Review Materi Kelompok 7 : Sengketa Separatisme Moro Islamic Liberation Front

A. Latar Belakang : konflik yang terjadi di Filipina ini sudah terjadi sangat lama yaitu
pada abad 15 ketika bangsa Spanyol melakukan ekspansi nya di wilayah selatan
Filipina terpatnya di Pulau Mindano dan Sulu. Pada awalnya penduduk Mindanao
sangat menolak kehadiran bangsa Spanyol namun dengan taktik politik devide and
rule (pecah belah dan kuasai) dan mission secret (misi suci) yaitu menyebarkan
agama Kristen (Gold, Glory, Gospel) akhirnya bangsa Spanyol berhasil memecah-
belah pemimpin Mindano dan Sulu saat itu dan menyebut penduduk Islam Mindano
dengan sebutan Moro yang dalam Bahasa Spanyol berarti penjahat dan tukang bunuh.
Kemudian hal ini memburuk ketika pada tahun 1898 Filipina jatuh ke tangan AS
karena perang yang dilakukan Spanyol dan AS membawa kekalahan bagi Spanyol
kemudian hal ini membuat warga muslim Filipina banyak mengalami penolakan
karena akhirnya Filipina di dominasi oleh warga Kristen. Sejak saat itu, warga muslim
Mindano dan Sulu menginginkan kemerdekaan dan membentuk gerakan separatism
untuk mendirikan negara Islam yang dapat mengakomodir kepentingan mereka.

B. Upaya Penyelesaian Sengketa

- Tripoli Agreement 1974 : merupakan upaya perdamaian yang dilakukan oleh MNLF
dengan melakukan negosiasi dan pembicaraan damai yang dilakukan oleh OKI pada
tahun 1992 kemudian berubah menjadi Ministerial Committee of Six setelah
Indonesia dan Bangladesh bergabung. Perjanjian ini dibentuk untuk menjamin prinsip
dasar otonomi Islam di Filipina Selatan dan pembentukan Autonomous Region in
Muslim Mindanao (ARMM) namun mengalami kegagalan karena Pemerintah Filipina
melanggar perjanjian yang dibentuk.

- Jeddah Accord pada tahun 1987 : merupakan third party intervention yang menjadi
mediator untuk menyelesaikan sengketa ini termasuk di dalamnya terdapat Indonesia
dan Malaysia. Peran Indonesia dalam upaya penyelesaian in berupa menyumbangkan
ide kepada Filipina untuk memberikan daerah otonomi khusus sebagai penyelesaian
konflik Mindanao. Kemudian melakukan upaya penendatanganan perjanjian damai
untuk mengurangi ruang politisi pada Final Peace Agreement pada tanggal 2
September 1996.

- Final Peace Agreement pada 2 September 1996 : merupakan tanggal penting dimana
MNLF dengan Pemerintah Filipina melakukan perdamaian dan penandatanganan atas
terciptanya Special Zone of Peace And Development (SZOPAD) dibawah
kepemimpinan Fidel Ramos.

C. Hasil

Pada era kepemimpinan Gloria Arroyo, Memorandum of Agreement on Ancestral Domain

(MOA-AD) dengan Malaysia sebagai mediator pada tahun 2001 setelah sejak tahun
1996-2000 Filipina tidak mengandalkan pihak ketiga akhirnya meminta Malaysia untuk
menghentikan peperangan yang ada dengan memberikan wilayah dan memberikan
otonomi untuk masyarakat Moro dalam mengelola wilayahnya serta SDA yang dimiliki
Moro di wilayah tersebut dengan penuh.
Review Materi Kelompok 8 : Manajemen Sengketa Vietnam, Dampaknya Terhadap
Kedaulatan dan Integrasi Regional

A. Latar Belakang

Sengketa ini sangat erat kaitannya dengan permasalahan tumpang tindih perbatasan ZEE di
wilayah Laut China Selatan. Negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang berbatasan
langsung dengan wilayah LCS mengalami permasalahan yang sama yakni pengakuan atas
wilayah ini yang tumpang tindih dan memiliki perbedaan versi pemahaman perbatasan.
Akibatnya, keamanan regional terganggu karena negara-negara di dalamnya berlomba untuk
memanfaatkan SDM yang ada di bawah perairan LCS dan menciptakan ketegangan yang
sangat menganggu stabilitasan keamanan regional.

B. Rentetan Sengketa yang terjadi

- Klaim Kepulauan Paracel dan Spartly di LCS, pada isu ini Vietnam dan China saling
mengakui bahwa Kepulauan Paracel dan Spartly merupakan bagian dari
kepemilikanna baik China maupun Vietnam. Perbedaan ini disebabkan oleh perta
historis yang mereka gunakan berbeda dalam menandai wilayah ini seharusnya milik
siapa. Kemudian, dua negara ini saling mengklaim dengan impian untuk SDA di
dalamnya seperti gas alam, minyak, dan perikanan.
- Sengketa perbatasan wilayah antara Vietnam dengan Kamboja khususnya di daerah
perairan Delta Mekong. Sengketa perebutan wilayah ini juga merupakan bagian dari
tumpang tindih atas pengakuan wilayah tersebut oleh kedua negara.
- Sengketa Laos dengan Vietnam di wilayah sungai-sungai yang berbatasan langsung
antara kedua negara.
- Sengketa wilayah yang terjadi merupakan hal yang perlu mepertimbangkan
pendekatan diplomatis agar terciptanya perdamaian dan penghentian klaim tumpang
tindih antar negara.

C. Dampak Terhadap Kedaulatan Vietnam

Tentunya, perebutan dan klaim wilayah Vietnam dengan beberapa negara ini menimbulkan
banyak masalah seperti mengganggu stabilitasan wilayah perbatasan, terbatasnya dalam
mengelola SDA yang ada disekitar wilayah sengketa, kemudian mengganggu hubungan
bilateral antar negara yang bersengketa.

D. Dampak Pada Integrasi Regional

Sengketa wilayah ini berdampak langsung pada integrasi negara-negara di Asia Tenggara
yang mengalami kemunduran serta menciptakan ketegangan antar aktor.

E. Upaya Manajemen Sengketa

Vietnam telah mengambil cara damai untuk menyelesaikan sengketa ini dengan melakukan
hubungan diplomatik antar negara yang bersengketa yaitu dengan penyelesaian secara
ASEAN.

F. Isu yang akan timbul

Perdebatan atas pemahaman garis batas yang berbeda karena pendekatan historis yang
berbeda selain itu terdapat rasa ketidakpercayaan anggota ASEAN dalam proses penyelesaian
sengketa menghambat proses rekonsiliasi yang ada. Selain itu, klaim atas beberapa wilayah
mungkin akan terus terjadi sesuai dengan klaim bertahan mereka atas wilayah berdasarkan
jejak historis maupun peta jajahan bangsa Eropa terhadulu.

G. Kompleksitas Geografis

Permasalahan atas kompleksitas ini disebabkan oleh batas negara yang sulit dijangkau dan
sulit untuk menyatukan pandangan tentang kesepakatan batas wilayah. Permasalahan batas
wilayah perairan serta pegunungan merupakan masalah yang cukup kompleks. Selain itu,
sengketa wilayah ini diperparah ketika anggota ASEAN bahkan tidak mempercayai
kapabilitas ASEAN dalam menyelesaikan isu wilayah.