Anda di halaman 1dari 5

UJIAN TENGAH SEMESTER

HUKUM DAN PERBATASAN NEGARA

Dosen : Dr. Budi H. Bangun, S.H., M.Hum

DISUSUN OLEH :

MARIANA WINA MEGAWATI, S.H


NIM. A2021221014

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
MAGISTER ILMU HUKUM
2021/2022
A. Latar Belakang Masalah
Kita kenal bahwa Nagara Indonesia merupakan Negara Kepulauan. Indonesia
memiliki beberapa wilayah yang berbatasan dengan Negara tetangga baik didarat
maupun dilaut. Di darat Indonesia berbatasan langsung dengan Negara tetangga
seperti Malaysia, Timor Leste dan Papua Nugini sedangkan di laut Indonesia
berbatasan langsung dengan India, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina,
Palau, Australia, Timor Leste dan Papua Nugini. Salah satu wilayah Indonesia yang
berbatasan langsung di darat dengan Malaysia yaitu Kecamatan Entikong dengan
Sarawak, Malaysia bagian timur. Perbatasan sebagai “teras depan” suatu Negara,
wilayah Indonesia menyimpan beberapa masalah kompleks baik dari aspek keamanan
(illegal smuggling, illegal logging, terorisme) maupun aspek sosio-ekonomi yang mana
dapat berpotensi mengancam kedaulatan Negara Indonesia. 1
Sehingga perlunya
pengelolaan perbatasan Negara yang tepat.
B. Pembahasan
Dalam pengelolaan perbatasan ada beberapa teori yang digunakan. Menurut Stephen
B Jones ada empat teori yaitu : allocation, Delimitation, demarcation dan administration.
a. Allocation
Allocation (alokasi) merupakan ruang lingkup wilayah di tentukan berdasarkan
hukum nasional dan hukum internasional dan untuk Indonesia sendiri menggu-
nakan prinsip uti possidetis juris yang dibwariskan oleh Belanda.2 Dalam konsep
alokasi juga mencakup bagaimana sebuah Negara memperoleh atau kehilan-
gan wilayahnya. Alokasi adalah tahap proses politik untuk menentukan pemba-
3
gian wilayah territorial antara dua Negara. Garis alokasi didefinisikan dengan
beberapa cara, yang pertama yaitu dasar batas yang melekat pada batas yang
sudah ada misalnya batas wilayah suku atau batas wilayah desa atau garis sep-
anjang suatu punggung bukit. Kedua, garis alokasi didasarkan atas batas
wilayah administrasi atau batas internasional yang sudah ada. Ketiga, garis
alokasi menggunakan kenampakan geografis alami seperti sungai, danau, se-
lat, rangkain pegunungan, serta Keempat, garis alokasi didasarkan atas metode
geometris menggunakan garis lintang atau garis bujur astronomi. 4 Di per-
batasan antara Kalimantan Barat khususnya di Entikong dengan Sarawak

1 Budi Hermawan Bangun. 2017. “Konsepsi dan Pengelolaan Wilayah Perbatasan Neegara: Perspektif Hukum
Internasional” Tanjungpura Law Jurnal Vol 1 hlm 53
2 Putu Wahyu Widiartana. 2021 “Kedudukan dan Kewenangan : Badan Nasional Pengelola Perbatasan Di In-
donesia” Jurnal Hukum & Pembangunan 51 No. 1 hlm 130.
3 Budi Hermawan Bangun. 2022. “Hukum dan Perbatasan Negara” hlm 20.
4 Dewa Gede Sudika Mangku. 2017. “Peran Border Liasion Committee (BLC) Dalam Pengelolaan Perbatasan
Antara Indonesia dan Timor Leste”. Perspektif Volume 22 No. 2 Tahun 2017 hlm.105
Malaysia secara teori alokasi wilayah kekuasaan mengikuti wilayah jajahan dari
Negara sebelumnya, contoh seperti Indonesia, wilayah kekuasaan Indonesia
saat ini merupakan warisan jajahan dari Belanda.Pada perbatasan antara In-
donesia dan Malaysia didasarkan pada Traktat London tahun 1824 yaitu perjan-
jian perbatasan antara pemerintah colonial Belanda dengan Pemerintah Kolo-
nial Inggris dimana pada waktu itu mereka masing masing Belanda menjajah In-
donesia dan Inggris menjajah Malaysia. Sehingga wilayah Indonesia meru-
pakan warisan dari Belanda dan wilayah Malaysia warisan dari Inggris. Alokasi
merupakan tahapan pertama dari teori yang di kemukakan oleh Stephen B
Jones.
b. Delimitation (Delimitasi atau Penetapan Batas)
Delimitation merupakan tahap setelah alokasi. Ada dua kegiatan penting yang
mendasar dalam delimitasi batas yaitu memilih letak garis batas dan mendefin-
isikan titik-titik batas secara presisi dalam perjanjian atau dokumen formal lain-
nya seperti peta atau koordinat. Dalam pemilihan letak garis biasanya harus
melalui proses kompromi antar para pihak baik dalam geografis maupun politik
sedangkan untuk menarik titik batas sepenuhnya bersifat teknis. Pada tahap ini,
walaupun sudah ada kesepakatan mengenai titik batas namun tetap harus di-
lakukan negosiasi tentang letak garis secara lebih rinci yang dituliskan dalam
perjanjian dan digambarkan dengan peta. Delimitasi merupakan implementasi
dari tahapan alokasi, setelah penetapan wilayah dilanjutkan dengan penetapan
secara spesifik mengenai batas wilayah. Setelah para pihak menyelesaikan
negosiasi dan menetapkan titik garis batas. Secara khusus Pemerintah Indone-
sia dengan Malaysia telah menetapkan kembali garis batas kedua Negara den-
gan Memorandum of Understanding yang ditanda tangani di Jakarta 26 Novem-
ber 1973 serta berdasarkan Minute Of The First Of The Joint Indonesia –
Malaysia Boundary Committee yang ditandatangani di Sabah tanggal 16 No-
5
vember 1974. Dikembangkan Pula PLBN di perbatasan Sarawak dengan In-
donesia salah satunya di Kecamatan Entikong, dengan adanya penentuan per-
batasan ini sehingga diharapkan dapat memajukan kerjasama antara Indonesia
dan Malaysia.

c. Demarcation (Demarkasi)
Setelah melalui proses alokasi kemudian delimitasi, tahapan selanjutnya yaitu
tahapan demarkasi yang juga dikenal dengan penegasan batas di lapangan.

5 Saru Arifin. 2009. Pelaksanaan Asas Uti Possidetis Dalam Penentuan Titik Patok Perbatasan Darat Indonesia
dengan Malaysia. Jurnal Hukum No 2 Vol 16 hlm 195
Dalam konteks ini, perbatasan sudah didefinisikan secara teknis melalui pembe-
rian tanda batas baik pemberian patok, baik perbatasan alamiah maupun bu-
atan. Dalam langkah teknis kedua belah pihak sepakat melakukan penetapan
bersama garis-garis perbatasan Negara masing-masing. Kesepakatan tersebut
diawali dengan membentuk sebuah forum bersama sebagai tempat untuk
merundingkan segala hal yang berkaitan dengan perbatasan yang kita kenal
sebagai General Border Center (GBC) dan secara teknik penentuan titik per-
batasan Indonesia dengan Malaysia dilakukan oleh badan khusus di bawah
GBC yaitu Joint Indonesia Malaysia Boundary Committee (JIMBC).6 Penentuan
batas-batas wilayah sangatlah penting untuk menjamin kejelasan dan kepastian
yurisdiksi. 7
Penetapan garis dan titik perbatasan ini sangat penting untuk
menghindari permasalahan antar Negara berkaitan dengan wilayah kekuasaan.
Di kecamatan Entikong yang berbatasan langsung dengan Malaysia dibangun
PLBN dan dikelola dengan baik.
d. Administration / Management
Tahapan ini merupakan lanjutan dari demarkasi pemisahan hak dan kewajiban
antar Negara akibat munculnya perbatasan wilayah. Pengelolaan perbatasan
yang baik, pembangunan perbatasan dapat dilaksanakan secara Overlapping
dengan demarkrasi hal ini atas dasar pertimbangan dalam kenyataan seringkali
dihadapi kendala dan dinamika yang terjadi di lapangan menyangkut aspek
ekonomi, social, budaya, dan politik sehingga seringkali dilakukan secara seg-
mentasi dan kegiatan administrasi berjalan beriringan dengan pelaksanaan
penegasan batas di lapangan. Pengelolaan perbatasan di Entikong Kalimantan
barat yang berbatasan dengan Sarawak Malaysia sudah lebih baik. Secara
ekomoni dapat terlihat pada warga Negara Indonesia khususnya di Entikong
dan Sekayam diberikan Kartu Identitas Lintas Batas (KILB) yang diperuntukkan
untuk membawa barang belanjaan untuk kebutuhan pokok sesuai dengan per-
janjian yang disepakati antara pihak Indonesia dan Malaysia yaitu Border Trade
Angreement yang mulai berlaku sejak tahun 1970.8

C. Kesimpulan
Dalam pengelolaan perbatasan memang diperlukan teori teori yang relevan dan tidak
lupa juga mengenai sejarah terbentuknya perbatasan tersebut. Dalam pembahasan kali

6 Ibid
7 Hendri Susilo dkk. 2019. Penetapan Perbatasan Indonesia-Malaysia dan Implikasinya Terhadap Ketahanan
Wilayah. Jurnal Geografi Vol 11 No 1 hlm36.
8 Budi Hermawan Bangun. 2022. Studi Sosio-Legal Terhadap Pengaturan Dan Pola Perdagangan Lintas Batas
Negara Di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong. Vol 8 No 1 hlm 144
ini membahas tentang 4 teori yang dikemukan oleh Stephen B Jones ada empat teori
yaitu : allocation, Delimitation, demarcation dan administration.

1. Berdasarkan teori tersebut kita melihat bagaimana implementasinya dalam pengelo-


laan perbatasan Entikong dengan Sarawak Malaysia. Secara Alokasi penetapan
wilayah Indonesia dan Malaysia telah ditetapkan secara uti possidetis juris dimana
Indonesia mewariskan wilayah dari Belanda dan Malaysia mewariskan wilayah dari
Inggis.
2. Setelah tahap Alokasi, selanjutnya tahapan penetapan wilayah selanjutnya lebih spe-
sifik yaitu menetapkan batas-batas wilayah salah satunya dengan cara negosiasi dan
ditetapkanlah garis batas dengan Memorandum of Understanding yang ditanda tan-
gani di Jakarta 26 November 1973 serta berdasarkan Minute Of The First Of The
Joint Indonesia – Malaysia Boundary Committee yang ditandatangani di Sabah tang-
gal 16 November 1974.
3. Setelah tahapan delimitasi dilanjutkan dengan tahapan demarkasi pemasangan pa-
tok batas wilayah. Indonesia dan Malaysia khususnya di Entikong sudah menetap-
kan batas patok salah satunya dibangunlah Pos Lintas Batas Negara Entikong an-
tara Indonesia dan Malaysia.
4. Administration di perbatasan Entikong dan Sarawak tampak pada fasilitas- fasilitas
yang diberikan oleh Negara untuk memajukan berbagai bidang seperti Border Trade
Angreement yang mulai berlaku sejak tahun 1970.
DAFTAR PUSTAKA

Bangun, B.H., 2017, “Konsepsi dan Pengelolaan Wilayah Perbatasan Neegara: Perspektif
Hukum Internasional”, Tanjungpura Law Jurnal.

Widiartana, P.W., 2021, “Kedudukan dan Kewenangan : Badan Nasional Pengelola


Perbatasan Di Indonesia”, Jurnal Hukum & Pembangunan Fakultas Hukum
Universitas Indonesia.

Bangun, B.H., 2022, “Hukum dan Perbatasan Negara”, Pontianak

Mangku, D.G.S., 2017, “Peran Border Liasion Committee (BLC) Dalam Pengelolaan Per-
batasan Antara Indonesia dan Timor Leste”, Perspektif Volume 22 No. 2.

Arifin Saru, 2009, “Pelaksanaan Asas Uti Possidetis Dalam Penentuan Titik Patok Per-
batasan Darat Indonesia dengan Malaysia”, Jurnal Hukum No 2 Vol 16.

Susilo Hendri, dkk., 2019. “Penetapan Perbatasan Indonesia-Malaysia dan Implikasinya


Terhadap Ketahanan Wilayah”, Jurnal Geografi Vol 11 No 1.

Bangun, B. H., 2022, “Studi Sosio-Legal Terhadap Pengaturan Dan Pola Perdagangan Lintas
Batas Negara Di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong”. Jurnal Komunikasi
Hukum Vol 8 No 1.

Anda mungkin juga menyukai