel Nyata dan stelsel anggapan. Pada awal
tahun dihitung berdasarkan anggapan dan akhir tahun disesuaikan dengan
keadaan yang sebebnarnya.
11
4. Sistem Pemungutan Pajak
a. Self Assessment System
Self Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang
membebankan penentuan besaran pajak yang perlu dibayarkan oleh wajib
pajak yang bersangkutan secara mandiri.
Bisa dikatakan, wajib pajak adalah pihak yang berperan aktif dalam
menghitung, membayar, dan melaporkan besaran pajaknya ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui sistem administrasi online yang sudah
dibuat oleh pemerintah.
Peran pemerintah dalam sistem pemungutan pajak ini adalah sebagai
pengawas dari para wajib pajak. Self assessment system biasanya diterapkan
pada jenis pajak pusat. Misalnya adalah jjenis pajak PPN dan PPh. Sistem
pemungutan pajak yang satu ini mulai diberlakukan di Indonesia setelah
masa reformasi pajak pada 1983 dan masih berlaku hingga saat ini.
Sistem pemungutan pajak ini memiliki kekuarangan, yaitu karena wajib
pajak memiliki wewenang menghitung sendiri besaran pajak terutang yang
perlu dibayarkan, maka wajib pajak biasanya akan berusaha untuk
menyetorkan pajak sekecil mungkin dengan membuat laporan palsu atas
pelaporan kekayaan
Ciri-ciri sistem pemungutan pajak Self Assessment:
Penentuan besaran pajak terutang dilakukan oleh wajib pajak itu secara
mandiri.
Wajib pajak berperan aktif dalam menuntaskan kewajiban pajaknya
mulai dari menghitung, membayar, hingga melaporkan pajak.
Pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak, kecuali jika
wajib pajak telat lapor, telat bayar pajak, atau terdapat pajak yang
seharusnya wajib pajak bayarkan namun tidak dibayarkan.
12
fiskus atau aparat perpajakan sebagai pemungut pajak kepada seorang wajib
pajak. Dalam sistem ini, wajib pajak bersifat pasif dan nilai pajak terutang
akan diketahui setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh aparat
perpajakan. Sistem pemungutan pajak ini biasanya diterapkan dalam
pelunasan pajak daerah seperti Pajak Bumi Bangunan (PBB). Dalam
pembayaran PBB, kantor pajak merupakan pihak yang mengeluarkan surat
ketetapan pajak berisi besaran PBB terutang setiap tahunnya. Wajib pajak
tidak perlu lagi menghitung pajak terutang melainkan cukup membayar
PBB berdasarkan Surat Pembayaran Pajak Terutang (SPPT) yang
dikeluarkan oleh KPP tempat objek pajak terdaftar.
Ciri-ciri sistem perpajakan Official Assessment:
Besarnya pajak yang dikenakan dihitung oleh petugas pajak.
Wajib pajak sifatnya pasif dalam perhitungan pajak mereka.
Besaran pajak terutang akan dketahui setelah petugas pajak menghitung
pajak yang terutang dan menerbitkan surat ketetapan pajak.
Pemerintah memiliki hak penuh dalam menentukan besarnya pajak yang
wajib dibayarkan.
c. Withholding System
Pada siistem pemungutan pajak withholding system, besarnya pajak
biasanya dihitung oleh pihak ketiga. Bukan mereka wajib pajak dan bukan
juga aparat pajak/fiskus. Contoh Witholding System adalah pemotongan
penghasilan karyawan yang dilakukan oleh bendahara instansi atau
perusahaan terkait. Jadi, karyawan tidak perlu lagi pergi ke kantor pajak
untuk membayarkan pajak tersebut. Jenis pajak yang biasanya
menggunakan withholding system di Indonesia adalah PPh Pasal 21, PPh
Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN. Bukti potong
atau bukti pungut biasanya digunakan sebagai bukti atas pelunasan pajak
dengan menggunakan sistem ini. Untuk beberapa kasus tertentu, bisa juga
menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Bukti potongan tersebut nantinya
akan dilampirkan bersama SPT Tahunan PPh/SPT Masa PPN dari wajib
pajak yang bersangkutan.
13
5. Konsep Tarif Pajak
Tarif pajak merupakan dasar pengenaan pajak atas objek pajak yang
menjadi tanggung jawab wajib pajak. Biasanya tarif pajak berupa persentase
yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Ada berbagai jenis tarif pajak dan
setiap jenis pajak pun memiliki nilai tarif pajak yang berbeda-beda. Dasar
pengenaan pajak merupakan nilai dalam bentuk uang yang dijadikan dasar
untuk menghitung pajak terutang. Secara struktural, tarif pajak dibagi
menjadi 4 jenis, antara lain:
a. Tarif Progresif
Tarif pajak progresif merupakan tarif pungutan pajak yang mana persentase
akan naik sebanding dengan dasar pengenaan pajaknya. Di Indonesia itu
sendiri, tarif pajak progresif ini diterapkan untuk pajak penghasilan (PPh)
wajib pajak orang pribadi, seperti:
Lapisan penghasilan kena pajak (PKP) sampai Rp50 juta, tarif pajaknya
5%.
Lapisan PKP lebih dari Rp50 - Rp250 juta, tarif pajaknya 15%.
Lapisan PKP lebih dari Rp250 -Rp500 juta, tarif pajakya 25%.
Lapisan PKP di atas Rp500 juta, tarif pajaknya 30%.
b. Tarif Degresif
Tarif degresif ini kebalikan dari tarif progresif. Artinya, tarif pajak ini
merupakan tarif pajak yang persentasenya akan lebih kecil dari jumlah yang
dijadikan dasar pengenaan pajak tinggi. Atau, persentase tarif pajak akan
semakin rendah ketika dasar pengenaan pajaknya semakin meningkat. Jadi,
jika persentasenya semakin kecil, jumlah pajak terutang tidak ikut mengecil.
Melainkan bisa jadi lebih besar karena jumlah yang dijadikan dasar
pengenaan pajaknya semakin besar.
c. Tarif Proporsional
Tarif proporsional merupakan tarif yang persentasenya tetap meski terjadi
perubahan terhadap dasar pengenaan pajak. Jadi, seberapa pun jumlah objek
14
pajak, persentasenya akan tetap. Contohnya adalah Pajak Pertambahan Nilai
(10%) dan PBB (0,5%) dari berapa pun objek pajaknya.
d. Tarif Tetap/Regresif
Tarif tetap atau tarif pajak regresif adalah tarif pajak yang nominalnya tetap
tanpa memerhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya. Tarif
tetap juga dapat diartikan sebagai tarif pajak yang akan selalu tetap sesuai
dengan peraturan yang telah diberlakukan, seperti Bea Meterai dengan nilai
atau nominal sebesar Rp3.000 dan Rp6.000.
15
Objek pajak atau orang yang dikenakan PPN diatur dalam pasal 4 Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1984 tentang PPN dan perubahannya yakni
Undang-Undang 42 Tahun 2009 yang mulai berlaku sejak 1 Januari 2010.
Dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1984 tentang PPN
disebutkan, pungutan ini dikenakan atas:
Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di dalam daerah pabean yang
dilakukan Pengusaha
Impor Barang Kena Pajak.
Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam daerah pabean yang
dilakukan oleh pengusaha.
Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar daerah
pabean di dalam daerah pabean.
Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean di dalam paerah
pabean.
Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.
Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.
Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
Daerah pabean adalah wilayah di dalam kawasan Republik Indonesia yang
meliputi wilayah darat, perairan, udara, dan tempat-tempat tertentu di Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku
undang-undang yang mengatur tentang kepabean (UU Nomor 10 Tahun
1995 yang telah diubah dengan UU Nomor 17 Tahun 2006 tentang
Kepabean).
16
Barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu.
Barang yang pada umumnya dikonsumsi masyarakat yang
berpenghasilan tinggi.
Untuk melaporkan PPnBM, wajib pajak dapat menggunakan formulir SPT
Masa PPN 1111. SPT Masa PPN 1111 merupakan formulir yang digunakan
oleh para wajib pajak untuk melaporkan penghitungan jumlah pajak baik
untuk melapor PPN maupun Pajak Penjualan Barang Mewah yang terutang.
d. Bea Materai
Bea Meterai (BM) merupakan pajak yang dikenakan atas pemanfaatan
dokumen seperti surat perjanjian, akta notaris, kwitansi pembayaran
dan surat berharga yang memuat nominal uang di atas jumlah dan ketentuan
tertentu.
Untuk pelunasan Bea Meterai, kita mengenal dua cara yakni:
1. Benda meterai yang merupakan meterai tempel dan kertas meterai.
2. Cara lainnya adalah dengan cara yang sudah ditetapkan Menteri
Keuangan. Cara ini menggunakan teknologi pencetakan dan sistem
komputerisasi.
Nilai dari Bea Meterai juga terbagi menjadi 2 yaitu Rp 3.000 dan Rp 6.000.
Kedua nilai tersebut digunakan tergantung dari kebutuhannya.
17
Berikut ini macam-macam pajak daerah atau pajak yang dipungut
pemerintah daerah yaitu Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bemotor, Pajak Air Permukaan, Pajak Rokok,
Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan,
Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak
Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan/atau Bangunan, Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan
Perkotaan.
18
3. Penetapan Tarif Pendapatan Negara Bukan Pajak
Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak ditetapkan dengan
memperhatikan dampak pengenaan terhadap masyarakat dan kegiatan
usahanya, biaya penyelenggaraan kegiatan Pemerintah sehubungan dengan
jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang bersangkutan, dan aspek
keadilan dalam pengenaan beban kepada masyarakat. Tarif atas jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak ditetapkan dalam Undang-undang atau
Peraturan Pemerintah yang menetapkan jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang bersangkutan.Berikut beberapa pendekatan yang dipakai dan
digunakan untuk menetapkan tarif penerimaan negara bukan pajak
(PNBP),yakni :
a) Tarif cost minus
Pendekatan ini dilakukan ketika pada suatu kondisi besaran tarif dari
penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang dikenakan lebih rendah
daripada dana yang dikeluarkan untuk memberikan pelayanan atau yang
lainnya. Contohnya ketika besaran tarif pelayanan yang ditetapkan
sebelumnya adalah Rp 35.000/ layanan namun yang terjadi di lapangan atau
kondisi realnya biaya atau tarif pelayanan sebesar Rp 40.000/ layanan.
19
daripada dana yang dikeluarkan untuk memberikan pelayanan atau yang
lainnya. Contohnya besaran tarif yang ditentukan dan diterapkan
sebelumnya sebesar Rp 35.000/ layanan. Namun di lapangan besar tarif per
layanan hanya Rp 30.000/ layanan. Maka sisa dana yang tidak terpakai
digunakan untuk kepentingan lainnya.
20
dolar Amerika Serikat menjadi Rp15.000 per dolar Amerika Serikat dalam
APBN tahun 2019.
Pendapatan SDA nonmigas dalam APBN tahun 2019 tetap didominasi oleh
pendapatan yang berasal dari pertambangan mineral dan batubara yang
mencapai Rp24.960,7 miliar. Selanjutnya pendapatan SDA nonmigas yang
berasal dari kehutanan sebesar Rp4.511,5 miliar, perikanan sebesar Rp625,8
miliar dan panas bumi sebesar Rp878,4 miliar. Dalam tahun 2019,
pendapatan SDA nonmigas tersebut meningkat sebesar 24,6 persen jika
dibandingkan dengan targetnya dalam outlook tahun 2018.
21
c) PNBP Lainnya
Secara garis besar PNBP lainnya dikelompokkan ke dalam beberapa
jenis pendapatan, antara lain: (i) pendapatan dari penjualan, pengelolaan
barang milik negara (BMN), dan iuran badan usaha; (ii) pendapatan
administrasi dan penegakan hukum; (iii) pendapatan kesehatan,
perlindungan sosial, dan keagamaan; (iv) pendapatan pendidikan, budaya,
riset, dan teknologi; (v) pendapatan jasa transportasi, komunikasi dan
informatika; (vi) pendapatan jasa lainnya; (vii) pendapatan bunga,
pengelolaan rekening perbankan, dan pengelolaan keuangan; (viii)
pendapatan denda; dan (ix) pendapatan lain-lain. Dalam APBN tahun 2019,
PNBP lainnya ditargetkan mencapai Rp94.069,3 miliar atau naik 2,3 persen
jika dibandingkan dengan targetnya dalam outlook tahun 2018 sebesar
Rp91.962,1 miliar.
22
indikator KPI yang lebih menantang; (ii) melakukan evaluasi terhadap BLU
yang kinerjanya cenderung stagnan atau menurun, yang dapat berimplikasi
terhadap pencabutan status pengelolaan keuangan BLU sesuai dengan PMK
180 tahun 2016 tentang Penetapan dan Pencabutan Penerapan Pola
Pengelolaan Keuangan BLU pada Satuan Kerja Instansi Pemerintah; (iii)
mendorong optimalisasi atas aset-aset yang dimiliki BLU sebagai sumber
pendapatan diantaranya melalui kerjasama operasional.
23
untuk mendukung kegiatan K/L/Pemerintah
Daerah/BUMN
- Jasa
Hibah yang diterima pemerintah berupa jasa
tertentu yang kegiatannya dilaksanakan oleh
pemberi hibah untuk mendukung kegiatan
K/L/Pemerintah Daerah/BUMN
III. Hibah Surat Berharga
Hibah yang diterima pemerintah yang dapat berupa
saham kepemilikan pada perusahaan
Mekanisme Pencairan
Berdasarkan mekanisme pencairannya, hibah dibagi menjadi
:
I. Hibah Terencana
Perencanaan Hibah Terencana
Perencanaan ini meliputi adanya Rencana
Kegiatan Jangka Menengah dan Tahunan
mencakup Rencana Pemanfaatan Hibah
(RPH) dan Daftar Rencana Kegiatan Hibah
(DRKH). RPH memuat kebijakan, strategi
pemanfaatan hibah jangka menengah sesuai
prioritas pembangunan. DRKH memuat
rencana tahunan kegiatan
K/L/Pemda/BUMN yang layak dibiayai
dengan hibah dan telah mendapat indikasi
pendanaan dari pemberi hibah.
Proses Usulan
Pada proses ini, Menkeu mengusulkan
kegiatan kepada Calon Donor berdasarkan
DRKH
Pelaksana Perundingan Hibah
Perundingan Hibah dilaksanakan oleh
Menteri Keungan atau pejabat yang telah
diberi kuasa. Pelaksanaan perundingan
dimaksud melibatkan unsur Kementrian
Keuangan, Kementrian Perencanaan,
dan/atau Kementrian/Lembaga teknis lainnya
Penandatangan Perjanjian Hibah
Penandatanganan ini dilakukan melalui
Menteri Keuangan atau pejabat lainnya yang
diberi kuasa
Perubahan Perjanjian Hibah
Perubahan ini dilakukan melalu Menteri
Keuangan
Penarikan Dana Hibah
24
Penarikan Dana Hibah dilakukan melalui
KPPN (on Treasury)
25
Hibah yang berasal dari dalam negeri bersumber dari
:
Lembaga Keuangan Dalam Negeri
Lembaga Non Keuangan Dalam Negeri
Pemerintah Daerah
Perusahaan asing yang berdomisili di wilayah
NKRI
Lembaga lainnya dan perorangan
3. Siklus Hibah
Siklus Hibah dimulai dari perencanaan, kemudian dilanjutkan dengan
perundingan, penandatanganan perjanjian, penganggaran dan pelaksanaan,
selanjutnya penatausahaan, monitoring dan evaluasi, serta diakhiri dengan
pertanggung jawaban atas hasil pendapatan hibah. Setelah satu siklus
selesai, maka siklus dimulai kembali dari awal mula, yaitu perencanaan.
4. Pengesahan Hibah
Tata cara pengesahan hibah dibagi menjadi dua, yaitu :
a) Tata cara pengesahan hibah dalam bentuk uang (kas)
Pengesahan melalui tahap ini dilakukan melalui tahapan :
Pengajuan permohonan nomor register
Pengelolaan rekening hibah
Penyesuaian pagu hibah dalam DIPA
Pengesahan pendapatan dan belanja
26
Penyampaian Surat Pernyataan Telah Menerima Hibah
(SPTMH) dan Surat Pengesahan Hibah (SPH-BJ)
Pengesahan SPH-BJ
Pencatatan dalam Catatan atas Laporan Keuangan K/L
7. Pengukuran Hibah
Hibah yang diterima oleh pemerintah dalam bentuk :
a) Uang tunai, dicatat sebesar nilai nominal hibah yang diterima dan
disetorkan langsung ke Rekening Kas Umum Negara atau rekening
yang ditentukan oleh Menteri sebagai bagian dari Penerimaan
APBN
b) Uang untuk membiayai kegiatan, dicatat sebesar nilai nominal hibah
yang diterima dan dicantumkan dalam dokumen pelaksanaan
anggaran
27
c) Barang/ jasa, dinilai dengan mata uang rupiah pada saat serah terima
barang/jasa untuk dicatat dalam Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat
d) Surat berharga, dinilai dengan mata uang rupiah berdasarkan nilai
nominal yang disepakati pada saat serah terima oleh pemberi hibah
dan pemerintah untuk dicatat dalam Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat
8. Pengakuan Hibah
Pendapatan hibah diakui pada saat kas diterima atau saat pengesahan
dilakukan oleh Direktorat Pengelolaan Kas Negara Ditjen Perbendaharaan
dan/atau Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Khusus Jakarta
VI
28
Gambar 1: Postur APBN 2019
29
Gambar 2 : Postur APBN 2018
Dalam postur APBN 2018, Hibah ditargetkan sebesar 1,2 Triliun rupiah.
Pada realisasi nya, hibah tahun 2018 mencapai angka 5,4 Triliun rupiah
sedangkan pada APBN 2019, hibah ditargetkan sebesar 0,4 Triliun rupiah.
30
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan
Setelah pembahasan di atas, maka dapat ditarik beberapa poin kesimpulan,
diantaranya yaitu:
Pendapatan Nasional adalah faktor penting penentu perekonomian suatu
negara, karena memperkirakan pendapatan total yang diperoleh seluruh
rakyatnya atau ukuran besarnya produksi barang dan jasa yang dihasilkan
suatu negara tertentu dalam periode tertentu
Dalam menghitung pendapatan nasional, Indonesia dapat menggunakan
berbagai pendekatan atau metode yang berlainan, yaitu metode pendapatan
yang berfokus untuk menghitung upah, sewa, bunga, dan laba yag
dihasilkan pada suatu perekonomian suatu negara dalam periode tertentu,
atau menggunakan metode pengeluaran yang menghitung seluruh
pegeluaran suatu negara yang berfokus pada pengeluaran pemerintah,
investasi perusahaan, konsumsi rumah tangga, dan nilai ekspor bersih
negara tersebut, serta dapat menggunakan metode produksi yang
menghitung nilai produksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian
negara dalam periode yang telah ditetapkan.
Secara sederhana, pendapatan nasional dapat diartikan sebagai jumlah
barang dan jasa yang dihasilkan suatu Negara pada periode tertentu
biasanya satu tahun. Ruang lingkup yang berkaitan dengan pendapatan
nasional antara lain : GDP, GNP, GDRP, NNP, NI, DI, PI.
3.2 Saran
Saran dari kami mengenai pendapatan nasional adalah diharapkan warga
negara Indonesia dapat memahami dengan baik pengetahuan tentang pendapatan
nasional sehingga dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari
yaitu dengan cara membayar pajak tepat waktu demi peningkatan pendapatan
nasional dan kesejahteraan masyarakat.
31
Daftar Pustaka
Anonim. Nota Keuangan dan RAPBN. Berbagai Edisi. Dep. Keu .RI, Jakarta.
Https://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/ekonomi-makro/penerimaan-negara-
bukan-pajak
Https://id.wikipedia.org/wiki/Penerimaan_Negara_Bukan_Pajak
Https://www.kemenkeu.go.id/media/11212/nota-keuangan-beserta-apbn-ta-
2019.pdf
32