Sakban
Kelas : 2 BB
NIM : 062330901786
BAB VIII
GEOPOLITIK INDONESIA
A.PENDAHULUAN
Banyak kasus yang terjadi akhir-akhir ini yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
Kasus persengketaan dengan negara tetangga seperti bagaimana Pulau sipadan dan ligitan
lepas dari wilayah NKRI, perselisihan Indonesia dengan Malaysia terkait sengketa Pulau
Ambalat titik sengketa ini menimbulkan ketegangan diplomatik, ketegangan militer dan
partisipasi masyarakat dalam bentuk demonstrasi. Kasus dari dalam negeri seperti kasus Aceh
dan pua-pua yang saat ini belum selesai secara tuntas serta potensi perpecahan di dalam
NKRI masih terjadi untuk itu diperlukan adanya peningkatan pemahaman dan implementasi
tentang negara dan kedaulatannya.
B. POKOK-POKOK ISI
1. ALASAN PERLUNYA MENGKAJI GEOPOLITIK INDONESIA
● Berdasarkan Hukum Laut PBB III yang diratifikasi ke dalam UU No.6 tahun 1996
tentang perairan Indonesia disebutkan bahwa wilayah Indonesia berbentuk kepulauan
berdasarkan asas archipelago state principles. Indonesia sebagai negara kepulauan
membutuhkan suatu konsep politik untuk mengelola wilayahnya yang tersebar dari
Sabang sampai Merauke sebagai satu kesatuan titik geopolitik adalah sebuah konsep
politik tentang wilayah atau ruang lingkup bagi suatu bangsa. Wujud dari konsep
geopolitik Indonesia adalah wawasan nusantara. Wawasan nusantara adalah cara
pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan
dengan semua aspek kehidupan yang beragam.
4. WAWASAN NUSANTARA
Konsep wawasan nusantara timbul karena adanya karakteristik wilayah nusantara sebagai
negara kepulauan dengan masyarakat yang berbhineka, aspek sejarah perjuangan bangsa,
aspek filosofis dari Pancasila dan jati diri bangsa Indonesia. Wawasan nusantara adalah cara
pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam
menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan
nasional. (Tap MPR 1993 dan 1998). Wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa
Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek
kehidupan yang beragam. (Lemhanas). Wawasan nusantara sebagai wawasan Nasional
Indonesia adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya
yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat berbangsa
dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional. (wan Usman). Faktor-faktor yang
mempengaruhi wawasan nusantara adalah asas kepulauan, kepulauan Indonesia konsepsi
wilayah laut internasional, karakteristik wilayah Indonesia serta perkembangan wilayah laut
Indonesia dan dasar hukumnya. Konsepsi pemilikan dan penggunaan wilayah laut
berdasarkan hukum laut internasional adalah sebagai berikut :
● Res Nullius, bahwa laut tidak ada yang memilikinya.
● Res Cimmunis, bahwa laut adalah milik masyarakat dunia karena itu tidak dapat
memenuhi oleh masing-masing negara.
● Mare Liberium, wilayah laut adalah bebas untuk semua bangsa.
● Mari Clausum, laut sepanjang pantai yang dapat dikuasai oleh negara sejauh yang
dapat dikuasai dari darat.
● Archipelago state principles, bawa asas negara kepulauan menjadi dasar dalam
konvensi PBB tentang hukum laut.
Berdasarkan konvensi PBB, sejarah garis besar Indonesia adalah negara kepulauan yang
memiliki laut teritorial, perairan pedalaman, ZEE dan landas kontinen.
Karakteristik wilayah Indonesia
● Kepulauan Indonesia terletak diantara dua benua ( Asia dan Australia) dan dua
samudra (Pasifik dan Indonesia).
● Jumlah pulaunya 18. 110 pulau besar dan kecil. Jumlah pulau tidak berpenghuni
sekitar 6.000 buah.
● Batas astronomi adalah
○ Utara : ± 6° 08’ Lintang Utara
○ Selatan : ± 11° 15’ Lintang Selatan
○ Timur : ± 94° 45’ Bujur Timur
○ Timur : ± 114° 05’ bujur timur
● Jarak Utara-Selatan ± 1888 km sedangkan jarak Barat-Timur ± 5.110 km.
● Luas keseluruhan adalah 5.193.250 km² yang terdiri dari :
○ Daratan seluas 1.922.570 km².
○ Perairan seluas 3.257.483 km².
Ruang wilayah NKRI adalah negara kepulauan bercirikan nusantara yang terdiri dari
ruang darat, laut, udara dan ruang di dalam bumi titik penataan ruang adalah sistem proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Posisi
strategis dan potensi NKRI disebabkan berbagai hal sebagai berikut :
● Terletak diantara dua benua (asia dan australia) dan dua samudra (hindia dan pasifik).
● Dilewati garis khatulistiwa (ekuator) dengan iklim tropis (kemarau dan hujan).
● Terletak diantara tiga lempeng utama di dunia (lempeng indo-australia eurasia dan
Pasifik).
● Terletak di dua dangkalan besar (Sunda dan sahul).
● Terletak pada pusat pertemuan dua (pegunungan sirkum mediterania dan pegunungan
sirkum pasifik).
● Memiliki potensi SDA yang beraneka ragam.
● Memiliki banyak wilayah dengan potensi lahan yang subur.
● Kaya akan flora dan fauna.
● Jumlah penduduk terbesar keempat di dunia dengan beragam suku, ras, bahasa, agama
dan budaya.
● Negara kepulauan terbesar di dunia.
Batas wilayah NKRI terdiri dari wilayah daratan (berupa batas alam (sungai, danau,
pegunungan, lembah), batas buatan (pagar tembok, pagar kawat berduri, parit), batas ilmu
pasti (garis lintang dan garis bujur peta bumi). Wilayah perairan mencakup laut teritorial
perairan kepulauan dan perairan pedalaman. Batas wilayah NKRI berhubungan dengan
wilayah laut 10 negara dan wilayah darat 3 negara yaitu sebelah utara (1 negara dan 5 laut
negara), sebelah barat (2 perairan dan 1 negara), sebelah timur (1 perairan dan 1 negara) dan
sebelah selatan (1 negara dan 2 perairan). Daerah perbatasan adalah daerah yang minim
sarana dan prasarana serta sulit dijangkau baik secara ekonomi maupun geografi, rawan
boundary (seakan-akan terjadi pergeseran batas negara) dan rawan frontier (batas pengaruh
asing). Daerah perbatasan negara memiliki karakteristik sebagai berikut :
● Terpisah dari habitat mainland Pulau induk sehingga bersifat insular picik.
● Memiliki persediaan air tawar yang terbatas kamu termasuk air tanah atau air
permukaan.
● Rentan terhadap gangguan eksternal, baik alami maupun akibat kegiatan manusia.
● Memiliki spesies epidemik (selalu terdapat pada tempat tertentu) yang memiliki
fungsi ekologi yang tinggi.
● Tidak memiliki hinterland (daerah pedalaman).
Pulau perbatasan NKRI dan bermasalah dengan negara tetangga berjumlah 12 buah yaitu
rondo, berasal, nipa, sebatik, sekatung, marore, miangas, fani, fanildo, asutubun, waterbatek.
Unsur-unsur dasar wawasan nusantara yang terdiri dari tiga unsur dasar, yaitu wadah
(contour), dan tata laku (conduct). Wadah (contour) terdiri dari wilayah, tata inti organisasi
dan tata kelengkapan organisasi. Isi (content) menyangkut dua esensial, yaitu realisasi
aspirasi bangsa sebagai kesepakatan bersama serta pencapaian cita-cita dan tujuan nasional
dan persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan yang meliputi semua aspek kehidupan
nasional. Intinya adalah isi tertuang dalam 6 asas kehidupan nasional yaitu kepentingan yang
sama, keadilan, kejujuran, solidaritas, kerjasama dan kesetiaan terhadap kesepakatan dan
ikrar bersama tata laku (conduct) merupakan hasil interaksi antara wadah dan isi, yang terdiri
dari tata laku batiniah dan lahiriah.
Kedudukan wawasan nusantara dapat ditinjau melalui hirarki paradigma nasional sebagai
berikut :
Peranan wawasan nusantara adalah mewujudkan persatuan dan kesatuan (serasi Dan
selaras), menumbuhkan rasa tanggung jawab atas pemanfaatan lingkungan menegakkan
kekuasaan guna melindungi kepentingan nasional dan merentang hubungan internasional
dalam upaya ikut menegakkan ketertiban dunia.
5. OTONOMI DAERAH SEBAGAI KONSEP PENGELOLAAN RUANG WILAYAH
NKRI.
Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
memberikan kesempatan dan kel leluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan
kekuasaan titik kekuasaan terbagi atas pemerintah pusat dan pemerintah daerah daerah
memiliki hak otonomi untuk menyelenggarakan kekuasaan titik desentralisasi inilah yang
menghasilkan otonomi daerah di Indonesia. Otonomi yang diselenggarakan dalam NKRI
setidaknya dipengaruhi oleh faktor-faktor mendasar sebagai berikut:
● Keragaman bangsa Indonesia dengan karakteristik masing-masing masyarakat
membutuhkan wilayah yang berbeda.
● Wilayah Indonesia yang berupa kepulauan dan luas dengan segala kondisi yang
berbeda memerlukan cara penyelenggaraan yang sesuai dengan keadaan dan
sifat-sifat dan berbagai wilayah tersebut.
● Pancasila dan UUD 1945 menghendaki suatu susunan pemerintahan yang demokratis.
● Efisiensi dan efektivitas Indonesia adalah negara yang luas dengan penduduk yang
banyak serta beragam kondisi ini menyebabkan diperlukannya suatu cara
penyelenggaraan pemerintahan negara yang menjamin efisiensi dan efektivitas.
Dengan membagi penyelenggaraan pemerintahan dalam satu satuan yang lebih kecil
maka efisiensi dan efektivitas tersebut dapat tercapai.
Otonomi daerah adalah hak wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
atau mengurus daerah atau rumah tangganya sendiri sesuai dengan aspirasi masyarakat
setempat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Daerah otonom adalah
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu, yang berwenang
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem NKRI. daerah otonom ada 4 bagian yaitu
Provinsi, Kabupaten Kota dan Desa. Asas otonomi daerah adalah asas desentralisasi, asas
tugas pembantuan dan asas dekonsentrasi. Asas desentralisasi dan asas tugas pembantuan
dipergunakan untuk urusan terkait pemerintahan sedangkan asas dekonsentrasi dipergunakan
untuk urusan terkait administrasi. Otonomi daerah diselenggarakan berdasarkan UUD No.32
tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan UU No.33 tahun 2004 tentang pertimbangan
daerah titik prinsip penyelenggaraan otonomi daerah adalah luas, nyata dan bertanggung
jawab.
Syarat pembentukan daerah otonom
ADMINISTRATIF FISIK
A. PROVINSI A. PROVINSI
B. KABUPATEN B. KABUPATEN
C. KOTA
TEKNIS
(Faktor Dasar)
1. Kemampuan ekonomi
2. Potensi daerah
3. Sosial budaya
4. Sosial politik
5. Kependudukan
6. Luar daerah
7. Pertahanan
8. Keamanan
9. Kemampuan keuangan
10. Tingkat kesejahteraan
masyarakat
11. Rentang kendali
penyelenggaraan
pemerintahan daerah
Kewenangan yang dimiliki oleh pusat dan tidak diberikan kepada daerah terkait dengan
otonomi daerah adalah politik luar negeri, pertahanan keamanan, agama, peradilan dan
moneter dan fiskal nasional.
Kewenangan yang dimiliki oleh daerah terkait dengan otonomi daerah adalah 2 (dua)
kewenangan yaitu:
● Kewenangan politik, kewenangan untuk memilih kepala daerah sendiri. Selama ini
pemerintahan pusat ikut campur dalam masalah pemilihan kepala daerah. Kalau
otonomi daerah era reformasi, rakyat melalui DPRD memiliki kewenangan untuk
memilih kepala daerah langsung melalui pemilihan kepala daerah (Pilkada).
● Kenangan administrasi yaitu terdiri dari pengelolaan karyawan dan organisasi yang
menyangkut keuangan dan pemerintahan pusat, pengembangan umum perhubungan,
ketenagakerjaan, masalah sosial, pengembangan koperasi dan lingkungan hidup,
membuat peraturan daerah (perda), mengusahakan sumber dana melalui pembukaan
dan promosi wisata argo dan religi, pengembangan budaya dan kesenian asli dan
pengelolaan sumber daya alam.
Hak dan kewajiban daerah otonom tercantum dalam tabel berikut ini:
Susunan pemerintahan daerah terdiri dari pemerintahan daerah (kepala daerah dan perangkat
daerah (sekretaris daerah, dinas Daerah dan lembaga teknis daerah)) dan badan badan
legislatif DPRD dan DPD). Berdasarkan pasal 18 b UUD 1945 pemerintah Indonesia
mengakui adanya daerah-daerah istimewa yang mendapat otonomi khusus. Lebih jelasnya, isi
pasal 18 b UUD 1945 adalah sebagai berikut :
● Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat
khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang.
● Negara mengakui kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat
dan prinsip NKRI yang diatur dalam undang-undang daerah otonomi khusus di NKRI
ada 4 yaitu Aceh Nanggroe Darussalam (UU No. 11 tahun 2006), DKI Jakarta (UU
No. 29 tahun 1997), Daerah istimewa Yogyakarta (UU No.3 Tahun 1950) dan Papua
(UUD No. Tahun 2001).