Anda di halaman 1dari 9

PelaksGnaan Adminislrasi Pemerimahan dan Pengelolaan Pulau· Pulau 67

PELAKSANAAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN


DAN PENGELOLAAN PULAU-PULAU INDONESIA
DI WILA Y AH PERBATASAN
Dr. (H.C.) Hari Sabarno, SIP, MBA, MM.

I. PENDAHULUAN

Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 telah mengamanatkan


sebagaimana tersurat dalam alinea keempat yang juga merupakan visi dan
cita-cita bangsa Indonesia dari Sabang sampai dengan Merauke. yaitu : "
Untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang
melindungi segenap 8angsa Indonesia dan seluruh lUmpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umUll1 , ll1encerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan. perdall1aian abadi, dan keadilan sosial .. ..
Untuk ll1ewujudkan visi dan cita-cita bangsa tersebut, perlu
didukung oleh adanya kejelasan fisik dari wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan adanya kejelasan ruang lingkup pengelolaan
perbatasan agar nantinya dapat mell1inimalkan terjadinya konflik
perbatasan dengan negara tetangga. Apabi la ditinjau secara fisik Indonesia
me rupakan negara lerbesar kelima di dunia yang dibatasi dua matra , yaitu
di laut dengan sepuluh (10) negara (Australia, Malaysia, Singapura, India,
Thailand. Vietnam , Filipina, Papua New Guinea , dan Timor Leste), dan
di darat dengan tiga (3) negara tetangga (Malaysia , Papuan New Guinea,
dan Timor Leste). Karakteristik sosial dalam pendefinisian batas negara di
kedua matra tersebut sangat berbeda , demikian pula sifat
permasalahannya.
Namun demikian pemikiran untuk menangani keduanya secara
konkrit perlu dimiliki suatu pola, ditinjau dari aspek filosofis, yuridis,
politis, sosial ekonomi , kullUr histori , serta didukung oleh aspek teknis
dan penguasaan teknologi yang kian pesat perkembagannya .
Perhatian Pemerintah terhadap legas dan jelasnya balas negara
secara fisik sebenarnya bukan tidak pernah ada. namun perhatian tersebuI
nampak mengalami pasang surut dan penanganannya masih secara ad-hoc.
dimulai sejak Deklarasi luanda 13 Desember 1957 yang menetapbn
wilayah Perairan Indonesia dengan menggunakan konsep • "::g:t.."2
Kepulauan alau juga dikenal Wawasan Nusantara. mengg:ma:ib>:l

Nomor I Ta/1I1Il XXXI]]


68 HukllJll dan Pelllballgul111n

Ordona nsi Belanda tahun 1939 yang dikcnal dengan "Terriror iale Zee en
Maritieme Kringell Ordonantie".
Dek larasi rersebur walaupun te rkesan disiapkan seea ra ad-hoc
menjelang dilaksanakannya Konvensi Perse rikaran Bangsa-Bangsa (PBB)
mengenai hukum laut di Genewa. bulan Pebruari 1958, namun atas
kegigihan pa ra perunding Republik Indonesia pada waktu itu . maka hanls
diaku i bahwa Indones ia te lah berhasil meyakinkan konsep negara
kepulauan (Archipelagic State) kepada masya rakat dunia .
Selanj umya scbagai tindak lanjut Deklarasi luanda dikeluarka n
Perpu NO.4 tahun 1960 tenrang Perairan Indonesia sebagai dasar hukum
lIntuk mcllctapkan {ilik dasar guna mengukur lehar laut terrirorial 12 mil
(hams laut territoria l) el imana kedua pulau tersebut (Sipadan dan Ligitan)
bdulll uiperhirungkan sebagai pulau-pulau terluar lImU K menarik titil.:
Liasa r ll1 en~ukur lebar laut territorial 12 mil.
Pada rahun 1982. Perikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Illeillberiakuka n
"U nit ed Nations Conve llIion on the Law of the Sea (UNCLOS 1982)"' .
ya ug kelllutiiall Liiratifikasi deng;'11l Undang. UIllJa ng NomOI" 17 tahull
1985. yang Illengaruskan Indonesia umuk Il1cla kukan berbagai penemuan
Jan pengaturan se rla pcnataan batas laU[ Ilegara (baras laue (erri w rial.
halas lamias konrinen. dan zona ekonomi eksklusiO. Sebagai illl plelllenrasr
UNCLOS 19X2. diterbitkan Undang Unclang Nornor () Tahun 1998
tC J1I ang Perubahan Tilik Dasar dan Ga ri s Dasa r Di Sckirar Kepulauan
Natuna. dan terakhir Pemerinrah telah mcnerbitkan Peraturan Pcmerimah
NOlllor 38 Tahun 2002 temang Dartar Koordinat Geografis Titik-titik
Garis Pangkal Kepu lauan Indonesia. Dcngan terbitnya Peramran
Pemerinrah NomoI' 38 Tahun 2002 in i berarti Indonesia telah merniliki
I R3 rit ik dasar sebagai aeuan ya ng jclas dalam setiap rerundingan
perbatasan eli laut dengan negara teta ngga. Dari I g3 titik dasar ter"ebut
terclapat 84 Pulau-pulau kecil yang dijadikan acuan tcrrnasuk Pulau
Sipadan clan Pulau Ligitan. yang oleh Imernas ional Court of Justice di
tetapkan menjacli milik Ma laysia.

imlllari - Morel 2()()3


Pelaksallaan AdminiSlrasi Pemerintahan dan Pengelolaan Pulau -Pulau 69

II. PENANGANAN PERBATASAN DAN IDENTIFIKASI PULAU-


PULAU

1. PERBATASAN ANTARA NEGARA

Pengelolaan administrasi perbatasan negara dilakukan dalam


kerangka memperjuangkan dan memelihara kebutuhan vital bangs a
Indonesia baik di bidang politik , ekonomi, maupun pertahanan dan
keamanan nasional. Oiawali perjuangan di bidang politik dan hankam
Indonesia pada era 1950-1970 dihadapkan pada pergolakan di dalam
negeri yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa, kestabilan
politik , dan keamanan, antara lain dari gangguan PRRI , Permesta , dan
lain sebagainya. Selama perairan Indonesia diantara pulau-pulaunya
merupakan laut bebas, maka selama itu pula bangsa Indonesia akan
merasa dirinya terpecah-pecah dala m beribu-ribu pulau yang terpisah-
pisah. Aspek politik dan Hankamnas lainnya pada waktu itu ' juga
berkaitan dengan pembebasan Irian Barat dan Gerakan Pengacau
Keamanan (GPK) di Kalimantan, yang penanganan permasalahan
perbatasan antara negara lebih menonjol melalui pendekatan sekuriti
(Security Approach).
Sekarang era telah berubah , tuntunan zaman pun telah berubah.
pengalaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia telah ' berhasil'
menyakinkan dunia untuk menyatukan konsep kesatuan geografis dengan
konsep kesatuan politik pemerintahan negara dalam bentuk konsep negara
kepulauan atau wawasan nusantara melalui Oeklarasi luanda 1975.
Tinggal kita sekarang bagaimana mengisi estimasi negara kepulauan
Indones ia melalui konsep pembangunan ekonomi nasional yang
berkelanjutan dan konsep otonomi daerah dalam bingkai Negara Kesatua n
Republik Indonesia. Keinginan tersebut cukup jelas di dalam Undang
Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas tahun 2000-2004 , ya itu
adanya keinginan kuat untuk memajukan masyarakat kJ1Ususnya di daerah
perbatasan melalui pendekatan kesejahteraan (Prosperity Aprroach).
Oi dalam penanganan pengelolan perbatasan negara dengan
tetangga selama ini , telah dilaksanakan dengan membentuk lembaga-
lembaga yang bersifat ad-hoc, antara lain:
1). General Border Committee (GBC) Republik Indonesia - Malaysia
ditangani oleh MABES TN!.

Nomor J Tahull XXX/lJ


70 HuK.UlJl datl Pembollgullall

2). Joint Commission Meeting OCM) Republik Indonesia - Ma laysia


ditangani oleh Deparremen Luar Negeri.
3). Joim Border Committee (lBC) Republik Indonesia - Papua New
Guinea ditangani oleh Deparremen Luar Negeri.
4). Joim Border Committee (JBC) Republik Indonesi a - Republik
Demokratik Timor Leste ditangani oleh departemen Dalam Negeri
5). Sub Komisi Teknis Landas Kontinental ditangani oleh Deparremen
Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia.
6). Sub Komisi Teknis Survey dan Demokrasi (umuk batas darat
Republik Indonesia - Malaysia) ditangani oleh Deparremen Dalam
Negeri.
7). Sub Komisi Teknis Survey Penegasan dan Penetapan Batas Republik
Indonesia - Papua New Guinea ditangani oleh MABES TN!.
8). Sub Komisi Teknis Border Demarcation and Regulation Republik
Indonesia - Republik Demokratik Timor Leste ditangani oleh MABES
TNI dan BAKOSURTANAL.

Oi dalam penanganan pengelolaan perbatasan negara dengan


negara tetangga. batas darat mendapat prioritas penanganan. karena
kejelasan batas secara lisik di darat sangat mempengaruhi pelaksanaan
pembangunan . Dari batas negara di darat dapat diketengahkan bahwa
negara Republik Indonesia berbatasan darat dengan Papua New-Guinea.
Malaysia. dan Republ ik Demokratik Timor Leste. Pelaksanaan batas darat
dengan ke tiga negara tersebut masih dalam tahap penyelesaian secara
menyeluruh karena sangat membutuhkan ketersediaan dana yang tidak
sedikit serta kesiapan dalam memenuhi dan menjalankan strateg i atau
kebijakan umuk mendapatkan pegangan legalitas hukum dengan tetap
menghargai kedaulatan negara masing·masing.
Pengalaman kita hingga sekarang. secara yuridis formal
pengelolaan perbatasan negara masih mengalami kesulitan untuk dapat
menyentuh semua aspek yang menyertainya ; terutama dalam
pelaksanaannya di lapangan . Dirasakan bahwa dalam upaya pemecahan
masalah wilayah perbatasan amara negara masih tampak bersifat parsial
dan ad-hoc dilihat dari lembaga-Iembaga yang me nang ani perbatasan
negara sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.

Jannar; - Maret 2003


Peiaksallaan Admillistrasi Pemerinrahan dan Pengelolaall Pulau-Putau 71

2. PERBATASAN ANTAR DAERAH

Dengan diberlakukannya Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999


tentang Pemerintah Daerah sebagai pengganti Undang Undang Nomor 5
Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah, maka terjadi
perubahan yang cukup signifikan, yaitu dengan ditetapkannya kewenangan
pengelolaan oleh Daerah di wilayah laut.
Kewenangan daerah di wilayah laut adalah untuk mengelola
sumberdaya nasional yang tersedia di wilayalmya dan tanggung jawab
memelihara kelestarian lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, kewenangan meliputi : (1) Explorasi, exploitasi,
konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut sebatas wilayah laut; (2)
Pengaturan kepentingan administrasi; (3) Pengaturan tata ruang; (4)
Penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah atau
yang dilimpahkan kewenangannya oleh Pel1lerintah; dan (5) bantu an
penegakan keamanan dan kedaulatan negara.
Kewenangan daerah di wilayah laut ini ditetapkan untuk Provinsi
sejauh 12 (dua bel as) mil laut yang diukur dari garis pantai ke arah laut
lepas dan atau ke arah perairan kepulauan, sedangan kewenagan untuk
daerah Kabupaten dan Kota di wilayah laut adalah 1/3 (sepertiga) dari
batas laut Provinsi.
Disal1lping penegasan batas pengelolaan di wilayah laut, Illaka
penegasan batas di wilayah darat untuk daerah Provinsi, Kabupaten, dan
Kota sebagailllana dial1lanatkan Undang-Undang Pel1lbentukannya, juga
ll1erupakan prioritas untuk ditangani guna ll1ewujudkan tertib
penyelenggaraan administrasi dalall1 rangka pembinaan wilayah terl1lasuk
di dalall1nya kewenangan pengelolaan pulau-pulau di wilayahnya serta
kepastian dalalll pengelolaan sumberdaya yang tersedia.

3. IDENTIFIKASI PULAU-PULAU

Berdasarkan data yang dillliliki, terdapat 17.504 pulau dan yang


telah terinventarisir sejul1llah 7.387 pulau yang bernama , dan 10.118
pulau yang belum bernama yang tersebar di seluruh Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Dari antara 7.387 pulau yang bernama tersebut ,
terdapat 67 pulau yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, 12
pulau diantaranya perlu mendapatkan perhatian khusus, karena terletak di
perbatasan terluar yang langsung berbatasan dengan negara tetangga,
yaitu: P. Sekarung (Prov. Kep. Riau); P. Marore (Prov. Sulul); P.

Nomor J Tahllil XXXlIl


72 Hukul1l dall Pembanglll1all

Miangas (Prov. Su lu[ ); P. Fani (Prov. Papua); P. Fanildo (Prov. Papua):


P. Bras (Prov. Papua); P. Rondo (Prov NAD); P. Berhala (Prov.
Sumu[): P. Nipa (Prov. Riau); dan P. Ba[ek (Prov. NTT): P. Dana (Prov.
NTT): tlan P. Marampi[ (Prov. Sulut). Dari sejum lah 17.504 pulau
[ersebu[ [erdapa[ ribuan pulau-pulau besar kecil yang se lama ini kurang
mendapa[ perhatian dan sen[uhan ini sering menimbulkan kontlik balas
amar daerah. apalagi daerah perba[asan yang diperebUlkan mengadung
sumberdaya alam.
Disamping pennasalahan-permasalahan perba[asan an[ar negara.
[erdapa[ juga permasalahan perba[san an[ar daerah, amara lain :
a). Di dalam setiap Undang Undang Pembemukan Daerah O[onom baik
Provinsi. Kabupa[en/KOIa. belum didukung dengan ba[as tlaerah
secara pas[i di lapangan yang dilengkapi dengan lili k koordinal. hal ini
, ering menimbulkan kontlik balas amar daerah. apalagi daerah
perbarasan yang diperebutkan mengandung sumberdaya alal11.
b). Belulll ada penga[uran yang lebih jelas [emang kelVenangan
pengel olaan wilayah lau[ di daerah. sehingga sering menimbulkan
persengke[aan nelayan [radisional antar daerah yang bcrba[sa n.
c ). Peta yang dibua[ oleh berbagai ins[ansi. belulll dapar dijadikan
pegangall hersama eli dalam melakukan kegiatan penegasan batas pasti
daerah di lapangan.

Sela in permasalahan perbatasan amar negara dan dae rah. juga


c1apa[ c1ikemukankan beberapa permasalahan di dalam pengelo la an
sejumlah pulau-pulau kecil. alllara lain sebagai beriku[ :
a). Belum ada publikasi resmi dari Pemerilllah [elllang da ftar nama-nama
pulau di Ind ones ia ya ng di bukukan a[au dikodifikasikan dalam dafrar
nama amu register nama-nama pu lau yang lazim disebut dengan
Gazetir nasional. yang dapa[ digunakan dalam berbagai kepentingan
dan sebagai pedoman bagi pakar sosial-ekonomi. s[alis[ik. pe[ugas
sensus. perencana, pembuatan pe[a se na masyarakal nasional dan
internasional.
b). Masih banyaknya pulau-pulau di Indonesia yang belul1l bernama dan
perlu dilakukan invemarisasi dan pembakuan nama pulau melalui
prosedur dan [a [a cara pemberian dan pembakuan nama unsur
geografis yang standar.

j(1l1uori - Maret 2003


Pelaksallaan Adminislrasi Pemerintahan dan PengelolaclIl Pulau· Pulau 73

c). T erdapat 67 (enam puluh tujuh) pulau terluar di wilayah Republik


Indo nesia ya ng berbatasan langsung dengan negara tetangga, 12 (dua
belas) diantaranya memerlukan perhatian kIlUsus.
d). Terbatasnya sarana dan prasarana di daerah untuk melakukan
pembinaan. pengawasan dan pengelolaan. khususnya terhadap pulau-
pulau ya ng terpencil ya ng sulit dijangkau dan tidak berpenghuni.

III. KEBIJAKAN

Memahami pennasalahan-pennasalahan perbatasan dan pengelolaan


pulau-pulau yang terletak dikemukaan , maka langkah-Iangkah kebijakan
yang akan diambil adalah :

A. ASPEK KELEMBAGAAN

I). Unt uk menangani ll1asalah perbatasan agar lebih opti mal diperlukan
lell1baga yang dapat berbentuk :
a). Forul11/setingkat Dewan dengan keanggotaan terdiri dari pimpinan
inslitllsi terkait. Dewan dibantll oleh Sekretariat Dewan. Bemuk
ini ll1ell1punyai kelebihan dalall1 m enyesesa ikan masalahlpersoalan
lebih lerpadu dan hasil lebih maksill1al, karena didukung oleh
insti tusi lerkait. Sedangkan kelemahannya tidak operasional ,
keanggotaan forum sering berganti-ganti, sehingga kesinambungan
kegiatan tidak terjamin dan sering terlambat dalam mengambil
kepurusan.
b). Badan (LPND) ya ng mandiri terlepas dari institusi lain dan
langsu ng di bawah Presiden. Bentuk ini mempunyai kelebihan
bersifal Olonom. hasi l kebijakannya be rsifal operasional dan
personi l terdiri dari SDM yang sesuai dengan bidang kerja serta
ll1ell1iliki kewe nangan dalam menentukan program dan anggaran
secara ll1andiri. Sedangkan kelemahannya terjad i pengambilalihan
fungsi-fungs i sektor, sehingga kebijakan ya ng ditetapkan kurang
didukung oleh sekwr terkait.
2). Pengelolaan perbatasan yang akan ditangani oleh ForumlBadan harus
ll1eliput i batas laut, batas darat dan seluruh aspe k pengelolaan
wilayah perbatasan negara.

NOlllor J TalulII XXXlll


74 Hukum dan Pemballgunan

3). Untuk menangani Illasalah perbatasan di tingkat Daerah, perlu


dibentuk lelllbaga Teknis Daerah (8adan).
4) . Mengingal perlllasalahan perbalasan yang lerus berkelllbang dellgan
segal a kompleksitas dan konsekuensinya , maka perlu dilindaklanjuli
dengan langkah-Iangkah nyata, baik dari Pemerintah Pusal maupun
Pelllerintah Daerah untuk menangani perlllasalahan perbatasan, sesuai
dengan kewenangan Illasing-masing.
5). Pengisian personil lembaga/forum yang akan dibentuk, direkrul dari
institusi-instiLUsi yang selama ini Illenangani dan terlil:Jal langsung
dalam pengelolaan perbatasan antara negara, sehingga kesinalllbungan
kebijakan dan kerjasallla organisasi dapat terjaga.

B, ASPEK YURIDIS

I). Peninjauan berbagai peraturan perundang-undangan (UU. PP . Keppres


dll .) yang berkaitan dengan penanganan batas dan perbarasan nega ra
haik daral maupun balas laut.
2). Pe rlu rUlllusan kebijakan baru sebaga i lerobosan dalam pengelolaan
perbatasa n negara secara efektif dan efisien de ngan melibalkan peran
se n a pemda dan parrisipas i komunitas Illasya ra kar di perbarasan.
3). Perlu d isusun dasar yur idis penanganan masalah perbalasan negara
dengan menyusun undang-undang lentang baras wilayah negara dan
pengelolaatmya sebagaimana dirumuskan pasal 25 A Undang-Undang
Dasar 1945.

C. ASPEK PROGRAM

I). Guna mencapai hasil yang optimal dalam mewujudkan tertib


penyelenggaraan administrasi pemerimahan, umuk mendapatkan
kej elasan pembinaan wilayah, pengawasan dan pengelolaan
sumberdaya alam, maka dilanjutkan dan diselesaikan penegasan baras
wilayah darat dan wilayah laut.
2). Melakukan pendataan dan pembakuan nama pulau -pulau, sena disuslIn
pedoman teknis yang memenuhi standar internasional da n nasional
umuk mendukung pekerjaan tersebut, meningkatkan koordinasi dengan
instansi terkait dan pergllruan tinggi. Kemudian dilakukan penyusunan

JanuQI'i - Maret 2003


Pelaksanaan Adlliinistrasi Pemerintahan dan Pengelolaan Pulau-Pulau 75

daftar nama-nama pulau dan kepulauan dalam bentuk buku Gasetir


Pulau-pulau dan Kepulauan di Indonesia oleh Instansi resmi
Pemerintah (Departemen Dalam Negeri), yang selanjutnya
didepositkan ke PBR
3). Terhadap pulau-pulau terluar wiJayah Indonesia yang berbatasan
langsung dengan negara tetangga dilakukan prioritas penanganannya
bekerjasam3 dengan instansi terkait seperti Deparlemen Pertahanan,
departemen Luar Negeri, Dep-artemen kelautan dan Perikanan, Dinas
Oceanografi TNI-AL, Bakosurtanal, Daerah Provinsi, Daerah
Kabupaten/Kota, dan lainnya, untuk melakukan pengamanan,
pengawasan, pendataan serta kemungkinan pembagunan dan
pengell1bagan wilayah sesuai potensi dikandung.

IV, PENUTUP

Demikian beberapa hal yang menyangkUl masalah admil1lsrrasi


pell1erintah di bidang perbarasan dan pulau-pulau yang dapar disampaikan
dalam kesemparan diskusi ilmiah ini. Semoga hal-hal rersebur dapar
ll1embuka wawasan kira dan diharapkan masukan-masukan yang
konsrrukrif dalam rangka ll1enyusun kebijakan lebih lanjur di bidang
adm inisrrasi pemerinrah di bidang perbatasan dan pengelolaan pulau-pulau
di masa akan datang.

~~,AU'M NEGERI,

NOlllOr I Tahull XXXIlJ

Anda mungkin juga menyukai