Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hakikat  wawasan nusantara adalah cara pandang yang utuh dan menyeluruh dalam lingkup
nusantara demi kepentingan nasional Indonesia. Pengertian secara lengkap wawasan
nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungan
yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
dengan tetap menghargai dan menghormati kebhinekaan di dalam setiap aspek kehidupan
nasional untuk mencapai tujuan nasional Indonesia.
Negara Indonesia adalah Negara maritime akan tetapi hampir seluruh kebijaksanaan
pemerintah pusat dan daerah ataupun kebijaksanaan yang sifatnya sektoral belum ada yang
mencerminkan bahwa Negara kita adalah Negara maritime, yang berarti kesadaran akan
ruang dalam upaya meningkatkan dan mempertahankan kepentingan nasional belum
dilandasi oleh kepentingan ruang. Banyak sekali potensi yang dapat digali dan
dimanfaatkan.
Pada intinya wawasan nusantara mengisyaratkan perwujudan kesatuan politik
,ekonomi,sosial budaya dan hankam sebagai psasyarat seutuhnya. Setelah persyaratan
dipenuhi maka diperlukan satu metode umum atau strategi guna mewujudkan cita-cita
diatas. Metode tersebut dinamakan geostrategi, yaitu satu strategi dalam memanfaatkan
semua kondisi lingkungan untuk mewujudkan cita- cita nasional.
Geostategi dirumuskan dalam bentuk ketahanan nasional yang unsur-unsur utamanya
terdiri dari kualita keuletan dan kualita kekuatan /ketangguhan. Keuletan merupakan satu
keadaan yang menunjukkan adanya kebersamaan diantara sesama komponen yang dijiwai
oleh semangat kekeluargaan. Keuletan diperlukan dalam menghadapi tantangan / tekanan
yang masuk dari luar. Tanpa adanya kualita keuletan maka jaringan sosial masyarakat akan
retak atau bahkan putus.
Kekuatan atau ketangguhan untuk berkembang merupakan kualita kemampuan yang harus
dimiliki setiap masyarakat bangsa, sebab kebutuhan dan kepentingan meningkat setiap saat
sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk maupun tingkat kesejahteraannya.
Kekuatan atau ketangguhan merupakan kemampuan untuk tumbuh dan berkembang dari
masyarakat bangsa ke arah tata kehidupan yang lebih baik di kemudian hari. Dalam
makalah ini akan mencoba mengkaji tentang peluang dan tantangan wawasan nusantara
dilihat dari geostrategi.
Perumusan Masalah
Posisi geografi Indonesia yang berada diantara dua benua dan dua samudra serta
berbatasan dengan 10 negara, merupakan negara kepulauan yang besar dengan letak
pulau-pulaunya yang menyebar ,berjumlah 17.504 pulau bernama dan tidak bernama
dengan peyebaran penduduk yang tidak merata dan kepadatan penduduk yang tidak merata
terpusat di pulau jawa. Indonesia juga terdiri dari beraagam suku bangsa dengan bahasa
dan adat istiadat yang berbeda yang menjadikan bangsa Indonesia begitu beranekaragam .
Kesemua ini merupakan keuntungan bagi bangsa Indonesia tetapi terkadang menimbulkan
kerawanan bagi Indonesia khususnya jika dikaji hubungan geostrategi Indonesia dengan
wawasan nusantara. Menghubungkan antara masalah apa saja yang mungkin terjadi dengan
kemajemukan bangsa Indonesia, wilayah Indonesia yang berupa kepulauan yang 2/3 luas
wilayahnya adalah lautan dan beberapa diantaranya masih belum jelas batasnya dengan
wilayah negara tetangga serta bagaimana dengan wilayah Indonesia yang berada di
perbatasan atau daerah  frontier dan pulau-pulau yang masih tak berpenghuni apakah akan
terjadi hal sama pada kasus pulau Sipadan dan Linggitan jika Indonesia tidak tegas dengan
batas-batas wilayahnya . Dari sini dapat dilihat langkah apa saja yang seharusnya Indonesia
lakukan bukan hanya menunggu sampai semuanya menghilang satu persatu dan dengan
masalah yang sama, kapan Indonesia akan sadar akan sumberdaya alamnya yang
seharusnya telah didepositkan segera ke PBB untuk mendapatkan pengakuan yurisdiksi dari
Internasional tentang batas-batas wilayah Indonesia sehingga tidak diserobot oleh negara
lain walaupun negara tetangga yang masih satu rumpun dengan Indonesia. Dari sini maka
dapat ditarik beberapa pertanyaan yang memungkinkan menjadi permasalahan yang akan
terjadi bila tidak diselesaikan dengan baik.
1. Apakah peluang wawasan nusantara hubungannya dengan geostrategi bangsa
Indonesia ?
2. Apakah tantangan wawasan nusantara hubungannya dengan geostrategi bangsa
Indonesia ?
3. Apa tindakan yang harus dilakukan bangsa Indonesia untuk mengamankan
ketahanan nasional hubungannya dengan wawasan nusantara kepulauan Indonesia ?
4. Bilamana terjadi kasus serupa seperti halnya sipadan dan linggitan maka upaya apa
yang seharusnya dilakukan Indonesia untuk mengatasinya ?
Kerangka Berfikir
Faktor Kerawanan (wawasan nusantara Indonesia)
1. Letak geografis di persimpangan jalan antara Samudra Pasifik dengan Samudra
Hindia dan Benua Asia dan Australia sehingga sering dilewati pelayaran Internasional.
2. Struktur negeri yang berbentuk kepulauan dengan panjang pantai lebih dari 80.000
km terpanjang didunia yang pada umumnya terbuka di kawasan sekitar 8 juta km 2 yang
tersebar secara tidak teratur yang didiami oleh penduduk secara tiadak merata bahkan
masih banyak pulau-pulau yang tak berpenduduk.
3. Isu-isu globalisasi terutama yang menyangkut demokratisasi hak asasi manusia
,liberalisasi ekonomi dan informasi telah meningkatkan kerawanan-kerawanan di daerah
perbatasan.
4. Masih ada batas-batas laut negara yang sudah dirundingkan dan disepakati secara
bilateral ,belum memiliki pengakuan secara Internasional dikarenakan batas-batas laut
tersebut belum didepositkan di PBB.
Dihubungkan dengan geostrategi bangsa Indonesia, geostrategi adalah politik dalam
pelaksanaan ,yaitu upaya bagaimana mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan sesuai
dengan keinginan-keinginan politik atau kebijakan dalam menentukan tujuan-tujuan dan
sarana-sarana serta cara penggunaan sarana-sarana tersebut guna mencapai tujuan
nasional dengan memanfaatkan konstelasi
geografis negara.
Peluang dan Tantangan wawasan nusantara
hubungan dengan geostrategi
Peluang :- Kawasan regional dan supraregional  Tantangan :- Kasus Sipadan
ASEAN, dll.                                                             , Linggitan dll.
Kesimpulan
PEMBAHASAN
MASALAH
Perjuangan bangsa
Indonesia dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa yang utuh di seluruh wilayah
nusantara di Indonesia ini, pertama kali dimunculkan dengan adanya “Deklarasi Djuanda”
pada tanggal 13 Desember 1957 yang mendasari perjuangan bangsa Indonesia untuk 
menjadi rejim negara kepulauan (Archipelagic State) sebagai dasar dari konsepsi
kewilayahan dalam rangka mewujudkan Wawasan Nusantara. Deklarasi Djuanda merupakan
pernnyataan yang dikeluarkan pemerintah Indonesia mengenai wilayah perarairan Indonesia
yang isinya antara lain menyatakan bahwa semua perairan di sekitar, di antara dan yang
menghubungkan pulau-pulau yang masuk daratan Negara Kesatuan Republik Indonesia
adalah bagian-bagian yang tak terpisahkan dari wilayah yurisdiksi negara kita yang tercinta,
yaitu Negara Republik Indonesia.
Konsep Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) diakui dunia setelah United
Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) yang disahkan pada tanggal 10
Desember 1982 dan Indonesia juga telah meratifikasinya dengan Undang-Undang No.17
tahun 1985. Pengakuan Indonesia sebagai negara kepulauan tersebut merupakan anugerah
besar bagi bangsa Indonesia karena perairan yurisdiksi nasional Indonesia bertambah secara
luar biasa, luas laut Indonesia meliputi 2/3 dari seluruh wilayah negara (luas perairan
menjadi suatu kesatuan dengan daratan). Wilayah perairan yang demikian luas menjadi
beban tanggung jawab besar dalam mengelola dan mengamankannya. Untuk mengamankan
laut yang begitu luas diperlukan kekuatan dan kemampuan di bidang maritim yang besar,
kuat juga modern. Untuk mengelola sumber daya yang terkandung di dalamnya seperti
ikan, koral, mineral, biota laut, dan lain sebagainya diperlukan SDM, peralatan dan teknologi
kelautan yang modern serta dana yang teramat besar, juga kesadaran dari warga Indonesia
dalam partisipasinya. Untuk 2 hal tersebut (pengamanan dan pengelolaan), diperlukan batas
laut yang pasti dan tegas sebagai “pagar” negara nusantara Indonesia dalam rangka
melindungi, mengamankan dan menegakkan kedaulatan sebagai negara kepulauan terbesar
di dunia. Penegakan kedaulatan dan wilayah perairan bangsa dapat dilakukan dan
dipertanggungjawabkan pasa suatu negara yang batas-batasnya sudah pasti (diakui oleh
kedua negara yang berbatasa dan untuk laut lepas sesuai dengan UNCLOS 1982) dan telah
dilaporkan atau didepositkan di PBB untuk mendapatkan pengakuan internasional. Semakin
merebaknya gangguan dan ancaman di perairan di nusantara akhir-akhir ini, semakin
dirasakan pentingnya penentuan (penegasan) batas-batas laut.
Potensi dan Kendala Kelautan Indonesia
Potensi kelautan sebagai negara maritim Indonesia menyimpan potensi kekayaan sumber
daya kelautan yang belum dieksplorasi dan dieksploitasi secara optimal bahkan sebagian
belum diketahui potensi yang sebenarnaya untuk itu perlu data yang lengkap ,akurat dan up
to date sehingga laut sebagai sumber daya alternatif yang dapat diperhitungkan pada masa
mendatang akan semakin berkembang. Dengan luas wilayah maritim Indonesia yang
diperkirakan mencapai 5,8 juta km2 (dari perhitungan secara kartografis) dan dengan
kekayaan terkandung di dalamnya yang meliputi :
1. Kehidupan sekitar 28.000 spesies flora ,350 spesies fauna dan 110.000 spesies
mikroba.
2. 600 spesies terumbu karang dan 40 genera ,jauh lebih kaya dibandingkan Laut
Merah yang hanya memiliki sekitar 40 spesies dari 7 genera ,
3. Sumberdaya  yang dapat dipebaruhi ( renewable resources ) ,termasuk ikan,udang,
moluska, kerang mutiara, kepiting, rumput laut, mangrove/ hutan bakau, hewan karang dan
biota laut lainnya
4. Sumberdaya yang tidak dapat diperbaruhi (non renewable resources), seperti minyak
bumi ,gas alam ,bauksit, timah, bijih besi, mangan, fosfor dan mineral lainnya.
5. Energi kelautan seperti : Energi gelombang ,pasang surut, angin, dan Ocean Thermal
Convention.
6. Jasa lingkungan (environmental services) termasuk tempat-tempat yang cocok untuk
lokasi pariwisata dan rekreasi seperti pantai yang indah, perairan berterumbu karang yang
kaya ragam biota karang, media transportasi dan komuikasi, pengatur iklim dan
penampung limbah.
7. Sudah terbangunnya titik dasar- dasar di sepanjang pantai pada posisi terluar dari
pulau-pulau terluar sebagai titik-titik untuk menarik garis pangkal darimana pengukuran
batas laut berpangkal.
8. Sudah terwujudnya beberapa kesepakatan / perjanjian batas laut yaitu : dengan
India, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, Australia, dan PNG. Sejumlah potensi tersebut
diatas merupakan sumberdaya yang sangat potensial dikelola, untuk kesejahteraan rakyat.
Di era krisis ekonomi yang masih belum dapat diatasi sepenuhnya hingga saat ini,
seharusnya potensi laut yang besar tersebut menjadi solusi. Namun karena kita selalu fokus
kepada sumber daya yang ada di darat, maka sumber daya laut yang besar menjadi tersia-
siakan. Keadaan inilah yang memberi peluang kepada bangsa-bangsa lain untuk
mengeksploitasi laut kita dengan leluasa.
Kendala Kelautan. Disadari bahwa penanganan bidang kelautan di Indonesia hingga saat ini
masih memprihatinkan, antara lain:
a)      Kehancuran sebagian terumbu kaang yang memiliki fungsi ekologi dan ekonomi yang
hanya menyisakan sekitar 28 %, rawa pantai dan hutan mangrove (bakau) yang merupakan
habitat ikan dan penyekat abrasi laut, dari 4 juta hektar telah menyusut menjadi 2 jutaan
hektar.
b)      Pencurian ikan oleh orang asing menunjukkan kerugian sekitar ½ miliar dolar sampai
4 miliar dolar per tahun.
c)      Sumber daya manusia (SDM) di bidang kelautan yang sangat minim baik di bidang
perencanaan, pengelolaan, maupun hukum dan pengamanan kelautan.
d)     Sebagian besar (85 %) kapal-kapal yang beroperasi di perairan Indonesia menggunakan
modal asing dan selebihnya adalah modal nasional. Hal ini juga berdampak pada sekitar 50
% pelayaran antar-pulau dikuasai oleh pihak asing.
e)      Minimnya jumlah dan kualitas sarana dan prasarana (kapal, perlatan, dll)
menyebabkan seringkali aparat keamanan laut (Kamla) kita tidak berdaya menghadapi
kapal-kapal pencuri ikan, sehingga hanya sebagian kecil yang dapat ditangkap.
f)       Pemanfaatan teknologi maju melalui pengamatan satelit dalam rangka pengawasan
dan pengamanan laut (Waspam) masih sangat terbatas dan belum terintegrasi secara
permanen.
g)      Eksplorasi, eksploitasi dan pembangunan di sepanjang pantai dan perariran telah
menyebabkan pencemaran laut akibat pembuangan limbah dari proses kegiatan tersebut di
atas, sehingga telah mendegradasi habitat pesisir dan laut.
h)      Maraknya kasus pembajakan laut khususnya di Selat Malaka dan alur lintas kepulauan
Indonesia (ALKI) telah menimbulkan konflik yang menimbulkan intervensi negara maju (USA
dan Jepang).
Faktor-faktor lain yang berpengaruh:
1. Lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan dari klaim wilayah kita ke tangan Malaysia
meberikan pelajaran berharga guna mewaspadai pulau-pulau kecil yang ada di zona
perbatasan dan memberikan kesadaran bagi kita semua tentang pentingnya pembinaan atas
pulau-pulau tersebut.
2. Kondisi faktual, banyak WNI penduduk wilayah perbatasan lebih banyak
berhubungan dengan warga negara tetangga atau asing yang lebih maju, mereka
menggunakan uang asing, menonton TV asing, mendengarkan radio asing dan
menggunakan bahasa asing. Contoh: penduduk Pulau Sebatik (Indonesia-Malaysia),
Kepulauan Sangir-Talaut dan Pulau Miangas (Indonesia-Filipina). Dengan demikian secara
tidak sengaja penduduk perbatasan sudah terbina dan terkooptasi oleh pengaruh negara
tetangga, sementara itu pembinaan dari pemerintah terhadap mereka sangat minim.
3. Adanya batas yang sangat panjang dan khususnya alur laut (ALKI) yang tidak dapat
diawasi secara memadai karenan keterbatasan aparat, sarana dan prasarana. Waspam laut
banyak dimanfaatkan sebagai alur perlintasan kriminal sperti penyelundupan barang ilegal
(illegal logging / fishing / immigrants), pengungsi traficking dan akhir-akhir ini terorisme
internasional.
4. Keadaan ekonomi negara dan rakyat (khususnya nelayan) yang masih sulit
menyebabkan  kepedulian dan kemampuan terhadap pengelolaan dan Waspam laut sangat
rendah.
5. Adanya pertentangan internal dalam negeri, antar-kelompok etnis, agama, ras dan
golongan (SARA) atau pemerintahan daerah (pemda) memberikan celah-celah kepada
elemen asing yang bertujuan negatif dengan mengintervensi dan mengeksploitasi
permasalahan SARA tersebut.
Permasalahan Batas Laut
Beberapa jenis batas laut dan pengaruhnya terhadap Pertahanan Keamanan Negara. Menurut
ketentuan hukum laut internasional ( Hukla 1982), ada 6 jenis batas laut yaitu:
1. Batas perairan pedalaman (BPP); Perairan pedalaman di dalam garis batas yang
ditentukan oleh hukum yang berlaku disitu praktis sama dengan di wilayah darat, dimana
NKRI mempunyai kedaulatan penuh, kapal-kapal asing tidak berhak lewat. Perairan
pedalaman tersebut dibatasi oleh garis penutup (Closing Line) sesuai ketentuan Hukla 1982.
Namun sayangnya Indonesia hingga saat ini belum memanfaatkan haknya untuk menarik
Closing Line tersebut.
2. Batas Perairan Nusantara / Kepulauan (BPN / BPK): di perairan ini Indonesia
mempunyai hak kedaulatan penuh tetapi kapal atau pelayaran asing masih mempunyai “hak
melintas” (Innocent Passage) melalui prinsip alur laut kepulauan. Perairan nusantara ini
dikelilingi oleh garis-garis dasar yang lurus (Base Line) yang menghubungkan titik-titik
pangkal (Base Point) dan bagian pulau-pulau terluar di seluruh Indonesia. Base Line yang
menghubungkan Base Point dibuat berdasarkan UU No.4 tahun 1960 dan telah didepositkan
di PBB. UU tersebut telah diperbarui dengan UU No.6 tahun 1996 namun isinya justru
mencabut Base Point dan Base Line yang telah ada.
3. Batas laut wilayah (BLW): batas laut ini ditarik dari Base Line sejauh 12 mil tetepi BLW
yang pasti / tegas juga belum ada karena BLW tidak dapat ditentukan sepihak. Pada laut
wilayah, Indonesia masih mempunyai hak mengelola dan yurisdiksi kedaulatan wilayah
penuh.
4. Batas Perairan Zona Tambahan (BPZT): garis BPZT ini ditari 12 mil dari garis BLW
karena BLW-nya belum pasti maka BPZT-nya juga belum dibuat.
5. Batas Zona Ekonomi Eksklusif (BZEE): garis BZEE ditarik sejauh atau selebar 200 mil
dari base line. Di perairan ZEE ini, Indonesia mempunyai hak berdaulat atas kekayaan alam
di situ dan kewenangan melindungi lingkungan, mengatur penelitian ilmiah maritim dan
pemberian ijin kepada pihak asing yang akan melakukan penelitian ilmiah dan atau
mendirikan bangunan (instalasi, pulau buatan, dll). BZEE juga belum memilki keabsahan
atau pengakuan yang pasti.
6. Batas Landas Kontinen (BLK): landas kontinen adalah ujung kaki benua atau lanjutan
daratan yang tenggelam, garis BLK ditarik dari landas kontinen secara vertikal (di
permukaan laut) sampai 200 mil dari base line atau maksimal 350 mil dari base line.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa di luar batas-batas laut yang telah
disepakati secara bilateral / trilateral, batas laut yang lainnya sebagian besar belum tegas /
pasti. Keterlambatan penentuan batas perairan secara pasti merupaan kerugian beagi
Indonesia. Hal ini sekaligus menjadi tantangan untuk segera menuntaskannya, namun
bilamana pada tahun 2009 belum dilakukan penyerahan batas laut ke PBB dengan
mendepositkan peta batas laut maka Indonesia akan kehilangan kesempatan atau
tertundanya pengakuan dunia internasional atas hak-haknya sebagai negara maritim yang
dijamin hukum laut internasional / UNCLOS 1982 (tahun 2009 adalah limit waktu dari PBB
untuk penentuan batas laut).
Peluang Wawasan Nusantara dan Hubungannya dengan Geostrategi
Geostrategi adalah politik dalam pelaksanaan yaitu upaya bagaimana mencapai tujuan atau
sasaran yang ditetapkan sesuai dengan keinginan politik. Sebagai contoh pertimbangan
geostrategis untuk negara dan bangsa Indonesia adalah kenyataan posisi silang Indonesia
dari berbagai aspek ,disamping aspek-aspek geografi juga dari aspek demografi ,ideologi,
politik ,ekonomi, sosial budaya, dan Hankam. Posisi silang Indonesia tersebut dapat dirinci
sebagai berikut :
1)      Geografi : Wilayah Indonesia terletak di antara dua benua ,Asia dan Australia ,serta di
antara samudra Pasifik dan samudra Hindia.
2)      Demografi : penduduk Indonesia terletak diantara penduduk jarang di selatan
(Australia) dan penduduk padat di utara (RRC dan Jepang)
3)      Ideologi : ideologi Indonesia (Pancasila ) terletak diantara liberalisme di selatan
(Australia dan Selandia Baru ) dan komunisme di utara (RRC, Vietnam, dan Korea Utara)
4)      Politik : Demokrasi Pancasila terletak diantara demokrasi liberal di selatan dan
demokrasi dan demokrasi rakyat (diktatur proletar)
5)      Ekonomi : Ekonomi Indonesia terletak dianatara ekonomi kapitalis dan selatan Sosialis
di utara.
6)      Sosial : Masyarakat Indonesia terletak diantara masyarakat individualisme di selatan
dan masyarakat sosialisme di utara.
7)      Budaya : Budaya Indonesia terletak diantara budaya barat di selatan dan budaya timur
di utara.
8)      Hankam : Geopolitik dan geostrategi Hankam ( Pertahanan dan Keamanan ) Indonesia
terletak diantara wawasan kekuatan maritim di selatan dan wawasan kekuatan kontinetal di
utara.
Dari uarian diatas didapatkan beberapa aspek pendukung tentang bagaimana bangsa
Indonesia seharusnya dapat bersikap dalam hal menentukan geostrategi dalam kehidupan
bernegara ataupun hubungan internasional dengan bangsa lain. Mulai dari aspek geografi
sebagai pendukung, yang menempatkan Indonesia di antara dua benua Asia dan Australia
mendorong Indonesia untuk maju khususnya dalam hal geostrategi ditingkat regional
adalah ASEAN 10 sedangkan ditingkat Supra Regional adalah ASEAN + 3 (Jepang, China,
Korea ) +3 (India, Australia, New Zealand ) Geostrategi ditingkat Regional dikembangkan
melalui konsep Asean Security Community (ASC), Asean Economic Comunity (AEC) dan
Asean Cultural Comunity (ACC) bahkan pada Asean Summit di Kuala Lumpur (Desember
2005) telah meningkat menjadi Asean Identity. Ditingkat supra regional juga semakin mekar
dengan penandatangan Asean Treaty of Ammity and Cooperation (TAC ) oleh China,
Australia dan negara lain. Jadi sistem pertahanan Indonesia yaitu Sishanrata atau sekarang
dikenal dengan Total Defence dalam implementasinya ditingkat Regional dan Supra regional
diwujudkan dalam suatu bentuk “Pertahanan melingkar multi lapis ditingkat nasional
,regional, dan supra regional berupa jaringan laba-laba hubungan antara negara baik yang
tidak hanya menggunakan komponen militer tetapi juga nir militer baik ekonomi ,budaya
dan identitas dalam rangka menjaga dan memelihara kepentingan nasional Indonesia ”.
Dengan cara ini maka posisi Indonesia menjadi lebih aman karena lewat hubungan ini
konflik yang nantinya akan muncul menjadi berkurang. Indonesia menjadi lebih aman baik
dalam hal melakukan kegiatan ekonomi khususnya di tingkat regional maupun supra
regional, menjadi lebih mudah memasarkan produk dalam negeri dan mengembangkan
perekonomian di Indonesia dengan sendirinya dan pemasaran produksi dalam negeri
menjadi lebih baik. Dalam hal politik negara, dengan masuknya Indonesia kedalam kawasan
ASEAN maka kebanyakan strategi politik negara yang saling menjegal setidaknya bisa
ditekan walaupun hanya dalam lingkup ASEAN khususnya hal ini biasa terjadi dalam
menunjukkan kekuatan suatu negara hubungannya dengan kehidupan internasional dalam
bernegara. Sedangkan dalam hal Hankam maka hubungan ini bisa menguntungkan
Indonesia khususnya dalam hal memperoleh armada-armada yang digunakan dalam hal
pertahanan negara, kemudian penyusunan strategi untuk perkembangan selanjutnya demi
mempertahankan wilayah kesatuan Republik Indonesia. Diharapkan dengan masuknya
Indonesia khususnya dalam ASEAN baik ditingkat regional maupun supra regional mampu
membawa Indonesia ke tingkat yang lebih baik. Diharapkan juga ditingkat Supra Regional
juga akan terjadi kondisi serupa dan dengan demikian baik dilingkungan ASEAN bahkan
ASEAN + 6 semua negara didalamnya akan memperoleh kesempatan untuk bersama-sama
saling bantu-membantu membangun negerinya. Bagi Indonesia juga menguntungkan
karena tidak perlu terburu-buru melakukan pengadaan Alutsista yang mahal-mahal
sementara ekonomi Indonesia belum pulih sepenuhnya. Hal tersebut tidak berarti Indonesia
tidak membangun kekuatan militernya tetapi membangun secara terukur. Mungkin
Indonesia sebaiknya baru membangun kekuatan militernya secara besar-besaran sesudah
pendapatan perkapita mencapai USD 4000 dalam hal pemenuhan ketahanan nasioanal.
Peluang selanjutnya adalah bagaimana Indonesia memanfaatkan letak geografisnya ,yang
terletak diantara dua benua Asia dan Australia serta dua samudra Pasifik dan samudra
Hindia sebagai suatu kekuatan membangun perekonomian Indonesia. Selain itu adanya selat
malaka yang juga sebagai lewatan jalur perdagangan internasional mendorong Indonesia
untuk bisa meningkatkan kehidupan ekonominya khususnya di sektor perdagangan
,kelautan dan pemanfaatan sumberdaya bahari yang selama ini masih belum terkelola
secara maksimal. Kekayaan sumber daya laut merupakan salah satu peluang wawasan
nusantara yang bisa dikembangakan secara optimal nantinya. Dengan memanfaatkan laut
yang luas sekitar 2/3 dari luas seluruh Indnesia dengan segala sumberdaya yang ada di
dalamnya untuk kesejahteraan rakyat dalam negeri, karena dengan terpenuhinya
kesejahteraan rakyat terutama di bidang ekonomi maka stabilitas keamanan negeri juga
terjamin. Dengan semua terpenuhinya kesejahteraan masyarakat kecil maka tingkat kriminal
dapat diturunkan karena pada prinsipnya seseorang berbuat kriminal karena situasi yang
tidak memungkinkan seperti halnya terdesak oleh kebutuhan ekonomi dan perut lapar
hingga tak bisa tidur. Bila kesejahteraan rakyat terpenuhi otomatis stabilitas negara dapat
terwujud dan kriminalitas dapat ditekan.
Pemanfaatan sumberdaya alam baik laut maupun darat dan mengurangi tingkat
penyelundupan yang bisa merugikan negara serta rakyat kecil akan membantu Indonesia
khususnya dalam hal peningkatan produksi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan
Indonesia pada luar negeri baik itu dalam bidang ekonomi ataupun pertahanan negara
karena hingga saat ini Indonesia tidak dapat membuat armada pertahanan sendiri  tetapi
membeli armada dengan teknologi yang mulai tertinggal dan merupakan barang bekas dari
beberapa negara maju selain itu perlunya peningkatan terhadap Sumberdaya Manusianya itu
sendiri. Peluang lainnya yaitu perkembangan kemajuan teknologi informasi yang
berimplikasi pada meningkatnya arus informasi yang cepat akan mendorong percepatan
diperolehnya akses informasi terutama yang berkaitan dengan pembangunan nasional
,kekayaan sumberdaya alam yang cukup besar dan beragam merupakan modal dasar
pembangunan nasional ,jumlah penduduk yang besar merupakan potensi tenaga kerja
,potensi pertahanan ketika adanya agresi militer maupun potensi pasar dalam negeri.
Pancasila sebagai ideologi negara tetap diterima oleh masyarakat Indonesia dalam
menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara yang mempersatukan bangsa Indonesia
dalam satu kesatuan utuh dalam kekeluargaan dan kebudayaan yang beragam sebagai daya
tarik Indonesia di dunia pariwisata dan Internasional. Meluasnya regionalisasi perekonomian
antar kawasan dalam implementasi pasar bersama dan juga pelaksanaan otonomi daerah
memungkinkan daerah untuk mengembangkan diri sesuai potensi dari daerah masing-
masing. Daratan yang subur dan masih belum dikelola secara maksimal menjadikan peluang
bagi Indonesia untuk melakukan swasembada beras dan meningkatkan kondisi
pertaniannya dan menjadikan Indonesia berjaya kembali seperti tahun 1984 dengan
kebijakan-kebijakan yang mengedepankan ketahanan pangan.
Tantangan Wawasan Nusantara dan Hubungannya dengan Geostrategi
Nilai strategis batas laut /perairan Indonesia ,zona perbatasan laut Indonesia mengandung
banyak kerawanan dan sensitivitas karena berbagai faktor ,baik yang bersifat permanen
maupun yang sementara ,antara lain :
1. Letak geografis di persimpangan jalan antara Samudra Pasifik dengan Samudra
Hindia dan Benua Asia dan Australia sehingga sering dilewati pelayaran Internasional.
2. Struktur negeri yang berbentuk kepulauan dengan panjang pantai lebih dari 80.000
km terpanjang didunia yang pada umumnya terbuka di kawasan sekitar 8 juta km 2 yang
tersebar secara tidak teratur yang didiami oleh penduduk secara tiadak merata bahkan
masih banyak pulau-pulau yang tak berpenduduk.
3. Isu-isu globalisasi terutama yang menyangkut demokratisasi hak asasi manusia
,liberalisasi ekonomi dan informasi telah meningkatkan kerawanan-kerawanan di daerah
perbatasan.
4. Masih ada batas-batas laut negara yang sudah dirundingkan dan disepakati secara
bilateral ,belum memiliki pengakuan secara Internasional dikarenakan batas-batas laut
tersebut belum didepositkan di PBB.
Faktor-faktor tersebut diatas menegaskan penting dan strategisnya kepastian batas laut
karena tanpa itu penegakan hukum di laut tidak memiliki landasan yang kuat dan akan
selalu mengundang kontroversi yang dapat menimbulkan konflik di perairan perbatasan
negara. Selain itu trauma akan kasus terdahulu yaitu Sipadan-Ligitan yang merupakan pulau
Indonesia yang dimenangkan oleh Malaysia menyebabkan perlunya kewaspadaan Indonesia
khususnya untuk pulau-pulau kecil Indonesia yang tidak berpenghuni dan daerah frontier
sebagai sasaran penyelundupan baik itu illegal loging ataupun kasus lain yang tentunya
merugikan masyarakat kecil dan negara puluhan milyar karena pembalakan liar. Selain itu
luasnya wilayah kelautan Indonesia tidak diimbangi dengan minimnya sarana penjagaannya,
seperti kurangnya armada yang digunakan untuk memantau keadaan laut. Ini menjadi
tantangan yang harus dihadapi bangsa Indonesia dalam menjaga kedaulatan negara.
Kekhawatiran juga terjadi karena adanya penemuan sumberdaya laut bernilai ekonomi
tinggi seperti minyak dan gas bumi serta barang tambang berharga lainnya, sedangkan di
sisi lain, batas laut Indonesia masih belum disetujui pihak internasional. Adanya beberapa
pulau yang berada pada lokasi strategis di sekitar perbatasan negara merupakan
kekhawatiran banyak pihak atas keamanan dan keselamatannya dari penguasaan
asing/negara tetangga. Kekhawatiran tersebut didasarkan atas pembinaan yang sangat
minim dari pemerintah, sehingga penduduk yang ada di pulau-pulau tersebut lebih banyak
berhubungan dengan negara tetangga, menggunakan uang dan bahasa negara tersebut,
serta hidup dengan gaya dan budaya negara tetangga. Mereka lebih banyak mendengarkan
radio dan melihat siaran televisi negara tetangga sehingga secara tidak langsung
penduduk-penduduk pulau tersebut ada dalam penguasaan negara tetangga. Hal ini
menyebabkan bergesernya identitas warga Indonesia yang berada pada daerah frontier
tersebut secara perlahan. Bukan sepenuhnya salah mereka jika mereka lebih memilih untuk
berhubungan dengan negara tetangga. Jika saja pemerintah Indonesia lebih memperhatikan
pembangunan di daerah frontier, hal semacam ini tidak perlu terjadi. Peningkatan
kemampuan ekonomi masyarakat adalah kuncinya. Apabila ini terpenuhi maka keraguan
terhadap loyalitas mereka pada negara ini tidak akan menjadi wacana publik.
Pengamanan batas laut lewat Waspam yang lemah, kapal-kapal laut yang kurang canggih
serta batas laut yang kurang, jelas merupakan penyebab bertambahnya beban dalam
menjaga kesatuan wilayah Indonesia. Masalah lainnya timbul dengan bertambahnya
kepentingan terhadap laut atau lingkungan maritim, mulai dari perlidungan terhadap jalur
komunikasi laut (SLOC, Sea Lanes of Communication) dan jalur perdagangan laut (SLOT, Sea
Lanes of Trade) yang vital bagi perdagangan internasional, jalur pemasok energi dan
ekonomi yang semuanya membutuhkan biaya yang tidak sedikit apalagi soal keamanan
maritim yang luas. Tuntutan oleh negara-negara lain mengenai penambahan ALKI (Alur Laut
Kepulauan Indonesia ) yang akhir-akhir ini menjadi perdebatan di sebagian kalangan
digunakan sebagai dasar bahwa keamanan maritim akan menjadi agenda dan sekaligus
masalah yang membentuk kebijakan keamanan dan pertahanan negara-negara di kawasan
ini. Semua ini merupakan tantangan dan ancaman bagi Indonesia, terlebih saat ini Indonesia
sangat lemah dalam mengontrol wilayah yang terdiri dari lebih dari 15 ribu pulau, sekitar 7
juta km2 wilayah laut dan darat (termasuk ZEE ), dan 80 ribu km 2 garis pantai. Keamanan 
Nasional Indonesia ini akan banyak ditentukan oleh posisi geostrategis dan geopolitik
Indonesia, sebagai negara kepulauan, yang juga mempengaruhi perilaku negara-negara
besar di kawasan ini, terutama Amerika Serikat, Jepang, dan Cina, karena kepentingan-
kepentingan mereka yang lahir dari posisi geostrategis Indonesia tersebut. Dimensi
internasional dan posisi geostrategis Indonesia sebagai negara kepulauan inilah yang
menempatkan mengapa masalah separatisme dan konflik komunal sangat vital bagi
Indonesia. Setelah terjadi konflik-konflik komunal dan masalah desintregasi akan selalu
menjadi kepentingan kekuatan-kekuatan eksternal dengan dalil membantu tetapi
kebanyakan dari tujuan utamanya adalah menguasai dan mengeruk semua sumberdaya
yang ada di dalamnya. Oleh karena itu dibutuhkanupaya-upaya yang tepat khususnya dalam
mempertahankan kedaulatan NKRI dari campur tangan negara lain. Pembangunan yang
merata tidak hanya berpusat pada ibukota saja akan mengurangi tingkat kesenjangan sosial
antara pulau/ wialayah yang ada. Pemerataan menyebabkan wilayah merasa dipedulikan dan
ancaman terhadap separatisme dan konflik komunal bisa dicegah. Selain hal-hal ini
sebenarnya masalah utama yang dihadapi setiap negara adalah membangun kekuatan untuk
menangkal (to deter) atau mengalahkan (to defeat) suatu serangan. Selama Indonesia
mampu melindungi batas-batas negaranya ,mensejahterakan rakyatnya lewat
mempermudah rakyat untuk hidup enak, makan enak, tidur nyenyak dengan stabilitas
nasional yang baik otomatis perpecahan akan jauh dari masalah Indonesia. Selain itu
penegakan hukum, dan mempersempit akses dari penyelundupan liar baik itu illegal loging,
pencurian ikan dan sumber daya lainnya ,menjadi jalan yang mungkin bisa ditempuh untuk
peningkatan kesejahteraan rakyat khususnya di daerah frontier. Utama dan pasti adalah
terciptanya stabilitas nasional diberbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara,
mempertahankan persatuan negara untuk menghindarkan dari masalah sepratisme atau
memecahnya pulau dari kesatuan NKRI sehingga mengurangi peluang campur tangan
negara lain apalagi dengan dalil membantu yang sebenarnya membawa kepentingan lain
yang tesembunyi. Hal inilah yang harus diperhatikan Indonesia melihat rawannya wilayah ini
dengan bentuk kepulauan dan tingkat pengamanan yang masih lemah untuk membangun
geostrategi Indonesia khususnya untuk menghadapi berbagai ancaman baik itu eksternal
maupun internal dari dalam negeri itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai