Anda di halaman 1dari 6

Interaksi Lintas Batas Antar Negara dalam Pendekatan Pembangunan Kawasan Perbatasan...

INTERAKSI LINTAS BATAS ANTAR NEGARA


DALAM PENDEKATAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERBATASAN
(Studi Kasus : Kawasan Perbatasan Indonesia-Malaysia di Kabupaten Kapuas Hulu-Kalbar)

Muhamad Yogie Syahbandar


Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik, Universitas Pakuan
Email : my.syahbandar@gmail.com

Naskah diterima : 23 Maret 2017 Naskah direvisi 14 April 2017 Disetujui terbit : 16 Mei 2017

ABSTRAK

Secara geografis- Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat berbatasan langsung dengan
negara tetangga yaitu Sarawak-Malaysia. Kondisi ini menempatkan kabupaten kapuas hulu menjadi strategis
secara nasional di bidang pertahanan dan keamanan. Adanya kedekatan tersebut juga secara otomatis
menimbulkan hubungan dan interaksi lintas batas pada kedua negara. Hubungan interaksi kedua negara sudah
berlangsung lama dan cukup kuat. Adanya kesamaan rumpun suku mengakibatkan timbulnya interaksi secara
sosial, budaya maupun ekonomi, hubungan tersebut tidak dipandang sebagai ancaman namun sebagai peluang
untuk pengembangan kawasan perbatasan. Oleh karena itu aspek lintas batas menjadi cukup penting dalam
upaya meningkatkan pembangunan kawasan perbatasan. Tujuan pertama makalah ini adalah menganalisis
tingkat interaksi dan aktifitas masyarakat dikawasan perbatasan kedua analisis persepsi mengenai proritas
kerjasama antar negara untuk kemudian diperoleh potensi pengembangan lintas batas dalam pembangunan
kawasan perbatasan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif, analisis gravitasi untuk
melihat tingkat interaksi secara kuantitatif serta analisis deskripsi untuk menjelaskan potensi pengelolaan lintas
batas berdasarkan hasil observasi lapangan dan persepsi stakholder. Berdasarkan Hasil identifikasi ini maka
dapat disimpulkan bahwa Interaksi lintas batas yang terjalin selama ini bisa menjadi modal dasar dalam
pengelolaan lintas batas dan pembangunan kawasan perbatasan untuk kesejateraan masyaraka t.

Kata kunci: Interaksi ,Lintas Batas, Kawasan Perbatasan

PENDAHULUAN

Secara geografis kawasan perbatasan Kalimantan Barat dengan Malaysia berada paling utara Provinsi
Kalimantan Barat membentang dari barat ke timur sepanjang sekitar 805 km, meliputi Kabupaten Sambas,
Bengkayang, Sanggau, Sintang, dan Kapuas Hulu. Jika diasumsikan kawasan perbatasan merupakan kawasan
yang berjarak 20 km dari garis batas sepanjang 966 km, terhitung dari tanjung Dato, Kabupaten Sambas yang
berada diujung paling barat sampai ke Kabupaten Kapuas Hulu yang berada diujung paling timur, dengan luasa n
meliputi 19.320 km2, atau 1.932.000 ha.
Kabupaten Kapuas Hulu adalah salah satu kawasan perbatasan darat yang mempunyai fungsi strategis
dari sudut pandang pertahanan dan keamanan negara. Namun demikian. Namun demikinan kawasan
Perbatasan Kabupaten Kapuas Hulu masih termasuk wilayah dengan tingkat perkembangan rendah
dibandingkan dengan wilayah perbatasan lainnya di Kalimantan Barat. Dengan kondisi tertinggal, terpencil, serta
terbatasnya sarana dan prasarana wilayah, maka wilayah perbatasan di Kabupaten Kapuas Hulu dikatagorikan
agak tertinggal [1]. Rendahnya dukungan infrastruktur pembangunan maupun infrastruktur pertahanan dan
keamanan menyebabkan lemahnya pengawasan terhadap wilayah perbatasan sehingga dapat merugikan secara
politik, sosial, ekonomi bagi Kabupaten Kapuas Hulu.

Pada dewasa ini reorientasi paradigma pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan
telah berkembang dari outward looking menjadi outward looking yang kemudian diwujudkan dalam kebijakan
spasial nasional melalui Undang-Undang Nomor 26 [2], tentang Penataan Ruang dan yang menetapkan

ISBN : 978-602-73463-1-4 731


http://pasca.unand.ac.id/id/prosiding-seminar-nasional-perencanaan-pembangunan-inklusif-desa-kota
Muhamad Yogie Syahbandar

kawasan perbatasan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) dalam bidang pertahanan dan keamanan
dengan tetap memperhatikan kesejahteraan masyarakat.
Dalam rangka mengejar ketertinggalan tersebut perlu dilakukan pembangunan infrastruktur fisik maupun
sumber daya manusia. Reorientasi arah pembangunan yang lebih mengutamakan kesejahteraan harus
dioptimalkan melalui pemanfaatan potensi sumberdaya. Modal lainya pembangunan kawasan perbatasan adalah
hubungan Indonesia dan Malaysia yang sudah terjalin lama. Adanya kesamaan rumpun suku mengakibatkan
timbulnya interaksi secara sosial, budaya maupun ekonomi, hubungan tersebut tidak dipandang sebagai
ancaman namun sebagai peluang untuk pengembangan kawasan perbatasan di Kabupaten Kapuas Hulu.

Maksud dan Tujuan

Adapun maksud tulisan ini adalah menganalisis potensi interaksi lintas batas sebagai pendekatan dalam
pembangunan kawasan perbatasan. Dengan maksud diatas maka di rumuskan tujuan sebagai berikut:
 Analisis Tingkat Interaksimasyarakat di kawasan perbatasan kabupaten Kapuas Hulu
 Analisis Aktifitas lintas batas di kawasan perbatasan kapuas hulu- dengan Malaysia
 Analis Persepsi prioritas hubungan kerjasama di kawasan perbatasan.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Wilayah studi adalah wilayah administratif KabupatenKapuas Hulu meliputi 7 (Tujuh) kecamatan yang
berbatasan langsung dengan negara tetangga (Serawak, Malaysia).. Luas total kecamatan yang di kawasan
perbatasan meliputi luasan 15.770,6 km2 atau 52,85% dari total luas Kabupaten Kapuas Hulu secara
keseluruhan dengan rincian Tabel 3.

Tabel 1. jumlah penduduk wilayah perbatasandi Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2012

Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Jumlah Penduduk (jiwa)


Putussibau Selatan 5.352.30 20.064
Empanang 547.14 2.933
Puring Kencana 258.66 2.287
Badau 700.00 5.428
Batang Lupar 1.332.90 4.670
Embaloh Hulu 3.457.60 4.810
Putussibau Utara 5.204.80 25.375
Jumlah 16.853.40 65.567
Sumber : Kapuas Hulu Dalam Angka (2013)

Orientasi dan batas administrasi wilayah pengamatan dan wilayah studi dapat dilihat pada Gambar 1

Gambar 1. orientasi kawasan perbatasan di Kabupaten Kapuas Hulu

732 ISBN : 978-602-73463-1-4


http://pasca.unand.ac.id/id/prosiding-seminar-nasional-perencanaan-pembangunan-inklusif-desa-kota
Interaksi Lintas Batas Antar Negara dalam Pendekatan Pembangunan Kawasan Perbatasan...

Gambar 2. Peta Kawasan Perbatasan dikabupaten Kapuas Hulu

Kebutuhan Data

Dalam Penelitian ini ada dua jenis data yang digunakan yaitu data sekunder dan data primer.
Kebutuhan data antara lain Jumlah Penduduk, Kondisi ekonomi, Sarana dan Prasarana, Jaringan Jalan, Jarak
dan waktu tempuh, Dokumentasi (Foto dan Video) Peta, Kuisioner.

Bahan dan Alat

Bahan penelitian yang digunakan adalah seluruh data dan. Alat yangdigunakan dalam mengolah data
antara lain : ARCGIS 10.2, MS Excell, MS Word, Expert Choice 2000.

Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data dilakukan dengan Studi Literatur,observasi serta survei Instansi, antara lain
ke Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP),
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Kapuas Hulu, Kantor Penelitian dan
Pengembangan dan Informatika Kabupaten Kapuas Hulu, Dinas Pertanian Kabupaten Kapuas Hulu, BPS
Kabupaten Kapuas Hulu, Dinas Perindustrian (Dinas Pertanian dan Perkebunan) Kabupaten Kapuas Hulu, dan
Biro Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu serta Kantor Kecamatan dan Desa dikawasan perbatasan.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam hal ini adalah analisis Deskriptif, Gravitasi serta Analisis Hierarki
Proses (AHP).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Tingkat Interaksi Lintas Batas Di Kawasan Perbatasan Kabupaten Kapuas Hulu

Untuk mengukur kekuatan nteraksi antar kawasan digunakan model interaksi W.J. Reilly Adapun
persyaratan tersebut antara lain.(a). Kondisi sosial-ekonomi, tingkat pendidikan, mata pencarian, mobilitas, dan
kondisi sosial-budaya penduduk relatif memiliki kesamaan, (b) Kondisi alam setiap wilayah relatif
sama,(c)Keadaan sarana dan prasarana transportasi yang menghubungkan wilayah-wilayah yang dibandingkan

ISBN : 978-602-73463-1-4 733


http://pasca.unand.ac.id/id/prosiding-seminar-nasional-perencanaan-pembangunan-inklusif-desa-kota
Muhamad Yogie Syahbandar

relatif sama.Kekuatan interaksi di ukur dengan melihat faktor jumlah penduduk dan jarak antara kedua
wilayahpersyaratan tertentu.Hasil analisis kekuatan interaksi antar kecamatan diperbatasan Indonesia dengan
Lubuk Antu (Malaysia) tertera pada table 2

Tabel 2 Indeks interaksi kecamatan di kawasan perbatasan dengan Malaysia


Nama
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Kecamatan
Putussibau
1
Selatan 0.9 0.6 1.4 2.1 3.1 447.5 5.1
2 Empanang 0.9 81.7 31.4 6.7 2.8 1.0 80.3
3 Puring Kencana 0.6 81.7 12.7 3.2 1.7 0.7 36.8
4 Badau 1.4 31.4 12.7 26.2 6.3 1.6 1589.7
5 Batang Lupar 2.1 6.7 3.6 26.2 23.5 2.4 66.4
6 Embaloh Hulu 3.1 2.8 1.7 6.3 23.5 3.3 20.0
7 Putussibau Utara 447.5 1.0 0.7 6.6 2.4 19.0 5.7
Lubuk Antu
8 5.1
(Malaysia) 80.3 36.8 1589.7 66.4 20.0 5.7

Berdasarkan tabel diatas maka kecamatan yang memiliki tingkat interaksi paling tinggi adalah
kecamatan Badau, kemudian Batang Lupar, Embaloh Hulu, emapanang sedangkan yang memiliki tingkat
interaksi yang rendah adalah kecamatan putussibau utara. Kecamatan putussibau utara,

Analisis Aktifitas Lintas Batas

Untuk mengetahui jenis hubungan interaksi yang terjadi dilakukan pengamatan dan wawancara
mendalam (In-depth Interview). Informan atau nara sumber dalam wawancara ini adalah camat ditujuh
kecamatan perbatasan dan petugas imigrasi PLB Badau, Petugas Bea Cukai PLB Badau, Petugas Dinas
Perhubungan PLB Badau, Temenggung (ketua adat) dayak iban lanjak, tokoh masyarakat serta warga negara
malaysia. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara maka diketahuiterdapat interaksi yang telah terjadi
interaksi antara kecamatan di perbatasan dengan kawasan di Malaysia.Interaksi tersebut tercermin dalam
kegiatan lintas batas yang dilakukan yaitu interaksi secara sosial-budaya, ekonomi (perdagangan lintas batas),
penyediaan infrastruktur/sarana dan prasarana serta transportasi. Interaksi yang terjadi telah berlangsung cukup
lama dan ditunjang oleh hubungan kekerabatan yang kuat antar penduduk dikedua negara. Gambar 3
menjelaskan mengenai analisi hubungan interaksi yang terjadi di kawasan perbatasan negara.

Sosial Budaya : Pendidikan, Kesehatan,


Wisata,Kebudayaan

Ekonomi: Perdagangan lintas batas


Kawasan Sarawak-
Perbatasan Kab, Malaysia
Kapuas Hulu
Transportasi: Mobil travel

Sarana dan prasarana : Listrik, telekomunikasi,


Pos lintas Batas (CIQS)

Gambar 3. Analisis bentuk interaksi lintas batas Indonesia-Malaysia

Persepsi Hubungan Kerjasama Dalam Pengelolaan Lintas Batas

Untuk mengetahui prioritas hubungan kerjasama dalam pengelolaan litas batas diketahui dengan cara
melakukan penilaian dengan penentuan skoring atas jawaban yang didapatkan melalui Analytic Hierarchy
Process (AHP). Semakin tinggi nilai yang diperoleh menandakan bahwa faktor tersebut lebih diprioritas
dibandingkan dengan faktor lain yang memiliki nilai lebih rendah. Nilai dari tiap jawaban responden kemudian
dirata-ratakan sehingga diperoleh nilai persepsi hubungan kerjasama dalam pengelolaan lintas batas.

734 ISBN : 978-602-73463-1-4


http://pasca.unand.ac.id/id/prosiding-seminar-nasional-perencanaan-pembangunan-inklusif-desa-kota
Interaksi Lintas Batas Antar Negara dalam Pendekatan Pembangunan Kawasan Perbatasan...

Pengumpulkan informasi dilakukan dengan wawancara mendalam kepada stakeholder terkait, antara lain:
pemerintah daerah: BAPPEDA Kabupaten Kapuas Hulu, Badan Pengelola Perbatasan Daerah (BPPD)
Kabupaten Kapuas Hulu, Unsur NGO: WWF Indonesia-Kabupaten Kapuas Hulu, Masyarakat: Ketua Komisi B
DPRD Kabupaten Kapuas Hulu, Temenggung Adat (Ketua Adat ) Dayak Iban Lanjak”. Berdasarkan perspektif
responden yang dianalisa dengan metode AHP maka diketahui persepsi kerjasama lintas batas yang menjadi
prioritas stakholder terlihat pada Berikut

Gambar 4. Analisis AHP untuk Persepsi pengembangan lintas batas di Kabupaten Kapuas Hulu

Persepsi Hubungan Kerjasama dalam pengelolaan lintas batas di Kabupaten Kapuas Hulu memberikan
gambaran mengenai prioritas hubungan dan kerjasama di kawasan Perbatasan Kabupate Kapuas Hulu. Prioritas
hubungan kerjsama pengelolaan berdasarkan aspek kelembagaan dan kebijakan adalah prosedur lintas batas
(0,98), perdagangan lintas batas (0,96), Badan Pengelola perbatasan (0,85), Investasi da n pelayanan fasilitas
(0,82), transportasi regional (0,71), pengelolaan SDA (0,66). Hubungan kerjsama dan dalam prosedur lintas
batas dan perdagangan lintas batas menjadi penting karena terkait kondisi perdagangan di kawasan perbatsan
saat ini. Belum ada prosedur yang baru dalam mengatur perdagangan lintas batas yaitu adanya pembatasan nilai
barang yang diperjualbelikan. Hal ini memunculkan adanya perdagangan gelap melalui pintu tikus. Oleh karena
itu perlu segera diatur mengenai prosedur lintas batas dan perdagangan lintas batas.
Prioritas pada aspek batas wilayah negara adalah penegakan hukum (1,87), peningkatan pertahanan
dan keamanan (1,61), penetapan dan penegasan garis batas (1,51), penegakan hokum menjadi prioritas
dikarenakan masih terdapat pelanggaran humum di lintas batas, sedangkan aspek pertahanan dan keamanan
dan penetapan dan penegasan garis batas dipandang belum menjadi prioritas utama di daerah. Sebaliknya yang
terjadi di level pemerintah pusat hal ini menjadi isu utama dalam aspek batas wilayah negara. Prioritas pada
aspek infrastruktur adalah pos lintas batas (1,82), transportasi (1,39), energi (1,15), teknologi informasi dan
komunikasi (0,62). Pos Lintas menjadi prioritas utama karena menjadi pintu gerbang tempat keluar masuknya
masyarakat dikedua negara. Saat ini Pos Lintas Batas yang memiliki pelayan CIQS hanya tersedia di Kecamatan
Badau. Berdasarkan kesepakatan kedua negara beberapa pos lintas batas salah satunya di Kecamatan Puring
Kencana. Adanya pos lintas batas akan lebih mengefektifikan interaksi dan hubungan lintas batas kedua negara.
Prioritas berdasarkan aspek konektifitas manusia (people conectivity) adalah Sosial Budaya (1,53),
Wisata (1,34), Kesehatan (1,23) dan pendidikan(0,90). Hubungan kerjasama Sosial daan Budaya telah terj alin
sejak lama bai secara formal maupun non formal. Masyarakat dikedua negara merupakan rumpun yang sama
sehingga mempunyai kondisi social budata dan adat istiadat yang tidak jauh berbeda. Hubungan kerjasam social
budaya di pandang menjadi prioritas untuk mempererat hubungan kedua negara. Dengan membuka hubungan

ISBN : 978-602-73463-1-4 735


http://pasca.unand.ac.id/id/prosiding-seminar-nasional-perencanaan-pembangunan-inklusif-desa-kota
Muhamad Yogie Syahbandar

secara sosial budaya maka akan dengan mudah membuka hubungan formal antar kedua negara.Selanjutnya
hubungan kedua negara yang menjadi prioritas adalah kesehatan dan pendidikan. Secara non formal kedua
hubungan ini sudah sejak lama dilakukan. Agar hubungan ini memberikan manfaat dan tidak merugikan
masyarakat dikedua negara maka perlu adannya peningkatan hubungan kerjasama secara formal yang dapat
mengatur sektor pendidikan dan kesehatan dikedua negara.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Interaksi lintas masyarakat di perbatasan cukup kuat, hal ini ditandai dengan adanya hubungan secara
social, ekonomi antar kedua negara yang telah terjalin cukup lama. Hubungan interaksi menjadi modal
dasar dalam pembangunan kawasan perbatasan yang berorientasi pada pembangunan lintas batas.
2. Persepsi Hubungan Kerjasama dalam pengelolaan lintas batas di Kabupaten Kapuas Hulu memberikan
gambaran mengenai prioritas hubungan dan kerjasama yang saling menguntungkan disemua sektor dan
saling melengkapi kebutuhan.

.Saran
Adapun saran dalam upaya mengembangkan kawasan perbatasan antarnegara di kabupaten Kapuas Hulu
antara lain
1. Meningkatkan hubungan kerjasama lintas batas antar negara di bidang Sosial, Budaya, Keamanan,
2. perdagangan antar negara, dsb
3. Pengembangan pusat pertumbuhan (KW Putussibau Utara) dan simpul strategis pintu gebang perbatasan
(PKSN Badau)
4. Meningkatkan arus perdaganganekspor-impor dan kerjasama perdagangan
5. Pengembangan potensi wisata alam Danau Sentarum (TNDS) dan Taman Nasional Betung Karihun (TNB()
6. Meningkatkan interaksi dan konektifitas antar negara melalui pembangunan Infrastruktur dan jaringan
pendukung
7. Meningkatkan pengelolaan dan nilai tambah produksi komoditas unggulan yang berdaya saing ekspor
maupun produk pelengkap.
8. Menyusun kembali regulasi untuk meningkatkan efektifitas kegiatan lintas batas dan respon terhadap
ASEAN dan AEC

DAFTAR PUSTAKA

[1] [BAPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2007. Evaluasi Pembangunan Wilayah
Perbatasan 2005-2007. Jakarta (ID): Bappenas
[2] Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan yang menetapkan kawasan
perbatasan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) dalam bidang pertahanan dan keamanan dengan
tetap memperhatikan kesejahteraan masyarakat.

736 ISBN : 978-602-73463-1-4


http://pasca.unand.ac.id/id/prosiding-seminar-nasional-perencanaan-pembangunan-inklusif-desa-kota

Anda mungkin juga menyukai