Anda di halaman 1dari 24

OLEH

PROF.DR. M.J. SAPTENO,SH, MHum


Pusat gravitasi geo-ekonomi dan Geo-politik dunia
sedang bergeser dari barat ke timur, Negara-negara Asia
sedang bangkit;
Indonesia Negara Kepulauan memiliki potensi besar
menjadi poros maritim dunia; Poros maritim merupakan
gagasan strategis diwujudkan menjamn konektifitas
antar pulau, pengembangan industri perkapalan dan
perikanan, perbaikan transportasi laut, dan fokus pada
keamanan maritim;
Indonesia Negara Kepulauan dengan luas lautan melebihi
daratan. Secara geografis terletak antara dua benua dan dua
samudera, memiliki kekayaan sumberdaya alam besar,
namun julukan Indonesia sebagai negara maritim dipandang
belum tepat, alasannya paradigma pembangunan di
Indonesia Bias Daratan;
Negara maritim adalah negara yang memanfaatkan secara
optimal wilayah lautnya dalam konteks pelayaran secara
umum; Negara maritim (Inggris, AS, Singapura, China dan
Panama) dikatagorikan Negara Maritim karena melakukan
manajemen pembangunan wilayah perairan lautnya secara
sungguh-sungguh, komprehensif, terencana dan
berkesinambungan;
Penegakan Kedaulatan Wilayah Laut NKRI, Revitalisasi
sektor-sektor ekonomi kelautan, penguatan dan
pengembangan konektivitas maritim, rehabilitasi
kerusakan lingkungan dan konservasi biodiversity, serta
peningkatan kualitas dan kuantitas SDM kelautan
(Program utama Pemerintah Presiden Jokowi
mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia)
Pembangunan kembali Budaya Maritim
IndonesiaSebagai negara kepulauan (17 000 pulau),
Bangsa Indonesia harus menyadari dirinya sebagai
bangsa yang Identitasnya, Kemakmurannya, dan Masa
Depannya sangat ditentukan Bagaimana Mengelola
Samudera;
Komitmen Menjaga dan Mengelola Sumberdaya Laut
dengan fokus Membangun Kedaulatan Pangan Laut
melalui Pengembangan Industri Perikanan dengan
Menempatkan Nelayan sebagai Pilar Utama, Kekayaan
Maritim untuk sebesar-besarnya kepentingan rakyat;
Komitmen mendorong pengembangan infrastruktur dan
konektivitas maritim dengan membangun Tol Laut,
Pelabuhan Laut, Logistik, dan Industri Perkapalan serta
Pariwisata maritim;
Memperkuat Diplomasi Maritim, Kerjasama di Bidang
Kelautan, Menghilangkan Sumber Konflik di laut (Seperti:
pencurian ikan, pelanggaran kedaulatan, sengketa
wilayah, perompakan, dan pencemaran laut)
Membangun Kekuatan pertahanan maritim untuk
menjaga kedaulatan dan kekayaan maritim serta bentuk
tanggung jawab dalam menjaga keselamatan pelayaran
dan keamanan maritim;
Lebih jauh posisi strategis Indonesia, beserta faktor
geografis dan kondisi sosial ekonominya, juga
menempatkan Indonesia dalam posisi penting di
lingkungan global, yaitu dalam mempengaruhi kestabilan
politik, ekonomi, serta keamanan lingkungan dan
internasional
Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 Mil di antara
Samudra Hindia dan Samudra Pasifik;
Luas Daratan Indonesia 1.922.570 Km2 dan Luas Perairan
3.257.483 Km2;
Batas-batas: Utara Pulau Rando 60 LU 950 BT; Pulau Sekating
50 LU, dan Pulau Miangas 40 30 LU; Barat: Pulau Rando;
Selatan: Pemana (Selatan P. Roti) 110 LS 1230 BT; Timur;
Wilayah DAS Fly di Papua 1410 BT;
Indonesia mempunyai batas-batas wilayah yang jelas dan dapat
dibedakan dengan wilayah lain. Batas wilayah diperlukan untuk
keperluan pengelolaan pengawasan, dan perlindungan negara;
Batas Politik dilandaskan pada: Kesepakatan 1824 antara
Belanda dan Kerajaan Inggris dalam membagi wilayah
kekuasaan;
Keputusan Pengadilan tetap Internasional Tahun 1928;
Ordonansi 1939 (Teritorial ZEE on Maritim Kringen
Ordonantie), pembagian wilayah laut berdasarkan Laut
Teritorial dan Laut Pedalaman
Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957 tentang lebar
wilayah laut dinyatakan 12 mil;
UU No. 7 Tahun 1976 tentang penyatuan Timor Timur ke
NKRI;
Konvensi Hukum Laut Internasional Tahun 1982
membagi batas laut , batas landas kontinen dan ZEE;
Batas Fisik merupakan batas wilayah Indonesia
berdasarkan daratan dan perairan dan batas negara:
yaitu.
Utara: Negara Malaysia sepanjang 1.782 km, Singapura,
Filipina, dan Laut Cina Selatan;
Selatan: Negara Australia, Timor Leste, dan Samudera
Indonesia;
Barat: Samudera Indonesia;
Timur: Negara Papua Nugini dengan perbatasan
sepanjang 820 Km, Timor Leste, dan Samudera Pasifik
Posisi Indonesia secara geo-politik dan geo strategis harus
didukung dengan kedaulatan penuh terhadap wilayah NKRI
secara nyata (Sea Power);
Geo strategis Indonesia diperkuat dengan geo-politik, geo-
fisik, geo - ekosistem, geo-ideologi, geo - ekonomi serta
keunggulan kewilayahan yang dimiliki maupun wilayah laut
lainnya yang dapat dikuasai sesuai hukum nasional maupun
internasional yang berlaku, harus menjadi kekuatan bangsa
Indonesia;
Posisi strategis wilayah Indonesia seharusnya dapat
memberikan keunggulan secara geo-ekonomi melalui
kemampuan mengelola dan memanfaatkan secara
berkelanjutan sehingga menghasilkan kesejahteraan bagi
masyarakat;
Indonesia merupakan Negara Kepulauan terluas di dunia
terdiri atas lebih dari 17.504 pulau dengan 13.466 pulau
telah diberi nama; Sebagai Negara Kepulauan yang
memiliki laut yang luas (5,8 juta km2, yang terdiri dari 2,8
km2 perairan pedalaman, 0,3 juta km2 laut Teritorial, dan
2,7 km2 ZEE) dan garis pantai 95,18 km; Sektor maritim
sangat strategis bagi Indonesia ditinjau dari aspek
ekonomi, lingkungan, sosial budaya, yuridis dan
pertahanan keamanan;
Perspektif Hukum: Visi dan Misi pembangunan Maritim Indonesia
yang kuat dan tangguh menuju Poros Maritim Dunia, harus
dilaksanakan dalam konteks Indonesia sebagai Negara Hukum;
Artinya, segala upaya ke arah pembangunan Negara Maritim harus
didukung dan didasarkan pada peraturan hukum yang memberikan
kekuatan legitimasi kepada semua pemangku kepentingan;
Alinea ke 4 Pembukaan UUD 1945 secara implisit, pembangunan
kelautan sekurang-kurangnya memenuhi 4 tujuan: Kesejahteraan
Umum, Edukasi, Pertahanan Keamanan, dan Perdamaian
Internasional;
Pasal 25A UUD 1945 amandemen ke IV: Negara Kesatuan R.I
adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan
wilayah dan batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan
Undang-Undang;
Kedudukan Negara Maritim digunakan sebagai tujuan sesuai
amanah undang-undang; Dimensi hukum harus meliputi hukum
nasional dan bersentuhan dengan hukum internasional;
Pengembangan Hukum dan Kebijakan kelautan harus dapat
bergerak seiring dengan percepatan perubahan peta regulasi
global dan mampu menjawab kebutuhan regulasi tingkat
nasional dan daerah;
Sebagai negara yang telah memperjuangkan aspek legal
status wilayah nasional dalam Negara Kepulauan melalui
Deklarasi Djuanda 1957, perkembangan Yuridis sebagai dasar
diberdayakannya potensi kemaritiman dan kelautan
Indonesia harus terus berjalan;
Article 62 UNCLOS 1982 berisikan ketentuan kewajiban
negara pantai untuk memberikan kesempatan kepada Negara
lain dalam pemanfaatan sumberdaya hayati perikanan di
perairan ZEE, juga ikut memperkuat aspek legalitas sebagai
Negara Kepulauan, yang kemudian diimplementasi dalam UU
Kelautan, RPJP Nasional 2005-2025, UU Pelayaran, UU
Perairan dan Peraturan Kemaritiman lain;
Undang-undang Nomor 17 2007, pada bagian lampiran: Visi
dan Misi Pembangunan Nasional 2005-2025: Indonesia yang
Mandiri, Maju, Adil dan Makmur Misike 7: Mewujudkan
Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang mandiri, maju,
kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional;
Kebijakan kelautan Indonesia adalah pedoman umum
kebijakan kelautan dan langkah pelaksanaannya melalui
program dan kegiatan kementerian/lembaga di bidang
kelautan yang disusun dalam rangka percepatan
implementasi Poros Maritim;
UU No.17/2007(RPJP Nasional 2005-2025) dan Kebijakan
Kelautan Indonesia telah memberikan arah bagi
pembangunan kemaritiman dan kelautan yang meliputi aspek
aspek yang relevan dengan Amanah Pembukaan UUD 1945;
Dalam perspektif Hankam, sejak dulu laut, pesisir, dan sungai
merupakan urat nadi yang menjadi kekuatan bangsa; Dari
pandangan geo-strategi dan geo-politik, sebagai negara yang
berada pada perlintasan dua benua dan dua samudera, Indonesia
termasuk negara yang rawan dari sisi politik dan keamanan laut
baik lokal, nasional dan internasional;
Perompakan, Illegal fishing eksploitasi sumberdaya, konflik
nelayan dan ancaman transnational crimes di perairan Indonesia
masih sering terjadi; Masalah pulau-pulau terluar dan perbatasan
menimbulkan persoalan politik (tumpang tindih klaim kepemilikan
beberapa pulau di perbatasan negara; Minimnya sumberdaya
manusia yang berkualitas, lemahnya penegakan hukum, dan
terbatas infrastruktur maritim dan kelautan, menambah rumit
persoalan;
Persoalan utama konteks posisi Indonesia:
Kebijakan nasional tentang pembangunan negara
kepulauan yang terpadu belum optimal
diimplementasikan pada keterkaitan sektor kelautan;
Kesadaran Indonesia sebagai Negara Kepulauan masih
lemah;
Lemahnya pertahanan dan ketahanan dari sisi Matra
Laut;
Kelemahan pertahanan dan keamanan Matra Laut
dipengaruhi oleh:
Peran pertahanan dan ketahanan laut belum optimal;
Meningkatnya ancaman kekuatan asing di ZEEI;
Perangkat Hukum belum lengkap;
Fasilitas pengamanan laut terbatas;
Makin meningkatnya kegiatan Ilegal di perairan Indonesia;
dan
Masih lemahnya penegakan hukum kepada pelanggar
hukum;
Persoalan dan kelemahan di atas tidak mudah diatasi karena
Kompleksitasnya; Konsep yang komprehensif dan
berkelanjutan merupakan langkah tepat mendukung visi dan
misi pembangunan maritim, yaitu Kebijakan Kelautan
Indonesia;
PerPres Nomor 178 Tahun 2014: Pendirian Badan Keamanan
Laut (Bakamla), sebelumnya Koordinasi Keamanan Laut
(Bakorkamla) adalah suatu terobosan perubahan;
Selama ini Indonesia menganut sistem Multi Agen, yang
merupakan sistem kelembagaan lebih dari satu
institusi/lembaga yang berinteraksi bersama menyelesaikan
masalah yang sama;
Ferber dan Gutknecht: Agen-agen penegakan hukum di laut
merupakan satu entitas otonom yang berperilaku individual;
Sifat interaksi multi-agen timbul karena:
a. Sistem organisasi yang heterogen (masing-masing institusi
mempunyai organisasi sendiri);
b. Perbedaan budaya dan sistem kerja antar organisasi;
Ego dan kompetisi kepentingan sektoral nampak dalam
koordinasi peningkatan kemampuan pengawasan
keamanan di wilayah laut, terutama antara TNI dan
POLRI; (Contoh: inisiatif TNI AL meminjamkan senjata
dan amunisi kepada Kementerian Kelautan dan
Perikanan), padahal merupakan wewenang Kepolisian;
Secara teoritis wewenang dalam kemaritiman adalah
PolAir, Petugas Imigrasi, Bea Cukai; dengan tugas
masing-masing
Kenyataan di Indonesia terdapat 12 Instansi yang
melakukan penegakan hukum dan peraturan tentang laut
secara bersama-sama. Lembaga tersebut mempunyai
landasan hukum masing-masing yang isinya hampir
bersinggungan sehingga Penegakan Hukum tidak
berjalan Maksimal;
BAKAMLA : Satu agen (tunggal) terobosan perubahan
tetapi ada pro-kontra;
MALUKU.............???????????
Posisi........OK
Tol Laut........??????
Lumbung Ikan Nasional (LIN).....??????
Potensi SDA Laut/Tambang mineral berlimpah;
Kesejahteraan.....??????, Kemiskinan.......No 2
Untuk Diskusi lanjut;
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai