Anda di halaman 1dari 5

PEMBAHASAN

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbesar di dunia. Wilayah
Indonesia terdiri atas rangkaian pulau-pulau besar dan kecil sekitar 17.504 buah yang membentang
seluas kurang lebih 8.300.000 Km2. Sesuai dengan kondisi geografisnya Negara Iindonesia memiliki
daerah perbatasan yang berupa perbatasan darat dan perbatasan laut. Penduduk Indonesia yang
berjumlah kurang lebih 270.054.853 jiwa tersebar secara tidak merata di seluruh wilayah Indonesia.
Sebagian besar berada di pusat-pusat pemerintahan ataupun industri, akibatnya sebagian kecil yang
menempati daerah-daerah terpencil. Daerah terpencil tersebut itu sebagian besar berada di daerah
perbatasan negara. Kehidupan di daerah terpencil termasuk daerah perbatasan berbeda dengan
kehidupan di pusat pemerintahan atau industri. Kehidupan di pusat pemerintahan dan daerah
industri memiliki kelengkapan sarana dan prasarana yang baik. Namun di daerah terpencil, termasuk
daerah perbatasan berlaku kondisi yang sebaliknya. Kenyataan lain bagi daerah terpencil dan daerah
perbatasan adanya kondisi alam yang sangat sulit dijangkau berupa pegunungan, hutan, bahkan
lautan. Akibatnya sistem sirkulasi daerah-daerah perbatasan kurang memadai.

Sulitnya sistem sirkulasi daerah-daerah perbatasan memberi dampak sulitnya pengawasan dan
pengendalian segala aktivitas penduduknya oleh pemerintah pusat. Akibatnya lebih lanjut adalah
rasa keterpencilan atau rasa ketersaingan yang kurang diperhatikan oleh pemerintah, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Rasa ketersaingan sebagian masyarakat Indonesia
terjadi di sepanjang perbatasan kalimantan dengan Serawak dan Sabah, Pulau Miangas di Provinsi
Sulawesi Utara berbatasan dengan Philipina dan wilayah Papua yang berbatasan dengan Negara
Papua Nugini.

Di perbatasan Kalimantan, masyarakat Dayak lebih mudah berinteraksi dengan anggota masyarakat
di seberang perbatasan. Hal ini menyebabkan timbulnya rasa kedekatan mereka yang lebih kuat bila
dibandingkan dengan interaksi mereka dengan masyarakat lain di Indonesia. Hal ini apabila tidak
diperhatikan dan tidak ditangani secara cepat dan tepat, maka jalinan rasa kedekatan dengan
masyarakat negara tetangga akan semakin kuat. Oleh karena itu, tidak mustahil masyarakat
Indonesia sepanjang perbatasan akan berpaling secara psikologis, sosiologis dan bahkan politis
kepada negara tetangga. Perhatian kepada daerah perbatasan seperti tersebut diatas akan
menimbulkan akibat seakan-akan batas negara bergeser ke dalam wilayah Indonesia. Kenyataan ini
mengakibatkan adanya batas imajiner yang berupa batas pengaruh asing yaitu pengaruh dari negara
tetangga terhadap wilayah Indonesia. Pengaruh asing dapat berawal dari pengaruh ekonomi dan
budaya. Akan tetapi pengaruh tersebut apabila tidak ditangani secara efektif dapat berkembang
menjadi permasalahan politik yang berujung pada kehendak memisahkan diri dari Indonesia. Hal ini
merupakan ancaman yang sangat berbahaya terhadap keutuhan persatuan dan kesatuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Masalah Perbatasan Indonesia dengan negara tetangga:

I. Indonesia – Malaysia
Implementasi yang harus dilakukan untuk menjaga kedaulatan negara guna
mempertahankan persatuan dan kesatuan yaitu tegas terhadap segala bentuk permasalahan
perbatasan termasuk di Tanjung Datu dan Camar Bulan. Pemerintah harus tegas terhadap
kasus yang ada diperbatasan . Menurut Guru Besar Hukum Internasional Universitas
Indonesia, Hikmahanto Juawana mengatakan, Pemerintah Indonesia harus bersikap tegas
terhadap Malaysia terkait daerah perbatasan yang masih dalam masalah (outstanding
boundary problem) OBP. Indonesia perlu meminta Malaysia kembali melakukan survei
lapangan terkait batas-batas kedua negara yang masih perlu dibicarakan. Hikmahanto
menuturkan, pada tahun 1978 Indonesia dan Malaysia menandatangani nota kesepahaman
(MoU) tentang garis batas di Pulau Kalimantan. MoU itu dibuat untuk menindaklanjuti
Traktat London tahun 1824, perjanjian perbatasan antara pemerintah kolonial Inggris dan
Belanda yang saat itu belum secara detail mengatur titik koordinat di perbatasan. Dalam
MoU tersebut terdapat 10 titik yang masih menjadi masalah.

II. Indonesia – Timor Leste


Implememtasi di tengah negosiasi yang lambat antara pemerintah Indoneisa dengan Timor
Leste, masyarakat di kedua negara telah memulai dialog dengan pendekatan budaya untuk
menyelesaikan perselisihan. Pertemuan tersebut dilakukan sesuai dengan tradisi Timor,
ditandai dengan upacara dan ritual adat. Para raja berusaha menyatukan kembali ikatan
persaudaraan dan perdamaian antara masyarakat yang memiliki kesamaan leluhur. Mereka
sepakat untuk menyelesaikan semua masalah berdasarkan prinsip perdamaian dan
kekeluargaan. Mereka juga menandatangani kesepakatan untuk memperlakukan perbatasan
Indonesia dan Timor Leste sebagai batas administrasi yang tidak seharusnya membatasi dan
memutus ikatan kekeluargaan mereka.

III. Indonesia – Papua Nugini


Dalam beberapa perjanjian kedua negara sepakat untuk tidak saling mengancam, atau
mengguankan kekuatan unutk saling melawan satu sama lain dan tidak bekerja sama dengan
negara atau pihak lain yang bermaksud mengganggu dan memiliki tujuan tertentu.
Perjanjian tersebut juga juga digunakan sebagai media konsultasi dan negosiasi jika terjadi
sengketa diantara kedua negara.

Ada beberapa prinsip kebijaksanaan yang dapat dikembangkan dalam mengatasi permasalahan
tersebut sebagai berikut:

1. Adanya perbaikan sistem sirkulasi di seluruh wilayah negara, terutama pada daerah-daerah
terpencil sepanjang daerah perbatasan negara. Hal tersebut untuk menghilangkan rasa
keterpencilan atau rasa ketersaingan sebagian masyarakat serta meningkatkan efektivitas
komunikasi antar golongan masyarakat dan antar daerah di dalam wilayah Negara
Indonesia. Disamping itu, perbaikan sistem sirkulasi dapat meningkatkan efektivitas
pengawasan dan pengendalian masyarakat oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
2. Upaya membangun pusat-pusat pertumbuhan di daerah terpencil atau daerah perbatasan
sesuai dengan potensi daerah tersebut. Pembangunan ini diarahkan untuk mewujudkan
percepatan pemerataan kesejahteraan rakyat. Pembangunan juga diharapkan memeberi
daya tarik baru yang mampu mengalihkan perhatian masyarakat daerah perbatasan dari
tempat pertumbuhan di negara-negara tetangga.
3. Upaya menjalin kerjasama dalam bidang budaya, ekonomi, dan politik dengan negara
tetangga yang berbatasan. Kerjasama ini dimaksudkan untuk menumbuhkan pusat-pusat
kehidupan yang tidak merugikan bagi kedaulatan wilayah masing-masing negara.

Maka dari itu, diplomasi perbatasan dan pembangunan wilayah perbatasan harus diarahkan untuk
mengembangkan tata ruang wilayah perbatasan menjadi kawasan strategis dan potensial dalam
rangka penataan tata ruang wilayah dalam memperhatikan pengamanan daerah perbatasan guna
menjaga tetap tegaknya keutuhan dan perstuan di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.
Implementasi Badan Nasioanal Pengelola Perbatasan (BNPP) sekurtitas darat dalam upaya
meningkatkan perstuan dan kesatuan bangsa dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia:

1. Pendekatan Kemanan
Dalam pendekatan kemanan, kebijakan pemerintah sudah lama diterapkan, dimana TNI
yang jaga masuk dalam lingkaran koordinasi BNPP mengambil peran terbesar. TNI
mengakomodasi pertahanan kemanan dalam dua dimensi, yaitu pertahanan tradisional dan
pertahanan non tradisional/non militer.
Dalam pertahan tradisional, TNI menghadirkan dua satgas, yaitu dengan mendirikan tiga
pos Pengamanan Batas (Pamtas) dan Pos Gabungan Bersama (Gabma). Pos Gabma ini
merupakan bentuk kerjasama militer Indonesia dan Malaysia dalam menjaga perbatasan
mereka.
Sementara untuk pertahanan nontradisional, TNI melakukan berbagai Program yang
membantu kesejahteraan masyarakat seperti program TNI masuk desa, mulai dari
membantu membangun jalan akses ke desa-desa perbatasan terpencil, hingga mengadakan
bakti sosial berupa pengobatan gratis dan pemberian sembako. Dengan demikian,
diharapkan agar masyarakat terbatu dan citra TNI di perbatasan yang dianggap penghalang
bisa terkikis.
2. Pendekatan kesejahteraan
Mempercepat upaya pengamanan dan pengembangan sarana prasarana Custom,
Immigration, Quarantine and Security (CIQS) di Pos Pemeriksaan Lintas Batas (PPLB).
Percepatan pembangunan sarana dan prasarana, dalam arti memperluas, memperbanyak
maupun meningkatkan kapasitas pelayanan sarana dan prasarana yang sudah ada, karena
bagaimanapun peningkatan kegiatan ekonomi dan investasi memerlukan dukungan
ketersediaan jaringan listrik, air, telekomunikasi, transportasi, pelabuhan (darat dan laut),
pasar, serta pembangunan pos lintas batas khususnya pada titik-titik yang sudah disepakati.
Di samping itu, perlu ditunjang dengan penyediaan sarana dan prasarana seperti bea cukai,
karantina, imigrasi serta keamanan.
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengawasan di pos-pos lintas batas terhadap lalu lintas
barang dan orang. Peningkatan pengawasan meliputi penambahan pos-pos pengawasan dan
personil pos lintas batas. Dalam konteks ini sesungguhnya upaya untuk meningkatkan
kualitas pos-pos lintas batas juga harus dibarengi oleh peningkatan kualitas kesejahteraan
petugas jaga dan masyarakat disekitar perbatasan.
4. Meningkatkan koordinasi antar instansi pemerintah yang terkait dalam pengamanan wilayah
perbatasan seperti TNI, Polri, Kantor Imigrasi Kementrian Hukum dan HAM, Kementrian
Kehutanan, serta Pemerintah Daerah guna menciptakan wilayah khsusnya perbatasan tetap
berdaulat atas Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Membangun sarana jalan dan prasarana transportasi dan telekomunikasi sepanjang
perbatasan untuk membuka keterisolasian wilayah perbatasan. Sarana prasarana yang ada
bukan hanya memberikan kemudahan bagi petugas dalam pengamanan wilayah perbatasan,
tetapi juga menstimulasikan peran serta masyarakat dalam pengamanan wilayah negaranya.
6. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Alutsista (Alat Utama Sistem Pertahanan) yang dimiliki
oleh TNI dan Polri serta penggunaan radar ataupun drone sebagai alat bantu monitoring
wilayah.
Peran Mahasiswa dalam upaya menjaga wilayah perbatasan dan pemberdayaan masyarakat
perbatasan :

1. Program Kuliah Kerja Nyata (KKN)


Lima mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) akan mengikuti Kuliah Kerja
Nyata (KKN) Kebangsaaan di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Bersama
mahasiswa dari perguruan tinggi lain, mereka ditugaskan untuk memberdayakan
masyarakat perbatasan tersebut selama 40 hari. Ketua Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Prof. Dr. Totok Sumaryanto menjelaskan, KKN
Kebangsaan adalah skema KKN yang diselenggarakan Dirjen Dikti. Tahun ini, kegiatan
tersebut dikelola Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak. Selain itu UNNES
juga mengirim 15 mahasiswa dalam KKN Terpadu Relawan Guru Sobat Bumi. KKN skema
ini difasilitasi oleh Pertamina Foundation. Peserta KKN akan ditugaskan di Papua.

2. Pengawasan lewat dunia maya. Ini bisa dilaksanakan oleh mahasiswa dengan
memaksimalkan media sosial, baik itu Facebook, YouTube, Instagram, dan sederet nama
lainnya sebagai sarana mengontrol, mengawasi, dan memberikan informasi-informasi
berkaitan dengan daerah perbatasan.
Daftar pustaka

Prabawaningtyas, Shiska 2009. ‘’ Diplomasi Bertetangga Baik dan Penegakan Hukum dalam
Manajemen Perbatasan’’ dalam Beni Sukadis (ed). Almanak Reformasi Sektor Keamanan Indonesia.
Jakarta: Lesperssi-DCAF

Sutisna, Sobar, 2011. “ Pengamanan Wilayah Perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
Kepastian Hukum bagi Pertahanan Wilayah Negara”. Jakarta: Universitas Pertahanan Indonesia

Kompas, 2011. “ Sengketa Perbatasan Bertahun-tahun “.

Juwana, Hikmahanto 2011. “ Lagi-lagi Soal Perbatasan “

Pansus Perbatasan Negara dan Tim Kerja Perbatasan Negara Komite I. 2011 “ Perbatasan Negara:
Problema dan Solusi “. Jakarta: DPR RI.

Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan. 2011. “Desain Besar Pengelolaan Batas Wilayah Negara
dan Kawasan perbatasan Tahun 2011-2025 “. Jakarta: BNPP

Jurnal Caraka PrabuK, 2017 Volume 01 No. 01. 79 MODEL PEMBANGUNAN KAWASAN PERBATASAN

Umar S. Tarmansyah, 2014. “ Potensi dan Nilai Strategis Wilayah Perbatasan Negara: Permasalahan
dan Solusinya “. Puslitbang Indhan Balitbang Dephan.

https://unnes.ac.id/berita/ke-bengkayang-mahasiswa-unnes-berdayakan-masyarakat-perbatasan/

Anda mungkin juga menyukai