I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wisata atau berwisata yaitu selain sebuah hal yang menyenangkan, dengan
berwisata pikiran kita juga menjadi lebih segar dan kita bisa mengenal dan
liburan juga bisa membangun sebuah kebersamaan di dalam keluarga. Hal yang
menyenangkan ketika kita berwisata bersama keluarga yang kita cinta, di sana kita
ini, meningkatkan rasa cinta lingkungan serta melestarikan alam dan budaya
lebih luas dan multidimensial tidak semata mata berkaitan dengan pengembangan
2
kegiatan dan atraksi wisata pada suatu wilayah tetapi sekaligus sebagai agen
Salah satu tempat wisata potensial dan mempunyai prioritas utama untuk
adalah pulau bokori yang mempunyai potensi wisata yang cukup menarik. Dan
belum banyak yang mengetahui potensi dari pulau ini. Terutama untuk wisatawan
dari luar maupun wisatawan asing. Potensi obyek yang menonjol adalah potensi
alam pantai dan karakteristik pulau Bokori dengan perairan atau laguna ditengah
(resort). dimana potensi dari pulau ini mempunyai pasir putih, laut yang jernih,
Resort di pulau Bokori" untuk menghidupkan daya tarik wisata terhadap pulau
potensi tersebut menjadi satu daya wisata yang dipadukan dengan sarana dan
wisata bagi masyarakat urban akan hiburan, persentase perekonomian daerah pun
dapat meningkat.
3
Menurut Sadili (2012), Penataan ruang laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil
dimana dengan rencana zonasi dapat menggambarkan secara baik mengenai pola
dan struktur ruang wilayah pesisir sehinga dapat memanfaatkannya secara optimal
bahwa RZWP3K Prov. dan Kab/Kota merupakan bagian dari RTRWP dan
RTRW Kab/Kota.
pengendalian pemanfaatan ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut , dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah. Sehingga
seharusnya sudah mencakup ruang darat dan ruang laut. Sehingga rencana zonasi
Kab/Kota merupakan bagian dari RTRWP dan RTRW Kab/Kota. RZWP3K Prov.
dan Kab/Kota merupakan rencana rinci dari RTRW Provinsi dan RTRW
masyarakat, maka para ahli juga menawarkan sejumlah teori yang dapat
digunakan dalam proses perumusan kebijakan serta kriteria yang dapat digunakan
kriteria tersebut dapat ditemukan dalam buku Anderson tahun 2006 yang berjudul
127), terdapat tiga teori utama yang dapat digunakan dalam proses pembuatan
secara memadai.
b. Teori incremental; adalah teori yang intinya tidak melakukan
dipertimbangkan dalam memilih kebijakan, yaitu: (1) nilai-nilai yang dianut baik
oleh organisasi, profesi, individu, kebijakan maupun ideologi; (2) afiliasi partai
politik; (3) kepentingan konstituen; (4) opini publik; (5) penghormatan terhadap
Berangkat dari gambaran kondisi tersebut, tulisan singkat ini berupaya untuk
menjadi fokus pembahasan dari tulisan ini yaitu makna kebijakan dan perumusan
serta prosedur perumusan kebijakan. Menurut Jann dan Wegrich (2007: 48), di
menteri perikanan dan kelautan No.10 tahun 2002 adalah wilayah peralihan
ekosistem darat dan laut yang saling mempengaruhi dimana kea rah laut 12 mil
dari garis pantai untuk provinsi dan sepertiga dari wilayah laut tersebut untuk
laut adalah ruang laut yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsure
7
ekosistem yang berada di daerah pesisir. Contoh ekosistem lain yang ikut kedalam
(seagrass), dan ekosistem terumbu karang. Dari ekosistem pesisir ini, masing
masing ekosistem mempunyai sifat- sifat dan karakteristik yang berbeda beda.
menjadikan kawasan berair yang rusak atau tak berguna menjadi lebih baik dan
Kawasan reklamasi pantai termasuk dalam kategori kawasan yang terletak di tepi
dan fisik sangat dipengaruhi oleh badan air laut. (Irman, 2013).
di sisi daratan;
8
Merupakan bagian wilayah dari kawasan perkotaan yang cukup padat dan
Berada di luar kawasan hutan bakau yang merupakan bagian dari kawasan
lain yaitu:
(BKPRN)
9
Secara umum bentuk reklamasi ada dua, yaitu reklamasi menempel pantai
dan reklamasi lahan terpisah dari pantai daratan induk.Cara pelaksanaan reklamasi
pantai sampai muka lahan berada di atas muka air laut tinggi (high water
level). Sistem
Polder Reklamasi dilakukan dengan cara mengeringkan perairan yang
gabungan sistem polder dan sistem timbunan, yaitu setelah lahan diperoleh
datar dan relative rendah dari wilayah di sekitarnya tetapi elevasi muka
komposisi sedimen sungai, pola pasang surut,pola arus laut sepanjang pantai dan
merusak kawasan tata air. Potensi banjir akibatproyek reklamasi itu akan semakin
meningkat bila dikaitkan dengan adanya kenaikanmuka air laut yang disebabkan
kualitas dan nilai ekonomi kawasan pesisir, mengurangi lahan yang dianggap
danpenyerapan tenaga kerja. Kondisi ekosistem di wilyah pantai yang kaya akan
apabila terjadi perubahan baik secara alami maupun rekayasa akan mengakibatkan
dalam waktu yang lama, pasti memberikan kerusakan ekosistem wilayah pantai,
memerlukan material uruganyang cukup besar yang tidak dapat diperoleh dari
sekitar pantai, sehingga harus didatangkan dari wilayah lain yang memerlukan
11
jasa angkutan. Pengangkutan ini berakibat pada padatnya lalu lintas, penurunan
kualitas udara, debu, bising yang akan mengganggu kesehatan masyarakat. (Deni,
2013).
Wilayah adalah Peta lapangan, kompas, gps, klinometer, altimeter, bor tanah,
12
parang, ring sampel, pisau, meteran, gelas Ukur 1000 ml dan 500 ml, timbangan,
Bahan yang digunakan adalah Tali Rafia, spertus dan sampel tanah/pasir
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah dilakukan dengan cara observasi
tinggkat abrasi pantai, biota air, permeabilitas, jenis pasir. Hasil persentase
penutupan lahan.
2. Kemudian mengukur kedalaman tanah dengan mengunakan Bor di 5 titik,
bola dengan cara menarik sepanjang 5-6 Meter dari bibir pantai, kemudian
A. Hasil
terdiri dari satu lokasi pengamatan saja untuk data internal dan eksternal tanah
dan kualitas lahan di pesisir pantai pulau bokori kecematan soropia kabupaten
Hasil praktikum penunjang kondisi oseanografi terdiri atas dua stasiun yaitu
stasiun I (Bagian Timur Pulau Bokori) dan stasiun II (Bagian Utara Pulau Bokori)
B. Pembahasan
perairan pantai untuk memperolah kelas kesesuai lahan ditentukan oleh nilai
terkecil atau minimum dari parameter lahan perairan yang diamati sebagai
pariwisata.
1. Pantai Bokori
Hasil penilaian evaluasi kesesuaian lahan berdasarakan karakteristik dan
Evaluasi kesesuain lahan untuk tempat piknik sekitar 45 % dari luas total
daratan pulau bokori memiliki kelas kesesuain lahan buruk. Hal ini dapat dilihat
meliputi : drainase lambat, tanpa bahaya banjir lereng 0-3% Tekstur permikaan
tanah lempung berpasir, kerikil dan kerakal 40 % baru dan batuan 0,10%.
daratan pulau bokori memiliki kelas kesesuain lahan sedang. Hal ini dilihat
bersarkan beberapa parameter kondisi fisik lahan yang meliputi : drainase agak
baik, tanpa bahaya banjir, permebilitas agak lambat, lereng 0-3% tektur tanah
permukaan lempung berpasir halus, 40 % baru dan batuan 0,10% walaupun ada
17
hewan pantai yang sedikit membahayakan seperti bulu babi, namun hal ini hanya
luas total daratan pulau bokori memiliki kelas kesesuaian lahan buruk. Hal ini
dapat dilihat berdasarkan beberapa parameter kondisi fisik lahan sedang meliputi :
drainase lambat, tanpa bahaya banjir, permebilitas agak lambat, lereng 0-3%
tektur tanah permukaan lempung berpasir halus, 40 % baru dan batuan 0,10%.
Konawe adalah jenis tanah mediteran, yang pada umumnya jenis tanah ini banyak
yang muncul kepermukaan tanah adalah batu karang yang sifatnya keras dan
tajam, rawan dengan abrasi. Keadaan topografi yang relatif datar, pada saat air
surut daerah pantainya menjadi kering sehingga hamparan pasir putih, jenis
Tanah merupakan sumber daya fisik untuk perencanaan tata guna tanah.
dengan tempat pengembangan objek wisata dan aktivitas para wisatawan. Sifat
permukaan tanah, kerikil dan kerakal serta batu dan bebatuan. Keadaan sifat fisik
18
sedangkan untuk kondisi fisik lahan perairan yang berupa material dasar, jenis
pasir, warna pasir dan berhubungan dengan olahraga pantai dan tempat berjemur.
tanah dan kondisi fisik perairan memiliki kelasa kesesuain lahan dan kondisi fisik
perairan memiliki kelas kesesuain lahan baik dan sedang. Pada lokasi bagian utara
pulau bokori memiliki kelas kesesuain baik (kelas kesuain buruk), permeabilitas
cepat (kelas kesesuain lahan buruk) dan tekstur tanah permukaan lempung pada
tergolong kriteria kokoh. Kondisi tersebut menandakan bahwa lokasi bagian timur
untuk bagian utara pulau bokori kelas kesesuain lahan tidak jauh berbeda pula
dengan kondisi pantai bokori bagian utara dengan kelas kesesuain lahan merupkan
soropia kabupaten konawe. Hal ini dapat juga dilihat pada lokasi sering terdapat
genangan air.
Parameter karakteristik lahan berupa batu dan bebatuan seta kerikil dan
dihitung dalam nilai persen (%). Pada lokasi Pulau pantai Bokori memiliki kelas
Fenomena alam yang tak lagi bersahabat kepada manusia karena ulah
manusia itu sendiri harus segera disikapi. Kebakaran, banjir, bencana asap,
19
longsor, gempa bumi, banyak disebabkan oleh manusia yang tak bertanggung
jawab. Sama halnya dengan Pulau Bokori. Jika tidak segera dibenahi maka pulau
bersejarah ini hanya sebatas nama dan kenangan semata. Keindahannya hanya
akan menjadi cerita belaka, dan kelak lenyap dimakan waktu tanpa bukti.
menjadi salah satu penyebab Pulau Bokori terhempas ombak bagian utara dan
selatan, hingga nyaris lenyap. Syukurlah, Pemda dengan bijak membenahi Pulau
Bokori, menjadikannya eksis kembali, tak lapuk oleh waktu. Berkat itu, generasi
penerus Provinsi Sultra ke depan masih dapat menikmati indahnya Pulau Bokori.
Dengan demikian, kelestarian dan keindahan alam serta kekayaan bangsa dapat
terjaga dan terpelihara. Provinsi Sultra akhirnya dapat berkontribusi besar dalam
objek wisata pantai di Bokori didapatkan bahwa bokori merupakan pulau yang
wilayahnya agar tidak timbul konflik lebih lanjut. Kemudian setelah dianalisis
pulau bokori memilki beberapa masalah yang harus diselesaikan dengan jalan
tabel di bawa ini mengenai dampak yang diakibatkan dari pembangunan sector
Konawe
yang akan dilakukan sehingga sesuai dengan tujuan yang diinginkan, begitu pula
dengan perencanaan suatu wilayah atau zonasi sehingga apa fungsinya dan apa
wilayaah pantai bokori dengan isu yang di akibatkan serta solusinya diantaranya :
palau bokori sebiknya diperhatikan factor-faktor lain seperti fungsih dan kegunaan
21
dari rencena yang akan dilkukan sehingga benar-benar dapat dimanfaatkan secara
umum dan luas serta tidak menimbulkan masalah baru dilokasi tersebut. Adapun
beberapa poin yang perlu di garis bawahi dari rencana tersebut yaitu :
atau satu titik saja dan tidak menyebar-nyebar sehingga dapat ditata
dengan baik.
b. Pembangunan pelabuhan seharusnya di tempatkan pada salah satu
kawasan saja sehingga penataan kawasan lain tidak saling terbentur atau
tumpa tindih.
c. Potensi suatu kawasan harus benar-benar di jaga serta bila perlu
dan tambak.
d. Suatu perencanaa perlu dipikirkan mengenai dampak bagi lingkungan dan
Dimana green industry ini benar-benar dijalankan sehingga dapat menghemat dan
tinggal disekitarnya karena polusi dapat berkurang atau tidak ada sama sekali.
pemanfaatan kembali segala sesuatu yang disebut limbah/ sampah/ polusi menjadi
sesuatu yang dapat dimanfaatkan dalam pabrik tersebut. Juga green industry tidak
perlu menyuplai listrik yang terlalu banyak dari pln karena dapat menggunakan
Kareni jika ditinjau dari letak geografis dan potensi yang berada di wilayah
gresik, maka didapatkan kesimpulan bahwa gresik memang tak bisa lepas dari
sector perindustrian.
23
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
pantai bokori terdapat hewan laut yang membahakan keselamatan seperti bulu
babi dan disekitas kawasan pantai bokori terdapat kerikil dan keralal yang cukup
banyak presentasinya.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Alfiah. 2012. Klasifikasi Industri. Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya ITATS.
Sadili, Didi. 2012. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil.
http://didisadili.blogspot.com/2012/06/ rencana-zonasi-wilayah-
pesisir-dan.html. Diakses pada tanggal 15 Desember 2013 Pukul
18.15. WIB.