Anda di halaman 1dari 8

PORTOFOLIO

PPKN

Disusun oleh :
Syaiful Rahman
33
XII – 7

SMAN 109 Jakarta


Tahun Pelajaran 2023/2024
Kata Pengantar

Sengketa batas wilayah antara Indonesia dan Malaysia merupakan isu yang telah
mewarnai hubungan kedua negara tetangga selama beberapa dekade. Permasalahan ini tidak
hanya mempengaruhi kedua negara secara langsung, tetapi juga memiliki dampak yang luas baik
dari segi politik, ekonomi, maupun sosial di tingkat regional maupun internasional.

Sejak awal sejarah modern keduanya sebagai negara merdeka, Indonesia dan Malaysia
telah mengalami berbagai ketegangan terkait penentuan batas wilayah di beberapa lokasi.
Meskipun telah ada berbagai upaya untuk menyelesaikan sengketa ini, baik melalui jalur
diplomasi maupun melalui mekanisme internasional, namun penyelesaian yang memuaskan
kedua belah pihak masih terus menjadi tantangan.

Dalam kata pengantar ini, akan diuraikan secara singkat latar belakang, perkembangan,
serta relevansi sengketa batas wilayah antara Indonesia dan Malaysia. Saya berharap, pembaca
dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai kompleksitas isu ini dan
pentingnya kerjasama antarnegara dalam mencari solusi yang berkelanjutan demi perdamaian
dan kemajuan bersama di kawasan Asia Tenggara.

Semoga informasi yang disajikan dapat memberikan kontribusi positif dalam upaya
memahami dan mengatasi sengketa batas wilayah antara Indonesia dan Malaysia

Jakarta, 14 Februari 2024

Syaiful Rahman
A. Latar Belakang

Sengketa batas wilayah antara Indonesia dan Malaysia dapat ditelusuri hingga masa pemerintahan
kolonial, di mana penentuan batas wilayah tidak selalu dilakukan dengan jelas dan adil. Setelah kedua
negara merdeka, ketegangan muncul terkait klaim wilayah yang tumpang tindih, terutama di wilayah
perbatasan Kalimantan dan Sulawesi dengan Malaysia.

Pada tahun 1969, sengketa ini mencapai titik kritis ketika terjadi insiden konflik bersenjata di
Pulau Sebatik, yang hampir memicu perang antara kedua negara. Meskipun situasi kemudian berhasil
diredam, sengketa batas wilayah terus menjadi isu sensitif dalam hubungan bilateral Indonesia-Malaysia.

Sejumlah upaya telah dilakukan untuk menyelesaikan sengketa ini, termasuk melalui jalur
diplomasi bilateral, serta melalui perantaraan lembaga internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) dan Mahkamah Internasional. Namun, penyelesaian yang memuaskan kedua belah pihak masih
terus menjadi tantangan, memperumit hubungan kedua negara dalam berbagai aspek. Latar belakang ini
mencerminkan kompleksitas dan sejarah panjang sengketa batas wilayah antara Indonesia dan Malaysia,
yang tetap menjadi isu yang relevan dan menuntut solusi yang berkelanjutan.

B. Sejarah

Sejarah sengketa batas wilayah antara Indonesia dan Malaysia mencakup periode yang panjang,
dimulai dari era kolonial hingga masa kemerdekaan dan setelahnya. Berikut adalah rangkuman
sejarahnya:

1. Era Kolonial
Sebelum kedua negara merdeka, wilayah yang sekarang menjadi Indonesia dan Malaysia
adalah bagian dari kekuasaan kolonial Belanda, Inggris, dan Portugis. Penentuan batas
wilayah di antara mereka tidak selalu dilakukan dengan jelas dan memperhatikan
identitas etnis dan budaya masyarakat setempat.
2. Periode Kemerdekaan
Setelah merdeka, masing-masing negara menghadapi tugas menentukan batas wilayah
yang jelas. Salah satu sengketa awal terjadi terkait dengan Pulau Sipadan dan Ligitan,
yang kemudian diselesaikan melalui perantaraan Mahkamah Internasional pada tahun
2002.
3. Konflik Bersenjata di Pulau Sebatik (1969)
Sengketa wilayah mencapai titik kritis pada tahun 1969 ketika terjadi konflik bersenjata
di Pulau Sebatik, dekat perbatasan Kalimantan Timur dan Sabah. Insiden ini hampir
memicu perang antara kedua negara, tetapi kemudian berhasil diredam.
4. Upaya Penyelesaian
Sejak konflik bersenjata di Pulau Sebatik, kedua negara telah melakukan berbagai upaya
untuk menyelesaikan sengketa batas wilayah, baik melalui jalur diplomasi bilateral
maupun melalui lembaga internasional seperti PBB dan Mahkamah Internasional.
5. Isu Tambahan
Selain sengketa batas wilayah utama, masih ada sejumlah isu tambahan yang menjadi
sumber ketegangan antara Indonesia dan Malaysia, termasuk klaim atas Pulau Ambalat di
lepas pantai Kalimantan dan isu perburuhan migran.

Sejarah panjang sengketa batas wilayah antara Indonesia dan Malaysia mencerminkan
kompleksitas hubungan bilateral di antara kedua negara tetangga. Meskipun telah ada beberapa
penyelesaian dan pendekatan diplomatik, sengketa ini tetap menjadi tantangan yang memerlukan
kerja sama dan negosiasi yang berkelanjutan untuk mencapai solusi yang memuaskan kedua
belah pihak.

C. Keputusan Sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan antara Indonesia dan


Malaysia

Keputusan sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan antara Indonesia dan Malaysia mencapai
titik penyelesaian melalui Mahkamah Internasional (MI) pada tahun 2002. Sengketa ini berkaitan
dengan kedua pulau yang terletak di perairan timur Sabah, Malaysia, dan telah menjadi sumber
ketegangan antara kedua negara. Pada bulan Desember 1998, Indonesia dan Malaysia sepakat
untuk menyerahkan sengketa tersebut kepada Mahkamah Internasional, sebuah badan hukum
PBB yang memiliki yurisdiksi untuk menyelesaikan perselisihan antarnegara.
Setelah mendengarkan argumen dari kedua belah pihak dan melakukan serangkaian
investigasi, pada 17 Desember 2002, Mahkamah Internasional mengeluarkan putusan yang
menetapkan bahwa Pulau Sipadan berada di bawah kedaulatan Malaysia, sementara Pulau
Ligitan diberikan kepada Indonesia. Keputusan ini diumumkan setelah pertimbangan atas bukti-
bukti historis, geografis, dan administratif, serta asas-asas hukum internasional yang relevan.
Meskipun putusan ini menguntungkan Malaysia dalam hal Pulau Sipadan, Indonesia menerima
pemberian Pulau Ligitan sebagai ganti rugi.

Keputusan sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan oleh Mahkamah Internasional merupakan
tonggak penting dalam penyelesaian konflik wilayah antara Indonesia dan Malaysia. Meskipun
tidak sepenuhnya memuaskan kedua belah pihak, putusan ini diharapkan dapat mengakhiri
ketegangan dan memperkuat hubungan antara kedua negara.

D. Dampak Sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan

Dampak sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan antara Indonesia dan Malaysia memiliki
konsekuensi yang luas, baik secara politik, ekonomi, maupun sosial. Berikut adalah beberapa
dampak utamanya:

1. Ketegangan Diplomatik
Sengketa ini meningkatkan ketegangan dan mengganggu hubungan diplomatik
antara Indonesia dan Malaysia. Perdebatan mengenai kedaulatan atas kedua pulau
tersebut menciptakan suasana tegang di antara kedua negara, yang dapat
menghambat kerja sama bilateral di berbagai bidang.

2. Ketidakpastian Investasi
Ketidakpastian terkait kepemilikan wilayah dapat menghalangi investasi dan
pembangunan ekonomi di daerah sekitar pulau-pulau tersebut. Perusahaan dan
investor mungkin enggan untuk menanamkan modalnya di wilayah yang sedang
bersengketa, menghambat pertumbuhan ekonomi lokal.
3. Dampak Sosial dan Budaya
Sengketa wilayah dapat mempengaruhi masyarakat lokal yang tinggal di sekitar
Pulau Sipadan dan Ligitan. Ketidakpastian atas kepemilikan wilayah dapat
menciptakan kecemasan dan ketegangan di antara komunitas lokal, serta
mengganggu kehidupan sehari-hari mereka.

4. Pengelolaan Sumber Daya Alam


Kedua pulau tersebut memiliki potensi sumber daya alam yang penting, terutama
dalam konteks pariwisata dan kekayaan laut. Sengketa wilayah dapat mempersulit
pengelolaan dan perlindungan sumber daya alam di kedua pulau, yang dapat
mengancam keberlanjutan lingkungan dan ekosistemnya.

5. Pengaruh Terhadap Kawasan


Laut Pulau Sipadan terkenal dengan ekosistem terumbu karangnya yang kaya dan
menjadi tujuan utama bagi para penyelam. Ketidakpastian atas status wilayah
tersebut dapat berdampak negatif pada upaya konservasi dan perlindungan
lingkungan di kawasan laut tersebut.

Dampak sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan mencerminkan kompleksitasnya isu kedaulatan
wilayah dalam hubungan antarnegara. Oleh karena itu, penyelesaian yang adil dan berkelanjutan
sangat penting untuk mengurangi ketegangan dan mempromosikan kerja sama antara Indonesia
dan Malaysia.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan:

Sengketa batas wilayah antara Indonesia dan Malaysia merupakan isu yang kompleks dan
memiliki dampak yang luas, tidak hanya bagi kedua negara tersebut, tetapi juga untuk stabilitas
dan kerjasama di kawasan Asia Tenggara. Sejarah panjang sengketa ini mencerminkan tantangan
dalam menetapkan batas wilayah yang jelas dan adil setelah periode kolonial, serta upaya yang
terus dilakukan untuk mencari solusi yang memuaskan kedua belah pihak.

Putusan Mahkamah Internasional terkait sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan pada tahun
2002 merupakan langkah penting menuju penyelesaian konflik, meskipun tidak sepenuhnya
memuaskan semua pihak terkait. Dampak dari sengketa ini meliputi ketegangan diplomatik,
ketidakpastian investasi, dampak sosial dan lingkungan, serta tantangan dalam pengelolaan
sumber daya alam di wilayah terkait.

B. Saran:

1. Melanjutkan Dialog dan Diplomasi : Penting untuk terus memperkuat dialog dan
diplomasi antara Indonesia dan Malaysia untuk mencari solusi yang berkelanjutan terkait
sengketa batas wilayah. Komunikasi yang terbuka dan konstruktif merupakan kunci untuk
membangun kepercayaan dan mencapai kesepakatan yang adil.

2. Mendorong Kerjasama Regional : Kerjasama antara negara-negara di kawasan Asia


Tenggara dalam penyelesaian konflik wilayah dapat membantu mengurangi ketegangan dan
mempromosikan perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut. Indonesia dan Malaysia dapat
memanfaatkan forum regional seperti ASEAN untuk mendiskusikan isu-isu perbatasan secara
konstruktif.

3. Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan : Penting untuk mengutamakan


pengelolaan sumber daya alam di wilayah terkait sengketa dengan cara yang berkelanjutan dan
berorientasi pada konservasi lingkungan. Hal ini termasuk perlindungan ekosistem laut dan
pemanfaatan yang bijak atas potensi ekonomi dari wilayah tersebut.

4. Edukasi Masyarakat : Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya


perdamaian dan kerjasama antarnegara dalam menyelesaikan konflik wilayah dapat membantu
mengurangi ketegangan dan mendukung upaya penyelesaian yang damai. Ini dapat dilakukan
melalui program pendidikan, kampanye informasi, dan dialog antarkomunitas.
Dengan mengambil langkah-langkah ini, diharapkan Indonesia dan Malaysia dapat
menemukan jalan menuju penyelesaian yang adil dan berkelanjutan terkait sengketa batas
wilayah, yang pada akhirnya akan membawa manfaat bagi kedua negara dan kawasan secara
keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai