Anda di halaman 1dari 10

Penyelesaian Sengketa Perbatasan di Wilayah Asia Tenggara: Perebutan

Wilayah Blok Ambalat antara Malaysia dan Indonesia


Abstrak
Pada Penelitian ini ingin dibahas mengenai permasalahan antara Malaysia
dan Indonesia terkait Wilayah Blok Ambalat. Permasalahan yang terjadi pada ke-
dua negara ini tak lain karena adanya masing-masing klaim atas kepemilikikan
wilayah pearairan Blok Ambalat ini. Sehingga bagaimana upaya yang dilakukan
Indonesia maupun Malaysia dalam penyelesaian sengketa di wilayah Blok
Ambalat perlu dijelaskan dalam ppenelitian ini. Konsep yang digunakan dalam
tulisan ini lebih mengacu pada teori Territorial Disputes dimana Territorial
Disputes dapat terjadi apabila perwakilan resmi dari suatu negara telah membuat
pernyataan eksplisit yang mengklaim kedaulatan atas wilayah tertentu yang telah
dikelola oleh negara lain. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
Metode Deskriptif. Akhir dari permasalahan ke-dua negara ini pada akhirnya
Kata – kata Kunci : Asia Tenggara, Konflik, Perbatasan, Sengketa.
Abstract
An area of sovereignty must have every national boundary, and not
infrequently these boundaries create conflict conflicts where both countries or
some countries claim each other for ownership of the territory. Therefore in this
study we will discuss the role of government or international organizations in
dealing with border conflicts that have long been debated in their member
countries. The concept used in this paper refers more to the concept of Foreign
Policy and International Law and the method used in this study is a Descriptive
Method.
Key Words: Southeast Asia, Border, Conflict, Disputes.

Pendahuluan
Batas-batas wilayah suatu negara menempati posisi yang penting dilihat
dari aspek geografis, hukum maupun politis. Secara geografis, batas wilayah
menandai luas wilayah suatu negara yang meliputi daratan, lautan dan udara yang
ada di atasnya. Secara hukum, batas wilayah negara menentukan ruang lingkup
berlakunya hukum nasional suatu negara, sedangkan secara politik batas wilayah
negara merupakan akhir dari jangkauan kekuasaan tertinggi suatu negara atas
wilayah dan segala sesuatu yang ada di dalam wilayah tersebut.Wilayah suatu
negara dipisahkan oleh batas wilayah negara lainnya dan berfungsi sebagai
pembatas daerah kedaulatan suatu negara. Pengenalan dan pemahaman batas
wilayah erat hubungannya dengan pelaksanaan pembangunan, kesejahteraan dan

1
pertahanan keamanan negara.1 Dalam konteks relasi dalam pergaulan
internasional batas-batas wilayah suatu negara memiliki peranan yang sangat
penting karena akan menentukan kedaulatan domestik suatu negara yang
berimplikasi pada tatanan hukum.2
Kawasan perbatasan negara merupakan manifestasi utama kedaulatan
wilayah suatu negara. Kawasan perbatasan suatu negara mempunyai peranan
penting dalam penentuan batas wilayah kedaulatan, pemanfaatan sumberdaya
alam, serta keamanan dan keutuhan wilayah. Masalah perbatasan memiliki
dimensi yang kompleks. Terdapat sejumlah faktor krusial yang terkait di
dalamnya seperti yurisdiksi dan kedaulatan negara, politik, sosial ekonomi, dan
pertahanan keamanan.3
Letak Indonesia yang berbatasan dengan negara-negara lain, baik secara
berbatasan langsung dengan laut maupun darat. Perbatasan pada wilayah perairan
dapat meliputi wilayah laut teritorial, zona tambahan maupun zona ekonomi
eksklusif. Negara yang berbatasan dengan Indonesia salah satunya adalah
Malaysia. Perbatasan antara wilayah Indonesia dengan wilayah Malaysia
berdampingan dengan Pulau Kalimantan, sedangkan yang berhadapan dipisahkan
dengan Selat Malakapun secara berdampingan, baik berbatasan dengan wilayah
darat maupun wilayah.
Indonesia dan Malaysia yang memiliki perbatasan wilayah secara
langsung ini tidak luput pula dari permasalahan teritori yang sering terjadi, salah
satunya adalah persengketaan yang terjadi di Blok Ambalat. Dimana Blok laut
seluas 15.235 kilometer persegi yang terltak di Selat Makassar tersebut
menyimpan potensi kekayaan laut yang luar biasa, terutama pada minyak.

1
Margaretha Hanita. 2006. “Strategi Pertahanan di Wilayah Perbatasan, Studi di Tiga Wilayah
Perbatasan: Papua, Timor dan Kalimantan”. Jurnal Aplikasi Kajian Stratejik ,1 (1): 77-94..
2
Rowton Simpson, S. Land Law and Registration, Surveyor Publications, London, 1984, hlm 126.
Dalam Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Peranan Badan Pertanahan Nasional
Dalam Penetapan Batas Wilayah, Makalah Disampaikan dalam Seminar Nasional peringatan
setengah abad Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada pada tanggal 26 Juni 2009, hlm. 1
3
Budi Hermawan Bangun. Konsepsi dan Pengelolahan Wilayah Perbatasan Negara : Perspektif
Hukum Internasional. Tanjungpura Law Journal, Vol. 1, Issue 1, January 2017: 52-63. ISSN Print:
2541-0482 | ISSN Online: 2541-0490. Open Access at: http://jurnal.untan.ac.id/index.php/tlj

2
Sehingga tidak heran apabilah ke-dua negara ini saling mempertahankan klaim
atas wilayah ini.4
Senada dengan itu Winardi mengemukakan : Pertentangan atau konflik
yang terjadi antara individu-individu atau kelompok-kelompok yang mempunyai
hubungan atau kepentingan yang sama atas suatu objek kepemilikan, yang
menimbulkan akibat hukum antara satu dengan yang lain. Persengketaan bisa
terjadi karena :5
1. Kesalahpahaman tentang suatu hal.
2. Salah satu pihak sengaja melanggar hak / kepentingan negara lain.
3. Dua negara berselisih pendirian tentang suatu hal.
4. Pelanggaran hukum / perjanjian internasional.
Rumusan Masalah
Bagaimana upaya yang dilakukan Indonesia maupun Malaysia dalam
penyelesaian sengketa di wilayah Blok Ambalat?

Landasan konseptual
Konsep ataupun teori yang digunakan dalam tulisan ini diambil dari
Territorial Desputes, dimana permasalahan Territorial Disputes dapat terjadi
apabila perwakilan resmi dari suatu negara telah membuat pernyataan eksplisit
yang mengklaim kedaulatan atas wilayah tertentu yang telah dikelola oleh negara
lain. Sejak tahun 1816 proyek Issue Correlates of War (ICOW) telah
mengidentifikasi lebih dari 800 perselisihan wilayah secara global. Territorial
Disputes dapat diselesaikan dengan baik apabila memiliki alat manajemen konflik
damai seperti arbitrasi dan ajudikasi melalui pengadilan internasional6

4
Anggi Kusumadewi, CNN Indonesia.2015. Sejarah Panjang Kemelut Indonesia-Malaysia di
Ambalat. Dapat diakses di https://m.cnnindonesia.com/nasional/20150617140454-20-
60584/sejarah-panjang-kemelut-indonesia-malaysia-di-ambalat
5
Ambalat, diakses melalui http://publikasi.umy.ac.id/files/journals/6/articles/1027/public/1027-
1135-1-PB.pdf h. 7 pada 17 Desember 2018
6
Sara Mitchell. Territorial Disputes. DOI: 10.1093/OBO/9780199743292-0178. Di tulis pada 23
Maret 2020. Dapat di akses pada https://www.oxfordbibliographies.com/view/document/obo-
9780199743292/obo-9780199743292-0178.xml

3
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan Metode
Deskriptif, metode deskriptif sendiri merupakan suatu metode penelitian yang
biasa digunakan dalam penelitian deskriptif dimana umumnya untuk
menggambarkan fenomena yang ada atau sedang terjadi. Penelitian deskriptif
sendiri sendiri menguraikan mengenai gejala sosial yang akan diteliti tanpa
embuat hubungan dan perbandingan dengan sejumlah variable lainnya. Adapun
tujuan metode ini ialah :
1. Mengumpulkan informasi actual secara terperinci yang melukiskan
gejala.
2. Mengidentifikasi masalah dan memeriksa praktik yang berlaku.
3. Menetapkan keputusan apabila oranglain menghadapi situasi yang
sama
Adapun lainnya yang harus diperhatikan juga merupakan syarat dalam penelitian
deskriptif ini yang diantaranya :
1. Peneliti harus memiliki sifat represif. Ia harus mencari,bukan menguji.
2. Peneliti harus memiliki kekuatan integrative.
3. Peneliti tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan variable.
Pembahasan
Sengeketa antara Malaysia dan Indonesia
Pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto ditetapkan adanya perjanjian
damai antara Indonesia dan Malaysia (11 Agustus 1966) yang menjadikan
hubungan kedua negara ini relatif normal. Namun, hal yang mendasari hubungan
Indonesia-Malaysia seringkali kembali memanas adalah karena munculnya
persoalan terkait sengketa perbatasan antar kedua negara.
Perebutan Sipadan dan Ligitan merupakan kasus yang paling sering
disoroti dalam permasalahan antara kedua negara ini. Dari kasus ini Indonesia
kalah dari Malaysia yang memenangkan kasus in pada tahun 2001 melaui
mekanisme Mahkamah Internasional. Namun tidak berhenti disini, kasus

4
persengketaan kedua ini berlanjut ketika sekali lagi Malaysia mengklaim blok
Ambalat pada tahun 2005 dan 2009.7
Sudah tercatat bahwa blok Ambalat merupakan bagian dari wilayah
Indonesia, tepatnya di Kalimantan Timur Indonesia. Yang telah tercantum pada
Perjanjian Tapal Batas Kontinental Indonesia - Malaysia tahun 1969 dan
Persetujuan Tapal batas Laut Indonesia dan Malaysia tahun 1970. Akan tetapi
masih saja ada klaim dari Malaysia yang menyatakan bahwa blok Ambalat adalah
milik negara Malaysia. Berikut adalah beberapa faktor mengapa Malaysia ingin
mendapatkan blok Ambalat.8
Menurut Hukum Internasional dalam penyelesaian sengketa Blok Ambalat
ini harus diselesaikan secara damai, hal ini dikareanakan dalam penyelesaian
sengketa perbatasan di wilayah perairan berbeda dan lebih sulit dibanding dengan
daratan ang lebih mudah dalam menentukan batas-batas wilayah. Agar tidak
berlarut-larut sengketa tersebut harus segera diselesaiakan demi menghindari
semakin sulitnya permasalahan ini terselesaikan.
Merujuk kepada analisa Jaleswari Pramodawardani (Bara dalam
Hubungan Indonesia-Malaysia, Metrotv news, 15 September 2010), Laporan
Utama meledaknya kasus batas wilayah antara Indonesia dan Malaysia, selain
dipicu ketidaktegasan pemerintah Indonesia mengenai batas wilayah juga
mencerminkan beberapa hal. 9
a. Minimnya pemahaman dan political will pemerintah serta para
pemangku kepentingan tentang kesadaran ruang dan kesadaran
garis batas wilayah negara.
b. Adanya kebijakan yang saling tumpang tindih, dan tidak
menjadikan laut dan perairan kita sebagai pemersatu bangsa dan
wilayah.

7
Tim Penulis. Update Indonesia : Tinjauan Bulanan Ekonomi, Hukum, Keamanan, Politik dan
Sosial. Volume V, No. 6 - Oktober 2010, ISSN 1979-1984. Hal. 2.
8
Elisa Putri Aningtyas. 2014. Makalah Hukum Internasional Konflik Blok Ambalat Antara
Indonesia dan Malaysia.
https://www.academia.edu/36382383/MAKALAH_HUKUM_INTERNASIONAL_KONFLIK_BLOK
9
Ibid, hal 3.

5
c. Kenyataan gangguan keamanan dan pelanggaran hukum di laut
masih terus berlangsung dari tahun ke tahun dan cenderung
meningkat baik kualitas maupun kuantitasnya, Namun persoalan
ini belum menjadi agenda prioritas dalam implementasi kebijakan
yang ada. Padahal Indonesia memiliki Deklarasi Juanda 13
Desember 1957 sebagai awal perjuangan Indonesia menyatukan
wilayahnya yang berhasil diakui secara internasional dalam
Konvensi PBB tentang Hukum Laut atau United Nations
Conventions on Law of The Sea (UNCLOS) 1982 yang diratifikasi
pada tahun 1985.
 Faktor-faktor penyebab timbulnya persengketaan
Adapun faktor-faktor penyebab timbulnya persengketaan Blok Ambalat
yaitu:
1) Masing-masing negara baik Indonesia maupun Malaysia mengklaim
bahwa blok perairan Ambalat adalah wilayah teritorial kedaulatan
negaranya.
2) Tidak adanya batas negara yang jelas dikawasan perairan Ambalat.
3) Tidak adanya kesepaktan antar kedua negara atas batas negara.
4) Adanya sumber daya alam yang melimpah, yang terkandung dalam
perut bumi dikawasan perairan Ambalat yaitu minyak dan gas bumi.
 Upaya yang Dapat dilakukan dalam Peneyelesaian Sengketa
Menurut Hukum Laut Internasional, Malaysia dan Indonesia telah
meratifikasi UNCLOS 1982 maka idealnya penyelesaian sengketa berdasarkan
pada UNCLOS 1982 bukan pada ketentuan yang berlaku sepihak. Menurut
UNCLOS, Pulau Borneo (yang padanya terdapat Indonesia, Malaysia dan Brunei
Darussalam) berhak atas laut teritorial, zona tambahan, ZEE dan landas kontinen.
Di sebelah timur Borneo, bisa ditentukan batas terluar laut teritorial yang berjarak
12 mil dari garis pangkal, kemudian garis berjarak 200 mil yang merupakan batas
ZEE demikian seterusnya untuk landas kontinen. Zona-zona yang terbentuk ini
dalah hak dari daratan Borneo. Maka secara sederhana bisa dikatakan bahwa yang
di bagian selatan adalah hak Indonesia dan di utara adalah hak Malaysia. Tentu

6
saja, dalam hal ini, perlu ditetapkan garis batas yang membagi kawasan perairan
tersebut.10
Berdasarkan permasalahan tersebut, cara damai seperti negosiasi telah
berulang kali dilakukan tetapi belum menemukan titik temu. Sejak isu Ambalat
muncul, negosiasi sudah dilakukan 14 kali secara bergantian di kedua negara.
Memang harus dipahami bahwa delimitasi batas maritim bukanlah sesuatu yang
mudah. Negosiasi batas maritim dengan Vietnam, misalnya, berlangsung selama
25 tahun sebelum berakhir tahun 2003. Sementara dengan Malaysia, perundingan
batas maritim sudah berlangsung sejak tahun 1960an dengan perjanjian pertama
ditandatangani tahun 1969. Pilihan memanfaatkan jalur negosiasi dipandang lebih
baik dibandingkan menyerahkan kepada pihak ketiga seperti ICJ. Pertama, kedua
belah pihak bisa memegang kendali penuh terhadap penyelesaian kasus dan tidak
menyerahkannya kepada pihak ketiga. Dengan demikian, semua kepentingan
masing-masing pihak dapat diperjuangkan dengan optimal. Kedua, penyelesaian
kasus melalui ICJ misalnya memakan waktu lama dan biaya yang tidak sedikit.
Kasus Sipadan dan Ligitan, misalnya menelan dana tidak kurang dari Rp. 16
miliar seperti yang dinyatakan oleh Mentri Luar Negeri Hassan Wirajuda.
Kenyataannya, Indonesia dan Malaysia memang bersepakat untuk
menyelesaiakan sengketa Ambalat ini melalui jalur negosiasi dan tidak akan
membawanya ke ICJ.11
Cara lain seperti mediasi (mediation) juga dapat ditempuh oleh Indonesia dan
Malaysia dalam menyelesaikan persengketaan mereka. Mediasi ini adalah cara
penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ketiga untuk ikut membantu
menyelesaikan persengketaan. Sejarah menyebutkan bahwa Indonesia pernah
menempuh cara ini dalam menyelesaikan sengketanya. Mediasi Komisi Tiga
Negara (Australia, Belgia dan USA) yang dibentuk PBB bulan Agustus 1997

10
Aziz Ikhsan Bakhtiar. Penyelesaian Sengketa Antara Indonesia dan Malayasia di Wilayah
Ambalat Menurut Hukum Internasional. https://media.neliti.com/media/publications/35678-ID-
penyelesaian-sengketa-antara-indonesia-dan-malaysia-diwilayah-ambalat-menurut-hu.pdf.
11
Bernama, Ambalat Case May Not Be Brought To International Court,
http://www.bernama.com/bernama, diakses 19 Desember 2018.

7
sangat efektif dalam rangka mencari penyelesaian sengketa antara Indonesia dan
Belanda, bahkan juga ikut membantu perumusan Perjanjian Renville12
Penyelesaian klaim Malaysia dalam sengketa Blok Ambalat antara Indonesia
dan Malaysia menurut Hukum Laut Internasional yaitu dengan memberikan
kebebasan bagi kedua negara untuk memilih prosedur yang diinginkan sepanjang
itu disepakati bersama. Dalam piagam PPB Pasal 33 (1) menyebutkan jika terjadi
persengketaan hendaknya diselesaikan dengan cara negotiation, enquiry, diation,
conciliation, arbitration, judicial settlement resort to regional agencies or
arranggements or other peaceful means on their own choice. Malaysia dan
Indonesia sepakat untuk metode negotiation atau perundingan diplomatis sebagai
langkah awal untuk menyelesaikan persengketaan mereka. Hal ini terlihat dari
pertemuan-pertemuan yang sudah dilakukan oleh perwakilan kedua negara.
Penyelesaian kasus batas maritim dapat dilakukan dengan negosiasi atau dengan
bantuan pihak ketiga. Sejauh ini Indonesia dan Malaysia memilih negosiasi
sebagai jalan penyelesaian sengketa.13
Langkah-langkah hukum yang dilakukan Indonesia dalam menghadapi klaim
Malaysia atas perbatasan wilayah Ambalat terdiri dari strategi diplomasi luar
negeri dan pengaturan perundang-undangan. Kementerian Luar negeri
menekankan pada soft diplomacy yaitu cara penyelesaian masalah secara halus
tetapi tetap mempertahankan misi dengan kuat tanpa merendahkan harga diri
bangsa Indonesia. Strategi yang dilakukan oleh TNI AL yaitu menggelar operasi
yang dikategorikan sebagai tindakan preventif (stabilitas keamanan dilaut,
melindungi sumber daya alam dari berbagai pencegahan) dan represif (tindakan).
Yang dapat dilakukan KKP sebagai badan yang mengatur mengenai pengelolaan
pulau-pulau Indonesia yaitu tertib administrasi pemerintahan dan memberikan
nama pada smeua pulau di Indonesia. Sedangkan pada Perundang-Undangan
Nasional dianggap masih perlu pengkajian lebih dalam dan perlunya perbaikan.14

12
Boer Mauna, Hukum Internasional (Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika
Global), Alumni, Bandung, 2008, hlm. 192
13
Op Cit, Aziz Ikhsan Bakhtiar.
14
Ibid.

8
Kesimpulan
Disini dapat disimpulkan bahwa dalam mengatasi masalah sengketa wilaya
tidaklah muda, harus terdapat kerjasama ataupun pembicaraan yang baik antara
kedua bela pihak yang mengalami masalah sengketa. Semuanya harus segera
diupayakan guna tidak menimbulkan permasalahan yang lain. Upaya bilateral
merupakan upaya pertama yang harus dilakukan oleh kedua belah pihak, jika
upaya ini tidak berhasil maka kedua belah pihak bisa meminta bantuan kepada
pihak ketiga atau organisasi internasional, namun meski begitu permasalahan
sengketa ini tidak serta merta dapat terselesaikan dengan cepat. Semuanya
kembali lagi pada pihak yang bersengketa. Hingga pada akhir jika permasalahan
sengketa ini masih belum juga menemukan titik ujungnya, maka masalah ini bisa
diajukan kepada Mahkamah Internasional, hal ini dapat dilakukan jika kedua
belah pihak sama-sama mau mengangkat isu ini ke Mahkamah Internasional.

Daftar Pustaka
2014., E. P. (2014). Makalah Hukum Internasional Konflik Blok Ambalat Antara Indonesia
dan Malaysia. Diambil kembali dari
https://www.academia.edu/36382383/MAKALAH_HUKUM_INTERNASIONAL_K
ONFLIK_BLOK

Bakhtiar, A. I. (t.thn.). Penyelesaian Sengketa Antara Indonesia dan Malayasia di


Wilayah Ambalat Menurut Hukum Internasional. Dipetik 2018, dari

9
https://media.neliti.com/media/publications/35678-ID-penyelesaian-sengketa-
antara-indonesia-dan-malaysia-diwilayah-ambalat-menurut-hu.pdf.

Bangun, B. H. (t.thn.). Konsepsi dan Pengelolahan Wilayah Perbatasan Negara :


Perspektif Hukum Internasional. Tanjungpura. Law Journal, Vol. 1, Issue 1,
January 2017: 52-63. ISSN Print: 2541-0482 | ISSN Online: 2541-0490. .

Bernama. (t.thn.). Ambalat Case May Not Be Brought To International Court. Dipetik
Desember 19, 2018, dari http://www.bernama.com/bernama

Hanita, M. (2006). “Strategi Pertahanan di Wilayah Perbatasan, Studi di Tiga Wilayah


Perbatasan: Papua, Timor dan Kalimantan”. Jurnal Aplikasi Kajian Stratejik , 1
(1): 77-94.

Kusumadewi, A. (2015, 06 17). Sejarah Panjang Kemelut Indonesia-Malaysia di Ambalat.


Diambil kembali dari CNN Indonesia:
https://m.cnnindonesia.com/nasional/20150617140454-20-60584/sejarah-
panjang-kemelut-indonesia-malaysia-di-ambalat

Mauna, B. (2008). Hukum Internasional (Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era
Dinamika Global). Bandung: Alumni.

Mitchell, S. (2016, 05 26). Territorial Disputes. Diambil kembali dari Oxford


Bibliographies. DOI: 10.1093/OBO/9780199743292-0178:
https://www.oxfordbibliographies.com/view/document/obo-
9780199743292/obo-9780199743292-0178.xml

Simpson, R. (2009). Dalam Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Peranan


Badan Pertanahan Nasional Dalam Penetapan Batas Wilayah. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.

Suwardi, S. S. (2006). Penyelesaian Sengketa Internasional . Jakarta: UI Press.

10

Anda mungkin juga menyukai