Anda di halaman 1dari 21

Grand Design dan Road Map Kerjasama Penelitian Pengembangan dan Pembangunan

Kawasan Perbatasan Negara


2018

GRAND DESIGN DAN ROAD MAP


KERJASAMA PENELITIAN UNTUK
PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN
KAWASAN PERBATASAN NEGARA
(INDONESIA – MALAYSIA)

proposal ini ditujukan untuk peningkatan kualitas dan kuantitas


Tri Dharma Perguruan Tinggi Universitas Mulawarman

Disusun oleh :
Tim Program Pascasarjana Universitas Mulawarman
Samarinda

Ketua
KS. Perencanaan Pengembangan Wilayah
Sekolah Pascasarjana Universitas Mulawarman

Dr. Tamrin, S.T., M.T.


NIP. 19700227 200012 1 001

Sekolah Pascasarjana Universitas Mulawarman | 1


Grand Design dan Road Map Kerjasama Penelitian Pengembangan dan Pembangunan
Kawasan Perbatasan Negara
2018

Latar Belakang
Sebagai negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, yaitu sepanjang 81.900 km,
Indonesia dihadapkan dengan masalah perbatasan yang kompleks. Bila secara internal tantangan
dan masalah yang dihadapi Indonesia lebih bersifat struktural-administratif, secara eksternal
tantangan dan masalah yang dihadapi berkaitan dengan kemampuan Indonesia dalam mengatasi
persoalan delimitasi, delineasi, demarkasi dan ancaman-ancaman non-tradisional baru, serta
kemampuan Indonesia dalam beradaptasi dan berinteraksi dengan negara-negera tetangga.

Berdasarkan konsepsi hukum internasional, cakupan wilayah Negara Kesatuan Republik


Indonesia (NKRI) adalah seluruh wilayah yang diwarisi dari penjajah Belanda, sesuai dengan
prinsip hukum Uti Possidetis Juris, yang artinya bahwa suatu negara mewarisi wilayah penguasa
penjajahnya. Di dalam hukum nasional, cakupan wilayah Indonesia tercantum di dalam berbagai
peraturan perundang-undangan. Dalam Pasal 25A UUD 1945 dinyatakan bahwa “Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri nusantara dengan
wilayah yang batas-batas dan haknya ditetapkan dengan Undang-Undang”. Ketentuan UUD
1945 ini sejalan dengan UNCLOS 1982 yang berlaku sejak 16 November 1994 dan telah
diratifikasi oleh Indonesia dengan UU No. 17 tahun 1985 menegaskan pengakuan dunia
internasional terhadap konsepsi negara kepulauan (archipelagic state) yang diperjuangkan oleh
bangsa Indonesia sejak Deklarasi Juanda tahun 1957.

Sebagai Negara kepulauan, secara geografis Indonesia terletak di antara dua benua, yaitu Benua
Asia dan Benua Australia, dan dua samudera, yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.
Dengan letak tersebut, Indonesia memiliki posisi yang strategis dalam geopolitik dan
geoekonomi regional dan global. Posisi ini di satu sisi memberikan peluang yang besar bagi
Indonesia, namun di sisi lain juga memberikan berbagai tantangan dan ancaman. Indonesia
dengan wilayah kepulauan yang terdiri atas 17 ribu pulau dengan luas wilayah perairan mencapai
5,8 juta km2 memiliki kerentanan yang besar dalam masalah teritori/perbatasan.

Sekolah Pascasarjana Universitas Mulawarman | 2


Grand Design dan Road Map Kerjasama Penelitian Pengembangan dan Pembangunan
Kawasan Perbatasan Negara
2018

Gambar 1. Perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan 10 (Sepuluh)


Negara Tetangga (Darat dan Laut)
Sumber : Badan Nasional Pengelola Perbatasan - RI

Secara garis besar isu strategis dalam pengelolaan perbatasan dikelompokkan dalam :
a. Isu strategis pengelolaan batas wilayah negara perbatasan darat dan perbatasan laut yang
meliputi :
- Aspek Penetapan dan Penegakan Batas
- Aspek Peningkatan Pertahanan dan Keamanan , Serta Penegakan Hukum
- Aspek Penguatan Kelembagaan
b. Isu strategis pembangunan kawasan perbatasan darat maupun perbatasan laut yang
meliputi:
- Aspek Peningkatan Pertahanan dan Keamanan serta Penegakan Hukum
- Aspek Ekonomi Kawasan
- Aspek Pelayanan Sosial Dasar
- Aspek Penguatan Kelembagaan

Sebagai salah satu perguruan tinggi terbaik di Pulau Kalimantan, Universitas Mulawarman
melalui Program Pascasarjana memiliki tanggung jawab moral guna memberikan kontribusi
Sekolah Pascasarjana Universitas Mulawarman | 3
Grand Design dan Road Map Kerjasama Penelitian Pengembangan dan Pembangunan
Kawasan Perbatasan Negara
2018

yang berkelanjutan dalam pengembangan khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi. Visi
Universitas Mulawarman yang ingin mengedepankan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang
terfokus pada Hutan Hujan Tropis dan Lingkungannya diharapkan mampu memberikan
kontribusi dalam Pengembangan Dan Pembangunan Kawasan Perbatasan Negara di Indonesia.
Berdasarkan gambaran umum kawasan perbatasan negara dan semangat penelitian Universitas
Mulawarman maka dirasakan perlu disusun sebuah Road Map penelitian yang integratif terkait
Pengembangan dan Pembangunan Kawasan Perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang melibatkan sebagian besar peneliti di lingkungan Universitas Mulawarman. Road Map ini
diharapkan dapat menjadi sebuah tolok ukur baru serta mampu meletakkan dasar-dasar
pemikiran baru bagi pemerintah selaku leading sector Pengembangan Dan Pembangunan
Kawasan Perbatasan NKRI khususnya di Provinsi Kalimantan Timur.

Peluang dan Tantangan Pembangunan Kawasan


Perbatasan Negara di Kalimantan
Pengelolaan perbatasan di seluruh wilayah NKRI merupakan bagian integral dari manajemen
negara, yang operasionalisasinya membutuhkan adanya arah yang jelas berdimensi jangka
panjang dan komprehensif dalam sebuah grand design bagaimana mencapai visi dan misi
pengelolaan perbatasan sebagaimana telah diamanahkan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJP).

Pengelolaan perbatasan dimaknai sebagai kegiatan manajemen penanganan (bagaimana


menangani) perbatasan. Pengertian perbatasan, dalam grand design ini, diartikan sebagai batas
wilayah negara dan kawasan perbatasan, sehingga terminologi ”pengelolaan perbatasan” perlu
senantiasa dibaca dalam pengertian pengelolaan batas wilayah dan kawasan perbatasan. Untuk
lebih memberikan pemahaman operasionalnya, dikaitkan dengan spirit dan amanah pembentukan
Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) dalam Undang-undang No 43 Tahun 2008 tentang
Wilayah Negara, maka pengelolaan perbatasan, dimaknai sebagai upaya bagaimana
menggerakkan orang-orang dan potensi kawasan perbatasan melalui penetapan kebijakan
perencanaan program, penyusunan kebutuhan anggaran, koordinasi pelaksanaan, serta evaluasi
dan pengawasan atas penanganan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan untuk mencapai
tujuan sebagaimana telah ditetapkan.

Indonesia dan Malaysia mempunyai batas darat yang panjangnya sekitar sekitar 1850 km. Secara
umum garis batas mengikuti watershed seperti diilustrasikan pada Gambar 2 berikut.

Sekolah Pascasarjana Universitas Mulawarman | 4


Grand Design dan Road Map Kerjasama Penelitian Pengembangan dan Pembangunan
Kawasan Perbatasan Negara
2018

Dalam kaitannya dengan penegasan darat antara Indonesia dan Malaysia, ada beberapa dasar
ketentuan hukum yang dapat diacu yaitu [Dephankam, 1996]1 :

 The Boundary Convention antara Belanda dan Inggris yang ditanda tangani di London,
tanggal 20 Juni 1891.
 The Boundary Aqreement antara Belanda dan Inggris yang ditanda tangani di London, tanggal
28 September 1915.
 The Boundary Convention antara Belanda dan Inggris yang ditanda tangani di Haque, tanggal
26 Maret 1928.
 Memorandum of Understanding antara Republik Indonesia Malaysia di Jakarta, tanggal 26
November 1975.
 Minutes of the First Meeting of the Joint Indonesia Malaysia Boundary Committee di Kota
Kinabalu, Sabah, Malaysia tanggal 16 November 1974.
 Minutes of the Second Meeting of the Joint IndonesiaMalaysia Boundary Committee di
Denpasar, Bali, Indonesia, tanggal 7 Juli 1975.

Garis Batas Darat


Indonesia-Malaysia

Gambar 2. Penampakan Umum Garis Batas RI - Malaysia.


Sumber : Badan Nasional Pengelola Perbatasan

1
Dephankam (1996). Pelaksanaan Survei dan Penegasan Batas Wilayah Negara RI – Malaysia di
Kalimantan Tahun 1975 sampai dengan tahun 1995. Departemen Pertahanan dan
Keamanan, Pusat Survei dan Pemetaan, Desember.

Sekolah Pascasarjana Universitas Mulawarman | 5


Grand Design dan Road Map Kerjasama Penelitian Pengembangan dan Pembangunan
Kawasan Perbatasan Negara
2018

Penetapan garis batas darat antara Indonesia dan Malaysia di Kalimantan telah dilaksanakan oleh
pihak Belanda dan Inggris. Namun secara fisik penegasannya di lapangan baru hanya pada
sebagian kecil dari segmen batas saja, yaitu antara lain di daerah Jagoi pada batas antara
Kalimantan Barat dan Sarawak serta G.P.1, G.P.2 dan G.P.3 pada batas antara Kalimantan Timur
dan Sabah. Untuk menyelesaikan penataan batas antar kedua negara, pemerintah Indonesia dan
Malayasia telah sepakat untuk melakukan survei dan penegasan batas bersama guna
mempertegas garis batas kedua negara di Kalimantan.

Setelah melalui tiga kali perundingan yang menghasilkan :

 Memorandum of Understanding antara Indonesia - Malaysia di Jakarta, Indonesia,


tanggal 26 November 1973;
 Minutes of the First Meeting of the Joint Malaysia-Indonesia Boundary Committee di
Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia, tanggal 16 November 1974;
 Minutes of the Second Meeting of the Joint Indonesia Malaysia Boundary Committee di
Denpasar, Bali, Indonesia, tanggal 7 Juli 1975;

Delimitasi batas darat dengan Malaysia di Pulau Kalimantan dan Pulau Sebatik mengacu
kepada perjanjian batas antara Pemerintah Inggris dan Pemerintah Hindia Belanda (Traktat 1891,
Konvensi 1915 dan 1928) serta MOU batas darat Indonesia dan Malaysia tahun 1973-2006.
Sedangkan penegasan batas (demarkasi) secara bersama diantara kedua negara telah dimulai
sejak tahun 1973, dimana hingga tahun 2009 telah dihasilkan tugu batas sebanyak 19.328 buah
lengkap dengan koordinatnya. Delimitasi batas darat RI-Malaysia yang sebagian besar berupa
watershed (punggung gunung/bukit, atau garis pemisah air) ini sudah selesai, tetapi secara
demarkasi masih tersisa 9 (sembilan) titik bermasalah (outstanding boundary problems). Kondisi
keberadaan patok batas antar negara di darat antara RI-Malaysia perlu untuk menjadi perhatian,
dimana pergeseran patok batas sering terjadi karena adanya aktivitas di sekitar kawasan
perbatasan, bahkan bergesernya patok batas darat ini seringkali dilakukan secara sengaja.
Kondisi ini juga terkait dengan lemahnya kontrol atau pengawasan terhadap batas negara.
Penuntasan permasalahan perbatasan darat RI-Malaysia selama ini ditangani melalui tiga
lembaga yaitu: (1) General Border Committee (GBC) RI-Malaysia dikoordinasikan oleh
Kementerian Pertahanan; (2) Joint Commission Meeting (JCM) RI-Malaysia, dikoordinasikan
oleh Kementerian Luar Negeri; dan (3) Sub Komisi Teknis Survey dan Demarkasi
dikoordinasikan oleh Kementerian Dalam Negeri. Adapun Untuk penanganan masalah
outstanding border poblems (OBP), telah dibentuk Kelompok Kerja Bersama (Joint Working
Group) antara kedua negara. Untuk tahap awal telah disepakati untuk dibahas 5 (lima)
permasalahan di sektor Timur (Kalimantan Timur-Sabah).

Kawasan perbatasan RI-Malaysia masih diwarnai oleh maraknya kegiatan illegal di kawasan
perbatasan Indonesia-Malaysia, seperti perdagangan illegal, penyelundupan kayu, pembalakan
liar, TKI illegal, dan perdagangan manusia. Perdagangan illegal merupakan aktivitas
perdagangan yang dilakukan tanpa mengindahkan aturan-aturan formal yang berlaku, meliputi
dua jenis: (1) perdagangan lintas batas illegal skala kecil yang tidak mengindahkan pengaturan
lintas batas (Border Crossing Agreement - BCA) dan perjanjian perdagangan lintas batas (Border
Trade Agreement - BTA), serta (2) perdagangan illegal skala besar yang tidak mengindahkan

Sekolah Pascasarjana Universitas Mulawarman | 6


Grand Design dan Road Map Kerjasama Penelitian Pengembangan dan Pembangunan
Kawasan Perbatasan Negara
2018

aturan perdagangan ekspor-impor. Perdagangan lintas batas ilegal skala kecil muncul karena
adanya aktivitas perdagangan lintas batas yang melebihi limit transaksi sebesar RM
600/orang/bulan namun tidak membayar pajak ekspor atau biaya impor. Data tentang besar nilai
transaksi perdagangan lintas batas tersebut sulit diperoleh, namun indikasi ilegalitas dari
perdagangan lintas batas yang terjadi dapat dilihat dari beragamnya jenis barang belanjaan dari
para pelintas batas (seperti makanan dan minuman kaleng, barang-barang keperluan rumah
tangga, barang elektronik, hingga pupuk). Perdagangan lintas batas illegal di kawasan perbatasan
Indonesia-Malaysia dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain keterbatasan kesempatan kerja
dan kemiskinan, kedekatan geografis dan kemudahan sarana prasarana yang berdampak pada
tingginya perbedaan harga barang antara produk Malaysia dengan Indonesia, serta pengaruh dari
adanya hubungan kekerabatan. Banyaknya jalan setapak/jalan tikus yang menghubungkan dua
wilayah perbatasan di dua negara memfasilitasi terjadinya arus barang dan orang dengan bebas
tanpa melalui prosedur bea cukai dan imigrasi (LIPI, 2008). Selain perdagangan lintas batas
ilegal yang merupakan perdagangan skala kecil, di kawasan perbatasan darat Indonesia-Malaysia
juga banyak terjadi perdagangan illegal skala besar yang tidak mengikuti aturan kepabeanan dan
ekspor-impor, baik yang keluar dari atau masuk ke ke wilayah Indonesia. Hasil hutan (kayu)
merupakan komoditas perdagangan illegal dengan volume terbesar di kawasan perbatasan
Kaltim dan Kalbar ke Malaysia. Perdagangan illegal kayu yang melewati kawasan perbatasan
Kaltim diperkirakan sebesar 200.000 m3 (Data tahun 2005). Sedangkan yang melewati kawasan
perbatasan darat di Kalbar (Entikong dan Badau) diperkirakan sebesar 720.000 m 3 (Data tahun
2004). Angka ini belum termasuk penyelundupan kayu melalui sungai ke wilayah Malaysia
yang diperkirakan mencapai 500.000 m3 (data tahun 2004) (LIPI 2008).

Permasalahan lain yang cukup krusial di kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia adalah


mobilitas TKI illegal. Kawasan perbatasan merupakan pintu keluar/masuk serta daerah transit
TKI dari daerah lain untuk menyeberang ke Negara tetangga secara illegal (tanpa dilengkapi
dokumen resmi) maupun daerah pengembalian (deportasi) TKI illegal dari negara tetangga.
Keadaan ini terutama disebabkan letak geografis yang berdekatan dengan Malaysia yang
menjadi tujuan TKI. Selain itu adanya kemudahan-kemudahan yang diberikan kepada penduduk
yang menetap di wilayah perbatasan dalam hal izin untuk berkunjung ke Negara tetangga dengan
menggunakan Pas Lintas Batas juga sering dimanfaatkan secara illegal untuk tujuan bekerja. TKI
illegal sangat rentan terhadap praktek perdagangan manusia, karena dengan tidak dilengkapi
dokumen-dokumen resmi dapat dengan mudah menjadi objek eksploitasi, mulai dari proses
pemberangkatan sampai dengan tempat tujuan mereka bekerja.

Tingkat pendidikan masyarakat di kawasan perbatasan relatif rendah. Persebaran sarana dan
prasarana pendidikan yang tidak dapat menjangkau desa-desa yang letaknya dengan jarak yang
berjauhan mengakibatkan pelayanan pendidikan di kawasan perbatasan tertinggal. Disamping
sarana pendidikan yang terbatas, minat penduduk terhadap pendidikan pun masih relatif rendah.
Sebagai akibat rendahnya tingkat pendidikan dan mudahnya akses informasi yang diterima dari
negara tetangga melalui siaran televisi, radio, dan interaksi langsung dengan penduduk di negara
tetangga, maka orientasi kehidupan seari-hari penduduk di perbatasan lebih mengacu kepada
serawak-Malaysia dibanding kepada Indonesia. Kondisi ini tentunya sangat tidak baik terhadap
rasa kebangsaan dan potensial memunculkan aspirasi disintegrasi.

Sekolah Pascasarjana Universitas Mulawarman | 7


Grand Design dan Road Map Kerjasama Penelitian Pengembangan dan Pembangunan
Kawasan Perbatasan Negara
2018

Dari sisi kesehatan, budaya hidup sehat masyarakat di kawasan perbatasan pada umumnya masih
belum berkembang. Hal ini disebabkan rendahnya tingkat pemahaman terhadap kesehatan dan
pencegahan penyakit. Sebelum tahun 1980-an banyak penduduk yang berobat ke Serawak karena
mudah dijangkau dan biayanya lebih murah, namun saat ini jumlah penduduk yang berobat ke
Serawak semakin sedikit karena puskesmas sudah tersedia di setiap kecamatan.

Sebagian besar penduduk di kabupaten perbatasan adalah suku Dayak dan suku Melayu. Suku
lainnya adalah Jawa Batak, Sunda, dan lain-lain yang menetap karena program transmigrasi
maupun untuk berusaha di sekitar perbatasan. Suku Dayak dan Melayu di Indonesia ini memiliki
tali persaudaraan dengan suku yang sama di Negara Bagian Sabah dan Serawak. Hal ini
merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya mobilitas penduduk lintas batas di kawasan
perbatasan, selain faktor aksesibilitas ke wilayah sabah dan Serawak yang jauh lebih mudah
ketimbang ke kota-kota di Kalimantan barat. Selain hubungan kekerabatan, Serawak dan Sabah
memiliki daya tarik bagi penduduk di Kalimantan di perbatasan untuk mencari nafkah. Di sisi
lain etos kerja penduduk Serawak dan Sabah yang cenderung menolak bekeja sebagai tenaga
buruh membuat kesempatan kerja bagi para imigran Indonesia terbuka luas. Dengan demikian,
kegiatan lintas batas tidak hanya dilakukan oleh penduduk lokal namun juga pendatang dari
daerah lain.

Kabupaten Nunukan di Kalimantan Utara merupakan kawasan perbatasan negara, menjadi KPP
karena terdapat sentra produksi rumput laut terbesar di Pulau Kalimantan. Potensi tersebut dapat
dijadikan bahan baku industri pengolahan hasil perikanan. Kabupaten Malinau di Provinsi
Kalimantan Utara sering disebut juga sebagai Bumi Intimung merupakan kawasan perbatasan. Di
kabupaten ini terdapat Taman Nasional Kayan Mentarang seluas 13.600 km2 yang dihuni oleh
beberapa etnis suku dayak seperti Kenyah, Punan, Lun Daye, dan Lun Bawang. Berada di WPS
Temajuk-Sebatik sebagai Penunjang Kawasan Perbatasan dan Daerah Tertinggal di Kabupaten
Malinau.

Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan secara ringkas sebelumnya maka secara
prinsipil aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam Pengembangan dan Pembangunan Kawasan
Perbatasan Negara meliputi:

1. Mengutamakan kepentingan strategis nasional

Kepentingan strategis nasional meliputi aspek geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi.


geostrategi, geopolitik dan geoekonomi Indonesia merupakan strategi dalam memanfaatkan
kondisi geografis Indonesia dalam peta global untuk menentukan kebijakan dalam mencapai
tujuan nasional sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945. Geostrategi
Indonesia diwujudkan dalam konsep Ketahanan Nasional. Aspek geostrategi Indonesia antara
lain terkait dengan posisi geografis Indonesia di persilangan internasional yang kemudian
ditetapkan oleh hukum internasional menjadi ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia).
Geopolitik Indonesia diwujudkan dalam konsep Wawasan Nusantara dan politik luar negeri
bebas aktif. Sementara strategi geoekonomi Indonesia diwujudkan melalui pembentukan
kawasan-kawasan ekonomi khusus yang memiliki daya saing global dengan kombinasi
keunggulan factor ekonomi dan letak geografis dalam perdagangan internasional.

Sekolah Pascasarjana Universitas Mulawarman | 8


Grand Design dan Road Map Kerjasama Penelitian Pengembangan dan Pembangunan
Kawasan Perbatasan Negara
2018

2. Pengembangan kawasan perbatasan secara global

Disamping mengoptimalkan potensi sebagai konsekuensi dari letak geografis Indonesia,


penataan daerah juga harus sensitive terhadap perkembangan global. Sensitivitas tersebut
penting sehingga misi mengelola kawasan perbatasan yang dilakukan, sekaligus harus
merupakan langkah strategis untuk merebut peluang dalam era global seraya mengantisipasi
efek negative dari globalisasi. Isu-isu seperti perdagangan bebas, perubahan iklim,
trafficking, hingga terorisme, merupakan tantangan baru yang dihadapi oleh pemerintah pusat
maupun daerah. Keberhasilan dalam mengelola isu-isu tersebut sangat terkait dengan strategi
pengelolaan perbatasan. Oleh karena itu grand design pengelolaan perbatasan ini
menempatkan dinamika perkembangan global sebagai salah satu pertimbangan utama.

3. Integrasi seluruh aspek perubahan lingkungan strategis

Pengelolaan perbatasan dilakukan secara komprehensif lintas sektoral. Seluruh aspek


lingkungan strategis menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan pilihan-pilihan
pengelolaan. Aspek-aspek perubahan lingkungan strategis tersebut antara lain meliputi;
perkembangan jumlah penduduk di kawasan, hubungan kultural etnis masyarakat perbatasan,
kualitas SDM, potensi kawasan, pertumbuhan infrastruktur, perkembangan perekonomian
rakyat, mobilitas penduduk lintas batas, dinamika politik lokal, serta peta diplomasi batas
negara Indonesia denga negara tetangga. Melalui pengelolaan perbatasan yang didukung
dengan perencanaan tata ruang yang komprehensif dan dukungan kebijakan nasional yang
kuat, disertai kerjasama dengan lintas sektoral dan Daerah yang baik, diharapkan tantangan-
tantangan yang terjadi akibat perubahan lingkungan strategis dapat lebih diantisipasi.

4. Keterpaduan pengelolaan dalam hubungan pusat dan daerah

Pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan melalui instrument pembangunan
di garis batas wilayah negara mau pun di kawasan perbatasan, dalam skala pembagian
kewenangan urusan pemerintahan antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota
memerlukan kejelasan kewenangan dan keterpaduan. Prinsip money follow functions yang
diterapkan dalam system anggaran kinerja saat ini, memerlukan kejelasan akuntabilitas atas
pembiayaan kegiatan menurut kewenangan, antara pusat dan daerah untuk berbagai program
dan kegiatan pengelolaan perbatasan. Tantangan dan permasalahan lain di sektor keuangan
yang akan tetap menjadi bagian dari faktor penghambat pengelolaan kawasan perbatasan,
antara lain : Tarik menarik kepentingan antara pusat dan daerah, rendahnya kapasitas fiskal
daerah, kurangnya alternatif sumber pembiayaan daerah untuk pembangunan kawasan
perbatasan, ketergantungan fiskal daerah terhadap Pusat, disparitas antar daerah dan antar
kawasan, in-efisiensi dan efektifitas pengeluaran pemerintah dan pemerintah daerah,
rendahnya kapasitas sumberdaya manusia dalam pengelolaan keuangan, dan dalam
beberapa hal masih dihadapkan pada perilaku korupsi.

5. Dinamika politik perbatasan

Sekolah Pascasarjana Universitas Mulawarman | 9


Grand Design dan Road Map Kerjasama Penelitian Pengembangan dan Pembangunan
Kawasan Perbatasan Negara
2018

Isu-isu lain terkait dengan dinamika politik perbatasan yang masih akan menonjol, masik
akan diwarnai dengan permasalahan yang belum tuntas terkait dengan garis batas, baik
batas darat mau pun batas laut. Sekali pun tidak secara kuat mempengaruhi perundingan,
namun perkembangan isu-isu yang bersifat sektoral, seperti permasalahan Tenaga Kerja
Indonesia (TKI), degradasi lingkungan, pengusahaan hutan dan pertambangan di kawasan
perbatasn, berbagai ketimpangan disekitar perbatasan, dan tuntutan atau tekanan global
dalam berbagai bentuknya, masih akan mewarnai pengelolaan batas wilayah negara dan
kawasan perbatasan ke depan yang patut untuk diperhatikan.

Visi, Misi, dan Lingkup


Sebagai bagian dari tindak lanjut penjabaan permasalahan dan semangat pengembangan
Universitas Mulawarman, maka perlu disusun Visi, Misi, dan Lingkup Kegiatan dari Road Map
Penelitian Integratif terkait Pengembangan dan Pembangunan Kawasan Perbatasan Negara. Visi
dan misinya adalah sebagai berikut :

Visi :

“Menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan dalam Pembangunan dan


Pengembangan Kawasan Perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam Berbagai
Multidisiplin Ilmu di Tingkat Lokal, Regional, Nasional, dan Internasional pada Tahun 2027”

Misi :

• Menginisiasi dan melaksanakan penelitian untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang


terkait dengan Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Perbatasan NKRI agar dapat
memberikan kontribusi bagi Pembangunan Kawasan Perbatasan NKRI

• Melakukan publikasi ilmiah yang berkualitas dalam skala Lokal, Regional, Nasional dan
Internasional

• Membangun kerjasama dan jejaring dengan lembaga-lembaga pengembangan ilmu yang


sebidang dalam skala Lokal, Regional, Nasional dan Internasional.

• Memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan kualitas tertinggi sesuai dengan kebutuhan
dan perkembangan teknologi

• Menyelenggarakan forum kajian ilmiah untuk pengembangan ilmu pengetahuan

• Mendorong peningkatan kualitas dan kapasitas sumber daya Laboratorium

Lingkup waktu

Sekolah Pascasarjana Universitas Mulawarman | 10


Grand Design dan Road Map Kerjasama Penelitian Pengembangan dan Pembangunan
Kawasan Perbatasan Negara
2018

Penelitian integratif ini dilakukan dalam dimensi waktu yang berjangka. Rencana penelitian
jangka panjang akan dilakukan dalam waktu 10 (sepuluh) Tahun yang mana akan tersaji dalam
Road Map Penelitian. Sedangkan rencana penelitian jangka pendek akan dilakukan pada tahap
pertama, yaitu pada 3 (tiga) Tahun pertama yang akan dimulai sejak dilakukannya Kick Off
Meeting Grand Design Penelitian Integratif untuk Pengembangan dan Pembangunan Kawasan
Perbatasan Negara.

Lingkup Biaya

Penelitian ini dilakukan dengan rancangan jangka panjang, yaitu 10 (sepuluh) Tahun dengan
perkiraan biaya Rp. 500.000.000.000,-. Sedangkan rancangan pembiayaan penelitian jangka
pendek, yaitu 3 (tiga) Tahun diperkirakan mencapai Rp. 45.000.000.000,- yang bersumber dari
pembiayaan APBN, APBD, dan sumber pembiayaan lain sesuai peraturan perundang-undangan.

Lingkup kegiatan

Skema penelitian integratif yang melibatkan banyak bidang atau disiplin ilmu ini setidaknya
mencakup 4 (empat) lingkup kegiatan yang keseluruhannya mengarah pada satu muara, yaitu
penelitian ilmiah dan pengembangan pendidikan :

1. Publikasi ilmiah

Publikasi ilmiah yang merupakan salah satu bentuk hilirisasi penelitian ilmiah difokuskan
pada publikasi tertulis yang bersifat ilmiah dan yang bersifat populer. Publikasi ilmiah yang
bersifat ilmiah dilakukan dalam bentuk jurnal, prosiding, buku diktat, buku referensi, dan lain
sebagainya. Sedangkan publikasi yang bersifat populer dilakukan dalam bentuk menuangkan
sebagian atau seluruh hasil penelitian dalam bentuk artikel dalam media masa seperti koran,
majalah, dan lain sebagianya. Kedua bentuk publikasi tersebut penting dilakukan dalam
rangka penyebarluasan hasil penelitian integratif yang dilakukan.

2. Pengabdian kepada masyarakat

Lingkup pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan terkait Pengembangan dan


Pembangunan Kawasan Perbatasan Negara meliputi pembuatan profil daerah, inisiasi
kampung binaan, pengembangan ekonomi lokal, penanganan konflik sosial budaya,
peningkatan ketahanan pangan, peningkatan ketahanan sosial, peningkatan SDM masyarakat
perbatasan, dan lain sebagainya.

3. Diskusi ilmiah

Lingkup dari diskusi ilmiah ini meliputi diskusi-diskusi formal dan informal yang terdiri dari
seminar, konferensi, diskusi profesi, dan lain sebagainya.

4. Pelatihan dan lokakarya


Sekolah Pascasarjana Universitas Mulawarman | 11
Grand Design dan Road Map Kerjasama Penelitian Pengembangan dan Pembangunan
Kawasan Perbatasan Negara
2018

Lingkup lokakarya yang dilakukan terdiri atas lokakarya bidang sosial ekonomi, pendidikan,
kesehatan, perikanan dan kelautan, sumber daya alam dan lingkungan, dan lain sebagainya
yang dilakukan secara konkruen dengan kegiatan-kegiatan penelitian lainnya.

Core of Research
Pentingnya pembatasan lingkup penelitian yang telah disampaikan sebelumnya adalah bagian
penting dari sebuah penelitian yang integratif dan berkelanjutan. Permasalahan kegiatan
penelitian yang menjadi fokus utama penelitian juga perlu ditentukan demi menjaga output dan
outcome yang dapat diterapkan di masyarakat. Berdasarkan prinsip-prinsip itu semua maka
dipandang perlu menetapkan sel inti dari sebuah penelitian atau Core of Research pada rencana
penelitian integratif terkait Pengembangan dan Pembangunan Kawasan Perbatasan Negara oleh
Universitas Mulawarman. Core of Research yang dimaksud meliputi bidang-bidang sebagai
berikut :

1. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah


2. Pertahanan dan Keamanan
3. Pemberdayaan Masyarakat Desa
4. Manajemen Konflik Sosial, Ekonomi, dan Budaya
5. Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

Konsep Pengembangan Skema Penelitian


Konsep pengembangan skema penelitian ini terdiri atas 2 (dua) dimensi, yaitu dimensi
kedalaman subtansi penelitian dan dimensi keluasan bidang ilmu. Penentuan kedalaman
substansi penelitian ini akan menentukan seberapa kontributifnya penelitian tersebut yang juga
akan menentukan kualifikasi peneliti yang akan melakukan penelitian pada salah satu kedalaman
substansi. Sedangkan penentuan dinemsi keluasan bidang ilmu akan menentukan kepakaran dan
pengelompokan bidang ilmu sejenis yang bepotensi memunculkan temuan-temuan penelitian
yang baru sehingga dapat memberikan khasanah baru dalam ilmu pengetahuan.

Sekolah Pascasarjana Universitas Mulawarman | 12


Grand Design dan Road Map Kerjasama Penelitian Pengembangan dan Pembangunan
Kawasan Perbatasan Negara
2018

Gambar 3. Konsep Pengembangan Skema Penelitian terkait Pengembangan dan


Pembangunan Kawasan Perbatasan Negara oleh Universitas Mulawarman

Sekolah Pascasarjana Universitas Mulawarman | 13


Grand Design dan Road Map Kerjasama Penelitian Pengembangan dan Pembangunan
Kawasan Perbatasan Negara
2018

Selain konsep pengembangan skema penelitian tersebut, perlu juga disusun tema-tema penelitian yang sesuai dengan dimensi bidang
ilmu yang dibangun. Penentuan tema-tema ini bersifat tentatif dan akan menyesuaikan dengan kebutuhan peneliti dan kondisi obyek
penelitian di lapangan. Namun tema-tema ini akan menjadi dasar berpikir bagi para peneliti untuk menentukan judul-judul penelitian.
Tema-tema penelitian tersebut antara lain tersaji dalam matriks berikut :

Tabel 1. Rancangan Tema-tema Penelitian Integratif terkait Pengembangan dan Pembangunan Kawasan Perbatasan
Negara
Sosial dan
Lingkungan Ekonomi Tata ruang Tata kelola
Budaya

 sistem kota,
  planning and
 sustainable regional  decentralization, kutub pertumbuhan,
regional/local
 community-based economic development  sustainable spatial  agropolitan,
governance,
environmental  inter-regional and intra development,  urban-rural linkages,
 metropolitan and
management, regional economic  human resources  rencana tata ruang
regional governance,
 degradation and modelling, allocation, wilayah,
RISET  kerjasama
disasters,  hinterland  urbanization rural-urban  integrated spatial
SUSTAINABLE antardaerah,
 global warming, development, linkages, planning,
REGIONAL desentralisasi,
 greening industrial  industrialization  urban and rural poverty,  strategic spatial
DEVELOPMENT  institutional capacity
sectors, policies, poverty,  demographic transition, development,
development,
 CSR,  development financing,  human resources  coastal development,
 konflik antardaerah,
 environmental  central-local transfer development,  migrasi,
 hubungan pusat-
movements and conflicts system,  gender equality,  sistem perkotaan, daerah,
 local capacity  social capital  ketergantungan kota,  capacity development
 disparitas

Sekolah Pascasarjana Universitas Mulawarman | 14


Grand Design dan Road Map Kerjasama Penelitian Pengembangan dan Pembangunan
Kawasan Perbatasan Negara
2018

Sosial dan
Lingkungan Ekonomi Tata ruang Tata kelola
Budaya
 Local economic
 Peran serta masyarakat  community asset
 Pengurangan risiko development
 perencanaan partisipatif, dalam perencanaan tata management,
bencana berbasis  Pengembangan industri
RISET  Penanganan konflik ruang  Sosial politik
partisipatif rumah tangga
PARTI CIPATORY- antar etnis  Perencanaan ruang masyarakat dalam
 Pengelolaan hutan dan  One village one product
BASED  Pengelolaan aset berbasis partisipatif sistem pemerintahan
lahan adat development
COMMUNITY komunitas  Pengendalian  Evaluasi program-
DEVELOPMENT  Manajemen sumber daya  Pengembangan klinik
 Kesejahteraan sosial pemanfaatan ruang program pro rakyat
alam berbasis kearifan bisnis berbasis aset
masyarakat berbasis partisipasi  Pro-poor, pro-pabour
lokal komunitas
masyarakat dan pro-environment
 Regional poverty

 green infrastructure,
 social impact of
 green transportation,  economic impact of  masterplan sistem  Infrastructure
infrastructure
RISET  green energy, infrastructre, infrastruktur wilayah provision,
provision/development
SUSTAINABLE  green waste,  growth determinant, dan kota, infrastruture
 community access of
INFRASTRUCTURE  green water,  affordability,  analisis sistem development,
DEVELOPMENT infrastructure,
 infrastructure impact,  infrastructure infrastruktur wilayah  public private
 corporate social
 nature and infrastructure investment/finance
responsibility
dan kota partnership
relation/disaster impact

Sekolah Pascasarjana Universitas Mulawarman | 15


Grand Design dan Road Map Kerjasama Penelitian Pengembangan dan Pembangunan
Kawasan Perbatasan Negara
2018

Road Map Penelitian Integratif

Untuk mewujudkan visi dan misi serta konsep pengembangan penelitian terkait Pengembangan dan Pembangunan Kawasan
Perbatasan Negara oleh Universitas Mulawarman maka perlu disusun Road Map Penelitian jangka panjang (10 tahun) yang tersaji
dalam matriks sebagai berikut :

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027

Riset Riset Riset Riset


Sosialisasi Riset
Metode Metode Metode Metode
Roadmap Metode
Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan
RISET
PARTICIPATORY-BASED
Riset Riset Riset Riset Riset Riset OF COMMUNITY
Penyusunan DEVELOPMENT
Fenomena Fenomena Fenomena Fenomena Fenomena Fenomena
Roadmap
Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan

Skripsi/
Tesis/ Disertasi/
Jurnal Ilmiah Jurnal Ilmiah
Jurnal Ilmiah Jurnal Ilmiah RISET
Penentuan, Visi, Jurnal Ilmiah Jurnal Ilmiah Lokal/ Lokal/Nasional/
Lokal/Nasional/ skripsi/tesis/ Lokal/Nasional/
skripsi/tesis/Lokal/Nasional/ SUSTAINABLE
skripsi/tesis/
Misi, dan Arah Lokal/Deseminasi
Deseminasi
skripsi/tesis/
Nasional/Internasional/ Internasional/
Penelitian Internasional/ Internasional/ REGIONAL
hibah Bukuhibah Buku Ajarhibah DEVELOPMENT
Penelitian hibah
Buku Ajar/Thesis Buku Ajar/
Penelitian/Thesis Ajar
Disertasi/
Working Paper/
Policy Paper

Riset Riset Riset Riset Riset Riset


Tindak Lanjut
Kebijakan Kebijakan Kebijakan Kebijakan Kebijakan Kebijakan
Roadmap RISET
Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan
SUSTAINABLE
INFRASTRUCTURE
Riset Riset Riset Riset DEVELOPMENT
Penyusunan Riset
Pemodelan Pemodelan Pemodelan Pemodelan
Publikasi Awal Pemodelan
Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan

Tahap Pengembangan : Tahap Pemantapan :


7 Master, 3 Lektor, 1 Lektor Kepala 6 Master, 1 Doktor, 5 Lektor, 2 Lektor Kepala

Sekolah Pascasarjana Universitas Mulawarman | 16


Grand Design dan Road Map Kerjasama Penelitian Pengembangan dan Pembangunan
Kawasan Perbatasan Negara
2018

Gambar 4. Road Map Penelitian Jangka Panjang (10 Tahun) terkait Pengembangan dan Pembangunan Kawasan
Perbatasan Negara

Sekolah Pascasarjana Universitas Mulawarman | 17


Grand Design dan Road Map Kerjasama Penelitian Pengembangan dan Pembangunan
Kawasan Perbatasan Negara
2018

Organisasi Penelitian dan Komposisi Peneliti

Penelitian integratif ini membutuhkan banyak peneliti dari berbagai disiplin ilmu di lingkungan Universitas Mulawarman. Maka dari
itu perlu dilakukan tim pengelola atau manajemen untuk mendukung jalannya rencana penelitian. Berikut adalah susunan organisasi
penelitian dan rancangan komposisi peneliti terkait Pengembangan dan Pembangunan Kawasan Perbatasan Negara :

Ketua Sekretaris Bendahara


(Professor / S3 PPS UNMUL) Professor / S3 PPS UNMUL) (S3 PPS UNMUL)

POKJA Infrastruktur POKJA Perenc. dan POKJA Pemberdayaan POKJA Manajemen POKJA Pertahanan
dan Transportasi Pengemb. Wilayah Masyarakat Desa Konflik dan Keamanan
(Prof. / S3 Fak. Teknik) (Prof. / S3 KS. PPW, (Prof. / S3KesMas, FKIP) (Prof. / S3 Hukum, (Prof. / S3 Hukum,
FAHUT, FP, Faperik) FISIPOL, FIB) FISIPOL, FIB)
Ekonomi Kerakyatan
(Prof. / S3 Fak. Pertanian dan
FEB)

Mahasiswa dan Pusat Pusat Kajian


Penelitian di Lingkungan UNMUL

Sekolah Pascasarjana Universitas Mulawarman | 18


Grand Design dan Road Map Kerjasama Penelitian Pengembangan dan Pembangunan
Kawasan Perbatasan Negara
2018

Gambar 5. Struktur Organisasi Penelitian dan Rancangan Komposisi Peneliti

Sekolah Pascasarjana Universitas Mulawarman | 19


Grand Design dan Road Map Kerjasama Penelitian Pengembangan dan Pembangunan
Kawasan Perbatasan Negara
2018

Rancangan Penggunaan Biaya

Tabel 2. Tabel 5. Rancangan Penggunaan Biaya Pelaksanaan Penelitian Jangka Pendek (3 Tahun)
Jangka Waktu Harga Satuan
No Uraian Kuantitas Total (Rupiah)
(Semester) (Rupiah)
Biaya Personil
1 Peneliti Utama (GB dan LK) 50 6 15,000,000.00 4,500,000,000.00
2 Peneliti Madya (Lektor) 60 6 10,000,000.00 3,600,000,000.00
3 Peneliti Muda (AA) 70 6 5,000,000.00 2,100,000,000.00
4 Asisten Peneliti (Dosen Non PNS) 80 6 4,000,000.00 1,920,000,000.00
5 Tenaga Administrasi 30 6 2,500,000.00 450,000,000.00

Biaya Non Personil


1 Biaya Perjalanan personil
a. Kab. Mahakam Ulu 10 6 15,000,000.00 900,000,000.00
b. Kab. Malinau 10 6 21,000,000.00 1,260,000,000.00
2 Biaya Komunikasi 1 6 7,000,000.00 42,000,000.00
3 Biaya ATK 15 6 10,000,000.00 900,000,000.00
4 Biaya Sewa Kendaraan 6 6 15,000,000.00 540,000,000.00
5 Biaya Survey dan Sosialisasi
a. Survey lapangan 10 6 25,000,000.00 1,500,000,000.00
b. Sosialisasi ke Masyarakat 10 6 10,000,000.00 600,000,000.00
6 Biaya Publikasi
a. Jurnal Nasional Terindeks 20 6 30,000,000.00 3,600,000,000.00
b. Jurnal Internasional Terindeks 20 6 90,000,000.00 10,800,000,000.00
c. Seminar Nasional (Dalam Negeri) 40 6 10,000,000.00 2,400,000,000.00
d. Seminar Internasional (Dalam Negeri) 40 6 15,000,000.00 3,600,000,000.00
e. Seminar Internasional (Luar Negeri) 20 6 25,000,000.00 3,000,000,000.00
f. Cetak Buku 20 6 25,000,000.00 3,000,000,000.00
7 Beli Printer A4 5 6 1,000,000.00 30,000,000.00
Sekolah Pascasarjana Universitas Mulawarman | 20
Grand Design dan Road Map Kerjasama Penelitian Pengembangan dan Pembangunan
Kawasan Perbatasan Negara
2018

Jangka Waktu Harga Satuan


No Uraian Kuantitas Total (Rupiah)
(Semester) (Rupiah)
8 Beli Printer A3 3 6 4,500,000.00 81,000,000.00
9 Biaya Perawatan Kantor 1 6 15,000,000.00 90,000,000.00
Biaya Sewa Alat Survey dan Pengumpulan
10 Data 10 6 85,000,000.00 5,100,000,000.00

Total Biaya 50,013,000,000.00


PPN + 10 % 5,001,300,000.00
Total + PPN 55,014,300,000.00

Sekolah Pascasarjana Universitas Mulawarman | 21

Anda mungkin juga menyukai