Anda di halaman 1dari 31

PERENCANAAN WILAYAH SEKTOR

PERTANIAN DAN PRESPKTIF MENURUT


ISLAM
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah: sejarah perkembangan wilayah dan kota
Dosen pengampu: Nur Syam A. S, S. T., M.Si
Nurul istiqomah ulil albar
Nur fatimah

OLEH
A. DHITA MAULYA PRATIWI
PWK-B
60800121030

JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN ALAUDDIN
MAKASSAR TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya yang
berlimpah dalam penyusunan makalah ini. Makalah ini merupakan syarat wajib
dalam menyelesaikan tugas mata pelajaran.

Ada kebanggaan tersendiri jika kegiatan penelitian ini bisa selesai dengan hasil
yang baik. Dengan keterbatasan penulis dalam membuat riset, maka cukup
banyak hambatan yang penulis temui di lapangan. Dan jika penelitian ini pada
akhirnya bisa diselesaikan dengan baik tentulah karena bantuan dan dukungan
dari banyak pihak terkait.

Untuk itu, penulis sampaikan rasa terima kasih kepada pihak yang telah
membantu. Diantaranya :
1. Nur Syam A. S, S. T., M.Si. Selaku dosen pengampu
2. Nurul istiqomah ulil albar
3.Nur fatimah
Tak ada yang bisa penulis berikan selain doa dan rasa terima kasih yang tulus
kepada pendukung. Namun tidak lupa juga masukan yang berguna seperti saran
atau kritik dari para pembaca sangat diharapkan oleh penulis. penulis sangat
berharap bahwa makalah ini akan sangat bermanfaat bagi siapa saja yang
membaca dan menambah pengetahuan bagi kita semua.

Makassar , senin 26 oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Prinsip Perencanaan Wilayah Pertanian
2.2 Tantangan Perencanaan Wilayah Pertanian
2.3 Langkah Perencanaan Wilayah Pertanian
2.4 Visi, Misi dan Tujuan Umum Sektor Pertanian .
2.5 Tujuan dan Sasaran
2.6 Identifikasi pembatas dan kendala (SWOT)
2.7 perencanaan wilayah pertanian menurut islam.

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan Wilayah adalah suatu proses perencanaan pembangunan yang
dimaksudkan untuk melakukan perubahan menuju arah perkembangan yang
lebih baik bagi suatu komunitas masyarakat, pemerintah, dan lingkungannya
dalam wilayah tertentu, dengan memanfaatkan atau mendayagunakan berbagai
sumber daya yang ada, dan harus.
Mekanisme perencanaan pembangunan wilayah nasional berjalan melalui dua
pendekatan utama, yaitu pembangunan sektoral dan regional. Hasil dua
pendekatan diharapkan dapat menciptakan landasan yang kuat bagi bangsa
Indonesia untuk tumbuh dan bekembang atas dasar kekuatan sendiri dan
mewujudkan masyarakat adil makmur berdasarkan pancasila. Kenyataannya,
upaya menciptakan keselarasan dan keserasian dua strategi tersebut merupakan
hak pelik, bahkan cenderung kontradiktif dan dikotomis.
Dalam perkembangannya pendekatan pertama (sektoral) nampak lebih
menonjol dan semakin mengua dibanding pendektan kedua (regional), hal ini
dapat dilihat dari orientasi pembangunan yang secara tegas meletakkan aspek
pertumbuhan ekonomi ( econimoc growth) sektoral sebagai cara untuk
mencapai tujuan pembangunan. Disamping telah memberikan hasil yang
memuaskan seperti pertumbuhan ekonomi tinggi, pendapatan perkapita naik,
namun orientasi tersebut ternyata telah menimbulkan beberapa masalah, salah
satu diantaranya adalah tidak meratanya distribusi kegiatan dan hasil
pembangunan, sehingga beberapa agenda permasalahan pembangunan, seperti
kemiskinan, kesenjangan sosial-ekonomi, ketimpangan antar wilayah (kota-
desa, pusat-daerah), sering digunakan sebagai contoh produk model
pembangunan (sektoral) yang lebih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi.
Hal tersebut dapat dimengerti karena untuk mengajar pertumbuhan yang tinggi
serta efesiensi, pembangunan diutamakan pada kegiatan-kegitan yang palinh
produktif, terutama kegiatan ekspor produksi primer seperti pertambangan,
kehutanan, dan perkebunan. Sementara itu untuk mengadakan barang-barang
konsumsi dan mengurangi ketergantungan impor, yang dikembangkan di kota-
kota besar. Akibatnya tingkat pembangunan ekonomi yang tinggi hanya terjadi
pada wilayah-wilayah yang memiliki kekayaan sumber alam serta kota-kota
besar. Dari sinilah persoalan ketimpangan wilayah sebagai agenda utama
pembangunan regional berawal dan terus berkembang.
Pembangunan Pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan
pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi
penyelamat perekonomian nasional karena justru pertumbuhannya meningkat,
sementara sektor lain pertumbuhannya negatif. Beberapa alasan yang mendasari
pentingnya pertanian di Indonesia :
1. Potensi sumberdayanya yang besar dan beragam,
2. Pangsa terhadap pendapatan nasional cukup besar,
3. Besarnya penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan
4. Menjadi basis pertumbuhan di pedesaan.
Potensi pertanian yang besar namun sebagian besar dari petani banyak yang
termasuk golongan miskin adalah sangat ironis terjadi di Indonesia. Hal ini
mengindikasikan bahwa pemerintah bukan saja kurang memberdayakan petani
tetapi sektor pertanian keseluruhan. Disisi lain adanya peningkatan investasi
dalam pertanian yang dilakukan oleh investor PMA dan PMDN yang
berorientasi pada pasar ekspor umumnya padat modal dan perananya kecil
dalam penyerapan tenaga kerja atau lebih banyak menciptakan buruh tani.
Berdasarkan latar belakang tersebut ditambah dengan kenyataan justru kuatnya
aksesibilitas pada investor asing /swasta besar dibandingkan dengan petani kecil
dalam pemanfaatan sumberdaya pertanian di Indonesia, maka dipandang perlu
adanya grand strategy pembangunan pertanian melalui pemberdayaan petani
kecil. Melalui konsepsi tersebut, maka diharapkan mampu menumbuhkan sektor
pertanian, sehingga pada gilirannya mampu menjadi sumber pertumbuhan baru
bagi perekonomian Indonesia, khususnya dalam hal pencapaian sasaran :
1. Mensejahterkan petani,
2. Menyediakan pangan,
3. Sebagai wahana pemerataan pembangunan untuk mengatasi kesenjangan
pendapatan antar masyarakat maupun kesenjangan antar wilayah,
4. Merupakan pasar input bagi pengembangan agroindustri,
5. Menghasilkan devisa,
6. Menyediakan lapangan pekerjaan,
7. Peningkatan pendapatan nasional, dan
8. Tetap mempertahankan kelestarian sumberdaya.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang permasalahan tersebut diatas, maka penulis
merumuskan masalahnya sebagai berikut.
1. Bagaimana kondisi pertanian di Indonesia?
2. Apa saja perkembangan pembangunan di bidang pertanian di Indonesia saat
ini?
3. Bagaimana perencanaan wilayah sector pertanian yang tepat dilaksanakan di
Indonesia saat ini?
4. bagaimana presfektif islam dalam perencaan wilayah sektor pertanian?
1.3 Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah tersebut, penulis memiliki tujuan supaya pembaca dapat
menggambarkan dan memahami mengenai:
1. Kondisi pertanian di Indonesia.
2. Perkembangan pembangunan di bidang pertanian di Indonesia saat ini.
3. Perencanaan wilayah di sector pertanian yang tepat dilaksanakan di Indonesia
saat ini.
4. mengetahui prespektif islam dalam sektor pertanian.

1.4 Manfaat Penulisan


Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan kegunaan baik secara
teoretis maupun secara praktis. Secara teoretis laporan ini berguna sebagai
pengembangan konsep penelitian mengenai perencanaan wilayah . Secara
praktis, laporan ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Penulis, sebagai wahana penambahan ilmu pengetahuan dan konsep
keilmuwan khususnya tentang perencanaan wilayah terutama pada aspek
pertanian di Indonesia.
2. Pembaca, sebagai media informasi tentang perencanaan wilayah pada aspek
pertanian baik secara teoretis maupun secara praktis.
3. pemabaca dan penulis dapat mengetahui informasi tentang prespektif islam
dalam perencanaan wilayah pertanian.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prinsip Perencanaan Wilayah Pertanian
Apakah perencanaan itu??
Pengertian Perencanaan, Tujuan Perencanaan, Prinsip Perencanaan,
Filosofi Perencanaan Program. ... Perencanaan juga diartikan sebagai suatu
proses pengambilan keputusan yang berdasarkan fakta, mengenai kegiatan-
kegiatan yang harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan yang diharapkan
atau yang dikehendaki.
1. Waterson (1965) : usaha sadar, terorganisasi, dan terus menerus
guna memilih alternatif terbaik dari sejumlah alternatif untuk mencapai
tujuan tertentu
2. Faludi (1973) : suatu proses untuk menentukan tindakan
berorientasi ke masa depan melalui serangkaian pilihan-pilihan
3. Melville Branch (1980) : proses aktivitas berkelanjutan dan
memutuskan apa yang dapat dilakukan untuk masa depan, serta
bagaimana mencapainya
Prinsip Perencanaan:
1. Beorientasi pada perubahan
2. Sebagai alat untuk mencapai tujuan
3. Berorientasi pada masa depan?
4. Memilih dan menentukan
5. Pengalokasian sumberdaya
6. Beorientasi pada tindakan dan kepentingan kolektif
7. Proses yang menerus
Elemen utama perencanaan:
1. Perumusan/identifikasi persoalan/problem
2. Perumusan tujuan/goals setting
3. Penjabaran dan pemilihan alternatif-alternatif tindakan/alternative
means
4. Penentuan time frame pencapaian tujuan
Apakah itu Wilayah??
1. Yaitu : suatu bentang darat dipermukaan bumi yang mempunyai
kharakteristik tertentu
2. Yaitu : ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif
dan/atau fungsional (UU No.26/2007)
3. Ruang adalah wadah yang meliputi darat, laut, udara (termasuk di dalam
bumi) sebagai tempat manusia dan makhluk hidup melakukan kegiatan untuk
kehidupannya
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan
manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber
energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan
sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa difahami orang
sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (crop cultivation) serta
pembesaran hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa
pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan,
seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti
penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.
Inti dari ilmu-ilmu pertanian adalah biologi dan ekonomi. Karena pertanian
selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung, seperti ilmu
tanah, meteologi, permesinan pertanian, biokimia, dan statistika juga dipelajari
dalam pertanian. Usaha tani (farming) adalah bagian inti dari pertanian karena
menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam
budidaya. Petani adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha
tani, sebagai contoh "petani tembakau" atau "petani ikan".
Tantangan Perencanaan Wilayah Pertanian:
1. Globalisasi, pasar bebas, kapitalism, privatisasi
2. Pluralisme
3. Kerusakan lingkungan
4. Demokratisasi, desentralisasi
5. Kemiskinan dan ketidak adilan sosial
Berdasarkan Tingkat Keragamannya, Wilayah Pertanian Dikelompokkan
Menjadi 2, yaitu:
1. Wilayah Pertanian seragam (Homogenous Agriculture Region), yaitu wilayah
pertanian yang kenampakan fisiknya didominasi oleh satu jenis
tumbuhan/tanaman/hewan/perikanan atau satu kelompok (famili)
tumbuhan/tanaman. Contoh : perkebunan tebu, perkebunan kelapa, tambak,
perkebunan teh, dll
2. Wilayah Pertanian Heterogen (Heterogenous Agriculture Region), yaitu yaitu
wilayah pertanian yang kenampakan fisiknya didominasi oleh lebih dari satu
jenis tumbuhan/tanaman/hewan/perikanan atau lebih dari satu tipe penggunaan
lahan. Contoh : kawasan agroforestry, kawasan kebun campuran, area mina
padi, dll
Prinsip Pengembangan Wilayah Pertanian
1. Sesuai secara fisik : kesesuaian lahan, resiko hama penyakit, ketersediaan
aksesibilitas/infrastruktur
2. Sesuai secara sosial budaya : tataruang, kebijakan yang terkait, tingkat
penguasaan teknologi, ketersediaan SDM, tidak bertentangan secara
adat/institusi sosial masyarakat
3. Tidak merusak lingkungan : resiko kerusakan tanah, pencemaran air,
pemusnahan plasma nutfah langka, pencemaran udara, marginalisasi
masyarakat setempat
4. Layak secara ekonomi : B/C, BEP, NPV, ketersediaan pengembang
“Amunisi” bagi pengembang pertanian (perencana dan pengembang):
1. Spatial : pengetahuan tentang tata ruang, pemetaan (peta dan citra satelit),
kebijakan tata ruang
2. Land quality : pengetahuan tentang evaluasi lahan dan land improvement,
agroekologi
3. Economy : pengetahuan tentang agribisnis (produksi, pengolahan,
pemasaran), akutansi, ekonomi pembangunan
4. Regional complexity : kebudayaan, antropologi, komunikasi masa, conflict
resolution, sejarah, dll
Tahap-Tahap Pengembangan Wilayah Pertanian
1. Mengenali kondisi Fisik : kharakteristik tanah (kesuburan tanah, kesesuaian
lahan), landscape, ketersediaan & kualitas air, litologi, kerawanan bencana,
aksesibilitas, posisi keruangan,ketersediaan tanaman/tumbuhan eksisting, dan
kharakteristik komoditi yang akan dikembangkan

Kondisi fisik di Indonesia


a. Negeri Kepulauan (lautan > daratan)
b. Sumberdaya lahan (pedosfer, atmosfer, hidrosfer, litosfer, biosfer) sangat
bervariasi
c. Merupakan bagian dari “ring of fire” (banyak gunung api, pertemuan plate
tectonic) sehingga rawan gempa bumi
Kondisi Fisik Daratan(ditinjau dari bentuklahan)
a. Kawasan Marin
b. Kawasan Fluvio-marin
c. Kawasan dataran rendah
d. Kawasan Pegunungan (volkanik, karst, angkatan, lipatan)
Kondisi Fisik Daratan (ditinjau dari land use)
a. Kawasan pedalaman (hutan lindung, cagar alam, hutan rakyat, hutan
produksi, taman nasional, dll)
b. Kawasan perdesaan (rural)
c. Kawasan transisi (rurban, desa kota/kota desa)
d. Kawasan perkotaan (urban)
Salah satu Pendekatan Mengenali Kondisi Fisik (untuk pengembangan
pertanian)
Evaluasi Lahan :
a. Analisis Kemampuan Lahan
Analisis Kesesuaian Lahan
1. Cocok secara fisik (land sustability)
Dalam merencanakan wilayah pertanian harus memperhatikan kondisi fisik
alamnya yang berguna dalam penyusunan kesesuaian lahannya, sehingga dapat
bermanfaat sebagai peningkatan potensi pertanian. Kondisi fisik yang harus
diperhatikan seperti kondisi iklim, kondisi tanah, dan juga kondisi medan. Iklim
mempunyai beberapa unsur atau parameter yang tentunya bisa diukur seperti
penyinaran matahari, suhu udara, kelembaban, tekanan udara, angina, awan, dan
curah hujan. Komoditas pertanian yang dikembangkan di daerah tertentu
haruslah sesuai dengan iklim daerah tersebut. Tanah merupakan faktor penting
dalam pertanian, karena tanah sampai saat ini merupakan media utama yang
digunakan untuk pertanian. Komponen tanah yang diperhatikan terutama
kesuburan tanah, dimana kesuburan tanah itu dipengaruhi oleh sifat kimia, sifat
fisik, dan sifat biologi tanah. Kondisi medan berbeda dengan tanah, kondisi
medan lebih memandang bagaimana konfigurasi permukaan bumi yang
ditentukan oleh kemiringan lereng, ada tidaknya singkapan batuan, serta
keadaan batuan atau bahan kasar di permukaan bumi. Bahan kasar yang
dimaksud seperti kerikil, dan batuan biasa.
2. Tidak bertentangan secara sosiokultural
Sistem pertanian harus selaras dengan norma, sosial, dan budaya yang dianut
dan dijunjung tinggi oleh masyarakat disekitarnya. Sebagai contoh seorang
petani akan mengusahakan peternakan ayam di pekarangan milik sendiri.
Mungkin secara ekonomis dan ekologis menjanjikan keuntungan yang layak,
namun ditinjau dari aspek sosial dapat memberikan aspek yang kurang baik,
misalnya pencemaran udara karena bau kotoran ayam.
Norma-norma sosial dan budaya harus diperhatikan, apalagi sistem pertanian di
Indonesia biasanya jarak antara perumahan penduduk dengan areal pertanian
sangat berdekatan. Didukung dengan tingginya nilai sosial pertimbangan utama
sebelum merencanakan wilayah pertanian secara luas.
3. Berkelanjutan
Pertanian harus berdasarkan asas keberlanjutan, yaitu mencangkup aspek
ekologis, sosial, dan ekonomi. Konsep pertanian yang berkelanjutan dapat
diwujudkan dengan perencanaan wilayah yang berbasiskan sumberdaya alam
yang ada di suatu wilayah tertentu. Menurut ahli pertanian barat Dr. Peter
Goering, terdapat empat kecenderungan positif yang mendorong sistem
budidaya pertanian harus berkelanjutan, yaitu perubahan sikap petani,
permintaan produk organic, keterkaitan petani dan konsumen, serta perubahan
kebijakan.
Di Negara-negara Uni Eropa, khususnya Denmark dan Jerman, jumlah petani
organic meningkat pesat. Demikian juga di Swedia, dalam kurun waktu empat
tahun, luas pertanian organic meningkat hampir 300%. Para petani organic di
Negara-negara maju juga sudah memenuhi standar kesehatan. Komoditas
pertanian yang disebut produk hijau (green product) menjadi jaminan bahwa
produk tersebut sehat dan aman, baik bagi manusia ataupun lingkungan. Produk
yang disertifikasi bukan hanya produk-produk tanaman dan peternakan, namun
juga perikanan (organic fish).
Keterkaitan antara petani dan konsumen menjadi langkah awal atau kebangkitan
transformasi pertanian subsisten kearah sistem pertanian yang berorientasi pasar
(market oriented). Maka dari itu harus dilakukan perubahan kebijakan pertanian
yang tidak hanya berorientasi hasil, namun juga memperhatikan aspek
kelestarian sumberdaya alam secara serius.
4. Tidak merusak lingkungan
Pada hakikatnya sistem pertanian berkelanjutan adalah kembali kepada alam,
yaitu sistem pertanian yang tidak merusak, mengubah, serasi, selaras, dan
seimbang dengan lingkungan. Revolusi hijau dengan input bahan kimia
memberi bukti bahwa lingkungan pertanian menjadi hancur dan tidak lestari,
solusinya adalah menerapkan sistem pertanian organic. Dalam pelaksanaannya,
sistem pertanian organik sangat memperhatikan kondisi lingkungan dengan
mengembangkan metode budi daya dan pengolahan berwawasan lingkungan
yang berkelanjutan.
Sistem pertanian organik diterapkan berdasarkan atas interaksi tanah, tanaman,
hewan, manusia, mikroorganisme, ekosistem, dan lingkungan dengan
memperhatikan keseimbangan dan keanekaragaman hayati. Pertanian organik
banyak memberikan kontribusi pada perlindungan lingkungan dan masa depan
kehidupan manusia. Pertanian organik juga menjamin keberlanjutan bagi
agroekosistem dan kehidupan petani sebagai pelaku pertanian. Sumber daya
lokal dipergunakan sedemikian rupa sehingga unsur hara, bimassa, dan energi
bisa ditekan serendah mungkin serta mampu mencegah pencemaran.
5. Layak secara ekonomi
Sistem pertanian yang dibangun harus layak secara ekonomi artinya komoditas
yang dihasilkan menguntungkan. Sistem pertanian harus mengacu pada
pertimbangan laba rugi, baik bagi diri sendiri maupun bagi oranglain, untuk
jangka pendek dan jangka panjang.
2.2 Tantangan Perencanaan Wilayah Pertanian
1. Globalisasi, perdagangan bebas, capitalism, privatisasi
Globalisasi telah dipergunakan oleh paham perdagangan dan industri untuk
menyerap warga miskin dunia untuk mengumpulkan keuntungan dan kekayaan
bagi segelintir warga kaya di dunia. Pertanian dianggap sebagai menjadi sector
yang paling strategis bagi perdagangan dan industri dunia, sebab dengan
menguasai sector pertanian dunia berarti bisa menguasai pangan dunia.
Saat ini nasib petani sudah dikontrakan dalam organisasi perdagangan dunia.
Dimana seluruh petani di dunia harus mengikuti cara dan mekanisme kerja
perdagangan bebas. Persoalannya petani miskin selalu diugikan dengan
perusahaan pertanian baik di Negara miskin maupun di Negara kaya, sebab
salah satu kebijakan utama dalam perjanjian tersebut adalah mengurangi subsidi
petani namun meningkatkan subsidi perusahaan pertanian.
Kondisi pertanian Indonesia yang masih lemah dalam persaingan di tingkat
global yang menganut kepada mekanisme pasar dalam sistem kapitalisme
menjadikan Indonesia salah satu Negara pengimpor beras terbesar di dunia dan
kalah saing dengan hasil pertanian Thailand, China, bahkan Vietnam. Ditambah
dengan adanya sector privatisasi yang tentunya akan terjadi keterbatasan untuk
mengakses lahan, air dan sumber lain yang produktif oleh masyarakat (khusus
dalam hal ini adalah petani). Negara tidak bisa mengintervensi kepemilikan dan
Negara berada diluar pasar dari semua kepemilikan. Hal tersebut merupakan
konsekuensi dari perdagangan bebas, privatisasi, kapitalisme, dan globalisasi.
2. Kerusakan lingkungan
Saat ini lahan di Indonesia sebagian besar sudah masuk kedalam lahan kritis
atau mengalami kerusakan lingkungan. Apabila lingkungan tercemar atau rusak,
maka tanaman juga tercemar dan manusia yang mengkonsumsi hasil dari
tanaman tersebut juga mendapat dampak negative. Dampak negative dari
kerusakan lingkungan perlu mendapatkan perhatian, karena hal tersebut akan
berdampak terhadap kelangsungan hidup manusia. Contohnya adalah perihal
pupuk, karena pupuk mempengaruhi akan besar kecilnya hasil yang akan
didapat. Berbagai macam pupuk telah di kembangklan untuk memenuhi hasil
yang optimal. Tentunya hal tersebut di kejar untuk mencari kuntungan yang
sebesar-besarnya. Maka tercetuslah yang namanya pupuk kimia, dimana pupuk
yang dihasilkan dari pabrik dengan meramu bahan-bahan kimia anorganik yang
berkadar hara tinggi.
Pupuk adalah sejenis zat sistetis maupun organik, yang memiliki fungsi untuk
meningkatkan pasokan nutrisi penting yang meningkatkan pertumbuhan
tanaman dan vegetasi di dalam tanah. Meski ditujukan untuk memberikan
keuntungan bagi manusia, namun dampak dari kegiatan pemupukan pada tanah
perlu diperhatikan. Hal ini khususnya pada penggunaan pupuk kimia. Jika
dilakukan secara berlebihan, penggunaan pupuk kimia bisa menimbulkan
dampak yang justru akan merusak lingkungan. Karena akan membuat kondisi
tanah menjadi tidak subur dan padat. Yang mengerikan lagi dengan pengunaan
pupuk kimia secara berlebihan dan berkelanjutan akan berdampak mematikan
banyak mikro organisme dalam tanah yang sangat dibutuhkan tumbuhan.

3. Demokratisasi, desentralisasi
Bebarapa isu utama yang dihadapi pembangunan pertanian di Indonesia adalah
demokratisasi dan desentralisasi. Searah dengan semangat desentralisasi,
kebijakan nasional yang tertuang dalam UU No.22 Tahun 1999 yang kemudian
direvisi dengan UU No.32 Tahun 2004 telah memberikan ruang gerak
desentralisasi melalui kebijakan ”otonomi daerah”. Menurut Akhmadi (2004),
sesuai dengan otonomi daerah, kewenangan di bidang penyuluhan pertanian
sejak tahun 2001 dilimpahkan kepada pemerintah daerah agar daerah mampu
meningkatkan kinerja penyuluhan pertanian. Demokratisasi dan desentralisasi
seharusnya menjadi instrument untuk pemerataan daerah, tetapi tidak jarang
disalahgunakan oleh pemerintah daerah akibat dari adanya otonomi tersebut.
Pengerukan sumberdaya semakin besar dan merugikan warga setempat. Sector
pertanian yang seharusnya menjadi pilar ekonomi tidak mengalami kemajuan.
Apabila desentralisasi dilakukan dengan benar, sector pertanian akan semakin
baik karena sector pertanian menjadi salah satu pilar untuk pemerataan
pembangunan di daerah
4. Kemiskinan dan ketidakadilan
Masalah kemiskinan dapat dilihat dengan ketidakadilan pada penguasaan faktor
produksi tanah. Hingga saat ini kepemilikan lahan petani di Jawa rata-rata 0.3
hektar dan diluar Jawa 0.5 hektar. Sedangkan perusahaan-perusahaan besar,
lewat Hak Guna Usaha (HGU) bisa menguasai ratusan ribu hektar sendirian.
Akibatnya petani yang ingin memproduksi tanaman pangan tidak mempunyai
akses terhadap tanah-tanah pertanian. Keterbatasan lahan dan sumber-sumber
produktif lain berpotensi membuat petani hanya menjadi buruh upahan pada
sistem perkebunan, yang berujung pada kemiskinan struktural. Saat harga
pangan mahal, petani yang berupah rendah tidak sanggup lagi memenuhi
kebutuhan pangannya. Hal ini yang menyebabkan bertambahnya angka gizi
buruk di Indonesia. Akibatnya kemiskinan dan kelaparan menjadi masalah
besar, masih sangat jauh jalan menuju kesejahteraan dan bebas dari kemiskinan.
Hingga saat ini keseriusan pemerintah dalam memberikan akses lahan kepada
petani belum sepenuhnya terlaksana.
Hal lain yang harus dilakukan pemerintah adalah pembatasan maksimum
kepemilikan lahan oleh swasta. Mengendalikan penanaman modal asing dalam
pengelolaan sumber-sumber agraria tentunya dapat berdampak positif untuk
pengarusutamaan terhadap petani dan rakyat kecil. Saat ini masih 44 % tenaga
kerja di Indonesia bekerja di pertanian dan melihat besarnya angka tersebut
maka penguasaan sumber-sumber agraria yang merata dan dikelola oleh rakyat
memiliki peranan yang sangat besar dalam mengatasi kemiskinan dan kelaparan
baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan.
Pembangunan pertanian di Indonesia ke depan menurut Supena dan Syafa’at
(2000),harus selalu diarahkan agar mampu memanfaatkan secara maksimal
keunggulan sumberdaya wilayah secara berkelanjutan. Oleh karena itu
kebijaksanaan pembangunan pertanian mesti dirancang dalam perspektif
ekonomi wilayah. Pembangunan pertanian dalam konteks ekonomi wilayah
semakin relevan dengan berlakunya UU nomor 22 dan nomor 25 tahun 1999,
yang kemudian dijabarkan dalam PP nomor 2 tahun 2000. Hal ini berarti bahwa
pemerintah pusat hanya berperan dalam merancang perencanaan yang bersifat
makro, sedangkan pemerintah daerah merancang pelaksanaan pencapaian target
sesuai dengan kondisi wilayah.
2.3 Langkah Perencanaan Wilayah Pertanian
a. Gambaran kondisi saat ini & identifikasi masalah
b. Menetapkan visi, misi, dan tujuan umum
c. Identifikasi pembatas dan kendala (SWOT)
d. Proyeksi berbagai variabel yang terkait (controllable dan non-controllable)
e. Menetapkan sasaran dalam kurun waktu tertentu
f. Mencari dan mengevaluasi berbagai alternatif untuk mencapai sasaran
g. Memilih alternatif yang terbaik
h. Menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan
i. Menyusun kebijakan dan strategi agar kegiatan setiap lokasi berjalan sesuai
dengan harapan
Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam
struktur pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor
yang tidak mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam
pembangunan bangsa. Mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak
satu pun yang menguntungkan bagi sektor ini. Program-program pembangunan
pertanian yang tidak terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan sektor
ini pada kehancuran. Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat
banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita
tergantung padanya.

2.4 Visi, Misi dan Tujuan Umum Sektor Pertanian


Visi Kementerian Pertanian 2010 - 2014:
Terwujudnya Pertanian Industrial Unggul Berkelanjutan Yang Berbasis
Sumberdaya Lokal Untuk Meningkatkan Kemandirian Pangan, Nilai Tambah,
Daya Saing, Ekspor dan Kesejahteraan Petani.
Misi Kementerian Pertanian 2010 - 2014:
1. Mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan yang efisien, berbasis iptek dan
sumberdaya lokal, serta berwawasan lingkungan melalui pendekatan sistem
agribisnis.
2. Menciptakan keseimbangan ekosistem pertanian yang mendukung
keberlanjutan peningkatan produksi dan produktivitas untuk meningkatkan
kemandirian pangan.
3. Mengamankan plasma-nutfah dan meningkatkan pendayagunaannya untuk
mendukung diversifikasi dan ketahanan pangan.
4. Menjadikan petani yang kreatif, inovatif, dan mandiri serta mampu
memanfaatkan iptek dan sumberdaya lokal untuk menghasilkan produk
pertanian berdaya saing tinggi.
5. Meningkatkan produk pangan segar dan olahan yang aman, sehat, utuh dan
halal (ASUH) dikonsumsi.
6. Meningkatkan produksi dan mutu produk pertanian sebagai bahan baku
industri.
7. Mewujudkan usaha pertanian yang terintegrasi secara vertikal dan horisontal
guna menumbuhkan usaha ekonomi produktif dan menciptakan lapangan kerja
di pedesaan.
8. Mengembangkan industri hilir pertanian yang terintegrasi dengan
sumberdaya lokal untuk memenuhi permintaan pasar domestik, regional dan
internasional.
9. Mendorong terwujudnya sistem kemitraan usaha dan perdagangan komoditas
pertanian yang sehat, jujur dan berkeadilan.
10. Meningkatkan kualitas kinerja dan pelayanan aparatur pemerintah bidang
pertanian yang amanah dan profesional.

2.5 Tujuan dan Sasaran


Tujuan pembangunan pertanian Indonesia adalah:
1. Menumbuh kembangkan usaha pertanian di pedesaan yang akan memacu
aktivitas ekonomi pedesaan, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat;
2. Menumbuhkan industri hulu, hilir dan penunjang dalam meningkatkan daya
saing dan nilai tambah produk pertanian;
3. Memanfaatkan sumberdaya pertanian secara optimal melalui pemanfaatan
teknologi yang tepat sehingga kapasitas sumberdaya pertanian dapat
dilestarikan dan ditingkatkan;
4. Membangun kelembagaan pertanian yang kokoh dan mandiri;
5. Meningkatkan kontribusi sektor pertanian dalam pemasukan devisa;
Sasaran pelaksanaan pembangunan pertanian adalah:
1. Berkembangnya usaha-usaha penunjang dan pengolahan hasil pertanian,
seperti industri benih, kios pupuk, jasa alsintan , industri pangan dan lainnya;
2. Produksi pertanian rata-rata per tahun meningkat : untuk tanaman pangan 2
persen; hortikultura 5 persen; perkebunan 5 persen; dan peternakan 5 persen
3. Pendapatan riil petani meningkat 3,5 persen per tahun;
4. Nilai ekspor produk pertanian pertanian meningkat dari US $ 3,7 milyar pada
tahun 2004 manjadi US $ 9,0 milyar pada tahun 2009;
5. Agroindustri meningkat ditandai oleh meningkatnya produk olahan pertanian
rata rata 5 persen per tahun,
6. Dikembangkannya organisasi dan kelembagaan pertanian seperti kelompok
tani di sebagian besar desa, asosiasi setiap komoditi, koperasi pertanian dan
organisasi agribisnis lainnya, yang dicirikan oleh meningkatnya daya tawar
petani.
7. Meningkatnya kemandirian pangan yang ditandai oleh berkurangnya import
bahan pangan utama rata-rata 10 persen per tahun,
8. PDS Pertanian meningkat 2,5 persen per tahun;

2.6 Identifikasi pembatas dan kendala (SWOT)


Analisis SWOT dapat digunakan untuk menetapkan tujuan secara lebih realistis
dan efektif, serta merumuskan strategi dengan efektif pula. Dengan
berlandaskan SWOT, tujuan tidak akan menjadi terlalu rendah atau terlalu
tinggi. Dengan analisis SWOT akan diketahui kekuatan dan kesempatan yang
terbuka sebagai faktor positif dan kelemahan serta ancaman yang ada sebagai
faktor negatif. Maka diperoleh semacam core strategy yang prinsipnya
merupakan:
a. Strategi yang memanfaatkan kekuatan dan kesempatan yang ada secara
terbuka
b. Strategi yang mengatasi ancaman yang ada
c. Strategi yang memperbaiki kelemahan yang ada
Teknik Swot terbagi menjadi empat faktor yaitu:
1. Strength (faktor internal)
Membahas tentang kekuatan atau potendi yang dimiliki oleh sektor pertanian
yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan suatu wilayah.
2. Weakness (faktor internal)
Membahas tentang kelemahan atau masalah-masalah yang dihadapi oleh sektor
pertanian sehingga menghambat pembangunan dari potensi yang dimiliki suatu
wilayah.
3. Opportunity (faktor eksternal)
Membahas tentang kesempatan atau peluang yang dimiliki oleh sektor pertanian
untuk pemanfaatan dan pengembangan potensi sektor dengan terlebih dahulu
mengatasi masalah yang dimiliki oleh sektor pertanian yang ingin
dikembangkan tersebut.

4. Threat (faktor eksternal)


Berupa ancaman atau hambatan yang dimiliki oleh sektor pertanian di suatu
wilayah jika masalah yang dihadapi pada sektor tersebut tidak dapat diatasi.
Dalam perencanaan wilayah sector pertanian, dapat pula kita menggunakan
beberapa upaya peningkatan produksi pertanian, seperti
Intensifikasi pertanian,
yaitu peningkatan hasil pertanian secara maksimal dengan menggunakan
teknologi tepat guna, seperti penggunaan alat-alat modern, irigasi yang baik,
penggunaan bibit unggul, pestisida, dan pupuk.
Ekstensifikasi pertanian,
yaitu perluasan areal persawahan dengan pembangunan irigasi baru,
pemanfaatan daerah rawa, dan perluasan areal pertanian baru dengan mengelola
lahan tidak produktif dan semak hutan menjadi daerah pertanian.
Diversifikasi pertanian,
yaitu memperbanyak jenis-jenis tanaman pertanian sesuai dengan potensi
sumber daya alam yang terdapat di suatu daerah, seperti tanaman palawija dan
tanaman keras.
Rehabilitas pertanian,
ialah memperbaiki kembali lahan kritis lewat penghijauan (reboisasi),
terasering, pemupukan alami, dan menanam pohon-pohon produktif.
Studi kasus yang kami ambil adalah pertanian di kabupaten Lebak, Banten.
Dimana perencanaan wilayah untuk pertanian di Kabupaten Lebak, Banten ini
memperhitungkan dan juga menganalisis zona agroklimat dan juga peta potensi
wilayah pertanian di kabupaten tersebut.
Dalam perencanaan wilayah Kabupaten Lebak, Banten ini, untuk mendapatkan
zona agroklimatnya, kita harus menganalisis ketinggian tempat ditiap wilayah
beserta jenis iklim (dalam hal ini menurut Junghuhn dan Oldeman. Setelah
dianalisis jenis iklim yang ada di Kabupaten Lebak, Banten, adalah sebagai
berikut.
C2 : Tipe iklim ini meliputi sebagian Kecamatan Muncang, Leuwidamar,
Sajira, dan Cipanas dengan elevasi < 600 mdpl dan memiliki luas 45,06 km 2.
Sehingga berdasarkan klasifikasi Oldeman dan Junghuhn wilayah tersebut
cocok untuk dijadikan kawasan pertanian padi ladang, palawija, seperti jagung
dan umbi-umbian. Dikatakan C2 apabila terdapat 5-6 bulan basah berurutan dan
2-4 bulan kering. Pada tipe iklim ini hanya dapat ditanam padi satu kali dalam
setahun dan juga jika akan menanam tanaman palawija yang kedua, harus
berhati-hati, jangan sampai jatuh pada bulan kering.
D1 : tipe iklim ini meliputi sebagian Kecamatan Warung Gunung, Cikulur,
Cibadak, Kalanganyar, Rangkasbitung, Cimarga, Leuwidamar, Cileles
Bojongmanik, Cirinten, Cigemblong, Malingping, Cihara, Wanasalam, dan
Cijaku dengan luas 756,6 km2. Dikatakan tipe iklim D1 apabila terdapat 3-4
bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering. Pada tipe iklim ini
tanaman padi umur pendek satu kali dan biasanya produksi bisa tinggi karena
kerapatan fluks radiasi tinggi , dan dengan terdapat 3-4 bulan basah maka
sangat cocok untuk menanam palawija. Tanaman gandum pun cocok ditanam
pada iklim ini dengan ketinggian 400-800 mdpl.
D2 : Dikatakan tipe iklim D2 jika terdapat 3-4 bulan basah berurutan dan 2-
4 bulan kering. Pemanfaatan lahan riil di lapangan pada wilayah D2 merupakan
kawasan pertanian pangan lahan kering, sebagian hutan dan sedikit pertanian
lahan basah. Wilayah ini meliputi kecamatan Cileles, Cimarga, Cikulur,
Banjarsari, Leuwi Damar, Muncang dan bojong Manik pada luas
169,42km2 serta terletak pada ketinggian 0-600 mdpl. Wilayah D2 ini kurang
cocok apabila dikembangkan menjadi lahan pertanian padi sawah tanpa bantuan
sistem irigasi, tetapi akan lebih optimum apabila dikembangkan menjadi lahan
pertanian palawija dan kacang-kacangan, seperti jagung, umbi kayu, kacang
hijau serta kacang kedelai, namun hanya cukup 1 kali tanam dalam setahun,
mengingat jumlah curah hujan yang terbatas. Selain ditanami palawija dan
kacang-kacangan, wilayah ini juga sangat cocok apabila dikembangkan menjadi
lahan perkebunan tebu.
D3 : Wilayah iklim D3 meliputi sebagian Kecamatan Cileles, Bojongmanik,
Leuwidamar, Cirinten, Gunung Kencana, Banjarsari, Cijaku, Malingping, dan
Wanasalam dengan luas 487,3 km2 serta teletak pada ketinggian 0-600 mdpl.
Pemanfaatan lahan riil di lapangan pada wilayah ini adalah pertanian lahan
kering, hutan dan sebagian pertanian lahan basah, khsusunya di wilayah hilir
sungai Ci Binuangen. Iklim D3 tidak jauh berbeda dengan iklim D2, yakni
terdapat 3-4 bulan basah berurutan serta 5-6 bulan kering, sehingga jenis
tanaman pertanian yang dapat dikembangkannya pun tidak jauh berbeda dengan
wilayah D2, dimana tanaman padi akan kurang optimum apabila tanpa irigasi.
Tanaman palawija dan kacang-kacangan, seperti jagung atau pun kacang
kedelai akan lebih optimum apabila dikembangkan pada wilayah ini.
E2 : Dikatakan tipe iklim E2 apabila terdapat 3 bulan basah berurutan dan
2-4 bulan kering. Luas wilayah iklim E2 adalah 440,3km 2 dan terletak pada
ketinggian yang cukup bervariasi. Sebagian kecamatan Cibeber, Sobang dan
Lebak Gedong merupakan wilayah E2 yang terletak pada ketinggian >1000
mdpl, sebagian kecamatan Cigemblong, Sobang dan sebagian lagi kecamatan
lebak Gedong terletak pada ketinggian 600-1000 mdpl. Meskipun sebagian
besar wilayah iklim E2 ini terletak pada ketinggian >600 mdpl yang menurut
Junghuhn hanya tanaman palawija yang paling cocok apabila dikembangkan
pada wilayah ini, sebab tanaman palawija merupakan jenis-jenis tanaman yang
memang cukup toleran terhadap jumlah curah hujan yang terbatas.
E4 : tipe iklim ini meliputi sebagian Kecamatan Leuwidamar, Muncang,
Bojongmanik, Sobang, Cirinten, Cibeber, Cigemblong, Panggarangan, Bayah,
Cihara, dan Cilograng dengan luas 937,5 km 2. Dikatakan tipe iklim E4 apabila
terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan kering.
Cocok untuk tanaman kedelai dan tanaman kacang – kacangan lainnya.Setelah
dianalisis dan hasilnya seperti telah tersebut diatas, maka jika dituangkan
dalam peta, persebarannya adalah sebagai berikut.Dalam perencanaan wilayah,
kita juga memperhatikan peta potensi pertanian kabupaten tersebut. Hal ini bisa
menjadi masukkan untuk pemerintah dalam pembagian wilayah pertanian
sesuai dengan zona agroklimat dan tanaman yang sebaiknya/cocok ditanam di
wilayah tersebut.Di Kabupaten Lebak, peta potensipertanian setelah dianalisis
dengan zona agroklimat menghasilkan peta sebagai berikut.

2.7 perencanaan iwilayah pertanian menurut islam.


Pertanian merupakan kegiatan produksi biologis yang berlangsung di atas
sebidang tanah dengan tujuan menghasilkan tanaman dan hewan untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia tanpa merusak tanah yang bersangkutan
untuk kegiatan produksi selanjutnya.

Kegiatan ini sangat penting bagi manusia, terutama dalam rangka memenuhi
kebutuhan yang paling vital dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, seiring
berjalannya waktu, pertanian di beberapa negara mengalami kemunduran, salah
satunya adalah Indonesia. Padahal Indonesia merupakan negara agraris.
Permasalahan akut ini disebabkan semakin banyaknya jumlah penduduk, dan di
sisi lain konversi lahan pertanian menjadi non-pertanian semakin meningkat,
sehingga ketersediaan kebutuhan primer manusia itu semakin berkurang.

Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, banyak cara yang dapat


digunakan, salah satunya adalah dengan memahami al-Qur’an secara utuh.
Sebab al-Qur’an adalah kitab petunjuk bagi manusia dalam segala hal, yang
dijamin keotentikannya. Memang al-Qur’an bukan kitab ilmu pengetahuan,
melainkan kitab keagamaan. Meskipun demikian, tidak bisa dinafikan di
dalamnya terkandung banyak isyarat kealaman.

Syaikh Thanthawi Jauhari, mufassir modern Mesir, di dalam kitab tafsirnya


berjudul “Al-Jawāhir fī Tafsīr Al-Qur’an Al-Karīm” menjelaskan bahwa di
dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang membahas tentang sains—termasuk
tentang pertanian—yang jumlahnya melebihi 750 ayat, atau lebih banyak
dibandingkan ayat-ayat yang membahas masalah fiqih, yang jumlahnya tidak
melebihi 150 ayat. Karena itu dalam skripsi ini penulis berusaha
mengungkapkan penafsiran Thanthawi Jauhari terkait ayat-ayat tentang
pertanian.

Secara lebih khusus penelitian ini membahas; bagaimana penafsiran Thanthawi


Jauhari tentang ayat-ayat pertanian? serta bagaimana kontekstualisasi
penafsirannya dalam sistem pertanian di Indonesia? Untuk itu, penelitian ini
menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis kontekstual, dengan tafsir
‘ilmy sebagai pisau analisis.

Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman beliau secara utuh tentang
ayat-ayat pertanian, serta untuk mengetahui kontekstualisasi penafsirannya
terhadap ayat-ayat tersebut dalam sistem pertanian di Indonesia. Apalagi
Thanthawi Jauhari adalah mufassir asal Mesir, negeri yang agraris, sebagaimana
Indonesia.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Pertama, dengan tafsir ‘ilmy-nya


beliau mampu menjelaskan ayat-ayat tentang pertanian secara komprehensif,
bahkan menjelaskan hal-hal berbeda tentang ilmu pertanian dalam satu ayat
maupun gabungan antar ayat.

Beliau menjelaskan tentang kondisi tanah yang berbeda dalam Surah ar-Ra’du
[13] ayat 4,

‫َو ِفى اَاْلْر ِض ِقَطٌع ُّم َتٰج ِوٰر ٌت َّو َج ّٰن ٌت ِّم ْن َاْع َناٍب َّو َز ْر ٌع َّو َنِخ ْيٌل ِص ْنَو اٌن َّو َغ ْيُر ِص ْنَو اٍن ُّيْس ٰق ى ِبَم ۤا ٍء َّو اِح ٍۙد‬
‫َّو ُنَفِّض ُل َبْع َض َها َع ٰل ى َبْع ٍض ِفى اُاْلُكِۗل ِاَّن ِفْي ٰذ ِلَك ٰاَل ٰي ٍت ِّلَقْو ٍم َّيْع ِقُلْو َن‬

4. Dan di bumi terdapat bagian-bagian yang berdampingan, kebun-kebun


anggur, tanaman-tanaman, pohon kurma yang bercabang, dan yang tidak
bercabang; disirami dengan air yang sama, tetapi Kami lebihkan tanaman yang
satu dari yang lainnya dalam hal rasanya. Sungguh, pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti.

Surah Al-A’rāf [7] ayat 58,

‫ࣖ َو اْلَبَلُد الَّطِّيُب َيْخ ُرُج َنَباُتٗه ِبِاْذ ِن َر ِّبٖۚه َو اَّلِذ ْي َخ ُبَث اَل َيْخ ُرُج ِااَّل َنِكًد ۗا َك ٰذ ِلَك ُنَص ِّر ُف اٰاْل ٰي ِت ِلَقْو ٍم َّيْشُك ُرْو َن‬

58. Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan izin
Tuhan; dan tanah yang buruk, tanaman-tanamannya yang tumbuh merana.
Demikianlah Kami menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kebesaran Kami)
bagi orang-orang yang bersyukur.

dan Surah Qāf [50] ayat 9.

‫َو َنَّز ْلَنا ِم َن الَّس َم ۤا ِء َم ۤا ًء ُّم ٰب َر ًك ا َفَاْۢن َبْتَنا ِبٖه َج ّٰن ٍت َّو َح َّب اْلَح ِص ْيِۙد‬

9. Dan dari langit Kami turunkan air yang memberi berkah lalu Kami
tumbuhkan dengan (air) itu pepohonan yang rindang dan biji-bijian yang dapat
dipanen.

Proses fotosintesis dan pembentukan klorofil dalam Surah Thāhā [20] ayat 53

‫اَّلِذ ْي َج َعَل َلُك ُم اَاْلْر َض َم ْهًدا َّو َس َلَك َلُك ْم ِفْيَها ُس ُباًل َّو َاْنَز َل ِم َن الَّس َم ۤا ِء َم ۤا ًۗء َفَاْخ َر ْج َنا ِبٖٓه َاْز َو اًجا ِّم ْن َّنَباٍت َش ّٰت ى‬

53. (Tuhan) yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu, dan
menjadikan jalan-jalan di atasnya bagimu, dan yang menurunkan air (hujan)
dari langit.” Kemudian Kami tumbuhkan dengannya (air hujan itu) berjenis-
jenis aneka macam tumbuh-tumbuhan.

dan Surah Al-An’ām [6] ayat 99.


‫َو ُهَو اَّلِذ ْٓي َاْنَز َل ِم َن الَّس َم ۤا ِء َم ۤا ًۚء َفَاْخ َر ْج َنا ِبٖه َنَباَت ُك ِّل َش ْي ٍء َفَاْخ َر ْج َنا ِم ْنُه َخ ِض ًرا ُّنْخ ُج ِم ْنُه َح ًّبا ُّم َتَر اِكًبۚا‬
‫ِر‬
‫َو ِم َن الَّنْخ ِل ِم ْن َطْلِع َها ِقْنَو اٌن َداِنَيٌة َّو َج ّٰن ٍت ِّم ْن َاْع َناٍب َّو الَّز ْيُتْو َن َو الُّر َّم اَن ُم ْش َتِبًها َّو َغْيَر ُم َتَش اِبٍۗه ُاْنُظُر ْٓو ا ِاٰل ى‬
‫َثَم ِر ٖٓه ِآَذ ا َاْثَم َر َو َيْنِع ٖه ۗ ِاَّن ِفْي ٰذ ِلُك ْم ٰاَل ٰي ٍت ِّلَقْو ٍم ُّيْؤ ِم ُنْو َن‬
99. Dan Dialah yang menurunkan air dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan
air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-
tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang
menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma, mengurai tangkai-
tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula)
zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya
pada waktu berbuah, dan menjadi masak. Sungguh, pada yang demikian itu ada
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.

Produktivitas tanah terlantar dalam Surah Yāsīn [36] ayat 33-35.

‫َو آَيٌة َّلُهُم اَأْلْر ُض اْلَم ْيَتُة َأْح َيْيَناَها َو َأْخ َرْج َنا ِم ْنَها َح ًّبا َفِم ْنُه َيْأُك ُلوَن‬

‫َو َج َعْلَنا ِفيَها َج َّناٍت ِّم ن َّنِخ يٍل َو َأْع َناٍب َو َفَّج ْر َنا ِفيَها ِم َن اْلُعُيوِن‬

‫ِلَيْأُك ُلوا ِم ن َثَمِرِه َو َم ا َع ِم َلْتُه َأْيِد يِهْم ۖ َأَفاَل َيْش ُك ُروَن‬

( 33 ) Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi
yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya biji-
bijian, maka daripadanya mereka makan.

( 34 ) Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami
pancarkan padanya beberapa mata air.

( 35 ) supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan
oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur.

dan Surah Al-An’ām [6] ayat 141.


۞ ‫َو ُهَو اَّلِذ ْٓي َاْنَش َا َج ّٰن ٍت َّم ْع ُرْو ٰش ٍت َّو َغْيَر َم ْع ُرْو ٰش ٍت َّو الَّنْخ َل َو الَّز ْر َع ُم ْخ َتِلًفا ُاُك ُلٗه َو الَّز ْيُتْو َن َو الُّر َّم اَن‬
‫ُم َتَش اِبًها َّو َغْيَر ُم َتَش اِبٍۗه ُك ُلْو ا ِم ْن َثَم ِر ٖٓه ِاَذ ٓا َاْثَم َر َو ٰا ُتْو ا َح َّقٗه َيْو َم َح َص اِد ٖۖه َو اَل ُتْس ِرُفْو اۗ ِاَّنٗه اَل ُيِح ُّب اْلُم ْس ِرِفْيَۙن‬
141. Dan Dialah yang menjadikan tanaman-tanaman yang merambat dan yang
tidak merambat, pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam rasanya, zaitun
dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak serupa (rasanya).
Makanlah buahnya apabila ia berbuah dan berikanlah haknya (zakatnya) pada
waktu memetik hasilnya, tapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebihan,

Dan kadar unsur pada setiap tumbuhan dalam Surah Al-Hijr [15] ayat 19
‫ْۢن‬
‫َو اَاْلْر َض َم َد ْد ٰن َها َو َاْلَقْيَنا ِفْيَها َر َو اِس َي َو َا َبْتَنا ِفْيَها ِم ْن ُك ِّل َش ْي ٍء َّم ْو ُز ْو ٍن‬

19. Dan Kami telah menghamparkan bumi dan Kami pancangkan padanya
gunung-gunung serta Kami tumbuhkan di sana segala sesuatu menurut ukuran.

dan Surah Qāf [5] ayat 7.


‫َو اَاْلْر َض َم َد ْد ٰن َها َو َاْلَقْيَنا ِفْيَها َر َو اِس َي َو َاْۢن َبْتَنا ِفْيَها ِم ْن ُك ِّل َز ْو ٍۢج َبِهْيٍۙج‬

7.Dan bumi yang Kami hamparkan dan Kami pancangkan di atasnya gunung-
gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan di atasnya tanam-tanaman yang
indah.

Dalam hal ini, Thanthawi Jauhari juga menekankan satu hal penting,
bagaimana manusia bisa mendatangkan keberkahan bagi negerinya, yakni
dengan cara beriman dan bersyukur. Dengan demikian, maka keberkahan
tersebut akan mendatangkan hasil pertanian yang melimpah.

Kedua, kontekstualisasi penafsiran Thanthawi Jauhari tentang ayat-ayat


pertanian dalam sistem pertanian di Indonesia, dapat dilihat bagaimana banyak
kesamaan antara penafsiran beliau dengan kondisi pertanian di Indonesia,
termasuk di dalamnya sebagaimana dijelaskan di atas.

Meskipun tidak semua tumbuh-tumbuhan yang disebutkan al-Qur’an ada di


Indonesia, tetapi kondisi iklim dan sumber daya alam di Indonesia sangat
mendukung untuk menjadikan pertanian Indonesia semakin bagus. Dan yang
lebih dari itu, kondisi tanah di Indonesia sangat bermacam, yang tentunya
sebagian besar tumbuhan yang disebutkan al-Qur’an dapat ditanam di Indonesia
sesuai pada tanah yang cocok untuk tumbuh-tumbuhan tersebut. Karena itu,
sistem pertanian yang digambarkan dalam al-Qur’an sangat bisa digunakan
dalam sistem pertanian di Indonesia.
Rasulullah SAW Anjurkan Bertani dan Ancaman Dajjal Kelak:

"Tidaklah seorang muslim menanam suatu tanaman atau pohon, kemudian


hasilnya dimakan oleh burung, manusia atau binatang, melainkan apa yang
dilakukan itu menjadi sedekah baginya." (Riwayat al-Bukhari Muslim dari
Anas).

Mengutip Kitab Tafsir Ilmi Mengenal Ayat-Ayat Sains dalam Alquran,


menyisihkan benih merupakan langkah utama sebelum bercocok tanam.
Alquran surah Yusuf ayat 47 menjelaskan tentang hal ini.

"Dan Yusuf berkata agar kamu bercocok tanam tujuh tahun berturut-turut
sebagaimana biasa. Kemudian apa yang kamu tuai Tapa kamu Biarkan di
tangkainya, kecuali sedikit untuk kamu makan."

Ayat ini, kata para ulama dengan jelas menganjurkan manusia pada umumnya,
dan petani pada khususnya, untuk menyisihkan benih, hal tersebut dilakukan
agar dapat ditanam pada musim berikutnya. Ayat ini juga menganjurkan
manusia agar menyimpan bahan makanan sebagai persediaan pada musim
paceklik.

Hadis lain yang diriwayatkan Muslim dari Jabir juga menerangkan tentang
pentingnya pertanian. "Tidaklah seorang Muslim menanam suatu tanaman,
melainkan apa yang dimakan manusia dari hasil tanaman itu menjadi sedekah
baginya, apa yang dicuri manusia dari hasil tanaman itu pun menjadi sedekah
baginya, apa yang dimakan hewan liar dari hasil tanaman itu menjadi sedekah
baginya, apa yang dimakan oleh burung dari hasil tanaman itu menjadi sedekah
baginya. Begitupun, apa saja yang diambil dari-nya juga akan menjadi sedekah
bagi muslim tersebut."

Bahkan hadis yang diriwayatkan Bukhari dalam kitab al-Adab al Mufad, dan
Ahmad dari Anas mengingatkan atas eksistensi terhadap bercocok tanam.

"Kendatipun hari kiamat segera datang, sedang di tangan salah seorang dari
kalian terdapat satu bibit pohon kurma, dan kiamat itu tidak segera datang
sebelum ia menanam bibit itu, maka hendaklah dia menanamnya."
Habis ini menurut para ulama menyuratkan kesan kepada tiap orang agar
memanfaatkan masa hidupnya untuk menanam pohon, meskipun hanya satu, hal
ini agar dapat dinikmati oleh orang lain, Sehingga pahalanya akan terus
mengalir hingga hari kiamat tiba karena apa yang dilakukannya tercatat sebagai
amal sedekah baginya.

Terkait hal terasebut seperti diriwayatkan Bukhari dalam al-Adab al-


Mufrad dengan sanad yang dhaif dan mauquf dari Abdullah bin salam
menyebutkan. "Jika engkau mendengar kabar bahwa Dajjal telah muncul,
sedangkan engkau sedang menanam tanaman di suatu lembah, maka janganlah
engkau terburu-buru membereskannya karena sesungguhnya masih ada
kehidupan bagi manusia setelah masa itu."

Sebagian ulama berpendapat bahwa salah satu pekerjaan yang terbaik adalah
bertani. Alasannya menurut mereka karena dengan bertani itulah seseorang
dianggap makan dari hasil tangannya sendiri, sesuai sabda Rasulullah SAW.

"Tidaklah seorang memakan makanan yang lebih baik apa yang dihasilkan oleh
tangannya, dan sesungguhnya Nabi Daud makan dari apa yang dihasilkan oleh
tangannya sendiri." (Riwayat al-Bukhari dari al-Miqda).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perencanaan Wilayah sector pertanian merupakan hal yang diharuskan
bagi setiap negara agarproduktivitas pertanian dan hasil buminya dapat terus
diperbaharui baik dalam pelestarian tanaman pangan, tanaman hortikultura
maupun tanaman perkebunan yang harus terus dijaga kelestarian agar ketahanan
pangan dan kesejaheraan bangsanya dapat terus terpenuhi. Selain
itu pembangunan pertanian juga dapat menghasilkan devisa negara yang cukep
besar.
Pada masa Orde Baru dimana ketika masa jabatan presiden Soeharto giat
melakukan pembangunan terutama pembangunan dalam aspek pertanian terus
dilakukan dengan gencar.ada beberapa kebijakan yang telah dilakukan oleh
Soeharto seperti REPELITA, Revolusi Hijau, BIMAS, INMAS, INSUS, dan
Panca Usaha Pertanian.
Semua kebijakan tersebut terus dilakukan terus-menerus guna meningkatkan
pembangunan pertanian khususnya dalam peningkatana produktifitas tanaman
panga nyang akhirnya mampu mewujudkan Indonesia swasembada pangan.
Kebijakan-kebijakan juga terus berlanjut pada masa Reformasi hingga sekarang
yang menghasilkan cara-cara yang lebih modern dan tidak menyulitkan bagi
para petani untuk memberikan hasil terbaik dan cepat pada sektor pertanian
Indonesia seperti pembuatan area irigasi maupun penelitian-peneliatian yang
dilakukan guna menghasilkan bibit-bibit unggul yang menghasilkan hasil
terbaik.
Dan juga didalam islam, al-quran dan hadis memerintahnkan untuk bertani
sebagai mana yang diriwayatkan di al-quran dan juga hadis. Disana tertera
kegunaan, tata cara serta manfaat pertanian.
3.2 Saran
Pembangunan sistem pertanian di Indonesia menghasilkan beberapa kemajuan
yang cukup pesat bagi bangsa ini, tapi pada beberapa permasalahan terdapat
hal-hal yang mengalami kekurangan dan mengakibatkan pembangunan
pertanian berjalan tidak seimbang.
Sistem pertanian pada daerah yang masih menggunakan sistem
pertanian tradisional atau tertinggal dari daerah lainnya hendaknya dilakukan
penyuluhan pertanian kepada para petani agar melakukan sistem pertanian yang
lebih modern.
Selain itu pembangunan areal irigasi hendaknya dibangun secaraluas dan merata
pada setiap daerah, begitupun dengan pengembangan sistem SRI yang
dinilai banyak memberikankeuntungan bagi para petani untuk diaplikasikan
secara merata.
DAFTAR PUSTAKA
Bustanul Arifin. 2010. Strategi Pembangunan Pertanian Indonesia. [Online].
Tersedia: http://inspirasitabloid.wordpress.com/2010/04/30/strategi-
pembangunan-pertanian-indonesia/ . Diakses pada 5 Agustus 2014.
Kementrian Pertanian Republik Indonesia.2014.Visi dan Misi.
[Online].Tersedia: http://www.pertanian.go.id//ap_pages/detil/
2/2014/04/11/09/38/19/Visi-dan-Misi#. Diakses pada 5 Agustus 2014.
Lutfia Alfisyahrin, Rina. 2013. Makalah Intensifikasi Pertanian. [Online].
Tersedia :http://rinalutfiaalfisyahrin.blogspot.com/2013/04/makalah-
intensifikasi-pertanian.html. Diakses pada 5 Agustus 2014.
Muliawan, Awan. 2011. Konsep Perencanaan dan Pengembangan Wilayah.
[Online]. Tersedia: http://awanpwk09.blogspot.com/2011/04/konsep-
perencanaan-pengembangan-wilayah_28.html. Diakses pada 5 Agustus 2014.
Torus. 2012. Penjelasan Tentang Intensifikasi Pertanian. [Online].
Tersedia: http://allaboutpertanian.blogspot.com/2012/04/penjelasan-tentang-
intensifikasi.html. Diakses pada 5 Agustus 2014.
Yopantry Panjaitan, Ananda. 2010. Program Intensifikasi dan Ekstensifikasi
Tanaman. [Online].
Tersedia :http://anandayopantry.blogspot.com/2010/11/program-intensifikasi-
dan.html. Diakses pada 5 Agustus
http://eprints.ums.ac.id/67433/3/BAB%20I.pdf
https://renlitbang.banjarmasinkota.go.id/2011/05/pengertian-perencanaan-
tujuan.html
http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/5866/
https://www.merdeka.com/quran/ar-rad/ayat-4#:~:text=QS.%20Ar%2DRa'd
%20Ayat%204&text=4.%20Dan%20di%20bumi%20terdapat,yang%20lainnya
%20dalam%20hal%20rasanya.
https://www.merdeka.com/quran/al-araf/ayat-58
https://www.merdeka.com/quran/qaf/ayat-9#:~:text=QS.%20Qaf%20Ayat
%209&text=9.%20Dan%20dari%20langit%20Kami,biji%2Dbijian%20yang
%20dapat%20dipanen.
https://www.merdeka.com/quran/taha/ayat-53#:~:text=53.,jenis%20aneka
%20macam%20tumbuh%2Dtumbuhan.
https://tafsiralquran.id/tafsir-surat-yasin-ayat-33-35-tanda-kekuasaan-allah-swt-
di-muka-bumi/
https://www.merdeka.com/quran/al-anam/ayat-99
https://www.merdeka.com/quran/al-anam/ayat-141#:~:text=QS.%20Al
%2DAn'am%20Ayat%20141&text=141.,dan%20tidak%20serupa%20(rasanya).
https://www.merdeka.com/quran/qaf/ayat-7#:~:text=QS.%20Qaf%20Ayat
%207&text=7.%20Dan%20bumi%20yang%20Kami,Share
https://www.republika.co.id/berita/q5s5ez320/rasulullah-saw-anjurkan-bertani-
dan-ancaman-dajjal-kelak.

Anda mungkin juga menyukai