Anda di halaman 1dari 42

DIPLOMASI INDONESIA TERHADAP MALAYSIA DALAM UPAYA

PENYELESAIAN SENGKETA TAPAL BATAS DARAT WILAYAH


PERBATASAN PULAU SEBATIK KABUPATEN NUNUKAN TAHUN 2019-2021

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial pada
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Program Studi Ilmu Politik Jurusan Hubungan
Internasional

Oleh :

SARAH MAULIDA

1171004074

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS BAKRIE
JAKARTA
2021

1
Universitas Bakrie
Abstrak
Penelitian ini membahas tentang sengketa batas wilayah di wilayah yang menjadi batas
wilayah Indonesia dengan Malaysia yaitu Pulau Sebatik yang berada di kabupaten
Nunukan Kalimantan Utara Hubungan antara Indonesia dengan Malaysia sudah sering
terjadi konflik, yaitu terkait perebutan wilayah atau sengketa wilayah perbatasan.Konflik
terkait tapal batas di wilayah Pulau Sebatik bermula dari konflik perebutan Pulau
Sipadan dan Pulau Ligitan, sampai sekarang penyelesaian permasalahan tapal batas di
Pulau Sebatik belum juga selesai. Adapun berbagai dampak dari berbagai bidang seperti
ekonomi, sosial dan budaya juga keamanan negara terkait wilayah perbatasan di Pulau
Sebatik yang sampai saat ini belum menemukan kesepakatan atau MoU terkait batas
wilayah dengan Malaysia. Lalu penelitian ini menjelaskan bagaimana upaya proses
diplomasi yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan
tersebut dengan Malaysia dalam penetapan batas wilayah di kawasan Pulau Sebatik
tersebut.

Kata Kunci : Pulau Sebatik,Diplomasi,Konflik Indonesia-Malaysia

2
Universitas Bakrie
Abstract
This research discusses territorial boundary disputes in the territorial borders of
Indonesia and Malaysia, namely Sebatik Island in the Nunukan district, North Kalimantan.
The area of Sebatik Island originated from the conflict over Sipadan Island and Ligitan
Island, until now the settlement of the boundary problem on Sebatik Island has not been
completed. There are various impacts from various fields such as economy, social and
culture as well as state security related to the border area on Sebatik Island, which until
now has not found an agreement or MoU regarding territorial boundaries with Malaysia.
Then this research explains how the efforts of the diplomatic process carried out by the
Indonesian government in resolving these problems with Malaysia in determining the
boundaries of the area in the Sebatik Island area.

Keywords: Sebatik Island, Diplomacy, Indonesia-Malaysia Conflicts

3
Universitas Bakrie
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hubungan diplomatik merupakan hubungan yang dibangun sebuah negara untuk
menjalin kerja sama dengan negara lainnya demi mencapai kepentingan nasionalnya.
Sebelumnya, hubungan diplomatik hanya sebuah kebiasaan internasional yang ada di
masyarakat internasional. Kemudian negara-negara akhirnya menyadari betapa pentingnya
hubungan diplomatik bagi suatu negara. Terbentuklah Vienna Convention on Diplomatic
Relations tahun 1961 yang mengatur tentang hubungan diplomatik antar negara dan
menjadi landasan hukum hubungan diplomatik antar negara. Dalam pelaksanaan hubungan
diplomatik antar negara, yaitu dengan menggunakan perwakilan diplomatik, dimana setiap
negara mewajibkan mengirim perwakilan diplomatik tersebut. Dan perwakilan diplomatik
tersebut membangun sebuah komunikasi yang dapat menyelesaikan masalah dengan pihak
lain atau negara lain, salah satu caranya yaitu dengan negosiasi.
Semenjak Indonesia merdeka, Indonesia fokus untuk mendapat pengakuan tentang
kemerdekaannya oleh negara-negara lain di lingkup internasional, dengan berusaha aktif
dalam dunia internasional. Salah satu caranya yaitu dengan bergabung di organisasi
internasional dan juga menjalin hubungan luar negeri dengan negara lain. Hubungan luar
negeri tersebut berupa forum yang dilakukan Indonesia dengan negara lain yang telah
menjalin hubungan dengan Indonesia seperti forum bilateral, regional maupun multilateral.
Dalam menjalin hubungan antar negara lainnya, Indonesia selalu berusaha
mempromosikan citra negara dengan menolak adanya kekerasan atau lebih mementingkan
perdamaian, saling menghormati negara lainnya, tidak mau dalam mencampuri urusan
negara lain. Selain itu Indonesia juga menjalin hubungan dengan negara-negara tetangga,
salah satunya yaitu Malaysia. Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Malaysia sudah
terjalin sejak tahun 1957 atau tahun dimana Malaysia telah merdeka.
Kemudian, terjadi konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia yang terjadi pada tahun
1963 sampai dengan tahun 1965. Konfrontasi tersebut awalnya terjadi karena niat Malaysia
yang ingin membentuk Federasi Malaysia atau Persekutuan tanah Melayu, Sarawak,
Singapura, Sabah, dan Brunei. Namun rencana tersebut ditentang oleh Presiden Indonesia
yaitu Soekarno, karena menurut Soekarno pembentukan Negara Federasi Malaysia
merupakan proyek Inggris, dan ditakutkan kalau kawasan Malaysia akan menjadi

4
Universitas Bakrie
pangkalan militer Barat di Asia Tenggara yang dapat mengganggu stabilitas keamanan di
Asia Tenggara. Kemudian dilakukan pertemuan yang membahas bagaimana kelanjutan
dari rencana Malaysia untuk membangun Federasi Malaysia yang dihadiri oleh Indonesia,
Malaysia, dan Filipina. Namun akhirnya Malaysia melanggar perjanjian yang telah dibuat,
Malaysia tetap mengajukan rencana pembangunan Negara Federasi Malaysia kepada
Inggris, kemudian memproklamasikan Negara Federasi Malaysia. Sehingga hal tersebut
membuat Presiden Soekarno semakin geram dan mengambil sikap dengan memutuskan
hubungan diplomatik dengan Malaysia, Adanya kasus demonstrasi oleh warga Malaysia
yang mencoret nama dan foto Presiden Soekarno membuat Presiden Soekarno semakin
kesal dengan Malaysia, hingga mengumumkan bahwa Indonesia dan Malaysia
bermusuhan. Soekarno juga mengusulkan untuk mengadakan kampanye Ganyang atau
Ganyang Malaysia, Namun pada akhirnya konfrontrasi tersebut bisa terselesaikan, masing-
masing negara akhirnya mau bersikap bijak dan memutuskan untuk berdamai
kembali[CITATION kom201 \l 1057 ]. Hubungan bilateral kedua negara tersebut berlanjut
hingga mencapai sebuah pencapaian yaitu menjadi negara pelopor berdirinya ASEAN
tahun 1967. Semua itu bisa terjadi karena merasa adanya semangat serumpun yang
membuat kedua negara terus semangat mengembangkan kerjasama di berbagai bidang.
Akan tetapi, permasalahan ditengah hubungan antar kedua negara tersebut kerap
muncul kembali, permasalahan tersebut terkait persengketaan wilayah. Salah satunya yaitu
perebutan Pulau Sipadan dan juga Pulau Ligitan. Memang, belum adanya kejelasan terkait
batas-batas negara sering menjadi pemicu konflik atau persengketaan antar negara yang
saling berdekatan. Persengketaan bisa terjadi karena adanya beda prinsip terhadap
penerapan kebijakan terkait batas-batas landas kontinen di wilayah perbatasan sehingga
menimbulkan pemahaman dan penafsiran tentang perbatasan wilayah yang berbeda, dan
memicu perdebatan hingga konflik[CITATION Soe81 \l 1057 ]. Pada tahun 1967
persengketaan Pulau Sipadan dan juga Pulau Ligitan memuncak, baik negara Indonesia
maupun Malaysia telah memasukkan kedua pulau tersebut kedalam wilayahnya.
Dalam pertemuan antar negara, masing-masing negara telah memasukkan Pulau
Sipadan dan Pulau Ligitan ke dalam wilayahnya. Namun Malaysia terbukti telah
melakukan kecurangan dengan membangun resor pariwisata di pulau tersebut tanpa seizin
Indonesia yang membuat Indonesia merasa Malaysia telah melanggar kesepakatan.
Pemerintah Indonesia berusaha untuk memenangkan hak atas kepemilikan pulau Sipadan
dan Ligitan namun akhirnya kemenangan dimiliki oleh Malaysia [ CITATION Lub14 \l
1057 ].

5
Universitas Bakrie
Persoalan terkait perbatasan wilayah Indonesia dengan Malaysia sudah ada sejak masa
kolonial Belanda dan Inggris, namun kasus tersebut belum terselesaikan sampai saat ini.
Secara geografis, wilayah NKRI berada diantara dua benua, Asia dan Afrika dan
merupakan negara kepulauan dan mempunyai batas wilayah internasional dengan 10
negara yang berdekatan dengan Indonesia atau negara tetangga. Di wilayah perbatasan
darat Indonesia, berbatasan langsung dengan Papua New Guinea, Republik Demokratik
Timur Leste dan Malaysia. Dan Indonesia memiliki batas maritim berupa batas laut
wilayah, batas Zona Ekonomi eksklusif (ZEE) dengan 10 negara yaitu Thailand, India,
Vietnam, Filipina, Palau, Malaysia, Singapura, Demokratik Timor Leste dan Australia, lalu
juga batas landas kontinen. Pada batas laut yaitu berupa pulau-pulau terluar yang
berjumlah sekitar 92 Pulau [ CITATION Gis19 \l 1057 ].
Potensi terjadi permasalahan dan perebutan wilayah umum terjadi di wilayah pulau-
pulau kecil bagian terluar negara. Kurangnya kebijakan terkait penempatan tanda-tanda
teritorial di batas darat, udara, ataupun laut, dan pengawasan yang minim sering dianggap
menimbulkan permasalahan. Perbatasan negara ada dengan munculnya negara itu sendiri.
Boundary merupakan batas wilayah negara dimana secara demarkasi letak negara telah
ditetapkan dalam rotasi dunia yang mengikat dibawah suatu hukum yang berdaulat.
Konflik perbatasan wilayah Indonesia dengan Malaysia tidak hanya terkait pulau terluar
seperti Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan saja, tetapi juga terkait perbatasan wilayah dengan
Pulau Kalimantan. Di Pulau Kalimantan terdapat tiga Provinsi yang berbatasan langsung
dengan Malaysia, yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.
Adanya batas wilayah antara Indonesia dan Malaysia di Pulau Kalimantan menimbulkan
berbagai konflik di wilayah-wilayah perbatasan pulau Kalimantan tersebut.
Terkait permasalahan batas darat di pulau Kalimantan, penjajah Indonesia dan
Malaysia yaitu Belanda dan Inggris, telah membuat perjanjian batas kolonial di
Kalimantan terlebih dahulu yang dibuat tahun 1891, 1915 dan tahun 1928. Perjanjian
tersebut membahas terkait masalah perbatasan di Kalimantan yang bersifat umum, namun
Malaysia dan Indonesia menafsirkan perjanjian tersebut dengan cara yang berbeda.
Sehingga masih ada permasalahan yang belum terselesaikan, yaitu terdapat sekitar 10
permasalahan utama OBP ( Outstanding Boundary Problems) diantaranya 5 masalah di
bagian barat Kalimantan yaitu Tanjung Datu, Batu Aum, titik D 400 sungai buan dan
Gunung Raya. Kemudian 5 masalah di bagian timur seperti Sungai Sinapad, Sungai
Semantipal, Pulau Sebatik, titik C 500-C 600 dan B 2700 – B 3100 S [ CITATION Sak08 \l
1057 ]. Terkait salah satu permasalahan di pulau Kalimantan, tepatnya di Provinsi

6
Universitas Bakrie
Kalimantan Utara yang belum terselesaikan yaitu pulau Sebatik, Pulau Sebatik merupakan
wilayah Boundary yang muncul setelah adanya kesepakatan batas demarkasi oleh kolonial
Hindia –Belanda dan Britania Raya dalam sebuah traktat Grenzen Borneo tahun 1891.
Masalah baru pun muncul ketika ditariknya batas garis 4º10’ Lintang Selatan di Pulau
Sebatik yang membagi pulau tersebut menjadi dua, yaitu wilayah kekuasaan Belanda dan
sebagian wilayahnya merupakan wilayah kekuasaan Inggris. Namun dari masa penjajahan
tersebut, sampai saat ini, tidak ada garis batas yang jelas yang memisahkan kedua negara
Indonesia maupun Malayasia di wilayah Sebatik.
Kebiasaan masyarakat di Pulau Sebatik yang terus berpindah-pindah diantara kedua
batas kepemilikan Pulau Sebatik memperparah keadaan disana. Lalu pada tahun 1916
dalam sebuah traktat diangkat kembali, sebuah persoalan tentang garis perbatasan di Pulau
Sebatik yang kemudian diadakan sebuah penyelidikan langsung di daerah tersebut, dan
traktat kedua ini yang menjadi awal terbentuknya Boundary Line yang memisahkan
kepemilikan kedua negara Malaysia dan Indonesia di wilayah Pulau Sebatik. Wilayah atas
kepemilikan Malaysia dibagian utara Pulau Sebatik sementara Indonesia mendapat hak
kepemilikan bagian selatan Pulau Sebatik. Terdapat 18 patok perbatasan yang terdiri dari
16 patok tipe C yang terbentang 25 Km di Pulau Sebatik berdasar garis imaginer dalam
titik 4º10’, satu patok barat, dan satu patok timur dalam Boundary Line[CITATION
kom202 \l 1057 ]. Selain terbentuknya Boundary Line tersebut, terbentuk pula Frontier dari
Indonesia yang masuk di wilayah Kalimantan Utara, Frontier merupakan daerah
perbatasan di suatu negara yang mempunyai ruang gerak yang tidak bebas atau terbatas.
Namun karena lokasi tersebut berdekatan dengan negara lain sehingga mengakibatkan
adanya pengaruh luar dari negara tersebut yang dapat masuk.
Pada awalnya Pulau Sebatik hanya sebuah wilayah yang dikuasai oleh Kesultanan
Bulungan yang pernah menguasai wilayah pesisir Kabupaten Bulungan,Kabupaten
Nunukan, Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan. Kesulatanan Bulungan ada sejak 1731
dengan Raja pertama bernama Wira Amir dan Sultan terakhir bernama Sultan Maulana
Muhammad Djamaluddin [CITATION wka12 \l 1057 ]. Pada masa pemerintahan Sultan
yang terakhir , masyarakat Bulungan meminta agar Sultan Maulana Djamaluddin
membuka wilayah Sebatik untuk di huni oleh penduduk di sekitar wilayah tersebut.
Permintaan tersebut disetujui dengan dua syarat yaitu yang pertama penduduk di sana
harus mampu mengurus orang yang sudah meninggal dan yang kedua penduduk juga harus
mampu mengurus orang yang melahirkan.
Desa Setabu menjadi desa yang pertama kali berdiri di Pulau Sebatik pada tahun 1913

7
Universitas Bakrie
yang kemudian kepadatan penduduk terus berkembang dengan munculnya beberapa desa
di Pulau Sebatik. Pulau Sebatik pada dasarnya merupakan pulau yang strategis, Pulau
tersebut menjadi benteng pertahanan Indonesia selama masa konfrontasi, dan menjadi
pintu gerbang dalam kegiatan ekspor impor dengan negara tetangga karena menjadi jalur
yang menghubungkan beberapa wilayah yaitu, Pulau Sebatik, kota Tarakan, Sulawesi
hingga Tawau dan Filipina. Pulau Sebatik juga digunakan oleh pekerja ilegal dari NTT,
Sulawesi dan Jawa Timur untuk bisa memasuki wilayah Sabah Malaysia. Sayangnya
karena mayoritas pekerja menuju Sabah Malaysia tidak dilengkapi dokumen atau surat
yang resmi sehingga tidak dapat memasuki wilayah Sabah atau Tawau. Pekerja Indonesia
disana biasanya hanya bekerja sebagai buruh kasar yang memiliki upah yang sangat
rendah. Adanya deportasi yang dilakukan Malaysia kepada pekerja ilegal membuat mereka
menetap disana karena tidak ada biaya untuk kembali ke kampung halamannya. Saat
konfrontasi terjadi di wilayah Pulau Sebatik yaitu sekitar tahun 1960-1965. Masyarakat
Pulau Sebatik awalnya hanya menjadikan isu konfrontasi Indonesia Malaysia di
wilayahnya hanya sebagai situasi politik yang akan membuat hubungan Indonesia
Malaysia semakin panas, karena penjajahan Inggris berusaha membentuk Federasi
Malaysia dibawah negara Inggris [CITATION wka12 \l 1057 ].
Kemudian masyarakat menyadari konfrontasi tersebut bisa menjadi sebuah konflik
yang melibatkan kekuatan militer. Sedangkan masyarakat masih bias pemahaman tentang
konfrontasi, karena hubungan sosial kultural yang selama ini terjalin dengan masyarakat di
perbatasan Malaysia. Penyebab biasnya pemahaman masyarakat terkait konfrontasi karena
etnis pertama yang menduduki wilayah Pulau Sebatik Indonesia adalah, suku Tidung yang
merupakan masyarakat yang membuka Pulau Sebatik Indonesia ataupun Malaysia. Pada
masa konfrontasi tersebut masyarakat Pulau Sebatik harus dihadapkan dengan pilihan yang
sulit, pertama mereka harus mementingkan sikap nasionalisme dan mengutamakan
identitas nasional mereka sebagai warga negara Indonesia, namun disisi lain mereka masih
bergantung kepada Malaysia terkait untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
Sehingga mempertahankan sikap nasionalisme dinilai sulit dengan keadaan yang demikian
bagi masyarakat Pulau Sebatik [CITATION Ali \l 1057 ].
Selain itu, dampak dari adanya ketegangan karena penyelesaian tapal batas di wilayah
Pulau Sebatik antara Indonesia dan Malaysia adalah, banyak masyarakat Indonesia yang
kehilangan aset atau tempat tinggal mereka karena tapal batas di Pulau Sebatik yang selalu
berubah-ubah. Dan perubahan tapal batas tersebut yang tidak konsisten, juga
mengakibatkan penduduk Indonesia dan Malaysia saling mengklaim tanah atau wilayah di

8
Universitas Bakrie
sekitar tapal batas tersebut dan membuat mereka saling berdebat hingga terjadi
konflik[ CITATION Kha21 \l 1057 ]. Kasus tanah warga Indonesia yang hilang atau ketika
tapal batas bergeser menjadi masuk ke wilayah Malaysia juga membuat beberapa
masyarakat Indonesia yang memiliki tanah di wilayah tersebut kehilangan usaha mereka
yang berupa ladang atau perkebunan. Memang Sebatik adalah wilayah yang termasuk
wilayah tertinggal, berbagai keterbatasan dan kurangnya sarana dan prasarana,
pembangunan infrastruktur dan fasilitas untuk masyarakat yang masih kurang baik.
Kesenjangan sosial ekonomi masyarakat di daerah yang berbatasan dengan masyarakat
negara tetangga memberi pengaruh terhadap pola hidup juga perilaku masyarakat disana,
rasa nasionalisme masyarakat pun terancam karena masyarakat banyak yang bergantung
kepada perekonomian disana dan banyak masyarakat Indonesia yang pindah ke wilayah
Malaysia demi mencari pekerjaan yang lebih baik namun kenyataannya tidak sepenuhnya
masyarakat Indonesia mendapat pekerjaan yang layak disana. Pendidikan yang kurang baik
karena fasilitas yang tidak cukup memadai disana pun juga mengancam perkembangan
masyarakat. Dan semakin berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat bisa mengancam
kedaulatan suatu negara.
Kemanan di perbatasan Pulau Sebatik juga dinilai kurang baik, banyaknya kasus-kasus
kejahatan seperti, masuknya barang ilegal, sampai kasus penyelundupan narkoba terjadi di
sana. Hal tersebut terjadi karena kurangnya keamanan dan penjagaan yang ketat. Para
penyelundup biasanya memanfaatkan jalur tikus yang minim penjagaan di perbatasan
Sebatik. Sementara dalam upaya menghentikan kasus tersebut dinilai sulit karena pelaku
penyelundup memilih tempat penyelundupan di Malaysia sehingga tidak bisa dilakukan
penangkapan karena bukan wilayah tugas dari kepolisian Indonesia. Kasus-kasus terkait
keamanan tersebut, juga terjadi karena masih sering terjadinya pelanggaran tapal batas oleh
Malaysia yang ditemukan telah menggeser tapal batas di Pulau Sebatik, sehingga membuat
para aparat keamanan disana juga harus membagi fokusnya dalam menjaga keamanan
wilayah Indonesia di Pulau Sebatik juga menjaga adanya ancaman Malaysia yang
melanggar tapal batas di wilayah tersebut [CITATION Ali \l 1057 ].
Pada bidang ekonomi, terkait masalah pemenuhan kebutuhan pokok atau sembako
dimana masyarakat Indonesia masih bergantung pada Malaysia, itu semua karena sulitnya
masyarakat untuk mendapatkan barang pokok yang murah, sementara di Malaysia harga
lebih terjangkau. Kebutuhan yang mendesak membuat masyarakat lebih memilih barang
dari Malaysia. Kualitas pendidikan atau kualitas perkembangan masyarakat yang kurang
menyebabkan banyak masyarakat Indonesia di Sebatik yang pergi ke Malaysia karena

9
Universitas Bakrie
ingin berkerja di perkebunan sawit Malaysia yang lebih berpenghasilan dibandingkan
bekerja di Indonesia. Penghasilan pekerja Indonesia dihitung dari banyaknya buah kelapa
sawit yang diambil per hari. Dimana pekerja disana biasanya mendapatkan sekitar
350.000-400.000 per hari sehingga banyak warga negara Indonesia yang ingin berpindah
kewarganegaraan menjadi warga negara Malaysia. [CITATION Mas14 \l 1057 ] . Selain itu
juga masalah terkait ketenagakerjaan yang sering terjadi yaitu banyak pekerja Indonesia
yang bermasalah dengan keimigrasian dan terkait ideologi pun demikian, masalah
perbatasan dengan negara tetangga juga bisa menyebabkan lunturnya kebanggaan terhadap
negara atau rasa nasionalisme.
Tahun 1982 sampai 1983 telah disadari bahwa adanya titik koordinat yang tidak akurat
pada pemasangan tapal batas yang bergeser sejauh 103 hektar persegi dan menjadi wilayah
milik Malaysia, di desa Aji Kuning Pulau Sebatik oleh Tim General Border Committee
(GBC) Indonesia dan Malaysia. Sementara berdasarkan perjanjian Belanda-Inggris tahun
1891, yaitu pasal IV tentang garis 4º 10‟ di pantai timur Pulau Kalimantan yang lurus ke
timur dan memotong Pulau Sebatik menjadi dua terbagi sekitar 2.641 hektar untuk
Indonesia dan 1.872 hektar untuk Malaysia. Maka ditemukannya pergeseran tapal batas di
Sebatik tersebut dinilai merugikan Indonesia. Sehingga perlunya ada pengukuran ulang
dan penetapan tapal batas di Pulau Sebatik. Dan dari permasalahan-permasalahan tersebut,
yang menjadi landasan ilmiah mengapa penulis merasa penelitian ini menarik untuk
dibahas [CITATION Mul18 \l 1057 ].
Dalam menyelesaikan masalah terkait perbatasan, diplomasi adalah cara yang tepat
untuk dilakukan karena mengingat hubungan diplomatik yang terjalin antar Indonesia dan
Malaysia, dan juga kembali pada kasus Pulau Sipadan dan Ligitan yang mengutamakan
jalur diplomasi dalam menyelesaikan kasusnya, walaupun pada akhirnya kemenangan
menjadi milik Malaysia. Akan tetapi selama proses diplomasi tersebut dapat dilakukan
dengan langka-langkah yang tepat, dan membuat keadaan jauh lebih baik. Kemudian
melihat potensi konflik yang terjadi antar kedua negara Indonesia dan Malaysia di wilayah
Pulau Sebatik, dan apa yang dilakukan Malaysia yang selalu melakukan kecurangan juga
menjadi hal yang perlu diwaspadai oleh pemerintah Indonesia. Pentingnya pemerintah
Indonesia melakukan penegasan penetapan tapal batas yang memisahkan Indonesia dan
Malaysia secara akurat, sehingga tidak ada lagi perubahan tapal batas di wilayah Pulau
Sebatik, Demarkasi pun perlu dilakukan sebagai tahapan untuk mempersiapkan perjanjian
batas darat yang baru antara Indonesia dan Malaysia di wilayah Pulau Sebatik, dengan
menggunakan traktat batas yang telah disepakati Inggris dan Belanda sebelumnya, atau

10
Universitas Bakrie
membuat penentuan batas baru secara bersama yang menguntungkan kedua belah pihak.
Dari latar belakang tersebut akhirnya munculah sebuah pertanyaan, bagaimana cara
diplomasi yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam menyelesaikan tapal batas wilayah
Pulau Sebatik dengan Malaysia. Dapat disadari perlu adanya aturan perbatasan yang dapat
melindungi NKRI dari ancaman pihak luar baik itu dari negara yang memiliki hubungan
diplomatik, selain itu dengan kondisi Indonesia yang merupakan negara maritim dengan
jumlah pulau yang banyak dengan dikelilingi oleh negara-negara tetangga pastinya rentan
menimbulkan permasalahan terkait perbatasan. Oleh karena itu sesuai dengan pasal 25
UUD 1945 tentang aturan wilayah negara yang dianggap penting untuk melindungi
keamanan dan ketahanan negara, yang sesuai dengan tujuan bahwa negara merupakan
pemeran yang sangat berpengaruh terhadap kedaulatan suatu negara, karena adanya empat
aspek yaitu otoritas publik, kekuatan koersif , legitimasi dan mengelola kepatuhan, dari
empat aspek itu yang menjadi landasan negara harus bisa menangani permasalahan terkait
keamanan yang bersifat non militer ataupun militer yang dapat mengganggu stabilitas
keamanan negara.

1.2 Studi Terdahulu


Pada penelitian ini dibuat berdasarkan beberapa studi terdahulu yang menjadi acuan
untuk proses penulisan penelitian kali ini diantaranya yaitu :
Pertama, Penelitian dari June Cahyaningtyas, yang berjudul “Kerjasama perbatasan
Indonesia-Malaysia Melalui Trans-Boundary Biodeversity Concervation Area (TBCA) :
Peluang dan Tantangan “.Kesimpulan dari penelitian tersebut yaitu, Hubungan Politik dari
masa ke masa selalu bisa mempengaruhi manajemen dan desain dari wilayah lintas batas
antar dua negara. Hubungan bilateral yang mempunyai alurnya sendiri, yang juga
membahas isu-isu budaya dan prinsip-prinsip ekologi dari diplomasi dua negara yang
saling berdekatan. Dalam penelitian ini juga mengedepankan isu lingkungan menjadi latar
belakang kerjasama perbatasan, yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah-masalah di
perbatasan. Perbedaannya dengan penelitian ini, penelitian ini fokus membahas Kerjasama
dibidang lingkungan, menjadi fokus utamanya yang menjadi langkah utama jalur
diplomasi Indonesia dengan Malaysia terkait permasalahan penyelundupan kayu,
kerusakan hutan lindung dan pergeseran tapal batas negara. Pendekatan dengan kerjasama
TBCA yang bertujuan untuk merubah sudut pandang pemerintah untuk tidak fokus
memperjuangkan kepentingan nasional negara yang hanya sementara dan memiliki
keuntungan yang sempit.

11
Universitas Bakrie
Beberapa tantangan Indonesia hadapi yaitu ketidakseimbangan kapabilitas dengan
Malaysia, kurangnya harmonisasi kebijakan pusat dan juga daerah. Kerjasama perbatasan
Indonesia melalui konservasi hutan merupakan salah satu cara yang bisa membangun
kepercayaan Malaysia dan mengurangi permasalahan dengan Malaysia terkait deforestasi,
penyelundupan hasil hutan dan perubahan luasan teritori akibat pergeseran tapal batas
negara. Persamaannya, sama-sama membahas diplomasi Indonesia dengan Malaysia di
wilayah perbatasan kalimantan, akan tetapi cangkupannya semua wilayah pulau
kalimantan sedangkan penulis melakukan penelitian fokus kepada satu wilayah di provinsi
Kalimantan Utara. Dan menggunakan aspek-aspek diplomasi dalam penelitiannya.
Kedua, penelitian berjudul “ Mengurai Pengelolaan Perbatasan di Wilayah-Wilayah
Perbatasan Indonesia”[CITATION wka12 \l 1057 ], oleh Wahyu Kartikasari yang memiliki
kesimpulan yaitu : Identifikasi untuk menyelesaikan masalah-masalah perbatasan
tergantung kepada sifat masing-masing daerah perbatasan, karena setiap daerah memiliki
sifat khas yang berbeda-beda. Besar dan banyaknya wilayah perbatasan di Indonesia
membuat persoalan mengenai perbatasan sangat beragam. Sehingga perlunya pengelolaan
perbatasan yang harus dilakukan pemerintah. Penanganan pada daerah perbatasan dengan
melakukan pembangunan bukan itu saja yang harus dilakukan pemerintah Indonesia.
Melainkan juga melakukan upaya penyelesaian permasalahan-permasalahan di wilayah
perbatasan terkait dengan kerjasama dengan negara lain. Persamaannya, fokus kepada
penyelesaian permasalahan-permasalahan di wilayah perbatasan Indonesia salah satunya
dengan Malaysia di wilayah kalimantan, namun perbedaannya adalah penelitian ini fokus
kepada kebijakan publik pemerintah Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan-
permasalahan perbatasan di beberapa wilayah Indonesia bukan hanya Kalimantan saja, dan
poin utamanya pada perbandingan atau jenis penelitian perbandingan, membandingkan
cara-cara yang dilakukan untuk tiap-tiap daerah yang berbeda-beda dan mengevaluasinya.
Ketiga, yaitu penelitian yang berjudul “Upaya Pemerintah Dalam Mengurangi
Pelanggaran Tapal Batas Muhammad Fachri Tapal Batas Indonesia-Malaysia (Studi Kasus
Kabupaten Nunukan)”.[CITATION fac18 \l 1057 ]. Kesimpulan dari penelitian tersebut
adalah membahas strategi pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan di wilayah
perbatasan kabupaten Nunukan dan juga faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan
daerah perbatasan atau penyelesaian masalah perbatasan Indonesia dengan Malaysia dalam
segala bidang. Fokus utamanya adalah membahas dalam bidang hukum, karena penelitian
tersebut oleh seorang mahasiswa fakultas hukum yang fokus kepada pembahasan hukum-
hukum yang berlaku yang digunakan pemerintah Indonesia dalam menyelesaiakan

12
Universitas Bakrie
permasalahan perbatasan Indonesia-Malaysia, Persamaannya adalah membahas dampak-
dampak dari adanya pelanggaran tapal batas atau ditemukannya tapal batas Indonesia-
Malaysia di kawasan Nunukan yang merupakan kabupaten dari pulau Sebatik. Sementara
dalam penelitian ini juga membahas sedikit tentang sebatik dan permasalahan-
permasalahan di daerah perbatasan pulau sebatik.
Keempat, Penelitian yang berjudul “Diplomasi Indonesia-Malaysia Dalam
Penyelesaian Kasus Kepemilikan Pulau Sipadan Dan Pulau Ligitan” oleh Aan Fourdes
Lubis yang memiliki kesimpulan yaitu, dalam pembahasannya fokus kepada diplomasi
yang dilakukan pemerintah Indonesia dan hambatan diplomasi dalam menyelesaikan kasus
kepemilikan pulau Sipadan dan pulau Ligitan dengan Malaysia, dengan mengidentifikasi
masalah dan juga hambatan diplomasi yang dilakukan pemerintah Indonesia dengan
Malaysia, kemudia membahas hubungan bilateral kedua negara dari segi sejarah yang juga
menjadi latar belakang adanya masalah perbatasan Indonesia-Malaysia. Persamaannya,
fokus kepada pembahasan diplomasi Indonesia dan juga membahas hambatan diplomasi
yang Indonesia coba lakukan dengan Malaysia, Poin-poin penting dalam diplomasi lebih
dibahas secara mendalam dan juga terkait kasus akhir dari pulau Sipadan dan Ligitan
menjadi bagian dari latar belakang dari penelitian yang akan penulis buat. Namun
Perbedaannya adalah, Membahas kepemilikan pulau Sipadan dan Ligitan yang bukan
membahas masalah perbatasan negara dengan negara lain. Namun pulau-pulau tersebut
merupakan pulau yang ditetapkan sebagai pulau berstatus quo yang dibahas dalam
penelitian tersebut sejarah hingga bagaimana pada akhirnya masing-masing negara yang
sama-sama mengklaim kepemilikan pulau tersebut saling berunding untuk memenangkan
hak atas kepemilikan pulau-pulau tersebut.
Dari keempat penelitian yang menjadi acuan penelitian kali ini, maka dapat
disimpulkan bahwa perbedaan penelitian kali ini dengan penelitian-penelitian tersebut
yaitu fokus membahas tentang diplomasi mengenai tapal batas di Pulau Sebatik, Yang
diawali dengan membahas tentang sejarah hubungan diplomatik Indonesia dan Malaysia,
permasalahan di perbatasan Pulau Sebatik, hingga dari proses dan tahapan diplomasi itu
berjalan.

1.3 Rumusan Masalah dan batasan penelitian

Dan dari judul yang akan dibahas peneliti menilai bahwa peristiwa dari judul tersebut
perlu untuk diteliti dengan analisa yang sangat komprehensif. Sehingga diplomasi memang

13
Universitas Bakrie
diperlukan untuk menyelesaikan sebuah permasalahan antara Indonesia dan Malaysia
terkait Permasalahan wilayah perbatasan. Karena permasalahan perbatasan merupakan isu
yang sangat penting, Sangketa wilayah atau isu perbatasan wilayah antar dua negara atau
lebih bisa menyebabkan berbagai masalah antar negara hingga menyebabkan konflik.
Sehingga munculah rumusan masalah yaitu Bagaimana upaya diplomasi yang dilakukan
Indonesia terhadap Malaysia untuk menyelesaikan permasalahan wilayah perbatasan Pulau
Sebatik antara Indonesia dengan Malaysia yang belum terselesaikan sampai saat ini. Dan
penelitian ini hanya fokus kepada permasalahan di Pulau Sebatik dan konflik Indonesia
dengan Malaysia dalam persoalan tersebut. Dan upaya atau cara diplomasi yang dilakukan
pemerintah Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan batas wilayah pulau Sebatik
dengan Malaysia.

1.4 Ruang Lingkup

Didalam penelitian maka perlu adanya batasan waktu dan materi yang membatasi
waktu yang diteliti dan pembahasan agar tidak melebar atau membahas yang bukan bagian
dari penelitian dan justru membuat pembaca tidak paham dengan yang disampaikan dalam
penelitian kali ini.
1.4.1 Batasan Waktu
Peneliti memberi batasan waktu dimana dari awalnya sejarah proses diplomasi ini
muncul sampai tahun terjadinya poin penting diplomasi ini berjalan, dan fokus
pembahasannya pada Tahun 2019- 2021.

1.4.2 Batasan Materi

Agar materi tetap dalam pembahasan, maka peneliti memberi batasan materi sesuai
dengan peneliti tulis. Peneliti ingin melihat seluk beluk upaya diplomasi pemerintah
Indonesia terkait penyelesaian tapal batas wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia Pulau
Sebatik Kabupaten Nunukan.

1.5 Research Question

Dari Penjabaran pernyataan masalah diatas penulis merumuskan sebuah pertanyaan


masalah penelitian yakni :
Bagaimana Diplomasi yang dilakukan Pemerintah Indonesia dalam upaya
menyelesaikan permasalahan tapal batas Pulau Sebatik dengan Malaysia

14
Universitas Bakrie
1.6 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memberikan kontribusi wawasan dan
juga kajian tentang konflik,diplomasi internasional antara dua negara terkait isu perbatasan
wilayah yang merupakan isu yang sangat penting bagi suatu negara dalam
mempertahankan keutuhan wilayah negaranya. Dan adapun tujuan khususnya yaitu untuk
mendapatkan analisa terbaik terkait upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia dengan
cara Diplomasi untuk menyelesaikan permasalahan batas wilayah Pulau Sebatik dengan
negara Malaysia. Penelitian ini juga menegaskan bahwa dunia diplomasi tidak menegaskan
tentang siapa yang menang dan siapa yang kalah tetapi bagaimana negara bisa
menyelesaikan masalah dan mencari jalan keluar dari konflik sehingga tidak terjadi konflik
yang tidak diinginkan mengingat pentingnya juga menjaga hubungan baik dengan negara
tetangga atau negara yang dekat dengan Indonesia secara kondisi letak geografisnya.

1.7 Manfaat Penelitian


1. Secara teoritis, penelitian diharapkan mampu menerapkan beberapa teori
yang diharapkan mampu untuk memberikan kontribusi dalam ilmu politik,
yang nantinya akan digunakan oleh penulis sebagai acuan analisisnya.
2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan
referensi penelitian bagi Prodi Ilmu Politik konsentrasi Hubungan
Internasional , Universitas Bakrie.
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan
pengetahuan dan informasi kepada publik mengenai diplomasi Indonesia-
Malaysia dalam kasus tapal batas wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia
Pulau Sebatik.
4. Bagi penulis, Penelitian ini diharapkan dapat menjadi proses pembelajaran
dan acuan pangaplikasian teori yang selama ini didapatkan dari bangku
kuliah

1.8 Sistematika Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka penelitian ini
akan dibagi menjadi beberapa bab dan sub-bab yang berbeda. Secara spesifik, penelitian

15
Universitas Bakrie
ini akan dibagi beberapa bab sebagai berikut:

1. BAB 1 : Pendahuluan
Bab pertama akan membahas mengenai pendahuluan yang berisi latar belakang
masalah sebagai pokok penelitian pembahasan, pertanyaan penelitian, batasan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan.

2. BAB II : Tinjauan Pustaka


Bab kedua akan lebih fokus kepada kerangka teoritik yang diharapkan mampu
menjelaskan upaya diplomasi indonesia terhadap malaysia terkait tapal batas Pulau
Sebatik.

3. BAB III : Metode Penelitian


Bab tiga akan berfokus pada metode yang layak dalam mendekati hubungan teori
diplomasi terhadap permasalahan tapal batas wilayah perbatasan indonesia dengan
malaysia, juga akan dijelaskan mengenai data yang akan digunakan seperti data yang
telah di temukan dan juga akan dijelaskan mengenai metode pengumpulan data dan
teknik analisis data yang akan digunakan.

4. BAB IV : Pembahasan dan Analisis


Bab empat akan dijelaskan mengenai temuan penelitian dari data yang telah ditemukan
dan menjabarkan bagaimana upaya diplomasi yang dilakukan tersebut juga kelanjutan
dari kasus yang dibahas.

5. BAB V : Kesimpulan dan Saran


Bab lima akan menjelaskan mengenai kesimpulan dari pembahasan dan analisis
penelitian yang telah dibahas serta saran atau rekomendasi atas hasil pembahasan
tersebut.

16
Universitas Bakrie
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Batas Wilayah Negara
2.1.1 Wilayah Negara
Menurut Wallace S Sarye Wilayah negara merupakan salah satu dari syarat
berdirinya suatu negara. Seperti di dalam UUD 1945 syarat suatu negara yaitu adanya
wilayah, pemerintahan, adanya masyarakat, dan diakui oleh negara lain[ CITATION
kom204 \l 1057 ]. Menurut Undang-Undang Nomor 43 tahun 2008 tentang wilayah negara,
wilayah NKRI yang selanjutnya disebut dengan Wilayah Negara adalah salah satu unsur
negara yang merupakan satu kesatuan wilayah daratan, perairan pedalaman, perairan
kepulauan dan laut teritorial beserta dasar laut dan tanah di bawahnya, serta ruang udara di
atasnya, termasuk seluruh sumber kekayaan yang terkandung di dalamnya. Sedangkan
Batas Wilayah Negara adalah garis batas yang merupakan pemisah kedaulatan suatu
negara yang didasarkan atas hukum internasional.
Wilayah negara juga merupakan daerah yang menunjukan batas negara yang setiap
negara dapat melaksanakan kekuasaannya di wilayah tersebut dan menjadi tempat
berlindung bagi masyarakat dan pemerintah untuk menjalankan pemerintahannya.
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 Wilayah negara terdiri dari 3
yaitu, darat, laut dan udara. Dan yang mendefinisikan wilayah NKRI adalah satu kesatuan
yaitu wilayah daratan, wilayah perairan pedalaman, perairan kepulauan, dan laut teritorial
juga dasar laut dan tanah di dasar laut tersebut. Defined Territority atau wilayah tertentu
diartikan sebagai kekuasaan suatu negara berlaku di wilayah tertentu yang dijadikan
sebagai batas wilayahnya. Dan setiap negara harus memiliki wilayah yang memiliki batas-

17
Universitas Bakrie
batas nyata atau dapat dikenali dengan baik. Wilayah negara secara teoritis memiliki
relevansi dalam hal sejauh mana negara dapat menjalankan kekuasaan eksekutif di
wilayahnya. Menurut Prof. Mochtar Kusumaatmaja menyatalan bahwa kedaulatan adalah
ciri dari negara, negara mempunyai batas-batasnya tau ruang berlakunya kekuasaannya
yang dibatasi oleh batas wilayah negara itu sendiri, dimana diluar wilayahnya kekuasaan
tersebut tidak berlaku.[CITATION Pen17 \l 1057 ]. Dalam sejarah terbaginya Pulau
Sebatik menjadi dua kepemilikan oleh dua negara yang berbeda yaitu Indonesia dan
Malaysia, dimana wilayah negara Indonesia adalah wilayah pemerintah Indonesia berhak
atas kekuasaannya di daerah tersebut begitupun dengan wilayah milik Malaysia, akan
tetapi jika tapal batas yang membatasi kedua negara tersebut tidak ada, maka penentuan
wilayah negara atau wilayah kekuasaan suatu negara juga tidak ada kejelasannya.

2.1.2 Batas Negara


Batas wilayah negara merupakan pemisah unit geografis suatu negara, secara fisik
ataupun sosial budaya. Secara politis batas negara merupakan garis kedaulatan yang
merupakan batas dari kekuasaan suatu pemerintahan negara yang terdiri dari daratan,
lautan dan ruang udara. Batas negara menjadi bagian penting dalam suatu negara untuk
membatasi sejauh mana kedaulatan negara yang dimiliki suatu negara dapat dijalankan.
Menurut Shosany dan Srebro teori boundary making modern digunakan untuk membatasi
batas internasional yang ada sejak 1896. Dalam teori tersebut terdapat istilah ‘delimitasi’
atau sebuah tahapan atau proses yang terdiri dari memilih dan mendefinisikan garis batas
wilayah kedalam sebuah perjanjian. Batas wilayah dan status hukum wilayah negara
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. [ CITATION Pen17 \l 1057 ] . Batas wilayah
secara fungsional akan membagi suatu kekuasaan yang berhadapan dengan kedaulatan,
hukum yang berbeda-beda di setiap sebuah penetapan batas wilayah negara. Menurut
Hayati dan Yani, batas negara adalah garis kedaulatan yang terdiri dari daratan, lautan dan
udara, juga semua yang berada di perut bumi.
Perbatasan bukan hanya garis imajiner, akan tetapi merupakan garis yang
memisahkan satu daerah atau negara dengan daerah lainnya, dan hal tersebut merupakan
hal yang paling penting dalam suatu negara.[CITATION hay07 \l 1057 ]. Batas wilayah
negara merupakan hal yang sangat penting bagi suatu negara. Batas negara merupakan
pemisah unit regional geografis atau sosial, fisik, dan budaya yang dikuasai oleh negara,
wilayah negara sendiri terdiri dari daratan dan perairan, juga udara. Wilayah perbatasan
menjadi hal yang sangat menarik dan penting karena perbatasan wilayah negara

18
Universitas Bakrie
menyangkut suatu negara menjalankan hak dan kewajiban juga yuridiksinya. Selain itu
wilayah perbatasan negara juga menjadi hal yang sangat strategis dalam penentuan suatu
kebijakan pemerintah dalam hal kepentingan nasional negara itu sendiri atau hubungan
dengan negara lain.
Batas negara juga merupakan batas dengan garis yang memisahkan wilayah satu
dengan wilayah yang lainnya. Sehingga terkait judul penelitian kali ini yaitu penyelesaian
tapal batas di Pulau Sebatik yang dilakukan pemerintah Indonesia dengan Malaysia
sebagai upaya dalam penegasan perbatasan yang bertujuan dalam menetapkan wilayah
kekuasaan Indonesia dimana hak dan kewajiban negara dapat dijalankan di wilayah
tersebut dan membatasinya dengan wilayah hak Malaysia didalam sebuah rencana
perjanjian. Seperti dalam tahapan membuat perbatasan wilayah tahapan penegasan
perbatasan tidak dilupakan, garis batas ditetapkan oleh negara yang bersangkutan
kemudian dibuat kedalam beberapa versi sesuai dengan jangkauan perbatasan yang telah
dibuat sebelumnya. Terkait perbatasan darat Indonesia dengan negara tetangga yang sudah
ada sejak masa kolonial, maka Pemerintah Indonesia dan negara yang bersangkutan boleh
melakukan rekontruksi atau membangun ulang garis batas namun tetap sesuai dengan
perjanjian yang sudah ada.

2.1.3 Penentuan Batas Wilayah Negara


Jika pembahasan ini tafsirkan kedalam dimensi hukum internasional yang ada,
prinsip penetapan perbatasan sebuah negara dengan negara lainnya ada dua macam, yaitu
Prinsip Umum dan juga Prinsip Khusus. Prinsip umum untuk menentukan perbatasan suatu
negara dengan negara lain yaitu dengan menggunakan ketentuan dasar yang biasanya
dijadikan acuan dalam menyelesaikan penetapan perbatasan suatu negara. Setiap negara
dalam menyelesaikan penetapan perbatasan antar negara dengan negara lainnya harus
menggunakan cara yang damai melalui sebuah perundingan dengan negara yang
bersangkutan ataupun dengan pihak ketiga sebagai mediasi antara kedua negara yang
bersangkutan. Hal tersebut sesuai dengan hukum internasional piagam PBB dan Treaty of
Amity and Cooperation in Southeasts Asia.
Dengan demikian prinsip umum atau prinsip utama dalam menyelesaikan
permasalahan perbatasan negara adalah dengan perundingan damai. Kemudian prinsip
kedua yaitu prinsip khusus, Prinsip khusus penetapan perbatasan negara yaitu penyelesaian
penetapan perbatasan yang dilakukan dengan perjanjian tertentu atau cara yang berbeda.
Dan dalam prinsip khusus penetapan batas darat terdapat berbagai macam diantaranya

19
Universitas Bakrie
seperti :
a) Uti Possidentis Juris

Prinsip yang menjelaskan bahwa negara merdeka berarti mewarisi wilayah sesuai dengan
bekas jajahannya. Indonesia memiliki penetapan perbatasan negara dengan berikut ini :
1. Batas darat antara Indonesia dengan Malaysia yang telah ditetapkan berdasarkan
konvensi Hindia Belanda dengan Inggris pada tahun 1981, 1915, dan 1928.
2. Yang kedua yaitu batas darat antara Indonesia dengan Timor Leste yang ditetapkan
berdasarkan Konvensi tentang Penetapan batas antara negara kolonial yaitu Hindia
Belanda dan juga Portugal.
3. Yang ketiga batas Indonesia dengan Papua Nugini yang ditetapkan berdasarkan
perjanjian Batas Hindia Belanda dengan Inggris pada tahun 1895.[CITATION Had \l 1057
].
b) Border Stability

Prinsip stabilitas perbatasan atau perbatasan yang stabil tidak berubah-ubah merupakan
prinsip yang mutlak untuk dilaksanakan, karena prinsip ini merupakan prinsip yang bisa
mempertahankan harmonisasi hubungan antar negara dengan negara lain yang
bersangkutan dalam sebuah perbatasan. Akan tetapi, jika mengabaikan prinsip Border
Stability maka akan menimbulkan gangguan hubungan diplomatik antar negara yang saling
berbatasan.
c) Eternality of Boundary Treaty

Dimana dalam menentukan perbatasan suatu negara, dapat menggunakan cara perjanjian
perbatasan antar negara, perjanjian tersebut merupakan bentuk perjanjian internasional
yang dalam pelaksanaannya mengikuti asas dan kaedah yang berlaku di dalam hukum.

Kemudian konsepsi hukum internasional dalam penetapan perbatasan darat atau


penentuan wilayah perbatsan darat antar negara dapat ditentukan berdasarkan dua cara,
Pertama dengan Natural Boundaries, menentukan perbatasan negara dengan melihat
kondisi letak geogarfis atau kondisi alamiah lainnya, melihat patokan garis di daerah
perbatasan tersebut seperti aliran sungai, pegunungan, hutan dan lainnya yang berada di
daerah tersebut untuk dijadikan tapal batas yang bersifat alamiah yang membatasi antar
negara tersebut. Adapun metode watersheed, yaitu metode untuk menentukan penetapan
batas negara dengan mengikuti aliran air yang turun dari tempat yang tinggi. Ketentuan

20
Universitas Bakrie
untuk menetapkan garis perbatasan dengan metode ini yaitu dengan dua kondisi, pertama
garis batas tersebut tidak boleh memotong sungai, dan kedua garis tersebut merupakan
garis yang terpendek jika terdapat lebih drai satu garis pemisah.
Namun masih ada kelemahan dalam menerapkan penetapan perbatasan darat dengan
menggunakan metode tersebut, dimana apabila kedua negara tidak mempunyai penafsiran
yang sama, yang terjadi karena adanya perbedaan fakta dilapangan dengan isi dalam
perjanjian yang telah dibuat. Dan apabila kedua negara sama-sama tidak merasa puas,
maka diperbolehkan untuk melakukan perencanaan selanjutnya untuk menetapkan
perbatasan yang baru. Kemudian yang kedua, penggunaan secara Artifisial. Penentuan
perbatasan secara artifisial yaitu menetapkan perbatasan darat dengan cara buatan atau
tidak alamiah, menggunakan properti seperti beton, pilar dan lain sebagainya. Properti
tersebut merupakan batas buatan yang dibuat dengan tangan manusia dan jika
dibandingkan dengan cara yang alamiah, cara buatan dinilai tidak praktis dan penetapan
secara artifisial harus dengan persetujuan kedua negara yang saling bersangkutan untuk
menetapkan bagaimana tapal batas buatan tersebut berlaku. [CITATION Had \p 41-43 \l
1057 ].
Adapun teori tentang pengelolaan perbatasan oleh Stephen B Jones. Yang
menjelaskan pengelolaan perbatasan ada 4 cara yaitu :
1. Allocation, merupakan cakupan wilayah negara , wilayah milik negara itu sendiri
termasuk wilayah yang berbatasan dengan negara tetangga. Semua tentang cakupan
wilayah telah diatur oleh konvensi yang mengatur tentang bagaimana negara bisa
memperoleh atau kehilangan wilayahnya. Wilayah tetap adalah wilayah yang ditempati
oleh rakyat negara itu, dan jika ingin menjadi wilayah yang tetap maka diharuskan ada
batas-batas yang menjadikan wilayah tersebut adalah milik negara. Terkait Indonesia,
seluruh wilayah Indonesia diwariskan atau telah diatur oleh Belanda sebagai negara
penjajah, hal tersebut sesuai dengan prinsip Uti Possidetis Juris yang berisi negara
mewarisi wilayah penguasa negara penjajahnya.
2. Delimation, Adalah penetapan batas, yaitu mengidentifikasi area yang harus ditentukan
batasnya dengan negara yang bersangkutan. Biasanya dijalankan dengan proses
diplomasi perbatasan. Dan dalam menentukannya harus seuai dengan prinsip Uti
Possidetis Juris yang dalam menetapkan batas wilayah sesuai dengan warisan negara
penjajahnya.
3. Demarcation, yaitu penegasan batas, setelah garis ditetapkan diharuskan adanya
penegasan batas oleh negara dengan negara lain yang saling bersangkutan, perbatasan

21
Universitas Bakrie
pun sudah di beri tanda atau patok perbatasan secara alamiah ataupun secara buatan.
Kemudian hasil dari kesepakatan penegasan batas tersebut dimuat kedalam kesepakatan
yaitu MoU, perjanjian ataupun deklarasi. Namun kenyataannya dalam
memperjuangkan penegasan batas sering kali mengalami masalah terkait kondisi alam,
seperti perubahan iklim yang membuat garis batas hilang.
4. Administration, atau pembangunan merupakan cara untuk mempertahankan perbatasan,
biasanya cara yang dilakukan dengan overlapping demarkasi, yang didasarkan pada
pertimbangan dan menyesuaikan realita keadaan di lapangan yang dipengaruhi oleh
berbagai aspek bukan hanya iklim atau cuaca saja, akan tetapi aspek ekonomi, sosial
budaya juga politik dapat mempengaruhinya[CITATION azm \l 1057 ].

Kemudian dalam penelitian kali ini akan dijelaskan bagaimana penentuan


perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia, dan penggambaran tersebut juga
menjelaskan sebuah proses penetapan batas antara kedua negara yang saling berdekatan,
karena terkait penetapan tapal batas di Pulau Sebatik ini bukan pertama kalinya melainkan
sudah penetapan sudah ada sejak sebelumnya, dan seperti yang telah dimuat dalam
perjanjian antara negara penjajah, namun pada tahapan penegasan dan pengelolaan
perbatasan itulah yang akan dibahas dalam penelitian kali ini.
2.2 Diplomasi
Diplomasi merupakan cara yang cerdas dalam melaksanakan hubungan resmi
antara pemerintah dari negara-negara merdeka. Diplomatic berasal dari kata “diplomacy”
yang memiliki arti yaitu sarana yang sah yang digunakan oleh suatu negara dalam
melakukan politik luar negerinya yang meliputi kegiatan politik luar negeri suatu negara
dalam hubungannya dengan negara lain[ CITATION Har20 \l 1057 ]. Dalam pelaksanaan
kepentingan nasional negara diplomasi menjadi salah satu instrumen penting yang
digunakan karena diplomasi menjadi alat utama dalam kepentingan nasional dan menjadi
salah satu cara untuk bisa menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan negara lain
atau hubungan negara dengan dunia internasional. Dengan diplomasi citra negara dapat
dibangun, Pada umumnya dalam hubungan negara dengan negara lain diplomasi dilakukan
sejak sebuah negara akan melakukan hubungan bilateral dengan negara lain hingga
hubungan antar negara tersebut berlanjut dan kedua negara saling mengembangkan
hubungan ke tahap selanjutnya. Diplomasi merupakan perundingan antar negara dengan
mengirim perwakilan resmi yang dipilih oleh negara itu sendiri tanpa campur tangan pihak
lain. Diplomasi antar negara tersebut dapat membahas seluruh proses hubungan luar

22
Universitas Bakrie
negeri, baik itu terkait proses munculnya suatu kebijakan luat negeri. Adanya realita bahwa
negara saling membutuhkan negara lain yang menyebabkan adanya pertemuan
internasional antar negara dalam membahas hal terkait diplomasi, perundingan dan
kegiatan lain yang dilakukan beberapa negara untuk menyelesaikan sebuah permasalahan
tingkat internasional.
Definisi Diplomasi lainnya yaitu diplomasi merupakan suatu hubungan atau relasi,
komunikasi. Dimana diplomasi adalah proses interaktif dua arah antara dua negara untuk
mencapai politik luar negeri masing-masing negara.[ CITATION SLR95 \l 1057 ]. Politik
luar negeri dan diplomasi sering sekali disebut dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena
politik luar negeri merupakan isi poko yang terkandung dalam pelaksanaan kebijakan luar
negeri suatu negara sedangkan diplomasi merupakan proses pelaksanaan politik luar
negeri. Sehingga dapat dikatakan politik luar negeri dan diplomasi saling berkaitan satu
sama lain. Diplomasi terus berkembang, semakin bergantungnya suatu negara dengan
negara lain merupakan tanda perkembangan diplomasi. Dalam kegiatan-kegiatan diplomasi
salah satunya yaitu negosiasi yang merupakan salah satu cara dalam diplomasi untuk
menyelesaikan sebuah permasalahan yaitu perbedaan pendapat ataupun pandangan dengan
cara yang damai dan mencapai kepentingan nasional masing-masing negara.
Sedangkan pengertian lainnya mengatakan diplomasi merupakan seni
mengedepankan kepentingan suatu negara dengan cara negosiasi dan cara-cara damai
lainnya.[CITATION SLR95 \p 5 \l 1057 ] Bagi setiap negara umumnya tujuan diplomasi
adalah pengamanan kebebasan dalam politik, integritas teritorialnya yang bisa dicapai
dengan memperkuat hubungan dengan negara sahabat, menetralisir negara yang
memusuhi. Beberapa ahli menyimpulkan, tujuan diplomasi yaitu memelihara perdamaian
yang tidak merusak kepentingan nasional dengan negosiasi yang dilakukan dalam
mencapai kepentingan nasional. Diplomasi juga merupakan sebuah jalan untuk
menghindari adanya peperangan atau kekerasan dalam menyelesaikan sengketa atau
permasalahan antar negara. Bila diplomasi berakhir perang akan dimulai, dalam diplomasi
yang cerdas adanya upaya untuk melakukan negosiasi dengan lawannya yang berarti
melawan secara moral karena berhasil melemahkan lawannya secara moral. Diplomasi
menjadi bagian yang penting dalam mencari jalan keluar untuk menyelesaikan
permasalahan secara damai. Meskipun diplomasi berkaitan dengan aktivitas-aktivitas yang
damai namun dapat terjadi juga dalam kondisi konflik bersenjata atau perang karena tugas
utama diplomasi bukan hanya terkait manajemen konflik tetapi juga sebagai manajemen
perubahan dengan cara damai. Sehingga dapat dikatakan diplomasi adalah seni

23
Universitas Bakrie
perundingan atau metode untuk menyampaikan pesan melalui perundingan dalam
mencapai kepentingan nasional masing-masing negara dalam berbagai bidang politik,
ekonomi, sosial, budaya, militer dalam hubungan internasional.
Dalam Konvensi Wina tahun 1961 yang berisi tentang hubungan diplomatik,
menjelaskan tentang tata cara yang mengatur beberapa hal bagi suatu negara dalam
memulai hubungan diplomatik dengan negara lain yang digunakan sebagai dasar hukum
kediplomatikan. Konvensi tersebut kemudian diratifikasi oleh Indonesia menjadi Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1982 tentang pengesahan Konvensi Wina tentang hubungan
diplomatik dan protokol operasional.[CITATION SLR95 \p 15 \l 1057 ]. Undang-Undang
Nomor 1 tahun 1982 tersebut diharapkan dapat mempermudah tugas instansi yang
berkepentingan dalam melaksanakan konvensi Wina tersebut. Konvensi Wina merupakan
elemen yang dpaat dijadikan petunjuk bagi Indonesia dalam membantu lancarnya proses
diplomasi Indonesia dengan negara lain. Dalam Konvensi Wina tahun 1961 terdapat
konvensi mengenai hubungan konsuler yang diatur dalam Konvensi Wina tahun 1963.
Yang terbentuk dalam perjanjian bilateral. Meskipun ada konvensi tersebut namun tidak
berarti pernjaian bilateral yang sebelumnya tidak berlaku lagi. Dalam Konvensi Wina
tahun 1963 pada ayat 3 berbunyi “ Consular functions are exercised by consular post.
They are also exercised by diplomatic missions in accordance with the provisions of the
present convention “. Dimana suatu negara yang belum memiliki perwakilan diplomatik,
maka kedudukan dan fungsinya digantikan oleh perwakilan konsuler, dan sebaliknya.
Karena dalam hal tersebut perwakilan konsuler dan perwakilan diplomatik hakikatnya
sama walaupun ada beberapa perbedaan antar keduanya.[ CITATION kem17 \l 1057 ].
Secara garis besar persamaan perwakilan konsuler dan perwakilan diplomatik yaitu, kedua
jenis perwakilan, sama-sama perwakilan luar negeri sebuah negara yang sama, adapun
perbedaanya yaitu pada tingkat hubungan dengan negara setempat, diplomatik dengan
pusat sedangkan konsuler dengan pemerintah daerah. Tingkat pendidikan perwakilan
konsuler dan perwakilan diplomatik sama.[CITATION Tya \l 1057 ]. Diplomasi antar
negara dapat dilakukan secara resmi maupun secara tidak resmi melalui lembaga informal
ataupun dengan penduduk setempat atau lembaga komunitas informal. Yang terpenting
tercapainya tujuan ideal yaitu menghasilkan pengertian yang lebih baik atau persetujuan
tentang suatu masalah yang sedang dirundingkan bersama. Adapun berbagai macam
diplomasi, diantaranya yaitu :
a. Diplomasi Demokratis, yaitu diplomasi yang mementingkan suara rakyat dan
berlangsung terbuka.

24
Universitas Bakrie
b. Diplomasi Boejuis-Sipil, Yaitu diplomasi yang mengutamakan cara-cara yang damai
daam menyelesaikan permasalahannya agar tercapainya win-win solution.
c. Diplomasi Prevensif, Diplomasi yang dilakukan ketika masyarakat menghadapi
situasi yang sangat genting
d. Diplomasi totaliter, diplomasi yang lebih memperlihatkan peningkatan peran negara.
Diplomasi tersebut banyak ditemukan di mas fasisme Italia, fasisme Spanyol.
e. Diplomasi perjuangan, yaitu diplomasi yang diperlukan saat negara dalam kondisi
genting dan ingin mempertahankan posisinya dalam memperjuangkan hak negaranya
dan mengindari campur tangan pihak lain.
f. Diplomasi Provokatik, yang bertujuan untuk menyudutkan posisi negara lain.
g. Diplomasi Publik, yang menekankan gagasan penyelesaian masalah dengan pesan-
pesan damai bukan dengan provokasi ataupun sinisme.
h. Diplomasi Multijalur, yaitu diplomasi total dengn menggunakan seluruh upaya aktor
dalam melaksakan politik luar negeri.
Adapun beberapa kegiatan diplomasi yaitu, menentukan tujuan atau kepentingan
nasional negara, penyesuaian kepentingan nasional dengan kepentingan negara lain,
menentukan apa tujuan nasional sejalan atau justru berbeda dengan kepentingan nasional
negara lain, mempergunakan kesempatan dengan sebaik-baiknya. Lalu terdapat perwakilan
Indonesia di luar negeri dapat berupa, perwakilan diplomatik, Yang kegiatannya mengurus
kepentingan yang berkaitan dengan kepentingan negara Indonesia dan wilayah kerjanya
yaitu seluruh wilayah negara penerima atau dalam bidang kegiatan organisasi internasional,
perwakilan konseler, perwakilan yang memiliki kegiatan tentang kepentingan negara
Indonesia di bidang konseler dan wilayah kerjanya yaitu di dalam wilayah negara penerima.[
CITATION Rus08 \l 1057 ].
Begitupun dalam menyelesaikan kasus yang berhubungan dengan negara tetangga
atau negara yang memiliki sejarah hubungan kerjasama dengan Indonesia, Maka cara yang
tepat dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut adalah dengan jalur
diplomasi, dengan diplomasi dapat diharapkan pemerintah dapat memikirkan solusi atau
cara terbaik yang dalam kategori cara yang damai dalam menyelesaikan permasalahan
terkait perbatasan wilayah dengan negara tetangga, Hal tersebut dilakukan agar negara
yang bersangkutan dapat menerima tujuan kita dengan perundingan damai untuk mencapai
tujuan yang sama-sama menguntungkan kepentingan nasional negara masing-masing.
Namun jika bukan dengan jalur diplomasi permasalahan terkait sangketa batas wilayah
antar dua negara bisa menimbulkan berbagai masalah atau konflik yang tidak diinginkan

25
Universitas Bakrie
yang dapat merugikan kedua negara. Terlebih lagi rencana diplomasi tepat dilakukan
karena sebelumnya pernah dilakukan oleh negara-negara penjajah Indonesia dan Malaysia
yaitu Belanda dan Inggris yang sebelumnya pernah membuat perjanjian terkait
penyelesaian daerah perbatasan antar negara Indonesia dan Malaysia. Sehingga pentingnya
teori diplomasi dalam menganalisa judul penelitian kali ini yang memiliki judul yang
terdapat kata diplomasi, diharapkan penjabaran yang tepat dalam penelitian kali ini dengan
menggunakan teori diplomasi dapat menghasilkan analisa yang tepat.
2.2.1 Analisis Kebijakan Luar Negeri
Kebijakan luar negeri merupakan instrumen kebijakan yang dimiliki oleh
pemerintah suatu negara berdaulat untuk menjalin hubungan dengan aktor-aktor lain dalam
politik dunia demi mencapai tujuan nasionalnya . Tidak semua tujuan negara dapat dicapai
di dalam negeri. Karena itu suatu negara harus menjalin hubungan dengan negera atau
aktor-aktor lain dalam sistem internasional.[CITATION pon \l 1057 ]. Menurut Rosenau,
kebijakan luar negeri adalah tindakan otoritas pemerintah yang dilakukan guna
mempertahankan kepentingan yang dimiliki atau merubah kepentingan tersebut di
kalangan internasional. Sedangkan menurut Breuning, kebijakan luar negeri adalah
totalitas kebijakan negara pada interaksi dengan lingkungan di luar perbatasan suatu
negara. Kebijakan luar negeri dapat dikatakan sebagai salah satu hal penting yang yang
mengantarkan suatu negara untuk mencapai kepentingan nasionalnya[ CITATION Yan07 \l
1057 ]. Kebijakan luar negeri pun bisa dikatakan sebagai salah satu cara suatu negara untuk
berkomunikasi dengan negara lain dalam berbagai bidang seperti ekonomi, sosial-budaya
dan keamanan.[ CITATION Hol70 \l 1057 ].
Konsep teori yang relevan lainnya yaitu terkait kebijakan luar negeri.Dalam
pembahasan mengenai upaya pemerintah Indonesia dalam melakukan diplomasi untuk
menyelesaikan permasalahan tapal batas di wilayah Pulau Sebatik yang berbatasan dengan
Malaysia, upaya pemerintah Indonesia tersebut merupakan kebijakan luar negeri Indonesia
yang berkaitan dengan upaya diplomasi demi menjaga hubungan kerjasama negara dengan
negara tetangga yaitu Malaysia. Kebijakan luar negeri dapat dinilai sebagai bagian dari
kepentingan nasional yang mengandalkan power suatu negara dan hal tersebut yang
membuat kebijakan luar negeri memang lebih penting daripada kebijakan-kebijakan
lainnya, karena dalam kebijakan luar negeri terdapat kepentingan nasional yang merupakan
tujuan yang penting bagi suatu negara. Dimana Kebijakan luar negeri merupakan upaya
sebuah negara dalam memenuhi kepentingan nasionalnya didalam masyarakat global.
Kebijakan luar negeri dilakukan sebagai hal untuk mewujudkan kebutuhan negara yang

26
Universitas Bakrie
tidak bisa dicapai sepenuhnya secara mandiri bila hanya mengandalkan sumber daya nya
sendiri,oleh karna itu pemerintah suatu negara melakukan kebijakan luar negeri untuk
memenuhi kebutuhan negaranya yang dilakukan dengan menjalin hubungan bersama
negara lain.
Dan dalam analasisi kebijakan luar negeri Indonesia bagaimana langkah-langkah
yang diambil pemerintah Indonesia dalam menyelesaikan masalah tapal batas wilayah
Pulau Sebatik yang berbatasan dengan Malaysia, berharap langkah yang diambil tersebut
merupakan langkah yang tepat agar tidak merusak hubungan kerjasama antar negara
Indonesia dan Malaysia. Dan hal tersebut juga merupakan kebijakan luar negeri Indonesia
yang memiliki keterkaitan dengan kebijakan domestik dalam hubungan yang bersifat
hubungan bilateral antar dua negara terlebih yaitu negara tetangga yang memiliki sejarah
hubungan kerjasama dengan Indonesia.

2.2.2 Diplomasi Perbatasan Wilayah


Dari penjelasan diatas, tentang teori diplomasi yaitu proses interaktif dua arah
antara dua negara untuk mencapai politik luar negeri masing-masing negara. Dan
kebijakan luar negeri adalah tindakan otoritas pemerintah yang dilakukan guna
mempertahankan kepentingan yang dimiliki atau merubah kepentingan tersebut di
kalangan internasional. Sehingga dalam pembahasan Diplomasi Indonesia terhadap
Malaysia dalam upaya menyelesaikan permasalahan perbatasan di Pulau Sebatik, dengan
langkah yang dilakukan Indonesia yaitu diplomasi.
Sedangkan perbatasan adalah garis yang membagi wilayah dimana negara bisa
melaksanakan kegiatan politik atau kedaulatannya. Perbatasan juga memastikan keamanan
suatu wilayah atau negara yang bersangkutan. Sehingga Diplomasi perbatasan menurut Iva
Rachmawati adalah, Sebuah upaya yang dilakukan oleh pemerintah suatu negara untuk
menjamin kedaulatan negaranya melalui pengelolaan wilayah perbatasan negara dengan
negara lainnya. Upaya pemerintah dalam menyelenggarakan diplomasi perbatasan, bukan
hanya terkait hukum dan keamanan wilayah, tetapi juga terkait kondisi sosial ekonomi
negaranya. Agar dapat diakui sebagai negara yang berdaulat maka suatu negara harus
mempunyai batas negara yang jelas yang menunjukkan wilayah kekuasaannya. Karena
wilayah perbatasan juga dapat menimbulkan konflik dengan negara lain yang
bersangkutan. [CITATION Caf \l 1057 ].

27
Universitas Bakrie
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian

Pada penelitian kali ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut
Perreault dan McCarthy (2006) penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang detail dan
berusaha menggali informasi secara mendalam. Penelitian kualitatif mencoba untuk
mengungkapkan suatu topik dengan gambaran yang sesuai dengan kenyataan atau fakta di
lapangan. Pendekatan Kualititaif bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang sesuai dan
jelas dengan pengumpulan data yang akurat dan jelas. Pendekatan kualitatif lebih fokus
kepada persoalan kualitas bukan hanya kuantitas data[ CITATION Kri09 \l 1057 ]. Penelitian

28
Universitas Bakrie
kualitatif adalah proses mencari informasi dan kondisi yang sebenarnya dalam kehidupan
suatu objek yang dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah baik dari sudut pandang
teoritis maupun praktis. Penggunaan metode kualitatif yang menjelaskan permasalahan
yang dikaitkan degan teori maupun konsep yang ada di dalam Hubungan Internasional.
Metode kualitatif digunakan untuk penelitian kali ini karena kualitatif merupakan metode
yang sangat relevan, lebih fokus kepada peristiwa yang sebenarnya terjadi dilapangan dan
tanpa mengurangi fakta yang ada.
Dalam pembahasan Diplomasi pemerintah Indonesia dalam menyelesaikan tapal batas
wilayah perbatasan Indonesia dan Malaysia di Pulau sebatik, dimana penelitian yang
dilakukan haruslah sesuai dengan fakta yang ada tanpa mengubahnya menjadi suatu simbol
ataupun angka. Karena judul penelitian tersebut juga tidak berbasis analisa data dengan
angka. Kemudian relevansi dari metode kualitatif dengan pertanyaan penelitian yang
peneliti jabarkan di penelitian kali ini yaitu dengan menggambarkan informasi, data-data
yang berisi konteks paragraf deskriptif sebagai hasil yang ingin didapatkan mengenai
apakah benar permasalahan tapal batas di Pulau Sebatik akan teratasi dengan adanya upaya
diplomasi yang dilakukan Indonesia terhadap Malaysia. Dibawah ini terlampir tabel 1.1
yang menjelaskan tentang proses menjawab pertanyaan penelitian, dan tabel 1.2 teknik
analisis data.

Tabel 1.1 Proses Menjawab Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan Sumber Data Teknik Instrumen Hasil yang


Penelitian yang Diperlukan Pengumpula ingin Dicapai
n Data

29
Universitas Bakrie
Bagaimana upaya Memahami Wawancara Transformasi Dengan data
diplomasi yang terlebih dahulu via online data, tersebut
dilakukan bagaimana / email, pengelompo diharapkan dapat
Pemerintah langkah-langkah Jurnal kan data, memberikan
Indonesia dalam diplomasi Ilmiah, pengabstraka gambaran yang
upaya tersebut, dan Buku, n, dan komperhensif
menyelesaikan bagaimana Sumber penyederha tentang sejauh
permasalahan kelanjutan dari Internet. naan. mana diplomasi
tapal batas di penyelesaian tersebut berhasil
Pulau Sebatik permasalahan. dan bagiamana
dengan Malaysia? proses diplomasi
tsb.

Tabel 1.2 Teknik Analisis Data

Pertanyaan Data yang Metode Teknik/Alat Outcome


Peneliti dibutuhkan Analisis

30
Universitas Bakrie
Bagaimana upaya Data yang Outcome yang
diplomasi yang dibutuhkan Didapat dalam
Kualitatif Deskriptif
dilakukan dalam melakukan
Pemerintah penelitian ini interview ini bisa
Indonesia dalam adalah dengan menjadi acuan
upaya melakukan dalam
menyelesaikan beberapa bagaimana
permasalahan interview peneliti
tapal batas di dengan mendapatkan
Pulau Sebatik instansi- informasi terkait
dengan instansi terkait bagaimana upaya
Malaysia? pemerintah
Indonesia dalam
menyelesaikan
kasus tapal batas
di Pulau Sebatik?

3.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi kasus. Menurut Surachmad (1967)
Studi kasus adalah suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus
secara rinci. Penggunaan studi kasus sebagai pendekatan penelitian diharapkan dapat
menjelaskan penelitian secara komprehensif sehingga dan dapat menjawab pertanyaan
penelitian tentang bagaimana diplomasi yang dilakukan Indonesia terhadap Malaysia
dalam menyelesaikan tapal batas di Pulau Sebatik.
3.3 Teknik Pengumpulan data
Berdasarkan metode pendekatan penilitian kali ini yaitu kualitatif, dan dengan teknik
analisis deskriptif maka teknik pengumpulan data yang dilakukan ada berbagai cara yaitu
dengan wawancara, internet, jurnal ilmiah. Pengumumpulan data-data tersebut merupakan
keterangan tentang suatu hal yang berupa hal yang dapat diketahui atau hal yang dianggap.
Untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut maka diperlukan adanya sumber data
berupa wawancara, jurnal ilmiah, buku, sumber internet dan lainnya . Adapun tahapan
penelitian yaitu tahapan pengumpulan data, analisa data dan penjelasan. Dan pada tahap
rencana penyusunan, penulis telah menyusun rancangan penelitian terkait diplomasi

31
Universitas Bakrie
Indonesia dengan Malaysia dalam menyelesaikan tapal batas Pulau Sebatik. Dan berikut
teknik pengumpulan data yang penulis gunakan :

1. Wawancara
Sebagai sumber data primer dalam rencana penelitian kali ini, wawancara merupakan
sumber data yang berasal dari narasumber yang terpercaya. dan diharapkan dengan sumber
data dari wawancara penulis mendapatkan informasi yang akurat dan terpercaya sesuai
dengan kejadian yang sebenarnya di lapangan. Wawancara akan dilakukan dengan
beberapa isntansi terkait dan dengan wawancara online.

2. Internet
Internet sebagai sumber data sekunder, sumber data berbasis internet dengan
pencarian situs website resmi yang akan penulis gunakan. Internet merupakan alat untuk
mengakses informasi dengan efisien Penggunaan internet ialah hanya untuk melengkapi
informasi faktual atas fenomena atau peristiwa tertentu yang ingin dicari untuk penelitian.
Dalam hal ini, penulis menggunakan internet sebagai media untuk melengkapi data-data
yang akan dikumpulkan. Data yang diakses dari internet bisa berupa jurnal dan situs resmi.

3. Jurnal Ilmiah
Jurnal ilmiah merupakan kumpulan artikel ilmiah yang bisa menjadi sumber data
pada penelitian, sebagai sumber data studi terdahulu yang menjadi referensi dalam
melakukan penelitian, dan cara mendapatkan jurnal ilmiah mudah karena sering kali jurnal
ilmiah di publikasikan sehingga mudah dicari di internet. Jurnal ilmiah penulis gunakan
juga sebagai sumber data sekunder yang diharapkan menambah data dan informasi yang
diperlukan penulis.
3.4 Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian kali ini berfokus kepada analisa tentang
bagaimana upaya diplomasi yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam menyelesaikan
kasus tapal batas Pulau Sebatik dengan Malaysia. Beberapa informan yang penulis jadikan
narasumber yaitu Kementrian ATR/BPN, ATR/BPN provinsi Kalimantan Utara, Badan
Nasional Pengelola Perbatasan. Sesuai dengan pengertian objek penelitian oleh Supriati
(2012) yaitu variabel yang diteliti oleh peneliti ditempat penelitian dilakukan, walaupun
tidak melakukan wawancara secara langsung namun diharapkan infromasi dan data yang

32
Universitas Bakrie
diperoleh dari wawancara kepada informan-informan tersebut sesuai dengan yang penulis
harapkan dan wawancara berjalan dengan baik.
3.5 Sumber data
Dalam penelitian kali ini sumber data yang dikumpulkan dari dua sumber data
primer dan sekunder. Data primer data yang diperoleh dari sumber pertama dengan
prosedur atau teknik pengambilan data yang berupa wawancara. Sedangkan Data sekunder
biasanya diperoleh dari sumber secara tidak langsung yang berupa data dokumentasi atau
arsip resmi dan dengan tiga jenis data yaitu data berbasis internet, data berbasis wawancara
dan sumber data berbasis jurnal atau dokumen. Kemudian penulis menggunakan sumber
data dan tahapan penelitian kali ini yaitu dengan sumber data berbasis wawancara dengan
beberapa instansi yang penulis harapkan dapat memberikan informasi yang sesuai seperti
Kementerian ATR/BPN, KBRI Indonesia Untuk Malaysia, BNPP. Namun, karena kondisi
pandemi COVID-19 maka penulis akan melakukan wawancara secara online untuk
menghindari adanya kontak langsung, namun tetap diharapkan bahwa wawancara akan
berjalan dengan baik. Kemudian berikut rencana wawancara yang penulis akan lakukan
dalam tabel 1.3 dibawah ini.

Tabel 1.3 Data Informan

Informasi yang
Nama Waktu Bentuk
Informan diharapkan
Informan wawancara wawancara

ATR/BPN Achdiat Memperoleh Mengirimkan


Nunukan farid, S.H informasi dan Fields Apakah ada da
Provinsi selaku data kasus interview via dan data pemb
Kalimantan kepala pertanahan Gmail Pulau Sebatik
Utara analis masyarakat kemudian
hukum Indonesia di 10 Oktober dijawab oleh Bagaimanakah
pertanahan Pulau Sebatik 2021 infroman via Kalimantan U
ATR/BPN Kalimantan Gmail atau pertanahan di

33
Universitas Bakrie
Nunukan Utara. Freecall
Provinsi Whatsapp.
Kalimanta
n Utara

TNI AD Bapak Memperoleh Mengirimkan


Koramil Batuud informasi dari Fields Ada berapa ta
Sebatik Serma penjaga interview via membatasi Ind
Rujito perbatasan Gmail
yaitu TNI AD kemudian Bagaimanakah
yang ada di dijawab oleh Sebatik setela
lokasi tersebut infroman via tanah akibat p
secara 4 Agustus Gmail atau 2019?
langsung. Dan 2021 Freecall
tentang Whatsapp. Adakah pelan
bagaimana oleh Malaysia
peran TNI/AD
Indonesia yang
berada di
perbatasan
Sebatik
terhadap kasus
tersebut.

34
Universitas Bakrie
Kementerian Bapak Memperoleh Mengirimkan Bagaimanakah
ATR/BPN Hesekiel informasi dari Fields dalam menang
Republik selaku pengamatan interview via perbatasan di
Indonesia Gmail
Kepala kementerian
kemudian
Sub ATR/BPN dan Apakah ada da
dijawab oleh
Direktorat bagaimana 9 September perbatasan Pu
infroman via
PW3WT peran 2021
Gmail atau
Kementeri kementrian Freecall
Adakah upaya
an ATR/BPN Whatsapp. permasalahan
ATR/BPN dalam Kalimantan U
Republik menyelesaikan
Indonesia. kasus Apakah ada da
pertanahan di penduduk di P
Pulau Sebatik?

BNPP Bapak Mengirimkan Bagaimanakah


(Badan Rusly Memperoleh Fields kasus tentang
Nasional selaku informasi dari interview via Utara?
Pengelola Keasdepan pengamatan Gmail
Perbatasan) Tasbara dan data yang kemudian Bagaimana ke
dimiliki oleh 20 Oktober dijawab oleh penentuan tap
BNPP dalam 2021 infroman via antar pemerin
menyelesaikn Gmail atau
kasus Freecall Apakah ada pe
perbatasan di Whatsapp. menyelesaikan
Pulau Sebatik dengan Pemer

Adakah ada ha
kasus tapal ba
Malaysia?

Bagaimanakah
persoalan perb

35
Universitas Bakrie
3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yaitu proses mencari dan menyusun data yang diperoleh secara
sistematis dari bahan data yang telah diperoleh. Sehingga temuan dapat lebih dipahami.
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan data kedalam pola atau kategori
menjadi satu uraian. Dalam menganalisis data penelitian ini, penulis menggunakan teknik
analisis deskriptif kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan, menuturkan,
melukiskan serta menguraikan data yang bersifat kualitatif dari hasil metode
pengumpulan data. Dan metode kualitatif dengan analisis deskriptif yang
menggambarkan peristiwa lapangan, perilaku orang, dan kegiatan-kegiatan yang
dijelaskan secara mendalam dan terperinci. Penelitian deskriptif bertujuan
menggambarkan secara cermat karakteristik dari suatu gejala atau masalah yang diteliti,
penelitian deskriptif juga fokus pada pertanyaan dasar bagaimana dengan berusaha
mendapatkan dan menyampaikan fakta-fakta dengan jelas, teliti dan lengkap tanpa
banyak detail yang tidak Deskriptif fokus untuk menggambarkan suatu variabel yang
berhubungan masalah yang diteliti tanpa mempersoalkan hubungan variabel .[CITATION
Fai \l 1057 ].
Dengan kata lain penelitian deskriptif menggambarkan suatu gejala yang tidak fokus
kepada mengaitkan antar variabelnya. Dimana penelitian ini menjelaskan tentang peristiwa
yang sebenarnya terjadi di lapangan tanpa mengubahnya menjadi angka atau simbol. Dan
dalam pembahasan kali ini akan meneliti tentang bagaimana diplomasi pemerintah
Indonesia terkait penyelesaian tapal batas di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia pulau
Sebatik secara mendalam dan penggunaan data yang relevan dengan kejadian yang
sebenarnya.

3.7 Uji Keabsahan Data


Uji keabsahan data menurut Sugiyono yaitu terdapat tiga, pertama pengujian
keabsahan data meliputi uji credibility, transferability, dependability dan
confirmability[ CITATION Sug16 \l 1057 ]. Kemudian tahapan selanjutnya setelah analisis

36
Universitas Bakrie
data, penulis melakukan uji keabsahan data untuk mengetahui kevalidan sebuah data yang
penulis gunakan, untuk mengetahuinya penulis melakukan obeservasi, trianggulasi untuk
mengecek keabsahan sumber data, diskusi atau reviewing untuk mendiskusikan data yang
telah penulis kumpulkan dengan dosen pembimbing atau pihak yang ahli dibidangnya
hingga teman yang memiliki bidang yang sama dengan penulis. Dan yang terakhir yaitu
mengecek mengenai referensi yang penulis gunakan.

3.8 Operasional Konsep


Tabel 1.4 Operasional Konsep
Bukti empirik
Konsep Deskripsi yang Bentuk data
diharapkan

Teori yang dapat Penjelasan definisi Buku, sumber internet,


menjelaskan bagaimana yang dapat pemberitaan media.
definisi dari batas negara, menggambarkan
wilayah dan juga penentuan bagaimana
dari batas wilayah negara penentuan batas
Batas Wilayah sebagai acuan dalam wilayah bagi
Negara penelitian tentang diplomasi negara yang sedang
Indonesia terhadap Malaysia bersengketa atau
dalam upaya penyelesaian sedang
tapal batas di Pulau Sebatik. menyelesaikan
persoalan tapal
batas.
Bagaimana proses diplomasi Informasi institusi Laporan atau informasi
itu berlangsung dan pemerintah sebagai hasil wawancara dari
bagaimana kelanjutan dari pengelola TNI AD, BNPP, dan
Diplomasi
keterangan penyelesaian perbatasan atau Kementerian ATR/BPN.
Perbatasan
kasus terbaru yaitu terkait instansi yang
MoU perjanjian tapal batas mengurus
di Sebatik. hubungan dengan
Malaysia
Teori yang menjelaskan Penjelasan definisi Pemberitaan media, situs
tentang kebijakan luar yang menjelaskan internet, jurnal ilmiah.
negeri, tentang bagaimana
Kebijakan Luar 1. Diplomasi keterkaitan
Negeri 2. Kebijakan Luar Negeri diplomasi yang
dilakukan
pemerintah
merupakan bagian
dari kebijakan luar
negeri yang
diambil.

37
Universitas Bakrie
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Perundang-undangan
Konvensi PBB Tentang Hukum Laut Tahun 1982 (United Nations Convention on The Law of The
Sea Tahun 1982).

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen Indonesia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1973 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2994).

Buku
H,Faisal. (1992). Format-format Penelitian Sosial. Jakarta :  RajaGrafindo Persada.

B,Suyanto. (2007). Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana.

Kriyantono, Rachmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.

Roy,S.L. (1995). Diplomasi. Jakarta Utara: PT Raja Grafindo persada.

Soesastro, Hadi dan Sutopo, A.R. (ed). Strategi dan Hubungan Internasional Idonesia dan
Kawasan Asia Pasifik. Jakarta : CSIS. 1981.

Jurnal
azmi. (2010). kajian arsip wilayah perbatasan negara dalam rangka pelindungan.

bakhtiar. (2016). penyelesaian sengketa antara indonesia dan malaysia diwilayah ambalat menurut
hukum laut indonesia.

djafar, j. (2020). hubungan Indonesia-Malaysia memerlukan perspektif kebijakan baru? Hukum dan
internasional.

Dirgantara, M Gagah.(2017). Upaya Pemerintah Indonesia Dalam Menangani Kejahatan


Transnasional (Penyelundupan Narkoba) di Daerah Perbatasan Indonesia-Malaysia di
Kalimantan. Ilmu Sosial dan Politik FISIP UMY. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta

Fachri, M. (2020). upaya pemerintah dalam mengurangi pelanggaran tapal batas


indonesia-malaysia.

ghafur, m. f. (2016). ketahanan sosial di perbatasan:studi kasus pulau sebatik. lembaga ilmu
pengetahuan indonesia.

38
Universitas Bakrie
harahap.(2020). pelanggaran hak kekebalan terhadap kebebasan berkomunikasi menurut
hukum.

jayanti, y. d., & ardhiansyah, n. a. (n.d.). Penyelesaian sengketa batas wilayah darat antara
indonesia dan malaysia(studi kasus di kabupaten bengkayang, kalimantan barat).

Kartikasari ,Wahyuni, 2010. Mengelola Perbatasan Indonesia di Dunia Tanpa Batas. Graha Ilmu:
Yogyakarta.

Kompasiana. (2019). Penjelasan Diplomasi, Pengertian, Tujuan dan Fungsi Dalam Islam. Yasub
Tasir.

M,Fahri.( 2017).Upaya Pemerintah Dalam Mengurangi Pelanggaran Tapal Batas Muhammad


Fachri Tapal Batas Indonesia-Malaysia (Studi Kasus Kabupaten Nunukan)

Muhamad, S. V. (2012). illegal fishing di perairan indonesia:permasalahan dan upaya


penanganannya. Jurnal Politica.

Ponggohong, W.T. Billy. Niode, Burhan. Tulung, Trilke. Kerjasama indonesia dengan singapura
dalamperlindungan pekerja migran indonesia (PMI) di Suriname. Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik. Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Setiawan, B., Bandiyono, S., Sudiyono, dan Saekarni, M. (2012). Kompleksitas pembangunan dan
strategi pemberdayaan keluarga di perbatasan Sebatik. Yogyakarta: Penerbit Elmatera.

Siburian, R. (2012). Pulau Sebatik: Kawasan perbatasan Indonesia beraroma Malaysia. Jurnal
Masyarakat dan Budaya. Vol. 1 No 14.

Siregar, C. N., Rahmansyah, S., & Saepu, E. (2019). ancaman keamanan nasional di
wilayah perbatasan indonesia: studi kasus pulau sebatik dan tawau (indonesia-
malaysia).

Utami, W. D. (2012). upaya ASEAN dalam meredam konflik atas sengketa spartly islands.

Yani, Y. M. (2007). Politik Luar Negeri. SESKO TNI AU.

Internet/ Website Resmi


Beritasatu.(2014). Masyarkat sebatik bergantung pada produk malaysia. Dikuti melalui
https://www.beritasatu.com/ekonomi/50553/masyarakat-sebatik-bergantung-pada-produk-
malaysia. Diakses pada tanggal 21 April 2021.

39
Universitas Bakrie
Ditjenbinaadwil.(2021). sosialisasi diseminasi penyelesaian OBP segmen pulau sebatik. Dikutip
melalui https://ditjenbinaadwil.kemendagri.go.id/berita/detail/sosialisasidiseminasi-
penyelesaian-outstanding-boundary-problems-obp-segmen-pulau-sebatik. Diakses pada
tanggal 10 Juli 2021.

Kementerian Luar Negeri. (1982). Dikutip melalui http://pih.kemlu.go.id/files/UU


%20No.01%20Tahun%20. Diakses pada tanggal 21 April 2021.

Kerjasama Bilateral. Dikutip melalui http://www.deplu.go.id. Diakses pada tanggal 10 April 2021.

Kompas. (2020). Patok Batas Negara di Sebatik Bergeser, ke Kantor Camat Harus Lewati
Wilayah Malaysia. Dikutip melalui
https://regional.kompas.com/read/2020/09/05/07270001/patok-batas-negara-di-sebatik-
bergeser-ke-kantor-camat-harus-lewati-wilayah?page=all. Diaskes pada Tanggal 21 April
2021

kompas. (2020). Negara yang berbatasan langsung dengan daratan Indonesia. Dikutip melalui
https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/09/120000469/3-negara-yang-berbatasan-
langsung-dengan-daratan-indonesia. Diakses pada tanggal 21 April 2021.

kompas.com.(2020).syarat berdirinya negara indonesia. Dikutip melalui


https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/07/060000069/syarat-berdirinya-negara-
indonesia. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2021.

koran kaltara. (2021). penyelesaian tapal batas tunggu penandatanganan mou. Dikutip
melalui https://korankaltara.com/penyelesaian-tapal-batas-di-sebatik-tunggu-
penandatanganan-mou/ Diakses pada Tanggal 10 Agustus 2021.

Salim, H. J. (2020). Fakta RI-Cina memanas Malaysia diam-diam geser patok perbatasan
di Sebatik. Dikuti melalui https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4151991/cek-
fakta-ri-dan-china-memanas-malaysia-diam-diam-geser-patok-perbatasan-di-sebatik.
Diakses pada Tanggal 10 Agustus 2021.

Serafica Gischa . pembagian wilayah laut Indonesia. Dikutip melalui


https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/17/180000069/3-pembagian-wilayah-laut-
indonesia?page=all. Diakses pada Tanggal 15 April 2021.

Sinaga,Odelia. Modus Malaysia Kuasai Desa di Perbatasan Indonesia. Dikutip melalui


https://m.tempo.co/read/news/2014/11/17/078622324/modus-malaysia-kuasai-desa-di-
perbatasan-indonesia. Diakses pada 14 April 2021

40
Universitas Bakrie
41
Universitas Bakrie
Universitas Bakrie

42

Anda mungkin juga menyukai