Disusun Oleh:
Indah Dwi Utari
( 6311151016 )
JURUSAN HUKUM
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
BANDUNG
2018
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................................. 1
Daftar isi............................................................................................................................ 2
Kata pengantar................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah................................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian..................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan............................................................................................................ 9
B. Saran....................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 11
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “Perjanjian Kerjasama Menjaga
Perbatasan Wilayah antara Indonesia dan Papua Nugini (PNG)”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.”
Penyusun
Bandung, 20 April 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap negara menduduki tempat tertentu di muka bumi dan mempunyai
perbatasan tertentu. Kekuasaan negara mencakup seluruh wilayah, tidak hanya tanah,
tetapi juga laut di sekelilingnya dan angkasa diatasnya. Negara yang memiliki wilayah
yang luas menghadapi berbagai macam ancaman masalah, salah satunya yang
mencakup berbagai suku bangsa, ras, dan agama. Juga faktor geografis, dan juga
perbatasan yang menjadi permasalahan. Misalnya adalah apakah perbatasan
merupakan perbatasan yang bersifat alamiah, atau apakah negara tersebut tidak
memiliki hubungan dengan laut sama sekalai (land locked) atau permasalahan lainnya
yang timbul dari adanya perbatasan.
Saat ini masih terdapat banyak sekali masalah perbatasan baik itu perbatasan
darat maupun laut juga masalah klaim kedaulatan yang masih menjadi sengketa antara
satu negara dengan negara lainnya. Memang banyak permasalahan yang terjadi masih
berlangsung dalam ruang lingkup diplomasi, namun tidak menutup kemungkinan
masalah ini dapat menjalar menuju konflik berkepanjangan. Karena apabila diplomasi
gagal, maka perang merupakan jalan terakhir karena perang merupakan salah satu alat
kebijakan luar negeri, manakala cara damai dalam melindungi kepentingan nasional
tidak berhasil dilakukan.
Salah satu negara yang mempunyai arti lebih, dalam hubungannya dengan
pengelolaan wilayah perbatasan langsung dengan Indonesia, ialah Papua Nugini.
Wialayah perbatasan yang terletak di Provinsi Papua atau provinsi paling timur di
Indonesia ini sangat jarang atau kurang terekspos untuk dijadikan pembahasan. Selain
karena faktor letak yang jauh dan terbatasnya transportasi, perkembangannya juga
tidak sedinamis dengan wilayah lain di Papua.
Belum terciptanya kesejahteraan dan perekonomian di sepanjang daerah
perbatasan Indonesia-Papua Nugini membuat kawasan itu patut mendapat perhatian
khusus dan besar untuk saat ini dan di masa yang akan datang. Sebab dengan kondisi
demikian dapat memunculkan lebih banyak ancaman keamanan yang lebih
memotivasi kepada gerakan pemisah diri (seccesionist) yang dapat berimplikasi
terhadap eksistensi kesatuan Negara Republik Indonesia (NKRI) yang belum kokoh
bangunan Negaranya. Ditambah dengan minimnya kemampuan aparat keamanan yang
ada diperbatasan dalam mengawasi dan menjaga wilaya perbatasan Indonesia dengan
Papua Nugini. Maka dari itu diperlukan adanya pengelolaan wilayah perbatasan oleh
kedua Negara melalui suatu ikatan kerjasama-kerjasama antara Indonesia dan Papua
Nugini dalam kerangka hubungan bilateral khususnya dalam pengelolaan perbatasan.
B. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana Dasar Yuridis Pengelolaan Wilayah Perbatasan Indonesia - Papua
Nugini (PNG)?
2. Bagaimana kerjasama pengelolaan Indonesia – Papua Nugini (PNG) dalam
mengatasi masalah perbatasan di wilayah perbatasan kedua negara?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Dasar Yuridis pengelolaan wilayah perbatasan Indonesia dan
Papua Nugini (PNG).
2. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan perjanjian kerjaasama menjaga
perbatasan wilayah antara Indonesia dan Papua Nugini (PNG).
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konvensi antara Inggris dan Belanda tanggal 16 Mei 1895 tentang penentuan garis
batas antara Irian dan Papua Nugini (PNG).
2. Persetujuan antara Pemerintah Indonesia-Pemerintah Commenwealth Australia
tentang penetapan batas-batas dasar laut tertentu, yang ditandatangani di
Camberra tanggal 18 Mei 1971 dan disahkan dengan Keppres No. 42 1971.
3. Perjanjian antara Indonesia-Australia mengenai garis-garis batas tertentu antara
Indonesia dan PNG yang ditandatangani di Jakarta tanggal 12 Februari 1973.
4. Persetujuan antara Pemerintah RI-Pemerintah Australia (bertindak atas nama
sendiri dan atas nama pemerintah Papua Nugini) tentang pengaturan-pengaturan
administratif mengenai perbatasan antara Indonesia-Papua Nugini yang
ditandatangani di Port Moresby pada tanggal 13 November 1973 dan disahkan
dengan Keppres No. 27 tahun 1974 kemudian diganti dengan persetujuan dasar
antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Papua Nugini tentang pengaturan-
pengaturan perbatasan yang ditandatangani di Jakarta pada tanggal 17 Desember
1979 yang disahkan dengan Keppres No. 6 Tahun 1980, lalu di perbaharui di Port
Moresby pada tanggal 29 Oktober 1984, dan disahkan dengan Keppres No. 66
tahun 1984, yang kemudian diperbaharui kembali di Port Moresby pada tanggal 11
April 1990 dan disahkan dengan Keppres No. 39 tahun 1990.
1. Mengatur penetapan Dam Cise sebelah utara sungai Fly berdasarkan prinsip
Thalweg (alur pelayaran) sebagai batas alamiah berdasarkan perjanjian yang
dibuat oleh pemerintah kolonial Belanda dan Inggris di wilayah tersebut.
2. Menetapkan garis batas laut di sebelah selatan Papua
3. Menetapkan garis batas dasar laut (landasan kontinen) di selatan Papua.
Selain itu juga terdapat berbagai peraturan hukum dan perangkat perundangan
yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia terkait kebijakan Pemerintah Indonesia
mengenai pengelolaan wilayah perbatasan Indonesia-Papua Nugini, diantaranya
adalah:
Pasal 5: Mengatur tentang hak tradisional penduduk setempat atas tanah dan air di
wilayah perbatasan Indonesia-Papua Nugini.
Pasal 12: Mengatur tentang kegiatan perpindahan, kegiatan adat, dan karantina
penduduk di sekitar wilayah perbatasan Indonesia-Papua Nugini.
Pasal 14: Mengatur tentang kegiatan pertukaran informasi untuk tujuan yang
membangun terkait dengan pengelolaan wilayah perbatasan Indonesia-Papua
Nugini.
Pasal 15: Mengatur tentang kegiatan pembangunan dan eksploitasi sumber daya
alam yang ada di sekitar wilayah perbatasan Indonesia-Papua Nugini.
Pasal 17: Mengatur tentang kegiatan pemanfaatan dan konversi sumber daya alam
di wilayah perbatasan Indonesia-Papua Nugini.
Pasal 19: Mengatur tentang pemberian kompensasi kepada salah satu pihak akibat
terjadinya kerusakan di wilayah perbatasan Indonesia-Papua Nugini yang
dilakukan oleh pihak lainnya, naik sengaja maupun tidak sengaja.
Pasal 20: Mengatur tentang tanggung jawab masing-masing pihak untuk
mempromosikan kesepakatan ini kepada seluruh penduduk, khususnya bagi
mereka yang tinggal dan meneteap di sekitar wilayah perbatasan Indonesia-Papua
Nugini.
Pasal 21: Mengatur tentang kegiatan konsultasi dan review terkait dengan
pelaksanaan kesepakatan ini dan perkembangan permasalahan yang terjadi di
sekitar wilayah perbatasan Indonesia-Papua Nugini.
Apabila kontak fisik tak dapat dihindari, tindakan koersif yang diambil merupakan
jalan terakhir dan disesuaikan dengan aturan perlibatan yang berkaitan dengan
penanganan pelanggaran wilayah. Pendekatan keamanan (security approach) maupun
pendekatan kesejahteraan (prosperity approach) sangat diperlukan dalam mengelola
wilayah perbatasan Indonesia-Papua Nugini. Hal ini perlu mengingat adanya indikasi
berkembangnya kelompok gerakan separatis seperti Organisasi Papua Merdeka
(OPM) juga gangguan-gangguan keamanan lainnya yang sering terjadi di wilayah
perbatasan Indonesia-Papua Nugini. Namun disisi lainnya, perlunya juga pendekatan
kesejahteraan dikarenakan masalah kesejahteraan dan ketimpangan ekonomi di
wilayah perbatasan Indonesia-Papua Nugini yang cukup memprihatinkan. Pemerintah
Daerah juga harus mampu mengelola dan mengembangkan wilayah perbatasannya di
wilayahnya masing-masing, tanpa harus menunggu keputusan atau perintah dari
Pemerintah Pusat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Dasar yuridis penetapan perbatasan Indonesia-Papua Nugini (PNG) diawali
oleh adanya deklarasi Raja Prusia pada 22 Mei 1885 tentang perbatasan antara
Jerman dan Belanda serta Jerman dan Inggris di wilayah Papua. Deklarasi ini
menegaskan mengenai penentuan tapal batas ketiga wilayah kekuasaan antara
Jerman dan Belanda serta Jerman dan Inggris di wilayah terseut. Dengan
deklarasi ini, Papua Barat disahkan sebagai milik Belanda dan tidak perlu
menunggu pengakuan dari siapapun.
2. Landasan-landasan hukum yang mengatur wilayah perbatasan Indonesia Papua
Nugini pada dasarnya memiliki keterkaitan dengan upaya percepatan
penyelesaian batas negara wilayah negara serta mencerminkan adanya
paradigma dan arah kebijakan pembangunan kawasan perbatasan dari selama
ini yang berorientasi “inward looking” menjadi “outward looking”. Hal ini
sesuai dengan arah pengembangan kawasan perbatasan yang dirumuskan
dalam Rencana Pembangungan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 –
2025.
B. SARAN
1. Tindak lanjut mengenai perbatasan antara Papua Nugini dengan Indonesia
perlu dikaji ulang berdasarkan ketersediaan SDA yang semakin menyusut
dengan mengesampingkan kebutuhan masing-masing negara.
2.