Anda di halaman 1dari 2

Unit 3

Sengketa Batas Wilayah Antara Indonesia Dan Malaysia


1. Tujuan Pembelajaran
Pada unit ini, kalian diharapkan mampu menjelaskan dan menganalisis latar belakang
terjadinya sengketa bahasa wilayah antara Indonesia dan Malaysia
2. Aktivitas Belajar 1
Materi dalam unit ini sebagai pengantar untuk masuk ke dalam kasus-kasus selain dalam
konteks sengketa batas laut indonesia dengan malaysia ,aspek sejarah dan relevansinya
dengan dasar hukum yang menjadi acuan kedua negara.
Materi dalam unit ini sangat penting di cermati sebagai dasar untuk dapat
memahami,menjelaskan,dan kasus-kasus terkait sengketa batas wilayah antara Indonesia
dan Malaysia.
Sejak dekade 1970-an,telah di sepakati beberapa memorandum of understanding
(MoU),yakni MoU antara Indonesia-malaysia di Jakarta pada 26 November 1973,minutes of
the first meeting of the joint Malaysia-indonesia boundary committee pada 16 November
1974 ,serta minutes of the second meeting of the joint Indonesia-Malaysia boundary
committee di Bali, pada 7 Juli 1975.
Hukum internasional dalam bentuk traktat ini masih dipakai oleh Indonesia maupun
Malaysia sebagai dasar hukum dalam menentukan batas wilayah di pulau Kalimantan.
Ada pula asas hukum internasional pacta tertipis nec nocent nec prosunt ,yang menyatakan
bahwa suatu perjanjian tidak memberikan hak atau membebani kewajiban kepada pihak
yang tidak terikat kepada perjanjian tersebut.

Dasar Hukum Batas Wilayah Periode Kemerdekaan


Berikut penjelasan dasar hukum kesepakatan patok batas wilayah Indonesia dan
Malaysia, sejak masa penjajahan hingga kemerdekaan.

a. Konvensi Belanda-Inggris tahun 1891


Belanda dan Inggris mendatangi perjanjian ini pada 20 Juni 1891 di London.

b. Kesepakatan Belanda-Inggris tahun 1915

Belanda dan Inggris menyepakati atas hasil laporan bersama tentang penegasan batas wilayah
pada 28 September 1915 di Kalimantan. Kesepakatan ini kemudian di tindak lanjuti dengan
pendatangan MoU oleh kedua belah pihak berdasarkan Traktat 1891, lalu dikokohkan di London
pada 28 September 1915.

C. Konvensi Belanda-Inggris tahun 1928

Belanda dan Inggris mendatangi kesepakatan ini pada 28 Maret 1928 di Den Hag. Kemudian
diratifikasi oleh kedua negara pada 6 Agustus 1930. Konvensi ini mengatur tentang
penentuan batas wilayah kedua negara di daerah Jagoi, antara gunung raya dan gunung api,
yang menjadi bagian dari Traktat 1891.

d. MoU Indonesia dan Belanda tahun 1937

Dokumen ini mengacu pada hasil konvensi- konvensi sebelumnya, 1891, 1915, dan 1928.
Didalamnya juga berisi kesepakatan-kesepakatan tentang penyelenggaraan survei dan penegasan
batas wilayah antara Indonesia dan Malaysia, yang terdiri dari organisasi The Join Technical
Committee, penentuan area prioritas, prosedur survei, tahapan pelaksanaan, pembiayaan, dukungan
satuan pengamanan, logistik dan komunikasi, keimigrasian, dan ketentuan bea dan cukai.

Karena alasan yang kompleks itulah, Pasal 25A UUD NRI Tahun 1945 mengarahkan agar di buat
regulasi berupa undang-undang dalam menentukan batas wilayah. Undang -Undang ini dapat di
jadikan pedoman dalam mempertahankan kedaulatan Indonesia, memperjuangkan kepentingan
nasional dan keselamatan bangsa, memperkuat potensi, memberdayakan dan mengembangkan
sumber daya alam bagi kemakmuran seluruh bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai