Anda di halaman 1dari 9

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran PKN

Guru Pengampu : Ibu Santi Susanti S.Pd

Disusun oleh : Asep Gunawan


Atep Hilman
Hari Abrianto
Restu Pangestika
Ujang Solih Sukmana
Kelas XI TKR 3

SMK Negeri 2 Garut


Jl. Suherman no.90 Kotak Pos 103 Telp/Fax (0262) 233141 Tarogong Kaler Garut 44151
Email : smknegeri2garut@yahoo.co.id

A. Pengertian Sengketa Internasional


Dalam hubungan antarnegara, terjadinya konflik atau sengketa bukan merupakan hal yang baru.
Secara umum sengketa internasional dapat diartikan sebagai pertengkaran, pertikaian, atau perselisihan
di antara anggota masyarakat internasional, baik negara, organisasi internasional, maupun individu.
Ditinjau dari konteks hukum internasional publik, sengketa dapat didefinisikan sebagai
ketidaksepakatan salah satu subjek mengenai sebuah fakta, hukum, atau kebijakan yang kemudian
dibantah oleh pihak lain.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat kita ketahui bahwa sengketa internasional dapat terjadi
antara negara dengan negara, negara dengan individu, negara dengan korporasi asing, dan negara
dengan kesatuan kenegaraan bukan negara.
B. Penyebab terjadinya Sengketa Internasional
Sengketa internasional tidak terjadi dengan sendirinya. Ada sejumlah faktor yang menjadi latar
belakangnya. Beberapa penyebab sengketa internasional itu antara lain sebagai berikut :
a. Salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban dalam perjanjian internasional.
b. Perbedaan penafsiran mengenai isi perjanjian internasional.
c. Perebutan sumber-sumber ekonomi.
d. Perebutan pengaruh ekonomi, politik, ataupun keamanan regional dan internasional.
e. Adanya intervensi terhadap kedaulatan negara lain.
f. Adanya penghinaan terhadap harga diri suatu bangsa.
C. Penyelesaian Sengketa Internasional
Suatu sengketa internasioanl dapat diselesaikan melalui 2 metode yaitu secara damai dan secara
paksa atau melalui kekerasan.
a. Penyelesaian secara damai yaitu penyelesaian tanpa paksaan atau kekerasaan. Cara-cara
penyelesaian secara damai meliputi arbitrase; penyelesaian yudisial; negosiasi, jasa-jasa baik,
mediasi, konsiliasi, penyelidikan dan penyelesaian di bawah naungan organisasi PBB.

b. Penyelesaian secara paksa yaitu penyelesaian melalui paksaan atau kekerasaan. Ini terjadi bila
para pihak yang terlibat dalam sengketa internasional tidak dapat mencapai kesepakatan untuk
menyelesaikan sengketa tersebut secara damai. Cara-cara penyelesaian dengan kekerasan di
antaranya adalah perang dan tindakan bersenjata nonperang, retorsi, tindakan-tindakan
pembalasan, blokade secara damai, intervensi.

D. Contoh Kasus, Penyebab dan Penyelesaian Sengketa Internasional


a. Sengketa Internasional antara Jepang Dan Korea

 Penyebab :
   Perebutan kepemilikan Pulau Daioyu / Senkaku antara China - Jepang telah berlangsung sejak
tahun 1969. Sengketa ini diawali ketika ECAFE (Economic Commission for Asia and the Far East)
menyatakan bahwa diperairan sekitar Pulau Daioyu / Senkaku terkandung hidrokarbon dalam jumlah
besar.
Kemudian pada tahun 1970, Jepang dan Amerika Serikat menandatangani perjanjian
pengembalian Okinawa, termasuk pulau Daioyu / Senkaku kepada Jepang. Hal inilah yang kemudian
diprotes China, karena China merasa bahwa pulau tersebut adalah miliknya.
Sengketa ini semakin berkembang pada tahun 1978, ketika Jepang membangun mercusuar di
Pulau Daioyu untuk melegitimasi pulau tersebut. Ketegangan ini berlanjut ketika Jepang mengusir kapal
Taiwan dari perairan Daioyu. Meskipun protes yang terus menerus dari China maupun Taiwan, namun
tahun 1990 an Jepang kembali memperbaiki mercusuar yang telah dibangun oleh kelompok kanan
Jepang di Daiyou.
 Penyelesaian :
Secara resmi China memprotes tindakan Jepang atas Pulau tersebut. Sampai saat ini permasalahan
ini belum dapat diselesaikan. Kedua negara telah mengadakan pertemuan untuk membicarakan dan
menyelesaikan sengketa.
Namun dari beberapa kali pertemuan yang telah dilakukan belum ada penyelesaian, karena kedua
negara bersikeras bahwa pulau tersebut merupakan bagian kedaulatan dari negara mereka, akibat
overlapping antara ZEE Jepang dan landas kontinen China. Hal inilah yang belum terjawab oleh Hukum
laut 1982. Meskipun saat ini banyak yang menggunakan pendekatan median/equidistance line untuk
pembagian wilayah yang saling tumpang tindih, namun belum dapat menyelesaikan perebutan antara
kedua negara, karena adanya perbedaan interpretasi terhadap definisi equidistance line.
    Alternatif lain juga telah ditawarkan untuk penyelesaian konflik, yaitu melalui pengelolaan bersama
(JDA, Joint Development Agreement). Sebenarnya dengan pengelolaan bersama tidak hanya akan
menyelesaikan sengketa perbatasan laut kedua negara, tetapi memiliki unsur politis. Hal ini akan
memperbaiki hubungan China-Jepang, karena menyangkut kepentingan kedua negara, sehingga kedua
negara harus selalu menjaga hubungan baik agar kesepakatan dapat berjalan dengan baik. Namun
sayangnya tawaran ini ditolak China, padahal sebenarnya kesepakatan ini dapat digunakan untuk
membangun masa depan yang cerah bersama Jepang. Melihat sulitnya dicapai kesepakatan China-
Jepang, alternatif penyelesaian akhir yang harus ditempuh adalah melalui Mahkamah Internasional.
Namun penyelesaian tersebut cukup beresiko, karena hasilnya akan take all or nothing.
b. Sengketa Internasional antar Irak dan Kuwait

 Penyebab :
Invasi Irak ke Kuwait disebabkan oleh kemerosotan ekonomi Irak setelah Perang Delapan Tahun
dengan Iran dalam perang Iran-Irak. Irak sangat membutuhkan petro dolar sebagai pemasukan
ekonominya sementara rendahnya harga petro dolar akibat kelebihan produksi minyak oleh Kuwait
serta Uni Emirat Arab yang dianggap Saddam Hussein sebagai perang ekonomi serta perselisihan atas
Ladang Minyak Rumeyla sekalipun pada pasca-perang melawan Iran, Kuwait membantu Irak dengan
mengirimkan suplai minyak secara gratis. Selain itu, Irak mengangkat masalah perselisihan perbatasan
akibat warisan Inggris dalam pembagian kekuasaan setelah jatuhnya pemerintahan Usmaniyah Turki.
 Penyelesaian:
Dewan Keamanan PBB mengambil hak veto. Israel diminta Amerika Serikat untuk tidak mengambil
serangan balasan atas Irak untuk menghindari berbaliknya kekuatan militer Negara Negara Arab yang
dikhawatirkan akan mengubah jalannya peperangan. Pada tanggal 27 Februari 1991 pasukan Koalisi
berhasil membebaskan Kuwait dan Presiden Bush menyatakan perang selesai.
c. Sengketa Internasional antara Indonesia dan Timor Leste

 Penyebab :
    Klaim wilayah Indonesia, ternyata bukan hanya dilakukan oleh Malaysia, tetapi juga oleh Timor
Leste, negara yang baru berdiri sejak lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tahun 1999.
Klaim wilayah Indonesia ini dilakukan oleh sebagian warga Timor Leste tepatnya di perbatasan wilayah
Timor Leste dengan wilayah Indonesia, yaitu perbatasan antara Kabupaten Timor Tengah Utara (RI)
dengan Timor Leste.
 Penyelesaian :
Permasalahan perbatasan antara RI dan Timor Leste itu kini sedang dalam rencana untuk
dikoordinasikan antara Pemerintah RI dengan Pemerintah Timor Leste dan kemungkinan akan dibawa ke
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mendapatkan penyelesaian. Masalah perbatasan antara
Indonesia dan Timor Leste, khususnya di lima titik yang hingga kini belum diselesaikan akan dibawa ke
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
    Lima titik tersebut adalah Imbate, Sumkaem, Haumeniana, Nimlat, dan Tubu Banat, yang memiliki
luas 1.301 hektare (ha) dan sedang dikuasai warga Timor Leste. Tiga titik diantaranya terdapat di
perbatasan Kabupaten Belu dan dua di perbatasan Timor Leste dengan Kabupaten Timor Tengah Utara
(TTU). Berlarutnya penyelesaian lima titik di perbatasan tersebut mengakibatkan penetapan batas laut
kedua negara belum bisa dilakukan. Di lima titik tersebut, ada dua hal yang belum disepakati warga dari
kedua negara yakni Penetapan batas apakah mengikuti alur sungai terdalam, dan persoalan pembagian
tanah.
    Semula, pemerintah Indonesia dan Timor Leste sepakat batas kedua negara adalah alur sungai
terdalam, tetapi tidak disepakati warga, karena alur sungai selalu berubah-ubahSelain itu, ternak milik
warga di perbatasan tersebut minum air di sungai yang berada di tapal batas kedua negara. Jika sapi
melewati batas sungai terdalam, warga tidak bisa menghalaunya kembali, karena melanggar batas
negara. Warga kedua negara yang bermukim di perbatasan harus rela membagi tanah ulayat mereka,
karena menyangkut persoalan batas Negara.
d. Sengketa Internasional antara Thailand dan Kamboja

 Penyebab :   
Sengketa Kuil Preah Vihear sejak 1962 telah memicu konflik berdarah antara Thailand dan Kamboja.
Konflik akibat sengketa kuil tersebut kembali pecah pada 22 April 2011. Pemerintah Kamboja dan
Thailand mengklaim bahwa kuil tersebut milik kedua negara.
Pada tahun 1962, Mahkamah Internasional di Den Haag memutuskan bahwa candi dari abad ke-11
itu milik Kamboja. Namun gerbang utama candi tersebut berada di wilayah Thailand. Hingga kini, masih
tetap terjadi baku tembak di perbatasan dekat candi antara kedua belah pihak, sampa saat ini 18
Prajurit kedua belah pihak dinyatakan tewas dan memicu lebih dari 50 ribu warga dievakuasi ke pusat-
pusat pengungsian. 
Thailand dan Kamboja juga saling tuding mengenai siapa yang pertama kali menarik pelatuk senjata.
Menurut Pemerintah Thailand, insiden dimulai ketika pasukan Kamboja menembaki pihak Thailand.
Sedangkan menurut Pemerintah Kamboja, Militer Thailand melanggar garis perbatasan dan menyerang
pos militer kamboja di sepanjang perbatasan dari Ta Krabey hingga wilayah Chub Koki yang berada jauh
di tengah wilayah Kamboja. Tujuannya untuk mengambil alih kedua candi yang diklaim milik Kamboja.
 Penyelesaian :
Pemerintah Kamboja memilih jalan meminta bantuan pengadilan tertinggi Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB). Negara itu meminta pengadilan internasional memerintahkan Thailand menarik
tentaranya dan menghentikan aktivitas militer mereka di sekitar kuil yang menjadi lokasi sengketa.
Thailand dan Kamboja selanjutnya meminta kesediaan Indonesia berperan sebagai penengah konflik
yang terjadi di antara keduanya. Permintaan ini disambut baik Pemerintah Indonesia dan diwujudkan
dengan cara membentuk tim peninjau. Komposisi tim peninjau terdiri dari unsur sipil dan militer, yakni
dari staf Kementerian Luar Negeri bekerja sama dengan staf dari Kementerian Pertahanan serta perwira
militer TNI.
    Indonesia sebagai ketua ASEAN sejak awal terjadinya bentrokan telah turut andil dalam upaya
mendamaikan kedua negara. Peran serta Indonesia didukung penuh oleh Kamboja yang menyetujui
rencana pengiriman tim peninjau dari Indonesia untuk mengawasi gencatan senjata. Namun pada
akhirnya pihak Thailand menentang yang mengatakan bahwa permasalahan perbatasan seharusnya
adalah masalah bilateral dan tidak melibatkan pihak ketiga.
Konflik Kamboja-Thailand ini juga menjadi pembahasan dalam pertemuan KTT ASEAN ke-18 di
Jakarta. Pada tanggal 7 - 8 Mei 2011 di Istana Bogor. Perundingan tersebut tidak menghasilkan
kesepakatan apapun. Hal ini dikarenakan Thailand menolak tiga permintaan Kamboja terkait usaha
demokrasi perbatasan. 
Salah satu tuntutan Kamboja untuk Thailand adalah diadakannya kembali pertemuan pembahasan
perbatasan atau pertemuan Joint Border Commission (JBC) di Indonesia. Indonesia dipilih sebagai
tempat pertemuan JBC karena Indonesia sebagai ketua ASEAN telah diberi mandat oleh Dewan
Keamanan PBB untuk menengahi perselisihan kedua Negara. Pihak Thailand menolak hal ini.  Mereka
menginginkan JBC hanya dilakukan oleh kedua negara (Kamboja dan Thailand), tanpa peran Indonesia.
Tuntutan lain yang ditolak Thailand adalah dikirimkannya tim teknis dari Kamboja ke 23 titik
perbatasan yang dipersengketakan kedua negara, dan dilakukannya foto pemetaan wilayah untuk
mengidentifikasi pilar perbatasan. Thailand menolak memenuhi tuntutan tersebut karena mereka harus
terlebih dahulu mengajukan hal itu kepada parlemen Thailand untuk diratifikasi.  Thailand berprinsip,
tuntutan baru dapat dipenuhi apabila ratifikasi telah dilakukan. Di sisi lain, Kamboja menilai permintaan
izin kepada parlemen Thailand adalah prosedur yang terlalu lama dan bertele-tele.  Menurut Kamboja,
itulah sebabnya hingga kini perundingan perbatasan antarkedua negara tidak pernah rampung. Kamboja
pun menuduh Thailand tidak serius menerapkan diplomasi damai dalam berunding.
e. Sengketa Internasional antara  Israel dan Palestina

 Penyebab :
Dimulai setelah perang dunia kedua. ketika masyarakat israel (yahudi) berpikir untuk memiliki
negara sendiri, (menurut sejarah mereka keluar dari tanah israel setelah perang salib karena dituduh
pro-kristen oleh tentara islam, yang kemudian ditinggali oleh orang-orang filistin atau palestine).
Pikiran berbentuk zionisme yang didorong oleh genosida oleh NAZI pada perang dunia kedua.
pilihan letak negara itu tentu saja adalah tanah leluhur mereka yang pada saat itu merupakan tanah
jajahan inggris. Karena secara leluhur mereka memilikinya tapi juga secara religius beberapa tempat
keagamaan Yahudi ada disana.
Meskipun tidak secara terbuka, negara-negara barat setuju dan mendukung (alasannya karena
sebelum orang palestina tinggal disana, tanah itu adalah milik israel). Sebaliknya negara-negara arab
berargumen bahwa karena jerman yang melakukan genosida maka tanah jermanlah yang harus
disisihkan untuk dijadikan negara yahudi. 
Dibalik semua intrik politik dan keuntungan dan kerugian politik, strategis , dll. inggris secara
sukarela mundur dari negara dan memberikan siapa saja untuk mengklaimnya. Berhubung israel lebih
siap maka mereka lebih dahulu memproklamasikan negara. 
Sebaliknya orang-orang palestina yang telah tinggal dan besar disana tidak mau terima mejadi
bagian negara Yahudi (dalam literatur doktrin Islam pemimpin negara harus seorang Muslim), sehingga
bangsa Israel kemudian melihat orang palestina sebagai ancaman dalam negeri, begitu juga dengan
bangsa palestina yang menganggap Israel sebagai penjajah baru.
Hasilnya perang dan konflik yang telah berbelit-belit. yang sebenarnya adalah urusan antara dua
negara / bangsa menjadi konflik antara agama (Yahudi vs Islam), belum lagi stabilitas kawasan timur
tengah dan ikut campur Amerika dengan kebijakan MINYAK mereka.
 Penyelesaian :
Beberapa upaya telah dilakukan oleh berbagai pihak untuk menyelesaikan sengketa ini,
diantaranya :
 Melalui perundingan dan kesepakatan
Berbagai perundingan dan kesepakatan yang telah ditandatangani namun tetap dilanggar antara lain:  
 Konferensi Madrid (1991) Upaya internasional melakukan perundingan secara multilateral
akhirnya gagal. Konferensi Madrid tahun 1991 sebagai bukti dimana Suriah dan Libanon
akhirnya keluar. Sikap ini yang memang ditunggu-tunggu Tel Aviv untuk selanjutnya melakukan
perundingan bilateral dengan Yordania dan Palestina guna memecah kesatuan Arab hingga saat
ini., 
 Perjanjian Oslo I (1993) Kesepakatan Oslo menyetujui pemerintahan mandiri rakyat Palestina
atas wilayah Gaza, Jericho dan Tepi Barat melalui pembentukan Otoritas Palestina. Yasser Arafat
ditunjuk sebagai pemimpin Otoritas Palestina dan pemilihan umum dipersiapkan hingga
akhirnya Yasser Rafat dipilih menjadi Presiden Otoritas Palestina pada tahun 1996. Sejak itu
pemerintahan otoritas Palestina menjadi satu-satunya pemerintahan yang sah dan diakui dunia
internasional sebagai pemerintahan rakyat Palestina. Pembentukan Otoritas Palestina ini
dengan demikian juga menafikan deklarasi kemerdekaan Palestina pada tahun 1988 di Al Jazair
yang tidak pernah diakui oleh PBB tersebut., 
 Persetujuan Kairo (1994), 
 Perjanjian Oslo II (1995), 
 Persetujuan Hebron (1997), 
 Memorendum Wye River (1998), 
 Camp David II (2000), 
 Kesepakatan Sharm Seikh (2000), 
 Tenet Plan (2001), 
 Berbagai Kunjungan resmi pemimpin negara Arab ke negara-negara barat dalam hal
penyelesaian konflik, maupun sebaliknya
 Peran PBB dalam menyerukan gencatan senjata, dll

f. Sengketa Internasional  antara Georgia , Republik Abkhazia dan Republik Ossetia Selatan

 Penyebab :
Abkhazia dan Ossetia Selatan adalah dua negara republik pecahan Georgia di Kaukasus. Keduanya
telah berupaya melepaskan diri dari Georgia sejak tahun 1920 an. Setelah Revolusi Rusia tahun 1917,
Abkhazia dan Ossetia Selatan ditetapkan sebagai dua republik otonom yang merupakan bagian dari
Georgia dan termasuk di dalam wilayah Uni Soviet.
Namun setelah perang tahun 1920 an, Abkhazia dan Ossetia Selatan mendeklarasikan
kemerdekaannya pada 1923 dan 1922. Masalah kedaulatan keduanya semakin kompleks di masa
keruntuhan Uni Soviet dan Georgia mendeklarasikan independensinya yang akhirnya berujung pada
perang di tahun 1992 dan 2008.
Rusia pada akhirnya mengakui kedua republik tersebut sebagai negara yang terpisah dan berdiri
sendiri. Namun PBB, Uni Eropa dan NATO menolak mengakui kedaulatan Abkhazia dan Ossetia Selatan.
 Penyelesaian :
Pada tanggal 14 Mei 1994 dilakukan gencatan senjata antara kedua belah pihak melalui perundingan
Moscow, namun pihak Georgia melalui Mikhail Saakashvili pada tahun 2006 mengirim pasukan Georgia
ke sebagian wilayah Abkhazia. Dengan langkah itu dia melanggar semua persetujuan dan keputusan
PBB, dan akhirnya terjadi kembali perang pada tahun 2008. Hingga saat ini sengketa tersebut belum
terselesaikan.
g. Sengketa Internasional antara Republik Serbia dan Republik Kosovo

 Penyebab :
  Keruntuhan negara sosialis di tahun 1990-an juga berpengaruh pada Yugoslavia. Pada masa
keruntuhan Yugoslavia, terbentuk lima negara baru yaitu Bosnia-Herzegovina, Kroasia, Makedonia,
Slovenia, dan Republik Federasi Yugoslavia yang menaungi daerah otonomi Kosovo.
Pada tahun 1998-1999 pecah perang ketika "Kosovo Liberation Army" menuntut kemerdekaan dari
RF Yugoslavia. Setelah perang berakhir, RF Yugoslavia melepas semua klaimnya atas Kosovo dan
menerimanya sebagai wilayah yang diawasi PBB.
Pada tahun 2006, RF Yugoslavia pecah menjadi Serbia dan Montenegro, sementara Kosovo
mendeklarasikan kemerdekaannya dari Serbia pada 17 Februari 2008 dengan memilih Pristina sebagai
ibukota. Kosovo diakui secara resmi sebagai sebuah negara oleh 80 negara anggota PBB plus Taiwan.
Meski telah menjadi anggota IMF dan Bank Dunia, status Kosovo sampai saat ini masih belum diakui
sebagai negara berdaulat secara sepenuhnya.
 Penyelesaian :
Berbagai upaya telah dilakukan diantaranya dengan mengusir pasukan Serbia yang menduduki
daerah Kosovo oleh tentara NATO atas mandat PBB pada Januari 1999, namun hingga sekarang konflik
ini belum terselesaikan akibat adanya berbagai kepentingan negara – negara sekutu dari Serbia dan
negara Amerika Serikat beserta sekutu – sekutunya.
h. Sengketa Internasional antara  Maroko dan Republik Demokratik Arab Sahrawi

 Penyebab :
Sahara Barat berada di wilayah Afrika yang dikelilingi Maroko, Algeria, dan Mauritania. Wilayahnya
sebagian besar terdiri atas padang pasir sehingga populasinya pun hanya sekitar 500 ribu penduduk
yang sebagian besar tinggal di kota.
Pada awalnya, Sahara Barat berada di bawah kekuasaan Imperium Spanyol. Namun setelah
Kesepakatan Madrid pada tahun 1975, ketika Spanyol sepakat untuk mengakhiri keberadaannya di
wilayah itu, Sahara Barat diklaim oleh Maroko dan Republik Demokratik Arab Sahrawi (RDAS).
Sebanyak 20 - 25% wilayah Sahara Barat berada di bawah kekuasaan RDAS sementara Maroko
mengontrol selebihnya. Kekuasaan RDAS diakui oleh 58 provinsi sedangkan 22 provinsi lain menarik
dukungan mereka dan 12 lainnya baru akan menentukan sikap setelah referendum PBB. Namun hingga
saat ini, PBB tidak mengakui Sahara Barat sebagai negara berdaulat di bawah pemerintahan RDAS.
 Penyelesaian :
Berbagai upaya penyelesaian telah dilakukan, namun mengalami kegagalan. Langkah awal yang
ditempuh adalah inisiatif Otonomi Khusus bagi Sahara Barat yang diajukan Kerajaan Maroko sebagai
tanggapan atas seruan Dewan Keamanan PBB melalui Resolusi Nomor 1570 tanggal 28 Oktober 2004.
Namun ditolak oleh RDAS karena terkesan bahwa wilayah Sahara Barat hanya merupakan bagian dari
Maroko saja.
i. Sengketa Internasional antara  Spanyol dan Inggris 

 Penyebab :
Wilayah Gibraltar telah jadi sengketa sejak bertahun - tahun lalu. Posisinya yang strategis di Selat
Gibraltar memungkinkan akses ke Laut Tengah dan Suez, yang merupakan jalur penting pelayaran dan
perdagangan internasional.
Saat ini, kendali militer selat itu dipegang oleh Inggris dan Maroko meskipun Spanyol memiliki
pangkalan militer yang cukup besar di area yang sama. Awalnya, Gibraltar dikuasai oleh kekuatan Anglo
-Belanda pada tahun 1704.
Kemudian pada tahun 1713 Spanyol menyerahkannya pada Inggris melalui Perjanjian Utrecht. Sejak
itu, Spanyol tiga kali berusaha mengambil alih kembali Gibraltar namun tidak berhasil. Referendum yang
diadakan pada 1967 dan 2002 yang bertujuan untuk mengembalikan wilayah itu ke Spanyol, justru
menghasilkan sebaliknya, 99% penduduk memilih untuk tetap berada di bawah kekuasaan Inggris.
Memang tidak ada ketegangan berarti antara Spanyol dan Inggris terkait klaim wilayah ini, namun
Spanyol tetap tidak mau melepaskan kekuasaan politiknya atas Gibraltar.
j. Sengketa Internasional antara Argentina dan Inggris Raya

 Penyebab :
Sengketa ini terkait erat dengan Kepualaun Falkland yang juga menjadi sumber keretakan hubungan
Argentina dan Inggris. Sejak James Cook mendarat di Georgia Selatan pada tahun 1775 dan Kepulauan
Sandwich pada tahun 1908, Inggris menganeksasi keduanya pada 1908.
Sedangkan Argentina mengklaim kekuasaannya berdasarkan keberadaan perusahaan penangkapan
paus yang mulai beroperasi tahun 1908 di Georgia Selatan, namun telah menandatangani perjanjian
sewa kepada pemerintah Kepulauan Falkland sejak tahun 1906.
Pada tahun 1985, Georgia Selatan dan Kepualauan Sandwich Selatan resmi menjadi wilayah luar
negeri Inggris. Namun Argentina tetap melanjutkan klaim kedaulatannya atas kedua wilayah kepualauan
itu. Perkembangan terbaru pada tahun 2010, Presiden Venezuela, Hugo Chavez, menelpon Ratu
Elizabeth II untuk menyerahkan Georgia Selatan dan Kepulauan Falkland kepada Argentina.
k.  Sengketa Internasional antara  Pemerintah Adminsitrasi Tibet dan Republik Rakyat China

 Penyebab :
Sejarah kedaulatan Tibet terentang panjang sejak abad 13. Secara hukum, pemerintah Republik
Rakyat China (RRC) melihat Tibet sebagai bagian tak terpisahkan sejak Dinasti Yuan. Fakta ini didukung
peta kuno dan negara-negara lain sehingga menjadikan Tibet sebagai wilayah otonom China. Amerika
Serikat, Inggris, Uni Eropa dan Perancis serta banyak negara lain mengakui Tibet sebagai bagian dari
China.
Akar konflik yang terus berlanjut hingga saat ini terjadi saat Invasi China ke Tibet pada tahun 1950,
ketika pemerintahan baru komunis memulai "Pembebasan Seluruh Wilayah China" sehingga
menimbulkan pecahnya perang. Setalah perang berakhir, Pemerintah Administrasi Tibet (PAT), yang
diwakili Dalai Lama, menyerahkan Tibet kepada China dengan 17 poin kesepakatan. Namun, delegasi
Tibet dipaksa menandatangani kesepakatan tersebut. Hingga saat ini PAT berada di pengasingan di India
dan tidak ada tanda-tanda Tibet akan memperoleh kemerdekaannya.
l. Sengketa Internasional antara  Republik Siprus dan Republik Turki Siprus Utara

 Penyebab :
Siprus merupakan kelanjutan konflik Yunani dan Turki di era modern. Konflik kedua negara sendiri
telah berlangsung selama berabad-abad. "Kepemilikan" Siprus selalu berpindah tangan antara Turki dan
Inggris sepanjang sejarah sejak pertama kali dikuasai Kekaisaran Turki Ottoman.
Diantara penguasaan kedua negara tersebut, muncul pula beberapa kali pemberontakan yang
mendukung kedaulatan penuh dari salah satu negara. Salah satunya dilakukan kelompok perlawanan
Siprus Turki EOKA yang menginginkan penyatuan Siprus dengan Turki.
Dari sekian lama pergolakan yang masih terjadi hingga sekarang, Turki menguasai 37% bagian utara
pulau tersebut dan mengklaim secara de facto berdirinya Republik Turki Siprus Utara. Meski begitu,
pertempuran antara Yunani dan Siprus Turki masih jadi pemandangan harian hingga saat ini.
Inggris, Yunani, dan Turki pun harus meminta NATO untuk turut menjaga perdamaian. Sementara di
sisi lain, hanya Turki yang mengakui Republik Turki Siprus Utara sebagai sebuah negara dan sampai
sekarang tidak ada tanda-tanda pulau tersebut akan bersatu dalam sebuah negara utuh.
m. Sengketa Internasional antara  Republik Rakyat China dan Republik China (Taiwan)
 Penyebab :
Republik China (Taiwan) memperoleh dukungan internasional atas keputusannya memisahkan diri
dari Republik Rakyat China (RRC). Beberapa negara bahkan menyarankan untuk menanggalkan nama
China dan menggantinya menjadi Republik Taiwan untuk melepaskan hubungan dari negara komunis
itu.
Sebelum Perang Dunia (PD) 2, Taiwan dimiliki oleh Jepang sedangkan nama Republik China mengacu
pada negeri China daratan. Setelah PD 2, Jepang menyerahkan Taiwan kepada Republik China. Namun
karena perang saudara yang terjadi antara RRC dan Republik China, kepemilikan Taiwan pun jadi tidak
jelas sehingga pada akhirnya mendeklarasikan diri sebagai sebuah negara berdaulat yang terlepas dari
RRC yang menguasai China daratan.
RRC menolak mengakui Taiwan sebagai sebuah negara dan tidak menjalin hubungan diplomatik
dengan negara-negara yang mengakui Taiwan. Sampai sekarang, Taiwan belum memperoleh pengakuan
penuh sebagai sebuah negara. Hanya 23 negara yang menjalin hubungan diplomatik resmi dengan
negara pulau itu sementara negara lainnya, meskipun mengakui Taiwan sebagai sebuah negara, memilih
untuk menjalin hubungan diplomatik tidak resmi.

n. Sengketa antara Indonesia Malaysia terkait pulau Sipadan dan Ligitan

 Penyebab :
Persengketaan antara Indonesia dengan Malaysia, mencuat pada tahun 1967 ketika dalam
pertemuan teknis hukum laut antara kedua negara, masing-masing negara ternyata memasukkan pulau
Sipadan dan pulau Ligitan ke dalam batas-batas wilayahnya.
Kedua negara lalu sepakat agar Sipadan dan Ligitan dinyatakan dalam keadaan status  quo akan
tetapi ternyata pengertian ini berbeda. Pihak Malaysia membangun resor parawisata baru yang dikelola
pihak swasta Malaysia karena Malaysia memahami status quo sebagai tetap berada di bawah Malaysia
sampai persengketaan selesai, sedangkan pihak Indonesia mengartikan bahwa dalam status ini berarti
status kedua pulau tadi tidak boleh ditempati/diduduki sampai persoalan atas kepemilikan dua pulau ini
selesai.
Malaysia malah membangun resort di sana, SIPADAN dan Ligitan tiba-tiba menjadi berita
internasional, ini gara-gara di dua pulau kecil yang terletak di Laut Sulawesi itu dibangun cottage. Di atas
Sipadan, pulau yang luasnya hanya 4 km2 itu, kini, siap menanti wisatawan.
Pengusaha Malaysia telah menambah jumlah penginapan menjadi hampir 20 buah. Dari jumlahnya,
fasilitas pariwisata itu memang belum bisa disebut memadai. Tapi pemerintah Indonesia, yang juga
merasa memiliki pulau-pulau itu, segera mengirim protes ke Kuala Lumpur, minta agar pembangunan di
sana disetop dahulu. Alasannya, Sipadan dan Ligitan itu masih dalam sengketa, belum diputus siapa
pemiliknya.Pada tahun 1969 pihak Malaysia secara sepihak memasukkan kedua pulau tersebut ke dalam
peta nasionalnya
 Penyelesaian :
Pada tahun 1998 masalah sengketa Sipadan dan Ligitan dibawa ke ICJ, kemudian pada hari Selasa 17
Desember 2002 ICJ mengeluarkan keputusan tentang kasus sengketa kedaulatan Pulau Sipadan - Ligatan
antara Indonesia dengan Malaysia. Hasilnya, dalam voting di lembaga itu, Malaysia dimenangkan oleh
16 hakim, sementara hanya 1 orang yang berpihak kepada Indonesia.
Dari 17 hakim itu, 15 merupakan hakim tetap dari MI, sementara satu hakim merupakan pilihan
Malaysia dan satu lagi dipilih oleh Indonesia. Kemenangan Malaysia, oleh karena berdasarkan
pertimbangan effectivity (tanpa memutuskan pada pertanyaan dari perairan teritorial dan batas-batas
maritim), yaitu pemerintah Inggris (penjajah Malaysia) telah melakukan tindakan administratif secara
nyata berupa penerbitan ordonansi perlindungan satwa burung, pungutan pajak terhadap pengumpulan
telur penyu sejak tahun 1930, dan operasi mercu suar sejak 1960 an.
Sementara itu, kegiatan pariwisata yang dilakukan Malaysia tidak menjadi pertimbangan, serta
penolakan berdasarkan chain of title (rangkaian kepemilikan dari Sultan Sulu) akan tetapi gagal dalam
menentukan batas di perbatasan laut antara Malaysia dan Indonesia di selat Makassar
Dan masih banyak lagi kasus – kasus sengketa internasional lainnya di dunia ini, dimana ada yang
masih belum terselesaikan dan ada juga kasus sengketa yang masih belum terselesaikan sampai saat ini.

Anda mungkin juga menyukai