Disusun oleh :
Tim Program Pascasarjana Universitas Mulawarman
Samarinda
Ketua
KS. Perencanaan Pengembangan Wilayah
Sekolah Pascasarjana Universitas Mulawarman
Latar Belakang
Sebagai negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, yaitu sepanjang 81.900 km,
Indonesia dihadapkan dengan masalah perbatasan yang kompleks. Bila secara internal tantangan
dan masalah yang dihadapi Indonesia lebih bersifat struktural-administratif, secara eksternal
tantangan dan masalah yang dihadapi berkaitan dengan kemampuan Indonesia dalam mengatasi
persoalan delimitasi, delineasi, demarkasi dan ancaman-ancaman non-tradisional baru, serta
kemampuan Indonesia dalam beradaptasi dan berinteraksi dengan negara-negera tetangga.
Sebagai Negara kepulauan, secara geografis Indonesia terletak di antara dua benua, yaitu Benua
Asia dan Benua Australia, dan dua samudera, yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.
Dengan letak tersebut, Indonesia memiliki posisi yang strategis dalam geopolitik dan
geoekonomi regional dan global. Posisi ini di satu sisi memberikan peluang yang besar bagi
Indonesia, namun di sisi lain juga memberikan berbagai tantangan dan ancaman. Indonesia
dengan wilayah kepulauan yang terdiri atas 17 ribu pulau dengan luas wilayah perairan mencapai
5,8 juta km2 memiliki kerentanan yang besar dalam masalah teritori/perbatasan.
Secara garis besar isu strategis dalam pengelolaan perbatasan dikelompokkan dalam :
a. Isu strategis pengelolaan batas wilayah negara perbatasan darat dan perbatasan laut yang
meliputi :
- Aspek Penetapan dan Penegakan Batas
- Aspek Peningkatan Pertahanan dan Keamanan , Serta Penegakan Hukum
- Aspek Penguatan Kelembagaan
b. Isu strategis pembangunan kawasan perbatasan darat maupun perbatasan laut yang
meliputi:
- Aspek Peningkatan Pertahanan dan Keamanan serta Penegakan Hukum
- Aspek Ekonomi Kawasan
- Aspek Pelayanan Sosial Dasar
- Aspek Penguatan Kelembagaan
Sebagai salah satu perguruan tinggi terbaik di Pulau Kalimantan, Universitas Mulawarman
melalui Program Pascasarjana memiliki tanggung jawab moral guna memberikan kontribusi
Sekolah Pascasarjana Universitas Mulawarman | 3
Grand Design dan Road Map Kerjasama Penelitian Pengembangan dan Pembangunan
Kawasan Perbatasan Negara
2018
yang berkelanjutan dalam pengembangan khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi. Visi
Universitas Mulawarman yang ingin mengedepankan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang
terfokus pada Hutan Hujan Tropis dan Lingkungannya diharapkan mampu memberikan
kontribusi dalam Pengembangan Dan Pembangunan Kawasan Perbatasan Negara di Indonesia.
Berdasarkan gambaran umum kawasan perbatasan negara dan semangat penelitian Universitas
Mulawarman maka dirasakan perlu disusun sebuah Road Map penelitian yang integratif terkait
Pengembangan dan Pembangunan Kawasan Perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang melibatkan sebagian besar peneliti di lingkungan Universitas Mulawarman. Road Map ini
diharapkan dapat menjadi sebuah tolok ukur baru serta mampu meletakkan dasar-dasar
pemikiran baru bagi pemerintah selaku leading sector Pengembangan Dan Pembangunan
Kawasan Perbatasan NKRI khususnya di Provinsi Kalimantan Timur.
Indonesia dan Malaysia mempunyai batas darat yang panjangnya sekitar sekitar 1850 km. Secara
umum garis batas mengikuti watershed seperti diilustrasikan pada Gambar 2 berikut.
Dalam kaitannya dengan penegasan darat antara Indonesia dan Malaysia, ada beberapa dasar
ketentuan hukum yang dapat diacu yaitu [Dephankam, 1996]1 :
The Boundary Convention antara Belanda dan Inggris yang ditanda tangani di London,
tanggal 20 Juni 1891.
The Boundary Aqreement antara Belanda dan Inggris yang ditanda tangani di London, tanggal
28 September 1915.
The Boundary Convention antara Belanda dan Inggris yang ditanda tangani di Haque, tanggal
26 Maret 1928.
Memorandum of Understanding antara Republik Indonesia Malaysia di Jakarta, tanggal 26
November 1975.
Minutes of the First Meeting of the Joint Indonesia Malaysia Boundary Committee di Kota
Kinabalu, Sabah, Malaysia tanggal 16 November 1974.
Minutes of the Second Meeting of the Joint IndonesiaMalaysia Boundary Committee di
Denpasar, Bali, Indonesia, tanggal 7 Juli 1975.
1
Dephankam (1996). Pelaksanaan Survei dan Penegasan Batas Wilayah Negara RI – Malaysia di
Kalimantan Tahun 1975 sampai dengan tahun 1995. Departemen Pertahanan dan
Keamanan, Pusat Survei dan Pemetaan, Desember.
Penetapan garis batas darat antara Indonesia dan Malaysia di Kalimantan telah dilaksanakan oleh
pihak Belanda dan Inggris. Namun secara fisik penegasannya di lapangan baru hanya pada
sebagian kecil dari segmen batas saja, yaitu antara lain di daerah Jagoi pada batas antara
Kalimantan Barat dan Sarawak serta G.P.1, G.P.2 dan G.P.3 pada batas antara Kalimantan Timur
dan Sabah. Untuk menyelesaikan penataan batas antar kedua negara, pemerintah Indonesia dan
Malayasia telah sepakat untuk melakukan survei dan penegasan batas bersama guna
mempertegas garis batas kedua negara di Kalimantan.
Delimitasi batas darat dengan Malaysia di Pulau Kalimantan dan Pulau Sebatik mengacu
kepada perjanjian batas antara Pemerintah Inggris dan Pemerintah Hindia Belanda (Traktat 1891,
Konvensi 1915 dan 1928) serta MOU batas darat Indonesia dan Malaysia tahun 1973-2006.
Sedangkan penegasan batas (demarkasi) secara bersama diantara kedua negara telah dimulai
sejak tahun 1973, dimana hingga tahun 2009 telah dihasilkan tugu batas sebanyak 19.328 buah
lengkap dengan koordinatnya. Delimitasi batas darat RI-Malaysia yang sebagian besar berupa
watershed (punggung gunung/bukit, atau garis pemisah air) ini sudah selesai, tetapi secara
demarkasi masih tersisa 9 (sembilan) titik bermasalah (outstanding boundary problems). Kondisi
keberadaan patok batas antar negara di darat antara RI-Malaysia perlu untuk menjadi perhatian,
dimana pergeseran patok batas sering terjadi karena adanya aktivitas di sekitar kawasan
perbatasan, bahkan bergesernya patok batas darat ini seringkali dilakukan secara sengaja.
Kondisi ini juga terkait dengan lemahnya kontrol atau pengawasan terhadap batas negara.
Penuntasan permasalahan perbatasan darat RI-Malaysia selama ini ditangani melalui tiga
lembaga yaitu: (1) General Border Committee (GBC) RI-Malaysia dikoordinasikan oleh
Kementerian Pertahanan; (2) Joint Commission Meeting (JCM) RI-Malaysia, dikoordinasikan
oleh Kementerian Luar Negeri; dan (3) Sub Komisi Teknis Survey dan Demarkasi
dikoordinasikan oleh Kementerian Dalam Negeri. Adapun Untuk penanganan masalah
outstanding border poblems (OBP), telah dibentuk Kelompok Kerja Bersama (Joint Working
Group) antara kedua negara. Untuk tahap awal telah disepakati untuk dibahas 5 (lima)
permasalahan di sektor Timur (Kalimantan Timur-Sabah).
Kawasan perbatasan RI-Malaysia masih diwarnai oleh maraknya kegiatan illegal di kawasan
perbatasan Indonesia-Malaysia, seperti perdagangan illegal, penyelundupan kayu, pembalakan
liar, TKI illegal, dan perdagangan manusia. Perdagangan illegal merupakan aktivitas
perdagangan yang dilakukan tanpa mengindahkan aturan-aturan formal yang berlaku, meliputi
dua jenis: (1) perdagangan lintas batas illegal skala kecil yang tidak mengindahkan pengaturan
lintas batas (Border Crossing Agreement - BCA) dan perjanjian perdagangan lintas batas (Border
Trade Agreement - BTA), serta (2) perdagangan illegal skala besar yang tidak mengindahkan
aturan perdagangan ekspor-impor. Perdagangan lintas batas ilegal skala kecil muncul karena
adanya aktivitas perdagangan lintas batas yang melebihi limit transaksi sebesar RM
600/orang/bulan namun tidak membayar pajak ekspor atau biaya impor. Data tentang besar nilai
transaksi perdagangan lintas batas tersebut sulit diperoleh, namun indikasi ilegalitas dari
perdagangan lintas batas yang terjadi dapat dilihat dari beragamnya jenis barang belanjaan dari
para pelintas batas (seperti makanan dan minuman kaleng, barang-barang keperluan rumah
tangga, barang elektronik, hingga pupuk). Perdagangan lintas batas illegal di kawasan perbatasan
Indonesia-Malaysia dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain keterbatasan kesempatan kerja
dan kemiskinan, kedekatan geografis dan kemudahan sarana prasarana yang berdampak pada
tingginya perbedaan harga barang antara produk Malaysia dengan Indonesia, serta pengaruh dari
adanya hubungan kekerabatan. Banyaknya jalan setapak/jalan tikus yang menghubungkan dua
wilayah perbatasan di dua negara memfasilitasi terjadinya arus barang dan orang dengan bebas
tanpa melalui prosedur bea cukai dan imigrasi (LIPI, 2008). Selain perdagangan lintas batas
ilegal yang merupakan perdagangan skala kecil, di kawasan perbatasan darat Indonesia-Malaysia
juga banyak terjadi perdagangan illegal skala besar yang tidak mengikuti aturan kepabeanan dan
ekspor-impor, baik yang keluar dari atau masuk ke ke wilayah Indonesia. Hasil hutan (kayu)
merupakan komoditas perdagangan illegal dengan volume terbesar di kawasan perbatasan
Kaltim dan Kalbar ke Malaysia. Perdagangan illegal kayu yang melewati kawasan perbatasan
Kaltim diperkirakan sebesar 200.000 m3 (Data tahun 2005). Sedangkan yang melewati kawasan
perbatasan darat di Kalbar (Entikong dan Badau) diperkirakan sebesar 720.000 m 3 (Data tahun
2004). Angka ini belum termasuk penyelundupan kayu melalui sungai ke wilayah Malaysia
yang diperkirakan mencapai 500.000 m3 (data tahun 2004) (LIPI 2008).
Tingkat pendidikan masyarakat di kawasan perbatasan relatif rendah. Persebaran sarana dan
prasarana pendidikan yang tidak dapat menjangkau desa-desa yang letaknya dengan jarak yang
berjauhan mengakibatkan pelayanan pendidikan di kawasan perbatasan tertinggal. Disamping
sarana pendidikan yang terbatas, minat penduduk terhadap pendidikan pun masih relatif rendah.
Sebagai akibat rendahnya tingkat pendidikan dan mudahnya akses informasi yang diterima dari
negara tetangga melalui siaran televisi, radio, dan interaksi langsung dengan penduduk di negara
tetangga, maka orientasi kehidupan seari-hari penduduk di perbatasan lebih mengacu kepada
serawak-Malaysia dibanding kepada Indonesia. Kondisi ini tentunya sangat tidak baik terhadap
rasa kebangsaan dan potensial memunculkan aspirasi disintegrasi.
Dari sisi kesehatan, budaya hidup sehat masyarakat di kawasan perbatasan pada umumnya masih
belum berkembang. Hal ini disebabkan rendahnya tingkat pemahaman terhadap kesehatan dan
pencegahan penyakit. Sebelum tahun 1980-an banyak penduduk yang berobat ke Serawak karena
mudah dijangkau dan biayanya lebih murah, namun saat ini jumlah penduduk yang berobat ke
Serawak semakin sedikit karena puskesmas sudah tersedia di setiap kecamatan.
Sebagian besar penduduk di kabupaten perbatasan adalah suku Dayak dan suku Melayu. Suku
lainnya adalah Jawa Batak, Sunda, dan lain-lain yang menetap karena program transmigrasi
maupun untuk berusaha di sekitar perbatasan. Suku Dayak dan Melayu di Indonesia ini memiliki
tali persaudaraan dengan suku yang sama di Negara Bagian Sabah dan Serawak. Hal ini
merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya mobilitas penduduk lintas batas di kawasan
perbatasan, selain faktor aksesibilitas ke wilayah sabah dan Serawak yang jauh lebih mudah
ketimbang ke kota-kota di Kalimantan barat. Selain hubungan kekerabatan, Serawak dan Sabah
memiliki daya tarik bagi penduduk di Kalimantan di perbatasan untuk mencari nafkah. Di sisi
lain etos kerja penduduk Serawak dan Sabah yang cenderung menolak bekeja sebagai tenaga
buruh membuat kesempatan kerja bagi para imigran Indonesia terbuka luas. Dengan demikian,
kegiatan lintas batas tidak hanya dilakukan oleh penduduk lokal namun juga pendatang dari
daerah lain.
Kabupaten Nunukan di Kalimantan Utara merupakan kawasan perbatasan negara, menjadi KPP
karena terdapat sentra produksi rumput laut terbesar di Pulau Kalimantan. Potensi tersebut dapat
dijadikan bahan baku industri pengolahan hasil perikanan. Kabupaten Malinau di Provinsi
Kalimantan Utara sering disebut juga sebagai Bumi Intimung merupakan kawasan perbatasan. Di
kabupaten ini terdapat Taman Nasional Kayan Mentarang seluas 13.600 km2 yang dihuni oleh
beberapa etnis suku dayak seperti Kenyah, Punan, Lun Daye, dan Lun Bawang. Berada di WPS
Temajuk-Sebatik sebagai Penunjang Kawasan Perbatasan dan Daerah Tertinggal di Kabupaten
Malinau.
Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan secara ringkas sebelumnya maka secara
prinsipil aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam Pengembangan dan Pembangunan Kawasan
Perbatasan Negara meliputi:
Pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan melalui instrument pembangunan
di garis batas wilayah negara mau pun di kawasan perbatasan, dalam skala pembagian
kewenangan urusan pemerintahan antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota
memerlukan kejelasan kewenangan dan keterpaduan. Prinsip money follow functions yang
diterapkan dalam system anggaran kinerja saat ini, memerlukan kejelasan akuntabilitas atas
pembiayaan kegiatan menurut kewenangan, antara pusat dan daerah untuk berbagai program
dan kegiatan pengelolaan perbatasan. Tantangan dan permasalahan lain di sektor keuangan
yang akan tetap menjadi bagian dari faktor penghambat pengelolaan kawasan perbatasan,
antara lain : Tarik menarik kepentingan antara pusat dan daerah, rendahnya kapasitas fiskal
daerah, kurangnya alternatif sumber pembiayaan daerah untuk pembangunan kawasan
perbatasan, ketergantungan fiskal daerah terhadap Pusat, disparitas antar daerah dan antar
kawasan, in-efisiensi dan efektifitas pengeluaran pemerintah dan pemerintah daerah,
rendahnya kapasitas sumberdaya manusia dalam pengelolaan keuangan, dan dalam
beberapa hal masih dihadapkan pada perilaku korupsi.
Isu-isu lain terkait dengan dinamika politik perbatasan yang masih akan menonjol, masik
akan diwarnai dengan permasalahan yang belum tuntas terkait dengan garis batas, baik
batas darat mau pun batas laut. Sekali pun tidak secara kuat mempengaruhi perundingan,
namun perkembangan isu-isu yang bersifat sektoral, seperti permasalahan Tenaga Kerja
Indonesia (TKI), degradasi lingkungan, pengusahaan hutan dan pertambangan di kawasan
perbatasn, berbagai ketimpangan disekitar perbatasan, dan tuntutan atau tekanan global
dalam berbagai bentuknya, masih akan mewarnai pengelolaan batas wilayah negara dan
kawasan perbatasan ke depan yang patut untuk diperhatikan.
Visi :
Misi :
• Melakukan publikasi ilmiah yang berkualitas dalam skala Lokal, Regional, Nasional dan
Internasional
• Memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan kualitas tertinggi sesuai dengan kebutuhan
dan perkembangan teknologi
Lingkup waktu
Penelitian integratif ini dilakukan dalam dimensi waktu yang berjangka. Rencana penelitian
jangka panjang akan dilakukan dalam waktu 10 (sepuluh) Tahun yang mana akan tersaji dalam
Road Map Penelitian. Sedangkan rencana penelitian jangka pendek akan dilakukan pada tahap
pertama, yaitu pada 3 (tiga) Tahun pertama yang akan dimulai sejak dilakukannya Kick Off
Meeting Grand Design Penelitian Integratif untuk Pengembangan dan Pembangunan Kawasan
Perbatasan Negara.
Lingkup Biaya
Penelitian ini dilakukan dengan rancangan jangka panjang, yaitu 10 (sepuluh) Tahun dengan
perkiraan biaya Rp. 500.000.000.000,-. Sedangkan rancangan pembiayaan penelitian jangka
pendek, yaitu 3 (tiga) Tahun diperkirakan mencapai Rp. 45.000.000.000,- yang bersumber dari
pembiayaan APBN, APBD, dan sumber pembiayaan lain sesuai peraturan perundang-undangan.
Lingkup kegiatan
Skema penelitian integratif yang melibatkan banyak bidang atau disiplin ilmu ini setidaknya
mencakup 4 (empat) lingkup kegiatan yang keseluruhannya mengarah pada satu muara, yaitu
penelitian ilmiah dan pengembangan pendidikan :
1. Publikasi ilmiah
Publikasi ilmiah yang merupakan salah satu bentuk hilirisasi penelitian ilmiah difokuskan
pada publikasi tertulis yang bersifat ilmiah dan yang bersifat populer. Publikasi ilmiah yang
bersifat ilmiah dilakukan dalam bentuk jurnal, prosiding, buku diktat, buku referensi, dan lain
sebagainya. Sedangkan publikasi yang bersifat populer dilakukan dalam bentuk menuangkan
sebagian atau seluruh hasil penelitian dalam bentuk artikel dalam media masa seperti koran,
majalah, dan lain sebagianya. Kedua bentuk publikasi tersebut penting dilakukan dalam
rangka penyebarluasan hasil penelitian integratif yang dilakukan.
3. Diskusi ilmiah
Lingkup dari diskusi ilmiah ini meliputi diskusi-diskusi formal dan informal yang terdiri dari
seminar, konferensi, diskusi profesi, dan lain sebagainya.
Lingkup lokakarya yang dilakukan terdiri atas lokakarya bidang sosial ekonomi, pendidikan,
kesehatan, perikanan dan kelautan, sumber daya alam dan lingkungan, dan lain sebagainya
yang dilakukan secara konkruen dengan kegiatan-kegiatan penelitian lainnya.
Core of Research
Pentingnya pembatasan lingkup penelitian yang telah disampaikan sebelumnya adalah bagian
penting dari sebuah penelitian yang integratif dan berkelanjutan. Permasalahan kegiatan
penelitian yang menjadi fokus utama penelitian juga perlu ditentukan demi menjaga output dan
outcome yang dapat diterapkan di masyarakat. Berdasarkan prinsip-prinsip itu semua maka
dipandang perlu menetapkan sel inti dari sebuah penelitian atau Core of Research pada rencana
penelitian integratif terkait Pengembangan dan Pembangunan Kawasan Perbatasan Negara oleh
Universitas Mulawarman. Core of Research yang dimaksud meliputi bidang-bidang sebagai
berikut :
Selain konsep pengembangan skema penelitian tersebut, perlu juga disusun tema-tema penelitian yang sesuai dengan dimensi bidang
ilmu yang dibangun. Penentuan tema-tema ini bersifat tentatif dan akan menyesuaikan dengan kebutuhan peneliti dan kondisi obyek
penelitian di lapangan. Namun tema-tema ini akan menjadi dasar berpikir bagi para peneliti untuk menentukan judul-judul penelitian.
Tema-tema penelitian tersebut antara lain tersaji dalam matriks berikut :
Tabel 1. Rancangan Tema-tema Penelitian Integratif terkait Pengembangan dan Pembangunan Kawasan Perbatasan
Negara
Sosial dan
Lingkungan Ekonomi Tata ruang Tata kelola
Budaya
sistem kota,
planning and
sustainable regional decentralization, kutub pertumbuhan,
regional/local
community-based economic development sustainable spatial agropolitan,
governance,
environmental inter-regional and intra development, urban-rural linkages,
metropolitan and
management, regional economic human resources rencana tata ruang
regional governance,
degradation and modelling, allocation, wilayah,
RISET kerjasama
disasters, hinterland urbanization rural-urban integrated spatial
SUSTAINABLE antardaerah,
global warming, development, linkages, planning,
REGIONAL desentralisasi,
greening industrial industrialization urban and rural poverty, strategic spatial
DEVELOPMENT institutional capacity
sectors, policies, poverty, demographic transition, development,
development,
CSR, development financing, human resources coastal development,
konflik antardaerah,
environmental central-local transfer development, migrasi,
hubungan pusat-
movements and conflicts system, gender equality, sistem perkotaan, daerah,
local capacity social capital ketergantungan kota, capacity development
disparitas
Sosial dan
Lingkungan Ekonomi Tata ruang Tata kelola
Budaya
Local economic
Peran serta masyarakat community asset
Pengurangan risiko development
perencanaan partisipatif, dalam perencanaan tata management,
bencana berbasis Pengembangan industri
RISET Penanganan konflik ruang Sosial politik
partisipatif rumah tangga
PARTI CIPATORY- antar etnis Perencanaan ruang masyarakat dalam
Pengelolaan hutan dan One village one product
BASED Pengelolaan aset berbasis partisipatif sistem pemerintahan
lahan adat development
COMMUNITY komunitas Pengendalian Evaluasi program-
DEVELOPMENT Manajemen sumber daya Pengembangan klinik
Kesejahteraan sosial pemanfaatan ruang program pro rakyat
alam berbasis kearifan bisnis berbasis aset
masyarakat berbasis partisipasi Pro-poor, pro-pabour
lokal komunitas
masyarakat dan pro-environment
Regional poverty
green infrastructure,
social impact of
green transportation, economic impact of masterplan sistem Infrastructure
infrastructure
RISET green energy, infrastructre, infrastruktur wilayah provision,
provision/development
SUSTAINABLE green waste, growth determinant, dan kota, infrastruture
community access of
INFRASTRUCTURE green water, affordability, analisis sistem development,
DEVELOPMENT infrastructure,
infrastructure impact, infrastructure infrastruktur wilayah public private
corporate social
nature and infrastructure investment/finance
responsibility
dan kota partnership
relation/disaster impact
Untuk mewujudkan visi dan misi serta konsep pengembangan penelitian terkait Pengembangan dan Pembangunan Kawasan
Perbatasan Negara oleh Universitas Mulawarman maka perlu disusun Road Map Penelitian jangka panjang (10 tahun) yang tersaji
dalam matriks sebagai berikut :
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Skripsi/
Tesis/ Disertasi/
Jurnal Ilmiah Jurnal Ilmiah
Jurnal Ilmiah Jurnal Ilmiah RISET
Penentuan, Visi, Jurnal Ilmiah Jurnal Ilmiah Lokal/ Lokal/Nasional/
Lokal/Nasional/ skripsi/tesis/ Lokal/Nasional/
skripsi/tesis/Lokal/Nasional/ SUSTAINABLE
skripsi/tesis/
Misi, dan Arah Lokal/Deseminasi
Deseminasi
skripsi/tesis/
Nasional/Internasional/ Internasional/
Penelitian Internasional/ Internasional/ REGIONAL
hibah Bukuhibah Buku Ajarhibah DEVELOPMENT
Penelitian hibah
Buku Ajar/Thesis Buku Ajar/
Penelitian/Thesis Ajar
Disertasi/
Working Paper/
Policy Paper
Gambar 4. Road Map Penelitian Jangka Panjang (10 Tahun) terkait Pengembangan dan Pembangunan Kawasan
Perbatasan Negara
Penelitian integratif ini membutuhkan banyak peneliti dari berbagai disiplin ilmu di lingkungan Universitas Mulawarman. Maka dari
itu perlu dilakukan tim pengelola atau manajemen untuk mendukung jalannya rencana penelitian. Berikut adalah susunan organisasi
penelitian dan rancangan komposisi peneliti terkait Pengembangan dan Pembangunan Kawasan Perbatasan Negara :
POKJA Infrastruktur POKJA Perenc. dan POKJA Pemberdayaan POKJA Manajemen POKJA Pertahanan
dan Transportasi Pengemb. Wilayah Masyarakat Desa Konflik dan Keamanan
(Prof. / S3 Fak. Teknik) (Prof. / S3 KS. PPW, (Prof. / S3KesMas, FKIP) (Prof. / S3 Hukum, (Prof. / S3 Hukum,
FAHUT, FP, Faperik) FISIPOL, FIB) FISIPOL, FIB)
Ekonomi Kerakyatan
(Prof. / S3 Fak. Pertanian dan
FEB)
Tabel 2. Tabel 5. Rancangan Penggunaan Biaya Pelaksanaan Penelitian Jangka Pendek (3 Tahun)
Jangka Waktu Harga Satuan
No Uraian Kuantitas Total (Rupiah)
(Semester) (Rupiah)
Biaya Personil
1 Peneliti Utama (GB dan LK) 50 6 15,000,000.00 4,500,000,000.00
2 Peneliti Madya (Lektor) 60 6 10,000,000.00 3,600,000,000.00
3 Peneliti Muda (AA) 70 6 5,000,000.00 2,100,000,000.00
4 Asisten Peneliti (Dosen Non PNS) 80 6 4,000,000.00 1,920,000,000.00
5 Tenaga Administrasi 30 6 2,500,000.00 450,000,000.00