Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia karena


memiliki lautan yang cukup luas dan memiliki banyak potensi kekayaan laut
yang dapat kita manfaatkan untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. Indonesia
memiliki potensi sumber daya laut yang sangat besar karena laut Indonesia
kaya akan berbagai jenis ikan dan berbagai sumber daya lain yang terdapat di
laut, seperti berbagai jenis pertambangan, rumput laut, terumbu karang, dan
sebagainya. Semuanya kekayaan laut Indonesia memiliki nilai yang tak ternilai
untuk kesejahterakan rakyat, terutama kaum nelayan

Indonesia yang begitu luas dan jarak bentangannya sama dengan antara
London dan Istanbul, bisa bertahan dalam satu kesatuan negara-bangsa. Lihat,
berapa banyak negara-bangsa yang ada di kawasan antara London dan
Istanbul. Padahal, wilayah tersebut merupakan daratan yang menyatu dengan
masyarakat yang relatif homogen, baik secara kultural maupun agama. Tidak
hanya itu, Indonesia adalah negara kepulauan; istilah benua maritim yang
belakangan ini dipopulerkan, sementara sebenarnya tidak dapat menutupi
kenyataan bahwa wilayah Indonesia sesungguhnya terpisah satu sama lain oleh
lautan dan selat yang demikian banyak. Hasilnya, Indonesia merupakan negara
yang memiliki banyak kelompok etnis lengkap dengan sistem sosial, budaya,
dan bahasanya masing-masing.

Dewasa ini kita mengetahui bahwa maritime berhubungan dengan laut.


Dimana segala sesuatunya dibahas tentang al positif dan negative yang terjadi
dalam dunia maritim. Maritim merujuk kepada kata maritime yang berasal dari
bahasa Inggris yang berarti navigasi atau maritim.Pemahaman maritim yaitu
segala aktifitas pelayaran dan perniagaan yang berhubungan dengan kelautan
atau biasa disebut dengan pelayaran niaga. Berdasarkan terminologi maritim
berarti ruang/wilayah permukaan laut yang terdapat kegiatan seperti pelayaran,
lalu lintas, jasa-jasa kelautan, dan lain sebagainya.

Kemaritiman menjadi sangat penting bagi kelanjutan pertumbuhan dan


perkembangan bangsa Indonesia. Sebagaimana diketahui, dua periga atau 63%
wilayah Indonesia adalah laut, dengan panjang 81.000 Km. Laut merupakan
potensisumber daya maritim yang sangat kaya. Sebagai negara kepulauan
terbesar di dunia, Indonesia memiliki wilayah laut seluas 5,8 juta km² yang
terdiri dari wilayah teritorial sebesar 3,1 juta km² dan wilayah ZEEI 2,7 juta
km², mempunyai 17.480 pulau dan memiliki garis pantai sepanjang 95.181
km. Dengan potensi yang sedemikian besar, secara otomatis terkandung
keanekaragaman sumberdaya alam laut baik hayati maupun non hayati
menjadikan sektor kelautan sebagai penunjang perekonomian penting bagi
Indonesia.

Mengenai pembahasan diatas, memicu pemahaman saya untuk


mengangkat masalah yang berhubungan tentang Ilmu dan Teknologi Maritim

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian ilmu dan teknologi maritim?


2. Bagaimanakah teknologi maritim di Indonesia?
3. Bagaimana Kebutuhan Riset dan Iptek Untuk Mendukung Dan Akselerasi
Pembangunan Kelautan?
4. Bagaimnana Pengembangan Kelautan Berkelanjutan?
5. Bagaimana Riset Laut Ilegal?
C.Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian ilmu dan teknologi maritim.


2. Untuk mengetahui teknologi maritim di Indonesia.
3. Untuk mengetahui Kebutuhan Riset dan Iptek Untuk Mendukung Dan
Akselerasi Pembangunan Kelautan.
4. Untuk mengetahui Pengembangan Kelautan Berkelanjutan.
5. Untuk mengetahui Riset Laut Ilegal.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu dan Teknologi Maritim

Laut merupakan sumber kehidupan manusia selain daratan dan udara.


Khususnya di Indonesia, perairan laut Indonesia mencapai 2/3 bagian. Manfaat
laut bermacam-macam, yaitu sebagai sarana transportasi, pertahanan
keamanan, sumber energi, pertambangan, perikanan dan protein hasil laut
lainnya, obat-obatan dan makanan, serta pariwisata dan lain sebagainya. Dari
situ pandangan tentang laut menjadi terbuka, bahwa laut juga menarik untuk
dimanfaatkan dan dipelajari.

Oseanografi (gabungan kata Yunani ωκεανός yang berarti "samudra" dan


γράφω yang berarti "menulis"), juga disebut oseanologi atau ilmu kelautan,
adalah cabang ilmu Bumi yang mempelajari samudra atau lautan. Ilmu ini
mencakup berbagai topik seperti organisme laut dan dinamika ekosistem; arus
samudra, gelombang, dan dinamika cairan geofisika; tektonik lempeng dan
geologi dasar laut, dan arus berbagai zat kimia dan fisika di dalam lautan dan
perbatasannya. Topik-topik yang beragam ini menggambarkan berbagai
macam disiplin ilmu yang digabungkan para oseanograf untuk mempelajari
lautan dunia dan memahami proses di dalamnya, yaitu biologi, kimia,
meteorologi, fisika, dan geografi.

Sedangkan Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan


barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan, dan kenyamanan hidup
manusia. Teknik kelautan (Inggris: Ocean Engineering atau Marine
engineering) adalah cabang ilmu teknik atau rekayasa yang mempelajari
bangunan dan struktur yang berhubungan dengan laut. Teknik kelautan
perkembangan teknik sipil yang dikhususkan untuk mempelajari struktur-
struktur yang berada di daerah garis pantai (coast line) maupun daerah lepas
pantai (offshore), termasuk anjungan lepas pantai.

Perbedaan teknik maritim dan teknologi maritim (kelautan)

Teknik kelautan pada dasarnya mempelajari tentang rekayasa pada


bidang Offshore ( Lepas pantai ) dan pantai. Khususnya pelajari tentang
pemanfaatan serta pengelolaan laut untuk sarana dan prasarana transportasi
laut , seperti pelabuhan, dermaga, kapal dan lain sebagainya serta mempelajari
sumber daya, seperti pencemaran laut, erosi dan lain sebagainya. Adapun akar
dari teknik kelautan yaitu berdasar pada mekanika, dinamika fluida, geologi,
bangunan lepas pantai, dan fasilitas-fasilitas yang ada di pelabuhan seperti
dermaga.

Sedangkan Teknologi Kelautan pada dasarnya adalah ilmu yang


mepelajari rekayasa yang ditujukan untuk memanfaatkan laut seperti media
transportasi dan sumber daya dan ruang. Teknologi kelautan ini merupakan
turunan dari teknik perkapalan.
D.Teknologi maritim (kelautan) di Indonesia

Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan banyak berbatasan


dengan berbagai negara di sekitarnya merupakan lokasi yang sangat rawan
akan konflik perbatasan. Terlebih indonesia merupakan wilayah strategis yang
terletak dekat dengan beberapa titik jalaur pelayaran dunia, salah satunya
adalah selat malaka, yang merupakan urat nadi perekonomian yang menjadi
tangung jawab tiga negara yaitu adalah indonesia, Singapura, dan Malaysia.
Potensi besar yang dimiliki selat malaka sebenarnya sama pentinnya denan
Terusan Suez dan terusan Panama, karena selat Malaka membentuk jalur
pelayaran terusan anara Samudra Hindia dan Samudera Pasifik serta
penghubung tiga dari negara-negara penduduk terbesar seperti India, Indonesia
dan Cina. Di samping itu potensi besar lainnya adalah sebanyak 1200 kapal
melintasi selat malaka setiap harinya, 22 kapal super ultra large dengan
mengangkut antara sperlima dan seperempat perdanganan laut dunia. Potensi
besar ini seharusnya menjadi sebuah perhatian pemerintah dalam
meningkatkan pertahanan laut indonesia.

Disamping Selat Malaka, Konflik Laut Cina Selatan merupakan isu


hangat dan memerlukan penyelesaian secara komperhensif dengan melibatkan
berbagai pihak terkait. Makin pentingnya posisi indonesia dengan
meningkatnya volume perdagangan merupakan sebuah potensi besar yang
seharusnya mampu di dukung dengan kekuatan maritim yang memadai. Ini
merupakan sebuah realita jika sampai saat ini indonesia merupakan negara
yang mempunyai potensi besar dalam jalur perdangangan di asia maupun di
dunia. Tentunya hal ini membutuhkan strategi dalam menjaga keamanan dan
perbatasan indonesia melihat potensi besar yang dimiliki indonesia. Diplomasi
Indonesia akan lebih efektif jika didukung dengan kekuatan militer yang
handal dan memadai. Pasalnya kedepan konflik perbatasan yang terjadi kian
meningkat hal ini di sampaikan oleh Kasal Laksamana TNI Marsetio.
Sebuah pemaduan unsur antara kekuatan militer dan diplomasi guna
mengamankan kepentingan nasional merupakan kepentingan primer yang
seharusnya mampu di sadari oleh berbagai pihak yang berperan saat ini.
Penggunaan kekuatan Angkatan Laut dalam masa damai dan perang adalah
praktik yang lumrah. Inilah yang dikenal dengan istilah gun boat (diplomasi
kapal perang) dan selanjutnya muncul istilah naval diplomacy. Melihat hal ini
keterbutuhan akan teknologi pertahanan merupakan sesuatu yang dijadikan
sebuah prioritas melihat keterbutuhan kedepan yang sangat mendesak.
Tentunya kedepan indonesia harus meningkatkan kekuatan pertahanan yang
saat ini dimiliki, harapannya indonesia bukan hanya menambahkan kuantitas
Alusista sebagai penjaga pertahanan pertama, namun mamapu meningkatkan
kwalitas Alusista kedepannya. Dengan upaya membangun industri pertahanan
negara yang maksimal harapannya ketergantungan terhadap asing dan hobi
membeli peralatanbekas kedepannya mampu diminimalisir.

Melihat keterbutuhan yang sangat medesak tentang Alusista, angin segar


pun datang dengan di tetapkannya Undang-undang Industri Pertahanan Negara
(IPH). Sebuah harapan besar dalam bidang pertahanan diharapkan bukan
hanya menjadi sebuah retorika semata melainkan menjadi sebuah hal
inplementatif yang mampu menjadikan indonesia menjadi negara yang lebih
bermartabat dalam permasalan keamanan dan pertahanan. Melihat grafik
APDN tentang Alusista terlihat kian membaik dari yang sebelumnya 72,54
Triliun pada tahun 2012 saat ini menjadi 77 triliun pada tahun 2013
harapannya anggaran ini mampu terserap semuanya untuk meningkatkan
Alusista Indonesia kedepannya. Walaupun secara kasat mata anggaran
indonesia cukup tinggi namun, jika kita bandingkan dengan negara-negara
tetangga yang mempunyai wilayah lebih kecil ternyata indonesia memiliki
anggaran jauh lebih kecil dari negara-negara tersebut, menurut International
Institute or Strategic Studies (IISS), Singapura pada 2011 memiliki
pengeluaran sebesar US$9,66 miliar untuk belanja Alusista. Jumlah tersebut
hampir dua kali lipat ari negara tetangga lainnya seperti Thailand (US$5,52
miliar), (Malaysia (US$4,54 miliar), dan Vietnam (US$2,66 miliar). Hal ini
menunjukkan bahwa negara sekelas singapura menjadikan Alusista sebagai
sebuah priritas yang layak di perhatikan. Sebagai negara kepulauan yang
memiliki garis pantai 54.700 km, hal ini menjadi evaluasi besar jika indonesia
menjadikan pertahanan sebagai prioritas kelas dua kedepannya.

Jika kita menegok tentang pertahanan laut indonesia saat ini kita bisa
melihat bahwa sampai saat ini indonesia hanya memiliki dua kapal selam,
terlebih lagi jika kita melihat bagaimana kondisi pertahanan laut lainnya dari
kapal-kapal yang dimiliki TNI AL saat ini kurang lebih 148 kapal perang
berbagai kelas dan jenis 2 kapal layar tiang tinggi, kapal patroli yang
panjangnya kurang dari 36 meter yang biasa disebut KAL atau kapal angkatan
laut yang berjumlah 317 unit. Kemudian dari beberapa kapal tersebut ternyata
adalah kapal ex Jerman dan kapal peninggalan perang dunia kedua. Tentunya
melihat tersebut kondisi kapal sudah di pastikan tidak dalam kondisi
maksimal.Disamping itu untuk memantau kondisi perairan indonesia memiliki
15 stasiun yang di kendalikan oleh Bakormala (Badan Kordinasi Keamanan
Laut Republik Indonesia), diantaranya Rescue Coordinating Centre (RCC)
yang terletak di Ttanjung Balai Karimun, Maritime Rescue Coordinating
Centre (MRCC) Batam, RCC Natuna, RCC Sambas, GS Bangka Belitung,
RCC Bali, RCC Tarakan, RCC Kupang, MRCC Ambon, RCC Jayapura, RCC
Tual, RCC Merauke, (Ground Station) GS MRCC Bitung dan Puskodal
Jakarta. Dengan menggabungkan kekuaan pertahanan laut yang ada dari segi
peralatan tempur dan IT tentunya hal tersebut harus senantiasa di tingkatkan
untuk mendapatkan kekuatan pertahanan dan keamanan laut yang kuat. Karena
saat ini pertahanan dan keamanan merupakan hal yang sangat mendesak untuk
terus senantiasa di tingkatkan.
Harapan besar dengan ditingkatkannya anggaran pertahanan indonesia
kedepan indonesia akan mampu meningkatkan kekuatan pertahanan yang
dimiliki saat ini. Hal tersebut tentunya akan menjadi sebuah pendukung
berbagai diplomasi yang terjadi pada wilayah konflik antara indonesia dan
negara sekitarnya. Dengan meningkatnya kondisi pertahanan laut indonesia
tentunya akan membuat indonesia menjadi lebih bermartabat di mata negara
tetangga.Keahlian dalam penguasaan teknologi kelautan adalah aset nasional
agar sanggup memanfaatkan kekayaan laut nusantara dengan optimal
sehinggaharus lebih dikembangkan khususnya lewat penambahan aktifitas
riset maupun peningkatan sektor strategis. Penanganan kekayaan kelautan
harus berpusat pada kegiatan yang menggunakan potensi sumber daya yang
dimiliki demi mensejahterakan masyarakat, yang diimbangi usaha
mempertahankan keberlanjutannya dengan menaati prinsip ekologis.
Teknologi yang diciptakan harus tetap mempertahankan keseimbangan
kepentingan ekonomi sekaligus keseimbangan ekologi. Berbagai macam
teknologi berbasis keseimbangan ekonomi-ekologi ini harus digunakan
sebagai prinsip pokok dalam pemanfaatan kekayaan laut, diantaranya pada
teknologi penangkapan ikan, budidaya ikan maupun biota laut, sekaligus
teknologi pengolahan yang digunakan. Selanjutnya adalah bioteknologi dalam
mengeksplorasi biodiversitas untuk bahan baku industri dan sumber plasma
nutfah pada kegiatan pemuliaan ikan ataupun biota laut lainnya. Kemudian
teknologi eksplorasi minyak dan gas bumi, bahan tambang lainnya dan
kekayaan energi terbarukan. Teknologi konservasi sumber daya laut yang bisa
juga diperluas pada peluang pemanfaatannya sebagai lokasi pariwisata bahari.
Pemanfaatan teknologi itu bermula dari kenyataan minimnya pengawasan
terhadap teritorial laut Indonesia hingga mengharuskan pemakaian Teknologi
Informasi kelautan. Kita lihat juga mulai digunakannya radar pantai produksi
dalam negeri maupun pemanfaatan sumber daya manusia lulusan TI dari putra
putri Indonesia sendiri. Hal tersebut suatu saat pasti akan menghidupkan
kemauan untuk selalu menjaga laut Indonesia tetap lestari walaupun banyak di-
eksplorasi
E. Kebutuhan Riset dan Iptek Untuk Mendukung Dan Akselerasi
Pembangunan Kelautan

Untuk mendukung pemanfaatan potensi sumberdaya kelautan maka


mutlak diperlukan IPTEK, yang harus pula didukung oleh riset yang sistematis
dan berkelanjutan. Pembangunan kelautan sekarang ini antara lain mencakup:
1. Capture Fisheries and Aquaculture
2. Marine Biotechnology
3. Non-Living Resources 7
4. Marine Transportation
5. Sea Territory
6. Small Island Development

Pengembangan riset dan pengembangan Iptek tersebut diharapkan


menjawab dan mengatasi masalah nasional dalam bidang;

1. Kecukupan Pangan
2. Kecukupan Obat dan Teknologi Kesehatan
3. Sumber Energi Alternatif
4. Transportasi
5. Teknologi Informasi dan Komunikasi
6. Teknologi Keamanan dan Pertahanan

Riset dibidang industri bioteknologi kelautan telah ditemukan beberapa


hal antara lain (Dahuri 2006):

1. Pembuatan obat tidur dan obat penenang dari kuda laut.


2. Pembuatan garam yang 99% murni untuk cairan infus.
3. Tempurung kura-kura untuk obat luka dan tetanus.
4. Hati ikan buntal untuk obat tetrodotoxin, guna memperbaiki saraf
otak yang rusak.
5. Chitosan dari kulit kepiting dan udang untuk obat anti kolesterol.

Disadari bahwa pemanfaatan sumberdaya kelautan sekarang ini lebih


banyak terkonsentrasi di wilayah pesisir dan perairan laut dangkal, maka
pengembangan Iptek dalam rangka pengembangan laut dalam sangat
dibutuhkan dalam rangka pemanfaatan berbagai sumberdaya kelautan di
perairan laut dalam.
Departemen kelautan dan perikanan Republik Indonesia (DKP) juga aktif
melakukan kegiatan riset dalam mendukung pemanfaatan sumberdaya
kelautan secara berkelanjutan. Perairan laut dalam adalah perairan laut yang
kedalamannya lebih dari 200 m. Di Indonesia perairan laut dalam umumnya
berada di Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE), perairan Kawasan Timur Indonesia
(KTI) dan wilayah laut perbatasan.

Pemanfaatan sumberdaya perikanan laut dalam membutuhkan investasi


yang tinggi sehingga kita harus berhitung secara ekonomi, profit yang akan
dihasilkan. Teknologi MCS, teknologi industri rumput laut, teknologi
budidaya perikanan, radio satelit, wartel satelit, kios iptek, teknologi garam
rakyat, teknologi tambak ramah lingkungan. Dibidang perikanan tangkap iptek
sangat penting dalam menjaga keberlanjutan sumberdaya perikanan.

Pemanfaatan teknologi light fishning yang banyak beroperasi di wilayah


laut Indonesia mendorong diperlukannya riset yang menyangkut masalah
intensitas cahaya yang digunakan untuk menarik perhatian ikan-ikan yang
layak tangkap, dan intensitas optimum yang digunakan untuk menangkap
jenis-jenis ikan tertentu.Tingkat respon ikan terhadap stimulus cahaya yang
diberikan dalam proses penangkapan ikan di laut dengan light fishing. Kondisi
dan isu perikanan tangkap saat ini antara lain (Arimoto, 2002):

1. Pemanfaatan IPTEK yang masih rendah


2. Taraf hidup rata-rata nelayan yang masih rendah
3. Kualitas dan kuantitas data serta informasi yang belum memadai
4. Kurangnya informasi dan data mengenai Daerah Penangkapan Ikan
(DPI) yang didasarkan pada studi dan kajian mendalam mengenai
karakteristik dan sifat fisik serta fenomena perairan lainnya
5. Operasi Penangkapan Ikan (OPI) yang tidak efektif, efisien dan
selektif yang dapat menyebabkan biaya tinggi dan masalah kelestarian
ikan
6. Overfishing DPI tertentu dan masih ada DPI yang belum optimal
pemanfaatannya
7. Sumberdaya manusia/nelayan masih sedikit untuk memanfaatkan
peran IPTEK dalam OPI, pengelolaan dan pemantauan perikanan
nusantara
8. Degradasi lingkungan:potasium,sianida dan pencemaran
9. Teknologi pengolahan yang masih rendah
10. Penghargaan dan penegakan hukum yang masih rendah dan kurang
memadai, pencurian ikan, dll.

Oleh sebab itu diperlukan suatu aksi tanggap melalui suatu trasformasi
dari perikanan tangkap tradisional menuju perikanan tangkap yang modern
berlandaskan IPTEK melalui (Wahyudi,2006) :

1. Peningkatan sistem pengelolaan (management), kebijakan,


pemantauan (monitoring), pengawasan (surveillance), pengendalian
(controlling) secara terpadu dan menyeluruh terhadap seluruh
kegiatan perikanan tangkap
2. Operasi penangkapan yang efektif, efisien dan selektif
3. Perikanan tangkap yang lestari
4. Taraf hidup nelayan yang meningkat
5. Sektor perikanan dapat menjadi sumber devisa pembangunan yang
bisa diandalkan
F. Pengembangan Kelautan Berkelanjutan

Dalam rangka pengembangan sumberdaya kelautan dimasa depan, maka


titik optimum pemanfaatan akan dicapai jika pengembangan dan
pemanfaatannya meperhatikan 3 hal yaitu,

1. Pengembangan IPTEK Kelautan dan perikanan,


2. Industri perikanan dan kelautan serta
3. Admistrasi dan managemennya.

Pembangunan kelautan ke depan diharapkan dapat berlangsung secara


efisien dan berdaya saing tinggi, sehingga mampu menguntungkan seluruh
pelaku usaha dan menyumbangkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi (lebih
dari 7% per tahun) secara berkesinambungan. Disamping itu pembangunan
kelautan harus berkeadilan, sehingga seluruh pelaku usaha dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya (pangan, sandang, perumahan, kesehatan, dan pendidikan)
serta hidup sejahtera. Pengembangan kelautan harus ramah lingkungan, yang
menjamin kelestarian (sustainability) sumberdaya kelautan dan ekosistemnya.

Oleh sebab itu Blue Print pembangunan kelautan secara optimal dan
berkelanjutan harus berbasis IPTEK, manajemen profesional, dan etos kerja
Unggul. Dari tahap perencanaan, implementasi, sampai pengendalian program
pembangunan harus dilaksanakan secara terpadu (sektor, level pemerintahan,
pemerintah-swasta-masyarakat, spasial, dan antar negara). Disamping itu
pembangunan kelautan harus berbasis masyarakat. Berbasis daya dukung
lingkungan wilayah (konservasi).
G.Riset Laut Ilegal

Potensi dan kekayaan alam Indonesia yang luar biasa, wilayah nusantara
menjadi  surga riset ilegal kapal asing. Tujuannya tidak lain adalah untuk
kepentingan perusahaan, lembaga atau negara yang ingin menguasai bumi
khatulistiwa. Banyak data dan potensi sumber daya alam dicuri karena
ketidaktahuan dan ketidakpedulian bangsa ini. Sejak era reformasi, survei dan
pemetaan laut yang dilakukan pihak asing semakin marak terjadi. Mulai dari
kedok kerjasama institusi pemerintah dengan pihak asing, sampai dengan yang
jelas-jelas ilegal alias tidak memiliki izin dari pemerintah Indonesia.Kegiatan
tersebut tanpa sadar membawa konsekuensi bocornya data negara yang
seharusnya dirahasiakan.  Informasi tentang medan laut dapat digunakan pihak
asing untuk menentukan taktik dan strategi militer, jika mereka ingin
menguasai wilayah Indonesia.Sebenarnya negara telah memiliki peraturan
kerjasama internasional di bidang penelitian dan pengembangan, dengan
adanya PP (Peraturan Pemerintah) No  41 tahun 2006,  tentang perizinan
kegiatan penelitian dan pengembangan oleh pihak asing di Indonesia.
Peraturan pemerintah ini menetapkan ketentuan, persyaratan, kewajiban dan
larangan yang harus ditaati lembaga atau peneliti asing, mitra serta lembaga
penjamin kegiatan penelitian.  Peraturan tersebut harus dilaksanakan
pemerintah untuk melindungi masyarakat, bangsa dan negara dari
kemungkinan kerugian yang ditimbulkan penelitian pihak asing.Seluruh
penelitian harus mendapat izin dari lembaga penanggung jawab, yaitu
Kementerian Riset dan Teknologi, melalui tim yang dibentuk Sekretariat
Perizinan Peneliti Asing (TKPIPA). Tim ini merupakan pokja interdept yang
anggotanya terdiri dari Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan,
Mabes POLRI, BIN, LIPI, BPPT, serta kementerian lain yang disesuaikan
dengan misi riset.
Selain itu, kapal survei asing yang akan digunakan di Indonesia juga
harus memenuhi persyaratan yang ditentukan Kementerian Pertahanan. Karena
kapal riset asing bukan sekadar lewat, tetapi membawa data informasi kondisi
laut Indonesia. Jika tidak berhati-hati data laut Indonesia bisa berpindah
tangan.

Namun, pemerintah sendiri tidak konsekuen menjalankan peraturan


tersebut. Kondisi ini diperparah dengan terjadinya benturan antar peraturan
yang ada. Sebagai contoh, Undang-undang No 22 tahun 2001 yang mengatur
tentang minyak dan gas. Aturan ini memberikan peluang bagi pihak asing
untuk melakukan kegiatan survei dan pemetaan lepas pantai dengan cara
mudah, yaitu cukup  memperoleh izin dari Dirjen Migas tanpa koordinasi
dengan pihak-pihak yang berkepentingan, seperti yang diatur peraturan
sebelumnya. Padahal, sudah sangat jelas bahwa penggunaan peneliti dan kapal
asing harus mendapat persetujuan Security Clearance dari pihak Kementerian
Pertahanan.

          Birokrasi yang rumit serta panjangnya waktu untuk proses perizinan


inilah yang menjadi bahan pertimbangan bagi para pelaku (mitra kerja dan
lembaga penjamin di Indonesia) pemenang tender mencari jalan pintas dengan
cara mengambil celah-celah hukum agar survei laut tetap “legal”, tanpa
melewati prosedur. Hal ini terjadi, karena bagi mereka yang dipikirkan adalah
benefit yang harus diperoleh. Memotong jalur birokrasi berarti menghemat
waktu dan biaya yang harus dikeluarkan.Perusahan penjamin PT.HIE
misalnya, mitra pelaksana kegiatan survei migas lepas pantai asing yang
beralamat di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan ini lebih senang memuluskan
kegiatan survei melalui perizinan dari Dirjen Migas dibandingkan melalui
Kementerian Pertahanan (Kemenhan). Padahal untuk urusan survei laut yang
menggunakan tenaga ahli asing dan kapal asing diwajibkan mendapatkan
pertimbangan dari tim yang berada di bawah Kemenristek  sebelum akhirnya
memperoleh persetujuan Security Clearance dari Kemenhan.

          Lalu, benarkah proses perizinan di Direktorat Wilayah Pertahanan


Kemenhan memerlukan waktu lama seperti yang dikeluhkan para agen
pelaksana kegiatan? Seorang sumber yang tidak mau disebutkan namanya
mengatakan, untuk mengurus SC (Security Clearance) di Kemhan hanya butuh
waktu paling lama tiga hari jika semua persyaratan seperti Diplomatic
Clearance dari Kemenlu, PKKA (Permohonan Keagenan Kapal Asing) dari
Kemenhub, kemudahan Khusus Bermukim (Dahsuskim) dari Imigrasi
Kemenhukham serta persetujuan dari Sekretariat Perizinan peneliti Asing
Kemenristek  telah lengkap.Bukti inilah yang menunjukkan pihak  mana yang
seharusnya diwaspadai melihat peluang  besar bocornya informasi data laut
Indonesia.Disebutkan sumber, bahwa kapal-kapal seismik (kapal riset) bisa
sangat leluasa menyapu bersih informasi dasar laut Indonesia. Datanya pun
langsung dikirim via satelit ke negara di mana perusahaan tersebut
memenangi tender.Apalagi fakta menunjukkan sejak dulu Indonesia
memegang peranan penting dalam jalur perdagangan dunia. Semakin
meningkatnya ketergantungan dunia akan laut, perairan Indonesia menjadi
incaran penguasaan negara asing, terutama negara yang industrinya sangat
tergantung pada minyak bumi dan transportasi lautMeningkatnya kebutuhan
minyak bumi dibuktikan dengan semakin intensifnya survei seismik asing
guna mencari wilayah-wilayah baru potensi minyak dan gas di dasar laut
Indonesia. Wilayah nusantara  pun menjadi terbuka dari segala arah dan rentan
terhadap perkembangan lingkungan, baik global, regional maupun
nasional.Mengutip apa yang pernah ditulis oseanolog Prof Illahude, keunikan
dan kompleksitas perairan Indonesia telah menjadi daya tarik para peneliti
asing dari berbagai negara. Hampir semua tipe dasar topografi ditemukan di
Indonesia, seperti continental shelves, continental , insular slope, basin laut
dalam, palung dan relung.

Ekspedisi penelitian laut Internasional pun banyak dilakukan mulai dari


ekspedisi Challenger (1872-1875), The Gazelle (1875), The Valdivia (1899),
The Siboga (1899-1900), The Planet (1906-1907), The Snellius I (1929-1930),
The Albatros (1948), The Spencer of Bird (1947-1950), The Galathea (1981)
serta yang terakhir Deep Sea Explorer (2010) yang dilakukan kapal Angkatan
Laut Amerika Serikat di Laut Sulawesi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Teknologi maritime di Indonesia mempunyai potensi besar dalam jalur


perdangangan di asia maupun di dunia. Tentunya hal ini membutuhkan strategi
dalam menjaga keamanan dan perbatasan indonesia melihat potensi besar
yang dimiliki indonesia. Diplomasi Indonesia akan lebih efektif jika didukung
dengan kekuatan militer yang handal dan memadai.

Pada dasarnya potensi ekonomi yang dapat dihasilkan dan memberi


kontribusi positif bagi pembangunan bangsa sangat luar biasa besarnya. Hal
yang sangat disayangkan adalah ketidakmampuan Indonesia memahami
potensi laut Indonesa yang sangat besar sekali dan metode serta teknis
pengelolaan sumberdaya kelautan yang berbasis teknologi sangat sulit
diimplementasikan karena tingkat penguasaan teknologi kelautan yang belum
berkembang di Indonesia. Penguasaan teknologi yang belum berkembang itu
merupakan peran masyarakat terdidik yang akan sangat diperlukan guna
menemukan dan memanfaatkan potensi-potensi yang belum dikelola dengan
baik.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan. Oleh karena itu, Kami sangat mengaharapkan kritik dan saran dari
dosen dan mahasiswa untuk perbaikan makalah ini. Dan semoga makalah ini
bermanfaat untuk mengetahui daln menambah wawasan yang lebih luas untuk
kearah yan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Akdon H, Wahyudi. 2006. Manajemen konflik dalam Organisasi. Bandung.


Alfabeta, Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI).

Anonim. Pengertian Ilmu Kelautan (Oseanografi). Http://


JelajahIPTEK.Com/. Diakses Pada Tanggal 23 Mei 2016.

BRKP, 2004. Dukungan riset dan iptek kelautan dan perikanan dalam
pelaksanaan Jakarta: Gerbang Mina Bahari

http://www.kompas.com/read/xml/2009/11/06/15004486/potensi.kekayaan.lau
t.indonesia.capai.rp.14.994.triliun diakses 23 Mei 2016

Anda mungkin juga menyukai