Anda di halaman 1dari 10

Nama : Zahra Wuri Handarbeni

NIM : 26020119130109

Kelas : Akuakultur - A

SENGKETA PULAU NIPAH SEBAGAI MASALAH


WAWASAN NUSANTARA GEOPOLITIK
INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari wawasan nusantara?


2. Apa pengertian dari geopolitik?
3. Bagaimana wawasan nusantara sebagai geopolitik Indonesia?
4. Apa manfaat wawasan nusantara sebagai geopolitik Indonesia?
5. Bagaimana konflik perbatasan wilayah Indonesia - Singapura?
6. Bagaimana solusi sengketa perbatasan wilayah Indonesia – Singapura?

1. 2. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari wawasan nusantara.


2. Mengetahui pengertian dari geopolitik.
3. Mengetahui kaitan wawasan nusantara sebagai geopolitik Indonesia.
4. Mengetahui manfaat wawasan nusantara sebagai geopolitik Indonesia.
5. Mengetahui kronologis konflik perbatasan wilayah Indonesia -
Singapura.
6. Mengetahui solusi sengketa perbatasan wilayah Indonesia - Singapura.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1. Pengertian Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara berasal dari kata Wawasan dan Nusantara. Wawasan


berasal dari kata wawas (bahasa Jawa) yang berarti pandangan, tinjauan atau
penglihatan indrawi. Selanjutnya muncul kata mawas yang berarti memandang,
meninjau atau melihat. Wawasan artinya pandangan, tujuan, penglihatan,
tanggap indrawi. Wawasan berarti pula cara pandang, cara melihat.

Secara konsepsional wawasan nusantara merupakan wawasan


nasionalnya bangsa Indonesia. Perumusan wawasan nasional bangsa Indonesia
yang selanjutnya disebut Wawasan Nusantara itu merupakan salah satu konsepsi
politik dalam ketatanegaraan Republik Indonesia.

Wawasan Nusantara adalah cara pandang Bangsa Indonesia terhadap


rakyat, bangsa dan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi
darat, laut dan udara di atasnya sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial,
budaya dan pertahanan keamanan. Wawasan nasional itu selanjutnya menjadi
pandangan atau visi bangsa dalam menuju tuannya.

Sebagai wawasan nasional dari bangsa Indonesia naka wilayah Indonesia


yang terdiri dari daratan, laut dan udara diatasnya dipandang sebagai ruang hidup
(lebensraum) yang satu atau utuh. Wawasan nusantara sebagai wawasan
nasionalnya bangsa Indonesia dibangun atas pandangan geopolitik bangsa.
Pandangan bangsa Indonesia didasarkan kepada konstelasi lingkungan tempat
tinggalnya yang menghasilkan konsepsi wawasan Nusantara. Jadi
wawasan nusantara merupakan penerapan dari teori geopolitik bangsa Indonesia.

2
2. 2. Pengertian Geopolitik

Geopolitik berasal dari bahasa Yunani Geo (bumi) dan Politik (politik),
secara luas merujuk pada hubungan antara politik dan teritori dalam skala lokal
atau internasional. Geopolitik mencakup praktik analisis, prasyarat, perkiraan,
dan pemakaian kekuatan politik terhadap suatu wilayah. Secara spesifik,
geopolitik merupakan metode analisis kebijakan luar negeri yang berupaya
memahami, menjelaskan, dan memperkirakan perilaku politik internasional
dalam variabel geografi.

Dalam studi Hubungan Internasional, geopolitik merupakan suatu kajian


yang melihat masalah/hubungan internasional dari sudut pandang ruang atau
geosentrik. Konteks teritorial di mana hubungan itu terjadi bervariasi dalam
fungsi wilayah dalam interaksi, lingkup wilayah, dan hirarki aktor: dari nasional,
internasional, hingga benua-kawasan, serta provinsi atau lokal.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, pengertian geopolitik dapat


lebih disederhanakan lagi. Geopolitik adalah suatu studi yang mengkaji masalah-
masalah geografi, sejarah dan ilmu sosial, dengan merujuk kepada percaturan
politik internasional. Geopolitik mengkaji makna strategis dan politis suatu
wilayah geografi, yang mencakup lokasi, luas serta sumber daya alam wilayah
tersebut. Geopolitik mempunyai 4 unsur pembangun, yaitu keadaan geografis,
politik dan strategi, hubungan timbal balik antara geografi dan politik, serta unsur
kebijaksanaan.

2. 3. Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia

Geopolitik merupakan pertimbangan dasar dalam penyelenggaraan negara


berdasarkan letak geografisnya. Suatu negara membutuhkan geopolitik untuk
menentukan pembinaan politik nasional berdasarkan kondisi dan situasi geografis
dalam mencapai tujuan negara tersebut. Indonesia sebagai negara kepulauan dan
bangsa yang majemuk mempunyai geopolitik tersendiri, yaitu wawasan nusantara.
Bangsa Indonesia memandang wawasan nusantara sebagai visi dan perwujudan
kebhinekaan (keberagaman) yang ada di Indonesia. Hakikat dari wawasan

3
nusantara ini adalah menyatukan perbedaan dan batasan wilayah di seluruh
Indonesia dari Sabang sampai Merauke sehingga terwujudnya Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yang bersatu dan utuh dalam mencapai tujuan nasional
Indonesia.

Wawasan nusantara Indonesia dibentuk dan dijiwai oleh pemahaman


kekuasaan bangsa Indonesia yang berdasarkan falsafah Pancasila dan oleh
pandangan geopolitik Indonesia yang berdasarkan pemikiran kewilayahan dan
kehidupan bangsa Indonesia. Hal itu karena dasar pemikiran wawasan nusantara
terdiri atas dasar pemikiran berdasarkan filsafat, kewilayahan, sosial budaya, dan
kesejarahan.

Tujuan wawasan nusantara sebagai geopolitik Indonesia secara umum dapat


dilihat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Dijelaskan bahwa tujuan
kemerdekaan Indonesia adalah 'Untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial.'.

Tujuan wawasan Nusantara sebagai geopolitik Indonesia ada 2 alur, yaitu


ke dalam dan ke luar. Tujuan wawasan nusantara sebagai geopolitik Indonesia ke
dalam adalah menjamin persatuan dan kesatuan di segenap aspek kehidupan
nasional, baik aspek alamiah maupun aspek sosial. Bangsa Indonesia harus
meningkatkan kepekaannya dan berusaha untuk mencegah dan mengatasi faktor-
faktor penyebab timbulnya disintregasi bangsa dan terus-menerus mengupayakan
agar persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan tetap terjaga. Sedangkan tujuan
wawasan nusantara sebagai geopolitik Indonesia ke luar adalah menjamin
kepentingan nasional dalam era globalisasi yang semakin mendunia maupun
kehidupan dalam negeri. Selain itu turut serta melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, keadilan sosial, serta kerjasama dan
sikap saling hormat menghormati.

4
2. 4. Manfaat Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia

Adapun manfaat wawasan nusantara sebagai geopolitik Indonesia adalah


sebagai berikut;

a. Diterima dan diakuinya konsepsi nusantara di forum internasional


b. Wawasan nusantara menjadi salah satu sarana integrasi nasional.
c. Penerapan wawasan nusantara menghasilkan cara pandang tentang
keutuhan wilayah nusantara yang perlu dipertahankan oleh bangsa
Indonesia.
d. Pertambahan luas wilayah sebagai ruang hidup memberikan potensi sumber
daya yang besar bagi peningkatan kesejahteraan rakyat.
e. Pertambahan luas wilayah teritorial Indonesia.

2. 5. Konflik Perbatasan Wilayah Indonesia – Singapura

Salah satu persoalan yang paling mendasar yang memicu konflik antar
negara adalah masalah perbatasan. Termasuk Indonesia yang mempunyai persoalan
dengan perbatasan, terutama mengenai garis perbatasan di wilayah perairan laut
dengan negara-negara tetangga. Singapura dan Indonesia mempunyai masalah
dalam perbatasan negara baik maritim maupun pasir. Masalah yang timbul dalam
penetapan batas wilayah antara Indonesia dengan Singapura adalah reklamasi
pantai yang selalu dilakukan Singapura sejak melepaskan diri dari Federasi
Malaysia untuk memperluas wilayahnya. Reklamasi adalah proses pembuatan
daratan baru dari hasil dasar laut atau dasar sungai.

Luas wilayah Singapura pada awalnya adalah 580 km2, dan pada tahun 2005
jumlahnya bertambah menjadi 699 km2. Hal itu menandakan luas wilayah
Singapura selama hampir 40 tahun bertambah 199 km2. Luas Selat Singapura juga
makin berkurang, tidak mencapai 24 mil laut yang sudah menjadi ketetapan
internasional. Sejumlah pihak mengkhawatirkan reklamasi pantai yang dilakukan
Singapura karena akan merubah wilayah batas kedua negara yang sudah disepakati

5
pada tanggal 25 Mei 1973, bahwa di Pulau Nipah terdapat titik referensi dan titik
dasar dalam penarikan batas wilayah Indonesia dan Singapura.

Pasir yang diambil kebanyakan berasal dari pulau-pulau di Kepulauan


Riau. Pelarangan ekspor pasir dari Riau ke Singapura sebenarnya telah keluarkan
oleh pemerintah Indonesia di tahun 2002, setelah dikeluarkannya Instruksi
Presiden Nomor 2/2002. Pelarangan itu tidak bertahan lama, karena
penambangan pasir di Riau kembali dibuka setelah DPR membentuk Tim
Pengawasan Pasir Laut. Maret 2003, penambangan pasir ini kembali ditutup oleh
pemerintah setelah Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Rini Suwandi
mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 117/MPP/Kep/II/2003.

Reklamasi atau perluasan wilayah yang dilakukan Singapura dengan


mengimpor pasir dari Riau (Pulau Nipah) dalam kurun waktu 24 tahun (1978 -
2002) telah menimbulkan banyak kerugian, bukan saja asoek teritorial tetapi juga
ekonomi, perdagangan, dan lingkungan hidup. Sangat ironis karena
penambangan pasir dilakukan oleh WNI sendiri untuk memperkaya diri secara
pribadi. Tanah air dijual kepada pembeli Singapura (tauke) dengan sangat murah
hanya dihargai sebesar 1,2 – 1,5 dolar Singapura per meter kubik, sedangkan para
tauke tersebut menjualnya kembali kepada pemerintah Singapura sebesar 6-8
dolar Singapura per meter kubik. Ketika mereka menimati keuntungan tinggi, di
sisi lain lingkungan laut beserta isinya menjadi rusak dan membuat para nelayan
resah karena mulai berdatangannya kapal-kapal keruk ke daerah di mana mereka
biasanya memancing. Masalah pertama yang dialami para nelayan adlah
tersangkutnya jala dan pancing mereka oleh kapal-kapal keruk, kemudian disusul
dengan semkain menurunnya hasil ikan yang tertangkap. Tidak hanya pasir yang
terangkat, tetapi juga telur-telur dan anak-anak ikan serta biota laut lainnya ikut
musnah. Meskipun di kemudian hari ada pembagian sedikit hasil dari
penambangan pasir laut ini dalam bentuk biaya yang disebut penegmbangan
masyarakat atau community development. Alhasil tetap saja bukan jalan kleuar
yang terbaik bagi para nelayan, karena sifatnya yang hanya sporadis dan tidak
berkelanjutan, selain kontribusi dan dana bantuan yang sering kali tersendat-
sendat.

6
Dampak negatif lain yang juga ditimbulkan dari kegiatan penambangan
pasir laut adalah terjadinya abrasi sehingga akan menyebabkan tenggelamnya
pulau-pulau kecil yang berada di provinsi yang dijadikan objek sasaran. Pulau
Nipah adalah salah satu pulau yang nyaris tenggelam. Pada kenyataannya, pulau
kecil tersebut tidak berpenghuni tetapi sangat penting peranannya karena pulau
ini merupakan tanda batas kontinen Indonesia dan Singapura. Apabila Pulau
Nipah benar-benar tenggelam maka yang diuntungkan adalah Singapura karena
dapat mengklaim bahwa luas wilayah negaranya telah bertambah.

2. 6. Solusi Sengketa Perbatasan Wilayah Indonesia – Singapura

Demi mengamankan kebijakan pemerintah dalam masalah wilayah


perbatasan, pemerintah mengeluarkan UU No. 1 tahun 1973 yang berisi tentang
Landasan Kontinen Indonesia, semua kekayaan yang ada di dalam Landasan
Kontinen Indonesia merupakan hak milik pemerintah Indonesia. Tidak hanya itu,
daerah perbatasan juga akan mulai diberdayakan, seperti Pulau Batam yang
berbatasan langsung dengan Singapura.

Selat Singapura yang lebarnya tidak terlalu luas, menjadi masalah tersendiri
bagi UU nomor 1 tahun 1973. Singapura yang juga dikelilingi pulau-pulau kecil
disekitarnya dalam menarik garis batas perlu ketelitian agar tidak mendapatkan
protes. Beberapa perundingan dilakukan untuk menyelesaikan masalah ini,
kesepakatan pun terjadi pada Mei 1973, dengan ditandatanganinya Garis Batas Laut
Wilayah di Jakarta. Diberlakukan untuk menetapkan garis awal perbatasan dan
karena jarak Selat Singapura yang sempit, maka akhirnya diambil keputusan untuk
mengambil batas kedua negara dari wilayah atau pulau terdepan masing-masing
negara.

Selanjutnya, Perjanjian Penetapan Perbatasan Indonesia – Singapura di


Bagian Barat Selat Singapura. Sebagai bentuk kelanjutan dari diplomasi yang
dilakukan pemerintah Indonesia dan Singapura, pada Maret 2009, perjanjian batas

7
laut antara kedua negara ditandatangani di Jakarta. Pembicaraan tentang perjanjian
ini sudah dilakukan sejak tahun 2005, untuk menyelesaikan batas wilayah
Indonesia-Singapura di bagian barat Selat Singapura, antara perairan Tuas dan
Nipah. Sementara untuk wilayah tengah dan timur, masih dalam tahap penyelesaian,
karena memerlukan kajian yang lebih mendalam. Disetujuinya perjanjian batas laut
ini, diharapkan dapat mempertegas posisi Pulau Nipah sebagai titik dasar yang
digunakan dalam pengukuran batas maritim Republik Indonesia dengan Singapura.
Penetapan perjanjian ini dilakukan bahwa pemerintah Indonesia menolak mengakui
wilayah reklamasi Singapura, dan menggunakan perjanjian tahun 1973 sebagai
sumber. Menurut Pasal 60 Ayat 8 UNCLOS disebutkan bahwa, “pulau buatan,
instalasi, dan bangunan tidak mempunyai status pulau dan laut teritorialnya sendiri,
maka kehadirannya tidak memengaruhi penetapan batas laut teritorial, Zona
Ekonomi Eksklusif, dan landasan kontinen.”

Kedua negara akhirnya menyepakati perjanjian batas laut yang mulai


berlaku pada 30 Agustus 2010. Batas laut yang ditentukan adalah Pulau Nipa dan
Pulau Tuas, sepanjang 12,1 kilometer. Kedua tim negosiasi telah berunding selama
delapan kali. Permasalahan berbatasan laut Indonesia dan Singapura pada titik
tersebut tidak lagi menjadi polemik yang bisa menimbulkan konflik, namun
demikian masih ada beberapa titik perbatasan yang belum disepakati dan masih
terbuka peluang terjadinya konflik kedua negara.

8
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Negara tidak bisa hidup sendiri. Keberlangsungan hidupnya ikut


dipengaruhi juga oleh negara-negara lain, Karena itulah diperlukan satu sistem
perpolitikan yang mengatur hubungan antar negara-negara yang letaknya
berdekatan di atas permukaan bumi ini. Sistem politik tersebut dinamakan
‘Geopolitik’, yang mutlak dimiliki dan diterapkan oleh setiap negara dalam
melakukan interaksi dengan sesama negara di sekitarnya. Tak terkecuali Indonesia.
Indonesia pun harus memiliki sistem geopolitik yang tertuang dalan wawasan
nusantara yang cocok diterapkan untuk kondisi letak geografis dan kepulauannya
yang unik.

Konflik perbatasan yang terjadi di Indonesia – Singapura bermulai dari


reklamasi wilayah laut Singapura yang membuat daratan Singapura menjadi lebih
luas dan laut perbatasan Indonesia dan Singapura menjadi sempit. Reklamasi
pantai-pantai di Singapura menyebabkan daratan negara kota itu bertambah 12 km
ke arah perairan Indonesia, sedangkan wilayah perairan Indonesia berkurang 6 km.
Luas Selat Singapura juga tidak mencapai 24 mil laut yang sudah menjadi ketetapan
internasional. Hal berikutnya yaitu merugikan para nelayan dan merusak biota laut
yang pasirnya dikeruk. Sampai-sampai nyaris menenggelamkan Pulau Nipah yang
merupakan batas kontinen kedua negara tersebut. Sejumlah pihak
mengkhawatirkan reklamasi pantai yang dilakukan Singapura karena akan merubah
wilayah batas kedua negara yang sudah disetujui pada tahun 1973.

Solusi telah dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia atas sengketa


perbatasan Indonesia – Singapura diantaranya mengeluarkan UU No. 1 tahun 1973
yang berisi tentang Landasan Kontinen Indonesia. Pada Maret 2009, perjanjian
batas laut antara kedua negara ditandatangani di Jakarta.

9
Sumber:

 https://ledisjuliana.wordpress.com/2016/04/29/wawasan-nusantara-sebagai-
geopolitik-indonesia/
 http://ildacbloger.blogspot.com/2017/10/pengertian-peranan-contoh-
geopolitik.html
 https://www.liputan6.com/news/read/3872870/tujuan-wawasan-nusantara-
sebagai-geopolitik-indonesia-fungsi-dan-dasar-pemikirannya
 http://hannaclara23.blogspot.com/2017/04/geopolitik-dan-masalah-
masalah.html
 http://kartumiah.blogspot.com/2017/07/sengketa-pulau-nipah-
makalah.htmlhttps://marieffauzi.wordpress.com/2013/04/28/konflik-
perbatasan-indonesia-singapura/
 https://marieffauzi.wordpress.com/2013/04/28/konflik-perbatasan-
indonesia-singapura/

10

Anda mungkin juga menyukai