Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PEREKONOMIAN INDONESIA

“PEMBANGUNAN EKONOMI DAN OTONOMI DAERAH”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Dosen : N.Marlina, S.E.,M.Si

Disusun Oleh :
1. Siti Rahmah Hamidah 186200011
2. Neng Fresti Felyayusita 186200013
3. Rizky Handayani 186200019
4. Salvia Apriliyani 186200024
5. M. Fikri Esa Putra H. 186200025
6. Gelar Jaya Kurnia 186200026

Kelas : Akuntansi
Semester : 3

UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA


Jl.DR.Muwardi No.76,Muka,Ke.Cianjur,Kab.Cianjur,Jawa Barat 43215
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat, kasih dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah umum
di Universitas Putra Indonesia yaitu Perekonomian Indonesia. Selain itu juga
tujuan dari penyusunan makalah ini untuk menambah wawasan tentang kami dan
para pembaca mengenai “Pembangunan Ekonomi dan Otonomi Daerah” yang
tentunya menjadi judul utama makalah ini.

Dalam penyusunannya, kami mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh


karena itu kami ingin mengucapkan terimakasih kepada teman dan kerabat yang
telah berpartisipasi dan bekerjasama. Dan tidak lupa terimakasih kepada Ibu N.
Marlin, S.E., M.Si selaku dosen yang sudah memberikan kesempatan kepada
kami untuk menyusun makalah ini.

Oleh karena itu kami menerima kritik dan saran dari pembaca agar
pembuatan makalah selanjutnya dapat menjadi lebih baik. Untuk itu kami
mengucapkan terimakasih banyak, dan harapan kami semoga makalah ini dapat
membantu proses perkuliahan serta dapat bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan untuk kami semua.

Cianjur, 11 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................
2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah dan Otonomi Daerah .....
2.2 Strategi Pembangunan Ekonomi di Daerah ........................................
2.3 Dampak Otonomi Terhadap Ekonomi Daerah ...................................
2.4 Penerimaan Daerah dan Peranan Pendapatan Asli Daerah ...............
2.5 Teori dan Analisis Pembangunan Ekonomi Daerah ...........................
2.6 Permasalahan dalam Pembangunan Ekonomi Daerah .......................
2.7 Ketimpangan Pembangunan dan Faktor-Faktor Penyebabnya ...........
2.8 Pembangunan Indonesia Bagian Timur ..............................................
BAB III PENUTUP ...........................................................................................
3.1 Kesimpulan .........................................................................................
3.2 Saran ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia merupakan archipelago state (negara kepulauan) yang terhimpun
dari bermacam – macam suku dan budaya dalam berbagai daerah yang
terbentang dari Sabang hingga Merauke yang memliki banyak perbedaan atas
potensi Sumber Daya Alam maupun Sumber Daya Manusia. Perbedaan
tersebut timbul karena perbedaan letak geografis suatu daerah dengan daerah
lain ataupun latar belakang sejarah daerah tertentu. Karena perbedaan
tersebut, tentunya di berbagai daerah membutuhkan penerapan kebijakan
daerah yang berbeda. Dalam hal ini bangsa Indonesia kini telah berhasil
membentuk kebijakan Otonomi Daerah yang memberikan kewenangan yang
luas kepada pemerintah daerah untuk mengatur daerahnya sendiri yang sesuai
dengan karakter dan ciri khas dari daerahnya masing-masing.
Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 tentang
perubahan atas UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi daerah, maka
terjadi pula pergeseran dalam pembangunan ekonomi yang tadinya bersifat
sentralisasi (terpusat), sekarang mengarah kepada desentralisasi yaitu dengan
memberikan keleluasaan kepada daerah untuk membangun wilayahnya
termasuk pembangunan dalam bidang ekonominya.
Pengertian dan penerapan pembangunan daerah umumnya dikaitkan
dengan kebijakan ekonomi atau keputusan politik yang berhubungan dengan
alokasi secara spasial dari kebijakan pembangunan nasional secara
keseluruhan. Dengan demikian, kesepakatan-kesepakatan nasional
menyangkut sistem politik dan pemerintahan, atau aturan mendasar lainnya,
sangat menentukan pengertian dari pembangunan daerah. Maka dari itu kami
mencoba membuat suatu pemaparan mengenai pembangunan ekonomi daerah
dan otonomi daerah.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari pembangunan ekonomi daerah dan otonomi
daerah?
2. Bagaimana strategi pembangunan ekonomi di daerah?
3. Apa dampak dari otonomi terhadap ekonomi daerah?
4. Apa perubahan penerimaan daerah dan peranan pendapatan asli daerah?
5. Apa yang menjadi teori dan analisis pembangunan ekonomi disuatu
daerah?
6. Permasalahan apa yang biasanya ada dalam Pembangunan Ekonomi
Daerah?
7. Apa yang dimaksud dengan ketimpangan pembangunan? Apa saja factor-
faktornya?
8. Bagaimana dengan pembangunan Indonesia bagian timur saat ini?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk menjelaskan tentang pengertian pembangunan ekonomi daerah dan
otonomi daerah.
2. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi strategi pembangunan ekonomi
disuatu daerah.
3. Untuk mengetahui dampak dari otonomi daerah.
4. Untuk mengetahui perubahan penerimaan daerah dan peranan pendapatan
asli daerah.
5. Untuk memahami mengenai teori dan analisis pembangunan ekonomi
daerah yang ada.
6. Untuk memahami tentang permasalahan yang biasa terjadi dalam
Pembangunan Ekonomi Daerah.
7. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ketimpangan pembangunan
dan factor-faktor penyebabnya.
8. Untuk mengetahui bagaimana dengan pembangunan di Indonesia bagian
timur saat ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN OTONOMI DAERAH


2.1.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi tidak lepas dari pertumbuhan ekonomi
(economic growth), pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan
ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses
pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi daerah adalah strategi
pemerintah nasional dalam menjalankan campur tangan pemerintah
untuk mempengaruhi jalannnya proses pembangunan di daerah-daerah
sebagai bagian dari daerah nasional supaya terjadi perkembangan
kearah yang dikehendaki. Dalam pembangunan ekonomi daerah yang
menjadi pokok permasalahannya adalah terletak pada kebijakan-
kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang
bersangkutan (endogenous) dengan menggunakan potensi sumber daya
manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal (daerah).
2.1.2 Pengertian Otonomi Daerah
Sedangkan menurut pengertian, Otonomi daerah adalah hak,
wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Secara harfiah,
otonomi daerah berasal dari kata otonomi dan daerah. Dalam bahasa
Yunani, otonomi berasal dari kata autos dan namos. Autos berarti
sendiri dan namos berarti aturan atau undang-undang, sehingga dapat
diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri atau kewenangan
untuk membuat aturan guna mengurus rumah tangga sendiri.
Sedangkan daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas-batas wilayah.
Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, dikatakan bahwa
yang dimaksud dengan otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk

3
menyelenggarakan kewenangan pemerintah di bidang tertentu yang
secara nyata ada dan diperlukan serta tumbuh, hidup dan berkembang di
daerah.
Sedangkan yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggung
jawab adalah berupa perwujudan pertanggung jawaban sebagai
konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam
wujud tugas dan kewajiban yang harus dipikul oleh daerah dalam
mencapai tujuan pemberian otonomi berupa peningkatan pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, serta pemeliharaan
hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah dalam
rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Salah satu pilar utama yang harus ditegakkan dalam rangka
mengembangkan otonomi daerah yang benar-benar lebih nyata dan
bertanggung jawab adalah aspek pembiayaan. Beberapa aturan
perundang-undangan yang berhubungan dengan pelaksanaan Otonomi
Daerah:
1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan Di Daerah
2. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
3. Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah
4. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
5. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
6. Perpu No. 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang
No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
7. Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

4
Adapun dasar-dasar hukum pelaksanaan otonomi daerah adalah sebagai
berikut:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Pasal 18 Ayat 1 - 7, Pasal 18A ayat 1 dan 2 , Pasal 18B ayat 1 dan
2
2. Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan
Otonomi Daerah, Pengaturan, pembagian, dan Pemanfaatan Sumber
Daya Nasional yg Berkeadilan, serta perimbangan keuangan Pusat
dan Daerah dalam Kerangka NKRI
3. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi
Kebijakan dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah.
4. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
5. UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
6. UU No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah (Revisi UU
No.32 Tahun 2004)

2.2 STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI DI DAERAH


Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari otonomi daerah karena
pembangunan dapat dilakukan dengan maksimal jika otonomi daerah sudah
diimplementasikan dengan baik. Dalam membangun ekonomi di daerah,
diperlukan strategi untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya fluktuasi
ekonomi sektoral yang pada akhirnya akan mempengaruhi kesempatan kerja.
Lincolin Arsyad (2000) secara garis besar menggambarkan strategi
pembangunan ekonomi daerah dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu :
1. Strategi pengembangan fisik ( locality or physical development strategy)
Strategi pembagunan fisik ini adalah untuk menciptakan identitas
masyarakat , dan memperbaiki daya tarik pusat kota (civic center) dalam
upaya memperbaiki dunia usaha daerah. Untuk mencapai tujuan
pembangunan fisik tersebut diperlukan alat-alat pendukung, yaitu :

5
 Pembuatan bank tanah (land banking), bertujuan agar memiliki data
tentang tanah yang kurang optimal penggunaannya, tanah yang belum
dikembangkan, atau salah dalam penggunaannya dan lain
sebagainya.
 Pengendalian perencanaan dan pembangunan, bertujuan untuk
memperbaiki iklim investasi di daerah dan meperbaiki citra
pemerintah daerah.
 Penataan kota (townscaping), bertujuan untuk memperbaiki sarana
jalan, penataan pusat-pusat pertokoan, dan penetapan standar fisik
suatu bangunan.
 Pengaturan tata ruang (zoning) dengan baik bertujuan untuk
merangsang pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah.
 Penyediaan perumahan dan pemukiman yang baik akan berpengaruh
positif bagi dunia usaha, disamping menciptakan lapangan kerja.
 Penyediaan infrastruktur seperti sarana air bersih, taman, sarana
parkir, tempat olahraga dan lain sebagainya
2. Strategi pengembangan dunia usaha ( business development strategy )
Strategi pengembangan dunia usaha merupakan komponen penting
dalam pembangunan ekonomi daerah, karena daya tarik, kerativitas atau
daya tahan kegiatan ekonomi dunia usaha merupakan cara terbaik untuk
menciptakan perekonomian daerah yang sehat. Untuk mencapai tujuan
pembangunan fisik tersebut diperlukan alat-alat pendukung antara lain :
 Penciptaan iklim usaha yang baik bagi dunia usaha, melalui
pengaturan dan kebijakan yang memberikan kemudahan bagi dunia
usaha dan pada saat yang sama mencegah penurunan kualitas
lingkungan.
 Pembuatan informasi terpadu yang dapat memudahkan masyarakat
dan dunia usaha untuk berhubungan dengan aparat pemerintah daerah
yang berkaitan dengan perijinan dan informasi rencana pembangunan
ekonomi daerah.

6
 Pendirian pusat konsultasi dan pengembangan usaha kecil, karena
usaha kecil perannya sangat penting sebagai penyerap tenaga kerja
dan sebagai sumber dorongan memajukan kewirausahaan.
 Pembuatan system pemasaran bersama untuk menghindari skala yang
tidak ekonomis dalam produksi, dan meningkatkan daya saing
terhadap produk impor, seta sikap kooperatif sesama pelaku bisnis.
 Pembuatan lembaga penelitian dan pengembangan litbang. Lembaga
ini diperlukan untuk melakukan kajian tentang pengembangan produk
baru, teknologi baru,dan pencarian pasar baru

3. Strategi pengembangan sumber daya manusia (human resource


development strategy)
Strategi pengembangan sumberdaya manusia merupakan aspek yang
paling penting dalam proses pembangunan ekonomi, oleh karena itu
pembangunan ekonomi tanpa dibarengi dengan peningkatan kualitas dan
ketrampilan sumberdaya manusia adalah suatu keniscayaan.
Pengembangan kualitas seumberdaya manusia dapat dilakukan denganca
cara :
 Pelatihan dengan system customized training, yaitu system pelatihan
yang dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan dan
harapan sipemberi kerja.
 Pembuatan bank keahlian (skill banks), sebagai bank informasi yang
berisi data tentang keahlian dan latar belakang orang yang
menganggur di penciptaan iklim yang mendukung bagi
perkembangan lembaga-lembaga pendidikan dan keterampilan di
daerah.
 Pengembangan lembaga pelatihan bagi para penyandang cacat.

7
4. Strategi pengembangan masyarakat (community based development
strategy)
Strategi pengembangan masyarakat ini merupakan kegiatan yang
ditujukan untuk memberdayakan (empowerment) suatu kelompok
masyarakat tertentu pada suatu daerah. Kegiatan-kegiatn ini berkembang
baik di Indonesia belakangan ini, karena ternyata kebijakan umum
ekonomi yang tidak mampu memberikan manfaat bagi kelompok-
kelompok masyarakat tertentu. Meskipun strategi sudah dilakukan tetapi
tetap saja di beberapa daerah pembangunan ekonomi tidak merata yang
disebabkan oleh:
1. Wilayah yang terpencil dan terbelakang
2. Rendahnya penyerapan informasi
3. Korupsi terhadap anggaran pembangunan
4. Kurangnya keterkaitan atau peranan pemerintah dengan masyarakat
5. SDM yang kurang berkualitas dan bersifat pilih-pilih

2.3 DAMPAK OTONOMI TERHADAP EKONOMI DAERAH


Perekonomian sangat sensitif apabila dihubungkan dengan proses otonomi
daerah. Pembangunan ekonomi suatu daerah seharusnya lebih baik apabila
diselenggarakan dengan konsep desentralisasi. Dengan adanya otonomi
daerah maka pemerintah daerah akan mendapatkan kesempatan untuk
menampilkan identitas lokal yang ada di masyarakat dan kebijakan –
kebijakan pemerintah lebih tepat sasaran, karena pemerintah daerah
cenderung lebih mengerti keadaan, situasi, dan potensi di daerahnya daripada
pemerintah pusat. Kemandirian dalam melakukan kegitan ekonomi dapat
menambah pendapatan asli daerah (PAD), selain itu tingkat pemberdayaan
masyarakat kecil juga dapat terlaksana.
Seperti di Jambi, peradagangan semakin pesat karena ditunjang
transportasi sungai di daerah Jambi sehingga mewujudkan perdagangan
ekspor impor, jaringan perdagangan regional dan internasional. Salah satu
faktor penting yang melatarbelakangi pertumbuhan dan perkembangan

8
ekonomi masyarakat jambi adalah meningkatnya sektor pertanian dan
perkebunan seperti padi, kopi, lada, cengkeh, tembakau, dan tembakau.
Keterlibatan masyarakat Jambi begitu besar terhadap penanaman karet rakyat.
Petani karet rakyat di Jambi lebih berhasil dibanding dengan petani karet
di Malaka sekitar tahun 1904. Hal ini disebabkan oleh terjadinya jaringan
transportasi sungai dibandingkan Malaka. Contoh lainnya yaitu Maluku dan
Papua program beras miskin yang dicanangkan pemerintah pusat tidak begitu
efektif, hal tersebut karena sebagian penduduk disana tidak bisa
mengonsumsi beras, mereka bisa mengonsumsi sagu, maka pemerintah
disana hanya mempergunakan dana beras miskin tersebut untuk membagikan
sayur, umbi, dan makanan yang biasa dikonsumsi masyarakat.

2.4 PENERIMAAN DAERAH DAN PERANAN PENDAPATAN ASLI


DAERAH
2.4.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu
(UU.No 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah), pendapatan
daerah berasal dari penerimaan dana perimbangan pusat dan daerah,
dan juga yang berasal dari daerah itu sendiri yaitu Pendapatan Asli
Daerah (PAD) serta pendapatan lain-lain yang sah.
2.4.2 Unsur-Unsur PAD
Unsur-unsur yang termasuk dalam kelompok PAD Dalam Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 1999 dinyatakan bahwa PAD terdiri dari :
 Hasil pajak daerah
 Hasil retribusi daerah
 Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan
daerah lainnya yang dipisahkannya
 Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

9
2.4.3 Dampak Perubahan Penerimaan Daerah
Dampak Perubahan Penerimaan Daerah, dalam UU No. 25 ada
tambahan pos penerimaan daerah yaitu dana perimbangan dari
pemerintah pusat.
Beberapa dampak dari diberlakukannya UU No. 25 terhadap
keuangan daerah adalah :
1. Peranan PAD (Pendapatan Asli Daerah) dalam pembiayaan
pembangunan ekonomi (APBD) tidak terlalu besar. Hal ini
mencerminkan tingginya tingkat ketergantungan finansial daerah
terhadap pemerintah pusat.
2. Ada Korelasi positif antara daerah yang kaya SDA dan SDM
dengan peranan PAD (Pendapatan Asli Daerah) dalam APBD.
3. Pada tahun 1998/1999 terjadi penurunan PAD (Pendapatan Asli
Daerah) dalam pembentukan APBD-nya, salah satu penyebabnya
adalah krisis ekonomi yang melanda tanah air.
2.4.4 Fungsi Pendapatan Asli Daerah
Fungsi pendapatan asli daerah:
1. Fungsi otorisasi bermakna bahwa anggaran daerah menjadi dasar
untuk merealisasi pendapatan, dan belanja pada tahun
bersangkutan. Tanpa dianggarkan dalam APBD sebuah kegiatan
tidak memiliki kekuatan untuk dilaksanakan.
2. Fungsi perencanaan bermakna bahwa anggaran daerah menjadi
pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada
tahun yang bersangkutan.
3. Fungsi pengawasan mengandung makna bahwa anggaran daerah
menjadi pedoman untuk menilai keberhasilan atau kegagalan
penyelenggaraan pemerintah daerah.
4. Fungsi alokasi mengandung makna bahwa anggaran daerah harus
diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi
pengangguran, dan pemborosan sumberdaya, serta meningkatkan
efisiensi, dan efektifitas perekonomian daerah.

10
5. Fungsi distribusi memiliki makna bahwa kebijakan-kebijakan
dalam penganggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan,
dan kepatutan.
6. Fungsi stabilitasi memliki makna bahwa anggaran daerah menjadi
alat untuk memelihara, dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian daerah.

2.5 TEORI DAN ANALISIS PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH


Perbedaan karakteristik wilayah berarti perbedaan potensi yang dimiliki,
sehingga membutuhkan perbedaan kebijakan untuk setiap wilayah. Untuk
menunjukkan adanya perbedaan potensi ini maka dibentuklah zona-zona
pengembangan ekonomi wilayah.
Zona Pengembangan Ekonomi Daerah adalah pendekatan pengembangan
ekonomi daerah dengan membagi habis wilayah sebuah daerah berdasarkan
potensi unggulan yang dimiliki, dalam satu daerah dapat terdiri dari dua atau
lebih zona dan sebuah zona dapat terdiri dari dua atau lebih cluster. Setiap
zona diberi nama sesuai dengan potensi unggulan yang dimiliki, demikian
pula pemberian nama untuk setiap cluster, misalnya : Zona Pengembangan
Sektor Pertanian yang terdiri dari Cluster Bawang Merah, Cluster Semangka,
Cluster Kacang Tanah, dst.
Zona pengembangan ekonomi daerah (ZPED) adalah salah satu solusi
yang dapat diterapkan untuk membangun ekonomi suatu daerah untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat di masa depan. Pola pembangunan
ekonomi dengan pendekatan Zona Pengembangan Ekonomi Daerah (ZPED),
bertujuan:
1. Membangun setiap wilayah sesuai potensi yang menjadi keunggulan
kompetitifnya/kompetensi intinya.
2. Menciptakan proses pembangunan ekonomi lebih terstruktur, terarah dan
berkesinambungan.
3. Memberikan peluang pengembangan wilayah kecamatan dan desa
sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi daerah.

11
Hal ini sejalan dengan strategi pembangunan yang umumnya
dikembangkan oleh para ahli ekonomi regional dewasa ini. Para ahli sangat
concern dengan ide pengembangan ekonomi yang bersifat lokal, sehingga
lahirlah berbagai Strategi Pembangunan Ekonomi Lokal (Local Economic
Development/LED).
Strategi ini terangkum dalam berbagai teori dan analisis yang terkait
dengan pembangunan ekonomi lokal. Salah satu analisis yang relevan dengan
strategi ini adalah Model Pembangunan Tak Seimbang, yang dikemukakan
oleh Hirscman : “Jika kita mengamati proses pembangunan yang terjadi
antara dua priode waktu tertentu akan tampak bahwa berbagai sektor
kegiatan ekonomi mengalami perkembangan dengan laju yang berbeda, yang
berarti pula bahwa pembangunan berjalan dengan baik walaupun sektor
berkembang dengan tidak seimbang. Perkembangan sektor pemimpin
(leading sector) akan merangsang perkembangan sektor lainnya. Begitu pula
perkembangan di suatu industri tertentu akan merangsang perkembangan
industri-industri lain yang terkait dengan industri yang mengalami
perkembangan tersebut”.
Model pembangunan tak seimbang menolak pemberlakuan sama pada
setiap sektor yang mendukung perkembangan ekonomi suatu wilayah. Model
pembangunan ini mengharuskan adanya konsentrasi pembangunan pada
sektor yang menjadi unggulan (leading sector) sehingga pada akhirnya akan
merangsang perkembangan sektor lainnya.
Terdapat pula analisis kompetensi inti (core competiton). Kompetensi inti
dapat berupa produk barang atau jasa yang andalan bagi suatu zona/kluster
untuk membangun perekonomiannya. Pengertian kompetensi inti menurut
Hamel dan Prahalad (1995) adalah :
“Suatu kumpulan kemampuan yang terintegrasi dari serangkaian
sumberdaya dan perangkat pendukungnya sebagai hasil dari proses
akumulasi pembelajaran, yang akan bermanfaat bagi keberhasilan bersaing
suatu bisnis”.

12
Sedangan menurut Reeve (1995) adalah “Aset yang memiliki keunikan
yang tinggi, sulit ditiru, keunggulan daya saing ditentukan oleh kemampuan
yang unik, sehingga mampu membentuk suatu kompetensi inti”.

2.6 PERMASALAHAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH


Meskipun sudah memiliki strategi, kita tidak bisa memastikan tidak ada
permasalahan dalam pembangunan ekonomi. Berikut merupakan contoh
permasalahan dalam pembanguanan ekonomi darah yang sering terjadi, yaitu:
1. Ketimpangan Pembangunan Sektor Industri
Pertumbuhan ekonomi di daerah dengan konsentrasi ekonomi yang
tinggi cenderung pesat, sedangkan daerah yang konsentrasi ekonominya
rendah ada kecenderungan tingkat pembangunan dan pertumbuhan
ekonominya juga rendah.
Terjadinya ketimpangan pembangunan sektor industri atau tingkat
industrialisasi antar daerah adalah sebagai salah satu faktor penyebab
terjadinya ketimpangan ekonomi antar daerah. Kurang berkembangnya
sektor industri di luar Jawa merupakan salah satu penyebab terjadinya
kesenjangan ekonomi antara Jawa dengan wilayah di luar Jawa. Pada
daerah di luar Jawa, seperti sumatera, kalimantan timur, papua, bisa
menjadi wilayah-wilayah yang sangat potensial untuk pengembangan
sektor industri manufaktur. Hal ini dapat dilihat dari dua hal yaitu
ketersediaan bahan baku dan letak geografis yang dekat dengan negara
tetangga yang bisa menjadi potensi pasar yang besar yang baru di
samping pasar domestik.
2. Kurang Meratanya Investasi
Kurangnya investasi di suatu daerah membuat pertumbuhan dan
tingkat pendapatan perkapita masyarakat di daerah tersebut rendah. Hal
ini dikarenakan tidak adanya kegiatan-kegiatan ekonomi yang produktif
seperti industri manufaktur. Terhambatnya perkembangan investasi di
daerah disebabkan banyak faktor, diantaranya kebijakan dan birokrasi

13
yang selama orde baru terpusat, keterbatasan infrastruktur dan sumber
daya manusia di daerah-daerah luar jawa.
3. Tingkat Mobilitas Faktor Produksi yang Rendah
Kurang lancarnya mobilitas faktor produksi seperti tenaga kerja
dan kapitas antar daerah juga merupakan penyebab terjadinya
ketimpangan ekonomi regional. Hal ini karena perbedaan laju
pertumbuhan ekonomi antar daerah membuat terjadinya perbedaan
tingkat pendapatan perkapita antar daerah. Menurut A. Lewis, jika
perpindahan faktor produksi antar daerah tidak ada hambatan, maka pada
akhirnya pembangunan ekonomi yang optimal antar daerah akan tercapai
dan semua daerah akan menjadi lebih baik (dalam pengertian pareto
optimal: semua daerah mengalami better off).
4. Perbedaan Sumber Daya Alam (SDA)
Pemikiran klasik yang mengatakan bahwa pembangunan ekonomi
daerah yang kaya SDA akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur
dibandingkan dengan daerah yang miskin SDA. Hingga tingkat tertentu
pendapat tersebut dapat dibenarkan, dalam arti sumber daya manusia
dilihat hanya sebagai modal awal untuk pembangunan, dan selanjutnya
harus dikembangkan terus-menerus. Dan untuk itu diperlukan faktor-
faktor lain, di antaranya adalah faktor teknologi dan sumber daya
manusia.
Dengan penguasaa teknologi dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia, maka lambat laun factor endowment tidak relevan lagi. Hal ini
dapat kita lihat negara-negara maju seperti Jepang, Korea selatan,
Taiwan, dan Singapura yang sangat miskin SDA.
5. Perbedaan Demografis
Ketimpangan ekonomi regional di Indonesia juga disebabkan oleh
perbedaan kondisi geografis antar daerah. Kondisi ini berpengaruh
terhadap jumlah dan pertumbuhan penduduk, tingkat kepadatan
penduduk, pendidikan, kesehatan, kedisiplinan, dan etos kerja. Faktor-

14
fator ini mempengaruhi tingkat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
dari sisi permintaan dan penawaran.
Di sisi permintaan jumlah penduduk yang besar merupakan potensi
besar bagi pertumbuhan pasar, yang berarti faktor pendorong bagi
pertumbuhan kegiatan ekonomi. Dari sisi penawaran, jumlah penduduk
yang besar dengan pendidikan dan kesehatan yang baik, disiplin dan etos
kerrja yang tinggi merupakan aset penting bagi produksi.
6. Kurang lancarnya Perdagangan antar Daerah
Kurang lancarnya perdagangan antara daerah (intra-trade) juga
merupakan faktor yang turut menciptakan ketimpangan ekonomi regional
Indonesia. Tidak lancarnya intra trade disebabkan oleh keterbatasan
transportasi dan komunikasi. Jadi, tidak lancarnya arus barang dan jasa
antar daerah mempengaruhi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
suatu daerah dari sisi permintaan dan penawaran.

2.7 KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DAN FAKTOR-FAKTOR


PENYEBABNYA
2.7.1 Menurut Sjafrizal (2012) :
Beberapa faktor utama yang menyebabkan terjadinya ketimpangan
antar wilayah menurut Sjafrizal (2012) yaitu :
1. Perbedaan kandungan sumber daya alam
Perbedaan kandungan sumber daya alam akan
mempengaruhi kegiatan produksi pada daerah bersangkutan.
Daerah dengan kandungan sumber daya alam cukup tinggi akan
dapat memproduksi barang-barang tertentu dengan biaya relatif
murah dibandingkan dengan daerah lain yang mempunyai
kandungan sumber daya alam lebih rendah. Kondisi ini
mendorong pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan menjadi
lebih cepat. Sedangkan daerah lain yang mempunyai kandungan
sumber daya alam lebih kecil hanya akan dapat memproduksi
barang-barang dengan biaya produksi lebih tinggi sehingga daya

15
saingnya menjadi lemah. Kondisi tersebut menyebabkan daerah
bersangkutan cenderung mempunyai pertumbuhan ekonomi yang
lebih lambat.
2. Perbedaan kondisi demografis
Perbedaan kondisi demografis meliputi perbedaan tingkat
pertumbuhan dan struktur kependudukan, perbedaan tingkat
pendidikan dan kesehatan, perbedaan kondisi ketenagakerjaan dan
perbedaan dalam tingkah laku dan kebiasaan serta etos kerja yang
dimiliki masyarakat daerah bersangkutan. Kondisi demografis
akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja masyarakat
setempat. Daerah dengan kondisi demografis yang baik akan
cenderung mempunyai produktivitas kerja yang lebih tinggi
sehingga hal ini akan mendorong peningkatan investasi yang
selanjutnya akan meningkatkan penyediaan lapangan kerja dan
pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.
3. Kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa
Mobilitas barang dan jasa meliputi kegiatan perdagangan
antar daerah dan migrasi baik yang disponsori pemerintah
(transmigrasi) atau migrasi spontan. Alasannya adalah apabila
mobilitas kurang lancar maka kelebihan produksi suatu daerah
tidak dapat di jual ke daerah lain yang membutuhkan. Akibatnya
adalah ketimpangan pembangunan antar wilayah akan cenderung
tinggi, sehingga daerah terbelakang sulit mendorong proses
pembangunannya.
4. Konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah
Pertumbuhan ekonomi akan cenderung lebih cepat pada
suatu daerah dimana konsentrasi kegiatan ekonominya cukup
besar. Kondisi inilah yang selanjutnya akan mendorong proses
pembangunan daerah melalui peningkatan penyediaan lapangan
kerja dan tingkat pendapatan masyarakat.

16
5. Alokasi dana pembangunan antar wilayah
Alokasi dana ini bisa berasal dari pemerintah maupun
swasta. Pada sistem pemerintahan otonomi maka dana pemerintah
akan lebih banyak dialokasikan ke daerah sehingga ketimpangan
pembangunan antar wilayah akan cenderung lebih rendah. Untuk
investasi swasta lebih banyak ditentukan oleh kekuatan pasar.
Dimana keuntungan lokasi yang dimiliki oleh suatu daerah
merupakan kekuatan yang berperan banyak dalam menark
investasi swasta. Keuntungan lokasi ditentukan oleh biaya
transpor baik bahan baku dan hasil produksi yang harus
dikeluarkan pengusaha, perbedaan upah buruh, konsentrasi pasar,
tingkat persaingan usaha dan sewa tanah. Oleh karena itu investai
akan cenderung lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan
dengan daerah pedesaan.

2.8 PEMBANGUNAN INDONESIA BAGIAN TIMUR


2.8.1 Orde Baru
Hasil pembangunan ekonomi nasional selama pemerintahan orde
baru menunjukkan bahwa walaupun secara nasional laju
pertumbuhan ekonomi nasional rata-rata per tahun tinggi namun
pada tingkat regional proses pembangunan selama itu telah
menimbulkan suatu ketidak seimbangan pembangunan yang
menyolok antara indonesia bagian barat dan indonesia bagian timur.
Dalam berbagai aspek pembangunan ekonomi dan sosial, indonesia
bagian timur jauh tertinggal dibandingkan indonesia bagian barat.
Tahun 2001 merupakan tahun pertama pelaksanaan otonomi
daerah yang dilakukan secara serentak diseluruh wilayah indonesia.
Pelaksanaan otonomi daerah diharapakan dapat menjadi suatu
langkah awal yang dapat mendorong proses pembangunan ekonomi
di indonesia bagian timur yang jauh lebih baik dibanding pada masa

17
orde baru. Hanya saja keberhasilan pembangunan ekonomi
indonesia bagian timur sangat ditentukan oleh kondisi internal yang
ada, yakni berupa sejumlah keunggunlan atau kekeuatan dan
kelemahan yang dimiliki wilayah tersebut.
 Keunggulan wilayah Indonesia Bagian Timur
Keunggulan atau kekeuatan yang dimiliki Indonesia bagian timur
adalah sebagai berikut:
1. Kekayaan sumber daya alam
2. Posisi geografis yang strategis
3. Potensi lahan pertanian yang cukup luas
4. Potensi sumber daya manusia
Sebenarnya dengan keunggulan-keunggulan yang dimiliki
indonesia bagian timur tersebut, kawasan ini sudah lama harus
menjadi suatu wilayah di Indonesia dimana masyarakatnya makmur
dan memiliki sektor pertanian, sektor pertambangan, dan sektor
industri manufaktur yang sangat kuat. Namun selama ini kekayaan
tersebut disatu pihak tidak digunakan secara optimal dan dipihak lain
kekayaan tersebut dieksploitasi oleh pihak luar yang tidak memberi
keuntungan ekonomi yang berarti bagi indonesia bagian timur itu
sendiri.
 Kelemahan Wilayah Indonesia Bagian Timur
Indonesia bagian tinur juga memiliki bagian kelemahan yang
membutuhkan sejumlah tindakan pembenahan dan perbaikan.
Kalau tidak, kelemahan-kelemahan tersebut akan menciptakan
ancaman bagi kelangsungan pembangunan ekonomi di kawasan
tersebut. Kelemahan yang dimiliki Indonesia bagian timur
diantaranya adalah:
1. Kualitas sumber daya manuasia yang masih rendah
2. Keterbatasan sarana infrastruktur

18
3. Kapasitas kelembagaan pemerintah dan publik masih lemah
4. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan masih rendah
2.8.2 Sekarang
Pemerintah masih terus berupaya memajukan Indonesia bagian
timur dengan merencanakan sejumlah pembangunan. Pengembangan
Kawasan Biak, kawasan perbatasan darat dan laut, Trans Papua dan
pengembangan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) menjadi isu strategis
pada 2020 dan 2021-2023 di Papua dan Maluku.
Selain itu muncul juga isu perlunya dukungan infrastruktur
terhadap pengembangan Kawasan Industri Bintuni, Kawasan
Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN) Manokwari, Kota Baru dan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sorong dan Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional Raja Ampat. Termasuk pengembangan
Pelabuhan Ara dan SPAM Regional untuk mendukung KEK Sorong
dan infrastruktur jalan, saluran drainase dan pedestrian untuk
mendukung KEK Morotai.
Hal itu mencuat ketika Badan Pengembangan Infrastruktur
Wilayah (BPIW) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (PUPR) menggelar rapat Pembahasan Penyusunan
Sinkronisasi Program dan Pembiayaan Pembangunan Kepulauan
Maluku dan Pulau Papua. Rapat itu sendiri digelar di Kota
Manokwari, Papua Barat, beberapa waktu lalu.
Kepala BPIW Kementerian PUPR, Hadi Sucahyono mengatakan
menggodok sinkronisasi program perlu dilakukan untuk terciptanya
keterpaduan dengan unit organisasi di lingkungan Kementerian PUPR
maupun Kementerian/ Lembaga lain.
Ia mengatakan sinkronisasi program dapat mewujudkan
keterpaduan dalam pengembangan kawasan dengan pembangunan
Infrastruktur sektor PUPR.
Penyusunan sinkronisasi program dan pembiayaan mengacu pada
tema RPJMN IV 2020-2024, yakni “Mewujudkan manusia Indonesia

19
yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan
pembangunan di segala bidang dengan struktur perekonomian yang
kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif”.
Sementara Kepala Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan
Infrastruktur PUPR, BPIW, Iwan Nurwanto mengatakan, tujuan
dengan digelarnya kegiatan ini yakni untuk konsolidasi program
infrastruktur PUPR dengan program pemerintah daerah bidang PUPR
termasuk sinkronisasi antar sektor.
Kemudian tujuan yang kedua adalah sinkronisasi dengan cara
mensinergikan dan menterpadukan kebutuhan infrastruktur di masing-
masing Wilayah Pengembangan Strategis (WPS).
"Pada pelaksanaan rapat koordinasi tahun ini terdapat proses yang
berbeda dengan tahun sebelumnya," terangnya.
Dimana dilaksanakan proses sinkronisasi tahun 2020 sebagai
persiapan percepatan Pra Konsultasi Regional (Pra Konreg) yang
mengantisipasi tahun politik 2019.
Percepatan pelaksanaan Pra Konreg, lanjut Iwan, perlu dilakukan
mengingat akan ada hajatan nasional yakni Pemilihan Legislatif dan
Pemilihan Presiden serentak pada April 2019 mendatang
Kegiatan rapat koordinasi yang berlangsung pada bulan September
dan Oktober ini dilakukan di beberapa tempat, diantaranya
dilaksanakan di Kota Manokwari, Palu, Solo dan Balikpapan.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Didalam melakukan pembangunan, setiap Pemerintaah Daerah
memerlukan perencanaan yang akurat serta diharapkan dapat melakukan
evaluasi terhadap pembangunan yang dilakukannya. Lebih jauh lagi berarti
perencanaan yang tepat sesuai dengan kondisi di suatu wilayah menjadi
syarat mutlak dilakukannya usaha pembangunan. Perencanaan pembangunan
memiliki ciri khusus yang bersifat usaha pencapaian tujuan pembangunan
tertentu. Adapun ciri dimaksud antara lain:
 Perencanaan yang isinya upaya-upaya untuk mencapai perkembangan
ekonomi yang kuat dapat tercermin dengan terjadinya pertumbuhan
ekonomi positif.
 Ada upaya untuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat.
 Berisi upaya melakukan struktur perekonomian
 Mempunyai tujuan meningkatkan kesempatan kerja.
 Adanya pemerataan pembangunan.
Pembangunan daerah disertai dengan otonomi atau disebut juga otonomi
daerah, sangat relevan dengan pembangunan secara menyeluruh karena
beberapa alasan antara lain :
1. Bahwa pembangunan daerah sangat tepat diimplementasikan dalam mana
perekonomian mengandalkan kepada pengelolaan sumber-sumber daya
publik (Common and public resources) antara lain sektor kehutanan,
perikanan, atau pengelolaan wilayah perkotaan.
2. Pembangunan daerah meyakini mampu memenuhi harapan keadilan ek
onomi bagi sebagian banyak orang. Dengan otonomi daerah diharapkan
dapat memenuhi prinsip bahwa yang menghasilkan adalah yang
menikmati, dan yang menikmati haruslah yang menghasilkan.
3. Pembangunan daerah dapat menurunnya biaya-biaya transaksi (transaction
cost). Biaya transaksi merupakan biaya total pembangunan yang dapat

21
dipisahkan ke dalam biaya informasi , biaya yang melekat dengan harga
komoditi, dan biaya pengamanan.
4. Pembangunan daerah dapat meningkatnya domesticpurchasing power.
Empat alasan yang dikemukakan di atas memiliki makna strategis dalam
rangka mengembangkan perekonomian di daerah utamanya di perdesaan. Hal
tersebut bukan saja disebabkan sumber permasalahan lebih banyak bertempat
diperdesakan secara fisik, tetapi sesungguhnya perdesaaan juga menyimpan
nilai-nilai lokal yang perli diberi peluang untuk berkembang memanfaatkan
sumber-sumberdaya alam melalui otonomi daerah.
Itulah sebabnya menjadi penting bahwa pembangunan daerah memerlukan
perencanaan dan koordinasi yang terpadu, secara vertikal maupun horizontal,
untuk mengantisipasi aliran externality secara spasial maupun akumulatif.
Dengan demikian, kebijakan dan program pembangunan daerah yang disusun
tidak hanya dapat memberi panduan yang terarah dan efisien bagi pemecahan
permasalahan tetapi lebih jauh memberi jaminan akan keberlanjutan sistem
produksi dalam wilayah.

3.2 SARAN
Dalam pembuatan makalah mengenai perekenomian Indonesia ini
dibutuhkan ketelitian dan ketekunan, dimana yang hampir sebagian besar
isinya mengenai “Pembangunan Ekonomi dan Otonomi Daerah”. Begitupun
dengan penulisan nama para tokoh dan kesalahan-kesalahan penulisan
lainnya.
Maka dari itu kami selaku penulis, berharap adanya kritik dan saran yang
dapat membangun kinerja kami agar dalam pembuatan makalah selanjutnya
dapat tersusun dengan baik.

22
DAFTAR PUSTAKA

 http://denandardede.blogspot.com/2015/05/teori-dan-analisis-pembangunan-
ekonomi.html
 http://denandardede.blogspot.com/2015/05/perubahan-penerimaan-daerah-
dan-peranan.html
 http://sarahazarine.blogspot.com/2018/03/makalah-tentang-pembangunan-
ekonomi.html
 http://aldisyalfaniaroon.blogspot.com/2015/05/pembangunan-indonesia-
bagian-timur.html?m=1

23

Anda mungkin juga menyukai