Anda di halaman 1dari 24

Makalah

KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK) TANJUNG LESUNG

(Implementasi Kebijakan Pengembangan dan Dampak Pengembangan)

Studi Kasus : Tanjung Lesung

Disusun oleh :

Kelompok 6

Syiya Minta 1704110010006

Teuku Aidil Nur 1704110010013

Luthfia Ananda R P 1704110010025

Fathia Andriana 1704110010040

Dosen Pengampu : Yanis Rinaldi S.H

Mata Kuliah : Hukum dan Administrasi Perencanaan

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang karena
Anugerah dan Rahmat dari-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Hukum dan Administrasi Perencanaan tentang "Kawasan Ekonomi Khusus”. Tak
lupa pula penulis mengucapkan Sholawat dan Salam kepada junjungan kita semua,
yaitu Nabi Muhammad SAW.

Penulis selaku penyusun berharap semoga makalah yang telah penulis susun
bisa memberikan banyak manfaat serta menambah pengetahuan pembaca dalam
penyusunan makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin dan
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.

Penulis

Banda Aceh, Maret 2019


DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Ruang Lingkup

BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN KEBIJAKAN

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Hukum
2.1.2 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
2.1.3 Good Governance
2.1.4 Sistem Otonomi Daerah
2.2 Tinjauan Kebijakan

2.2.1 Undang-Undang
2.2.2 Peraturan Pemerintah
BAB III PEMBAHASAN

3.1 Implikasi Kebijakan Pengembangan

3.2 Dampak Pengembangan

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Rekomendasi

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jumlah penduduk yang semakin bertambah serta diikuti dengan meningkatnya


kebutuhan manusia terhadap sumberdaya alam, mendorong pemerintah Indonesia
untuk mulai meningkatkan peran sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil yang
memiliki keragaman potensi sumber daya alam yang tinggi, dan sangat penting bagi
pengembangan sosial, ekonomi, budaya, lingkungan, serta penyangga kedaulatan
bangsa. Pengembangan potensi sumber daya alam ini dikelola secara berkelanjutan
dan berwawasaan global, dengan memperhatikan aspirasi dan partisipasi
masyarakat, dan tata nilai bangsa yang berdasarkan norma hukum nasional.

Salah satu program pembangunan yang diupayakan oleh pemerintah adalah


program Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). KEK terdiri dari satu atau beberapa
zona, seperti pengolahan ekspor, logistik, industri, pariwisata, pengembangan
teknologi, enegi dan ekonomi lain. Salah satu wilayah yang teah ditetapkan menjadi
KEK adalah Tanjung Lesung. Tanjung Lesung telah ditetapkan sebagai KEK
Pariwisata berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2012 tentang
Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung. Berdasarkan PP tersebut disebutkan
bahwa pengembangan KEK Pariwisata Tanjung Lesung dinilai akan dapat
memberikan dampak kepada pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut, baik
terhadap berbagai sektor, maupun berbagai kalangan termasuk masyarakat
setempat. Penetapan Tanjung Lesung sebagai KEK pariwisata sangat sesuai dengan
kondisi desa Tanjung Jaya yang memang dikenal sebagai kawasan pariwisata yang
ditandai dengan adanya pasir putih dan panorama yang indah bak didarat maupun
dibawah airnya. Provinsi Banten merupakan wilayah yang memiliki potensi
pariwisata yang beraneka ragam dan sangat prospektif untuk dikembangkan. Hal
ini terlihat dari tersebarnya destinasi dan daya daya tarik wisata baik berupa wisata
pantai, wisata tirta, wisata sejarah/budaya dan wisata suaka alam, dengan fasilitas
pendukung pariwisata seperti hotel berbintang, non bintang, restoran dan rumah
makan, dan lain-lain yang banyak tersebar terutama di kawasan pesisir pantai Barat
Banten. Sektor Pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat diandalkan
sebagai sumber devisa. Kegiatan pariwisata di Banten cukup potensial untuk
menunjang pendapatan dan pembangunan daerah. Pada tahun 2013 kunjungan
wisatawan mencapai 18.072.420 orang, terdiri dari wisatawan mancanegara
sebanyak 152.691 orang dan 17.919.729 wisatawan nusantara.

Masyarakat khususnya dalam ilmu pembangunan wilayah, merupakan bagian


penting dalam proses pembangunan. Respon masyarakat terhadap suatu rencana
program pembangunan juga dapat menentukan berhasil atau tidaknya program
tersebut dilaksanakan. Desa Tanjungjaya memiliki luas 33 km2 dan memiliki
bentang lahan berupa lembah. Penduduk di Desa Tanjungjaya pada tahun 2011
diketahui berjumlah 6.876 jiwa dan terdiri atas 1.826 rumah tangga (BPS, 2012),
dan sebagian dari mereka bermukim di wilayah Tanjung Lesung yang akan
dikembangkan menjadi KEK Pariwisata. Tanjung Lesung meskipun akan
dikembangkan menjadi KEK pariwisata, namun masyarakatnya secara umum
memiliki kegiatan di luar sektor pariwisata, seperti sektor perikanan, pertanian,
maupun sektor ekonomi lainnya.

Masyarakat pesisir di Tanjung Lesung merupakan bagian dari masyarakat lokal


yang sudah lama dan turun temurun bertempat tinggal dan mendiami wilayah ini.
Pengembangan KEK Tanjung Lesung akan menimbulkan dampak bagi masyarakat
disekitarnya, baik itu dampak yang positif maupun dampak yang negatif. Oleh
karena itu, kajian ini perlu dilakukan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan
oleh pengembangan KEK Tanjung Lesung terhadap masyarakat disekitarnya dan
rekomendasi apa yang bias diberikan untuk mengatasi permasalahan yang timbul
oleh pengembangan KEK Tanjung Lesung ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang


dikaji dalam studi ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana implementasi pengembangan kebijakan KEK Tanjung Lesung?


2. Bagaimana dampak pengembangan KEK Tanjung Lesung terhadap
masyarakat disekitarnya?
3. Bagaimana rekomendasi yang dapat diberikan untuk mengatasi
permasalahan yang ada di KEK Tanjung Lesung?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan laporan


ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui bagaimana implementasi kebijakan pengembangan KEK


Tanjung Lesung.
2. Mengetahui bagaimana dampak pengembangan KEK Tanjung Lesug
terhadap masyarakat disekitarnya
3. Mengetahui bagaimana rekomendasi yang dapat diberikan untuk
mengatasi permasalahan yang ada di KEK Tanjung Lesung.

1.4 Ruang Lingkup

Dalam penulisan makalah ini, ruang lingkup wilayah yang dikaji adalah
Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung yang merupakan wilayah pesisir yang
terletak di Desa Tanjungjaya Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang
Provinsi Banten.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS DAN KEBIJAKAN

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1. Hukum

Hukum merupakan sebuah peraturan yang teratur dan tersusun dengan


baik serta juga mengikat terhadap masyarakat maupun pemerintah. Ada 4
unsur hukum yang harus ada dalam suatu pengertian hukum atau perumusan
suatu hukum, yaitu :
a. Hukum mengatur tingkah laku atau tindakan manusia dalam
kehidupan bermasyarakat yang berisikan perintah dan larangan.
b. Peraturan hukum ditetapkan oleh lembaha atau badan yang
berwenang. Jadi hukum tidak boleh dibuat oleh orang biasa melainkan
oleh lembaga yang berwenang. Sifat hukum ini bersifat mengikat
masyarakat luas.
c. Penegakkan aturan hukum tersebut harus bersifat memaksa dimana
peraturannya bukan untuk dilanggar melainkan untuk dipathui.d.
Memiliki sanks di setiap pelanggaran, sanksinya tegas dan diatur
dalam peraturan hukum.

Secara umum, di Indonesia mengenal adanya 2 hukum yaitu :

1. Hukum Publik

Hukum Publik adalah peraturan hukum yang mengatur tentang


hubungan hukum antara warga Negara dengan Negara yang menyangkut
kepentingan umum. Hukum publik merupakan hukum yang mengatur
masyarakat.
2. Hukum Privat

Hukum Privat merupakan hubungan yang mengatur hubungan antara


sesama manusia, antara satu orang dengan orang yang lainnya dengan
menitikberatkan kepentingan perorangan.

2.1.2. Kawasan Ekonomi Khusus

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) adalah kawasan dengan batas


tertentu yang tercangkup dalam daerah atau wilayah untuk
menyelenggarakan akan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas
tertentyu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki
keunggulan geoekonomi dan geostrastegi dan berfungsi untuk menampung
kegiatan industry, ekspor, impor dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki
nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.

Dalam perkembangannya di Indonesia, KEK ini didasari pada


perkembangan kawasan industri yang telah ada di era tahun 1970-an. Banyak
negara-negara berkembang pada era tersebut yang melaksanakan
pembentukan kawasan-kawasan khusus pembangunan ekonomi. Namun
secara formal, KEK baru lahir sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor
39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Tujuan utama dari
pembentukan kawasan khusus ini adalah pengintergrasian perusahaan-
perusahaan yang beroperasi di dalamnya dengan ekonomi global, dengan cara
melindungi mereka terhadap berbagai distorsi seperti tarif dan birokrasi yang
berbeli-belit. Selanjutnya jika melihat ke belakang, kawasan industri di
Indonesia telah ada sejak tahun 1970-an. Hal ini didahului oleh lahirnya PT
Jakarta Industrial Estate Pulogadung (PT. JIEP) dengan luas kawasan 570 ha
di DKI Jakarta pada Tahun 1973, yang merupakan upaya dari pemerintah
untuk mengendalikan pertumbuhan industri yang jumlahnya semakin
meningkat pada saat itu.

Pada umumnya, sasaran penerapan KEK adalah untuk meningkatkan


investasi asing di suatu negara dengan menyediakan berbagai insentif berupa:
insentif perpajakan (PPN, PPnBM, PPh Pasal 22, Tax Holiday), insentif
kepabeanan (pembebasan, pengurangan tarif, atau penyederhanaan prosedur
cukai atau bea masuk), insentif penanaman modal (menyederhanakan syarat
dan prosedur), serta insentif perlindungan lingkungan hidup. Selain
Indonesia, telah banyak negara yang berusaha menarik investor asing dengan
menerapkan KEK untuk menggairahkan perekonomian negara tersebut.
Diantara banyaknya KEK, ada yang berhasil mengalami pertumbuhan dengan
pesat dan fantastis seperti Shenzhen di RRC, dan ada yang gagal total sama
sekali seperti di Korea Utara.

Pengambilan keputusan pemerintahan suatu negara dalam


menetapkan suatu wilayah sebagai KEK didasari kepada keunggulan yang
dimiliki oleh kawasan tersebut yang umumnya memiliki:

1). Keunggulan geografis, letak suatu kawasan yang sangat dekat dengan
negara tetangga/perbatasan dan atau jalur perdagangan dunia dengan
beragam kekhususannya (Orientasi Ekspor, Substitusi Impor, dan lain
sebagainya.

2). Sumber daya alam, sumber alam tertentu merupakan daya tarik tersendiri
dalam penetapan suatu wilayah menjadi KEK. Dan Indonesia sebagai
negara yang memiliki banyak sumber alam yang kaya perlu membuat
cluster KEK di berbagai daerah sehingga setiap daerah memiliki pusat
perekonomian tersendiri dalam konteks KEK.

Dalam menetapkan suatu wilayah sebagai suatu KEK, terutama BBK,


ada baiknya jika mempertimbangkan hal-hal berikut agar keputusan yang
diambil benar-benar, tepat, efektif dan terhindar dari High Cost Economy dan
benar-benar mampu meningkatkan perekonomian masyarakat.

1). Lokalitas. Keunggulan suatu wilayah baik keunggulan komparatif


maupun kompetitif ditimbang dari potensi alam dan potensi geografisnya
merupakan nilai tambah yang sulit diimbangi oleh daerah lain maupun
negara lain. Potensi alam misalnya, ada baiknya jika daerah yang memiliki
Sumber Daya Alam (SDA) tertentu memiliki KEK sesuai dengan SDA
maupun kondisi yang dimiliki, sehingga daya saing wilayah tersebut
sangat sulit untuk disetarakan dengan wilayah lain di bidang SDA yang
sama. Dan kegiatan yang dikembangkan dalam wilayah itu mencakup
industri hulu hingga hilir yang terpadu (integrated). Untuk KEK BBK,
yang wilayahnya berbasis maritim,industri yang paling strategis tentunya
adalah industri yang sesuai dengan kemaritiman; industri perkapalan,
perikanan dan sumber-sumber kelautan lainnva.

2). Ekonomi Lintas Batas. Suatu kawasan yang berada dalam wilayah hukum
Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berbatasan langsung dengan
wilayah perairan laut dan atau darat, dengan wilayah negara lain atau
perairan internasional.

3). Pelabuhan Bebas. Pelabuhan adalah gerbang perekonomian suatu wilayah


atau negara dimana terdapat arus barang dan orang yang melakukan
aktifltas ekonomi. Kelancaran arus barang dan orang tergantung kepada
regulasi dan prosedur serta fasilitas yang disediakan di dalam kawasan
pelabuhan tersebut. Aktifitas pelabuhan bisa dijadikan indikasi tentang
kondisi perekonomian suatu wilayah. Penetapan Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK), selalu dikaitkan dengan pemberian status pada pelabuhan
tertentu yang bertujuan untuk mendukung KEK tersebut dengan
menentukan suatu pelabuhan menjadi Pelabuhan Bebas. Tanpa
diikutsertakannya penetapan status pelabuhan di dalam KEK akan
menghambat aktifitas yang dinamis di dalam kawasan.

4). Peranan Kamar Dagang dan Industri dalam KEK. Dalam pengembangan
suatu kawasan, pemerintah tidak akan terlepas dari peranan Kadin dan
Asosiasi di bawahnya sebagai mitra pemerintah dalam pengembangan
ekonomi seperti yang diamanatkan oleh UU No. l Tahun 1987 tentang
Kamar Dagang dan Industri dan Keppres No. 16 Tahun 2006 tentang
Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Kadin. Kolaborasi antara pemerintah dan Kadin memiliki peranan yang
sangat penting dan strategis dalam penerapan kebijakan ekonomi, agar
tidak timbul tumpang tindihnya kebijakan, dan atau tidak efektifnya
kebijakan yang diambil. Sebagai pelaku ekonomi, Kadin lebih memahami
kondisi lapangan, mengerti apa kebutuhan yang diperlukan dalam
menjalankan usaha yang tidak semata-mata mengedepankan keuntungan
finansial tetapi juga aspek sosial lainnya

Dengan tumbuh dan berkembangnya suatu Kawasan Ekonomi


Khusus (KEK) di suatu daerah akan selalu diikuti oleh pertumbuhan
perekonomian di daerah sekitarnya, dan sektor perekonomian lainnya akan
ikut bergerak dan bergairah. Harus diakui bahwa ada potential lost dari
ditetapkannya KEK di suatu wilayah, berupa hilangnya penerimaan pajak
baik Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Barang Mewah
(PPnBM), Bea Masuk (BM) atas barang konsumsi dan barang mewah.
Namun demikian, potensi perolehan (potential gain) dari ditetapkannya KEK
pada satu wilayah yaitu:. peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan
Pajak (terutama PPh, Pajak Langsung, Pajak tak Langsung), peningkatan
lapangan kerja.

Tentunya kebijakan yang diambil selalu mempertimbangkan berbagai


aspek yang diakibatkan oleh kebijakan itu. Namun yang terpenting, perlu
adanya kebijakan tertentu untuk meredusir berbagai akibat yang muncul
sehingga tercipta keseimbangan dalam pelaksanaan kebijakan
tersebut. Corporate Social Responsiblty (CSR) adalah solusi yang patut
diterapkan dalam setiap kebijakan yang diambil sehubungan dengan KEK.
Tanggung jawab sosial merupakan bagian dari setiap aktifitas untuk menjaga
keseimbangan dalam berusaha. Setidaknya ada tiga hal yang perlu
dipertimbangkan dalam penetapan KEK yaitu:

1) Konservasi Alam. Perusahaan yang melakukan aktifitas, terutama industri


yang secara langsung mengeksploitasi alam dan atau memiliki potensi
menimbulkan perubahan alam disekitar kegiatannya, dituntut untuk
menyisihkan sebagian keuntungan usahanya sebagai tanggung jawab
sosial kepada masyarakat yang terkena dampak dari kegiatan usahanya.
2) Program Kemitraan. Perusahaan yang beraktifitas di KEK diharapkan
memiliki program kemitraan dengan Usaha Kecil Menengah (UKM)
dalam kerangka pengayoman, pembinaan, dan bantuan manajemen
maupun permodalan. Diharapkan dengan menjalankan program ini, akan
tumbuh usaha-usaha baru yang semakin menyemarakkan perekonomian
yang nantinya bermuara pada kesejahteraan masyarakat kecil.

Bantuan Bencana Alam. Sebagai makhluk sosial, kita dituntut untuk


memiliki kepedulian terhadap segala kesusahan orang lain yang diakibatkan
oleh kondisi alam sebagai wujud tanggung jawab sosial.

2.1.2.1. Jenis Kawasan Ekonomi Khusus

Istilah Zona Ekonomi Khusus dapat mencakup

1. Zona Perdagangan Bebas (FTZ),


2. Zona Pemrosesan Ekspor (EPZ),
3. Zona Bebas / Zona Ekonomi Bebas (FZ / FEZ),
4. Taman industri / Kawasan Industri (IE),
5. Pelabuhan Bebas,
6. Kawasan Logistik Berikat (BLP),
7. Zona Perusahaan Urban.

2.1.2.2. KEK di Indonesia

1. KEK Tanjung Lesung, Pandeglang, Banten. Sektor Pariwisata.


2. Sei Mangkei, Simalungun, Sumatra Utara. Sektor industri hilirisasi
Kelapa Sawit dan karet. logistik, energi, aneka industri dan pariwisata.
3. Kota Palu, Sulawesi Tengah. Sektor Industri pertambangan (Nikel,
Biji Besi, emas), industri pengolahan kakao, karet, rotan, dan rumput
laut, industri manufaktur alat berat, otomotif, elektrik dan elektronik
dan logistik.
4. Bitung, Sulawesi Utara. Sektor Industri Perikanan dan Industri
Pengolahan agro (kelapa dan tanaman obat), dan logistik.
5. Pulau Morotai, Maluku Utara. Sektor Industri pengolahan ikan,
manufaktur, logistik, dan pariwisata.
6. Tanjung Api-api, Banyuasin ,Sumatra Selatan. Sektor Industri karet
dan kelapa sawit, industri petrokimia meliputi gasifikasi batubara dan
ethanol.
7. Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Sektor Pariwisata,
seperti Hotel, resort, MICE and agro-industry and eco-tourism.
8. Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK), Kutai Timur, Kalimantan
Timur. Sektor Industri Kelapa Sawit dan Logistik.
9. KEK Arun Lhokseumawe, Aceh. Terdiri dari : Zona Pengolahan
Ekspor, zona Logistik, zona Industri, zona Energi dan zona Pariwisata

2.1.3. Good Governance

Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen


pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip
demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi
dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun secara administratif
menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan politican
framework bagi tumbuhnya aktifitas usaha. Good governance pada dasarnya
adalah suatu konsep yang mengacu kepada proses pencapaian keputusan dan
pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan secara bersama. Sebagai
suatu konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan sektor
swasta bagi penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara.

Konsep good governance dapat diartikan menjadi acuan untuk proses


dan struktur hubungan politik dan sosial ekonomi yang baik. Human interest
adalah faktor terkuat yang saat ini mempengaruhi baik buruknya dan tercapai
atau tidaknya sebuah negara serta pemerintahan yang baik. Sudah menjadi
bagian hidup yang tidak bisa dipisahkan bahwa setiap manusia memiliki
kepentingan. Baik kepentingan individu, kelompok, dan/atau kepentingan
masyarakat nasional bahkan internasional. Dalam rangka mewujudkan setiap
kepentingan tersebut selalu terjadi benturan. Begitu juga dalam
merealisasikan apa yang namanya “good governance” benturan kepentingan
selalu lawan utama. Kepentingan melahirkan jarak dan sekat antar individu
dan kelompok yang membuat sulit tercapainya kata “sepakat”

Konsep Good Governance sebenarnya telah lama dilaksanakan oleh


semua pihak yaitu Pemerintah, Swasta dan Masyarakat, namun demikian
masih banyak yang rancu memahami konsep Governance. Secara sederhana,
banyak pihak menerjemahkan governance sebagai Tata Pemerintahan. Tata
pemerintahan disini bukan hanya dalam pengertian struktur dan manajemen
lembaga yang disebut eksekutif, karena pemerintah (government) hanyalah
salah satu dari tiga aktor besar yang membentuk lembaga yang disebut
governance. Dua aktor lain adalah private sektor (sektor swasta) dan civil
society (masyarakat madani).

Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas


prinsip-prinsip di dalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan
tolak ukur kinerja suatu pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan bisa
dinilai bila ia telah bersinggungan dengan semua unsur prinsip-prinsip good
governance. Menyadari pentingnya masalah ini, prinsip-prinsip good
governance diurai satu persatu sebagaimana tertera di bawah ini:

1. Partisipasi Masyarakat
Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam
pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui
lembaga-lembaga perwakilan sah yang mewakili kepentingan
mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan
kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta
kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif.
2. Tegaknya Supremasi Hukum
Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa
pandang bulu, termasuk di dalamnya hukum-hukum yang
menyangkut hak asasi manusia.
3. Transparansi
Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas.
Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi
perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan
informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan
dipantau.
4. Peduli pada Stakeholder
Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus
berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan.
5. Berorientasi pada Konsensus
Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-
kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus
menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-kelompok
masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-
kebijakan dan prosedur-prosedur.
6. Kesetaraan
Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan
memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraan mereka.
7. Efektifitas dan Efisiensi
Proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga
membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan
dengan menggunakan sumber-sumber daya yang ada seoptimal
mungkin.
8. Akuntabilitas
Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan
organisasi-organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada
masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga yang
berkepentingan. Bentuk pertanggung jawaban tersebut berbeda
satu dengan lainnya tergantung dari jenis organisasi yang
bersangkutan.
9. Visi Strategis
Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang
luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan
pembangunan manusia, serta kepekaan akan apa saja yang
dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu
mereka juga harus memiliki pemahaman atas kompleksitas
kesejarahan, budaya dan sosial yang menjadi dasar bagi
perspektif tersebut.

Secara garis besar, permasalahan penerapan Good Governance


meliputi :
1. Reformasi birokrasi belum berjalan sesuai dengan tuntutan
masyarakat
2. Tingginya kompleksitas permasalahan dalam mencari solusi
perbaikan
3. Masih tingginya tingkat penyalahgunaan wewenang, banyaknya
praktek KKN, dan masih lemahnya pengawasan terhadap kinerja
aparatur
4. Makin meningkatnya tuntutan akan partisipasi masyarakat dalam
kebijakan publik
5. Meningkatnya tuntutan penerapan prinsip-prinsip tata
kepemerintahan yang baik antara lain transparansi, akuntabilitas
dan kualitas kinerja publik serta taat pada hukum
6. Meningkatnya tuntutan dalam pelimpahan tanggung jawab,
kewenangan dan pengambilan keputusan dalam era desentralisasi
7. Rendahnya kinerja sumberdaya manusia dan kelembagaan
aparatur; sistem kelembagaan (organisasi) dan ketatalaksanaan
(manajemen) pemerintahan daerah yang belum memadai

2.1.4. Sistem Otonomi Daerah


Otonomi atau autonomy berasal dari bahasa Yunani, autos yang
berartisendiri dan nomous yang berarti hukum atau peraturan. Dengan
demikian,otonomi pada dasarnya memuat makna kebebasan dan kemandian.
Otonmi daerah berarti kebebasan dan kemandirian daerah dalam menentuka
n langkah-langkah sendiri (Widarta, 2001:2).
Sistem Otonomi daerah adalah totalitas dari bagian-bagian yang saling
ketergantungan dan saling berhubungan yang terkandung unsur kemampuan
untuk mewujudkan apa-apa yang menjadi tugas, hak dan wewenang serta
tanggung jawabnya memperhatikan, mengurus dan mengatur rumah tangga
daerah sendiri.Dalam bagian terdahulu telah dikemukakan beberapa cara
untuk mengukurkemampuan termaksud. Otonomi daerah itu juga merupakan
bagian
dari pembagian tugas penyelenggaraan kepentingan umum antara pemerinth
pusat dan pemerintah daerah. Dilihat dari segi ini unsur kemampuan harus
ada
pada pihak yang membagi dan yang menerima bagian tugas, artinya kemam
puan jajaran
pemerintah pusat juga harus turut diperhitungkan karena akanmempengaruh
i pelaksanaannya.Sarundajang (1999:35) menyatakan bahwa otonomi daerah
pada hakekatnya adalah:

 Hak mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu daerah otonom.


Haktersebut bersumber dari wewenang pangkal dan urusan-urusan
Pemerintah (pusat)yang diserahkan kepada daerah. Istilah sendiri dalam
hak mengatur dan mengurusrumah tangga merupakan inti keotonomian
suatu daerah.
 Dalam kebebasan menjalankan hak mengurus dan mengatur rumah
tanggasendiri, daerah tidak dapat menjalankan hak dan wewenang
otonominya itu diluar batas-batas wilayah daerahnya.
 Daerah tidak boleh mencampuri hak mengatur dan mengurus
rumahtangga daerah lain sesuai dengan wewenang pangkal dan urusan
yang diserahkankepadanya.
 Otonomi tidak membawahi otonomi daerah lain, hak mengatur
danmengurus rumah tangga sendiri tidak merupakan hak mengatur dan
mengurusrumah tangga daerah lain
Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia sudah diselenggarakan lebih
darisatu dasawarsa. Otonomi daerah untuk pertama kalinya mulai
diberlakukan diIndonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang PemerintahanDaerah yang hingga saat ini telah mengalami beberapa
kali perubahan.Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia tersebut telah
mengakibatkan perubahandalam sistem pemerintahan di Indonesia yang
kemudian juga membawa pengaruhterhadap kehidupan masyarakat di
berbagai bidang. Terdapat dua nilai dasar yangdikembangkan dalam UUD
1945 berkenaan dengan pelaksanaan desentralisasidan otonomi daerah di
Indonesia, yaitu:
1. Nilai Unitaris, yang diwujudkan dalam pandangan bahwa Indonesia tidak
mempunyai kesatuan pemerintahan lian di dalamya yang bersifat negara
“Enheidstaat” yang berarti kedaulatan yang melekat pada rakyat, bangsa
dan negara Republik Indonesia tidak akan terbagi di antara kesatuan-
kesatuan pemerintahan.
2. Nilai Dasar Desentralisasi Teritorial, dari isi dan jiwa pasal 18 Undang-
undang Dasar 1945 beserta penjelasannya sebagaimana tersebut di atas
maka jelaslah bahwa Pemerintah diwajibkan untuk melaksanakan politik
desent ralisasidan dekosentrasi di bidang ketatanegaraan. Secara
konseptual, pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dilandasi oleh tiga
tujuan utama yang meliputi :
1. Tujuan Politik
2. Tujuan Administratif
3. Tujuan Ekonomi
2.2. Tinjauan Kebijakan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan
Ekonomi Khusus

Lokasi yang dapat diusulkan untuk menjadi KEK harus memenuhi kriteria:
a. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi
mengganggu kawasan lindung;
b. Pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan mendukung
KEK;
c. Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional
atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau
terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan; dan
d. Mempunyai batas yang jelas.

Pembentukan KEK diusulkan kepada Dewan Nasional oleh:


a. Badan Usaha;
b. pemerintah kabupaten/kota; atau
c. pemerintah provinsi.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2012 Tentang


Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung
1. Menetapkan Kawasan Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi
Khusus sejak berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
2. Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung seluas 1.500 ha (seribu
lima ratus hektar are) yang terletak dalam wilayah Kecamatan
Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
3. Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung mempunyai batas-batas
sebagai berikut:
a. sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sunda
b. sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Sunda
c. sebelah Timur berbatasan dengan Selat Sunda
d. sebelah Barat berbatasan dengan desa Tanjung Jaya.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Implementasi kebijakan pengembangan KEK Tanjung Lesung

Kawasan Tanjung Lesung di Kabupaten Pandeglang ditetapkan sebagai


Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun
2012 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung. Pembentukan
Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus diajukan oleh Badan Usaha
swasta, yaitu PT Banten West Java Tourism Development Corporation, yang
merupakan anak perusahaan dari PT Jababeka. Pengusulan pembentukan Kawasan
Ekonomi Khusus, telah mendapat persetujuan dari Pemerintah Kabupaten
Pandeglang dan diajukan oleh Pemerintah Provinsi Banten kepada Dewan Nasional
Kawasan Ekonomi Khusus.

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung telah diresmikan


pengoperasiaanya pada Tanggal 23 Februari 2015 oleh Presiden Republik
Indonesia yaitu Bapak Joko Widodo. Perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) Tanjung Lesung sangat memerlukan dukungan dari berbagai pihak, baik itu
dari pihak pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, serta dukungan dari pihak
swasta atau para investor.

Pengembangan KEK Tanjung Lesung dianggap cukup sesuai dengan


kondisi lingkungan dan masyarakat yang ada disekitar KEK Tanjung Lesung. Hal
ini menunjukkan bahwa pengembangan KEK Tanjung Lesung memiliki potensi
yang sesuai untuk dijadikan Kawasan Ekonomi Khusus. Sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi
Khusus pada pasal 7, harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

a) Sesuai dengan tata wilayah dan tidak berpotensi menggangu kawasan


lindung;
b) Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota yang bersangkutan mendukung
KEK;
c) Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur peradangan internasional
atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau
terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan; dan
d) Mempunyai batas yang jelas.

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung di tetapkan dengan


peraturan Pemerintah RI No. 26 Tahun 2012 sebagai kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) Zona Pariwisata yang efektif berlaku tiga tahun sampai dengan tahun 2015.

3.2 Dampak Pengembangan KEK Tanjung Lesung

Dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung dapat


mempengaruhi peningkatan jumlah kunjungan wisatan ke Tanjung Lesung. Objek
wisata Tanjung Lesung berlokasi diantara dua Gunung Krakatau, dan World
Heritage Site Taman Nasional Ujung Kulon yang dihuni badak jawa sebagai daya
Tarik yang sudah popular.

Meningkatnya kunjungan wisatawan ke Tanjung Lesung antara lain


meningkatnya tingkat hunian kamar, meningkatnya penjualan makanan dan
minuman, serta meningkatnya penjualan produk-produk wisata di sekitar kawasan.

Dampak Sosial Ekonomi dari pengembangan Khusus Tanjung Lesung

1) Pembangunan kawasan wisata agro kebun salak;


2) Mendorong pengembangan usaha kerajinan;
3) Melestarikan seni budaya lokal melalui pementasan pada event-event yang
dilaksanakan oleh pengelola;
4) Menjaga kelestrian kawasan pantai;
5) Mendorong masyarakat untuk berwirausahan sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup; dan
6) Mendorong pembangunan, pemeliharaan dan fasilitas destinasi local.

Selain dampak positif juga terdapat dampak negative dari adanya


pengembangan KEK Tanjung Lesung, seperti hilangnya nilai-nilai yang berada di
dalam masyarakat karena tergerus oleh adanya budaya luar yang muncul.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Rekomendasi
Daftar Pustaka

Maftuhah, Tatu. 2017. Dampak Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)


terhadap Pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di
Tanjung Lesung Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Skripsi.

Komala, Ida. 2015. Implementasi Kebijakan dan Kendala Pengembanagan


Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Lesung Kabupaten
Pandeglang Provinsi Banten. Skripsi.

Sujipto, Hady. 2014. Analisis Pemberdayaan Perekonomian Masyarakat di


Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Lesung. Jurnal Vol.
3 No. 1.

Sakti. Angga Wenang. Hari Purnomo. Rachmat Adiyanto. 2014. Harmonisasi


Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2012 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus Pariwisata Tanjung Lesung di Provinsi Banten dengan Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Khusus Ekonomi dalam
Mewujudkan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung di Provinsi
Banten. Jurnal Edisi 06.

Anda mungkin juga menyukai