Anda di halaman 1dari 32

Partnership Policy Paper No.

2/2011

Kebijakan
Pengelolaan
Kawasan
Perbatasan
Indonesia

Partnership for Governance Reform


www.kemitraan.or.id
Partnership Policy Paper No. 2/2011

Kebijakan Pengelolaan
Kawasan Perbatasan
Indonesia

Mei 2011

Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan


The Partnership for Governance Reform

Jl. Wolter Monginsidi No. 3


Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12110
T: +62-21-7279-9566
F: +62-21-720-5260, +62-21-720-4916
http://www.kemitraan.or.id

Copyright © Mei 2011 The Partnership for Governance Reform

All rights reserved.


Unless otherwise indicated, all materials on these pages are copyrighted by the Partnership for
Governance Reform in Indonesia. All rights reserved. No part of these pages, either text or image may
be used for any purpose other than personal use. Therefore, reproduction, modification, storage in a
retrieval system or retransmission, in any form or by any means, electronic, mechanical or otherwise,
for reasons other than personal use, is strictly prohibited without prior written permission.
1

Kata Pengantar berkaitan dengan penguatan integritas dan tata


kelola pemerintahan daerah perbatasan dan
Untuk menyelaraskan, memperjelas dan
tertinggal. Rekomendasi ini dihasilkan melalui
menyebarluaskan berbagai kebijakan publik
telaah secara mendalam serta melibatkan
yang diadvokasikan oleh Kemitraan Bagi
berbagai pihak yang berkompeten. Harapan kami
Pembaruan Tata Pemerintahan (Partnership
Partnership Policy Paper ini dapat memberikan
for Governance Reform), mulai tahun ini kami
kontribusi positif di dalam upaya mewujudkan
secara berkala menerbitkan serangkaian
kehendak rakyat sesuai dengan janji demokrasi.
“makalah kebijakan” yang disebut Partnership
Policy Paper. Policy Paper No. 2/2011 yang ada Akhir kata, saya sangat berterimakasih kepada
di tangan pembaca budiman ini dihasilkan Tim Public Service Governance Cluster: Agung
dari serangkaian kegiatan yang terkait Djojosoekarto, Rudiarto Sumarwono, dan Cucu
dengan penguatan integritas dan tata kelola Suryaman, yang bersama dengan seluruh
pemerintahan daerah perbatasan dan tertinggal. tim peneliti yang berasal dari Badan Daerah
Pengelola Kawasan Perbatasan, Akademisi/
Dukungan ini sangat penting mengingat bahwa
Universitas dan Organisasi Masyarakat Sipil
Republik Indonesia memiliki batas darat dengan
di kelima provinsi perbatasan di Kalimantan
tiga negara, yaitu: Malaysia, Papua New Guinea
Barat, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau,
dan Timor Leste. Selain berbatasan laut dengan
Nusa Tenggara Timur, dan Papua yang telah
negara-negara tersebut, Republik Indonesia
melakukan penelitian lapangan sehingga
juga memiliki batas laut dengan Singapura,
dihasilkannya Partnership policy paper ini.
Filipina, Vietnam dan Australia. Sementara itu,
daerah-daerah terluar yang langsung berbatasan Wicaksono Sarosa
dengan negara-negara tersebut sebagian besar
adalah daerah tertinggal. Selama ini pemerintah Direktur Eksekutif
Indonesia hanya menjaga daerah-daerah Partnership for Governance Reform
perbatasan tersebut hanya dari segi keamanan
karena dianggap sebagai tempat potensial
untuk persembunyian para pemberontak NKRI
(Negara Kesatuan Republik Indonesia). Oleh
karena itu, pembangunan secara menyeluruh di
daerah tersebut kurang diperhatikan sehingga
jumlah penduduk miskinnya masih besar.

Sesuai dengan visi misi Kemitraan untuk


mewujudkan Indonesia yang adil, demokratis dan
sejahtera yang dibangun atas dasar prinsip-prinsip
dan praktik-praktik tata pemerintahan yang baik,
policy ini mengajukan serangkaian rekomendasi

Partnership Policy Paper No. 2/2011 www.kemitraan.or.id


2

Ringkasan Eksekutif Perbatasan Indonesia yang dapat menjadi


panduan kebijakan Pemerintah Pusat dan
Hampir semua kawasan perbatasan Indonesia
Pemerintah Daerah yang memiliki
adalah daerah tertinggal yang kondisinya
sangat memprihatinkan sebagai wajah luar kawasan perbatasan. Dengan adanya suatu
negara. Selama ini kawasan perbatasan kebijakan pengelolaan yang komprehensif,
dikelola dengan mengedepankan pendekatan maka diharapkan pembangunan kawasan
keamanan (safety belt approach) sehingga perbatasan dapat dilakukan secara lebih
pembangunan sosial ekonomi menjadi terencana, terprogram, terarah, dan terukur.
terabaikan. Pemerintah Pusat menyadari seriusnya Kebijakan tentang desain besar ini diharapkan
permasalahan ini, dan sejak 28 Januari 2010 dapat dimasukkan dalam revisi peraturan
telah membentuk Badan Nasional Pengelola perundang-undangan maupun peraturan daerah
Perbatasan (BNPP) sebagai institusi koordinasi terkait pengelolaan kawasan perbatasan.
dan implementasi program-program pemerintah
untuk membangun kawasan perbatasan. Untuk menunjang terbentuknya kebijakan
tersebut, maka Kemitraan memfasilitasi kajian-
Mengingat pentingnya kawasan perbatasan kajian terkait daerah-daerah perbatasan di
bagi keutuhan NKRI, Kemitraan bagi Provinsi-Provinsi Kepulauan Riau, Kalimantan
Pembaruan Tata-Pemerintahan (Partnership for Timur, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur,
Governance Reform) menginisiasi kerjasama dan Papua. Beberapa rekomendasi yang muncul
dengan BNPP tersebut untuk menemukenali adalah penguatan berbagai bidang kelembagaan,
persoalan kawasan perbatasan secara lebih pembuatan kebijakan komprehensif untuk
rinci dalam mengajukan beberapa butir percepatan pembangunan kawasan perbatasan,
rekomendasi kebijakan. Selain mengingat peningkatan kualitas pelayanan publik,
perlunya perhatian yang lebih besar terhadap hingga perluasan pembangunan infrastruktur
kawasan perbatasan, kertas kebijakan ini juga ekonomi dan industri-industri pertanian yang
mendukung peningkatan koordinasi tindakan, dapat mendukung peningkatan kesejahteraan
baik oleh pemerintah maupun pihak-pihak lain. masyarakat di kawasan perbatasan.

Penguatan modal sosial, ekonomi dan budaya Mengingat arti strategis dan kompleksitas
masyarakat di kawasan perbatasan (termasuk permasalahan kawasan perbatasan, maka
peningkatan kualitas dan kuantitas sarana pengelolaan kawasan ini memerlukan kerja
prasarana) harus disertai peningkatan SDM. kolektif dan koordinasi yang intensif. Untuk
Sementara itu, harus dibangun sistem serta pola itu, peranan lembaga-lembaga pemerintah
p[engelolaan perbatasan darat maupun maritim lainnya di luar BNPP, perguruan tinggi, swasta,
serta pengawasan pemanfaatan sumber daya dan masyarakat sipil perlu terus ditingkatkan.
alam, sehingga dapat terwujud pembangunan Pengelolaan kawasan ini juga perlu melibatkan
kawasan perbatasan yang berkelanjutan. pemerintah daerah dan pemangku kepentingan
lainnya di daerah dan karena urgensinya
Kemitraan juga mendukung disusunnya
maka desain besar pengelolaan kawasan
suatu Desain Besar Pengelolaan Kawasan
perbatasan ini semestinya dapat dirumuskan
3
pada tahun ini supaya pembangunan kawasan kesejahteraan dan infrastruktur di daerah
perbatasan dapat lebih dioptimalkan. perbatasan, banyak penduduk di kawasan ini
lebih memiliki kedekatan emosional dan interaksi
Masalah Inti: Bagaimana sosial ekonomi dengan masyarakat negara
tetangga. Tidak jarang mereka ini mengalami
Mengefektifkan Pengelolaan krisis identitas kebangsaan berhubung
Kawasan Perbatasan rendahnya perhatian negara kita terhadap
Indonesia? nasib mereka dan perkembangan daerahnya.

Perbatasan Indonesia hingga saat ini masih Dalam beberapa tahun belakangan ini
memprihatinkan dari berbagai segi. Daerah- Pemerintah Pusat telah mengambil sejumlah
daerah perbatasan banyak yang mengalami kebijakan untuk menjawab persoalan
keterbelakangan ekonomi karena tiadanya yang rumit di kawasan perbatasan.
program dan proyek pemerintah maupun
swasta. Panjangnya garis perbatasan baik Selain membentuk Badan Nasional Pengelola
di daratan maupun lautan sangat sulit Perbatasan (BNPP) pada tanggal 28 Januari
untuk diawasi dengan reguler oleh aparat 2010, pemerintah juga mulai mengucurkan
keamanan. Akibatnya pelanggaran wilayah banyak sumber daya dan proyek pembangunan
perbatasan, penyelundupan, dan aktivitas di daerah perbatasan. Karena sudah
ilegal lintas batas lainnya seringkali terjadi. lamanya pengabaian terhadap kawasan
ini, maka berbagai kebijakan pemerintah
Di beberapa daerah yang jauh dari kantor- saat ini terasa masih jauh dari memadai.
kantor pemerintahan Indonesia, masyarakat
di perbatasan justru mendapat banyak Untuk itu Kemitraan bagi Pembaruan Tata
fasilitas administrasi dan pelayanan publik Kelola Pemerintahan (Kemitraan) memandang
dari negara tetangga membuat nasionalisme perlunya suatu desain besar yang komprehensif
mereka terbelah. Akses komunikasi dan untuk mengefektifkan pengelolaan kawasan
informasi juga seringkali lebih mudah didapat perbatasan. Kemitraan mendukung terciptanya
dari negara-negara tetangga yang telah sinergi antar lembaga, revitalisasi kelembagaan,
memajukan kawasan perbatasannya. maupun peningkatan sumber daya manusia dan
perangkat kerja melalui berbagai kegiatan diskusi,
Jika kawasan perbatasan tidak segera dikelola seminar, lokakarya, penelitian, dan advokasi ke
dengan baik dan efektif, tentu kedaulatan semua pemangku kepentingan guna tercapainya
negara akan segera menjadi pertaruhannya. tujuan kawasan perbatasan yang sejahtera,
Selama ini pemerintah dan masyarakat luas baru maju, aman, dan menjamin kedaulatan negara.
tersentak oleh seriusnya masalah perbatasan
ketika ada ramai-ramai tentang hilangnya
beberapa wilayah Indonesia karena kalah di
Dinamika Permasalahan
pengadilan internasional, atau karena adanya Kawasan Perbatasan
klaim sepihak terhadap wilayah kita dari Masalah perbatasan memiliki dimensi yang
negara tetangga. Selain itu, karena buruknya kompleks, terdapat sejumlah faktor krusial

Partnership Policy Paper No. 2/2011 www.kemitraan.or.id


4
yang terkait di dalamnya, seperti yurisdiksi dan daerah di dalam pengembangan, penataan
kedaulatan negara, politik, sosial, ekonomi, dan pemberdayaan kawasan perbatasan.
dan pertahanan keamanan. Secara garis besar
terdapat tiga isu utama dalam pengelolaan Permasalahan yang ada di kawasan
kawasan perbatasan antar negara, yaitu: perbatasan pada umumnya meliputi:

1. Penetapan garis batas baik di 1. Belum adanya kepastian dan ketegasan


darat maupun di laut garis batas, baik garis batas laut maupun
garis batas darat, serta administrasi dan
2. Pengamanan kawasan perbatasan pemeliharaannya. Akibatnya perencanaan
3. Pengembangan kawasan perbatasan. pembangunan wilayah perbatasan menjadi
terkendala. Adanya permasalahan batas
Penanganan berbagai permasalahan pada
negara ini banyak menimbulkan dampak
tiga isu utama tersebut masih menghadapi
negatif dan berbagai insiden di perbatasan
berbagai kendala, terutama yang berkaitan
dan pelanggaran wilayah kedaulatan.
dengan aspek-aspek kelembagaan.
2. Kondisi masyarakat di kawasan
Karena terabaikan untuk kurun waktu yang perbatasan pada umumnya masih
lama, kawasan perbatasan di Indonesia selama miskin, tertinggal, terbelakang, tingkat
ini dinilai memiliki citra negatif di mata dunia. pendidikan dan kesehatan rendah,
Citra negatif yang tercipta tersebut merupakan serta secara komunitas terisolir.
akibat dari dijadikannya wilayah perbatasan
3. Lemahnya penegakan hukum, menyebabkan
sebagai tempat lalu-lalangnya masalah tenaga
maraknya pelanggaran hukum di
kerja ilegal (illegal workers), pembalakan
kawasan perbatasan. Implementasi
dan penggundulan hutan (illegal logging),
pos-pos perbatasan dan fasilitasi bea
serta penyelundupan (smuggling). Selain itu,
cukai, imigrasi, dan karantina (CIQ/
ketertinggalan pembangunan di kawasan
Custom, Imigration and Quarantina)
perbatasan serta munculnya ketegangan-
tidak optimal dan terkendala banyak
ketegangan sebagai akibat isolasi wilayah,
hal, sehingga mengakibatkan terjadinya
menyebabkan kawasan ini dapat menjadi jalan
berbagai kegiatan ilegal lintas batas.
masuk bagi larinya teroris yang mengkhawatirkan
dunia international (transnational-terrorists). 4. Belum sinkronnya pengelolaan kawasan
perbatasan, baik menyangkut kelembagaan,
Kawasan perbatasan biasanya menjadi program, maupun kejelasan wewenang.
agenda utama dalam pembahasan dan
pembicaraan misalnya ketika keputusan 5. Adanya kegiatan penyelundupan barang
Mahkamah Internasional mengenai Pulau dan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
Sipadan – Ligitan menempatkan Indonesia 6. Rentannya persoalan yang terkait
pada posisi yang “kalah.” Kekalahan ini dengan nasionalisme penduduk karena
mendorong semakin tingginya intensitas kurangnya informasi yang masuk dari
perhatian pemerintah pusat dan pemerintah Indonesia, dan masyarakat di kawasan
5
perbatasan lebih mengenal negara khas atau spesifik yang membutuhkan perhatian
tetangga daripada negara sendiri. berbeda-beda antar satu daerah dengan
daerah lainnya. Berikut ini adalah gambaran
Apabila ditinjau dari aspek fisik dan infrastruktur,
sejumlah permasalahan di beberapa daerah
maka karakteristik kawasan perbatasan
perbatasan di Indonesia yang telah dilakukan
memiliki berbagai permasalahan berikut ini:
studi oleh Tim Kemitraan bersama para ahli.
1. Batas wilayah darat di kawasan perbatasan
sangat memprihatinkan, karena banyak A. Kalimantan Timur
patok/pilar batas yang hilang dan sebagian
Provinsi Kalimantan Timur mempunyai kawasan
kondisinya kurang baik. Untuk batas
yang berbatasan darat dengan Malaysia.
wilayah laut (maritim), Indonesia sebagai
Kawasan perbatasan membentang dari Utara
negara pihak terhadap The United Nations
(Kabupaten Nunukan) ke Selatan (Kabupaten
Convention on the Law of the Sea (UNCLOS),
Kutai Barat) sepanjang 1.035 km dengan luas
memiliki beberapa rejim batas maritim
sekitar 53.653 km2. Kawasan ini terletak pada
yang harus diselesaikan dengan sepuluh
4® 20® dan 1® 20® Lintang Utara, dan 113® 35®
negara tetangga, baik penetapan batas,
Bujur Timur. Secara geografis kawasan ini
maupun berkaitan dengan penegasan
berbatasan langsung dengan Negara Bagian
batas yang belum tuntas. Adapun rejim
Sabah di utara dan Serawak di barat, serta Selat
batas maritim yang dimaksud adalah:
Makassar di timur. Kawasan ini juga berada di jalur
a. Batas Laut Teritorial pelayaran nasional dan internasional sekaligus
b. Batas Zona Tambahan merupakan outlet Kalimantan ke Asia Pasifik.
Tiga kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur
c. Batas Zona Eksklusif Ekonomi (ZEE)
yang terletak di kawasan perbatasan adalah
d. Batas Landas Kontinen Kabupaten Nunukan, Malinau dan Kutai Barat.
2. Pada umumnya kawasan perbatasan Sebagian besar kawasan perbatasan di
darat berada di daerah yang terisolir Kalimantan Timur terdiri atas dataran tinggi,
dan pedalaman dengan kondisi dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
alam yang sulit dijangkau. permukaan air laut (dpl), melalui perbatasan
3. Hutan yang ada di kawasan perbatasan dengan Kutai Barat dan sebagian Malinau
umumnya hutan alam dan sebagian yang merupakan rangkaian Pegunungan Iban.
besar dikategorikan sebagai kawasan Sebagian Malinau dan Nunukan merupakan
konservasi atau kawasan hutan lindung. kawasan dataran rendah, dengan ketinggian
100 sampai 200 meter dpl. Sebagian perbatasan
4. Infrastruktur di kawasan perbatasan relatif
Nunukan adalah perbatasan laut, dan terdapat
masih sangat terbatas dan memerlukan
perbatasan yang melalui sebuah pulau kecil,
penanganan yang lebih serius.
yaitu Pulau Sebatik. Bagian utara pulau ini
Sementara itu, beberapa kawasan perbatasan merupakan wilayah Malaysia dan bagian
di Indonesia memiliki sejumlah permasalahan selatan pulau ini merupakan wilayah Indonesia.

Partnership Policy Paper No. 2/2011 www.kemitraan.or.id


6
Kondisi geografis ini yang mempengaruhi sehingga berdampak terhadap kegiatan
persebaran penduduk dan kegiatan di pengembangan kawasan pada seluruh
kawasan perbatasan menjadi kompleks. bidang pembangunan, termasuk kualitas
sumber daya manusia, pendidikan, kesehatan,
Secara umum penduduk Kalimantan Timur infrastruktur, dan pertanian dalam arti luas.
dibedakan atas dua kelompok, yaitu kelompok
suku bangsa Melayu dan Suku bangsa Dayak. Kawasan perbatasan di Provinsi Kalimantan
Suku bangsa Melayu tinggal di pesisir pantai Timur memiliki permasalahan pada:
dan sepanjang tepi sungai dengan menganut
agama Islam. Sedangkan Suku bangsa Dayak 1. Rendahnya kualitas sumber daya manusia,
atau Lundaye dianggap sebagai penduduk Yang dapat diukur dengan menggunakan
asli Pulau Kalimantan, dan biasanya berdiam di indikator Indeks Pembangunan Manusia
pegunungan/pedalaman. Pola kehidupan orang (IPM). IPM meliputi tiga dimensi dasar
Dayak adalah mengikuti sistem ladang berpindah. yaitu: pengetahuan, lamanya hidup dan
suatu standar hidup yang layak. Tiga
Pembangunan kawasan perbatasan di
dimensi ini kemudian dapat diukur dengan
Kalimantan Timur merupakan bagian integral
angka harapan hidup yang menunjukkan
dari pembangunan kawasan perbatasan secara
kualitas kesehatan masyarakat, pencapaian
nasional. Wilayah perbatasan di kalimantan
pendidikan yang menggambarkan tingkat
Timur ini memiliki potensi sumber daya alam
pengetahuan dan keterampilan penduduk
yang cukup besar, serta merupakan wilayah
yang diwakili oleh tingkat literasi (melek
yang sangat strategis bagi pertahanan dan
huruf) dan rata-rata lama sekolah, serta
keamanan negara. Namun secara umum
pendapatan/konsumsi per kapita yang
pembangunan wilayah perbatasan masih
telah disesuaikan menjadi paritas daya
jauh tertinggal dibandingkan dengan
beli yang merupakan ukuran untuk
pembangunan di wilayah negara tetangga.
standar hidup layak (decent living).
Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang
2. Keterbatasan sarana prasarana pendukung.
tinggal di daerah ini umumnya jauh lebih
rendah dibandingkan dengan kondisi sosial Kondisi transportasi antar wilayah di
ekonomi warga negara tetangga. Hal ini perbatasan masih belum mampu menjadi
telah mengakibatkan timbulnya berbagai penopang kegiatan ekonomi masyarakat,
kegiatan ilegal di daerah perbatasan yang dan ini disebabkan oleh minimnya prasarana
dikawatirkan dalm jangka panjang dapat transportasi darat. Sarana transportasi darat,
menimbulkan berbagai kerawanan sosial. baik jalan, jembatan maupun kendaraan
relatif sedikit. Kawasan perbatasan Kalimantan
Keadaan wilayah perbatasan Kalimantan memiliki aksesibilitas yang tinggi terhadap
Timur dengan negara Malaysia hingga saat wilayah perbatasan Sabah maupun terhadap
ini kondisinya masih sangat memprihatinkan. kota-kotanya. Sebaliknya aksesibilitas kawasan
Permasalahan mendasar pembangunan di perbatasan Kalimantan terhadap kota-
wilayah perbatasan adalah isolasi wilayah, kota di Kalimantan justru sangat rendah.
7
3. Buruknya kondisi kesehatan. 7. Pemekaran wilyah yang tidak diikuti
oleh kesiapan aparatnya.
Pelayanan kesehatan di kawasan perbatasan
masih minim. Daerah-daerah perbatasan 8. Degradasi sumber daya alam yang
masih belum memiliki rumah sakit swasta berdampak pada kerusakan ekosistem alam
maupun rumah sakit daerah dan fasilitas dan hilangnya keanekaragaman hayati.
kesehatan khusus lainnya. Fasilitas kesehatan
9. Lunturnya rasa nasionalisme dan
di perbatasan Kalimantan sebagian besar
rendahnya kesadaran politik masyarakat
dilayani oleh Puskesmas yang berada di
perbatasan Kalimantan Timur akibat
ibukota kecamatan. Rumah Sakit Umum
sulitnya jangkauan pembinaan dan adanya
Daerah hanya terdapat di ibukota kabupaten.
peluang ekonomi di negara Malaysia.
4. Keterbatasan sarana dan kualitas pendidikan. 10. Terancam dan berkurangnya
Fasilitas pendidikan untuk peningkatan batas wilayah NKRI di kawasan
kualitas sumber daya manusia sudah perbatasan Kalimantan Timur.
ada akan tetapi masih sebagian besar
berada di ibukota kecamatan, sementara B. Kalimantan Barat
sebaran penduduk di wilayah perbatasan Secara geografis, kawasan perbatasan Kalimantan
Kalimantan ini sangat tinggi. Barat dengan Serawak berada pada bagian
paling utara wilayah Provinsi Kalimantan
5. Keterbatasan jangkauan telekomunikasi.
barat, yang membentang dari barat ke timur
Sarana perhubungan khususnya sepanjang 966 kilometer (km) yang meliputi
telekomunikasi di kawasan perbatasan Kabupaten Sambas sampai ke Kabupaten
Kalimantan masih sangat terbatas. Sebaliknya, Kapuas Hulu. Secara kewilayahan ada lima
kawasan perbatasan Sabah sudah memiliki daerah kabupaten dan empat belas kecamatan
sarana telekomunikasi yang sangat baik, di Provinsi Kalimantan Barat yang berbatasan
sehingga daerah yang sudah terdapat sarana langsung dengan negara tetangga Malaysia.
telekomunikasi biasanya kemampuannya
masih di bawah sinyal operator Malaysia. Tantangan pengelolaan kawasan
perbatasan darat Kalimantan Barat –
6. Buruknya kondisi perekonomian. Serawak adalah sebagai berikut:
Secara umum kondisi kedua wilayah 1. Belum jelasnya penataan ruang dan
perbatasan sangat berbeda, wilayah Malaysia pemanfaatan sumber daya alam.
relatif lebih maju dibandingkan dengan
wilayah Indonesia. Globalisasi ekonomi dan Kondisi ini ditunjukkan dengan terjadinya
perdagangan bebas menyebabkan produk- konflik ataupun tumpang tindih
produk yang dihasilkan oleh penduduk di pemanfaatan ruang (lahan) baik antara
kawasan perbatasan tidak dapat bersaing. kawasan budidaya dengan kawasan
Terdapat kecenderungan perubahan lindung, maupun antar kawasan budidaya
orientasi kegiatan sosial ekonomi penduduk seperti kegiatan pertambangan dan
di wilayah Indonesia ke wilayah Malaysia. kehutanan yang berkaitan dengan
ekonomi daerah dan masyarakat.

Partnership Policy Paper No. 2/2011 www.kemitraan.or.id


8
2. Kawasan perbatasan sebagai 5. Ketidakjelasan wewenang dan koordinasi
daerah tertinggal
Penanganan masalah di kawasan perbatasan
Kawasan perbatasan di Kabupaten membutuhkan landasan hukum yang
Sanggau dan Sambas, masuk dalam tegas, komprehensif dan mampu mengikat
kategori daerah tertinggal karena semua pihak. Salah satunya adalah kejelasan
kurangnya perhatian pemerintah. Kebijakan wewenang dan jalur koordinasi dalam
pembangunan saat ini cenderung pengelolaan kawasan perbatasan. Tidak
menjadikan dua kawasan perbatasan hanya jarang masing-masing level pemerintahan
difungsikan sebagai sabuk keamanan. berebut pengaruh di perbatasan ketika ada
potensi penerimaan dan lepas tanggung
3. Kendala geografis jawab pada saat timbul masalah.
Secara geografis kawasan perbatasan
6. Rendahnya sumber daya manusia (SDM)
merupakan daerah yang sangat luas.
Di Kalimantan Barat saja panjang garis Kondisi ini ditunjukkan dengan rendahnya
perbatasan 966 km, sehingga cukup tingkat pendidikan dan kualitas kesejahteraan
menyulitkan dalam penanganan terutama penduduk dengan penyebaran yang
ditinjau dari aspek rentang kendali pelayanan, tidak merata dibandingkan dengan luas
kebutuhan dana, dan kebutuhan aparatur. wilayah dan garis perbatasan yang panjang,
Kondisi ini semakin diperparah oleh kondisi sehingga berimplikasi pada kegiatan
infrastruktur jalan yang relatif sangat terbatas pelintas batas yang ilegal. Demikian pula
baik kualitas maupun kuantitasnya. banyak TKI maupun TKW yang bekerja
di luar negeri hanya sebagai buruh,
4. Adanya inkonsistensi antara pembantu rumah tangga dan pekerja kasar
perencanaan dengan pelaksanaan lainnya, yang jelas-jelas menggambarkan
Di dalam Garis Besar Haluan Negara rendahnya kualitas SDM pada umumnya.
(GBHN) 1999 – 2004 dan dalam Program
7. Kemiskinan
Pembangunan Nasional (Propenas) 2000
– 2004 telah diamanatkan perlunya arah Walaupun saat ini kawasan perbatasan kaya
kebijakan dan program pembangunan dengan sumber daya alam dan letaknya
wilayah perbatasan, namun pada tataran mempunyai akses ke pasar (Serawak),
implementasi tidak terbukti, karena selama tetapi terdapat sekitar 45% desa miskin
periode 1999 – 2004 tidak terjadi peningkatan dengan jumlah penduduk miskin sekitar
kegiatan pembangunan yang signifikan di 35%. Jika dibandingkan dengan penduduk
kawasan perbatasan. Untuk pasca 2004, Malaysia tampak adanya ketimpangan
pembangunan kawasan perbatasan belum pendapatan yang besar sekali. Akibatnya
menjadi prioritas kebijakan nasional. penduduk di kawasan perbatasan tidak
memiliki posisi tawar yang sebanding dalam
kegiatan ekonomi di perbatasan. Akibat
9
lainnya adalah mendorong masyarakat serta minimnya prasarana dan sarana telah
semakin terlibat dalam kegiatan ekonomi menyebabkan aktivitas aparat keamanan
ilegal guna memenuhi kebutuhannya. dan kepolisian belum dapat dilakukan
dengan optimal. Ini menyebabkan lemahnya
8. Keterbatasan infrastruktur pengawasan di sepanjang garis perbatasan.
Tingkat ketersediaan dan kualitas pelayanan
Berbagai permasalahan seperti perubahan
publik di kawasan perbatasan masih sangat
batas-batas wilayah, penyelundupan
terbatas, seperti sistem perhubungan
barang/jasa (smuggling), pembalakan
dan telekomunikasi, pelayanan listrik dan
liar (illegal logging), perdagangan
air bersih, serta fasilitas lainnya seperti
manusia, anak-anak dan wanita
kesehatan, pendidikan dan pasar. Hal ini
(human trafficking) menjadi fenomena
membuat penduduk di daerah perbatasan
kontemporer kejahatan lintas negara.
masih cenderung untuk berorientasi ke
negara tetangga yang tingkat aksesilibilitas 10. Pemanfaatan sumber daya
infrastruktur fisik dan informasinya relatif alam belum optimal
lebih tinggi. Demikian pula dengan jaringan
jalan darat di kawasan perbatasan Kalimantan Potensi sumber daya alam yang berada di
Barat yang masih kurang, membuat kawasan perbatasan sebenarnya sangat
masyarakat lebih sering bepergian dan besar, seperti bahan tambang (emas dan
berinteraksi dengan masyarakat di Serawak. batu bara), potensi hutan dan perkebunan,
namun sejauh ini upaya pengelolaannya
Untuk fasilitas listrik, dari 14 ibukota belum dilakukan secara optimal. Selain karena
kecamatan yang ada di kawasan perbatasan permasalahan keterbatasan infrastruktur juga
Kalimantan Barat, baru 6 ibukota kecamatan terkait dengan ketidakjelasan regulasi yang
(43%) yang mendapat pelayanan. Hal mengatur tentang masalah pengelolaan
ini menunjukkan besarnya perbedaan ekonomi di kawasan perbatasan.
kesejahteraan masyarakat Indonesia dengan
masyarakat Serawak yang hampir seluruhnya 11. Terjadinya eksploitasi sumber daya
telah mendapat layanan listrik. Ini menjadi alam yang tidak terkendali
salah satu penyebab rendahnya investasi ke Di sebagian besar kawasan perbatasan, upaya
kawasan perbatasan. Akibatnya kawasan ini pemanfaatan sumber daya alam dilakukan
menjadi daerah yang tertinggal, dan sebagian secara ilegal dan tak terkendali, sehingga
besar penduduknya hidup dalam kemiskinan. mengganggu keseimbangan ekosistem
dan kelestarian lingkungan hidup. Berbagai
9. Lemahnya penegakan hukum
dampak lingkungan seperti polusi asap
Akibat penegakan hukum yang masih lintas batas, banjir, longsor, tenggelamnya
lemah, maka berbagai bentuk pelanggaran pulau kecil dan lain sebagainya terjadi.
hukum sering terjadi di kawasan perbatasan.
Luasnya wilayah yang harus ditangani

Partnership Policy Paper No. 2/2011 www.kemitraan.or.id


10

C. Provinsi Kepulauan Riau Perusahaan swasta sebenarnya juga sudah


berpartisipasi dalam pembangunan kawasan
Karakteristik daerah perbatasan yang
perbatasan di Kepulauan Riau melalui
berada pada Provinsi Kepulauan Riau pada
berbagai program pemberdayaan masyarakat
umumnya merupakan kawasan perbatasan
(community development) yang telah dilakukan.
perairan dan lautan dan merupakan pulau-
Progam-program tersebut merupakan wujud
pulau kecil. Pintu masuk lintas batas antara
dari tanggung-jawab sosial perusahaan
Indonesia – Singapura dan Indonesia – Malaysia
(CSR- Corporate Social Responsibility) yang
terkonsentrasi pada Pulau Batam dan Karimun
bertujuan: membantu meredam konflik
(untuk kawasan industri dan maritim) dan
yang telah dan atau mungkin terjadi terkait
Pulau Bintan (untuk industri pariwisata).
dengan adanya perbedaan kepentingan
Salah satu ancaman yang paling mengemuka antara masyarakat dan perusahaan.
dari kondisi Kepulauan Riau yang berada
pada kawasan perbatasan adalah keberadaan D. Provinsi Papua
pulau-pulau terluar yang berpotensi hilang, Papua adalah pulau terbesar yang dimiliki
karena penambangan pasir yang hampir Indonesia, dan memiliki potensi sumber daya
menenggelamkan pulau-pulau tersebut. alam yang sangat kaya. Papua juga dikenal
Penambangan pasir ini tentu akan memunculkan sebagai penghasil tambang emas terbesar di
permasalahan baru dan besar, yaitu terancamnya dunia, demikian juga dengan kekayaan alam
garis batas dan kaburnya titik koordinat ketiga lainnya, seperti tambang minyak, batubara,
negara (Indonesia, Singapura, dan Malaysia). hutan, kekayaan laut, dan panorama alam.
Permasalahan lain adalah dijadikannya pulau- Namun ironisnya, provinsi ini masih menjadi
pulau ini sebagai sarang perompak kapal, salah satu yang termiskin di Indonesia.
basis penyelundupan barang, perdagangan Kemiskinan yang banyak terjadi di daerah
ilegal, penyelundupan manusia untuk tenaga pelosok dan daerah perbatasan. Permasalahan
kerja ilegal di Malaysia dan Singapura. tersebut semakin kompleks mengingat
Dari sisi budaya, substansi budaya masyarakat bentangan kawasan perbatasan di provinsi
perbatasan di Kepulauan Riau tercermin antara ini sangat luas dan tipologinya bervariasi.
lain melalui sistem ilmu pengetahuannya yang Pengelolaan perbatasan di Provinsi Papua belum
kompleks, dengan berbagai macam aplikasi ilmu sepenuhnya pula menjalankan pengelolaan
di tengah sistem sosial yang terbentuk. Substansi yang berbasis pada pengelolaan “manusia-
nilai didominasi oleh nilai etika dan estetika nya.” Hal ini dikarenakan masih dominannya
budaya Melayu. Nilai estetika tampak ketika etika pembuatan kebijakan dalam pengelolaan
kehidupan dijabarkan dalam bentuk unggahan perbatasan yang berbasis pada kepentingan
puisi yang dikenal sebagai Gurindam Duabelas. pemerintah. Layaknya kawasan perbatasan
Di sisi lain, etos kerja masyarakat pesisir masih dengan negara lain di Indonesia, kendala umum
harus ditingkatkan, karena yang bekerja di sektor yang dihadapi oleh Provinsi Papua adalah
formal dan informal belum menggambarkan kesenjangan pembangunan dengan ciri-ciri:
semangat kerja yang membanggakan. masih rendahnya aksesibilitas, terbatasnya sarana
11
dan prasarana, kepadatan penduduk relatif adanya data yang tegas mengenai posisi yang
rendah, rendahnya kualitas SDM, dan belum tepat dari lokasi wilayah perbatasan tersebut,
optimalnya pembangunan. Penduduk di kawasan sehingga mudah dipindahkan. Selain itu, karena
perbatasan memiliki keterampilan yang rendah kesamaan suku dan identitas antar dua suku
dan minimnya pendapatan masyarakat, sehingga yang berbeda kebangsaan nasional menjadikan
berdampak pada aspek kehidupan mereka batas wilayah negara tidak lagi menjadi penting.
seperti kesehatan, pendidikan, dan perumahan.
Lingkungan geografis Papua dikelilingi
Terkait dengan kenyataan sosial bahwa oleh pegunungan. Ini sangat menyulitkan
masyarakat yang tinggal di kawasan perbatasan pembangunan infrastruktur jalan sebagai
Provinsi Papua sejatinya masih memiliki kesatuan akses menuju pemukiman penduduk
adat dan budaya, maka faktor nilai dan norma khususnya di kawasan perbatasan.
adat biasanya lebih kuat dibandingkan norma
dan ikatan nasional. Ini tentu dapat menjadi Sementara itu, keamanan di kawasan perbatasan
masalah dalam pengelolaan wilayah perbatasan. Papua yang begitu luas membutuhkan kerjasama
pertahanan dan keamanan di antara berbagai
Peran civil society, akademisi dan lainnya belum pihak. Wilayah tersebut selama ini menjadi
menunjukkan kontribusi yang baik. Persoalannya tempat lintas pelaku kejahatan baik di Provinsi
terletak pada ketidakmampuan pemerintah dalam Papua maupun negara Papua New Guinea,
menjalankan program-program pembangunan tempat pelarian dan persembunyian kelompok
yang berbasis kepentingan masyarakat. separatis serta pintu masuk penjualan ganja.
Sementara itu program-program yang berkaitan
dengan peningkatan kapasitas dan daya saing E. Provinsi Nusa Tenggara
daerah di Papua dari pemerintah pusat, daerah
dan BUMN belum optimal. Ini dikarenakan
Timur
tingginya ego-sektoral dan lemahnya koordinasi Kondisi kawasan perbatasan di Provinsi
antar instansi, di mana mereka berjalan sendiri- NTT yang berada di Kabupaten Belu,
sendiri sehingga dampak program justru nyaris Kabupaten Timor Tengah Utara dan
tidak terdengar. Keterlibatan dari sektor swasta Kabupaten Kupang belum menunjukkan
dalam mengembangkan wilayah perbatasan juga gambaran yang ideal. Permasalahan
masih minim sehingga membuat perkembangan mendasar yang dihadapi oleh masyarakat
kawasan perbatasan tidak cepat dan teratur. di kawasan perbatasan NTT ini meliputi:

Masalah lain yang sering terjadi di Papua adalah 1. Rendahnya tingkat kesejahteraan
adanya pemindahan batas wilayah, yang biasanya masyarakat di kawasan perbatasan.
terjadi di kawasan perbatasan Kabupaten Pada 3 kabupaten tersebut yang ditandai
Boven Digoel dan Kabupaten Merauke dengan dengan rendahnya penghasilan masyarakat
negara Papua New Guinea. Hal ini menunjukkan dan terbatasnya kesempatan berusaha karena
lemahnya manajemen pengelolaan masalah sebagian besar wilayahnya adalah lahan
keamanan di daerah perbatasan. Pergeseran kering. Hal ini diperparah dengan tiadanya
batas wilayah biasanya terjadi karena tidak keterampilan dalam mengelola sumber daya

Partnership Policy Paper No. 2/2011 www.kemitraan.or.id


12
lahan yang kering serta terbatasnya sarana yang memiliki prioritas berbeda, ego-
permodalan untuk membangun investasi sektoral, dan tidak didukung dengan
di bidang perkebunan, rendahnya derajat sistem koordinasi yang baik. Kemudian
kesehatan masyarakat yang ditandai dengan juga karena tidak memadainya kapasitas
tingginya angka kematian bayi dan ibu yang aparat di tingkat kecamatan dan
melahirkan, kasus gizi buruk, meningkatnya desa sebagai pelaku pembangunan
HIV-AIDS dari tahun ke tahun, serta tidak utama pada garis depan perbatasan,
tersedianya pemukiman yang sehat dan terbatasnya kewenangan pemerintah
persediaan air bersih yang tidak memadai. daerah dalam menangani perbatasan,
serta terbatasnya alokasi anggaran
2. Tidak memadainya sarana dan prasarana pembangunan kawasan perbatasan.
pendidikan, kesehatan, perhubungan,
penerangan dan komunikasi, sehingga
menyebabkan penduduk di kawasan
Kebijakan Pengelolaan
perbatasan menjadi terisolir. Kawasan Perbatasan Saat Ini
3. Kerusakan lingkungan hidup sebagai Untuk mengelola kawasan perbatasan,
akibat dari beralihnya fungsi hutan Pemerintah telah membentuk Badan Nasional
menjadi lahan pertanian. Pengelola Perbatasan (BNPP) pada tanggal 28
Januari 2010 melalui Peraturan Presiden (Perpres)
Pengambilan galian tambang
No. 12 Tahun 2010, dan ditindaklanjuti dengan
mangan, marmer dan galian C yang
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
tidak memperhatikan kelestarian
No. 31 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
lingkungan, serta rendahnya kepedulian
Kerja BNPP. Ini merupakan tindaklanjut dari
masyarakat dalam mengelola daerah
Undang-undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang
aliran sungai (DAS) di perbatasan.
Wilayah Negara yang mengamanatkan bahwa
4. Ketertiban dan keamanan perbatasan masih untuk mengelola batas wilayah negara dan
menunjukkan dinamika yang tinggi. mengelola kawasan perbatasan pada tingkat
pusat dan daerah, pemerintah nasional dan
Masih terdapatnya permasalahan lahan
pemerintah daerah membentuk Badan Pengelola
sengketa yang terkait dengan belum
Nasional dan Badan Pengelola Daerah.
tuntasnya garis batas negara, serta
belum ditaatinya peraturan-peraturan Namun, pelaksanaan program di kawasan
lintas batas yang menyebabkan perbatasan banyak yang masih tumpang tindih
terjadinya pelintas batas ilegal. antar sektor dan institusi, serta tidak berjalannya
koordinasi karena ego-sektoral dan prioritas
5. Pemecahan masalah di kawasan
yang berbeda. Kebijakan pembangunan yang
perbatasan NTT terkesan belum efektif.
dilakukan pemerintah di kawasan perbatasan
Karena beragamnya pelaku pembangunan lebih cenderung menjadikan kawasan perbatasan
baik pemerintah, lembaga swadaya hanya difungsikan sebagai sabuk keamanan
masyarakat (LSM), maupun dunia usaha (security belt). Kondisi demikian menyebabkan
13
sebagian besar desa di sepanjang perbatasan 2010 yang memiliki fungsi menyusun rencana
sulit dijangkau (terisolir) dan secara umum induk pengelolaan kawasan perbatasan.
memiliki infrastruktur dasar yang sangat terbatas.
Rancangan Desain Besar
Kebijakan daerah Pengelolaan Kawasan
Di Kalimantan Timur telah terbentuk Badan Perbatasan
Pengembangan Wilayah Perbatasan dan
Mendesaknya percepatan dan penanganan
Daerah Tertinggal Kalimantan Timur. Di
terhadap isu kawasan perbatasan ini dikarenakan:
Kalimantan Barat, pemerintah provinsinya telah
mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub) 1. Berbagai isu perbatasan terus bergulir
No. 161/2005 tentang Pembentukan Badan namun penanganannya masih sporadis
Persiapan Pengembangan Kawasan Khusus dan insidental. Berbagai pertemuan
Perbatasan Provinsi Kalimantan Barat, akan bilateral tentang perbatasan juga terus
tetapi masih bersifat Satuan Kerja Perangkat berjalan dan menghasilkan berbagai
Daerah (SKPD) non-struktural. Pada tahun 2008, komitmen untuk kerjasama perbatasan
Gubernur Kalimantan Barat mengeluarkan Perda tapi kurang terdapat kejelasan arah
Provinsi Kalimantan Barat No. 10/2008 tentang penyelesaian masalah perbatasan ini.
Susunan Organisasi Perangkat daerah Provinsi
2. Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat,
Kalimantan Barat, yang membentuk SKPD
Kalimantan Timur, Papua dan Nusa Tenggara
struktural dengan nama Badan Pengelolaan
Timur telah memiliki Badan Pengelola
Kawasan Perbatasan dan Kerjasama (BPKPK)
Perbatasan di daerah, beberapa kabupaten
Provinsi Kalimantan Barat. Pada tahun yang
perbatasan telah proaktif membentuk
sama dikeluarkan Pergub Kalimantan Barat
badan pengelola perbatasan. Tapi hal ini
No. 65/2008 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan
bisa menjadi bom waktu kesemrawutan
Tata Kerja BPKPK Provinsi Kalimantan Barat.
birokrasi dalam penanganan masalah
Untuk Provinsi Kepulauan Riau hingga kini perbatasan jika tidak ada mekanisme
masih belum memiliki Badan Pengelola koordinasi dan kebijakan yang efektif.
Daerah Perbatasan sehingga permasalahan 3. Masalah perbatasan belum mendapat
daerah perbatasan untuk wilayah Kepulauan perhatian yang memadai dari pemerintah.
Riau ditangani oleh SKPD terkait. Sementara Hal ini tercermin dari kebijakan
itu, Pemerintah Provinsi NTT melalui Badan pembangunan yang masih kurang
Pengelola Perbatasan Provinsi (BPPP) yang baru memperhatikan kawasan perbatasan.
terbentuk, telah berperan dalam pelaksanaan
pengelolaan kawasan perbatasan melalui 4. Laporan dari Badan Perencanaan
tahapan perencanaan, penganggaran, Pembangunan Nasional (Bappenas) dan
implementasi, monitoring dan evaluasi. Badan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri)
Pengelola Perbatasan Provinsi NTT telah dibentuk pada tahun 2009 mencatat adanya 26
dengan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun Kementerian/Lembaga yang memiliki

Partnership Policy Paper No. 2/2011 www.kemitraan.or.id


14
program pembangunan di perbatasan nasional Kabinet Indonesia Bersatu II.
melalui 72 program di tingkat Satuan Kerja Salah satu dari 11 prioritas tersebut adalah
(Satker) Eselon I. Akibatnya pembangunan menempatkan daerah tertinggal, terdepan,
kawasan perbatasan tetap tidak mengalami terluar, dan pasca konflik sebagai daerah
kemajuan yang berarti, malah berbagai prioritas pembangunan. Arah kebijakan
isu dan kasus dari perbatasan cenderung yang telah ditetapkan oleh Kabinet
meninggi, seperti pergeseran patok batas, Indonesia Bersatu II ini adalah “mempercepat
pelanggaran batas kedaulatan, kejahatan pembangunan kawasan perbatasan di
lintas batas, menurunnya nasionalisme berbagai bidang sebagai beranda depan
masyarakat perbatasan, dan terjadinya negara dan sebagai pintu gerbang aktivitas
berbagai kegiatan ilegal di perbatasan, ekonomi dan perdagangan dengan
sementara masyarakat di kawasan negara tetangga secara terintegrasi dan
perbatasan tetap miskin dan tertinggal. berwawasan lingkungan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan menjamin
Arah kebijakan pengembangan kawasan
pertahanan keamanan nasional.”
perbatasan sendiri sebenarnya sudah
dirumuskan dalam Rencana Pembangunan Adapun fokus sasarannya meliputi:
Jangka Panjang (RPJP) Nasional 2005 –
2025, yang meliputi dua hal berikut ini: a. Penyelesaian dan penetapan
batas wilayah negara;
1. Wilayah-wilayah perbatasan akan
dikembangkan dengan mengubah b. Peningkatan upaya pertahanan,
arah kebijakan pembangunan yang keamanan dan penegakan hukum;
selama ini cenderung berorientasi c. Peningkatan pertumbuhan
ke dalam (inward-looking) menjadi ekonomi kawasan perbatasan;
berorientasi keluar (outward-looking)
d. Peningkatan pelayanan sosial dasar
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
termasuk pendidikan dan kesehatan;
pintu gerbang aktivitas ekonomi dan
perdagangan dengan negara tetangga. e. Penguatan kapasitas kelembagaan
dalam pengembangan kawasan
2. Pendekatan pembangunan dilakukan,
perbatasan secara terintegrasi;
selain menggunakan pendekatan bersifat
keamanan, juga diperlukan pendekatan f. Peningkatan pembangunan sarana
kesejahteraan, dengan perhatian khusus dan prasarana pendukung untuk
diarahkan bagi pengembangangan masyarakat di kawasan perbatasan.
pulau-pulau kecil di perbatasan yang Guna mendukung tercapainya fokus
selama ini luput dari perhatian. sasaran pembangunan tersebut, maka
Memasuki Rencana Pembangunan Jangka perlu diperhatikan berbagai aspek penting
Menengah (RPJM) Nasional 2010 – 2014 terkait pengelolaan dan pembangunan
Pemerintah melakukan penajaman prioritas kawasan perbatasan. Aspek-aspek penting
pembangunan, yaitu melalui 11 prioritas pengelolaan kawasan perbatasan yang
15
menjadi dasar pemikiran dari upaya penataan tinggi pula menjadi fenomena
kawasan perbatasan adalah sebagai berikut: umum masyarakat perbatasan;

1. Aspek batas wilayah negara d. Terisolasinya masyarakat perbatasan


akibat rendahnya aksesibilitas
Secara geografi politik (political geography) kawasan perbatasan menuju pusat
Indonesia berada di kawasan Asia Pasifik (Asia pertumbuhan dan pasar baik melalui
Tenggara), merupakan negara kepulauan jalan darat, laut maupun udara.
(archipelagic state) dan berbatasan
dengan sepuluh negara tetangga. Batas 3. Aspek Sosial Budaya
wilayah negara meliputi batas darat, Kualitas sumber daya manusia yang relatif
batas laut (maritim) dan batas udara. rendah membuat nilai keunggulan kompetitif
masyarakat perbatasan dan berakibat pada
2. Aspek Ekonomi
kendala dalam pengembangan ekonomi
Secara umum terdapat disparitas kondisi di kawasan perbatasan. Kondisi prasarana
ekonomi dan pertumbuhan ekonomi serta dan sarana pendidikan, kesehatan dan
pelayanan publik yang kurang seimbang, akses terhadap informasi dan lapangan
baik antara wilayah Indonesia barat maupun kerja yang sangat kurang memadai
timur (kondisi nasional), maupun antara dihadapi oleh masyarakat perbatasan, yang
Indonesia dengan negara tetangganya. mengakibatkan tingkat kehidupan sosial
Penataan ruang yang disusun belum mereka tertinggal dibandingkan dengan
pro-rakyat, pro-pengentasan kemiskinan, masyarakat di negara tetangga dan dengan
dan pro-perbatasan sebagai beranda masyarakat di luar kawasan perbatasan.
depan negara. Akibatnya berimplikasi
pada kondisi ekonomi di perbatasan Demikian pula dalam hal kesehatan dan
seperti tercermin dewasa ini, yaitu: pendidikan, dikarenakan jauhnya jarak
pemukiman penduduk dengan fasilitas yang
a. Sangat kurangnya infrastruktur tersedia, maka hanya sedikit yang mampu
ekonomi di perbatasan, baik dan bisa mendapatkan pendidikan yang layak
transportasi, komunikasi, informasi dan pelayanan kesehatan yang memadai.
maupun perbankan. Ini menyebabkan Pada umumnya akses terhadap fasilitas
terjadinya kesenjangan pembangunan kesehatan dan pendidikan masyarakat yang
baik di dalam negeri maupun disediakan oleh negara sangatlah terbatas
dengan negara tetangga; karena lokasinya yang biasanya berada di ibu
b. Ketersediaan prasarana dan sarana kota kecamatan atau kabupaten, sementara
berkenaan dengan perekonomian akses di negara tetangganya seperti yang
wilayah dan fasilitas sosial ekonomi terjadi di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur
yang masih sangat kurang memadai; dan Sulawesi Utara lebih mudah. Hal ini akan
berimplikasi kepada masuknya pengaruh
c. Angka kemiskinan yang tinggi dengan sosial dan budaya dari luar, dan dalam jangka
jumlah keluarga pra-sejahtera yang panjang penduduk wilayah perbatasan akan
menjadi asing terhadap negerinya sendiri.

Partnership Policy Paper No. 2/2011 www.kemitraan.or.id


16
Keberadaan tanah adat atau hak ulayat keluar-masuk orang dan barang yang
masyarakat. Di beberapa daerah perbatasan berdampak pada kerugian ekonomi dan
terdapat tanah-tanah adat/ulayat yang dapat mengancam kedaulatan negara.
oleh tatanan hukum Indonesia diakui dan
dihormati keberadaannya. Tanah ulayat 5. Aspek Sumber daya alam dan lingkungan
tersebut sangat erat hubungannya dengan Pemanfaatan sumber daya alam yang
penghidupan sehari-hari masyarakat belum dikelola dengan baik, terencana
perbatasan, dan oleh karena tanah ulayat dan berkelanjutan. Potensi sumber daya
tersebut terdapat di kedua negara, maka alam yang potensial dikelola di sepanjang
pelintasan batas di luar pengetahuan kawasan perbatasan, antara lain hutan,
administrator perbatasan menjadi tidak tambang, perkebunan, perikanan,
terkontrol. Mereka pun kurang terjangkau pariwisata, sumber daya energi dan
oleh administrasi kependudukan. ekologi dan plasma-nuftah. Potensi lain
adalah pelayanan jasa di perbatasan.
4. Aspek Pertahanan dan Keamanan
Aspek pertahanan dan keamanan sangat erat 6. Aspek Kelembagaan dan Capacity Building
berhubungan dengan status penyelesaian Beberapa kelembagaan ad-hoc dalam
garis batas antar negara dan pembangunan menangani perbatasan, seperti Panitia
di perbatasan. Isu yang sering muncul Koordinasi Penanganan Wilayah Nasional
adalah pemindahan patok batas, kerusakan (Pangkorwilnas) di tahun 1974, maupun
lingkungan, dan berbagai pelanggaran badan-badan pengelola perbatasan saat
perbatasan serta aktivitas ilegal lainnya. ini belum memiliki sumber daya manusia
serta kewenangan dan pendanaan
Terbatasnya jumlah aparat serta prasarana
yang memadai untuk mengelola
dan sarana pendukung operasi lapangan
pembangunan di kawasan perbatasan.
dalam rangka pelaksanaan kegiatan
pertahanan dan keamanan di perbatasan 7. Aspek Kerjasama Antar Negara
negara masih menjadi kendala umum
Salah satu aspek strategis dalam pengelolaan
pengawasan kawasan perbatasan. Personel
perbatasan negara adalah kerjasama antar
dan sarana serta prasarana pertahanan-
negara, baik di forum bilateral, sub-regional,
keamanan yang ada juga tidak sebanding
maupun regional dan multilateral, untuk
dengan panjang garis batas yang harus
membuka berbagai peluang besar dalam
diawasi yang telah menyuburkan terjadinya
pengembangan kawasan perbatasan.
kegiatan-kegiatan ilegal dan pelanggaran
hukum di kawasan perbatasan. Forum-forum kerjasama seperti ASEAN,
Indonesia-Malaysia-Singapore Growth
Terdapat pula keterbatasan jumlah
Triangle (IMS-GT/Segitiga Pertumbuhan
prasarana dan sarana lintas batas (PLB,
Indonesia-Malaysia-Singapura), Indonesia-
PPLB, dan fasilitas CIQS) yang menyebabkan
Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT/
lemahnya pengawasan keamanan arus
Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-
17
Thailand), Australia-Indonesia Development A. Kalimantan Timur
Area (AIDA/Wilayah Pembangunan
Model pengelolaan kawasan perbatasan di
Australia-Indonesia), dan Brunei-Indonesia-
Provinsi Kalimantan Timur harus dirancang
Malaysia-Philippines East Asian Growth Area
secara terintegrasi, dengan memperhatikan
(BIMP-EAGA/Wilayah Pertumbuhan Asia
sumber daya pendukung dan kebijakan
Timur Brunei-Indonesia-Malaysia-Philippina)
pembangunan nasional. Untuk itu diperlukan
bertujuan untuk meningkatkan kerjasama
informasi tentang kawasan perbatasan Provinsi
perdagangan dan investasi, yang dapat
Kalimantan Timur secara utuh. Ini meliputi aspek
dikaitkan dengan pembangunan di provinsi-
geografis, pemerintahan, kependudukan, sosial
provinsi perbatasan serta pembangunan
budaya, ekonomi maupun aspek pertahanan
kawasan perbatasan Indonesia.
dan keamanan. Namun demikian, penyusunan
Pada tingkatan bilateral terdapat forum- kebijakan pembangunan kawasan perbatasan
forum JMC (Joint Ministerial Committee), JBC di wilayah ini haruslah mengakomodir peran
(Joint Border Committee), Sosek Malindo, pembangunan sektoral yang dikoordinasikan
dan forum technical committee (komite oleh Badan Pengelola Kawasan Perbatasan
teknis) antar negara, baik dalam rangka Pedalaman dan Daerah Tertinggal Provinsi
pemeliharaan tugu dan garis batas, pemetaan Kalimantan Timur, agar tumpang tindih
sepanjang koridor perbatasan, pembangunan program dan akumulasi beberapa kegiatan
Pos Lintas Batas (PLB) dan Pos Pemeriksaan di satu wilayah yang sama tidak akan terjadi.
Lintas Batas (PPLB), patroli perbatasan Dengan demikian, kegiatan pembangunan
bersama, pasar perbatasan, penanganan dapat berjalan secara efektif dan merata.
kejahatan lintas batas, survei demarkasi
Pembangunan kawasan perbatasan di Provinsi
bersama, dan survei hidrografi bersama.
Kalimantan Timur idealnya dilaksanakan
Kerjasama antar negara sangat penting dalam berdasarkan kondisi dan kebutuhan aktual
penangkalan terorisme dan penanggulangan dengan tetap berpedoman kepada kebijakan
pelanggaran hukum di perbatasan, pemerintah yang telah diputuskan. Untuk
seperti trans-boundary illegal trading mengoptimalkan pembangunan ini, maka
(perdagangan ilegal lintas batas), illegal berbagai sumber daya yang dimiliki sebagai
logging (pembalakan hutan ilegal), illegal faktor internal dipilah menjadi kekuatan
fishing (penangkapan ikan ilegal), human dan kelemahan, sedangkan faktor eksternal
trafficking (penyelundupan manusia), dan dipilah menjadi peluang dan tantangan.
berbagai kegiatan penyelundupan lainnya.

Selain telah adanya kebijakan nasional


B. Kalimantan Barat
yang tengah dijalankan oleh Pemerintah Model pembangunan daerah perbatasan
Pusat, beberapa kawasan perbatasan Provinsi Kalimantan Barat yang paling tepat
memerlukan juga kebijakan khusus, dilakukan adalah model pengelolaan daerah
seperti untuk wilayah perbatasan di Kaltim, khusus berbasis administratif kecamatan. Tiga
Kalbar, Riau, Papua, NTT berikut ini. pilar utama penopang pembangunan daerah

Partnership Policy Paper No. 2/2011 www.kemitraan.or.id


18
perbatasan Kalimantan Barat yaitu adalah 3. Bidang infrastruktur.
security (keamanan), prosperity (kemakmuran)
Dengan membangun dan menyediakan
dan sustainability (keberlanjutan). Di atas ketiga
infrastruktur dasar dengan cara menyediakan
pilar tersebut tersusun program-program
sarana dan prasarana pemerintahan
pembangunan sektoral dan regional secara
dan aparatur untuk memperlancar
terpadu dan konsisten yang disebut daerah
pelayanan publik dan penyelenggaraan
khusus administratif berbasis kecamatan.
pemerintahan dan pembangunan.

C. Kepulauan Riau 4. Bidang pertanian dan perkebunan

Untuk daerah ini, telah ada kesepakatan Yang menjadi penyangga pemenuhan
mengenai Rencana Jangka Pendek kebutuhan pangan dan sumber PDRB
2011 – 2012 yang meliputi: (Produk Domestik Regional Bruto) perlu
untuk dikembangkan ke arah produktif
1. Bidang Kelautan dan Perikanan. dan konservatif. Dengan dukungan dari
Tujuannya adalah mulai terdatanya potensi pembangunan sarana dan prasarana seperti
kelautan dan perikanan dan ini dilakukan jaringan irigasi, kios sarana produksi pertanian
sejalan dengan pendataan dan pembinaan (Saprotan) serta lembaga kemasyarakatan
nelayan tradisional (tangkap dan budidaya), bidang pertanian – perkebunan.
pembangunan sarana pendukung perikanan,
5. Meningkatnya kesejahteraan
dan mulai mengoptimalkan pelabuhan
masyarakat Kepulauan Riau
perikanan yang terpadu, serta pemetaan dan
pengembangan potensi unggulan daerah. Ditandai dengan terpenuhinya kebutuhan
dasar masyarakat dan menurunnya angka
2. Bidang angkutan antar pulau. pengangguran. Ditandai juga dengan
Mulai dibangunnya dermaga penyeberangan, berkurangnya kesenjangan antar daerah
sekaligus menyediakan sarana kapal termasuk meningkatnya aksesibilitas antar
penyeberangan, dan menyediakan fasilitas daerah; meningkatnya pengelolaan pulau
embarkasi dan debarkasi penumpang terluar, pulau kecil dan pulau perbatasan.
dan barang yang representatif. Bidang
6. Keterlibatan perusahaan migas yang
keselamatan pelayaran perlu menyediakan
berada di kawasan perbatasan antara
sarana bantu navigasi pelayaran
lain melalui partisipasi dalam percepatan
(SBNP). Bidang transportasi udara perlu
peningkatan kesejahteraan melalui divisi
mempertahankan dan meningkatkan
pengembangan masyarakat yang sinergis.
status Bandara International Hang
Nadim Batam sebagai pusat distribusi 7. Bidang pengembangan perbatasan.
dan bandara penghubung nasional. Dengan menyusun kerangka koneksitas
antar wilayah dalam rangka pengembangan
potensi maritim Kepulauan Riau.
19
Sementara itu, Rencana Jangka menengah tersistem serta memiliki urgensi yang sangat
(2013 – 2018) Kepulauan Riau meliputi: tinggi. Untuk itu sangat dibutuhkan grand
design, rencana induk dan rencana aksi
1. Bidang Pariwisata yang akan menjadi panduan bagi seluruh
Meningkatkan sarana dan prasarana dan sektor dan kepala daerah yang terlibat dalam
jenis ODTW (Obyek Daerah Tujuan Wisata) pengelolaan wilayah perbatasan di Papua ini.
yang ada di kabupaten/kota dan merekrut
Karena faktor geografis yang membuat tingginya
tenaga pariwisata yang profesional
tingkat kesulitan dalam menjangkau kawasan
dan memiliki nilai kompetensi yang
perbatasan di Papua, maka diperlukan strategi
tinggi, serta mengadakan pelatihan dan
tersendiri. Setiap kementerian/lembaga terkait
pendidikan. Juga perlu terus melakukan
selama ini memiliki program dan proyek di
promosi objek wisata Kepulauan Riau.
kawasan perbatasan yang saling tumpang tindih.
2. Bidang sumber daya energi. Karena itu, untuk mekanisme dan koordinasi
integrasi serta sinkronisasi pengelolaan kawasan
Dengan potensi migas terus
perbatasan Papua diperlukan aturan main dan
diupayakan peningkatan penerimaan
komitmen bersama baik di tingkat pemerintah
dan hasilnya sehingga kemampuan
pusat maupun di tingkat pemerintah daerah.
keuangan daerah terus meningkat.

3. Bidang perikanan dan kelautan. E. Provinsi Nusa Tenggara


Dengan dilakukannya upaya menjaga Timur
daerah penangkapan ikan bagi nelayan
Pembangunan kawasan perbatasan di Provinsi
kecil dan lebih memperhatikan sektor
NTT sejatinya adalah fokus pada manusia
perikanan dan kelautan dengan penyediaan
(people centered development), berbasis pada
berbagai fasilitas. Pembangunan fasilitas
pengembangan sumber daya masyarakat dan
penunjang dan penyederhanaan
aparatur pemerintahan di desa dan kecamatan.
peraturan/perijinan juga perlu dilakukan
untuk menjadi daya tarik bagi investor. Untuk itu, program pendidikan menjadi
sangat penting, dan ini harus diarahkan pada
4. Bidang kesehatan.
pemenuhan kesempatan mengikuti pendidikan
Dengan melakukan peningkatan dasar 9 tahun, pendidikan lanjutan tingkat
status Rumah Sakit yang terdapat atas (SMA), dan pendidikan luar sekolah yang
di wilayah perbatasan. memberikan ketrampilan hidup (life skill).
Pengembangan pendidikan juga diarahkan
D. Provinsi Papua pada aspek pengembangan muatan lokal
untuk mengembangkan potensi daerah
Pengelolaan batas wilayah negara dan
wilayah NTT yang berbasis pada pertanian
pembangunan kawasan perbatasan di Provinsi
lahan kering di mana unsur keterpaduan antara
Papua harus dilaksanakan secara fokus dan
usaha tani dan ternak menjadi ciri utamanya.

Partnership Policy Paper No. 2/2011 www.kemitraan.or.id


20
Untuk program kesehatan perlu diarahkan pada yang berlaku, yang diwujudkan
upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi dalam bentuk sertifikat tanah
melalui strategi revolusi KIA (Kesehatan Ibu Anak),
peningkatan status gizi dan penanggulangan 2. Bidang Batas Antar Negara
gizi buruk, pemberantasan penyakit masyarakat Diperlukan kebijakan yang mengakomodir
seperti frambusia, malaria serta penyakit seksual. aspek sosial-budaya untuk menyelesaikan
Hal ini bisa dilakukan dengan melibatkan institusi sengketa batas lahan yang berkepanjangan
masyarakat seperti Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) 3. Bidang Potensi Pertanian dan Peternakan
dalam wadah Desa Siaga dan penempatan Diperlukan kebijakan affirmative action
tenaga medis pada desa-desa di perbatasan. yang berkenaan dengan faktor intervensi
teknologi, dukungan modal, bibit, air,
Peningkatan pendapatan masyarakat di kawasan
budi daya. Lemahnya dukungan sumber
perbatasan diarahkan melalui pengembangan
daya alam, sumber daya manusia dan
kesempatan kerja dan kesempatan berusaha
sumber daya buatan tersebut, merupakan
yang berbasis pada pengelolaan sumber daya
bukti bahwa kebijakan khusus baik dari
yang dikuasai oleh masyarakat. Pengembangan
pemerintah daerah maupun pemerintah
pertanian berkelanjutan perlu didorong melalui
pusat belum cukup memadai bagi
pengembangan usaha berbasis pertanian
kawasan perbatasan sehingga kawasan
tanaman pangan, peternakan, perkebunan
ini biasanya selalu mendapatkan prioritas
dan kehutanan. Pengembangan industri
akhir dalam pengalokasian sumber daya.
berbasis pengolahan bahan baku pertanian dan
peternakan merupakan pilihan mata pencarian
alternatif. Kemudian, pelestarian sumber daya Prospek dan Progres Menuju
lahan dengan mengubah pola pengelolaan lahan Kebijakan Nasional
tradisional yang merugikan kesuburan tanah Pengelolaan perbatasan sangat erat berkaitan
dan pola pengolahan yang intensif, didukung dengan masalah kedaulatan bangsa dan
dengan penerapan teknologi tepat guna yang negara, kesejahteraan masyarakat, pelayanan
efektif menjadi kebutuhan yang mendesak juga. publik kepada masyarakat perbatasan yang
masih tertinggal dan kurang terurus, serta
Kebijakan khusus dalam mengelola kawasan
keberlanjutan lingkungan hidup yang sehat.
perbatasan di Provinsi NTT adalah:
Berbagai isu tentang batas wilayah negara
1. Bidang Pertanahan dan pengelolaan kawasan perbatasan telah
diinventarisasi dan diidentifikasi permasalahannya
Diperlukan kebijakan penyelesaian
dalam rangka perumusan kebijakan nasional
masalah pertanahan berbasis ulayat
pengelolaan perbatasan negara yang
menjadi tanah yang memiliki keabsahan
bertujuan untuk mewujudkan kawasan
untuk diatur dengan legitimasi peraturan
perbatasan sebagai beranda depan negara.
berdasarkan undang-undang pertanahan
21
Masalah perbatasan adalah masalah lintas negara Rekomendasi
yang memerlukan kerjasama antar negara,
Untuk mencapai tujuan pengelolaan kawasan
oleh karena itu pemerintah perlu meninjau
perbatasan yang efektif, maka perlu adanya
ulang berbagai komisi (kerjasama) perbatasan
koordinasi lintas kementerian, sektor dan
bersama, baik secara substantif maupun
instansi pemerintah dalam menjalankan
fungsional, sesuai dengan perkembangan jaman
program di kawasan perbatasan sehingga
dan kepentingan nasional yang dinamis.
memiliki gaung dan dampak yang terasa bagi
Penataan kawasan perbatasan sangat terkait masyarakat di kawasan tersebut. Berbagai
dengan proses nation and state building upaya berikut perlu dilakukan, yaitu:
(pembangunan bangsa dan negara) yang dapat
1. Penguatan bidang sosial,
meminimalisasi kemunculan potensi konflik
ekonomi dan budaya.
internal di suatu negara dan bahkan dengan
negara lainnya. Penanganan perbatasan negara 2. Peningkatan akses ke pelayanan pemerintah
pada hakekatnya merupakan bagian dari upaya dan pelayanan umum serta keamanan
perwujudan ruang wilayah nusantara sebagai pada umumnya di daerah perbatasan.
satu kesatuan geografi, politik, ekonomi,
3. Interkoneksi dan operabilitas lintas
sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
institusi pemerintah supaya program
Dalam upaya mendukung penataan kawasan pemerintah yang ada cepat terasa
perbatasan ini, Kemitraan telah memfasilitasi dampak dan manfaatnya.
berbagai pertemuan ahli maupun kelompok 4. Penguatan kapasitas sumber daya
kerja untuk mengkaji masalah-masalah umum manusia di perbatasan.
maupun yang spesifik dari kawasan perbatasan
5. Penyusunan pola pengelolaan
ini. Hasil dari berbagai pertemuan dan kajian ini
batas dan perbatasan darat.
akan digunakan sebagai bahan untuk diserahkan
kepada berbagai pihak pembuat kebijakan dan 6. Penyusunan pola pengelolaan batas maritim.
politisi guna mendapatkan dukungan supaya 7. Pengawasan lingkungan dan
pemikiran-pemikiran konstruktif yang ada dapat optimalisasi sumber daya alam guna
menjadi dasar kebijakan nasional. Kemitraan menjamin pertumbuhan ekonomi
juga akan menggelar berbagai konsultasi publik daerah yang berkelanjutan.
guna menyebarluaskan gagasan terbentuknya
Sukses tidaknya suatu kebijakan pengembangan
kebijakan mengenai desain besar pengelolaan
masyarakat tergantung dari kecermatan dan
kawasan perbatasan serta mendapatkan masukan
ketepatan skenario perencanaan. Dalam skenario
dari masyarakat luas mengenai berbagai hal yang
itu sebaiknya terdapat butir-butir kegiatan
perlu diperhatikan dalam upaya memajukan
yang akan diimplementasikan ke dalam tata
kawasan beranda depan negara kita.
laksana pengorganisasian dan pengembangan
masyarakat. Oleh karena itu, penyusunan skenario
harus berangkat dari akar permasalahan yang
mendasar di tempat yang akan dikembangkan.

Partnership Policy Paper No. 2/2011 www.kemitraan.or.id


22
Sementara itu, program strategis untuk 10. Meningkatkan kualitas pelayanan
mendorong percepatan pembangunan kesehatan dan pendidikan, baik sarana,
di kawasan perbatasan, antara lain: prasarana dan sumber daya manusianya;

1. Merealisasikan program-program 11. Meningkatkan kerjasama


pembangunan wilayah perbatasan dengan negara tetangga;
yang telah disusun oleh pemerintah 12. Menumbuhkan industri pariwisata.
pusat, provinsi dan kabupaten dengan
meningkatkan koordinasi teknis antar sektor;
2. Meningkatkan pengelolaan, pengawasan
dan pengendalian pemungutan
hasil hutan dan sumber daya alam
lainnya di wilayah perbatasan;
3. Peningkatan dan perluasan (ekstensifikasi)
areal budi daya pertanian secara luas
pada lahan-lahan potensial dengan
memperhatikan prinsip dan kaidah konservasi
lahan dalam rangka menunjang pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi berbasis pertanian;
4. Pembangunan prasarana transportasi
wilayah jalan darat dan pelabuhan
laut di pusat-pusat pertumbuhan;
5. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana
dan prasarana pertahanan dan keamanan;
6. Pembangunan pusat pertanian;
7. Membangun dan meningkatkan SDM di
bidang pertahanan dan keamanan;
8. Transmigrasi yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan potensi wilayah
yang akan dikembangkan;
9. Mengembangkan pusat perindustrian;
23

Daftar Istilah
AIDA : Australia-Indonesia Development Area
ASEAN : Association of Southeast Asian Nation
Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BIMP-EAGA : Brunei-Indonesia-Malaysia-Philippines East Asian Growth Area
BNPP : Badan Nasional Pengelola Perbatasan
BPP : Badan Pengelola Perbatasan Provinsi
BPKPK : Badan Pengelolaan Kawasan Perbatasan dan Kerjasama
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
CIQ : Custom, Immigration and Quarantina
CSR : Corporate Social Responsibility
DAS : Daerah Aliran Sungai
Dpl : Diatas Permukaan Air Laut
GBHN : Garis Besar Haluan Negara
HIV-AIDS : Human Immunodeficiency Virus-Acquired Immunodeficiency
Syndrome
IMS : Indonesia-Malaysia-Singapore Growth Triangle
IMT-GT : Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle
IPM : Indeks Pembangunan Manusia
JBC : Joint Border Committee
JMC : Joint Ministerial Committee
KIA : Kesehatan Ibu Anak
Kemendagri : kementerian Dalam Negeri
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonesia
NTT : Nusa Tenggara Timur
ODTW : Obyek Daerah Tujuan Wisata
Pangkorwilnas : Panitia Koordinasi Penanganan Wilayah Nasional
Perpres : Peraturan Presiden
Permendagri : Permendagri
Pergub : Peraturan Gubernur
PDRB : Produk Domestik Regional Bruto
PLB : Pos Lintas Batas

Partnership Policy Paper No. 2/2011 www.kemitraan.or.id


24

Daftar Istilah
Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu
Poskesdes : Pos Kesehatan Desa
PPLB : Pos Pemeriksaan Lintas Batas
Propenas : Program Pembangunan Nasional
RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah
RPJP : Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Satker : Satuan Kerja
Saprotan : Sarana Produksi Pertanian
SBNP : Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
SDM : Sumber Daya Manusia
SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah
Sosek Malindo : Sosial Ekonomi Malaysia-Indonesia
TKI : Tenaga Kerja Indonesia
TKW : Tenaga Kerja Wanita
UNCLOS : United Nation Convention on The Law of the Sea
ZEE : Zona Ekonomi Eksklusif
25

Partnership Policy Paper No. 2/2011 www.kemitraan.or.id


26
Partnership for Governance Reform
Jl. Wolter Monginsidi No. 3
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110
INDONESIA
Phone +62-21-7279-9566
Fax. +62-21-720-5260, +62-21-720-4916
http://www.kemitraan.or.id

Anda mungkin juga menyukai