Anda di halaman 1dari 10

53

Upaya Penanganan Permasalahan Perbatasan


Upaya Penanganan Permasalahan Perbatasan Maritim Republik Indonesia

(Solving Problems of Indonesian Maritime Border)

MAHENDRA PUTRA KURNIA


Dosen Fakultas Hukum Universitas Mulawarman
Jln. Ki Hajar Dewantara Kampus Gunung Kelua Samarinda 75123
0541 – 7095092 / mp_sheva@yahoo.com

ABSTRACT

Like most maritime countries, Indonesia has some problems concerning the maritime
borders with its neighbouring states. As we know, Indonesia borders on 10 states, both on sea and
land. Until now, there are some problems of border, especially maritime borders which have not
yet been finished. If these problems are not immediately finished, they will generate problems in
the future. As a solution, Indonesian Government can try using a preventive and repressive means.
With both efforts, problems of border can be solved.

Key words: perbatasan laut (maritime border), preventif (preventive), represif (repressive).
PENDAHULUAN Negara Republik Indonesia adalah
negara pantai (coastal state) yang komponen
A. Latar Belakang Masalah wilayah nasionalnya terdiri atas daratan, lautan
Pembentukan suatu negara (perairan), dan ruang udara (air space),
diperlukan adanya beberapa unsur secara duapertiga dari keseluruhan wilayah Indonesia
kumulatif. Unsur-unsur tersebut adalah : (a) adalah berupa lautan, Indonesia bisa juga
Penduduk tetap; (b) Wilayah tertentu; (c) disebut sebagai negara kepulauan (archipelagic
Pemerintah; dan (d) Kemampuan untuk state), struktur pulau-pulaunya tersebar luas
melakukan hubungan-hubungan dengan dalam jumlah lebih dari 17.000 buah pulau
negara-negara lain. (J.G Starke, 2001; 127) kecil dan besar dengan garis pantai yang
Mengenai syarat (b), suatu wilayah tertentu panjangnya sekitar 81.000 km. Kurang lebih 6
bukan merupakan hal yang esensial untuk juta km2 wilayah Indonesia berupa laut yang
adanya negara dengan ketentuan bahwa sangat mempengaruhi iklim dan cuaca seluruh
terdapat pengakuan tertentu mengenai apa wilayah. Dipandang dari sifat alami, maka
yang dikarakteristikkan sebagai “ketetapan” lingkungan laut Indonesia memperlihatkan sifat
(consistency) dari wilayah terkait dan integral antara unsur laut (air) dan darat (tanah).
penduduknya, meskipun dalam kenyataannya Secara ekologis, hal ini merupakan dasar ilmiah
semua negara modern berada dalam batas- dan alami pula bagi konsep Wawasan
batas teritorial. Demikian pula dengan Nusantara sebagai perwujudan kesatuan
perubahan-perubahan yang terjadi, baik geografis, yang menjadi dasar kesatuan politis,
menambah atau mengurangi luasnya wilayah ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan
tertentu, tidak dengan sendirinya mengubah (M.Kusumaatmadja, 1978; 78).
identitas negara tersebut. Wilayah tersebut Sehubungan dengan wilayah suatu
juga tidak perlu merupakan kesatuan geografis; negara, hal ini menarik untuk dibahas secara
suatu negara mungkin terdiri dari beberapa ilmiah, dikarenakan aspek kewilayahan suatu
wilayah teritorial yang kurang berhubungan negara menyangkut kedaulatan dan hak
atau saling berjauhan satu sama lain. berdaulat suatu negara secara nyata terhadap
wilayah negaranya. Sewajarnya sebuah negara
Risalah Hukum, Edisi Nomor 3, Juni 2006 ISSN 0216-969X
54
Upaya Penanganan Permasalahan Perbatasan
pasti memiliki batas – batas sejauh mana 1. Belum adanya landasan hukum penetapan
sebuah negara berdaulat dan memiliki hak atau pengukuran batas-batas terluar
berdaulat terhadap wilayahnya. Hal ini bisa wilayah dan yurisdiksi negara di laut.
dilihat dari perbatasan wilayah sebuah negara 2. Belum didaftarkannya daftar koordinat
dengan negara lain, baik perbatasan darat goegrafis koordinat titik-titik pangkal pada
maupun laut. Sekretaris Jenderal PBB.
Wilayah perbatasan sebagai batas 3. Masih adanya garis-garis batas dengan
kedaulatan suatu negara secara universal negara tetangga yang bermasalah.
memiliki peran strategis dalam penentuan 4. Kurangnya kesadaran akan kesatuan
kebijakan pemerintah baik untuk kepentingan wilayah Indonesia sebagai satu negara
nasional maupun hubungan antar negera kepulauan.
(internasional). Negara Indonesia adalah Dalam kaitan dengan hal tersebut,
negara kepulauan yang diapit oleh dua benua khusus mengenai permasalahan perbatasan
dan dua samudra. Sehubungan dengan itu, antara negara tercatat antara lain (Etty
Indonesia berbatasan langsung baik darat R.Agoes, 2003; 11) :
maupun laut dengan beberapa negara 1. Secara yuridis belum ada pegangan dan
sekitarnya, antara lain berbatasan laut dengan pengaturan yang jelas dan menyeluruh.
Australia, Filipina, India, Malaysia, Palau, 2. Penyelesaian permasalahan yang timbul
Papua New Guinea, Singapura, Timor Leste, sangat tergantung pada pola untung rugi
Thailand, Vietnam. perbatasan darat meliputi serta bergantung pada kemampuan juru
negara-negara Malaysia, Papua New Guinea runding yang ditunjuk.
dan Timor Leste. Dengan banyaknya negara 3. Kondisi masyarakat wilayah perbatasan
yang berbatasan langsung, hal ini bisa yang masih sangat marginal, membuka
menimbulkan konflik perbatasan seperti pada peluang untuk dimanfaatkan oleh pihak
kasus sengketa Pulau Sipadan-Ligitan dan lain yang berkepentingan
sengketa Blok Ambalat. 4. Acuan-acuan teknis survey dan pemetaan
batas negara masih bersifat parsial,
Kondisi saat ini, pengelolaan batas
sehingga memerlukan koordinasi yang
wilayah negara baik batas di darat maupun di
panjang dan berbelit.
laut belum tuntas sepenuhnya. Berbagai faktor
5. Pemecahan masalah masih bersifat
tentunya menyebabkan penanganan perbatasan
insidensil dan situasional.
negara ini tidak mudah untuk bisa diatasi oleh
6. Banyaknya instansi yang bidang tugasnya
satu atau dua institusi saja, namun masih harus
bertalian erat dengan masalah perbatasan
dituntaskan secara lintas sektoral (interdep).
negara dan menyulitkan
Setiap negara mempunyai kewenangan untuk
pengintegrasiannya.
menetapkan sendiri batas-batas wilayahnya.
Namun mengingat batas terluar wilayah negara
B. Perumusan Masalah
senantiasa berbatasan dengan wilayah atau
Menghadapi permasalahan yang
perairan kedaulatan (yurisdiksi) otoritas negara
disebutkan diatas, Pemerintah Indonesia harus
lain, maka penetapan tersebut harus
segera melakukan upaya-upaya hukum untuk
memperhatikan kewenangan otoritas negara
melindungi dan mempertahankan wilayah
lain sehingga perlu ada suatu kerjasama (Juni
negara. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
Suburi, 2003).
mengkaji mengenai upaya – upaya apa sajakah
Permasalahan yang dihadapi
yang dapat ditempuh oleh Pemerintah Indonesia
Pemerintah Indonesia terkait dengan
dalam rangka penanganan permasalahan
penanganan masalahan perbatasan wilayah dan
perbatasan maritim (laut) Republik Indonesia ?
yurisdiksi antar negara di laut adalah (Etty
R.Agoes, 2003; 11) :
PEMBAHASAN
Risalah Hukum, Edisi Nomor 3, Juni 2006 ISSN 0216-969X
55
Upaya Penanganan Permasalahan Perbatasan
Sebelum membahas lebih dalam karena terletak didepan (front) suatu negara (N.
mengenai penanganan permasalahan Djaljoeni, 1990, 141).
perbatasan, perlu terlebih dahulu dikaji Dalam terminologi tentang masalah
mengenai definisi perbatasan negara. Dalam perbatasan ada suatu perbedaan yang ditetapkan
bahasa Inggris perbatasan sering disebut secara tegas antara perbatasan alamiah dan
dengan kata border, boundary atau frontier. buatan. Perbatasan alamiah terdiri atas gunung-
Perbatasan merupakan salah satu gunung, sungai-sungai, pesisir pantai, hutan-
manifestasi penting dalam suatu negara dan hutan, danau-danau dan gurun, dimana hal-hal
bukan hanya suatu garis imajiner diatas tersebut membagi wilayah dua negara atau
permukaan bumi, melainkan suatu garis yang lebih. Tetapi yang dipakai dalam pengertian
memisahkan satu daerah dengan daerah politis, istilah perbatasan alamiah memiliki
lainnya (J.G. Starke, 1972; 95). suatu arti yang jauh lebih penting. Perbatasan
Martin I. Glassner memberikan alamiah menunjukkan garis yang ditentukan
pengertian perbatasan baik boundary maupun oleh alam, sampai garis mana suatu negara
frontier. Boundary tampak pada peta sebagai dianggap diperluas atau dibatasi dari, atau
garis-garis tipis yang menandai batas sebagai perlindungan terhadap negara lain.
kedaulatan suatu negara. Sebenarnya boundary Perbatasan-perbatasan buatan terdiri dari baik
bukan sebuah garis, melainkan sebuah bidang tanda-tanda yang ditujukan untuk mengindikasi
tegak lurus yang memotong melalui udara, garis perbatasan imajiner, atau paralel dengan
tanah dan lapisan bawah tanah dari dua negara garis bujur atau garis lintang (J.G Starke, 1972;
berdekatan. Bidang ini tampak pada 246 – 247).
permukaan bumi karena memotong permukaan Dari uraian diatas, walaupun terdapat
dan ditandai pada tempat-tempat yang perbedaan pendapat mengenai definisi dari
dilewati. Pemotongan lapisan bawah tanah boundary dan frontier, tetapi dapat diambil inti
menandai batas operasi penambangan lapisan sarinya. Boundary menunjukkan garis yang
biji dari dua negara berdekatan, sedangkan menandai batas terluar dari sebuah negara.
lapisan udara menandai batas yang menjaga Garis ini berfungsi sebagai batas negara.
dengan hati-hati ruang udara mereka. Sedangkan frontier atau border menunjukkan
Sedangkan frontier digambarkan sebagai daerah yang membatasi wilayah kedaulatan
daerah geografi politik dan kedalamnya suatu negara yang berfungsi sebagai pemisah
perluasan negara dapat dilakukan. Frontier kedua negara tersebut. Perbatasan dari suatu
merupakan sebuah daerah, walau tidak selalu negara tersebut berbentuk perbatasan alami dan
daerah yang memisahkan dua negara atau lebih perbatasan buatan.
(Martin I Glassner, 1993, 73 – 75). Setelah membahas definisi perbatasan,
A.E. Moodie menyatakan bahwa selanjutnya penting juga untuk dibahas
boundary adalah garis-garis yang mengenai bentuk kebijakan negara untuk
mendemarkasikan batas terluar dari suatu mempertahankan wilayahnya. Hukum
negara. Dinamakan boundary karena berfungsi internasional memberikan hak dan kewenangan
mengikat (bound) suatu unit politik. sepenuhnya untuk mengatur masalah dalam
Sedangkan frontier mewujudkan jalur-jalur negerinya sendiri, tegasnya hal-hal yang ada
(zona) dengan lebar beraneka yang atau terjadi di dalam batas-batas wilayahnya. (I
memisahkan dua wilayah berbeda negara. Wayan Parthiana, 1990; 317) Kebijakan negara
Pengaturan perbatasan harus ada supaya tidak berhubungan langsung dengan kedaulatan suatu
timbul kekalutan, karena perbatasan negara, karena kedaulatan ialah kekuasaan
merupakan tempat berakhirnya fungsi tertinggi yang dimiliki oleh suatu negara untuk
kedaulatan suatu negara dan berlakunya secara bebas melakukan berbagai kegiatan
kedaulatan negara lain. Dinamakan frontier sesuai kepentingannya, asal kegiatan tersebut
tidak bertentangan dengan hukum internasional.
Risalah Hukum, Edisi Nomor 3, Juni 2006 ISSN 0216-969X
56
Upaya Penanganan Permasalahan Perbatasan
(Boer Mauna, 2000; 24) Dan kebijakan pemerintah, deklarasi, dekrit kepala negara dan
termasuk didalamnya. lain-lain. Sedangkan bentuk utama transaksi
Boer Mauna (2000; 24) juga antar negara yang bersifat binasional atau multi
menyebutkan bahwa kedaulatan memiliki tiga nasional adalah perjanjian internasional.
aspek utama, yaitu: Starke juga berpendapat bahwa salah
a. Aspek ekstern kedaulatan; yaitu hak bagi satu syarat yang harus dimiliki oleh negara
setiap negara untuk secara bebas sebagai pribadi adalah kemampuan untuk
menentukan hubungannya dengan melakukan hubungan-hubungan dengan negara
berbagai negara atau kelompok-kelompok lain (J.G Starke, 2001; 133). Hal ini juga
lain tanpa kekangan, tekanan atau didukung oleh konsep Politik Luar Negeri
pengawasan dari negara lain. Indonesia yang tercantum dalam Pasal 1 ayat 2
b. Aspek intern kedaulatan; yaitu hak atau Undang-undang Nomor 37 tahun 1999 tentang
wewenang ekslusif suatu negara untuk Hubungan Luar Negeri, yang menyatakan:
menentukan bentuk lembaga-lembaganya, “Politik Luar Negeri adalah kebijakan, sikap,
cara kerja lembaga-lembaga tersebut dan dan langkah Pemerintah Republik Indonesia
hak untuk membuat undang-undang yang yang diambil dalam melakukan hubungan
diinginkannya serta tindakan-tindakan dengan negara lain, organisasi internasional,
untuk mematuhi. dan subyek hukum internasional lainnya dalam
c. Aspek teritorial kedaulatan; berarti rangka menghadapi masalah internasional guna
kekuasaan penuh dan ekslusif yang mencapai tujuan nasional”
dimiliki oleh negara-negara atas individu- Dari uraian diatas maka dapat
individu dan benda-benda yang terdapat di disimpulkan, kebijakan Republik Indonesia ada
wilayah tersebut. yang berbentuk kebijakan unilateral, dengan
Aspek ekstern bisa dikatakan sebagai pengertian kebijakan unilateral dibuat oleh
kebijakan atau tindakan pemerintah yang Pemerintah Republik Indonesia sendiri dan
bersifat bilateral (dua negara) atau multilateral untuk kepentingan ke dalam (intern) bangsa
(lebih dari dua negara), sedangkan aspek intern Indonesia, dan kebijakan yang berbentuk
merupakan kebijakan atau tindakan pemerintah kebijakan bilateral dengan pengertian dibuat
yang bersifat unilateral (sepihak atau 1 negara oleh dua negara untuk kepentingan kedua
saja ). negara tersebut, serta kebijakan multilateral
Dalam kepustakaan dan praktek dengan pengertian dibuat oleh lebih dari dua
internasional dikenal adanya dua strategi dasar negara untuk kepentingan yang terlibat.
yang dapat ditempuh oleh sesuatu negara Termasuk juga didalamnya kebijakan-kebijakan
dengan mana ia berusaha menjamin Pemerintah Republik Indonesia dalam
kepentingan nasional masing-masing negara, mempertahankan wilayahnya.
melalui unilateral actions dan actions in Adapun upaya hukum yang bisa
combination with and through colaboration dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam
with other states. Strategi dasar yang disebut penanganan permasalahan perbatasan maritime
pertama, adalah aktivitas negara tertentu yang berupa upaya hukum preventif dan represif.
didalam hukum internasional dikenal sebagai
tindakan yang bersifat sepihak (unilateral). A. Upaya Preventif
Sedangkan yang disebut terakhir dapat berupa Pemerintah Indonesia sejauh ini telah
tindakan-tindakan yang dilakukan bersama- banyak melakukan upaya-upaya preventif guna
sama dengan dua negara saja (binasional) atau melindungi dan mempertahankan wilayah
lebih dari dua negara (multi nasional). negara, khususnya yang berhubungan dengan
Wujud nyata dari aktivitas-aktivitas perbatasan negara.
yang bersifat unilateral dapat berupa
perundang-undangan, pengumuman
Risalah Hukum, Edisi Nomor 3, Juni 2006 ISSN 0216-969X
57
Upaya Penanganan Permasalahan Perbatasan
Sejak United Nations Convention on Undang-undang Nomor 32 Tahun
the Law of The Sea 1982 (UNCLOS 1982) 2004 tentang Pemerintahan Daerah diharapkan
ditetapkan sebagai pengaturan hukum laut juga bisa membantu melindungi dan
internasional, yang mana dalam konvensi mempertahankan wilayah negara. Undang-
tersebut, konsep kewilayahan Indonesia yang undang ini dalam Pasal 18 memberikan
mengatur tentang negara kepulauan, kewenangan kepada daerah (yang memiliki
mendapatkan pengakuan dari dunia wilayah laut) untuk mengelola wilayah laut
internasional. Berkenaan dengan itu, (sumber daya). Kewenangan tersebut meliputi
Pemerintah Indonesia meratifikasi Konvensi :
PBB tentang Hukum Laut 1982 dengan a. Explorasi, exploitasi, konservasi dan
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 pengelolaan kekayaan laut ;
tahun 1985 tentang Pengesahan atas UNCLOS. b. Pengaturan administratif ;
Dengan dasar itu pula, Indonesia sebagai c. Pengaturan tata ruang ;
negara kepulauan berhak untuk menetapkan d. Penegakan hukum terhadap peraturan yang
batas-batas terluar dari berbagai zona maritim. dikeluarkan oleh daerah atau yang
Menindaklanjuti Undang- Undang dilimpahkan kewenangannya oleh
nomor 17 tahun 1985 tentang Pengesahan Pemerintah ;
UNCLOS dan sebagai pengganti UU No. 4 e. Ikut serta dalam pemeliharaan keamanan ;
PRP. 1960, Pemerintah Indonesia kembali dan
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 6 tahun f. Ikut serta dalam pertahanan kedaulatan
1996 tentang Perairan Indonesia. Undang- negara.
undang ini dibuat dengan maksud untuk Termasuk didalamnya, jarak wilayah
mempertegas batas-batas terluar (outer limit) laut, teknis pengelolaan antar daerah dan
kedaulatan dan yurisdiksi Indonesia di laut dan kewenangan daerah untuk mengelola pulau-
memberikan dasar yuridis dalam penetapan pulau di wilayahnya serta kepastian dalam
garis batas dengan negara-negara tetangga. pengelolaan sumberdaya alam yang ada.
UU Nomor 6 tahun 1996 dilengkapi Selain itu, sebagai upaya preventif
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun agar kasus Sipadan-Ligitan tidak terulang lagi,
1998 tentang Daftar Koordinat Geografis maka Pemerintah Indonesia perlu untuk
Titik-titik Pangkal Kepulauan Indonesia memberi perhatian kepada pulau-pulau yang
disekitar Kepulauan Natuna, yang kemudian menjadi titik terluar perbatasan negara. Bentuk
dicabut dan digantikan dengan Peraturan perhatian itu bisa diwujudkan dengan
Pemerintah Nomor 38 tahun 2002 tentang melakukan pembangunan, pengelolaan dan
Daftar Koordinat Geografis Titik-Titik Garis pengembangan kawasan tersebut. Karena
Pangkal Kepulauan Indonesia. Akan tetapi selama ini keadaan pulau-pulau tersebut tidak
Peraturan Pemerintah perlu segera diadakan terjangkau oleh pembangunan yang dilakukan
perubahan, karena memasukkan Pulau Sipadan oleh Pemerintah Indonesia, keadaan itu bisa
dan Pulau Ligitan sebagai titik-titik pangkal. dimanfaatkan oleh pihak-pihak lain yang
Padahal sebagaimana kita ketahui bersama, berupaya untuk menguasai pulau tersebut.
kedua pulau tersebut telah menjadi milik Pengelolaan pulau – pulau kecil terluar perlu
Malaysia berdasarkan putusan Mahkamah dilakukan dengan tujuan (Kartiko Purnomo,
Internasional 17 Desember 2002. Ditambahkan 2006; 3) :
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 1. Menjaga keutuhan wilayah Negara
2002 tentang Hak dan Kewajiban Kapal dan Kesatuan Republik Indonesia, keamanan
Pesawat Udara Asing Dalam Melaksanakan nasional, pertahanan negara dan bangsa
Hak Lintas Alur Laut Kepulauan Melalui Alur serta menciptakan stabilitas kawasan;
Laut Kepulauan Indonesia. 2. Memanfaatkan sumberdaya alam dalam
rangka pembangunan yang berkelanjutan;
Risalah Hukum, Edisi Nomor 3, Juni 2006 ISSN 0216-969X
58
Upaya Penanganan Permasalahan Perbatasan
3. Memberdayakan masyarakat dalam terluar harus memenuhi semua kriteriua
rangka peningkatan kesejahteraan. pembangunan berkelanjutan yakni secara
Serta tidak lupa untuk meningkatkan ekonomi efisien dan optimal (economically
kesejahteraan masyarakat di kawasan pulau sound), secara sosial budaya berkeadilan dan
perbatasan yang sudah berpenghuni, sehingga dapat diterima (socio-culturally accepted and
secara sosial psikologis ada bukti kepemilikan just), secara ekologis tidak melampaui daya
nyata dari Pemerintah Indonesia. dukung lingkungan (environmentally friendly).
Pengawasan terhadap kawasan Kebijakan tersebut juga harus berorientasi
perbatasan juga perlu ditingkatkan, agar situasi kepada kepentingan umum, bukan kepentingan
dan kondisi kawasan perbatasan dapat selalu perorangan atau golongan, apalagi untuk
diketahui yang berguna untuk menentukan kepentingan pejabat birokrasi (Kartiko
kebijakan atau langkah-langkah selanjutnya Purnomo, 2006; 8).
yang perlu diambil terhadap kawasan Untuk memenuhi kebutuhan tersebut
perbatasan tersebut. diatas maka sebagai upaya preventif (antisipasi)
Mengenai peraturan pelaksanaan awal terhadap ancaman yang mungkin terjadi
yang perlu ditindaklanjuti sebagai upaya terhadap kedaulatan negara pada tanggal 29
preventif dari Undang-undang nomor 17 tahun Desember 2005 telah dikeluarkan Peraturan
1985 yang merupakan ratifikasi dari Konvensi Presiden Nomor 78 Tahun 2005 tentang
Hukum Laut 1982 adalah pada Bab II tentang Pengelolaan Pulau – pulau Kecil Terluar.
Laut Teritorial dan Zona Tambahan, karena Pemanfaatan kecanggihan teknologi
bab tersebut bisa dijadikan dasar yuridis bagi juga bisa dijadikan salah satu upaya preventif.
Pemerintah Indonesia untuk menentukan Selama ini untuk memantau kondisi wilayah
perbatasan wilayah antar negara. Hal ini perbatasan atau pulau – pulau terluar
dikuatkan lagi dengan diterimanya konsep menggunakan satelit. Baru – baru ini
negara kepulauan oleh konvensi yang dikembangkan sebuah teknologi alternatif
dituangkan dalam Bab IV tentang Negara selain satelit untuk membantu pengawasan
Kepulauan. Sebagai negara kepulauan, hal ini wilayah perbatasan, Institut Teknologi Bandung
bisa dijadikan sebagai dasar yuridis bagi (ITB) mengembangkan sejenis pesawat udara
Pemerintah Indonesia untuk menarik titik garis mata-mata tanpa awak (UAV). Berdasarkan
pangkal lurus kepulauan yang menghubungkan keterangan, pesawat ini mempunyai beberapa
titik-titik terluar pulau-pulau dan karang kering kelebihan antara lain ketepatan dan kecepatan
kepulauan itu seperti yang diatur dalam pasal pengiriman data atau gambar lokasi yang
47 Konvensi Hukum Laut 1982. diinginkan, biaya lebih murah dan beberapa
Peraturan-peraturan yang bersifat kelebihan lainnya. Dijelaskan lebih lanjut,
pengelolaan, pengembangan dan perlindungan bahwa pesawat tanpa awak yang telah diuji
kawasan laut juga perlu ditindaklanjuti, karena coba di Sungai Citarum dan perairan Tanjung
bisa mendatangkan keuntungan secara Naga ini dapat membantu pengawasan dan
ekonomi bagi Indonesia. Peraturan mengenai patroli laut di perairan dan memantau kondisi
hak-hak dan kewajiban negara pantai terhadap pulau-pulau kecil atau pulau-pulau terluar.
segala sesuatu yang terjadi di wilayah laut Menarik pula untuk dikaji sebagai
teritorialnya atau laut bebas merupakan dasar salah satu upaya untuk mempertahankan
yuridis bagi negara pantai untuk mengambil wilayah. Adalah seperti yang termakna didalam
tindakan-tindakan yang dirasa perlu untuk buku yang ditulis oleh M.Dimyati Hartono,
melindungi kedaulatan negara. Hal yang perlu pada Bab IV beliau menuliskan “belajar dari
diperhatikan dalam merumuskan kebijakan kesalahan masa lalu dalam menyongsong masa
atau peraturan mengenai pengelolaan, depan, perlu ada ‘reorientasi’ atas
pengembangan dan perlindungan kawasan laut, pembangunan yang dijalankan. Bila pada masa
khususnya yang menyangkut pulau – pulau lalu orientasi diarahkan kepada daratan,
Risalah Hukum, Edisi Nomor 3, Juni 2006 ISSN 0216-969X
59
Upaya Penanganan Permasalahan Perbatasan
sedangkan negara kita adalah Negara
Kepulauan yang dilingkari oleh lautan, maka B. Upaya Represif
perubahan orientasi tidak dari land base Pada prakteknya, upaya represif
oriented menjadi sea base oriented, karena dilakukan setelah muncul suatu permasalahan.
perubahan orientasi demikian juga dapat Sebagai negara yang dikelilingi oleh beberapa
menimbulkan kesenjangan diantara masing- negara yang berbatasan secara langsung, baik
masing dimensi wilayah. Tetapi reorientasi darat atau laut, sudah pasti terdapat beberapa
pembangunan tersebut adalah dari land base permasalahan yang berhubungan dengan
oriented menjadi archipelagic base oriented, perbatasan wilayah, seperti yang telah
berorientasi ke Negara Kepulauan, yang disebutkan sebelumnya.
menjadi comparative advantage dan Dalam rangka menangani hal tersebut,
competitive advantage bagi NKRI. Dengan Pemerintah Indonesia melakukan upaya yang
demikian maka seluruh dimensi wilayah NKRI lazim disebut dengan border diplomacy. Border
yang berupa darat, laut dan udara mendapat diplomacy bisa diartikan sebagai pelaksanaan
perhatian dalam perencanaan dan pelaksanaan politik luar negeri dalam rangka penanganan
pembangunan secara proporsional dan masalah perbatasan yang mencakup penetapan
fungsional (Dimyati Hartono, 2005; 24). batas wilayah negara darat – laut serta
Membaca konsep perubahan orientasi pengelolaan berbagai masalah perbatasan yang
yang diajukan oleh Dimyati Hartono diatas, berdimensi internasional (Arif Havas
maka dapat kita lihat bahwa sejarah bangsa Oegroseno, 2006, 13).
Indonesia yang dahulu terkenal dengan sebutan Adapun border diplomacy ini
negara maritim atau negara bahari perlu untuk mempunyai 3 elemen utama, yaitu (disarikan
“dibangkitkan” kembali untuk menuju negara dari Arif Havas Oegroseno, 2006; 14 – 15) :
maritim yang besar dan kuat. Perubahan 1. Dengan persetujuan (by agreement) :
orientasi ini ada benarnya, karena selama ini dilakukan melalui negosiasi, yang mana
pembangunan di Indonesia difokuskan di negosiasi adalah sebuah kewajiban hukum
daratan, masih lekat dalam ingatan kita bahwa yang diatur dalam hukum nasional dan
dasar putusan Mahkamah Internasional dalam hukum internasional serta dalam hal ini
sengketa kepemilikan Pulau Sipadan-Ligitan perang bukan sebuah opsi.
dengan Malaysia.adalah karena asas 2. Berdasarkan hukum internasional :
efektifitas, hal ini dikarenakan Malaysia maksudnya adalah bahwa dalam border
secara efektif melakukan penguasaan terhadap diplomacy hukum internasional dijadikan
Pulau Sipadan-Ligitan. Hal ini mencerminkan sebagai dasar dalam penetapan perbatasan.
bahwa Pemerintah Indonesia terfokus pada Hukum internasional ini dapat berupa
pembangunan wilayah daratan sehingga konvensi – konvensi yang relevan, putusan
kurang memperhatikan kondisi pulau-pulau hakim, putusan arbitrasi dan opinio juris.
terluar, oleh karena itulah Dimyati Hartono 3. Mencapai “equitable result” : maksudnya
dalam bukunya memberikan sebuah konsep adalah bahwa hasil penetapan perbatasan
pembangunan archipelagic base oriented akan memberikan dampak just, impartial
dengan tujuan agar semua dimensi wilayah and fair.
(darat, laut dan udara) mendapatkan perhatian Untuk saat ini, Indonesia telah
yang sama khususnya untuk wilayah laut yang mempunyai 15 instrumen hukum atau
memiliki faktor vital sebagai bagi pertahanan perjanjian perbatasan maritim dengan negara
dan keamanan untuk menjaga integritas tetangga (2 belum berlaku karena belum
nasional Indonesia sebagai Negara Kepulauan diratifikasi). Di sisi lain, Indonesia masih
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki beberapa “pekerjaan rumah”
merdeka dan berdaulat. penentuan batas maritim dengan beberapa
negara tetangga, seperti misalnya batas laut
Risalah Hukum, Edisi Nomor 3, Juni 2006 ISSN 0216-969X
60
Upaya Penanganan Permasalahan Perbatasan
teritorial di Laut Sulawesi dengan Malaysia, 4. Batas Landas Kontinen, ditangani oleh : Sub
batas laut teritorial di Selat Singapura dengan Komisi Teknis Batas Landas Kontinen,
Malaysia dan Singapura, batas Zona Ekonomi dikoordinasikan oleh Departemen Energi dan
Ekslusif dan Landas Kontinen di Laut Sumberdaya Mineral Republik Indonesia.
Sulawesi dengan Malaysia dan Filipina serta Upaya represif ini dimaksudkan untuk
beberapa batas maritim lainnya. menyelesaikan permasalahan perbatasan dengan
Melihat kenyataan bahwa belum negara tetangga, yang tentunya penyelesaian
semua masalah perbatasan terselesaikan, sengketa tetap dalam jalur perdamaian.
Pemerintah Indonesia membentuk lembaga- Diharapkan lembaga-lembaga yang telah
lembaga khusus untuk menangani dibentuk dapat melaksanakan tugasnya dengan
permasalahan yang timbul. Lembaga-lembaga baik, dalam rangka menegakkan kedaulatan
itu antara lain (Etty R. Agoes, 2003;11): negara dan mempertahankan wilayah negara
1. Perbatasan Indonesia-Malaysia, ditangani Republik Indonesia. Serta lembaga-lembaga
oleh tiga lembaga, yaitu : tersebut tetap untuk menempuh upaya
a) General Border Committee (GBC) penyelesaian secara politis dan tidak tergesa-
Republik Indonesia-Malaysia, gesa untuk menempuh penyelesaian secara
dikoordinasikan oleh MABES TNI. yurisdiksional. Mengenai efektifitas dari
b) Joint Commission Meeting (JCM) lembaga-lembaga yang telah dibentuk, dapat
Republik Indonesia-Malaysia, kita katakan bahwa mereka telah melaksanakan
dikoordinasikan oleh Departemen Luar tugasnya dengan baik, hal ini terbukti dari
Negeri. aktifnya mereka menggelar perundingan-
c) Sub Komisi Teknis Survey dan perundingan diplomatik dengan negara-negara
Demarkasi (untuk batas darat Republik tetangga dalam rangka mencari penyelesaian
Indonesia-Malaysia), dikoordinasikan terhadap garis batas wilayah yang belum jelas.
oleh Departemen Dalam Negeri. Aktivitas lembaga-lembaga tersebut akan
2. Perbatasan Indonesia-Papua Nugini, bertambah lancar dengan dikeluarkannya
ditangani dua lembaga, yaitu : Undang-Undang Nomor 6 tahun 1996 tentang
a) Joint Border Committee (JBC) Perairan Indonesia yang dilengkapi Peraturan
Republik Indonesia-Papua New Pemerintah Nomor 38 tahun 2002 tentang
Guinea, dikoordinasikan oleh Daftar Koordinat Geografis Titik-Titik Garis
Departemen Dalam Negeri. Pangkal Kepulauan Indonesia, yang bisa
b) Sub Komisi teknis Survey Penegasan digunakan sebagai dasar yuridis untuk
dan Penetapan batas Republik menentukan garis batas wilayah negara
Indonesia-Papua New Guinea, Indonesia.
dikoordinasikan oleh MABES TNI.
3. Perbatasan Indonesia-Timor Leste, PENUTUP
ditangani oleh dua lembaga, yaitu :
a) Joint Border Committee (JBC) A. Kesimpulan
Republik Indonesia-Republik Berdasarkan uraian terhadap upaya
Demokratik Timor Leste, Pemerintah Republik Indonesia dalam
dikoordinasikan oleh Departemen mempertahankan wilayah negaranya serta
Dalam Negeri. upaya Pemerintah Indonesia untuk
b) Sub Komisi Teknis Border mempertahankan wilayah di masa sekarang dan
Demarcation and Regulation Republik mendatang, maka kesimpulan yang dapat
Indonesia- Republik Demokratik Timor diambil adalah Upaya hukum yang dilakukan
Leste, dikoordinasikan oleh MABES Pemerintah Indonesia dalam mempertahankan
TNI dan BAKORSURTANAL. wilayah di masa sekarang dan masa mendatang
adalah dengan upaya preventif dan upaya
Risalah Hukum, Edisi Nomor 3, Juni 2006 ISSN 0216-969X
61
Upaya Penanganan Permasalahan Perbatasan
represif. Dengan kedua upaya itu, diharapkan dilakukan dengan metode border
agar Indonesia bisa menyelesaikan masalah diplomacy dan apabila terjadi
perbatasan dengan beberapa negara tetangga. sengketa maka hendaknya tetap dalam
jalur penyelesaian sengketa secara
B. Saran damai dan diusahakan tetap
Mengingat Indonesia masih memiliki menggunakan upaya penyelesaian
beberapa permasalahan dengan negara sengketa secara non-yurisdiksional
tetangga yang berkaitan dengan perbatasan untuk melindungi kedaulatan negara.
negara, saran yang dapat diberikan agar
kejadian serupa tidak terjadi di masa DAFTAR PUSTAKA
mendatang antara lain :
1. Perlu segera dibuat peraturan A. Literatur
kewilayahan yang jelas dan bersifat Agoes, Etty, R., 2003, Makalah: Batas
menyeluruh baik wilayah darat, udara Wilayah Laut Ditinjau Dari Segi
maupun laut, termasuk peraturan Hukum dan Kelembagaan.
mengenai penetapan batas wilayah
dan segera merevisi Peraturan Djaljoeni, N, 1990, Dasar-dasar Geografi,
Pemerintah Nomor 38 tahun 2002 Citra Aditya Bakti, Bandung.
tentang Daftar Koordinat Geografis
Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Glassner, Martin, I, 1993, Political
Indonesia (karena memasukkan Pulau Geography, John Wiley & Sons inc.,
Sipadan dan Pulau Ligitan). Hal New York.
tersebut perlu dilaporkan pada PBB,
agar diketahui oleh dunia Hartono, Dimyati, 2005, Pola dan Rencana
internasional. Disamping itu, Pembangunan Negara Kesatuan
diperlukan langkah untuk melakukan Republik Indonesia (Polenbang
inventarisasi dan memberikan nama NKRI) - Zaman Restorasi - Menuju :
resmi terhadap pulau-pulau yang Negara Maritim Yang Besar Dan
berada dalam wilayah Indonesia, Kuat Di Dunia, Lembaga Ekonomi
untuk kemudian dikodifikasi dan Tanah Air, Jakarta.
dipublikasikan secara resmi yang
berguna sebagai pedoman bagi pakar Kusumaatmadja, Mochtar, 1978, Bunga
sosial-ekonomi, statistik, petugas Rampai Hukum Laut, Bina Cipta,
sensus, perencana, pembuat peta serta Jakarta.
masyarakat nasional dan
internasional.
2. Pemerintah Indonesia agar lebih
memperhatikan keadaan pulau-pulau
terluar yang menjadi titik pangkal
batas wilayah, dengan melaksanakan Mauna, Boer, 2000, Hukum Internasional:
pembangunan, pengelolaan, dan Pengertian, Peranan dan Fungsi
pengawasan di wilayah tersebut serta Dalam Era Dinamika
memperhatikan keamanan dan Global, Alumni, , Bandung.
kesejahteraan masyarakat wilayah
perbatasan. ---------------, 2005, Hukum Internasional:
3. Penyelesaian masalah perbatasan Pengertian, Peranan dan Fungsi
yang sekarang terjadi dengan Dalam Era Dinamika Global Edisi
beberapa negara tetangga, tetap Ke-2, Alumni, , Bandung.
Risalah Hukum, Edisi Nomor 3, Juni 2006 ISSN 0216-969X
62
Upaya Penanganan Permasalahan Perbatasan

Purnomo, Kartiko, 2006, Makalah :


Kebijaksanaan Pengelolaan Pulau-
pulau Kecil Terluar Dan
Permasalahnnya. Departemen
Dalam Negeri RI.

Starke, J.G, 1972, Pengantar Hukum


Internasional, Sinar Grafika,
Bandung,

________, 2001, Pengantar Hukum


Internasional I edisi kesepuluh, Sinar
Grafika, Jakarta.

________, 2000, Pengantar Hukum


Internasional II edisi kesepuluh, Sinar
Grafika, Jakarta.

Oegroseno, Arif Havas, 2006. Makalah :


Kebijakan Dasar Indonesia Dalam
Penetapan Perbatasan Maritim,
Departemen Luar Negeri RI.

B. Peraturan Perundang - undangan

Undang-undang Nomor 37 tahun 1999 tentang


Hubungan Luar Negeri

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004


tentang Pemerintahan Daerah.

C. Lain - lain
www.deplu.go.id.

www.dephan.go.id.

www.depdagri.go.id

www.tniad.go.id

Risalah Hukum, Edisi Nomor 3, Juni 2006 ISSN 0216-969X

Anda mungkin juga menyukai