Salam Perencana!
T
ak terasa Majalah Simpul Perencana telah terbit pada awal 2018 dengan
Foto: freepik.com
tema Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran dalam Mewujudkan
Rencana Pembangunan yang Berkualitas. Tema ini diangkat sebagai
respons adanya PP No. 17 Tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses Perencanaan dan
Penganggaran Pembangunan Nasional. Meskipun tema ini terkait dengan peran dan
SIMPUL PERENCANA fungsi Bappenas dalam penganggaran, tim redaksi mengalami sedikit kesulitan untuk
Diterbitkan oleh Pusat Pembinaan, mencari titik fokus yang akan diangkat. Dengan pertimbangan bahwa PP 17/2017
Pendidikan, dan Pelatihan Perencana adalah kebijakan baru, maka Redaksi memfokuskan pada evaluasi singkat terkait
(Pusbindiklatren) Bappenas
dengan implementasi PP tersebut.
PELINDUNG
Menteri PPN/Kepala Bappenas Narasumber yang kami hadirkan untuk tema kali ini adalah Menteri PPN/Kepala
Bappenas, Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Gubernur Daerah
PENANGGUNG JAWAB
Istimewa Yogyakarta, dan Bupati Kabupaten Tabanan, Bali. Selain rubrik utama
Sekretaris Kementerian PPN/
Sekretaris Utama Bappenas (Cakrawala) yang berisi wawancara dengan tokoh-tokoh tersebut, kami menampilkan
pula rubrik-rubrik lain seperti liputan, akademika, opini, dan sebagainya.
PEMIMPIN UMUM
Kepala Pusbindiklatren Bappenas
Dalam terbitan kali ini, kami juga dikejutkan dengan banyaknya jumlah tulisan
DEWAN REDAKSI
rubrik opini mencapai 15 artikel. Dewan redaksi bekerja cukup keras untuk
Wignyo Adiyoso, Rita Miranda,
Ali Muharam, Wiky Witarni, Dwi Harini
melakukan evaluasi terhadap seluruh tulisan yang masuk. Sebagian besar tulisan
Septaning Tyas, Hari Nasiri Mochtar, opini yang masuk cukup bagus kualitasnya dan layak untuk dimuat. Oleh karena
Lilly Widayati, Shri Mulyanto, Wahyu terbatasnya halaman, kami hanya mampu memuat empat tulisan opini. Kami akan
Pribadi, Zamilah Chairani, Edy Purwanto mempertimbangkan untuk memuat artikel yang tidak masuk di edisi kali ini untuk
PEMIMPIN REDAKSI dimuat di edisi selanjutnya. Kami pun tetap mengundang para perencana dan seluruh
Karyoto pembaca Majalah Simpul Perencana untuk mengirimkan tulisan untuk rubrik opini
EDITOR yang terkait dengan topik-topik seputar perencanaan pembangunan.
Tim Redaksi SIMPUL
Akhirnya, kami menyampaikan terima kasih banyak kepada pembaca setia Majalah
GRAFIS DAN TATA LETAK
Hafidh Aditama Simpul Perencana dan kami berkomitmen untuk meningkatkan kualitas penerbitan
mejalah tersebut sehingga dapat bermanfaat bagi pembaca. Pada tahun 2018,
DISTRIBUSI/SIRKULASI
kami berkomitmen untuk dapat menerbitkan Simpul Perencana menjadi tiga kali
Eko Slamet Suratman
terbit. Tentu tidak cukup itu saja, kami berharap Majalah Simpul Perencana dapat
ADMINISTRASI/KEUANGAN
memberikan kontribusi untuk peningkatan kualitas perencanaan sehingga dapat
Dwiyanto Bambang P., Nita Agustin
mendukung pencapaian pembangunan untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.
ALAMAT REDAKSI
Pusbindiklatren Bappenas Bersatulah Perencana Indonesia!
Jalan Proklamasi No. 70, Jakarta 10320
Telepon (021) 319 28280, 319 28285
Pos-el: simpul@bappenas.go.id
Redaksi
www.pusbindiklatren.bappenas.go.id
Redaksi menerima tulisan yang berhubungan dengan perencanaan. Tulisan dapat dikirimkan kapan saja.
Tulisan yang dimuat akan mendapatkan imbalan sepantasnya.
DAFTAR ISI
GERBANG // 4
CAKRAWALA
LIPUTAN
24 31
Seminar Nasional Rapat Koordinasi Pelaksanaan Seminar Regional Pemeliharaan
dan Temu Alumni dan Serah Terima Program Staff Jabatan Fungsional dan Perawatan
Beasiswa OTO/ Karyasiswa Linkage Enhancement Perencana 2017 // Rumah Arsip
Pusbindiklatren dan Reguler Jepang Pusbindiklatren 30 Pusbindiklatren
Bappenas 2017 // // 26 Bappenas Bappenas // 34
23 // 28
Foto: www.beritadaerah.co.id
PUSPITA AYUNINGTYAS
PRAWESTI 42
Belajar, Mengabdi, dan Berkarya TESIS PILIHAN: Determinan Monitoring dan Evaluasi
untuk Indonesiaku // 36 Status Kemiskinan Rumah Tangga Milestone Peningkatkan Kinerja
Usaha Pertanian di Aceh // 42 Pembangunan // 49
Foto: www.beritadaerah.co.id
TEGUH IMAN
Belajar Inovasi, Komitmen, dan
Kerja Sama untuk Penyediaan
Infrastuktur Publik yang
Berkualitas // 38
58
OPINI
Foto: warta.sumedang.info
Perubahan Paradigma Perencanaan
dan Penganggaran di Indonesia // 54
INFO JFP
Nasional melalui Peraturan
Pemerintah No. 17 Tahun 2017: 71
Lessons Learned dan Refleksi
Menjawab Inkonsistensi
Perencanaan dan Penganggaran
Oleh : Nur Hygiawati Rahayu
P
embangunan nasional telah dilakukan kali perubahan sejalan dengan perubahan konstelasi
sejak negara ini merdeka pada tahun 1945. politik Indonesia. Indonesia pernah memiliki Garis-
Pada saat itu, bangsa Indonesia masih Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang ditetapkan
dalam kondisi transisi dari masa penjajahan, atau oleh MPR menjadi dasar pembangunan, tetapi
dalam arti seperti bayi baru lahir, tetapi tidak bisa dengan adanya amandemen UUD 1945 yang
menunggu untuk belajar merangkak, harus segera menandai perubahan peran MPR dan presiden,
dapat bangkit berdiri dan bahkan berjalan. GBHN tidak digunakan lagi.
Proses perencanaan pembangunan pada awal Hingga saat ini, proses perencanaan dan
kemerdekaan secara formal dapat dikatakan dimulai penganggaran dilakukan oleh dua institusi dengan
pada tanggal 12 April 1947 melalui Penetapan tugas dan fungsi serta wewenang masing-masing,
Presiden No. 3 Tahun 1947 mengenai pembentukan yaitu Kementerian Perencanaan Pembangunan
Panitia Pemikir Siasat Ekonomi. Panitia ini berhasil Nasional (PPN)/Bappenas dan Kementerian
menyusun “Dasar-Dasar Pokok daripada Plan Keuangan. Dasar hukum yang melandasi adalah
Mengatur Ekonomi Indonesia” yang berisi rancangan Undang-Undang (UU) No. 17 Tahun 2003 tentang
program pembangunan dengan tujuan memperbesar Keuangan Negara dan UU No. 25 Tahun 2004
dan menyebarkan kemakmuran rakyat secara merata. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Ini merupakan dokumen perencanaan pertama (SPPN) sebagai pengganti GBHN. Meskipun tetap
yang berhasil disusun dalam sejarah perencanaan dilaksanakan oleh dua kementerian, keduanya
pembangunan di Indonesia. Selanjutnya tanggal 10 berjalan bersamaan dalam hal perencanaan dan
Juni 1947 ditetapkan Peraturan Pemerintah RI No. penganggaran pembangunan nasional.
15 tentang Penyelenggaraan Tata Usaha Keuangan
di Tiap-Tiap Kementerian. Untuk melaksanakan Sebagaimana diterapkan sejak UU SPPN diterbitkan,
rencana, setiap kementerian diwajibkan menyiapkan nomenklatur yang digunakan dalam proses
rencana anggaran dan menyampaikan kepada perencanaan adalah RPJP, RPJMN, dan kemudian
Kementerian Keuangan yang selanjutnya menyusun dituangkan dalam rencana tahunan yang disebut
RUU Anggaran Belanja Negara. Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Rancangan
Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (RAPBN)
Meskipun dilalui dengan berat, dalam periode tahun selanjutnya disusun dengan mengacu pada RKP,
1945—1949 Indonesia telah berhasil melaksanakan karena pada dasarnya anggaran digunakan untuk
pembangunan dengan keuangan yang minim, membiayai kegiatan yang ditetapkan dalam rencana
yang berasal dari pinjaman luar negeri, pinjaman kerja. Suatu rencana yang telah disusun, tetapi
dalam negeri dan tabungan masyarakat, serta kemudian tidak dibiayai sesuai kebutuhan, akibatnya
kontribusi sektor swasta. Kebijakan perencanaan rencana tidak akan dapat dilaksanakan, yang
dan penganggaran selanjutnya mengalami beberapa akhirnya berdampak pada tidak tercapainya target.
Menjadi hal yang menarik karena kemudian tahun pemantauan terhadap target sebagai inkonsistensi
lalu terbit Peraturan Pemerintah (PP) No. 17 Tahun ketiga. Sebagai contoh, di RKP ditetapkan adanya
2017 tentang Sinkronisasi Proses Perencanaan dan program peningkatan produksi pangan dengan
Penganggaran Pembangunan Nasional (SP4N). output berupa tingkat produksi dan pagu tertentu.
Sejumlah pertanyaan pun mengemuka. Mengapa PP Saat dituangkan di dalam dokumen anggaran,
ini diluncurkan? Bagaimana kedua proses berjalan output diturunkan menjadi beberapa sub-output
selama ini sehingga dipandang tidak sinkron? Lalu, yang sulit diidentifikasi apakah mendukung program
apa dampak dari PP ini? Apa yang harus dilakukan tersebut, misalnya, jumlah laporan kajian, jumlah
oleh kementerian/lembaga (K/L) dan organisasi irigasi yang dibangun (tidak dapat dipastikan lokasi
perangkat daerah? yang sama), dan lainnya.
Apabila kita telaah lebih dalam hal peraturan, Ketiga contoh inkonsistensi di atas kemudian
sebagai turunan dari UU SPPN telah diterbitkan tidak dapat dijawab hanya dengan dirilisnya PP
PP No. 40 Tahun 2006 mengenai tata cara SP4N ini, masih diperlukan penerbitan sejumlah
perencanaan. Sementara itu, UU Keuangan Negara peraturan sebagai turunannya. Di tengah
juga mengamanatkan PP No. 90 Tahun 2010 penyusunan rancangan peraturan sebagai
mengenai penyusunan Rencana Kerja Anggaran amanat PP tersebut, telah dibangun sistem
Kementerian Lembaga (RKA K/L). Seiring berjalannya perencanaan dan penganggaran pembangunan
kedua PP tersebut, beberapa tahun lalu telah yang terintegrasi. Sistem ini, salah satunya melalui
teridentifikasi setidaknya tiga inkonsistensi yang aplikasi Kolaborasi Perencanaan dan Informasi
kemudian memengaruhi proses pelaksanaan Kinerja Anggaran (Krisna), menjadi perangkat yang
rencana dan pembiayaannya. menyatukan data dan menyinkronkan berbagai hal,
di antaranya ketepatan sasaran rancangan Renja
Inkonsistensi pertama adalah tidak sinkronnya siklus K/L dengan RKP, keterkaitan program, kegiatan,
perencanaan dan penganggaran. Perpres RKP output/sub-output hingga komponen, kesesuaian
dijadwalkan diterbitkan pada bulan Mei, sedangkan tusi/kewenangan K/L, sinergi antarsumber
pagu anggaran baru dirilis pada bulan Juni. Sebagai pendanaan, serta kesesuaian dengan kebijakan
dampak atas perbedaan ini, beberapa kegiatan dan kewilayahan. Rencana juga diperkuat dengan
yang ditetapkan dalam RKP tidak mendapatkan kepastian kesiapan yang dimulai dari desain,
pembiayaan yang memadai sehingga sasaran organisasi pelaksana, kapasitas instansi pelaksana,
pembangunan tidak terpenuhi. ketersediaan lahan, hingga rencana pengadaan
barang dan jasa.
Selanjutnya, inkonsistensi kedua terletak pada
sistem informasi perencanaan dan penganggaran. Selanjutnya, di samping penyusunan peraturan
Di dalam sistem perencanaan, format di tingkat RKP dan implementasinya, penyiapan sumber daya
tidak konsisten dengan Rencana Kerja (Renja) K/L manusia yang kompeten dalam pelaksanaannya
dan RKA K/L. Ketika Renja K/L dituangkan menjadi menjadi hal yang penting. Peningkatan kapasitas
RKA K/L, format dan nomenklatur yang digunakan aparatur sipil negara terkait PP No. 17 Tahun 2017
berbeda juga. K/L harus melakukan proses input dilakukan melalui pelatihan non-gelar. Majalah
pada aplikasi perencanaan dan penganggaran yang Simpul Perencana Volume 31 salah satunya
berlainan. menyuguhkan rubrik Cakrawala berupa sudut
pandang para narasumber terkait SP4N yang
Penggunaan aplikasi berbeda dan penetapan output dimaksudkan untuk memperkuat pemahamanan kita
yang tidak sama menyebabkan terjadinya deviasi semua dan mendukung upaya pemerintah dalam
sasaran pembangunan sehingga sulit dilakukan perwujudannya. g
BAMBANG
BRODJONEGORO
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS
T
erbitnya PP 17 Tahun 2017 secara SIMPUL (S): Apa yang menjadi latar belakang
langsung maupun tidak langsung telah dikeluarkannya PP No. 17 Tahun 2017?
memengaruhi perubahan paradigma
perencanaan dan penganggaran di pusat dan di Bambang Brodjonegoro (B): Inisiasi sudah diusulkan
daerah. Bagaimana Kementerian PPN/Bappenas Bappenas saat saya masih menjabat Menteri
sebagai institusi perencanaan pembangunan Keuangan. Memang ada grey area antara Dirjen
tertinggi menyikapi hal tersebut? Berikut hasil Anggaran (Kementerian Keuangan) dengan proses
wawancara SIMPUL dengan Menteri PPN/ perencanaan (Bappenas). Peran perencanaan
Bappenas, Bambang Brodjonegoro. praktis berhenti setelah Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) dibuat dan ditetapkan. Ketika sudah masuk
persiapan penganggaran dan pembahasan APBN,
praktis perencanaannya tidak terlalu menjadi
“Yang penting adalah perhatian lagi sehingga peran Bappenas pun tidak
menularkan pendekatan terlalu terlihat di dalam penyiapan anggaran.
apakah benar sudah dianggarkan dan apakah benar mengandalkan APBN, tetapi juga harus melihat
dalam pelaksanaan tahun fiskalnya dijalankan sesuai APBD serta sumber pendanaan dari BUMN maupun
dengan yang sudah direncanakan dan dianggarakan swasta.
tersebut. Kami menginginkan proses perencanaan
tidak berhenti hanya ketika penyiapan RKP, tetapi Meskipun mungkin tidak ditulis secara langsung di
sampai pengendalian dari perencanaan kegiatan dalam PP tersebut, tetapi semangat dari RKP yang
yang sudah dianggarkan tersebut. berdasarkan PP No. 17 Tahun 2017 adalah seperti
itu. Jadi, dengan adanya money follows program,
Diskusi dan pembahasan mengenai perencanaan kita justru semakin tajam dalam prioritas, tetapi
dan pengangaran tersebut terus berlanjut juga memberikan ruang bagi pihak lain dan non-
dan akhirnya sampai pada kesepakatan untuk pemerintah untuk ikut serta dalam pembangunan.
memisahkan dengan tegas antara perencanaan
dan penganggaran. Jadi tidak perlu berebut lagi, S: Bagaimana dengan rencana operasionalnya?
tidak perlu penganggaran masuk terlalu dalam ke
perencanaan, tetapi perencanaan (Bappenas) juga B: Yang penting adalah menularkan pendekatan
tidak usah terlalu masuk dalam penganggarannya. money follows program dan HITS ke daerah supaya
daerah juga memiliki cara berpikir yang sama;
Jadi kita berusaha menciptakan pembagian tugas bahwa (pendanaan) tidak hanya mengandalkan
yang lebih jelas melalui Peraturan Presiden (PP) APBN K/L maupun APBD, tetapi juga bisa
tersebut. Mengapa berbentuk PP? Hal tersebut menggunakan skema Kerja Sama Pemerintah dan
dikarenakan ada dua Undang-Undang (UU) yang Badan Usaha (KPBU), baik dengan BUMN maupun
menjadi referensi, yaitu UU Keuangan Negara swasta. Jadi, kami ingin memberikan keleluasaan
dan UU Perencanaan yang tentunya implementasi bagi daerah untuk kreatif, tidak harus menunggu
keduanya harus diwujudkan dalam bentuk PP. Kira- kucuran anggaran dari APBN dan APBD.
kira itu latar belakang dan filosofinya.
S: Apakah ada peraturan atau kebijakan lebih
S: PP No. 17 Tahun 2017 sepertinya hanya lanjut dari PP ini untuk menularkannya ke daerah?
mengatur APBN dan kementerian/lembaga (K/L)
di pusat. Bagaimana penerapannya di daerah, B: Mungkin bisa dalam bentuk Peraturan Menteri
terkait pendekatan money follows program dan (Permen), tetapi Permen tersebut lebih mengatur
HITS (holistik, integratif, tematik, dan spasial)? mekanisme internal. Namun, yang lebih penting,
menurut saya, untuk mendorong agar daerah lebih
B: Dalam pendekatan HITS itu, terdapat istilah paham dan BUMN lebih ikut terlibat adalah dalam
spasial, integrasi, dan holistik. Sebenarnya hal pembuatan RKP. Justru di dalam RKP itulah harus
tersebut secara otomatis menjelaskan bagaimana dinyatakan bahwa RKP yang sekarang bukanlah RKP
perencana itu menyentuh tidak hanya pusat tapi yang semata-mata APBN, tetapi RKP yang berbicara
juga daerah; tidak hanya menyentuh yang dibiayai mengenai partisipasi swasta, partisipasi BUMN,
APBN, tetapi juga yang dibiayai oleh Non-APBN. partisipasi daerah, dan juga berbicara mengenai
Sebenarnya artinya sudah ke sana. metode-metode agar daerah bisa menggali sumber
daya di luar APBN maupun APBD.
Memang untuk full implementation dibutuhkan
waktu karena hal ini memerlukan transisi yang S: PP ini baru berumur satu tahun. Bagaimana
cukup mendasar, dari kebiasaan hanya fokus di tanggapan dari K/L yang lain? Apa yang
K/L, sekarang perlu melihat juga yang dilakukan perlu ditingkatkan terkait kendala dalam
oleh daerah, BUMN, maupun swasta. Demikian juga penerapannya?
sumber pendanaan yang tidak lagi cukup hanya
B: Ada beberapa kendala yang kami hadapi dalam daerah, usulan lembaga, maupun usulan Bappenas
penerapannya. Yang pasti komunikasi dengan melalui prioritas nasional. Nah, di situlah kami akan
Kementerian Keuangan tetap harus dilakukan terus memastikan pastikan hal-hal apa saja yang bisa
untuk merapikan pembagian tugas tadi. Karena didiskusikan lebih lanjut di Musrenbang dan hal-hal
sekali lagi, mengubah sesuatu tidak bisa hanya apa saja yang sebaiknya ditunda atau dihentikan.
dengan sekali ketemu atau dengan satu kali action,
tetapi harus dengan mengingatkan berulang- Dengan adanya Rakortek, kami justru berharap
ulang. Demikian juga K/L yang harus lebih disiplin. Musrenbang menjadi lebih fokus, tidak lagi terlalu
Apabila suatu kegiatan sudah masuk prioritas, hal itu luas, dan hal tersebut diangkat hingga Musrenbang
berarti tidak boleh dipindahkan lokasinya, dikurangi Provinsi. dengan demikian, pada saat Musrenbang
volumenya, maupun diubah peruntukkannya. Yang Nasional nantinya diharapkan tidak terlalu panjang
menjadi tantangan kami adalah mendisiplinkan K/L lebar karena program yang akan dituju dan daerah
dan menjaga hubungan dengan Dirjen Anggaran yang akan mengerjakannya sudah jelas.
Kementerian Keuangan agar menjadi lebih smooth.
S: Terkait dengan pencapaian prioritas nasional,
S: Dalam berapa jangka waktu ke depan kira-kira apakah nanti kemungkinan ada sanksi bagi daerah
hal tersebut dapat terwujud? yang tidak tercapai?
B: Kami berharap RKP 2019 paling tidak sudah B: Mungkin bukan sanksi. Kami membuat prioritas
menunjukkan perbedaan mendasar dengan RKP nasional itu bukan masalah proyeknya dikerjakan
2018. Harus diperjelas kegiatan-kegiatan yang akan atau tidak, tetapi kami membuat prioritas nasional
dibiayai APBN, BUMN, swasta, ataupun KPBU. Kami (yang akan dikerjakan oleh daerah) untuk mencapai
juga perlu membuat semacam suplemen RKP khusus suatu tujuan. Tujuan yang paling mudah adalah
untuk BUMN dan swasta supaya mereka mengerti pertumbuhan ekonomi, baik nasional maupun daerah.
bahwa sebenarnya mereka juga ikut terlibat dalam Jadi, jika suatu daerah tidak mengerjakan prioritas
RKP, bukan hanya semata-mata pemerintah melalui tersebut itu, nanti mekanisme hukumannya lebih
APBN. Kemudian, karena kami akan melakukan bersifat "hukuman sosial". Adapun bentuk "hukuman
pendekatan HITS, kami juga harus menggabungkan sosial" bagi daerah yang tidak bisa mencapai
dengan sistem informasi yang baik sehingga nanti target pembangunan di antaranya pertumbuhan
memiliki yang saya sebut sebagai RKP on the Map, ekonominya lebih rendah atau tingkat kemiskinannya
RKP yang tidak perlu dibaca dalam wujud dokumen makin tinggi.
yang tebal dan berkalimat panjang, tetapi cukup
dilihat dalam wujud peta. Ini yang saya harapkan S: Bagaimana pengaruh PP No. 17 Tahun 2017
paling tidak menjadi pembeda antara RKP 2019 dan terhadap perubahan peran perencana dan sumber
RKP 2018. daya manusia di Bappenas?
S: Terkait dengan sinkronisasi pusat dan daerah, B: Justru sekarang menjadi tantangan. Jika Bappenas
apakah ada kemungkinan seperti sebelumnya menginginkan punya peran yang lebih bermanfaat
Bappenas mengeluarkan Surat Edaran Bersama dibandingkan beberapa masa terakhir, berarti harus
(SEB) dengan Kemendagri? punya kapasitas lebih. Termasuk yang saya selalu
bilang, jangan sampai pegawai Bappenas didikte
B: Saya pikir tidak perlu. Kita tidak ingin segala oleh K/L atau pegawai Bappenas hanya menerima
sesuatu terpaku pada produk hukum. Bappenas "pesanan" dari K/L untuk selanjutnya dikonsolidasikan
dengan Kemendagri sudah punya Rapat Koordinasi seolah-olah menjadi pedoman perencanaan. Menurut
Teknis (Rakortek) untuk Perencanaan Pembangunan. saya itu sangat tidak tepat, sangat jauh dari ide
Di situlah kami melakukan sinkronisasi, baik usulan money follows program, HITS, dan segala macam.
ASKOLANI
DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN KEMENTERIAN KEUANGAN
S
inkronisasi Perencanaan dan SIMPUL (S): Apa yang melatarbelakangi
Penganggaran Pembangunan Nasional diterbitkannya PP No. 17 Tahun 2017?
memerlukan kolaborasi yang baik antar-
kementerian/lembaga terutama Bappenas dan Askolani (A): Proses perencanaan pembangunan
Kementerian Keuangan. Apa saja langkah-langkah nasional dan proses perencanaan anggaran
yang sudah dan akan dilakukan Kementerian (penganggaran), merupakan dua hal yang secara
Keuangan dalam menindaklanjutinya? Berikut teori tidak bisa dipisahkan. Fungsi perencanaan dan
wawancara SIMPUL dengan Askolani, Direktur fungsi penganggaran seperti dua sisi mata uang
Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan. yang tidak bisa dipisahkan dan akan menentukan
bernilai atau tidaknya mata uang tersebut.
berdasarkan regulasi yang berbeda pula, yaitu UU Aplikasi tersebut memiliki beberapa fungsi, yaitu
No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan sebagai alat bantu bagi kementerian/lembaga
Pembangunan Nasional untuk fungsi perencanaan (K/L) dalam proses penyusunan (input dan update)
dan UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Rencana Kerja (Renja) K/L; sebagai alat bantu untuk
Negara untuk fungsi penganggaran. melakukan pengecekan dan validasi terhadap
data/informasi dalam Rancangan Renja K/L bagi
Berdasarkan hal tersebut, kemudian dipandang Kementerian Keuangan khususnya Direktorat
perlu untuk membangun "jembatan penghubung" Jenderal Anggaran yang menjadi mitra kerja
antara dua fungsi, antara dua lembaga, dan K/L dan Bappenas; serta sebagai referensi atas
antara dua rezim peraturan perundang-undangan data Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) K/L di
(yang terkait perencanaan dan penganggaran). Kementerian Keuangan serta untuk penilaian kinerja
Untuk lebih mempunyai kekuatan hukum dalam oleh Kementerian PAN-RB.
implementasinya maka "jembatan" tersebut
kemudian diwujudkan dalam bentuk Peraturan S: Bagaimana mekanisme hubungan antara
Pemerintah (PP No. 17 Tahun 2017). Kementerian Keuangan dan Bappenas dengan
adanya PP No. 17 Tahun 2017?
S: Apa yang menjadi harapan ke depan yang ingin
dicapai dari PP No. 17 Tahun 2017 ini? A: Dalam regulasi tersebut sudah secara tegas
disebutkan tugas-tugas apa saja yang dilaksanakan
A: Dengan adanya PP tersebut diharapkan oleh kedua kementerian tersebut dan dalam hal
akan muncul sinergi yang kuat antara proses apa saja kedua intansi harus duduk bersama untuk
perencanaan yang dilakukan oleh Bappenas dan berkoordinasi menjalankan tahapan-tahapan
penganggaran yang dilakukan oleh Kementerian perencanaan dan penganggaran.
Keuangan sehingga muaranya dapat menghasilkan
pembangunan nasional yang lebih berkualitas Sebagai contoh dalam hal melakukan tahapan
dengan outcomes yang sebesar-besarnya bagi “evaluasi kinerja”, Kementerian Keuangan
kesejahteraan rakyat Indonesia, melalui penggunaan melakukan evaluasi kinerja bidang anggaran dan
resource keuangan negara secara lebih efektif dan kebijakan tahun berjalan dengan memfokuskan
efisien. pada efisiensi, efektivitas, dan value for money pada
anggaran belanja K/L. Adapun Bappenas melakukan
S: Setelah satu tahun diberlakukan, apa saja yang evaluasi kinerja pembangunan dan kebijakan
mengalami perubahan signifikan terkait dengan tahun berjalan yang akan dilanjutkan dengan
adanya PP No. 17 Tahun 2017? memfokuskan pada evaluasi pencapaian program/
kegiatan/proyek terkait pencapaian sasaran program
A: Adanya integrasi proses bisnis yang lebih jelas pembangunan nasional.
antara proses bisnis perencanaan oleh Bappenas
dan proses bisnis penganggaran oleh Kemenkeu. Selanjutnya diatur bahwa hasil evaluasi kinerja yang
Hal tersebut terwujud antara lain dengan lahirnya dilakukan oleh tiap-tiap institusi tersebut dibahas
sistem aplikasi KRISNA, sebagai kolaborasi bersama dalam rangka memberikan feedback bagi
perencanaan dan informasi kinerja anggaran yang penyusunan rencana tahun berikutnya (penyusunan
melibatkan Kementerian Keuangan, Bappenas, tema, prioritas nasional, dan lain-lain).
dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB). Sistem Selain hal itu, pola senada juga dibangun untuk
aplikasi tersebut dimaksudkan untuk mendukung tahapan-tahapan yang lain antara lain
integrasi proses perencanaan, penganggaran, serta • tinjau ulang (review) angka dasar K/L;
pelaporan informasi kinerja. • penyusunan kerangka ekonomi makro dan
pokok pokok kebijakan fiskal serta ketersediaan Sebagai contoh, adanya kewajiban bagi K/L untuk
anggaran; menyampaikan Rancangan Renja yang telah disusun
• penyusunan pagu indikatif; kepada Kementerian Keuangan sebagai bahan
• penetapan rancangan awal Rencana Kerja awal bagi Kementerian Keuangan untuk menyusun
Pemerintah (RKP) dan pagu indikatif K/L; perencanaan kebutuhan anggaran.
• pembahasan rancangan RKP, kerangka ekonomi
makro, dan pokok-pokok kebijakan fiskal dalam S: Apa saja kendala yang dihadapi dalam
pembicaraan pendahuluan; pelaksanaan PP No. 17 Tahun 2017?
• penetapan RKP dan pagu anggaran K/L; serta
• penyusunan dan penelaahan RKA K/L. A: Perlu diketahui bahwa PP No. 17 Tahun 2017
baru satu tahun ditetapkan sehingga wajar apabila
S: Bagaimana keterkaitan K/L lainnya dan masih terdapat hal-hal yang belum siap dalam
Pemerintah Daerah (Pemda) dalam melaksanakan pelaksanaannya, baik di Kementerian Keuangan
PP No. 17 Tahun 2017? maupun di Bappenas. Kementerian Keuangan sudah
dan akan terus berusaha untuk mempersiapkan
A: PP tersebut sangat terkait dengan proses- proses sinkronisasi perencanaan dan penganggaran
proses perencanaan dan penganggaran yang tersebut agar dapat berjalan dengan lancar.
dilakukan oleh K/L dan Pemda, meskipun derajat
pengaturannya tidak sekuat hal yang terkait proses Tantangan yang dihadapi dalam sinkronisasi di
bisnis di Bappenas dan Kementerian Keuangan. kedua kementerian tersebut adalah pertukaran data/
informasi yang masih belum klop satu sama lain ketentuan penganggaran, kecukupan waktu
karena cut off date data/informasi belum sama di penganggaran, tujuan kebijakan fiskal, informasi
kedua kementerian tersebut. Permasalahan ini tidak kinerja, partisipasi publik, evaluasi independen,
hanya dialami oleh kedua kementerian tersebut. Di dan tambahan anggaran. Meskipun demikian, level
Indonesia, persoalan data/informasi memang masih transparansi fiskal pemerintah yang masih berada
menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pada kondisi basic sebanyak satu kriteria, yaitu
bersama-sama, tidak bisa sendiri-sendiri. Justru dokumentasi proses penganggaran.
dengan terbitnya PP No. 17 Tahun 2017, Kementerian
Keuangan menyambut baik untuk segera Kementerian Keuangan telah berkomitmen dan
berkolaborasi dengan Bappenas untuk membahas menjaga agar setiap uang rupiah yang dibelanjakan
sampai sejauh mana tingkatan dan kualitas data/ akan menghasilkan output dan outcome yang
informasi yang dibutuhkan dalam proses sinkronisasi bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat. Hal tersebut
perencanaan dan penganggaran tersebut. sejalan dengan tantangan baru (transparansi dan
akuntabilitas) dalam sektor publik yang harus
Tantangan berikutnya justru bisa muncul di tataran memperhatikan value for money dalam menjalankan
pelaksanaan penyusunan dan penelaahan RKA aktivitasnya.
K/L terkait dengan ketentuan dalam Pasal 23 PP
No. 17 Tahun 2017. Untuk itu, perlu diatur kembali Value for money merupakan konsep pengelolaan
ketentuan mengenai petunjuk penyusunan dan keuangan negara yang mendasarkan pada
penelaahan RKA K/L dan pengesahan DIPA melalui tiga elemen utama, yaitu ekonomi, efisiensi,
Peraturan Menteri Keuangan No. 94 Tahun 2017 dan efektivitas. Kementerian Keuangan saat ini
tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan mengedepankan pelaksanaan value for money
RKA K/L dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan dalam menjalankan alokasi penganggaran agar
Anggaran (DIPA). Tantangan tersulit adalah menjaga menghasilkan dampak ekonomi bagi kehidupan
konsistensi antara RKP, Renja-K/L, dan RKA K/L masyarakat kurang mampu, efisiensi dalam
sehingga penting untuk dilakukan penelaahan RKA pengelolaan keuangan negara, dan efektivitas
K/L dengan K/L. dalam menghasilkan output dan outcome yang
bisa dinikmati dan meningkatkan kesejahteraan
S: Apa saja upaya yang telah dan yang akan masyarakat. g
dilakukan Kementerian Keuangan untuk
mengatasi kendala dalam proses sinkronisasi
perencanaan dan penganggaran di pusat dan
daerah?
SRI SULTAN
HAMENGKUBUWONO X
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
P
enerapan PP No. 17 Tahun 2017 tentunya SIMPUL (S): Bagaimana pandangan Bapak
akan berpengaruh terhadap sistem mengenai terbitnya PP No. 17 Tahun 2017 yang
perencanaan dan penganggaran di pusat diprakarsai oleh Kementerian PPN/Bappenas?
maupun daerah. Untuk mengetahui penerapan
kebijakan tersebut di daerah, strategi yang Sri Sultan Hamungkubuwono X (H): Menurut kami
digunakan, hingga kendala yang dihadapi, SIMPUL PP tersebut dapat menjadi solusi untuk permasalahan
mencoba menggali lebih dalam melalui wawancara umum yang terjadi pada proses perencanaan dan
dengan Gubernur Provinsi DIY, Sri Sultan penganggaran, terkait inkonsistensi antara proses
Hamengkubuwono X. perencanaan dan penganggaran. PP tersebut menurut
kami memadai untuk mendukung sinkronisasi
perencanaan untuk mencapai sasaran prioritas
nasional terutama dengan cakupan substansi berupa
“Isu akuntabilitas sinkronisasi proses perencanaan dan penganggaran
pemanfaatan terkait transfer pembangunan nasional tahunan.
pusat ke daerah dan dana
S: Sebelum PP No. 17 Tahun 2017 diterbitkan,
desa perlu menjadi perhatian
terjadi pemisahan antara perencanaan dan
agar terkendali dan efektif pengganggaran. Menurut Anda, seberapa besar
penggunaannya. ” dampak PP tersebut terhadap perencanaan
pembangunan secara nasional?
H: Setelah penerbitan PP ini diharapkan holistik, integratif, tematik dan spasial. Permasalahan
dapat mengatasi persoalan perencanaan dan pembangunan dewasa ini membutuhkan kerja sama
penganggaran tahunan antara lain terjadinya deviasi lintas sektor; suatu sektor tidak dapat menyelesaikan
pada implementasi perencanaan dan penganggaran, sendiri permasalahan publik dan membutuhkan
pengendalian pembangunan, inefisiensi program dukungan sektor lain. Potensi inefisiensi program
pembangunan, dan pengendalian transfer pembangunan memungkinkan terjadi apabila satuan
ke daerah/dana desa. Deviasi implementasi kerja/perangkat daerah merencanakan program
perencanaan dan penganggaran, baik alokasi, berdasar fungsi semata, tetapi kurang menunjang
sasaran, maupun lokus program/kegiatan, dapat prioritas nasional/daerah atau justru terjadi duplikasi
terjadi apabila terdapat miskoordinasi dan nir- kegiatan pada beberapa satuan kerja. Selain itu, isu
pengendalian program pembangunan dari akuntabilitas pemanfaatan terkait transfer pusat ke
perencanaan hingga pelaksanaan. Sebagai contoh daerah dan dana desa perlu menjadi perhatian agar
terkait hal itu, sebuah kegiatan direncanakan terkendali dan efektif penggunaannya.
di Rencana Kerja Pemerintah/Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKP/RKPD) beserta target S: Menurut Bapak, apa perubahan kebijakan yang
output-nya, tetapi besaran/kuantitas output-nya tidak signifikan dalam PP No. 17 Tahun 2017 ini?
dianggarkan pada RAPBN/RAPBD sehingga output
tidak sesuai perencanaan. H: Perubahan kebijakan yang penting dalam PP No.
17 Tahun 2017 menurut kami ialah pengendalian
S: Bagaimana peran PP tersebut dalam mengatasi perencanaan dalam rangka mencapai sasaran
permasalahan pengendalian pembangunan? prioritas nasional. Dalam menjaga capaian
sasaran pokok, penguatan PP tersebut mencakup
H: Permasalahan pengendalian pembangunan pengendalian prioritas pembangunan nasional,
yang mungkin terjadi antara lain masih adanya integrasi pendanaan pusat dan daerah, penyusunan
ego sektoral dalam perencanaan program yang resource envelope dalam penganggaran,
seharusnya saat ini menggunakan pendekatan penyusunan pagu, dan proses penyusunan RKP.
Gubernur DIY bersama Menteri PPN/Bappenas dan Menteri Dalam Negeri membuka acara
berita acara kesepakatan terkait capaian sasaran nasional sekaligus memberikan ruang terhadap
dan hasil program pembangunan nasional dan otonomi daerah dan kewenangan keistimewaan
regional (provinsi dan kabupaten/kota), rencana yang menjadi tanggung jawab kami.
target sasaran dan hasil program pembangunan
pusat/daerah, serta faktor pendorong dan S: Upaya-upaya apa yang diharapkan oleh
penghambat pencapaian sasaran dan hasil program Pemerintah Provinsi DIY kepada Kementerian
pembangunan nasional/ daerah. PPN/Bappenas agar sinkronisasi perencanaan
dan penganggaran di pusat dan daerah dapat
S: Apa harapan yang diinginkan oleh Pemerintah benar-benar terwujud guna mewujudkan rencana
Provinsi DIY dalam pelaksanaan PP No. 17 Tahun pembangunan yang berkualitas?
2017?
Selebihnya, kami berharap PP No.17 Tahun 2017
H: Sebelumnya kami perlu mengapresiasi upaya- dapat mendukung perencanaan daerah di DIY dalam
upaya sinkronisasi yang dilaksanakan pemerintah mewujudkan peningkatan martabat kesejahteraan
melalui PP No. 17 Tahun 2017 beserta regulasi- masyarakat DIY, khususnya, dan berkontribusi
regulasi, surat edaran, dan sosialisasi/diseminasi dalam pembangunan nasional, pada umumnya.
yang mendukung implementasi capaian sasaran Kami ingin berperan dalam upaya-upaya sinkronisasi
prioritas nasional. Kami berharap kerangka regulasi sebagaimana semangat kami untuk "Menjadi
yang ada dapat membantu Pemerintah Provinsi Jogja, Menjadi Indonesia", yang berarti karakter
DIY dalam menyusun perencanaan pembangunan Yogyakarta akan berupaya untuk selalu menguatkan
daerah yang mendukung capaian sasaran prioritas Indonesia. g
NI PUTU
EKA WIRYASTUTI
BUPATI TABANAN, PROVINSI BALI
S
ebagai penerima Anugerah Pangripta SIMPUL (S): Bagaimana pandangan Anda tentang
Nusantara 2017 dari Kementerian PPN/ PP No.17 Tahun 2017?
Bappenas untuk kabupaten dengan
perencanaan terbaik pertama, tentunya banyak Ni Putu Eka Wiryastuti (E): Menurut pendapat
inovasi perencanaan yang telah dan akan saya, PP ini bagus dan sangat baik, karena dalam
terus dilakukan di daerah ini. Lalu bagaimana menjalankan program pembangunan di masyarakat
pelaksanaan inovasi tersebut setelah keluarnya pasti pada akhirnya membutuhkan dana (anggaran).
PP No. 17 tahun 2017? Berikut petikan wawancara Walaupun sebagus apapun program yang dibuat,
SIMPUL dengan Bupati Tabanan, Ni Putu Eka jika tanpa ada anggaran, maka tujuan program
Wiryastuti. tidak akan tercapai dengan baik. Dengan adanya
sinkronisasi khususnya Bappenas dan Kementerian
Keuangan, dan diikuti oleh aparatur sipil negara
sebagai pelaksana yang paham betul acuan
yang ingin dicapai, maka dapat tercipta kerja
“Sekaya apapun suatu daerah, jika
sama (partnership) untuk mencapai tujuan-tujuan
tidak ada kemauan/niat yang kuat
pembangunan.
untuk membuat perencanaan yang
terintegrasi dengan penganggaran Saya berharap hal ini berdampak nyata terhadap
maka akan sulit. ” pembangunan. Pada tahap implementasi, PP
ini harus bermanfaat dan dirasakan langsung
E: Program-program apapun yang terbaik dari komentar saya buka dan saya coba untuk selesaikan
berbagai daerah seharusnya diadopsi oleh dengan cepat.
Pemerintah Pusat untuk menjadi program-program
yang dibiayai, difasilitasi, serta dibuatkan "rumah", S: Apa sanksi bagi pimpinan OPD yang visinya
dan aturan main agar gaungnya dapat ditangkap tidak sama dengan Ibu sehingga penyelesaian
serta diimplementasikan oleh masyarakat. masalah menjadi berlarut-larut?
S: Bagaimana cara menggerakkan birokrasi di E: Paling ending-nya distafkan dan tidak memiliki
Kabupaten Tabanan agar memiliki visi dan misi peran. Pimpinan OPD harus berperan dan bersaing
serta semangat yang sama dengan Ibu dalam karena mereka memang dituntut untuk memiliki
pelaksanaan pembangunan? inovasi dan program. Jika salah satu pimpinan
stagnan maka akan menjadi virus bagi yang lainnya.
E: Birokrasi harus memiliki jiwa entrepreneur. OPD juga menjadi salah satu corong promosi
Mereka harus punya jiwa inovasi, jiwa tanggung Kabupaten Tabanan melalui media sosial.
jawab, dan fight. Saya tanamkan sikap kepada ASN
di Kabupaten Tabanan untuk selalu berbuat sesuatu, Saya juga berusaha mengubah mindset OPD selama
tidak perlu memikirkan dulu hasilnya. SKPD harus ini yang hanya bekerja di belakang meja dan digaji
banyak dilatih, termasuk dalam hal pemanfaatan sekian. Saya ubah paradigma ini menjadi paradigma
teknologi informasi. Jadi, mereka tidak harus selalu yang lebih besar. Saya katakan kepada pimpinan
bertemu dengan saya, tetapi setiap ada persoalan, OPD yang sebagian besar memang berasal dari
penyelesaiannya cepat. Mereka harus mengerti Tabanan, “Apakah mau anak cucu Bapak melihat
media sosial dan menyebarkan hasil kerjanya Tabanan sekian puluh tahun ke depan begini-
melalui media sosial, termasuk menjawab persoalan begini saja?”. Dari sini tumbuh kesadaran mereka
yang terjadi di masyarakat. Kalau sampai mentok, untuk membuat anak cucu atau kampung mereka
baru saya ambil alih. Saya tantang birokrat di bangga dengan peran mereka di OPD. Tidak heran
Tabanan untuk menggali program-program inovatif jika banyak pimpinan OPD di Tabanan yang juga
untuk menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat menjadi pimpinan dan ditokohkan di kampungnya
di Kabupaten Tabanan. Saya selalu pantau 24 jam sebagai kepala adat. Sense of belonging perlu
kinerja OPD, salah satunya lewat grup Whatsapp. ditumbuhkan pada pimpinan OPD tersebut.
S: Dengan inovasi yang harus dilakukan oleh S: Dengan lahirnya PP No. 17 Tahun 2017,
birokrat di Tabanan, bagaimana dengan jam kerja bagaimana Ibu melihat hubungan antara
mereka? Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah ke
depannya?
E: Jam kerja mereka tidak tentu, karena mereka
mengejar target pekerjaan mereka. Mereka E: Tentunya akan lebih baik, karena ada
berusaha untuk tidak menjadikan masalah yang sinkronisasi yang harus disambungkan. Jangan
ada menjadi semakin besar. Artinya, birokrat di sampai perencanaan A, tetapi penganggarannya
Kabupaten Tabanan sudah terbiasa dengan kerja B. Berikutnya, perlu disiapkan juga "jembatan"
cepat untuk menyelesaikan masalah. Sebagai antara perencanaan dan penganggaran tersebut.
ilustrasi, untuk urusan hibah dan tindak lanjut "Jembatan" yang saya maksud adalah "jembatan"
penyelesaian temuan BPK, Kabupaten Tabanan untuk menyambungkan anggaran sehingga
nomor satu karena untuk urusan pekerjaan kami anggaran tersebut bisa sampai ke daerah-
tidak pernah menyicil. Kami selesaikan sampai daerah yang menjadi sasaran suatu program. Ini
tuntas segala masalah yang ada. Saya juga familiar dikarenakan banyak sekali daerah-daerah yang tidak
dengan media sosial, termasuk instagram, semua paham aturan, tidak mempunyai jaringan (network),
Aktivitas Bupati Tabanan dalam melaksanakan program kerja, interaksi dengan masyarakat, hingga menerima berbagai penghargaan
atau tidak bisa menjemput bola karena jiwa fighting- Untuk masalah pengelolaan ASN, saya akan fight
nya kurang. agar tidak dimasuki ranah politik yang tidak bisa
dipertanggungjawabkan. Itu yang saya kunci, urusan
S: Bagaimana upaya untuk meningkatkan peran birokrasi adalah urusan kinerja.
perencana agar lebih banyak berperan dalam
pembangunan daerah dan tidak Berikutnya, kami juga memantau pergerakan-
merasa "dikelasduakan"? pergerakan dari setiap OPD. Jadi, kami tahu OPD
yang perangkat bawahnya lemah; OPD yang
E: Banyak terjadi hal itu, termasuk di tempat saya. perangkat atasnya saja yang kuat, sedangkan
Mereka bekerja, tetapi kadang tidak terlihat bekerja, perangkat bawahnya tidak dilibatkan; dan OPD yang
justru yang mendapat "nama" Kepala OPD-nya. bersedia untuk kerja sama. Biasanya jika ada OPD
Di Kabupaten Tabanan, kami melihat jenjang dan yang "tidak sehat", saya segera rotasi langsung,
prestasi mereka sehingga pada saat penempatan tidak perlu menunggu satu tahun atau lebih. Setelah
posisi, kami menerapkan prinsip the right man on saya rotasi, saya beri mereka target, dan memang
the right place sebagai kunci untuk menempatkan Kepala OPD pertama-tama harus paham dulu
orang yang benar. Satu hal yang perlu dihindari pasukannya. Intinya, OPD harus sehat dulu karena
adalah campur tangan politik dalam penempatan jika ada satu OPD yang tidak sehat maka akan
ASN. Mengapa banyak sistem penempatan ASN berimbas ke OPD yang lain.
yang hancur? Ini dikarenakan adanya campur tangan
politik dalam penempatannya. Saya juga memberdayakan staf khusus untuk
memantau kinerja OPD. Selain itu, Sekda,
Kami harus pintar-pintar dalam mengelola ASN. Inspektorat, serta Asisten Bupati juga harus kuat
Mereka merupakan serdadu/prajurit kami dan sebagai bagian dari "pertahanan" kinerja daerah.
saya sebagai nakhodanya. Kalau saya salah Perencanaan SDM itu penting, menurut saya, karena
dalam mengelola/menempatkan ASN maka dari SDM yang baik dapat disusun perencanaan
"kapal" yang saya bawa akan tidak jelas arahnya. yang baik. g
PUSBINDIKLATREN BAPPENAS
Program Beasiswa Pusbindiklatren Bappenas bertujuan mendukung upaya peningkatan kapasitas institusi
perencanaan pemerintah di pusat dan daerah (institutional capacity building), dengan menggunakan
institutional approach, yaitu setiap permohonan menjadi calon penerima beasiswa harus melalui institusinya.
Beasiswa Pusbindiklatren Bappenas khusus disediakan bagi perencana pemerintah di unit perencanaan atau
bidang yang menangani perencanaan pembangunan pada pemerintah pusat dan daerah.
Seminar/
No. Persyaratan Pelatihan
Pelatihan Magang/ Workshop/
Fungsional Workshop PAK Workshop APAK
Substantif Staff Enhancement Konferensi
Perencana
Internasional
1 Pengusulan dari Minimal Pejabat Minimal Pejabat Minimal Pejabat Minimal Pejabat Minimal Pejabat Minimal Pejabat
Instansi (Atasan Pimpinan Pratama Pimpinan Pratama Pimpinan Pimpinan Pratama Pimpinan Pratama Pimpinan Pratama
Langsung) (Eselon II) (Eselon II) Pratama (Eselon II) (Eselon II) (Eselon II)
(Eselon II)
2 Unit Kerja Perencanaan Perencanaan Perencanaan Perencanaan Perencanaan Perencanaan
(Minimal 2 Tahun)
3 Strata Pendidikan S1 S1 S1 S1 S1 SMA
Minimal
4 Golongan III/a III/a III/a III/a III/c II/a
(Minimal 1 Tahun)
5 Batasan Usia 2 tahun sebelum 5 tahun sebelum pensiun 2 tahun sebelum 5 tahun sebelum Tidak ada batasan Tidak ada batasan
Maksimal pensiun pensiun pensiun usia usia
Seminar Nasional
dan Temu Alumni
Beasiswa OTO/
Pusbindiklatren
Bappenas 2017
U
ntuk pertama kalinya, Pusbindiklatren
Bappenas, yang dahulunya dikenal
sebagai Overseas Training Office
(OTO), menyelenggarakan acara "Temu Alumni
Beasiswa OTO/Pusbindiklatren Bappenas 2017".
Acara ini dilaksanakan bersamaan dengan
kegiatan "Seminar Nasional Pengembangan
Kompetensi ASN Perencana".
Acara berlangsung pada tanggal 1—2 November 1. Gagasan mengenai double degree pertama kali
2017 di Birawa Assembly Hall, Hotel Bidakara Jakarta di Indonesia merupakan suatu ice breaking.
dihadiri kurang lebih 500 peserta dan tamu undangan. 2. Peringkat Indonesia yang masih rendah
Pada penyelenggaraan hari pertama, Menteri PPN/ dibandingkan dengan negeri tetangga lainnya di
Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, hadir 2017 WEF Global Human Capital Index.
untuk membuka acara. Selanjutnya, para peserta
3. Materi jurusan public administration sebaiknya
mengikuti Seminar Nasional yang terbagi menjadi
dikurangi.
dua sesi.
4. Strategi dan pengelolaan talenta harus secara
Seminar Nasional sesi pertama mengusung tema langsung berkontribusi kepada target prioritas
“Kebijakan dan Strategi Peningkatan Kualitas SDM pembangunan nasional.
ASN” yang menghadirkan dua narasumber, yaitu 5. Posisi ASN dalam memperkuat daya saing
Setiawan Wangsaatmaja (Deputi Sumber Daya bangsa, berdasarkan road map tahun 2024,
Manusia Aparatur Kementerian Pendayagunaan terdapat empat RPJM pembangunan ASN. RPJM
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi) dan 3 tahun 2015–2019 melalui ASN Merit System,
Junino Jahja (Deputi Bidang Perencanaan dan bertujuan menciptakan keunggulan kompetitif,
Pengembangan BP Batam). Agus Pambagio (Mantan ekonomi berbasis SDA, serta SDM berkualitas
Ketua YLKI) didaulat sebagai moderator sesi pertama. dan berkemampuan IPTEK;
6. Berdasarkan PP No. 11 Tahun 2017, strategi
Adapun Seminar Nasional sesi kedua mengangkat peningkatan kualitas SDM ASN dengan
tema “Peran dan Kontribusi Alumni dalam sistem merit dilakukan melalui perencanaan;
Pembangunan” dengan narasumber Rohidin mendapatkan talenta terbaik; mengurangi
Mersyah (Wakil/Plt. Gubernur Provinsi Bengkulu), kesenjangan kompetensi; meningkatkan kinerja
Rosiady H. Sayuti (Sekretaris Daerah Provinsi Nusa berkelanjutan; menuju ASN yang dinamis, salah
Tenggara Barat), dan Sultan Suhab (Dosen Universitas satunya melalui promosi berdasarkan sistem
Hasanuddin). Agus Sutiadi (Kepala Biro Perencanaan merit.
Badan Kepegawaian Negara) bertindak selaku 7. Adanya mismatch antara kompetensi dan
moderator sesi ini. kualifikasi serta mismatch antara gaya hidup dan
pendapatan.
Beberapa poin penting yang disampaikan Menteri
8. Terlalu banyak aturan, seperti UU yang mengatur
PPN/Kepala Bappenas dan para narasumber sebagai
ASN yang di dalamnya terdapat 14 nilai dasar, 12
berikut:
kode etik, 3 tugas, dan 8 kewajiban.
Pada malam harinya, panitia mengadakan acara 1. peran (sharing session, networking, klinik
ramah tamah antaralumni. Acara ini dihadiri para perencanaan);
alumni dari berbagai generasi termasuk mantan 2. asosiasi yang berbadan hukum;
pimpinan dan mantan pengurus OTO/Pusbindiklatren.
3. penyempurnaan kurikulum; dan
Dalam sesi yang dihadiri oleh Sekretaris Kementerian
PPN/Bappenas ini, beberapa perwakilan alumni 4. metode pelatihan (brain storming,
menyampaikan pengalaman selama mengikuti diklat benchmarking, workshop, magang, website,
gelar maupun non-gelar yang diselenggarakan OTO/ e-learning, dan coaching).
Pusbindiklatren. Selain itu, peserta yang hadir juga
dapat menikmati sajian musik, video kenangan, kuis, Setelah selesai sesi diskusi, acara dilanjutkan
dan permainan yang disiapkan panitia. dengan pembentukan forum alumni yang dipandu
oleh Wignyo Adiyoso dan Wahyu Pribadi dari
Pada hari kedua, acara dilanjutkan dengan diskusi Pusbindiklatren Bappenas. Dalam sesi pembentukan
dan sharing session bertema "Pentingnya Jejaring forum alumni ini juga dibentuk tim formatur yang
Alumni" dengan narasumber dari Japan International terdiri atas sembilan orang alumni, yaitu Fithriati
Cooperation Agency (JICA) dan World Bank. Kedua (Pemkab Sumbawa), Hanan Nugroho (Bappenas),
narasumber dipilih karena merupakan lembaga Herdiana (Kementerian Kelautan dan Perikanan),
pemberi pinjaman/donor program beasiswa SPIRIT Tatang Mutaqin (Bappenas), Sabarudin (Universitas
dan PHRD yang diselenggarakan oleh Pusbindiklatren Sriwijaya), Sugianto (Universitas Syiah Kuala),
Bappenas. Sesi ini dimoderatori oleh Dadang Solihin Suprihantono (Pemprov Jawa Tengah), Dadang
(Rektor Universitas Darma Persada Jakarta) yang Solihin (Rektor Universitas Darma Persada Jakarta),
merupakan alumni OTO Bappenas. dan Abiratno (swasta).
Untuk mendapatkan saran dan masukan terkait Rangkaian kegiatan Seminar Nasional dan Temu
dengan kebijakan pengembangan ASN, dilaksanakan Alumni Beasiswa OTO/Pusbindiklatren ini diakhiri
pula sesi diskusi kelompok yang dipimpin oleh Shri dengan sambutan penutup dari Nur Hygiawati
Mulyanto dari Pusbindiklatren Bappenas. Dalam sesi Rahayu (Kepala Pusbindiklatren Bappenas).
diskusi ini, peserta dibagi menjadi dua kelompok. Pusbindiklatren Bappenas mengucapkan terima
Kelompok A mengambil tema “Kebijakan dan Strategi kasih atas antusiasme dan keikutsertaan para
Peningkatan Kualitas SDM ASN” dan menghasilkan peserta dari berbagai penjuru daerah dalam kegiatan
rumusan sebagai berikut: ini. Semoga kegiatan ini dapat terlaksana kembali
1. strategi peningkatan kompetensi dengan pada tahun-tahun berikutnya dengan lebih baik.
memperhatikan kebutuhan kualifikasi; (Penulis: Karyoto/Pusbindiklatren Bappenas) g
Rapat Koordinasi
dan Serah Terima
Karyasiswa Linkage
dan Reguler Jepang
P
ada tanggal 10—11 Januari 2018,
Pusbindiklatren Bappenas
menyelenggarakan Rapat Koordinasi
penyelenggaraan Pendidikan Gelar dengan
Program Studi (prodi) yang menjadi mitra kerja
sama Pusbindiklatren. Rapat koordinasi ini juga
sekaligus bertepatan dengan kegiatan serah terima
calon karyasiswa program linkage Jepang untuk
tahun angkatan 2018.
Universitas Indonesia 29 orang. Dilihat dari sebaran Bappenas mengundang perwakilan dari program
tiap-tiap prodi, Magister Perencanaan Wilayah dan studi Magister Ilmu Ekonomi, Universitas Brawijaya;
Kota, Institut Teknologi Bandung menjadi prodi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas
dengan calon karyasiswa paling banyak, yakni Diponegoro; dan Magister Administrasi Publik,
mencapai 16 karyasiswa. Sementara itu, Magister Universitas Gadjah Mada untuk membahas kebijakan
Administrasi Publik, Universitas Gadjah Mada; dan penyelenggaraan beasiswa Pusbindiklatren
Magister Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya; Bappenas di tiap-tiap prodi.
serta Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik,
Universitas Indonesia masing-masing mendapatkan Selain terkait dengan kebijakan penyelenggaraan
sekitar 15 karyasiswa. Pendidikan Gelar yang berhubungan dengan
program reguler maupun program linkage, rapat
Program linkage Jepang merupakan program yang koordinasi juga membahas kurikulum pelaksanaan
didesain dengan metode belajar selama 1 (satu) tahun pelatihan bahasa. Dalam hal ini, Pusbindiklatren
di Indonesia dan 1 (satu) tahun di Jepang sehingga Bappenas mengundang perwakilan dari Pusat Bahasa
pada akhir studi karyasiswa akan memperoleh dua Universitas Gadjah Mada dan Lembaga Bahasa
gelar (double degree). Pada awal program linkage, Universitas Indonesia untuk sharing terkait dengan
karyasiswa akan mengikuti pelatihan bahasa Inggris, kurikulum pelatihan bahasa yang dilaksanakan di
yaitu English for Academic Purposes (EAP) selama universitas masing-masing.
sekitar 6 (enam) bulan. Sementara untuk program
reguler Jepang, pada tahun 2018, Pusbindiklatren Pelaksanaan kelas pelatihan bahasa Jepang yang
Bappenas berhasil menempatkan 9 calon karyasiswa dilaksanakan saat proses pengurusan dokumen
yang terdiri dari 6 calon karyasiswa program magister keberangkatan ke Jepang serta saat pengambilan
Jepang dan 3 calon karyasiswa program doktoral data berdampak terhadap minimnya tingkat kehadiran
Jepang. Seluruh calon karyasiswa program reguler karyasiswa dalam pelatihan bahasa Jepang. Terkait
Jepang diharuskan mengikuti pelatihan bahasa dengan hal tersebut, Pusbindiklatren Bappenas
Inggris dan pelatihan bahasa Jepang selama kurang kemudian memberikan kebijakan untuk mengurangi
lebih 7 (tujuh) bulan, sebelum proses keberangkatan jumlah jam pelajaran saat pelatihan Bahasa Jepang
perkuliahan ke Jepang yang direncanakan pada menjadi kurang lebih 1,5 bulan. Hal tersebut bertujuan
Agustus dan September 2018. untuk memberikan kesempatan kepada karyasiswa
untuk mengurus kelengkapan berkas keberangkatan
Dalam acara rapat koordinasi, Pusbindiklatren juga dan mengambil data penelitian. (Penulis: Reza Satrya
menyampaikan kebijakan baru yang terkait dengan Arjakusuma/Pusbindiklatren Bappenas) g
penyelenggaraan Pendidikan Gelar, baik untuk
program reguler dalam negeri maupun program
linkage. Salah satu kebijakan baru tersebut ialah
pemberian tunjangan kepada karyasiswa untuk
penerbitan paper di jurnal yang terakreditasi,
kewajiban untuk melaksanakan tes kesehatan
bagi calon karyasiswa linkage, serta pembahasan
yang terkait dengan sistem dan mekanisme
rekrutmen karyasiswa linkage oleh universitas
di Jepang. Kebijakan-kebijakan tersebut disusun
untuk menunjang keberhasilan studi karyasiswa
serta untuk meningkatkan mutu lulusan karyasiswa
program beasiswa Pusbindiklatren Bappenas. Dalam
pembahasan kebijakan tersebut, Pusbindiklatren
Pelaksanaan Program
Staff Enhancement
Pusbindiklatren
Bappenas 2017
D
alam rangka menjamin perencanaan
pembangunan nasional yang holistik dan
integratif dalam penetapan program dan
kegiatan Kementerian/lembaga/daerah, Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian
PPN/Bappenas) bertanggung jawab dalam
peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM)
perencana di instansi pusat dan instansi daerah.
Salah satu tujuan pelaksanaan program SE di Soppeng, Pemerintah Kabupaten Konawe Selatan,
Jepang ini adalah menyediakan suatu proses dan Kementerian PPN/Bappenas.
pembelajaran secara non-konvensional bagi para
perencana pemerintah pusat dan daerah untuk lebih Sebelum mengikuti program SE di empat universitas
mengetahui tentang bekerja secara profesional. di Jepang, peserta menyampaikan proposal dalam
Peserta ditempatkan untuk magang kerja di lembaga- bahasa Inggris sebagai bahan penilaian seleksi
lembaga pemerintah atau swasta di Jepang dalam dan dilanjutkan dengan sistem wawancara tatap
bidang perencanaan sesuai dengan kebutuhan muka atau jarak jauh. Selama satu bulan mengikuti
instansi masing-masing, di bawah bimbingan program SE, peserta diharapkan mendapatkan
universitas di Jepang. berbagai manfaat dan pembelajaran tentang metode
perencanaan yang dilakukan lembaga pemerintah di
Pada tahun 2017, program SE dijadwalkan selama Jepang.
satu bulan. Topik PPP dilaksanakan pada tanggal
25 September–20 Oktober 2017. Sementara itu, Sebagai keluaran program SE, peserta diwajibkan
topik Waste Management diselenggarakan pada untuk membuat action plan yang dapat diterapkan
tanggal 2 Oktober–27 Oktober 2017. Adapun topik di daerah peserta. Instansi peserta diharapkan dapat
Urban Planning dihelat pada tanggal 30 Oktober–24 memfasilitasi pelaksanaan lokakarya penerapan
November 2017. Terakhir, topik LERD dijalankan action plan peserta. Pelaksanaan lokakarya
pada tanggal 6 November–1 Desember 2017. merupakan rangkaian dari program SE dalam bentuk
forum kecil yang dihadiri oleh pimpinan, rekan kerja
Program SE ini diikuti oleh 22 peserta yang berasal peserta, stakeholders lainnya yang terkait dengan
dari Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara topik action plan, dan wakil dari Pusbindiklatren
Barat, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, Bappenas.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, Pemerintah
Provinsi Banten, Pemerintah Kota Banjarmasin, Adapun tujuan dari lokakarya program SE
Pemerintah Kota Pontianak, Pemerintah Kota tersebut adalah untuk menyosialisasikan action
Metro, Pemerintah Kota Payakumbuh, Pemerintah plan peserta serta mendapatkan masukkan dari
Kabupaten Pati, Pemerintah Kabupaten Sukabumi, pimpinan, rekan kerja, dan stakeholders lainnya
Pemerintah Kabupaten Belitung Timur, Pemerintah dalam hal pelaksanaannya. (Penulis: Wiky Witarni/
Kabupaten Barito Utara, Pemerintah Kabupaten Pusbindiklatren Bappenas) g
Seminar Regional
Jabatan Fungsional
Perencana 2017
P
usat Pembinaan, Pendidikan, dan
Pelatihan Perencana (Pusbindiklatren)
Bappenas menyelenggarakan Seminar
Regional Jabatan Fungsional Perencana (JFP)
yang mengambil tempat di Kota Bandung,
Jawa Barat, pada tanggal 4–6 Desember 2017.
Dalam kesempatan kali ini, Seminar Regional
JFP mengangkat tema besar “Revitalisasi Peran
Perencana dan Kapasitas Instansi Perencanaan”.
Kegiatan yang mengambil lokasi di Amarthapura Adapun hasil yang diharapkan dalam pelaksanaan
Ballroom, Hotel El Royale, Jalan Merdeka No. 2 kegiatan Seminar Regional JFP sebagai berikut:
Bandung ini ditargetkan sebagai wadah bagi para 1. rekomendasi kebijakan perencana
pemangku JFP untuk saling bertukar pengalaman pembangunan dan pengelolaan dalam JFP ke
dan wawasan sehingga akan mendorong depan yang lebih baik dan lebih terarah;
peningkatan profesionalisme para perencana itu 2. persamaan persepsi dan pemahaman dalam
sendiri. menghadapi permasalahan yang dimungkinkan
muncul karena perbedaan pendapat dan
Tujuan Seminar Regional JFP adalah pandangan dalam JFP;
1. mengenali informasi dan kendala perencanaan 3. implikasi dan aplikasi dari penerapan PP
pembangunan nasional dari para perencana di No. 11 Tahun 2017 terhadap pengembangan
pusat dan daerah; kompetensi para perencana;
2. menggali masukan dan alternatif kebijakan 4. rekomendasi akan kebutuhan peraturan terkait
berdasarkan pengalaman pelaksanaan mekanisme dan kedudukan jabatan struktural
pembangunan dari para perencana di pusat dan dengan JFP sehingga tercipta harmonisasi dan
daerah; dan sinergi antara para pemangku jabatan yang
3. menyusun rekomendasi kebijakan berbeda tersebut; serta
penyelenggaraan pembangunan nasional dari 5. terciptanya sinergi antara instansi perencanaan
hasil Seminar Regional JFP tersebut. dengan Asosiasi Perencana Pemerintah
Indonesia (AP2I) di pusat dan daerah.
nasib para pemangku JFP yang di beberapa Perencana adalah think tank-nya Presiden,
daerah masih terpinggirkan (termarginalkan), kebijakan yang ditetapkan terkait dengan hajat
berada di bawah bayang-bayang struktural, hidup orang banyak sehingga harus menghasilkan
bahkan ada beberapa yang merasa tidak kebijakan yang matang.
dilibatkan dalam kegiatan.
Dengan berlakunya UU No. 5 Tahun 2014 tentang
Hal lain yang menjadi catatan adalah peran Aparatur Sipil Negara (ASN), struktur organisasi
perencana sebagai think tank pemerintah harus di daerah perlu diperhatikan dan perlu direposisi.
diperkuat, tidak hanya di Bappenas, tetapi Pelaksanaan manajemen ASN belum berdasar
juga Bappeda yang ada di daerah seluruh pada perbandingan antara kompetensi dan
Indonesia. Bahkan pemerintah baru telah kualifikasi yang diperlukan oleh jabatan dengan
meluncurkan kebijakan program peningkatan dan kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki. Jabatan
penguatan kapasitas Bappeda, baik di tingkat struktural dan fungsional harus ada kesetaraan.
provinsi maupun kabupaten/kota se-Indonesia.
Sebagaimana dalam penjenjangan ASN, strata JFP merupakan unsur ASN dalam lingkup
jabatan terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu pimpinan birokrasi yang memiliki peran dalam memberikan
tinggi, fungsional, dan administrasi yang perlu kontribusi pemikiran untuk penyusunan rencana,
didisiplinkan atau diatur lingkup kerjanya. teknis pelaksanaan, maupun evaluasi dari
program pembangunan. Selama ini masih ditemui
Pejabat fungsional adalah pejabat yang terkait berbagai permasalahan teknis terkait fungsional
profesi sehingga harus bersertifikasi (certified). perencana termasuk potensi permasalahan setelah
Sertifikasi bisa dikeluarkan oleh AP2I atau diberlakukannya ASN. Dengan demikian, perlu
universitas-universitas yang telah bekerja sama upaya penataan ASN dengan memperhatikan
dengan Pusbindiklatren Bappenas. Sebagai beberapa hal agar UU ASN dan turunan aturannya
aparatur yang profesional, tentu perencana harus nanti dapat mendukung mekanisme fungsional
memiliki kemampuan berpikir strategis, mampu perencana untuk menjadi lebih baik. (Penulis: Rita
memiliki jejaring kerja, dan berintegritas tinggi. Miranda/Pusbindiklatren Bappenas) g
Pemeliharaan dan
Perawatan
Rumah Arsip
Pusbindiklatren
Bappenas
P
emeliharaan merupakan usaha
mengamankan arsip agar terawat dengan
baik sehingga mencegah terjadinya
kerusakan dan kehilangan arsip. Sementara itu,
perawatan merupakan kegiatan mempertahankan
kondisi arsip agar tetap baik dan mengadakan
perbaikan pada arsip yang rusak agar informasinya
tetap terpelihara.
S
ejak kecil, saya selalu memandang penuh Saat menjadi mahasiswa S2 di Fakultas Ilmu Administrasi
kagum kepada para pahlawan bulu tangkis Universitas Brawijaya (FIA UB), saya mendapat tawaran
Indonesia yang dengan cucuran keringat dan untuk bergabung dalam salah satu pusat penelitian
perjuangannya dapat mengibarkan sang merah putih yang membuat saya belajar banyak tentang metode
di dunia internasional. Air mata pun luruh kala lagu penelitian dan publikasi internasional. Saya pun memulai
Indonesia Raya dikumandangkan di seantero dunia. keberanian untuk mempresentasikan karya ilmiah saya
di Global Conference of Business and Social Sciences,
Puspita kecil hanya bisa bermimpi, berharap, dan berdoa, Malaysia, pada Desember 2015. Pada Januari 2016,
suatu saat nanti, ia bisa memberikan setetes keringatnya saya dipercaya FIA UB untuk menjajaki kerja sama
untuk kebanggaan negara yang sangat disanjungnya. internasional dengan beberapa universitas di Singapura.
Puluhan tahun pun berlalu, tetapi rasa cinta kepada tanah Saya pun berangkat bersama beberapa dosen dan
tumpah darah tak sedikit pun memudar. Rasa cinta yang mahasiswa FIA UB. Bulan Agustus 2016, saya mendapat
mungkin telah membuat langit ke tujuh mengabulkan doa kesempatan menjadi salah satu delegasi Indonesia di
si gadis kecil yang kini telah tumbuh dewasa, dan telah The Harvard Project of Asian and Internasional Relations
bekerja sesuai panggilan jiwanya, menjadi abdi rakyat. di Hong Kong. Beberapa hari kemudian saya pun harus
mempresentasikan seminar hasil di depan dewan penguji
Ada dua momen yang menimbulkan sengatan sensasi di UB. Alhamdulillah berjalan lancar dan indeks prestasi
di berbagai indera saya hanya dengan mengingatnya kumulatif (IPK) sementara saya waktu itu 4,00.
kembali. Pertama, ketika saya diterima tes sebagai CPNS.
Kedua, ketika saya diterima sebagai salah satu penerima Sebulan kemudian saya harus bersiap berangkat ke
beasiswa S2 Linkage Pusbindiklatren Bappenas. Pada Negeri Matahari Terbit untuk melanjutkan studi di The
momen pertama, saya berjanji sebaik mungkin mengabdi National Graduate Institute for Policy Studies (GRIPS).
sebagai pelayan negara. Pada momen kedua, saya Sungguh tidak mudah bagi saya untuk meninggalkan
berjanji untuk belajar sekeras mungkin karena beasiswa tanah air. Satu yang menjadi lecutan motivasi adalah
yang saya terima adalah dari uang negara dan uang keinginan memperkenalkan Indonesia kepada dunia.
rakyat Indonesia.
Mahasiswa Economics, Planning and Public Policy Indonesia dan Jepang. Pada akhir masa kuliah, saya
(EPP) di GRIPS diharuskan mengambil 30 satuan kredit mendapat kesempatan untuk mengikuti The 19th
semester (SKS) dan diberikan kesempatan untuk transfer World Festival of Youth and Students di Rusia dengan
kredit sebanyak 10 SKS. Namun, saya memilih tidak akomodasi ditanggung semua oleh Departemen Federal
mengambil transfer kredit karena saya berpikir ini adalah Kepemudaan Rusia.
kesempatan sekali seumur hidup saya untuk belajar
banyak dari atmosfer pendidikan di Jepang. Triwulan Sepulang ke Indonesia, saya melaksanakan yudisium
pertama, saya mengambil 33 SKS yang membuat di Universitas Brawijaya dengan predikat cumlaude
Profesor Hara, Profesor Kudo, dan Profesor Kawano dan memperoleh IPK 4,00. Total SKS yang saya ambil
sangat khawatir terhadap kesehatan serta kemampuan adalah 80 SKS, 33 di Universitas Brawijaya dan 47 di
saya untuk lulus mata kuliah. Alhamdulillah, saya bisa GRIPS, Jepang. Banyak sekali ilmu yang saya dapat.
membayar kepercayaan mereka untuk bisa lulus semua Terima kasih Pusbindiklatren Bappenas untuk semua
mata kuliah. pengalaman, ilmu, kedewasaan cara berpikir, dan
kebijaksanaan hidup yang saya peroleh selama 2,5
Pada masa studi di GRIPS, saya mendapatkan lowongan tahun masa studi. Terima kasih juga karena telah
untuk menjadi pengurus International Student Council mewujudkan mimpi masa kecil saya untuk mengabdikan
(ISC). Saya pun menominasikan diri menjadi sekretaris. setetes keringat untuk Indonesia. Bagi saya, mahasiswa
Sebenarnya saya takut tidak sanggup dalam menjalankan Indonesia di luar negeri tidak hanya berperan sebagai
amanat, tetapi hati kecil saya berbisik, "demi Indonesia!" pelajar, tetapi juga sebagai duta bangsa yang dapat
Saya pun terpilih menjadi Sekretaris ISC masa jabatan menunjukkan ke mata dunia tentang keindahan budaya
2016–2017. dan kepribadian bangsa. Doomo Arigatou Gozaimashita,
Pusbindiklatren Bappenas! g
Sebagai sekretaris ISC, saya membuat berbagai inisiatif,
seperti Regular Weekly Reminder dan Opportunity Foto: Dok. Penulis
for International Platform. Kegiatan ini bertujuan agar
mahasiswa international GRIPS dapat memperoleh
pengalaman berharga selama berada di Jepang serta
memfasilitasi pertukaran budaya antara Jepang dan
dunia internasional. Di sini, mahasiwa GRIPS juga dapat
mengetahui beberapa kesempatan konferensi, lomba,
maupun beasiwa short course di berbagai penjuru dunia.
Kegiatan lain yang saya lakukan bersama teman-teman
ISC di Summer Program antara lain Student Conference,
Public Organization Tour, Sport and Cultural Event, World
Ambassador Tour, Student Workshop, Student Exchange,
dan masih beberapa lagi.
Teguh Iman
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Provinsi Kalimantan Selatan
M
enjadi seorang Aparatur Sipil Negara Saya pun coba mendaftar untuk menjadi salah
(ASN) sejak tahun 2006 adalah sebuah satu peserta program SE ke Jepang tersebut. Saya
kebanggaan tersendiri. Dengan menjadi berencana untuk mengambil topik Public Private
ASN saya memiliki kesempatan untuk berkontribusi Partnership (PPP). Alasan saya untuk mengambil
langsung terhadap proses pembangunan negara topik ini adalah karena Jepang merupakan salah
Indonesia yang saya cintai. satu negara yang telah menerapkan skema
pembiayaan pembuatan infrastruktur publik dengan
Saat ini, saya bertugas di Bidang Sosial, Budaya, bantuan sektor swasta. Konsep pembiayaan
dan Pemerintahan di Bappeda Provinsi Kalimantan dengan melibatkan sektor swasta ini merupakan
Selatan. Salah satu hal penting yang diperlukan salah satu inovasi pembiayaan pembangunan yang
dalam membuat perencanaan pembangunan dapat dilakukan.
yang baik adalah inovasi. Untuk itu, pada awal
tahun 2017, saya mencari informasi tentang Pemerintah Indonesia sendiri telah membuat
pelatihan-pelatihan untuk memacu inovasi dalam Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 tentang
perencanaan pembangunan. Kerja Sama Pemerintah Badan Usaha yang
mengatur tentang keterlibatan pihak swasta dalam
Pada akhirnya, saya tertarik dengan surat pembiayaan infrastruktur publik. Pembiayaan
penawaran pelatihan singkat yang dikeluarkan oleh pembangunan untuk negara yang sedang
Pusbindiklatren Bappenas. Program yang bernama berkembang seperti Indonesia, dan lebih
Staff Enhancement (SE) ini bertujuan untuk khususnya Provinsi Kalimantan Selatan, merupakan
meningkatkan kapasitas perencana pemerintah di suatu hal yang dapat menjadi hambatan. Hal ini
tingkat provinsi/kabupaten/kota. Pusbindiklatren timbul karena banyaknya pembiayaan proyek
Bappenas menyediakan 4 (empat) topik pilihan, pembangunan yang harus dilakukan oleh
yaitu Urban Planning, Waste Management, Public pemerintah, tetapi dibatasi oleh kemampuan
Private Partnership (PPP), dan Local Economic finansial.
Development (LERD).
C
atatan ini berawal dari permintaan Badan Sejak saat itu, saya memantapkan diri untuk
Standardisasi Nasional (BSN) untuk berbagi mengambil jalur karier sebagai Pejabat Fungsional
informasi tentang Jabatan Fungsional Perencana (PFP). Pada April 2014, bersamaan
Perencana (JFP) di Kementerian Kelautan dan dengan KP III/b, Surat Keputusan Penetapan Angka
Perikanan (KKP) dan Kementerian Perdagangan Kredit (SK PAK) saya terbit dengan Angka Kredit (AK)
serta sharing di grup whatsapp Asosiasi Perencana 153 sebagai PFP Pertama di KKP. Hingga tahun 2017,
Pemerintah Indonesia (AP2I) Nasional. Ternyata saya sudah 3 (tiga) kali mengajukan AK dan salah
banyak yang tertarik dengan materi yang saya satunya masih dalam proses penilaian (satu periode/
sampaikan untuk didiskusikan. Semoga bermanfaat. tahun). Total AK yang saya peroleh 495,26 dengan
posisi pangkat III/c sebagai PFP Muda.
Desember 2009, saya tercatat sebagai Pegawai
Negeri Sipil (PNS) di Biro Perencanaan KKP. Mengumpulkan Angka Kredit memang tidak
Pada September 2013, saya mengikuti Pelatihan semudah yang dibayangkan karena AK yang
Fungsional Perencana Pertama. Saat itu, saya diperoleh naik-turun. Hal ini terjadi lebih banyak
tidak paham mengenai fungsional dan struktural, karena faktor teknis. Belajar dari kesalahan, saya
hanya ada niat belajar tentang perencanaan. Saya mengambil pengalaman yang sangat berharga
mengikuti pelatihan selama 7 (tujuh) minggu di bahwa seorang perencana tidak sekadar dituntut
Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah ahli dalam merencanakan, tetapi juga harus baik dan
Mada (MAP UGM). rapi dalam pengadministrasian.
Setelah itu, saya menyampaikan dalam Berkarier di JFP tentunya harus mempunyai nilai
laporan pelatihan dan pertemuan internal di lebih dibanding berkarier di jabatan struktural,
Biro Perencanaan bahwa semua staf di Biro parameternya sederhana, yaitu naik pangkat 2 (dua)
Perencanaan, baik struktural maupun fungsional, tahun sekali. Sebagai analisis sederhana, apabila
diharapkan dapat mengikuti Pelatihan Fungsional seseorang diangkat menjadi PFP pada usia 25 tahun
Perencana Pertama karena dalam pelatihan ini dengan pangkat III/a maka untuk mencapai pangkat
diterangkan dengan gamblang mengenai substansi tertinggi IV/e hanya dibutuhkan waktu 16 tahun.
perencanaan. Artinya, ia bisa mencapai pangkat tertinggi dalam
karier PNS pada umur 41 tahun, usia yang masih
sangat muda untuk ukuran PNS. Hal ini tidak akan sesuai kebutuhan dan naik pangkat setiap 2 (dua)
mungkin tercapai apabila seseorang berkarier di tahun. Sementara "tepat" berarti AK yang diajukan
jabatan struktural, apalagi jika hanya berpendidikan mempunyai tingkat keakuratan yang tinggi serta
S1 maka sudah tentu akan mentok di pangkat III/d. sesuai dengan yang sudah direncanakan.
Seorang perencana harus mempunyai workplan Organisasi dan forum perencana sangat
yang jelas, schedule day to day, target mingguan penting sebagai sarana membuka wawasan dan
dan bulanan selama satu tahun, bahkan memperkuat jaringan. Dengan aktif di asosiasi
perencanaan hidup sampai pensiun. Dalam istilah perencana (AP2I), positioning JFP di instansinya
perencanaan disebut forecasting yang tepat atau akan lebih kuat. Hal ini diperkuat dalam Peraturan
dapat juga dibuat mind mapping sebagai pijakan Pemerintah No. 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
awal. Workplan yang dibuat tentunya harus PNS Pasal 101 Butir 2 yang menyebutkan bahwa
dijalankan dengan disiplin dan setiap aktivitas setiap pejabat fungsional wajib menjadi anggota
perlu dicatat setiap hari, apakah sudah on the track organisasi profesi Jabatan Fungsional.
ataukah melenceng dari yang sudah diagendakan.
Ibarat tubuh manusia, menulis merupakan napas
Hambatan terbesar dalam pencapaian target seorang PFP. Tanpa menulis, dapat dipastikan
biasanya muncul dari diri sendiri dengan berbagai seorang PFP akan gagal berkarier karena output
alasan seperti sibuk, tidak ada waktu, bingung PFP berupa tulisan. AK mustahil didapat apabila
memulai, malas, tidak didukung atasan, lingkungan PFP malas menulis. Perlu kebiasaan agar menulis
tidak mendukung, birokrasi lambat, dan lainnya. menjadi sebuah kebutuhan, bukan sekadar
Alasan dapat dibuat, tetapi apabila disiplin kewajiban. Sederhana saja, tulis semua aktivitas
dijalankan, hambatan pasti mudah diatasi. yang dilakukan, apapun itu. Tiada hari tanpa
menulis!
Kunci sukses berkarier dalam semua jabatan
fungsional termasuk di dalamnya JFP sebenarnya Perlu diingat bahwa PFP tidak hanya dituntut
sederhana. Intinya adalah menghasilkan AK dalam mengumpulkan AK. Peran dan kontribusi nyata dari
waktu yang cepat dan tepat. "Cepat" berarti dapat seorang perencana untuk organisasi merupakan
membuat dan mengajukan AK dalam waktu singkat kewajiban utama yang harus dijalankan. g
Tesis Pilihan
Pendidikan Gelar Pusbindiklatren
U
nited Nations (UN) kembali Pengentasan kemiskinan masih menjadi tugas
mengedepankan tantangan global berupa terberat bagi banyak negara di dunia termasuk
pengentasan kemiskinan dalam agenda Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik/BPS
Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 (2017), angka kemiskinan di Indonesia selama
yang merupakan kelanjutan dari Millenium beberapa tahun terakhir mengalami penurunan yang
Development Goals (MDGs) 2015. Salah satu tujuan melambat. Hingga Maret 2017 tercatat sebesar 10,64
pokok di antara tujuh belas goals dalam SDGs persen, angka ini jauh dari angka kemiskinan yang
tersebut adalah tidak ada kemiskinan dalam bentuk ditargetkan pada MDGs, yaitu sebesar 7,5 persen.
apapun di seluruh penjuru dunia.
45
39,05
40 37,17
34,97
35 32,53
31,02 30,02
29,13 28,6 28,17 28,55 28,28 27,73 28,59 28,51 28,01 27,76 27,77
30
25
20
15
10
5
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar
2012 2012 2013 2013 2014 2014 2015 2015 2016 2016 2017
Penduduk miskin (juta jiwa) Angka Kemiskinan (persen)
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh BPS perekonomian Aceh dengan kontribusi sebesar
selama periode tahun 1976–2016, kemiskinan 30,67 persen pada triwulan pertama 2017. Kondisi ini
Indonesia relatif didominasi oleh kemiskinan sangat berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di
pedesaan. IFAD (2011) menyatakan bahwa sekitar Aceh. Kinerja pada sektor pertanian yang cukup baik
70 persen penduduk Indonesia yang tinggal di ternyata kurang sebanding dengan kesejahteraan
pedesaan bekerja di bidang pertanian dan citra petani dan buruh tani yang identik dengan
penduduk miskin sering kali melekat pada penduduk kemiskinan. Jumlah penduduk miskin tersebut lebih
yang pekerjaannya tergolong di sektor pertanian. banyak berada di pedesaan.
Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat Berdasarkan data BPS pada tahun 2016, penduduk
berperan hingga saat ini dalam perekonomian miskin di Aceh usia 15 tahun ke atas yang bekerja
Indonesia, karena sektor tersebut mendominasi di sektor pertanian sebesar 43,63 persen, sektor
penyerapan tenaga kerja. Menurut data BPS, pada nonpertanian sebesar 15,74 persen, dan 40,63
tahun 2013, terdata 38,07 juta orang atau 34,6 persen tidak bekerja. Besarnya penduduk miskin
persen dari total seluruh tenaga kerja Indonesia yang bekerja di sektor pertanian berkaitan dengan
berada di sektor pertanian. Meskipun kondisi pendapatan petani dan buruh tani yang rendah, bila
perekonomian Indonesia sudah lebih baik, yang dibandingkan dengan upah di sektor lainnya.
ditandai oleh kontribusi sektor pertanian mengecil
(13,59 persen) pada kuartal pertama 2017, tingkat Kemiskinan ini dibuktikan oleh Survei Pendapatan
kemiskinan di pedesaan masih relatif tinggi. Petani (SPP) 2013 yang menunjukkan rata-rata
pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP)
Kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian sangat rendah. Rata-rata pendapatan RTUP Aceh
Aceh sangat berbeda dengan Indonesia. dari usaha pertanian tercatat sebesar 11,2 juta per
Sektor pertanian masih sangat dominan dalam tahun atau sekitar 934 ribu per bulan dan hanya
mencakup 45,71 persen dari total pendapatan RTUP Teknik sampling dan ukuran unit sampel yang
sebesar 24,5 juta rupiah per tahun. Sementara dipakai dalam penelitian ini adalah rumah tangga
pendapatan yang disumbang dari luar usaha yang pendapatan utamanya berasal dari sektor
pertanian seperti pendapatan dari usaha di luar pertanian. Gambar 2 merupakan bagan yang
sektor pertanian, buruh pertanian, buruh di luar menggambarkan alur pemilihan unit sampel
pertanian, dan pendapatan lain totalnya mencapai penelitian.
54,29 persen.
METODE ANALISIS DATA
Kondisi ini sangat memprihatinkan karena penduduk Metode analisis yang akan digunakan dalam
miskin bekerja di sektor pertanian, padahal sektor penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu
pertanian merupakan sektor andalan dalam analisis deskriptif dan analisis inferensial. Untuk
perekonomian Aceh. Berdasarkan pertimbangan mengidentifikasi determinan status kemiskinan
ini maka analisis tentang berbagai faktor yang RTUP di Aceh, digunakan model regresi logistik
menentukan kemiskinan di sektor pertanian sangat biner. Dalam model ini, variabel dependen
penting agar dapat dihasilkan rekomendasi dalam mengambil nilai 1, jika rumah tangga di bawah
mengurangi penduduk miskin di Aceh. Salah satunya garis kemiskinan. Sebaliknya, variabel dependen
dengan mengentaskan tingkat kemiskinan RTUP. mengambil nilai 0, jika di atas garis kemiskinan.
Diversifikasi Pendapatan
Tidak Diversifikasi .676 .000 1.967
Diversifikasi*
Pemanfaatan
Fasilitas Koperasi
Tidak Memanfaatkan .258 .110 1.295
Memanfaatkan*
Subsidi/Bantuan yang
Diterima
Tidak Memanfaatkan .305 .000 1.356
Memanfaatkan*
Wilayah Tempat Tinggal
Barat .044 .389 1.045
Tengah -.063 .296 939
Timur
Constant -.718 .003 .488
Sumber: Hasil Regresi
• Faktor utama yang memengaruhi kemiskinan • Perlunya peran pemerintah dalam mengadakan
dalam penelitian ini adalah umur KRT, jenis program yang dapat meningkatkan
kelamin, pendidikan KRT, jumlah ART, peran perempuan kepala keluarga dalam
kepemilikan lahan, subsektor pertanian, mengembangkan potensinya. g
diversifikasi pendapatan, pemanfaatan fasilitas
Foto: www.distanagara.blogspot.com
koperasi pertanian, pemanfaatan subsidi sesuai
peruntukannya, dan wilayah tempat tinggal.
Faktor-faktor ini diidentifikasi karena penting
dalam meningkatkan taraf hidup rumah tangga
pertanian.
• Perlu adanya program yang spesifik dalam
dalam menurunkan tingkat kemiskinan rumah
tangga pertanian seperti meningkatkan subsidi
yang tepat peruntukannya bagi usaha pertanian,
meningkatkan pendidikan terutama penyuluhan-
penyuluhan pertanian khususnya kepada petani
usia muda. Implementasi program keluarga kecil
dalam rumah tangga sektor pertanian penting
dalam menurunkan tingkat kemiskinan.
• Pemberian bantuan lahan didukung manajerial
dalam pengelolaan keuangan agar rumah
tangga mampu memanfaatkan dana secara
lebih efektif dan efisien.
REFERENSI Oginni, A., Ahonsi, B., & Ukwuije, F. (2013). Are Female-
Adenuga A. H, Omotesho O. A, Ojehomon V.E.T, Diagne Headed Households Typically Poorer than Male-
A, Olorunsanya E.O, & Adenuga O. M. (2013). Headed Households in Nigeria. The Journal Of
Poverty Analysis of Rice Farming Household: A Socio-Economics, 132–137.
Multidimensional Approach. Albanian j. agric. sci, Rabbi, F., Abdullah, Ahamad, R., Ali, S., Chandio,
641–651. A., Ahmad, W., et al. (2016). Determinants of
Badan Pusat Statistik (BPS). (2013). Laporan Hasil Commercialization and Its Impact On The Welfare
Sensus Pertanian 2013 (Pencacahan Lengkap). of Smallholder Rice Farmers by Using Heckman's
BPS: Jakarta-Indonesia. Two-Stage Approach. Journal of The Saudi Society
of Agricultural Science, 1–10.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2017). Data dan Informasi
Kemiskinan Kabupaten/Kota Tahun 2016. BPS: Seid, E., & Singh, G. (2016). Determinants of Farm
Jakarta-Indonesia. Household Poverty Status in South Wollo Zone,
Amhara Regional State, Ethiopia. International
Bogale A, Hagerdorn K, & Korf B. (2005). Determinants Journal of Research in Economics and Social
of Poverty in Rural Ethiopia. Quarterly Journal of Science, 322–329.
International Agriculture, 101–120.
Sibande, L., Balley, A., & Davidova, S. (2015). The Impact
Etim, A., & Udoh, J. (2013). The Determinants of of Farm Input Subsidies on Household Welfare in
Rural Poverty in Nigeria. International Journal Malawi. Agriculture in an Interconnected World.
of Agricultural Management and Development,
141–151. Tambo, J., & Wunscher, T. (2017). Farmer-Led Innovation
and Rural Household Welfare: Evidence from
Igbalajobi, O., Fatuase, A., & Ajibefun, I. (2013). Ghana. Journal of Rural Studies, 263–274.
Determinants of Poverty Incidence Among Rural
Farmers in Ondo State, Nigeria. American Journal United Nations. (2015). Transforming Our World: The
of Rural Development, 131–37. 2030 Agenda for Sustainable Development.
General Assembly 4th Plenary Meeting.
Ma, W., & Abdulai, A. (2016). Does Cooperative
Membership Improve Household Welfare? Evidence Wekke, I., & Cahaya, A. (2015). Fishermen Poverty And
from Apple Farmers in China. Food Policy, 94–102. Survival Strategy: Research On Poor Household In
Bone Indonesia. Procedia Economics and Finance,
Motuma, F., & Rajan, D. (2016). Analyzing Determinants 7–11.
of Rural Poverty in Kuyu Woreda, North Shoa,
Oromia Refional State, Ethiopia. Journal of Poverty, World Bank. (2005). Understanding The Determinants of
Investment and Development, 62–70. Poverty. Poverty Manual, JH Revision, Chapter 8.
Mukherjee, S., & Benson, T. (2003). The Determinants World Bank. (2015). Poverty. World Development Report.
of Poverty in Malawi, 1998. World Development, Zhiyi, G. & Ye, C. (2008). The Investment of Human
339–358. Capital of Peasant Household and The Growth of
Ningaye, P., Ndjanyou, L., Saakou, M. G.. (2011). Farmer's Income. Front.Econ.China, 296–311.
Multidimensional Poverty in Cameroon:
Determinants and Spatial Distribution. African
Economic Research Consortium, (Jan., 2011).
PROFIL PENULIS
Odoh, N., & Nwibo, S. (2013). Linkage Effects of Rural
Ridha Mutia merupakan Staf Badan Pusat Statistik
Non-Farm Income Diversification on Poverty
(BPS) Provinsi Aceh; Alumni Beasiswa S2 Dalam
Reduction Among Farm Household in Southeast,
Negeri Pusbindiklatren Bappenas di Magister Ilmu
Nigeria. International Journal of Science And Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Research (IJSR), 350–355.
M
onitoring dan evaluasi merupakan bagian kecukupan usaha yang sudah dilakukan untuk
penting dalam tahapan pelaksanaan mencapai output atau perlu ada usaha lain yang
pembangunan. Proses ini merupakan harus dilakukan. Monitoring dan evaluasi juga
tahapan untuk menilai capaian kinerja kegiatan memberikan gambaran tentang kesesuaian proses
yang kemudian dilakukan review atas dampak yang perencanaan yang telah dilakukan terhadap fokus
ditimbulkan dari pencapaian kinerja tersebut. dan target yang ditetapkan.
Pengukuran capaian kinerja dan dampak yang Pengembangan metode monitoring dan evaluasi
ditimbulkan adalah titik krusial dalam tahap dilakukan semua negara untuk mencari bentuk yang
pelaksananaan pembangunan karena akan paling ideal sesuai dengan karakteristik dan kondisi
memberikan gambaran seberapa besar hasil dari khusus yang dimiliki. Metode yang tepat ditambah
usaha yang dilakukan. Dengan kata lain, mengukur dengan pelaksanaan yang benar akan memberikan
tingkat kepercayaan pada pemerintah dalam Training of Trainer (ToT) Monitoring and Evaluasi
pelaksanaan pembangunan. Hal ini akan sangat yang merupakan pelatihan linkage antara
berarti pada langkah menuju good governance Universitas Gadjah Mada (UGM), Indonesia,
bagi pemerintah dengan monitoring dan evaluasi dan Takushoku University, Jepang. Pelatihan
sebagai poin penting untuk mencapai akuntabilitas. ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas
Inilah yang menjadi tantangan di Indonesia saat dan kapabilitas trainer Pelatihan Monitoring
ini. Monitoring dan evaluasi belum dilakukan dan Evaluasi yang melibatkan akademisi dari
dengan baik dan bahkan hanya sekadar untuk beberapa universitas yang bekerja sama dengan
memenuhi amanat peraturan perundangan. Proses Pusbindiklatren, perwakilan Bappenas, dan
yang hanya "sekadar" tersebut membuat hasil Pemerintah Daerah.
monitoring dan evaluasi tidak digunakan sebagai
alat pengembangan kebijakan. Ini berarti siklus Salah satu agenda pelaksanaan di UGM adalah me-
perencanaan pembangunan yang diamanatkan review kurikulum Pelatihan Monitoring dan Evaluasi
Undang-Undang (UU) No. 25 Tahun 2004 tentang yang reguler dilaksanakan oleh Pusbindiklaten
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dengan beberapa kampus di Indonesia. Review
tidak terlaksana sesuai maksud peraturan tersebut. ini bertujuan untuk mengadopsi perkembangan
pelaksanaan monitoring dan evaluasi di Indonesia.
Lemahnya pelaksanaan monitoring dan evaluasi Adapun pelaksanaan selama di Jepang lebih
di Indonesia menjadi preseden buruk dalam fokus pada proses pembelajaran dari pelaksanaan
pelaksanaan pemerintahan. Jika tidak dilakukan monitoring dan evaluasi di instansi pemerintah
langkah super cepat utuk memperbaikinya maka maupun lembaga lain. Jepang dipilih sebagai
kepercayaan kepada pemerintah pun akan turun. lokasi pembelajaran karena dianggap telah maju
Hal yang perlu segera dilakukan adalah memperkuat dalam penerapan monitoring dan evaluasi untuk
demand hasil monitoring dan evaluasi yang pengembangan kebijakan pembangunan.
berkualitas dalam pengembangan kebijakan ke
depan. Salah satu yang segera dapat dilakukan REVIEW PELAKSANAAN TOT MONITORING DAN
adalah memperbanyak sumber daya manusia yang EVALUASI DI UGM, INDONESIA
mampu melaksanakan monitoring dan evaluasi. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi perencanaan
diamanatkan oleh UU No. 25 Tahun 2004 tentang
Pengembangan monitoring dan evaluasi SPPN khususnya pada pasal 28 dan 29. Setiap
memerlukan sumber daya manusia, baik dari dalam satuan kerja pemerintah harus melaksanakan
pemerintahan maupun luar pemerintahan, seperti pengendalian dan evaluasi pada rencana
akademisi dan konsultan. Penyediaan sumber daya pembangunan yang dijadikan dasar penyusunan
yang cukup dalam bidang monitoring dan evaluasi perencanaan berikutnya. Amanat pengendalian
adalah sebuah jalan untuk penyebarluasan metode dan evaluasi tersebut kemudian dijabarkan
dan pelaksanaan yang baik. Sumber daya manusia kembali pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 39
yang mumpuni di bidang monitoring dan evaluasi Tahun 2006 dan PP No. 8 Tahun 2008. Meskipun
sangat dibutuhkan di setiap level pemerintah pengendaliaan dan evaluasi menjadi kewajiban
sebagai sumber informasi dan juga sebagai bagi instansi pemerintah, tetapi pada kenyataannya
evaluator di setiap pelaksanaan pembangunan. pelaksanaan monitoring dan evaluasi masih
dilakukan ala kadarnya, tidak memenuhi kaidah yang
Bappenas sebagai leading sector bidang telah ditetapkan dalam peraturan. Monitoring dan
perencanaan di Indonesia telah melakukan evaluasi lebih sering dilakukan sebagai pemenuhan
pengembangan sumber daya melalui kelengkapan penyelenggaraan pemerintah. Hal
Pusbindiklatren. Salah satunya adalah program ini yang menjadi kelemahan pelaksanaan good
governance di Indonesia. Salah satu kendala yang dengan menyusun perencanaan yang realistis
sering diungkapkan daerah adalah keterbatasan dengan indikator kinerja yang terukur. Pelaksanaan
sumber daya manusia yang memiliki pemahaman pembangunan juga telah dilakukan dengan
yang baik dalam penyelenggaraan monitoring transparan dan akuntabel sehingga memudahkan
dan evaluasi. Meskipun telah dilakukan banyak pelaksanaan monitoring dan evaluasi. Yang paling
pelatihan khususnya bagi pemerintah daerah, tetapi penting adalah memanfaatkan hasil monitoring dan
kebutuhan pengembangan sumber daya manusia evaluasi untuk pengembangan kebijakan ke depan.
masih tinggi, mengingat seringnya mutasi Aparatur Namun, masih banyak daerah yang mengalami
Sipil Negara (ASN) di tiap-tiap daerah. kendala pada tahapan ini. Beberapa masalah lain
yang dihadapi daerah, yaitu lemahnya indikator,
Inti kegiatan monitoring dan evaluasi adalah perencanaan yang kurang fokus, belum tersusunnya
mengukur capaian rencana pembangunan. Oleh metode pengukuran kinerja, proses pelaksanaan
karena itu, proses monitoring dan evaluasi sangat yang kurang akuntabel, hingga penyelenggaraan
dipengaruhi kualitas proses penyusunan rencana monitoring dan evaluasi yang ala kadarnya.
khususnya pada penetapan target kinerja baik
output maupun outcome. Beberapa daerah di Permasalahan tersebut menjadi pembahasan dalam
Indonesia telah menunjukkan perubahan signifikan ToT selama penyelenggaraan di UGM. Ruang
dalam mencapai good governance seperti diskusi dari setiap peserta dibuka secara luas
Kabupaten Banyuwangi, Kota Surabaya, Provinsi untuk mendapatkan perspektif yang berimbang.
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Provinsi DKI Pemerintah pusat yang diwakili oleh Bappenas
Jakarta, dan banyak lainnya. Semua proses diawali memiliki perspektif yang terkadang berbeda
dengan perwakilan dari daerah yang diwakili oleh pelaksana proses perencanaan hingga monitoring
Pemerintah Provinsi DIY, Pemerintah Kota Batu, dan dan evaluasi. Selain itu, peserta juga berkunjung ke
Pemerintah Kabupaten Tabanan, serta pandangan Kota Baru Yukarigaokka, sebuah kota satelit di timur
dari akademisi yang mewakili beberapa universitas Tokyo yang dibangun oleh swasta untuk melihat
ternama di Indonesia. Dari setiap sesi diskusi evaluasi yang dilakukan terhadap pelaksanaan
dengan topik khusus tersebut diperoleh informasi pembangunan kota satelit mampu memberi arah
yang dibutuhkan dalam melakukan pengayaan pengembangan kota sehingga dapat berkembang
Kurikulum Pelatihan Monitoring dan Evaluasi yang dengan baik dan mandiri. Sementara untuk proyek
diselenggarakan oleh Pusbindiklatren bekerja tingkat nasional, peserta diajak berkunjung ke
sama dengan beberapa universitas ternama di Hokkaido untuk melihat pengembangan stasiun
Indonesia. Titik pandang yang penting selama kereta cepat (shinkansen) yang menghubungkan
penyelenggaraan tersebut adalah nantinya peserta Pulau Hokkaido dengan Tokyo. Proyek ini terbilang
Pelatihan Monitoring dan Evaluasi Pusbindiklatren prestisius mengingat jumlah dana yang dikeluarkan,
dapat melakukan review dokumen perencanaan di tetapi hingga beroperasi selama 2 (dua) tahun belum
daerah asal masing-masing sehingga mereka dapat terjadi peningkatan penumpang sebagaimana
menyusun rencana pelaksanaan monitoring dan desain awal. Tim pengajar juga menyampaikan
evaluasi di instansi mereka. tentang monitoring dan evaluasi yang dilakukan
dalam proyek Japan International Cooperation
REVIEW PELAKSANAAN TOT MONITORING DAN Agency (JICA) yang dilaksanakan di beberapa
EVALUASI DI TAKUSHOKU UNIVERSITY, JEPANG negara, termasuk Indonesa.
ToT Monitoring dan Evaluasi di Jepang
diselenggarakan di kampus Takushoku University Selama pelatihan di Jepang, banyak hal yang
selama 2 (dua) minggu. Fokus pelaksanaan pelatihan dapat diambil untuk pengembangan pelaksanaan
ini adalah untuk menggali metode monitoring pembangunan khususnya bagi kami di daerah.
dan evaluasi yang dilakukan di Jepang serta best Yang utama adalah strategi Pemerintah Jepang,
practice di beberapa lembaga, baik pemerintah baik pusat maupun daerah, dalam membangun
maupun swasta. Tim pengajar dari Takushoku sistem monitoring dan evaluasi yang dimulai dengan
University dipimpin oleh Profesor Fujimoto. Sebagai penyusunan perencanaan yang andal. Mereka
perkenalan pada situasi Jepang, pada awal pelatihan secara sistematis menggunakan data hasil evaluasi
disampaikan isu yang berkembang yang menjadi sebagai dasar penyusunan perencanaan dan
perhatian pemerintah Jepang, seperti kondisi menerapkan project cycle management secara rinci
perekonomian serta aging population di Jepang. dan terukur. Inovasi dilakukan berdasarkan hasil
Materi lain yang disampaikan di antaranya Project kajian dan evaluasi keadaan terkini sehingga dapat
Cycle Management, PDCA Cycle, Project City menjamin kegiatan berikutnya dilaksanakan lebih
Management (PCM), dan tentang Post Evaluation baik. Dari segi metode monitoring dan evaluasi,
in Project Cycle. Materi tersebut merupakan dasar sebenarnya tidak jauh berbeda dengan prinsip yang
pelaksanaan proses monitoring dan evaluasi yang dianut pemerintahan di Indonesia, tetapi kembali
dianut beberapa lembaga di Jepang. kepada kesadaran "user", khususnya pemangku
kebijakan, untuk menggunakan data dari hasil
Hal yang menarik dalam proses pelatihan ini monitoring dan evaluasi tersebut. g
adalah mengetahui langkah-langkah Pemerintah
Jepang dalam membangun sistem perencanaan
pembangunan yang berujung pada evaluasi secara PROFIL PENULIS
terintegrasi dan fokus. Untuk melihat proses lebih Made Dedy Darmasaputra, S.T., M.T., MMG. merupakan Staf
jauh, peserta berkujung ke Kantor Pemerintah Bappeda Kabupaten Tabanan, Bali
D
iterbitkannya Peraturan Pemerintah (PP) Pada intinya, PP No. 17 Tahun 2017 menekankan
No. 17 Tahun 2017 tentang Sinkronisasi bahwa program/kegiatan/proyek yang bersifat
Proses Perencanaan dan Penganggaran Prioritas Nasional harus bisa dikawal sejak
Pembangunan Nasional membawa momentum proses perencanaan, penganggaran, hingga
perubahan kebijakan dalam proses perencanaan pelaksanaannya. Untuk itu, diperlukan adanya
dan penganggaran pembangunan. ketegasan dan kepastian hukum mengenai
"siapa berbuat apa". Hal ini untuk memastikan
A. PENDAHULUAN bahwa perencanaan pembangunan benar-benar
Semula, penyusunan perencanaan dan dianggarkan dan diimplementasikan sehingga
penganggaran dilakukan dengan pendekatan pembangunan nasional yang berkualitas, efektif,
penganggaran berbasis kinerja (money follows dan efisien dapat diwujudkan. Dengan demikian,
function). Dengan adanya PP No. 17 Tahun 2017, koordinasi serta mekanisme kerja yang baik
penyusunan perencanaan dan penganggaran antara Kementerian Keuangan, Bappenas, dan
mengalami perubahan, yaitu dengan pendekatan kementerian/lembaga (K/L) lainnya menjadi kunci
penganggaran berbasis program (money follows utama dari peningkatan kualitas perencanaan dan
program). PP ini menjadi penghubung antara penganggaran.
Undang-Undang (UU) No. 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara dan UU No. 25 Tahun 2004 Penyusunan perencanaan dan penganggaran tahun
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan 2019 merupakan tahun kedua implementasi PP
Nasional (SPPN). tersebut. Akan sangat wajar apabila dalam proses
pelaksanaannya masih terdapat permasalahan pendanaan, serta dalam satu kesatuan wilayah dan
sehingga dibutuhkan berbagai adaptasi dan keterkaitan antarwilayah.
pencarian format yang ideal. Tidak menutup
kemungkinan bahwa masih banyak yang belum Di dalam Pasal 2 disebutkan bahwa PP ini mengatur
mengetahui adanya PP ini sehingga masih perlu mengenai:
disosialisasikan kepada para pemangku kepentingan a. kaidah perencanaan dan penganggaran
untuk mendapatkan umpan balik berupa saran dan pembangunan nasional;
masukan serta agar terdapat kesepahaman dalam b. evaluasi kinerja pembangunan dan kinerja
penyelenggaraan pembangunan nasional. anggaran serta kebijakan tahun berjalan;
c. perencanaan dan penganggaran;
Secara substansi, PP No. 17 Tahun 2017 mengatur d. pembahasan Rancangan Undang-Undang
tentang pengawalan program/kegiatan/proyek tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
yang menjadi Prioritas Nasional. Namun, secara Negara serta nota keuangan;
filosofi, PP ini dapat dikembangkan dan ditularkan ke e. penelaahan RKA K/L dan penerbitan DIPA;
semua hal yang terkait dengan koridor sinkronisasi f. pemutakhiran RKP;
perencanaan dan penganggaran, baik yang sifatnya g. pelaksanaan anggaran;
untuk kepentingan internal (misalnya dalam sektor), h. pengendalian, pemantauan, dan pelaporan;
horizontal (misalnya antarsektor atau multisektor), serta
maupun vertikal (misalnya pusat dan daerah). i. sistem informasi perencanaan dan
penganggaran.
perencanaan pembangunan yang lebih holistik, sedangkan penganggaran tanpa perencanaan akan
integratif, tematik, dan spasial dari berbagai program menghasilkan pemborosan dalam pembangunan.
prioritas yang sejalan dengan visi dan misi presiden. Tidak menutup kemungkinan setiap sektor
Tujuan dari pelaksanaan money follows program hingga subsektornya memiliki berbagai dokumen
adalah untuk mewujudkan hasil pelaksanaan perencanaan. Akan tetapi, apabila program/
pembangunan yang langsung dapat dirasakan kegiatan/proyek yang ada di dalamnya tidak
manfaatnya oleh masyarakat luas. ditindaklanjuti dengan penganggaran maka berbagai
dokumen perencanaan tersebut hanya akan menjadi
Kebijakan money follows function terkesan lebih arsip. Hal ini menunjukkan bahwa sinkronisasi
kepada “bagi-bagi kue”. Dalam artian, semua tugas perencanaan dan penganggaran harus menjadi
dan fungsi K/L harus berjalan dan mendapatkan kebutuhan semua pihak. Sebagai contoh, Dinas
jatah anggaran. Hal ini berbeda dengan kebijakan Pertanian di suatu kabupaten/kota butuh untuk
yang baru, yakni tidak semua fungsi harus menyinkronkan perencanaan dan penganggaran
mendapatkan anggaran. Perubahan kebijakan setiap subsektor yang menjadi kewenangannya
ini diharapkan akan mengubah paradigma dalam agar tercapai hasil yang lebih optimal sesuai dengan
penyusunan perencanaan dan penganggaran potensi dan karakteristik daerahnya.
pembangunan nasional serta mendorong terjadinya
sinergi dan integrasi pembangunan antarsektor, baik Di sisi lain, suatu instansi/lembaga kadang terlalu
di pusat maupun daerah. Program yang menjadi asyik dan fokus pada kepentingan sektornya
Prioritas Nasional dapat dikerjakan secara bersama- sehingga dalam proses perencanaannya tidak
sama dan fokus sehingga akan tercipta efektivitas mempertimbangkan kepentingan sektor yang
dan efisiensi. Harapan ke depan, tidak akan ada lain. Padahal dalam implementasinya, produk
lagi cerita pembangunan yang seharusnya mampu perencanaan tersebut dapat saling terkait dengan
diselesaikan dalam kurun waktu tertentu, bertambah sektor yang lain. Keterkaitan tersebut bisa saling
waktunya hingga beberapa tahun atau bahkan tidak mendukung atau bahkan saling berbenturan
terselesaikan sama sekali. sehingga memunculkan konflik kepentingan
antarsektor. Ada program/kegiatan/proyek yang
Kaitannya dengan daerah, usulan kegiatan yang ketika dikerjakan bersama hasilnya akan lebih
diajukan kepada K/L harus disesuaikan dengan optimal. Sebaliknya, ada pula program/kegiatan/
program/kegiatan/proyek yang telah ditetapkan proyek yang apabila dikerjakan oleh suatu sektor
sebagai Prioritas Nasional. Pemerintah daerah akan merugikan sektor yang lain. Sebagai contoh,
juga harus menyiapkan readiness criteria yang beberapa waktu lalu terjadi konflik kepentingan
ditetapkan oleh K/L seperti proposal, masterplan, antara Kementerian Pertanian dan Kementerian
detail engineering design (DED), lahan, dan Perdagangan terkait kebijakan impor beras.
sebagainya. Untuk itu, Prioritas Nasional yang sudah Oleh karena itu, sinkronisasi perencanaan dan
disetujui presiden sebaiknya segera disebarkan ke penganggaran multisektor juga penting untuk
daerah agar daerah memiliki lebih banyak waktu dilaksanakan.
untuk melakukan persiapan.
Contoh lainnya, dalam rangka percepatan
2. Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran pembangunan sektor sanitasi, saat ini di daerah
pada Kepentingan Internal, Horizontal, dan banyak dibentuk kelompok kerja (pokja) seperti
Vertikal Pokja Sanitasi, Pokja Air Minum dan Penyehatan
Perencanaan dan penganggaran dalam Lingkungan (AMPL), serta Pokja Perumahan dan
pembangunan ibarat dua sisi mata uang yang Kawasan Permukiman (PKP). Atas dasar dan
tidak dapat dipisahkan. Perencanaan tanpa kepentingan kementerian yang membentuknya,
penganggaran hanya akan mengahasilkan harapan, ketiga pokja ini memiliki struktur organisasi dan
Foto: www.freepik.com
Contoh di tingkat daerah, kepala daerah
yang mempunyai visi terkait pengembangan
industri pariwisata dapat memfokuskan dan
mengintegrasikan setiap program/kegiatan/proyek
di tiap OPD untuk mendukung kegiatan pariwisata.
Di daerah, perubahan paradigma dapat dimulai
dari penguatan OPD yang membidangi urusan
perencanaan, misalnya saja nomenklaturnya adalah
Bappeda. Bappeda harus mampu memengaruhi
kebijakan yang akan dibuat oleh Tim Anggaran PROFIL PENULIS
Pemerintah Daerah (TAPD). Kepala Bappeda juga Maman Sukiman, S.T. adalah Perencana Ahli Muda di Bappeda
harus mampu mengarahkan bidang-bidang yang Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat
dibawahinya untuk melaksanakan integrasi dan (Pos-el: maman.sukiman@gmail.com)
S
ebagai amanat dari Undang-Undang Dasar Upaya perbaikan pengelolaan keuangan daerah,
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, khususnya perencanaan Anggaran Pendapatan dan
pemerintah harus mampu untuk mencapai Belanja Daerah (APBD), masih merupakan agenda
tujuan berbangsa dan bernegara melalui kegiatan strategis bagi percepatan peningkatan kesejahteraan
pembangunan. Kegiatan pembangunan dilakukan rakyat di daerah, yang merupakan inti dari kewajiban
dalam proses manajemen pemerintah yang efektif daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD),
dan efisien. Tahapan dalam proses pemerintahan dan Kepala Daerah. Salah satu permasalahan pokok
antara lain adalah perencanaan dan penganggaran. yang perlu direspons adalah kurangnya keterpaduan,
konsistensi, dan sinkronisasi perencanaan dengan
A. LATAR BELAKANG penganggaran. Secara normatif, perencanaan dan
Dalam Penjelasan Umum Peraturan Pemerintah penganggaran harus terpadu, konsisten, dan sinkron
Republik Indonesia No. 17 Tahun 2017 Tentang satu sama lain. Hal ini dikarenakan penganggaran
Sinkronisasi Proses Perencanaan dan Penganggaran adalah media untuk mewujudkan target-target kinerja
Pembangunan Nasional disebutkan bahwa untuk yang direncanakan. Tanpa perencanaan, SKPD
pengalaman Indonesia, terlihat sekali bahwa perlu (Organisasi Perangkat Daerah/OPD) cenderung tidak
adanya integrasi dan sinergi perencanaan dan fokus serta cenderung bersifat reaktif yang pada
penganggaran. Dalam sistem perencanaan dan akhirnya bermuara pada inefisiensi dan inefektivitas1.
penganggaran juga harus dibangun kesiapan daerah
dalam menyusun rencana. 1 https://swadaya.wordpress.com/2008/04/14/beberapa-permasalahan-umum-
alam-perencanaan-apbd/
daya saing suatu daerah dengan menciptakan dan efektif dalam rangka pencapaian sasaran
kompetensi inti bagi daerah tersebut agar dapat pembangunan nasional sesuai visi dan misi presiden
bersaing di tingkat global. Konsep ini sangat yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan
diperlukan agar sumber daya dan kemampuan yang Jangka Menengah Nasional (RPJM) dan Rencana
dimiliki oleh daerah diarahkan untuk menciptakan Kerja Pemerintah (RKP) dengan menggunakan
kompetensi inti. Ada dua konsep dalam membangun pendekatan tematik, holistik, integratif, dan spasial.
kompetensi inti melalui pendekatan Gerakan OVOP. Pendekatan penganggaran berbasis program
Pertama, konsep membangun produk unggulan, (money follows program) dengan model OVOP
yaitu mengembangkan produk lokal yang memiliki Budgeting Planning melalui (1) kerangka regulasi;
keunggulan dari sisi keunikan, kekhasan, dan dan (2) kerangka pelayanan umum dan investasi.
kemanfaatan yang lebih besar bagi pengguna
produk serta memberikan keuntungan yang besar Pertama, kerangka regulasi model OVOP Budgeting
bagi penghasil produk tersebut. Kedua, konsep Planning. Gerakan OVOP di Indonesia telah menjadi
membangun kompetensi inti daerah, dalam hal Prioritas Pembangunan Nasional. Pengembangan
ini daerah harus memilih kompetensi inti daerah hal ini didukung dengan ditetapkannya Instruksi
yang bersangkutan dilihat dari keunikan, kekhasan Presiden (Inpres) No. 5 Tahun 2008 tentang Fokus
daerah, kekayaan sumber daya alam, serta Program Ekonomi Tahun 2008–2009 sebagai
peluang untuk menembus pasar internasional dan kelanjutan dari Inpres No. 6 Tahun 2007 tentang
dampaknya. Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor
Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan
Selanjutnya, sinkronisasi perencanaan dan Menengah (UMKM). Inpres tersebut ditujukan untuk
penganggaran pembangunan nasional dilakukan mendorong efektivitas pengembangan One Village
untuk meningkatkan keterpaduan perencanaan One Product (OVOP).
dan penganggaran, yang lebih berkualitas
Foto: www.jurnalasia.com
berkembangnya sinergi produksi dan pasar.
Melalui Inpres ini semua kementerian, gubernur,
dan bupati/walikota berkoordinasi dan secara
bersama menyukseskan Gerakan OVOP. Dalam
rangka menindaklanjuti Inpres tersebut, pada tahun
2007, Menteri Perindustrian telah menerbitkan
Peraturan Menteri Perindustrian No. 78/M-IND/
PER/9/2007 tentang Peningkatan Efektivitas
Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM)
melalui Pendekatan Satu Desa Satu Produk (OVOP).
Sasaran program pendekatan OVOP yang dilakukan
Kementerian Perindustrian adalah industri kecil
dan menengah (IKM) di sentra-sentra IKM yang REFERENSI
menghasilkan produk-produk terbaik. Kementerian
https://swadaya.wordpress.com/2008/04/14/
Koperasi dan UKM telah menetapkan OVOP sebagai
beberapa-permasalahan-umum-dalam-
Indikator Kinerja Utama (IKU) dalam mengukur
perencanaan-apbd/, diunduh tanggal 12
keberhasilan program. Gerakan OVOP merupakan
Februari 2018, pukul 09.45 WIB.
suatu gerakan nasional dan bersifat lintas sektoral
serta melibatkan instansi-instansi terkait. https://www.academia.edu/17593479/PENGERTIAN_
OVOP, diunduh tanggal 13 Februari 2018, pukul
Kedua, kerangka pelayanan umum dan investasi 10.15 WIB.
model OVOP Budgeting Planning. Dalam rangka http://iariadi.web.id/peraturan-pemerintah-
kampanye model OVOP Budgeting Planning, tiga republik-indonesia-nomor-17-tahun-2017-
hal yang diperlukan, yaitu fulfilling desa-desa yang tentang-sinkronisasi-proses-perencanaan-
potensial sekaligus penduduknya; menyeleksi dan-penganggaran-pembangunan-nasional/,
produk-produk kompetitif yang berasal dari bahan- diunduh tanggal 13 Februari 2018, pukul 14.13
bahan lokal dengan menggunakan kearifan lokal WIB.
dan keterampilan-keterampilan yang unik untuk
menghasilkan produk-produk asli, unik, dan bernilai Handoko, T. Hani. 1995. Manajemen Personalia dan
yang ditujukan untuk pasar domestik maupun global; Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE.
serta komitmen dan campur tangan pemerintah lokal Nafarin, M. 2004. Penganggaran Perusahaan.
dan pusat. Jakarta: Salemba Empat.
Usman, Husaini. 2011. Manajemen: Teori, Praktik,
C. SARAN
dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Salah satu upaya yang diperlukan untuk
meningkatkan kualitas pelaksanaan PP No. 17 Tahun Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
2017 tentang Sinkronisasi Proses Perencanaan No. 17 Tahun 2017 tentang Sinkronisasi
dan Penganggaran Pembangunan Nasional Proses Perencanaan dan Penganggaran
adalah model OVOP Budgeting Planning. Model Pembangunan Nasional.
OVOP Budgeting Planning adalah perencanaan
penganggaran berbasis OVOP dengan perencanaan
penganggaran suatu daerah berdasar pada potensi PROFIL PENULIS
unggul daerah tersebut. Untuk itu, setiap daerah di Taufik Hidayat adalah Perencana Pertama di Balai Penelitian
Indonesia harus mampu menumbuh-kenali potensi Teknologi Mineral-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
daerahnya masing-masing. g (Pos-el: taufikumsu@yahoo.com)
K
egagalan menghubungkan kebijakan, penganggaran, beberapa pertanyaan mengemuka:
perencanaan, dan penganggaran mungkin “Bagaimana penganggaran dapat merespons
merupakan satu-satunya faktor terpenting lebih banyak pada hasil perencanaan? Bagaimana
yang berkontribusi terhadap hasil penganggaran anggaran bisa lebih terintegrasi dengan rencana?”
yang buruk pada tingkat makro, strategis, dan (Caiden & Wildavsky, 1980, p. 258). Untuk itu, Bryson
operasional di negara-negara berkembang. (2004) menyarankan untuk memastikan bahwa
anggaran yang ada “terikat pada pelaksanaan
A. PENDAHULUAN rencana strategis” (p. 221).
Studi oleh World Bank (1998) menemukan
bahwa di banyak negara, sistem perencanaan Di Indonesia, perencanaan diatur dalam Undang-
dan penganggaran cenderung terfragmentasi. Undang (UU) No. 25 Tahun 2004, sedangkan
Perumusan kebijakan, perencanaan, dan penganggaran diatur dengan UU No. 17 Tahun
penganggaran dilakukan secara independen satu 2003. Peraturan operasional dari UU No. 25 Tahun
sama lain karena perencanaan dan penganggaran 2004 adalah Peraturan Pemerintah (PP) No. 20
biasanya dikelola oleh organisasi pemerintah yang Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah
berbeda. Akibatnya, terjadi mismatch yang masif dan PP No. 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara
antara yang dijanjikan melalui kebijakan pemerintah Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional.
dengan yang sebenarnya dilakukan. Dalam Peraturan pelaksanaan UU No. 17 Tahun 2003
upaya untuk mendekatkan perencanaan dengan adalah PP No. 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/ B. LESSONS LEARNED DAN REFLEKSI DAERAH
Lembaga, yang kemudian dicabut dan digantikan Studi terdahulu menunjukkan bahwa masalah
dengan PP No. 90 Tahun 2010. kurang sinkronnya perencanaan dan penganggaran
juga terjadi di daerah (Ahmad & Weiser, 2006;
Meskipun telah diatur dalam banyak peraturan Crane, 1995; Fölscher, 2007; White & Smoke,
perundangan, link antara perencanaan dan 2005; Widianingsih & Morrell, 2007). Meskipun
penganggaran dirasa masih belum jelas karena demikian, studi tersebut dilakukan pada masa
penganggaran masih belum terikat pada UU Pemerintahan Daerah yang lama. Dengan
pelaksanaan rencana strategis. USAID (2008) adanya UU Pemerintahan Daerah yang baru,
menyatakan bahwa integrasi antara perencanaan sinkronisasi proses perencanaan dan penganggaran
dengan penganggaran masih kurang jelas. Belum pembangunan di daerah semestinya lebih mudah
ada regulasi yang menghubungkan antara UU dilakukan karena telah diamanatkan secara eksplisit.
No. 17 Tahun 2003 dengan UU No. 25 Tahun Selanjutnya, keterkaitan dan konsistensi antara
2004 sehingga menimbulkan inkonsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan
perencanaan dengan penganggaran. Bappenas pengawasan juga telah menjadi perhatian revisi
(2013) mencontohkan inkonsistensi antara Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
perencanaan dan penganggaran, misalnya pada tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
rencana pembangunan jalur ganda kereta api serta Permendagri yang mengatur tentang
lintas utara Jawa yang telah dialokasikan dananya perencanaan dan penganggaran di daerah, sebagai
dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2012. Pada peraturan pelaksanaan UU Pemerintahan Daerah
pagu definitif, sebagian alokasinya dialihkan untuk tersebut.
kegiatan pembangunan dermaga di sejumlah tempat
sehingga terjadi kekurangan pendanaan. Lebih Sinkronisasi proses perencanaan dan penganggaran
lanjut, Bappenas (2013) juga menemukan deviasi pembangunan di daerah juga semestinya lebih
yang cukup signifikan antara RKP dengan Rencana mudah, karena berdasarkan pedoman nomenklatur
Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA perangkat daerah (Pemerintah Republik Indonesia,
K/L), yaitu 29,4% indikator kinerja yang ada di RKP 2017a), koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan
tidak terkait sama sekali dengan output kegiatan kebijakan perencanaan dan penganggaran di
yang ada dalam RKA K/L, baik nomenklatur maupun daerah memungkinkan untuk dilaksanakan oleh satu
subtansinya. perangkat daerah, dalam hal ini Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (Bappeda), khususnya untuk
PP No. 17 Tahun 2017 hadir menjembatani UU No. Bappeda Tipe A.
17 Tahun 2003 dan UU No. 25 Tahun 2004 melalui
sinkronisasi terhadap proses perencanaan dan Meskipun demikian, beberapa substansi yang
penganggaran. PP ini mencabut PP No. 20 Tahun diatur dalam PP No. 17 Tahun 2017 dapat menjadi
2004 serta beberapa ketentuan dalam PP No. lessons learned untuk memperkuat sinkronisasi
40 Tahun 2006 dan PP No. 90 Tahun 2010 yang perencanaan dan penganggaran pembangunan di
menyebabkan perencanaan dan penganggaran daerah. Berikut beberapa di antaranya.
dilakukan secara independen satu sama lain. PP No. 1. Penegasan pendekatan penganggaran
17 Tahun 2017 memperkuat sinergi antara Bappenas berbasis program (money follows program)
dengan Kementerian Keuangan untuk secara melalui penganggaran berbasis kinerja
bersama-sama memastikan bahwa anggaran yang dalam perencanaan dan penganggaran
dialokasikan konsisten dengan rencana (Pemerintah pembangunan, serta pendekatan tematik,
Republik Indonesia, 2017c). holistik, integratif, dan spasial dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) dan RKP.
Di daerah, Permendagri No. 86 Tahun 2017 Magister Sains dan Doktor Fakultas Ekonomi
(Pemerintah Republik Indonesia, 2017b), dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM)
Permendagri tentang Penyusunan RKPD, dan and UPT LPKD Provinsi Jawa Timur (2015)
Permendagri tentang Pedoman Penyusunan mengklarifikasi hal ini.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) yang diterbitkan setiap tahun juga Demikian halnya dengan pendekatan tematik,
menegaskan pendekatan tersebut. integratif, holistik, dan spasial. Meskipun menjadi
amanat peraturan perundangan yang terkait
Pada praktiknya, masih terdapat kecenderungan penyusunan perencanaan dan penganggaran
bahwa penganggaran di daerah belum di daerah, pada pelaksanaannya, perencanaan
mencerminkan money follows program. Selain tematik yang holistik dan terintegrasi belum
untuk memenuhi ketentuan porsi penganggaran tercermin dalam pengalokasian anggarannya.
minimal yang ditentukan oleh UU, misalnya Sekalipun perencanaan terintegrasi tersebut
tentang Pendidikan dan Kesehatan, porsi mengadopsi pendekatan multi-level
anggaran di daerah cenderung didistribusikan sebagaimana yang dipetakan Bappenas
merata menurut urusan pemerintahan yang (meliputi Prioritas Daerah, Program Prioritas,
menjadi kewenangan daerah sehingga masih Kegiatan Prioritas, dan Proyek Prioritas), logical
menggunakan pendekatan money follows framework yang menunjukkan keterkaitan antara
function. output, outcomes, dan impacts sebagai hasil
pendekatan tematik, holistik, dan terintegrasi
Pengalokasian pagu anggaran dan proses berdasarkan hasil pemetaan permasalahan
pembahasan anggaran masih menggunakan pembangunan secara komprehensif cenderung
pendekatan perangkat daerah, cenderung belum terlihat. Selain itu, penetapan lokasi
belum menyentuh substansi program. Oleh kegiatan juga belum dilakukan pada tahapan
karena itu, belum terdapat ketegasan untuk awal perencanaan, cenderung ditetapkan pada
mengalokasikan anggaran menjadi minimal, fase akhir penganggaran.
misalnya untuk membiayai fixed-cost saja, bagi
Perangkat Daerah yang tidak melaksanakan 2. Penekanan terhadap pentingnya evaluasi
program prioritas daerah. Dengan argumen kinerja pembangunan dan anggaran
untuk pencapaian Sasaran Kinerja Pegawai yang tahun sebelumnya serta pengendalian
salah satu variabel penilaiannya adalah realisasi dan pemantauan pelaksanaan program
anggaran, APBD cenderung didistribusikan dan kegiatan tahun berjalan dalam rangka
dalam program dan kegiatan yang merata pencapaian sasaran pembangunan.
sampai dengan eselon IV.
PP No. 17 Tahun 2017 menekankan pentingnya
Sebagai akibatnya, secara akumulatif, evaluasi terhadap kinerja, baik kinerja anggaran
pengalokasian pagu bagi perangkat daerah maupun kinerja pembangunan. Penyederhanaan
cenderung incremental, yang besarannya terhadap Prioritas Nasional, Program Prioritas,
meningkat secara bertahap dari tahun ke Kegiatan Prioritas, dan Proyek Prioritas
tahun. Dengan demikian, pada praktiknya, merupakan contoh hasil sinkronisasi evaluasi
kerangka perencanaan dan penganggaran di kinerja anggaran dan kinerja pembangunan.
daerah cenderung masih belum merefleksikan
perencanaan strategis berbasis program prioritas Di daerah, sebagaimana diamanatkan
serta medium-term expenditure framework oleh Permendagri No. 86 Tahun 2017,
yang menggunakan pendekatan money follows pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana
program. Studi yang dilakukan oleh Program pembangunan daerah secara fungsional
dilaksanakan oleh Bappeda. Pada praktiknya, 3. Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok
evaluasi terhadap pencapaian sasaran Kebijakan Fiskal serta ketersediaan anggaran
pembangunan relatif lebih sulit dilakukan sebagai dasar penyusunan pagu indikatif.
karena kurang tersedianya basis data sektoral
yang mestinya diselenggarakan oleh perangkat Di daerah, kerangka ekonomi dan keuangan
daerah sesuai lingkup tugas dan fungsinya. Ini cenderung belum menjadi bagian terpenting
terjadi karena ketersediaan data sektoral belum dalam sebuah dokumen perencanaan karena
menjadi indikator kinerja pada setiap perangkat belum berasal dari analisis rancangan kerangka
daerah. ekonomi daerah dan analisis kapasitas riil
keuangan daerah yang mendalam. Kerangka
Indikator-indikator kinerja pembangunan ekonomi daerah cenderung berisi resume
yang ditetapkan dalam indeks-indeks, baru data-data statistik yang ada, belum mencakup
diketahui capaiannya setelah Badan Pusat analisis komprehensif terhadap proyeksi target
Statistik (BPS) merilis data, sehingga cenderung dan strategi pencapaiannya melalui alokasi
terlambat direspons. Di sisi lain, untuk indeks- anggaran yang diperlukan pada program
indeks di luar cakupan publikasi BPS juga tertentu.
belum ditetapkan yang bertanggung jawab
untuk mengukur capaian kinerjanya. Dengan Proyeksi target kerangka ekonomi juga
demikian, pengendalian pelaksanaan rencana cenderung belum dirumuskan melalui proses
pembangunan daerah masih cenderung partisipatif dengan melibatkan stakeholders
berkisar pada kinerja anggaran, belum terkait di daerah. Ketersediaan anggaran
menyinggung kinerja pencapaian sasaran dan kerangka pendanaan jangka menengah
pembangunan. belum menjadi dasar pertimbangan Perangkat
Daerah dalam menyusun Rencana Kerja
6. Penelaahan rancangan Renja, RKA, dan 9. Dalam hal terdapat perubahan pagu sesuai
Daftar Isian pelaksanaan Anggaran (DIPA), hasil pembahasan, menteri/pimpinan lembaga
yang meliputi relevansi (ketepatan sasaran), melakukan penyesuaian terhadap Renja-
sustainability, efisiensi, dan efektivitas K/L dan RKA K/L dengan memprioritaskan
belanja negara terhadap program, kegiatan, pencapaian sasaran pembangunan dalam
keluaran (output), serta lokasi sampai dengan RKP, dengan dilakukan tinjau ulang (review)
kabupaten/kota, dengan hasil penelaahan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan
yang bersifat mengikat. Pembangunan (BPKP) untuk memastikan
akuntabilitas dan tata kelola yang baik.
Di daerah, masih terdapat kecenderungan
inkonsistensi pada proses penyusunan rencana Di daerah, apabila terdapat perubahan
hingga menjadi DIPA. Penelaahan cenderung pagu dari hasil pembahasan, pimpinan
belum menyentuh substansi sasaran sampai Perangkat Daerah cenderung mendahulukan
dengan lokasi di desa/kelurahan, termasuk kepentingan Perangkat Daerah dibandingkan
langkah-langkah dalam mencapai sasaran memprioritaskan sasaran pembangunan
secara efektif dan efisien. Selain itu, masih daerah. Peran Aparat Pengawasan Internal
terdapat kecenderungan penelaah yang kerap Pemerintah di daerah dalam mengawal
berganti pada tahapan tersebut sehingga pencapaian sasaran pembangunan cenderung
konsistensi dari proses perencanaan sampai masih belum optimal.
dengan penganggaran relatif sulit terjaga. Hasil
penelaahan juga belum bersifat mengikat, 10. Penggunaan Sistem Informasi Perencanaan
masih cenderung dapat dipatahkan oleh dan Penganggaran yang terintegrasi
kebijakan.
Di daerah, apabila perencanaan dan
7. Pengalokasian anggaran menurut program penganggaran tidak dilaksanakan oleh
dalam rangka penyusunan rancangan pagu satu perangkat daerah, masih terdapat
anggaran K/L. kecenderungan sulitnya mengintegrasikan
sistem informasi dan data sharing yang
Sebagaimana diuraikan pada poin 1, digunakan antara e-planning dengan
pengalokasian pagu anggaran dan proses e-budgeting, karena disediakan oleh vendor
pembahasan anggaran di daerah masih yang berbeda dengan platform yang berbeda.
menggunakan pendekatan perangkat daerah
sehingga cenderung belum menyentuh C. PENUTUP
substansi program. Sinkronisasi perencanaan dan penganggaran
di daerah telah diatur secara komprehensif
8. Penetapan daftar proyek prioritas beserta dalam UU Pemerintahan Daerah dan peraturan
keluaran (output) dan lokasi sampai dengan pelaksanaannya. Kerangka peraturan tersebut
kabupaten/kota. merupakan suatu modal yang diperlukan untuk
mewujudkan perencanaan dan penganggaran
Sebagaimana diuraikan pada poin 1 dan poin yang terintegrasi. Sebagaimana dikemukakan
6, di daerah, lokasi sampai dengan fokus oleh Cohen and Peterson (1997) bahwa untuk
terkecil di desa/kelurahan cenderung tidak mewujudkan sistem administrasi yang efektif, baik
ditetapkan pada fase awal perencanaan, terpusat maupun terdesentralisasi, diperlukan
tetapi lebih banyak ditetapkan pada fase akhir “serangkaian peraturan perundangan yang
penganggaran. menegaskan yang harus dilakukan dan cara
melakukannya”. Terlepas dari kemungkinan
kekurangan dalam pelaksanaannya, daerah dapat 2017 tentang Pedoman Nomenklatur Perangkat
belajar banyak dari langkah-langkah pemerintah Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/
pusat dalam menerapkan PP No. 17 Tahun 2017 Kota yang Melaksanakan Fungsi Penunjang
guna meningkatkan sinkronisasi perencanaan dan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan, (2017a).
penganggaran pembangunan di daerah. g • Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86
Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan,
Pengendalian, dan Evaluasi Pembangunan
REFERENSI Daerah; Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan
• Ahmad, R., & Weiser, E. T. (2006). Fostering Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka
Public Participation in Budget-making: Case Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan
Studies from Indonesia, Marshall Islands, and Jangka Menengah Daerah; serta Tata Cara
Pakistan. Manila: Asian Development Bank, The Perubahan Rencana Pembangunan Jangka
Asia Foundation. Panjang Daerah, Rencana Pembangunan
• Bappenas (2013). Arti Penting Sinergi Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja
Perencanaan dan Penganggaran. http:// Pemerintah Daerah, (2017b).
birohukum.bappenas.go.id/data/data_presentasi/ • Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2017
Arti Penting sinergitas perencanaan dan tentang Sinkronisasi Proses Perencanaan dan
penganggaran.pdf. Penganggaran Pembangunan Nasional, (2017c).
• Bryson, J. M. (2004). Strategic Planning for • Program Magister Sains dan Doktor FEB UGM,
Public and Nonprofit Organizations: A Guide to & UPT LPKD Provinsi Jawa Timur. (2015). Kajian
Strengthening and Sustaining Organizational Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran
Achievement. John Wiley & Sons. Pembangunan Provinsi Jawa Timur. Surabaya:
• Caiden, N., & Wildavsky, A. B. (1980). Planning http://uptlpkd.bpkad.jatimprov.go.id/kajian-
and Budgeting in Poor Countries. Transaction sinkronisasi-perencanaan-dan-penganggaran/
Publishers. • USAID. (2008). Good Governance Brief: Local
• Cohen, J. M., & Peterson, S. B. (1997). Government Financial Management Reform in
Administrative decentralization: A new Indonesia: Challenges and Opportunities. In
Framework for Improved Governance, Local Government Support Program (Ed.), (Vol.
Accountability, and Performance (Vol. 582). PNADQ128). Jakarta.
Harvard Institute for International Development, • White, R., & Smoke, P. (2005). East Asia
Harvard University. Decentralizes. East Asia Decentralizes: Making
• Crane, R. (1995). The Practice of Regional local government work, 1–24.
Development in Indonesia: Resolving Central- • Widianingsih, I., & Morrell, E. (2007). Participatory
Local Coordination Issues in Planning and Planning in Indonesia: Seeking a New Path to
Finance. Public Administration and Development, Democracy. Policy Studies, 28(1), 1–15.
15(2), 139–149.
• Fölscher, A. (2007). Participatory Budgeting in
Asia. Participatory Budgeting, 157–188.
• Gray, C. W., & World Bank Poverty Reduction
Economic Management. (1998). Public PROFIL PENULIS
Expenditure Management Handbook. World Mochamad Nurhestitunggal adalah Perencana Muda di Badan
Bank Publications. Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Banten
(Pos-el: mochamad.nurhestitunggal@bantenprov.go.id)
• Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 Tahun
“Fakta besarnya belanja pegawai dan barang yang meninggalkan jauh belanja modal, yang
merupakan alokasi belanja untuk kepentingan publik, terjadi di belanja pemerintah pusat
(kementerian/lembaga) dan belanja pemerintah daerah."
K
utipan di atas adalah dari Paragraf 3 Penjelasan Dengan asumsi bahwa Belanja Pegawai dan Belanja
Peraturan Pemerintah (PP) No. 17 Tahun 2017 Barang adalah untuk kepentingan aparatur, bila ditotal
tentang Sinkronisasi Proses Perencanaan dan Belanja Kepentingan Aparatur mencapai Rp516,4 triliun
Penganggaran Pembangunan Nasional membuktikan (67,5% dari total Belanja K/L) dan menyisakan Rp247,7
bahwa belanja pegawai dan belanja barang disadari telah triliun (32% dari total Belanja K/L) untuk kepentingan umum.
sangat menggerus Anggaran Pendapatan dan Belanja Dengan asumsi bahwa Belanja Pegawai K/L adalah untuk
Negara (APBN) serta Anggaran Pendapatan dan Belanja membayar gaji dan tunjangan Aparatur Pemerintah Pusat
Daerah (APBD). yang diperkirakan berjumlah sekitar 2,256 juta orang2
orang maka tiap-tiap Aparatur Pemerintah Pusat rata-rata
A. BELANJA PEMERINTAH UNTUK SIAPA? menerima penghasilan sebesar Rp220,2 triliun dibagi 2,256
Dari data yang diunduh dari situs web Direktorat Jenderal juta orang menjadi Rp97,606 juta per aparatur per tahun
Anggaran, Kementerian Keuangan1, Belanja Pegawai atau Rp8,133 juta per bulan.
kementerian/lembaga (K/L) Tahun Anggaran 2017 mencapai
Rp220,2 triliun (28,8% dari total Belanja K/L), Belanja Dengan asumsi yang sama, bila seluruh Belanja Barang K/L
Barang K/L Rp296,2 triliun (38,7% dari total Belanja K/L), atau Belanja Operasional K/L adalah untuk kepentingan
Belanja Modal K/L Rp194,3 triliun (25,4% dari total Belanja aparatur saja maka seakan-akan setiap Aparatur Pusat
K/L), dan Bantuan Sosial Rp53,4 triliun (6,9% dari total “menghabiskan” Rp296,2 triliun dibagi 2,256 juta orang
Belanja K/L). menjadi Rp131,3 juta per aparatur per tahun atau Rp10,95
1 Data diperoleh dari situs web Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian 2 Angka ini diperoleh dari penjumlahan PNS Pusat, Anggota Polri, dan
Keuangan, http://www.anggaran.depkeu.go.id/content/publikasi/2016%20 Anggota TNI yang masing-masing diperkirakan berjumlah 950 ribu orang
BIB%202017.pdf PNS Pusat, 430 ribu orang anggota POLRI, dan 876 ribu anggota TNI Aktif.
juta per bulan. Demikian pula dengan Belanja Modal Presiden menengarai bahwa praktik-praktik seperti ini
K/L sebesar Rp194,3 triliun pada Tahun Anggaran 2017, terjadi di semua K/L.
dengan penerima manfaat 262 juta rakyat Indonesia.
Seakan-akan setiap penduduk Indonesia hanya Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengatakan bahwa kinerja
mendapatkan manfaat dari Belanja Modal sebesar Rp194,3 anggaran APBN dan APBD yang digerus oleh besarnya
triliun dibagi 262 juta orang menjadi Rp741,9 ribu per Belanja Pegawai dan Belanja Barang/Belanja Operasional
penduduk per tahun atau Rp61,8 ribu per penduduk per menyebabkan pemerintah tidak bisa melayani masyarakat
bulan. dengan baik. Sebagai contoh, alokasi anggaran
pendidikan yang sangat besar dianggap belum sebanding
Ternyata tidak semua Belanja Barang adalah untuk dengan capaian yang diharapkan4. Untuk tahun 2017, dana
kepentingan aparatur karena sebagian dari Belanja pendidikan dialokasikan sebesar Rp410 triliun, sedangkan
Barang/Belanja Operasional ada yang diperuntukkan untuk untuk tahun 2018 dana pendidikan dialokasikan Rp444,1
publik. Sebagai contoh adalah belanja barang pengadaan triliun. Faktanya hanya sekitar Rp7,7 triliun per tahun untuk
bahan makanan narapidana/tahanan, pengadaan obat- Belanja Modal (pembangunan ruang kelas, rehabilitasi/
obatan, pengadaan bahan medis habis pakai, pengadaan renovasi gedung sekolah, dan lain-lain) dan sebagian
bahan makanan pasien, pengadaan bahan baku Surat Izin besar masih dialokasikan untuk kepentingan aparatur
Mengemudi (SIM), pengadaan buku paspor, pengadaan dalam berbagai bentuknya. Vietnam yang juga sama-sama
buku nikah, pemeliharaan kapal, pemeliharaan jaringan mengalokasikan anggaran pendidikannya sebesar 20%
transmisi, dan belanja barang sejenis lainnya. Semua dari APBN-nya, dinilai memiliki hasil maksimal. Kualitas
itu termasuk dalam Belanja Operasional dalam rangka pendidikan Vietnam menduduki peringkat 8, sedangkan
mendukung tugas pokok dan fungsi institusi3. Belanja Indonesia ada di peringkat 62 dari 66 negara. Menjadi
Barang yang manfaatnya diterima oleh aparatur antara pertanyaan, anggaran pendidikan tersebut sesungguhnya
lain adalah perjalanan dinas, honorarium, konsinyering, untuk siapa?
konsumsi rapat, dan sejenisnya.
Kekecewaan Sri Mulyani terhadap besarnya Belanja
Demikian pula dengan Belanja Modal yang ternyata tidak Pegawai dan Belanja Barang/Belanja Operasional
semuanya untuk kepentingan masyarakat. Ada beberapa tercermin dalam beberapa pernyataannya, antara lain
jenis Belanja Modal untuk kepentingan aparatur, di sebagai berikut5: (i) “Jangan lupa, APBN dan APBD adalah
antaranya belanja kendaraan dinas, belanja kendaraan alat untuk mencapai tujuan bernegara, bukan alat untuk
operasional, belanja pembangunan gedung perkantoran, memuaskan birokrat”; (ii) “Uang negara bukan untuk
belanja komputer/laptop, dan sebagainya. memuaskan birokrat”; (iii) “APBD untuk memuaskan
masyarakat bukan birokrat”; (iv) "Jadi APBD-nya hanya
Untuk menemukan angka yang benar-benar akurat terkait untuk belanja pegawai. Pertanyaannya tentu dari
jumlah dan/atau rasio belanja untuk kepentingan aparatur masyarakat, kalau birokrat menghabiskan cukup besar
dibandingkan belanja untuk kepentingan masyarakat anggaran pemerintah, apakah mereka telah melayani
di dalam APBN dan APBD, masih perlu dianalisis lebih masyarakat dengan baik atau lebih baik?” (v) “Apakah
mendalam lagi untuk menemukenali, memilah, serta tidak ada cara yang lebih baik bagi Pemerintah Republik
memisahkan item belanja untuk kepentingan aparatur Indonesia untuk membelanjakan APBN dan APBD-nya?”;
dan item belanja untuk kepentingan masyarakat di dalam (vi)“Kumpul di tempat ini jangan hanya sebagai tempat
Belanja Barang dan Belanja Modal.
4 Pada APBN Tahun 2017 dianggarkan (i) Tunjangan Profesi Guru PNSD 1,3
juta guru, Tunjangan Khusus Guru PNSD di daerah khusus 41,6 ribu guru,
Belanja untuk aparatur yang melebihi belanja untuk Tunjangan Sertifikasi Dosen 102,7 ribu dosen; ii) Kartu Indonesia Pintar
kepentingan publik dikritisi keras oleh Presiden Joko untuk 19,7 juta siswa (Rp450 ribu sampai dengan Rp1 juta per siswa per
tahun; (iii) Bantuan Operasiona Sekolah/BOS (diberikan ke sekolah) untuk
Widodo. Presiden mengambil contoh salah satu program 8,5 juta siswa di pusat dan 46,2 juta siswa di daerah; (iv) Bantuan Bidik Misi
di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang untuk 362,7 ribu mahasiswa (uang kuliah Rp2,4 juta per mahasiswa per
terkait dengan pemulangan Tenaga Kerja Indonesia semester dan diterima langsung mahasiswa Rp3,9 juta per mahasiswa per
semester; rehabilitasi 54.739 ruang sekolah di pusat dan 27.140 ribu ruang
(TKI). Dari anggaran Rp3 miliar, sebanyak Rp2,5 miliar sekolah di daerah.
(83,4%) dibelanjakan untuk kegiatan pendukung untuk 5 Sri Mulyani: Uang Negara Bukan untuk Memuaskan PNS (https://finance.
detik.com/berita-ekonomi-bisnis/3497525/sri-mulyani-uang-negara-bukan-
kepentingan aparatur seperti rapat, seminar, perjalanan
untuk-memuaskan-pns)
dinas, dan lainnya. Hanya Rp500 juta (16,6%) yang Sri Mulyani: APBD untuk Memuaskan Masyarakat, Bukan Birokrat (https://
dialokasikan untuk kegiatan inti, yaitu pemulangan TKI. kumparan.com/@kumparannews/sri-mulyani-apbd-untuk-memuaskan-
masyarakat-bukan-birokrat); Sri Mulyani: Seperempat APBN Dipakai untuk
3 http://www.anggaran.depkeu.go.id/Content/Publikasi/Paparan%20 gaji dan Tunjangan PNS https://ekbis.sindonews.com/read/1204110/33/
Sosialisasi%20Penganggaran%202016/2%20Petunjuk%20penyusunan%20 sri-mulyani-seperempat-apbn-dipakai-untuk-gaji-dan-tunjangan-
dan%20penelaahan%20RKA%20KL.pdf pns-1494406532
untuk menghabiskan biaya perjalanan Anda. Jangan berkisar dari yang terendah 63,83% sampai dengan
sampai alokasi belanja negara salah dan buang-buang tertinggi 94,13% dan menyisakan Belanja Modal tertinggi
uang negara. Gunakan fasilitas secara bijaksana untuk 37,30% dan terendah 5,33%.
masyarakat dan negara, bukan pribadi”.
Jika diasumsikan bahwa Belanja Operasional adalah
Potret APBD juga tidak berbeda. Banyak Pemda belanja untuk kepentingan aparatur dan Belanja Modal
mengalokasikan di atas 50% dari total APBD-nya untuk adalah belanja untuk kepentingan masyarakat, bila sebuah
Belanja Pegawai, di luar Belanja Operasional lainnya, dan kabupaten rata-rata memiliki Pegawai Negeri Sipil (PNS)
menyisakan sangat sedikit ruang untuk belanja program berjumlah 8.000-an orang, rata-rata APBD Rp1,6 triliun per
bagi kepentingan umum. Di salah satu Kabupaten di Jawa tahun dan rata-rata jumlah penduduk 850 ribu orang maka
Tengah, Belanja Langsung, Belanja Modal, dan Belanja rasio manfaat yang diterima PNS per tahun dari Belanja
Barang pada APBD tahun 2018 dikurangi, dan lagi-lagi Operasional dibandingkan dengan manfaat yang diterima
dialihkan ke Belanja Pegawai. oleh setiap penduduk dari pembangunan yang dilakukan
dengan Belanja Modal adalah adalah Rp10,5 juta sampai
Hasil penelitian tesis seorang karyasiwa SPIRIT dengan Rp15,6 juta per PNS per bulan berbanding dengan
Pusbindiklatren Bappenas, Jatnika Dwi Asri6, dari manfaat senilai Rp7 ribu sampai dengan Rp58 ribu per
Kementerian Dalam Negeri yang membandingkan rasio penduduk per bulan.
Belanja Operasional dan Belanja Modal pada kabupaten
dan kota di Provinsi Jawa Barat memperlihatkan hasil yang Namun, sebagaimana diutarakan sebelumnya,
sama7, yaitu bahwa semua kabupaten dan kota yang diteliti mempersamakan Belanja Modal sama persis dengan
menghabiskan sebagian besar anggarannya untuk Belanja belanja untuk kepentingan umum dan Belanja Barang/
Operasional, yang di dalamnya termasuk Belanja Pegawai, Belanja Operasional sama persis dengan belanja untuk
kepentingan aparatur ternyata tidak sepenuhnya akurat
6 Tesis berjudul Perbandingan Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten/
Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2009–2013, dipresentasikan dalam acara karena pada masing-masing jenis belanja tersebut
Sharing Session Workshop Diklat Gelar Pusbindiklatren Bappenas pada terdapat belanja untuk yang sebaliknya.
tanggal 25 September 2017 di Jakarta.
7 Struktur belanja Pemerintah Kabupaten/Kota terdiri atas 2 (dua) jenis
belanja, yaitu Belanja Operasional dan Belanja Modal. Belanja Operasional Namun, Belanja Pegawai di hampir semua Pemda di atas
terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja Barang, dan Belanja Hibah. Adapun 50%, sebagaimana dinyatakan oleh Menteri Keuangan,
Belanja Modal terdiri atas Belanja Peralatan dan Mesin; Belanja Bangunan
dan Gedung; Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan; serta Belanja Aset Tetap
membuktikan statement PP No. 17 Tahun 2017 bahwa
Lainnya. belanja untuk kepentingan aparatur telah meninggalkan
belanja untuk kepentingan masyarakat. APBN dan APBD e. bahwa agar dapat disusun perencanaan
yang sebagian besar dibelanjakan untuk kepentingan pembangunan nasional yang dapat menjamin
aparatur menjadikan pemerintah tidak dapat melayani tercapainya tujuan negara perlu adanya sistem
kebutuhan masyarakat dengan maksimal, dan bisa jadi perencanaan pembangunan nasional;
inilah salah satu penyebab utama masih terdapatnya 96
juta rakyat miskin mengacu pada standar kemiskinan Pasal 2
dengan pengeluaran US$ 1,5 per kapita per hari8, meskipun (1) Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Indonesia sudah merdeka 73 tahun. bertujuan untuk:
e. menjamin tercapainya penggunaan sumber
APBN dan APBD yang didominasi belanja untuk daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan
kepentingan aparatur tentunya tidak sejalan dengan berkelanjutan.
fungsi dari keuangan negara sebagai alat dan instrumen
untuk mencapai tujuan berbangsa dan bernegara, yaitu B. PRINSIP PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah Pengelolaan Keuangan Negara melalui APBN dan APBD
darah Indonesia serta untuk memajukan kesejahteraan adalah alat untuk mencapai tujuan berbangsa dan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut bernegara. Untuk mencapai tujuan tersebut, pengelolaan
melaksanakan ketertiban dunia, yang harus dikelola Keuangan Negara didasarkan kepada 3 (tiga) prinsip9:
secara tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan 1. Kerangka Kebijakan Fiskal Jangka Menengah
bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan (Medium Term Fiscal Framework) yang dilaksanakan
dan kepatutan, yang secara eksplisit dinyatakan di dalam secara konsisten (Aggregate Fiscal Discipline);
Pasal 7 Ayat (1) dan Ayat (2) dan Pasal 3 Ayat (1) Undang
2. Efisiensi Alokasi (Allocative Efficiency), yaitu alokasi
Undang (UU) No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
pada prioritas untuk mencapai manfaat yang terbesar
sebagai berikut.
dari dana yang terbatas; dan
Pasal 3 3. Efisiensi Teknis dan Efisiensi Operasional (Technical
(1) Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada dan Operational Efficiency), yaitu efisiensi dalam
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, pelaksanaan dengan meminimalkan biaya sehemat
efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan mungkin dalam melaksanakan kegiatan.
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
Secara sederhana prinsip Allocative Efficiency atau
Pasal 7 Efisiensi Alokasi adalah suatu prinsip pengalokasian
(1) Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara sumber daya pada sasaran, sektor, program, kegiatan,
digunakan untuk mencapai tujuan bernegara. dan proyek yang memiliki prioritas-prioritas tinggi dan
(2) Dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan yang akan memberikan manfaat yang paling besar bagi
untuk mencapai tujuan bernegara sebagaimana masyarakat.
dimaksud dalam ayat (1), setiap tahun disusun APBN
dan APBD. Adapun Technical Efficiency dan Operational Efficiency
adalah prinsip pelaksanaan kegiatan dengan biaya
yang sehemat mungkin (mengupayakan unit cost yang
APBN dan APBD yang didominasi belanja untuk
minimal) tanpa mengorbankan atau mengurangi kuantitas
kepentingan aparatur juga tidak sejalan dengan amanat
dan kualitas output, contohnya mengatur batas atas
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
uang harian, batas atas biaya penginapan, batas atas
Pembangunan. UU tersebut memandatkan bahwa
honorarium, batas atas uang lembur, dan lainnya.
sistem perencanaan pembangunan disusun dalam
rangka mencapai tujuan bernegara dan bahwa
B.1. Allocative Efficiency
tujuan perencanaan pembangunan adalah menjamin
Isu terpenting dari prinsip Allocative Efficiency ini adalah
alokasi sumber daya, secara efektif, efisien, patut
“prioritization” yang mengandung beberapa elemen
dan berkelanjutan, sebagaimana dinyatakan di dalam
sebagai berikut:
Konsiderans huruf f dan Pasal 2 Ayat (4) huruf e:
1. Belanja Negara wajib dan harus dialokasikan pada
8 Mensos: Pengeluaran US$1,5 per Hari, Jumlah Penduduk Miskin 96 Juta, prioritas yang tertinggi (“spending on the right
http://www.beritasatu.com/nasional/225288-mensos-pengeluaran-us-15-
per-hari-jumlah-penduduk-miskin-96-juta.html (Sebaliknya menurut BPS, 8 Kerangka Pemikiran Reformasi Perencanaan dan Penganggaran, Bappenas,
penduduk miskin hanya berjumlah sekitar 26,8 juta orang, diukur dari tanpa tahun, Hal 2–5,28 (https://www.bappenas.go.id/files/3713/6508/2376/
penghasilan yang kurang dari Rp11 ribu per hari. Sedang penghasilan sama modul-i__20090814165601__0.pdf)
dengan Rp11 ribu tidak digolongkan BPS ke dalam penduduk miskin, suatu
hal yang dikritik keras oleh anggota DPR karena dengan penghasilan Rp11
ribu pun tidak akan mencukupi kebutuhan hidup minimum yang layak)
priorities; put the money where it is needed most by dari “belanja untuk kepentingan aparatur” kepada
society; put the money on goods and services most “belanja untuk kepentingan masyarakat”; serta
desired by society; government spends the money on 5. membatasi dan mengurangi belanja operasional
the “right things”); penyelenggaraan pemerintahan.
2. melakukan realokasi anggaran dari “lower priority to
highter priority”; dan Dalam konteks Indonesia maka prioritas pembangunan
3. harus ada reformasi dan pengurangan pada biaya yang selanjutnya dijabarkan ke dalam Prioritas Nasional,
operasional negara. Program Prioritas, Kegiatan Prioritas, dan Proyek Prioritas
perlu mencerminkan dan merangkum semua prioritas
Pelaksanaan Allocative Efficiency mensyaratkan hal-hal Presiden Joko Widodo dalam Nawacita, yang dipandang
sebagai berikut: sebagai perwujudan dari “goods and services most
desired/wanted/needed by society”. Sebagai janji dari
1. melakukan penyusunan prioritas pembangunan
Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla,
berdasar kepada “what is most wanted and desired
Nawacita harus menjadi acuan dalam penyusunan
by the society”, “what gives most benefit for the
rencana pembangunan dan perlu terus-menerus dilakukan
society”;
pengelolaan dan pengendalian Prioritas Nasional dan
2. melakukan “pengurutan” prioritas dari prioritas alokasi anggarannya untuk memastikan konsistensi
dengan urutan tertinggi sampai dengan prioritas rencana pembangunan dan penganggaran di RPJMN,
dengan urutan terendah; RKP, Renja K/L, dan RKA K/L dengan Nawacita.
3. mendahulukan alokasi anggaran kepada prioritas
pada urutan yang lebih tinggi, alokasi anggaran B.2. Operational Efficiency
kepada prioritas yang lebih rendah hanya diberikan Isu terpenting dari prinsip “operational efficiency” adalah
setelah kebutuhan anggaran pada prioritas yang penghematan biaya untuk melaksanakan kegiatan,
lebih tinggi sudah terpenuhi; batasan maksimal yang boleh dibelanjakan untuk tiap unit
4. melakukan re-alokasi belanja dari prioritas yang input.
lebih rendah ke prioritas yang lebih tinggi, termasuk
Foto: www.nusantara.news
Presiden Joko Widodo mengutamakan penggunaan anggaran untuk pembangunan prioritas untuk kepentingan masyarakat
Foto: www.aktual.com
APBN ini di antaranya diatur melalui Peraturan Menteri
Keuangan tentang Standar Biaya Masukan dan Peraturan
Menteri Keuangan tentang Standar Biaya Keluaran. Fungsi
Standar Biaya Masukan dan Standar Biaya Keluaran
sebagai acuan dan batas tertinggi yang besaran biayanya
tidak dapat dilampaui dalam penyusunan RKA K/L.
Contohnya, dalam Standar Biaya Masukan antara lain
diatur honorarium maksimal yang boleh diterima PNS yang
menjalankan fungsi dan tugas tertentu, maksimal uang
harian yang boleh diterima dalam suatu perjalanan dinas
di tempat tujuan tertentu, maksimal harga penginapan di
suatu kota/negara tertentu bagi pegawai dengan pangkat/
golongan/jabatan tertentu, maksimal uang lembur per jam,
maksimal jam lembur per bulan, dan sebagainya, yang
besarannya tidak boleh dilampaui10.
C.2. Peraturan Perundang-Undangan dilampaui, baik terhadap total APBN maupun terhadap
total alokasi sektor/K/L/program/kegiatan/proyek/
Pembatasan terhadap Belanja untuk Aparatur ini sudah komponen-subkomponen,
pernah diwacanakan oleh Menteri Keuangan sebelumnya,
Agus Martowardoyo, yang dalam rencana revisi UU Contoh, UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pendidikan Nasional yang di dalam Pasal 49 Ayat (1) yang
Pemerintah Daerah ingin mengatur Belanja Pegawai mengatur batas bawah alokasi anggaran pendidikan
Pemda maksimal 50% dari APBD. Belum diketahui sebagai berikut: “Dana pendidikan, selain gaji pendidik
kelanjutan dari wacana ini dalam revisi UU tersebut. Agus dan biaya pendidikan kedinasan, dialokasikan minimal
Martowardoyo juga pernah mengatakan agar DPRD dapat 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
mendorong pembatasan Belanja Pegawai di Pemda (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari
dengan Peraturan Daerah (Perda) masing-masing. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)”. Oleh
karena itu, pengaturan dengan memberikan batas atas
PMK tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA yang tidak boleh dilampaui terhadap belanja kepentingan
K/L dan Pengesahan DIPA ditetapkan setiap tahun, terakhir aparatur dan batas bawah yang tidak boleh dikurangi
adalah PMK No. 94/PMK.02/2017, pada lampirannya terhadap belanja untuk kepentingan publik, adalah sangat
menyebutkan tentang pembatasan terhadap berbagai item mungkin dilakukan
Belanja Aparatur seperti rapat luar kota, konsinyering, dan
sejenisnya. Kementerian Keuangan juga menyosialisasikan C.2.1. Sebelum PP No. 17 Tahun 2017
pembatasan ini dalam Bimbingan Teknis (Bimtek) yang Sebelum ditetapkannya PP No. 17 Tahun 2017, seakan-
mereka selenggarakan, terbukti dari berbagai bahan akan ada pemisahan antara proses perencanaan
paparan Bimtek yang tersebar di dunia maya. pembangunan dengan proses penganggaran
pembangunan. Proses perencanaan pembangunan
Pembatasan tersebut kenyataannya masih disambut seakan-akan “berhenti” setelah RKP ditetapkan dan
dengan “setengah hati”. Ini mungkin terjadi karena lembaga perencanaan pembangunan seolah-olah juga
pembatasan tersebut “hanya” ditempatkan di Lampiran terlepas/terpisah dari proses pengalokasian anggaran.
PMK. Meskipun secara normatif yuridis Lampiran Dokumen perencanaan pembangunan baik Renja
merupakan “satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan K/L maupun RKP tidak memuat detailing belanja K/L
batang tubuh peraturan perundang-undangan”, tetapi sehingga perencanaan dan pengalokasian belanja untuk
karena pembatasan tersebut tidak dirumuskan dalam kepentingan aparatur secara berlebihan belum terdeteksi
suatu norma hukum yang berisi “perintah dan larangan” pada dokumen rencana pembangunan11. Sebagaimana
maka pembatasan tersebut selain mudah “luput” dari radar contoh pada program pemulangan TKI yang dibahas
banyak pemangku kepentingan, juga tidak mudah untuk sebelumnya, Renja K/L hanya akan memuat anggaran
dilakukan “enforcement”, mengingat sulit menilai kriteria program sebesar Rp3 miliar rupiah, tidak ada detailing
“dibatasi hanya pada hal-hal yang penting saja”, yang alokasi untuk tiket pesawat pemulangan TKI, perjalanan
membuka multipenafsiran tentang yang dimaksud dengan dinas, rapat, konsinyering, honorarium, dan lainnya.
"penting" tersebut. Dengan anggaran yang bersifat gelondongan dan tidak
detail pada Renja K/L, anggaran untuk kepentingan
Beberapa peraturan perundang-undangan yang ada saat aparatur dalam bentuk rapat, perjalanan dinas, dan lainnya
ini, sudah memberikan pembatasan tertentu, tetapi pada tersebut tidak bisa dideteksi secara lebih awal pada proses
saat yang sama memberikan kesempatan untuk belanja perencanaan pembangunan untuk bisa diambil tindakan
untuk aparatur. Oleh karena itu, untuk menegakkan preventif.
pembatasan Belanja Aparatur, perlu disusun suatu
peraturan perundang-undangan yang secara tegas C.2.2. PMK No. 49/PMK.02/2017 tentang Standar Biaya
memberikan pembatasan terhadap belanja kepentingan Masukan Tahun Anggaran 2018
aparatur dengan mengatur batas teratas (maksimal)
Belanja Aparatur yang tidak boleh dilampaui dan pada PMK No. 49/PMK.02/2017 tentang Standar Biaya Masukan
saat yang sama mengatur batas terbawah (minimum) Tahun 2018 mengatur batas atas/batas maksimal honorium
alokasi belanja untuk kepentingan umum, yang tidak atau manfaat yang bisa diberikan kepada aparatur seperti
boleh dikurangi untuk dialokasikan pada program prioritas, honorarium per bulan/hari/jam/paket/kegiatan/modul/
kegiatan prioritas, dan proyek prioritas.
11 Ir. Wismana Adi Suryabarata, M.I.A. sewaktu menjabat Deputi Pendanaan
Pembangunan Bappenas sering menyebutkan “the devil is in the details”,
Pembatasan belanja kepentingan aparatur dapat dilakukan sangat tepat menggambarkan banyaknya Belanja Tidak Langsung (belanja
dengan suatu rasio atau batas atas yang tidak boleh untuk kepentingan aparatur) muncul di RKA K/L, tetapi tidak terlihat di
dokumen rencana pembangunan.
Foto: www.forumnusantaranews.com
penginapan di luar kota, tiket perjalanan, uang lembur, dan
sebagainya.
Berdasarkan Standar Biaya Masukan di atas, di Indonesia semua honorarium di lingkungan Pemda Provinsi
diperkirakan ada ribuan atau bahkan puluhan ribu tim/ Gorontalo dan melakukan realokasi kepada tunjangan
panitia/kegiatan yang bisa dibentuk berdasarkan PMK kinerja yang dirasa lebih jelas, transparan, dan adil. Begitu
tersebut. Penulis tidak memiliki data pasti tentang berapa juga Basuki Tjahaja Purnama semasa menjadi Gubernur
triliun rupiah dibelanjakan untuk honorarium PNS, di DKI Jakarta, telah membentuk tim yang bertugas untuk
luar gaji dan tunjangan, pada APBN dan APBD. Namun, membantunya menemukan dan “mencegah” belanja
jumlahnya diperkirakan mencapai puluhan triliun rupiah aparatur yang tidak rasional/tidak mendukung output.
per tahun, atau bahkan mungkin sampai ratusan triliun
rupiah per tahun, mengingat Belanja Honorarium ini adalah Perjalanan dinas juga berkontribusi pada besarnya belanja
bagian dari Belanja Barang, dan sebagaimana diketahui untuk kepentingan aparatur. Regulasi yang ada belum
Belanja Barang dia K/L untuk tahun 2017 mencapai secara eksplisit mengatur pembatasan dan prioritas
Rp296,2 triliun. perjalanan dinas. Menjelang akhir tahun anggaran 2017,
penulis bertemu dengan PNS dari salah satu Pemda
Fadel Mohammad semasa menjabat Gubernur Gorontalo kabupaten salah satu provinsi di Pulau Sumatera. Ia
pernah mengungkapkan bahwa pada awal menjabat, mengaku sedang melakukan perjalanan dinas dengan
beliau disodori berbagai jenis honorarium yang total rombongan yang berjumlah sekitar 300 orang untuk
nilainya mencapai Rp200 jutaan per bulan. Kemudian melakukan audiensi dengan salah satu bupati di Provinsi
Gubernur Fadel membuat aturan yang menghapuskan Jawa Barat. Ada pula rombongan lain dari kabupaten/kota
lainnya dari provinsi yang sama, berjumlah sekitar 150
12 Lihat Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 49/PMK.02/2017 tentang
Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2018. orang, juga untuk beraudiensi dengan Pemda lainnya.
C.2.3. PMK No. 94/PMK.02/2017 tentang Petunjuk jelas dalam memberikan batas bawah (minimum) belanja
Penyusunan dan Penelaahan RKA K/L dan untuk kepentingan masyarakat dan batas atas (maksimum)
Pengesahan DIPA belanja kepentingan aparatur yang tidak boleh dilampaui,
baik melalui Peraturan Presiden, Peraturan Menteri, atau
Di dalam lampiran PMK No. 94/PMK.02/2017 tentang Instruksi Presiden.
Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja
dan Anggaran K/L dan Pengesahan DIPA (halaman 103) Pembentukan peraturan perundang-undangan ini sejalan
dinyatakan tentang berbagai pembatasan untuk Belanja dengan amanat PP No. 17 Tahun 2017 Pasal 4 Ayat (2)
Operasional, seperti penyelenggaaan rapat (rapat dinas, yang berbunyi “Kerangka Regulasi sebagaimana dimaksud
seminar, pertemuan, lokakarya) yang dibatasi pada hal-hal dalam Pasal 3 huruf c angka 2 dilakukan melalui sinergi
yang sangat penting dan dilakukan sesederhana mungkin. proses perencanaan pembentukan regulasi dalam
Pembatasan lain juga diberlakukan untuk pembangunan rangka memfasilitasi, mendorong, dan mengatur perilaku
gedung baru yang sifatnya tidak langsung menunjang masyarakat dan penyelenggara negara dalam rangka
pelaksanaan tugas dan fungsi Satker, kecuali bersifat mencapai tujuan pembangunan nasional”.
pelayanan umum, seperti rumah sakit, rumah tahanan,
pos penjagaan, atau laboratorium. Ada juga pembatasan Di samping itu, perlu dilakukan peningkatan kapasitas
pengadaan kendaraan bermotor, kecuali kendaraan SDM dalam rangka pelaksanaan PP No. 17 Tahun 2017 dan
fungsional (ambulans, mobil tahanan, kendaraan roda dua aturan turunannya.
petugas lapangan); pengadaan kendaraan bermotor untuk
Satker baru; serta penggantian kendaran operasional yang Beberapa saran dan rekomendasi penulis sebagai berikut.
rusak dan kendaraan roda 4 atau roda 6 untuk antar- 1. Mengambil pelajaran dari yang dilakukan oleh mantan
jemput pegawai. Gubernur DKI Jakarta (Basuki Tjahaja Purnama) dan
mantan Gubernur Gorontalo (Fadel Muhammad) yang
Kriteria pembatasan adalah “dibatasi pada hal yang sangat keduanya menghapus berbagai jenis belanja untuk
penting dan dilakukan secara sederhana”. Hal ini menjadi kepentingan aparatur yang dipandang tidak perlu/
multitafsir dan tidak mudah dilaksanakan, menyebabkan tidak rasional/kurang mendukung pencapaian output
masih maraknya rapat dinas di luar kantor, seminar, kegiatan dan merealokasi kepada belanja yang dirasa
pertemuan, lokakarya, dan sejenisnya. lebih prioritas, dan merujuk UU No. 20 Tahun 2003
dan PMK, penulis mengusulkan agar inisiatif dan
D. SARAN DAN REKOMENDASI inovasi yang telah dilakukan oleh kedua pemimpin di
Merubah mind-set dan perilaku boros anggaran tidak bisa kedua daerah tersebut diangkat ke dalam kebijakan
dilaksanakan hanya dengan imbauan, ajakan, permintaan, nasional dan dibentuk Kerangka Regulasi untuk
arahan, tetapi harus diubah melalui perangkat hukum mewadahinya.
tertulis, yaitu peraturan perundang-undangan. Peraturan 2. Untuk memantapkan pelaksanaan PP No. 17 Tahun
perundang-undangan berfungsi sebagai “alat kontrol 2017 dalam rangka peningkatan efektivitas dan
sosial” (law as a tool of social control), “alat pengubah efisiensi Belanja Pemerintah, perlu disusun Kerangka
sosial” (law as a tool of social engineering), dan “alat dalam Regulasi untuk mengatur lebih lanjut penjabaran
melakukan pembaruan di masyarakat” (law as tool of social dan penerapan prinsip Allocative Efficiency dalam
bureaucratic engineering). Sebagai alat kontrol sosial maka perencanaan dan penganggaran pembangunan
peraturan perundang-undangan melakukan pengedalian secara lebih tegas, detail, dan kongkret untuk
terhadap tingkah laku masyarakat di dalam pergaulannya. digunakan dan dijadikan pedoman oleh semua
Adapun sebagai alat perubah sosial peraturan perundang- K/L dalam melakukan penyusunan prioritas
undangan berfungsi untuk mengubah perilaku warga pembangunan dan penganggaran pembangunan,
masyarakat agar sesuai dengan tujuan-tujuan yang baik melalui Perpres, Instruksi Presiden, dan/atau
telah ditetapkan sebelumnya; sebagai alat pembaruan Peraturan Menteri, yang isinya antara lain mencakup
dalam masyarakat maka peraturan perundang-undangan pokok-pokok pikiran sebagai berikut:
berfungsi mengubah nilai-nilai sosial dalam masyarakat13.
a) Kriteria, ruang lingkup, dan tata cara penilaian
Prioritas Nasional, Program Prioritas, Kegiatan
Untuk pelaksanaan PP No. 17 Tahun 2017, khususnya untuk
Prioritas, dan Proyek Prioritas14.
meningkatkan efektivitas Belanja Kepentingan Masyarakat,
diusulkan penyusunan suatu peraturan yang tegas dan
13 Lilhat https://mnj.my.id/wp-content/uploads/2017/10/JAWABAN-TUGAS-PIH. 14 Pada saat tulisan ini disiapkan, sudah disusun Rancangan dan dilakukan
pdf Konsultasi Publik terhadap Rancangan Permen PPN/Ka Bappenas tentang
Tata Cara Penyusunan, Pengusulan, Penilaian, Penetapan, Pemantauan dan
Evaluasi Proyek Prioritas.
b) Kriteria, ruang lingkup, dan tata cara penilaian 3. Peningkatan kapasitas SDM bidang perencanaan
dan peningkatan belanja untuk kepentingan dan penganggaran melalui diklat dan atau Bimtek
masyarakat. yang lebih dititikberatkan kepada praktik penyusunan
c) Kriteria, ruang lingkup, dan tata cara penilaian rencana pembangunan dan penganggaran
dan pembatasan belanja untuk kepentingan pembangunan yang diarahkan untuk (i) meningkatkan
aparatur. dan memantapkan pengetahuan, keahlian, dan
keterampilan dalam melakukan penyusunan rencana
d) Kriteria dan tata cara realokasi anggaran dari
pembangunan dan penganggaran pembangunan
prioritas yang lebih rendah kepada prioritas
yang didasarkan pada prinsip dan penerapan prinsip
yang lebih tinggi.
Allocative Efficiency dalam rangka meningkatkan
e) Program/kegiatan/proyek yang tidak prioritas kuantitas dan kualitas Belanja Untuk Kepentingan
tidak perlu diberikan alokasi anggaran, kecuali Publik, (ii) meningkatkan keahlian dan keterampilan
biaya operasional untuk melaksanakan tugas dalam mengidentifikasi, mengevaluasi, dan
pokok dan fungsinya sehari-hari. membatasi Belanja untuk Kepentingan Aparatur
f) Menghapus seluruh jenis honorarium. sebagai perwujudan dari penerapan prinsip
g) Memberikan batas bawah/batas minimal Allocative Efficiency dalam perencanaan dan
(yang tidak boleh dikurangi) dari belanja untuk penganggaran pembangunan, (iii) meningkatkan
kepentingan masyarakat terhadap APBN keahlian dan ketrampilan dalam melakukan
yang wajib dialokasikan pada tiap Prioritas penelaahan Renja KL dan RKA-KL berdasarkan
Nasional/Program Prioritas/Kegiatan Prioritas/ prinsip Allocative Efficiency, (iii) meningkatkan
Proyek Prioritas (misalnya 70% dari total keahlian dan ketrampilan dalam melakukan Cost and
Belanja K/L adalah untuk kepentingan publik), Benefit Analysis Proyek Prioritas, (iv) dan sebagainya.
dan dipastikan bahwa di dalam 70% tersebut
sepenuhnya adalah Belanja untuk Kepentingan
Publik, tidak mengandung komponen Belanja E. PENUTUP
untuk Aparatur termasuk tidak mengandung PP No. 17 Tahun 2017 memberikan landasan awal yang
Biaya Administrasi Kegiatan. sangat baik dalam upaya meningkatkan sinkronisasi
h) Penerapan Cap Policy terhadap Belanja untuk perencanaan dan penganggaran pembangunan,
kepentingan Aparatur, misalnya maksimal 30% penajaman prioritas pembangunan, dan maksimalisasi
dari total Belanja K/L, dan “perlunya review alokasi anggaran. Namun, untuk sampai kepada struktur
atas belanja barang non-operasional seperti dan postur APBN yang lebih berpihak kepada belanja
belanja perjalanan dinas, konsinyering, dan untuk kepentingan masyarakat, tampaknya jalannya masih
honorarium tim, yang perlu dicermati ulang cukup panjang. Masih banyak pekerjaan rumah (PR) yang
kontribusinya dalam pencapaian output” dalam harus diselesaikan, baik dari sisi regulasi, sisi koordinasi,
seluruh tahapan dan proses perencanaan maupun sisi SDM. Namun, kita tetap harus optimis bahwa
dan penganggaran pembangunan. Bila perlu, semua PR tersebut dapat diselesaikan pada waktunya
diatur bahwa seluruh alokasi Belanja untuk sehingga dapat tercapai tujuan berbangsa dan bernegara
Kepentingan Aparatur pada tiap-tiap K/L sebagaimana diamanatkan oleh UUD NRI Tahun g 1945, UU
disentralisasi kepada salah satu unit kerja yang No. 25 Tahun 2004 dan UU No. 17 Tahun 2003.
ditetapkan.
i) Audit perencanaan pembangunan oleh Auditor
DAFTAR PUSTAKA
Eksternal untuk memastikan kepatuhan kepada
Undang-Undang No. 17 Tahun 2013 tentang Keuangan
kaidah-kaidah perencanaan dan penganggaran
Negara
pembangunan yang diatur di dalam peraturan
perundang-undangan. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem
j) Di tingkat daerah perlu didorong adanya Perencanaan Pembangunan Nasional
Peraturan Daerah yang mengatur batas Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2017 tentang
atas yang tidak boleh dilampaui dari Belanja Sinkronisasi Proses Perencanaan dan Penganggaran
Pegawai dan Belanja Kepentingan Aparatur Pembangunan Nasional
Lainnya.
Peraturan Presiden No. 79 Tahun 2017 tentang Rencana
k) Pokok pikiran lain dalam rangka meningkatkan
Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2018
Belanja untuk Kepentingan Masyarakat.
Peraturan Menteri Keuangan No. 101/PMK.02/2011 tentang Mensos: Pengeluaran US$ 1,5 Per Hari, Jumlah Penduduk
Klasifikasi Anggaran Miskin 96 Juta, (http://www.beritasatu.com/
nasional/225288-mensos-pengeluaran-us-15-per-
Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/
hari-jumlah-penduduk-miskin-96-juta.html)
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
No. 9 Tahun 2017 tentang Tata Cara Penyusunan dan Stimulating a Broad-Shared Economic Growth in the
Penelaahan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga Philippines The World Bank, PDF Working Group
Meeting on Sustainable Rural Development,
Peraturan Menteri Keuangan No. 49/PMK.02/2017 tentang
(http://www.pdf.ph/downloads/social/PDF%20
Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2018
Workshop%20Feb20%202007.pdf)
Peraturan Menteri Keuangan No. 86/PMK.02/2017 tentang
Public Expenditure Management: The Process of:
Standar Biaya Keluaran Tahun Anggaran 2018
Allocative Efficiency, Forward Estimate, Public
Peraturan Menteri Keuangan No. 94/PMK.02/2017 tentang Program Prioritization, by Shahril Budiman and
Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA K/L dan Muhammad Hafeez Bin Zakaria (https://www.
Pengesahan DIPA slideshare.net/ssuserdf3d4f/public-expenditure-
management-allocative-efficiency-forward-estimates-
Kerangka Pemikiran Reformasi Perencanaan dan
public-programs-and-prioritization)
Penganggaran, Bappenas, tanpa tahun, Hal 2–5, 28
(https://www.bappenas.go.id/files/3713/6508/2376/ Public Management Expenditures. (http://slideplayer.info/
modul-i__20090814165601__0.pdf) slide/2978038/).
Informasi APBN 2017 APBN yang lebih kredibel dan Public Financial Management Reforms Towards Inclusive
berkualitas di tengah ketidakpastian global Development, Florencio B. Abad, Secretary,
(http://www.anggaran.depkeu.go.id/content/ Department of Budget and Management. (http://
publikasi/2016%20BIB%202017.pdf) slideplayer.com/slide/8517692/).
Sri Mulyani: APBD untuk Memuaskan Masyarakat Bukan Muhammad Nur Jamaluddin, Jawaban Tugas Pengantar
Birokrat (https://kumparan.com/@kumparannews/sri- Ilmu Hukum, (https://mnj.my.id/wp-content/
mulyani-apbd-untuk-memuaskan-masyarakat-bukan- uploads/2017/10/JAWABAN-TUGAS-PIH.pdf).
birokrat)
World Bank:Indonesia Perlu Kebijakan Tepat untuk Kelas
Sri Mulyani: Uang Negara Bukan untuk Memuaskan Bawah dan Menengah (https://tirto.id/indonesia-perlu-
PNS (https://finance.detik.com/berita-ekonomi- kebijakan-tepat-untuk-kelas-bawah-dan-menengah-
bisnis/3497525/sri-mulyani-uang-negara-bukan- cBaA).
untuk-memuaskan-pns)
Kekuatan Militer Indonesia Peringkat Keempat Asia (https://
Sri Mulyani: Seperempat APBN Dipakai untuk gaji dan nasional.tempo.co/read/795512/kekuatan-militer-
Tunjangan PNS (https://ekbis.sindonews.com/ indonesia-peringkat-keempat-asia).
read/1204110/33/sri-mulyani-seperempat-apbn-
Indonesia Masuk 20 Besar Militer Terkuat di Dunia (https://
dipakai-untuk-gaji-dan-tunjangan-pns-1494406532)
international.sindonews.com/read/1189393/42/
Inilah Jumlah PNS Pusat dan Daerah Saat ini. (http:// indonesia-masuk-20-besar-militer-terkuat-di-
liputan8.com/2016/03/25/inilah-jumlah-pns-pusat- dunia-1489764210).
dan-daerah-saat-ini/). Per Maret 2016 berdasarkan
Kapolri sebut personel polisi di RI terbanyak nomor 2 di
Karo Humas BKN Tumpak Hutabarat jumlah PNS
dunia (https://www.merdeka.com/peristiwa/kapolri-
pusat adalah 939.995 orang (21 persen), PNS daerah
sebut-personel-polisi-di-ri-terbanyak-nomor-2-di-
berjumlah sekitar 3.586.715 (79 persen)
dunia.html).
Pada RAPBD Kabupaten Kudus A 2018, Belanja Pegawai
Naik. (https://isknews.com/pada-rapbd-kabupaten-
kudus-ta-2018-belanja-pegawai-naik/)
Tesis berjudul “Perbandingkan Kinerja Keuangan
Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
PROFIL PENULIS
Barat Tahun 2009-2013”, dipresentasikan dalam
acara Sharing Session Workshop pada tanggal 25 Lilly Widayati adalah Perencana di Pusbindiklatren
September 2017 di Bappenas Kementerian PPN/Bappenas
g u g a h
Meng s
i t a
Logika Gambar
Krea t i v Bahasa
Matematika Warna
Bentuk
Analisis Imajinasi
“Jangan merasa bahwa kamu tidak kreatif!
Sejatinya kreativitas sudah mengendap di setiap
Sistematis Dimensi Ruang
insan manusia, tetapi malas untuk dikeluarkan atau
tidak tahu cara memanggilnya.”
Di sisi lain, kreativitas juga dapat menjadikan Lalu dari mana munculnya kreativitas? Para ahli
seseorang memiliki nilai tambah yang membuatnya kerap mengaitkannya dengan kemampuan otak
lebih maju. Tanpa kreativitas, seseorang tidak akan manusia yang luar biasa. Otak manusia terdiri atas
“berbeda” atau “unggul” daripada orang lain. Dengan otak bagian kiri dan otak bagian kanan. Aktivitas
kreativitas, seseorang dapat melakukan berbagai yang terkait dengan logika, bahasa, matematika, dan
pekerjaan dengan lebih baik dan akan semakin analisis biasanya lebih banyak menggunakan otak
termotivasi untuk melakukan yang lebih baik lagi. Tak kiri. Sementara aktivitas yang terkait dengan gambar,
peduli sekecil apapun kreativitas yang seseorang bentuk, warna, musik, imajinasi, dan dimensi ruang
lakukan, semua akan menghasilkan dampak positif lebih banyak menggunakan otak kanan. Otak kanan
bagi kemajuan pribadi, karier, dan kehidupan. yang sering dilatih akan memunculkan kemampuan
imajinasi yang kuat untuk mendorong tumbuhnya
kreativitas.
Untuk menjadi kreatif, seseorang perlu tanpa kemampuan analisis dan logika, hanya akan
menyeimbangkan kemampuan otak kiri dan otak menghasilkan sesuatu yang tak bermakna. Selain
kanannya. Orang yang hanya mengandalkan otak memerlukan daya imajinasi yang kuat, kreativitas
kiri akan terbelenggu oleh rutinitas, aturan, prosedur, harus didukung kemampuan logika, analisis, dan
dan kebiasaan yang dilakukan sehari-hari sehingga matematis untuk menangkap setiap detail dan
tidak mampu mengembangkan sesuatu yang baru. mengembangkannya menjadi sesuatu yang fresh
Sementara orang yang hanya menggunakan otak dan orisinal.
kanan memang lebih kreatif, tetapi kreativitas
bahkan saat sedang duduk di toilet. Penting pemikiran out of the box agar tidak melantur
sekali bagi orang kreatif untuk mencatat ide- ke mana-mana. Boleh saja keluar dari pakem
ide yang muncul agar tidak menguap begitu atau kebiasaan, tetapi harus sesuai
saja. Jangan pernah mematikan ide karena dengan target/tujuan yang ingin
ide adalah sumber kreativitas. Meskipun tidak dicapai. Jangan asal kreatif, tetapi
terpakai saat ini, ide tersebut mungkin dapat tidak menghasilkan apapun
digunakan lain kali. Untuk itu, simpan baik-baik selain sensasi. g
catatan ide yang telah dibuat.
BERITA DUKA
JAJANG MUHARI
Staf Bagian Tata Usaha Pusbindiklatren Bappenas/
Fotografer Majalah Simpul Perencana
#SelamatJalanJJGM