Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH PERBATASAN


DI KALIMANTAN BARAT

DOSEN PENGAMPU :
Dr. H. JAMIAT ALKADOL, M.SI, MH

Disusun oleh :
USMADI

PASCASARJANA MAGISTER EKONOMI SYARIAH


INSTITUT AGAMA ISLAM
SULTAN MUHAMMAD SYAFIUDDIN SAMBAS
TAHUN 2021
A. Pendahuluan
Perbatasan merupakan tanda batas paling luar yang membatasi wilayah yang
dikuasaaai suatu Negara. Batas ini dapat berupa suatu garis yang tegas dan pasti atau
suatu jalur atau zona dengan lebar tertentu. Dimana batas berupa garis (linear boundary)
lebih umum dipakai karena lebih pasti, memudahkan dalam pengaturan administrasi.
Kesukarnanya antara lain dalam penjagaan dan pengaturan lalu lintas, perhubungan dan
pergaulan penduduk-penduduk daerah perbatasan, terutama jika terjadi konflik diantara
Negara-Negara yang berbatasan.
Kalimantan Barat merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Malaysia
disebelah utara yakni terdiri atas Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten
Sanggau, Kabupaten Sintang dan Kabupaten Kapuas Hulu. Luas kawasan perbatasan
Kalimantan Barat dari tanjung Datok Kabupaten Sambas yang berada diujung paling
barat sampai ke kabupaten Kapuas Hulu yang berada diujung paling timur maka luas
kawasan perbatasan meliputi 1.600 Km2.
Kawasan perbatasan Kalimantan Barat mempunyai potensi yang cukup besar dan
belum dimamfaatkan secara optimal. Selain adanya keterbatasan fisik maupun social
ekonomi di kawasan perbatasan, juga dikarenakan selama ini kurangnya perhatian dari
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Akibatnya bayak permasalahan di kawasan
perbatasan seperti kesenjangan ekonomi, ketinggalan pembangunan dan keterisolasian
perbatasan.
Begitu pentinya peran perbatasan dalam pembangunan ekonomi di Kalimantan
Barat, sehingga diperlukan kerangka kebijakan khusus daerah perbatasan Negara.
Kebijakan ini selain memperkuat ekonomi di kawasan perbatasan tetapi juga mengatur
sosial ekonomi dan mengatasi ketertinggalan pembangunan.
Didalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional telah mengamanatkan 5 (lima) tujuan pelaksanaan sistem
perencanaan pembangunan nasional, yaitu:
1. Untuk mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan;
2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar daerah, antar ruang,
antar waktu, dan antar fungsi pemerintah, serta antara pusat dan daerah;
3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasan;
4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan
5. Menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif, berkeadilan
dan berkelanjutan.
Mengacu pada undang-undang nomor 25 tahun 2004 dan permasalahan di
kawasan perbatasan, Kalimantan Barat menyusun kebijakan untuk mengembangkan
kawasan perbatasan. Melalui Badan Pengelolaan Perbatasan Daerah Provinsi Kalimantan
Barat, rencana kegiatan pengembangan kawasan perbatasan tersebut berfokus pada tiga
hal yaitu 1) pengembangan kapasitas kawasan perbatasan 2) pembangunan perekonomian
perbatasan dan 3) pembangunan social budidaya perbatasan.
Kondisi perekonomian kawasan Pengembangan Ekonomi di Kalimantan-
Serawak-Sabah yang umumnya masih sangat lemah menyebabkan kawasan ini juga
ditetapkan sebagai Kawasan Tertinggal. Ketertinggalan ini berdampak sangat luas
terutama dalam hal kesenjangan ekonomi antara penduduk Warga Negara Indonesia
dengan Warga Negara Malaysia dengan segala dampak negatifnya, misalnya penjarahan
kayu (illegal logging), TKI illegal dan lain-lain, sehingga diperlukan strategi
pembangunan yang tepat, guna mengatasi masalah kesenjangan ekonomi tersebut.
Dengan adanya suatu kebijakan pengelolaan yang komprehensif, maka diharapkan
pembangunan kawasan perbatasan dapat dilakukan secara lebih terencana, terprogram,
terarah, dan terukur.

B. Gambaran Kebijakan Perbatasan Daerah Kalimantan Barat


1. Wewenang pengembangan kawasan perbatasan negara
Kalimantan Barat secara khusus menunjuk Badan Pegelola Perbatasan Daerah
Provinsi Kalimantan Barat (BPPD) untuk menetapkan kebijakan program
pembangunan perbatasan, menetapkan rencana kebutuhan anggaran,
mengkoordinasikan pelaksanaan, dan melaksanakan evaluasi dan pengawasan
terhadap Pengelola batas wilayah negara dan kawasan perbatasan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Kebijakan perbatasan daerah Kalimantan Barat kemudian diatur dalam
Peraturan Gubernur Provinsi Kalimantan Barat yaitu sebagai berikut:
a. perumusan program kerja di bidang Pengelola batas wilayah negara dan kawasan
perbatasan;
b. perumusan kebijakan di bidang koordinasi perencanaan dan fasilitasi kerjasama,
serta koordinasi pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pengelola perbatasan;
c. pelaksanaan kebijakan di bidang koordinasi perencanaan dan fasilitas kerja sama,
serta koordinasi pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pengelola perbatasan;
d. pengkoordinasian dan pembinaan teknis di bidang Pengelola batas wilayah negara
dan kawasan perbatasan;
e. penyelenggaraan tugas di bidang Pengelola batas wilayah negara dan kawasan
perbatasan; pelaksanaan reformasi birokrasi, Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP), dan pelayanan publik di lingkungan BPPD;
f. penyusunan rencana aksi pembangunan kawasan perbatasan, penyusunan program
dan anggaran pembangunan kawasan perbatasan sesuai dengan skala prioritas,
pengkoordinasian pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan kawasan
perbatasan, fasilitasi penegasan, pemeliharaan dan pengamanan batas wilayah
negara,
g. penginventarisasian potensi sumber daya untuk pengusulan penetapan zona
pengembangan ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, dan zona lainnya di
kawasan perbatasan;
h. pengendalian, pengawasan, evaluasi dan pelaporan terhadap pelaksanaan
pembangunan kawasan perbatasan;
i. pelaksanaan administrasi BPPD; dan
j. pelaksanaan fungsi lain dan tugas pembantuan yang diberikan oleh Gubernur di
bidang pengelola kawasan perbatasan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2. Pendekatan Pengembangan Kawasan Pengembangan EKonomi (KPE)
Pendekatan pengembangan KPE dilakukan dengan tiga aspek, yaitu :
1) Pendekatan Kesejahteraan; dimana pendekatan yang dilakukan berdasarkan
pengembangan kegiatan ekonomi untuk meningkatan kesejahteraan masyarakat di
wilayah perbatasan.
2) Pendekatan Lingkungan; yaitu pendekatan yang mempertimbangkan
keberlanjutan lingkungan dan meminimasi dampak yang akan ditimbulkann oleh
kegiatan pembangunan.
3) Pendekatan Keamanan, yaitu pendekatan yang memandang perbatasan sebagai
kawasan yang bersebelahan langsung dengan negara lain sehingga perlu
pengawasan terhadap keamanan untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia

3. Kebijakan Dan Strategi Spasial Pengembangan Kawasan Perbatasan


Salah satu program pembangunan daerah yang ditujukan untuk mempercepat
pengembangan wilayah yang tertuang dalam Propenas (Program Pembangunan
Nasional) 1999 – 2004 adalah program pengembangan daerah perbatasan. Tujuan
yang ingin dicapai dalam program ini adalah
1) Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.
2) Meningkatkan kapasitas pengelolaan potensi wilayah perbatasan.
3) Memantapkan ketertiban dan keamanan daerah yang berbatasan dengan negara
lain.

4. Kebijakan RTRW Propinsi Kalimantan Barat


Dalam kebijakan RTRW Propinsi Kalimantan Barat, Kawasan Temajok-Aruk
dikategorikan sebagai kawasan tertentu. Di mana pada kebijakan kawasan tertentu
adalah merupakan pengembangan kawasan tertinggal terutama di perbatasan untuk
menunjang penguatan hankamneg, seperti yang terdapat di KPE Temajok Aruk.
Selain itu pula yang menjadi perhatian penting adalah penanganan lahan kritis di
kawasan lindung serta pengembangan kawasan cepat tumbuh dan potensial melalui
optimalisasi pemanfaatan sumberdaya yang ada dengan orientasi ekspor.

C. Isu-isu Strategis Kebijakan Perbatasan Kalimantan Barat


Isu-isu strategis Kebijakan Pembangunan Perbatasan Daerah Provinsi Kalimantan
Barat sebagai berikut :
1) mengoptimalkan penyelenggaraan penyelenggaraan pemerintahan daerah;
2) Mengopitimalkan pelaksanaan penataan dan pemanfaatan potesi SDA kawasan
perbatasan di Kalimantan Barat;
3) Mengoptimalkan pelaksanaan terhadap mekanisme kerjasama daerah oleh
penyelenggara pemerintah;
4) Wawasan kebangsaan di wilayah tersebut perlu dilakukan. Tidak hanya itu,
pemerataan pembanguna berabgai sektor, harus ditingkatkan dan terus dilakukan
hingga ke pelosok daerah. Dengan pemerataan pembangunan diharapkan mengurangi
ketergantungan hidup pada negara tetangga sehingga meminimalkan kemungkinan
warga untuk pindah kewarganegaraan;
5) Menjaga keberlanjutan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat agar mampu
mencapai 6% – 6,15% sampai dengan 2023. infrastruktur sangat berperan penting
dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, di mana pertumbuhan ekonomi yang
lebih tinggi dijumpai pada wilayah dengan tingkat ketersediaan infrastruktur yang
mencukupi. Memacu akselerasi pembangunan infrastruktur bukanlah tanpa alasan,
ahli ekonomi pembangunan, sejak lama, dan;
6) strategi yang memiliki dampak bagi peningkatan status desa mandiri terutama status
desa tertinggal dan desa sangat tertinggal pada kawasan perbatasan yang naik
statusnya, diantaraya melalui Pemerataan infrastrutkur dasar serta Pemerataan
aksesibilitas antar wilayah.

D. Strategi dan Arah Kebijakan


Dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018-2023 dirumuskan strategi pembangunan yang digunakan. Strategi
pembangunan yang dipilih merupakan panduan bagi penyusunan program pembangunan
daerah yang akan dilaksanakan oleh Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi
Kalimantan Barat khususnya di kawasan perbatasan sesuai dengan kewenangan
Pemerintah Provinsi sebagaimana pada Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018-2023 maka dirumuskan Prioritas Pembangunan yang berdasarkan visi dan
misi pembangunan daerah, agenda prioritas yang akan dilaksanakan, untuk mencapai
sasaran pembangunan yang diinginkan pada lima tahun kedepan, terdapat 3 (tiga)
prioritas pembangunan yaitu : “Meningkatkan Derajat Kesejahteraan Masyarakat,
Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Infrastruktur Pendukung Perekonomian serta
Penyederhanaan Birokrasi dan Transformasi Pelayanan Publik”
Meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat, diperlukan pertumbuhan
ekonomi yang stabil, inklusif dan berdaya saing dengan mengedepankan pengelolaan
sumber daya ekonomi yang mencakup pemenuhan pangan dan pertanian, pengembahan
ekonomi lokal berbasis potensi daerah serta pengelolan perikanan, sumber daya air,
sumber daya energi serta pemanfaatan hutan secara lestari. Kesejahteraan masyarakat
juga ditunjang dari peningkatan kualitas dan daya saing SDM dengan meningkatkan
pelayanan kesehatan, peningkatan pemerataan layanan pendidikan berkualitas dan
berdaya saing pada kawasan perbatasan.
Meningkatnya kemampuan aparatur pemerintah memiliki korelasi yang erat
dengan peningkatan pelayanan publik. Untuk mewujudkan aparatur pemerintah yang
handal untuk memberikan kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat
dan dunia usaha secara cepat, sederhana, melalui pelaksanaan reformasi birokrasi,
penataan kelembagaan, penyederhaan prosedur pelayanan, peningkatan profesionalisme
Aparatur Sipil Negara, Peningkatan Akuntabilias Kinerja Instansi Pemerintah, serta
Pelaksanaan Sistem pemerintahan yang efektif dan efisien.
E. Penutup
Penataan kawasan perbatasan sangat terkait dengan proses nation and state
building (pembangunan bangsa dan negara) yang dapat meminimalisasi kemunculan
potensi konflik internal di suatu negara dan bahkan dengan negara lainnya. Penanganan
perbatasan negara pada hakekatnya merupakan bagian dari upaya perwujudan ruang
wilayah nusantara sebagai satu kesatuan geografi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan
pertahanan keamanan.
Kebijakan pembangunan daerah perbatasan di Kalimantan Barat sudah jauh
berkembang. Pradigma pembangunan perbatasan sebagai “Pintu Belakang”
pembangunan mulai berubah menjadikan pembangunan di daerah perbatasan sebagai
“Pintu terdepan” pembangunan nasional. Hal ini terliat dari beberapa kebijakan strategis
pemerintah pusat terhadap pengembangan kawasan perbatasan Indonesia diantaranya
adalah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, Peraturan Presiden Nomor 31 Tahun 2015 Tentang Rencana
Tata Ruang Kawasan Perbatasan Di Kalimantan, Peraturan presiden nomor 43 tahun
2020 tentang rencana tata ruang kawasan perbatasan Negara di provinsi Riu dan Provinsi
Kepulawan Riau, dan Intruksi Presiden nomor 1 tahun 2021 tentang percepatan
pembangunan ekonomi pada kawasan perbatasan Negara Aruk, Motaain dan Skouw.
Dalam mencapai tujuan pengelolaan kawasan perbatasan yang efektif, maka perlu
adanya koordinasi lintas kementerian, sektor dan instansi pemerintah dalam menjalankan
program di kawasan perbatasan sehingga memiliki gaung dan dampak yang terasa bagi
masyarakat di kawasan tersebut. Diperlukan juga kewenangan lebih kepada daerah dalam
mengelola kawasan perbatasan agar lebih cepat dan optimal.
Daftar Pustaka

Akaha, T. and Anna, V. (eds). 2005. Crossing National Borders: Human Migration Issues in
Northeast Asia. Japan: United Nations University Press.
Berg, E. and Ehin, P. 2006. “What Kind of Border Regime is in the Making?: Towards a
Differentiated and Uneven Border Strategy”. Cooperation and Conflict, 2006
BPPD Kalimantan Barat. 2020. Rencana Strategis Badan Pengelola Perbatasan Daerah
Provinsi Kalimantan Barat 2018-2023. Pontianak
Creswell, J. W and Clark V. L. P. 2007. Designing and Conducting Mixed Methods Research.
Sage Publications.
Eddy, Suratman. 2004. Dampak Kebijakan Pengembangan Kawasan Perbatasan Terhadap
Kinerja Perekonomian Kalimantan Barat: Analisis Simulasi dengan Pendekatan Sistem
Neraca Sosial Ekonomi. Fakultas Ekonomi Universitan Tanjung Pura. Pontianak
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2021 Tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi Kawasan
Perbatasan Negara Di Aruk, Motaain Dan Skouw.
Niebuhr, A and Stiller, S. 2001. Integration Effect in Border Regions – A Survey of Economic
Theory and Empirical Studies. HWWA Discussion Paper. Hamburg.
Ohmae, K. 1995. The end of nations state: the rise of regional economics. New York: Free Press.
Peraturan Presiden Nomor 31 Tahun 2015 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Di
Kalimantan
Rencana Pembangunan Jangka Menangah Nasional 2020-2024
Van Well, L. 2006. Cross-Border Typologies in the Enlargement Area. Results from the ESPON
1.1.3 Report. Enlargement of the European Union and its Polycentric Spatial Structure.
Royal Institute of Technology.
Wu, C. T. 2001. Cross-Border Development in a Changing World: Redefining Regional
Development Policies. In Edgington, D.W., Fernandez, A. L. and Hoshino, C. (eds). New
Regional Development Paradigm. Vol. 2. London: Greenwood Press.

Anda mungkin juga menyukai