Anda di halaman 1dari 35

PAKET EKONOMI JILID 6

KAWASAN EKONOMI KHUSUS

(Studi Kasus Tanjung Lesung)

OLEH :

1. RIKO JUANDA : D1091141001


2. NADHILLA OKTAVIANTY : D1091141009
3. MUHTAR TURISNU : D1091141011
4. SYARIF MUHAMMAD NUR : D1091141014
5. HABIBATUL AULA : D1091141033
6. FAKHRUR ROZI : D1091151013
7. RIDHA AFRIYANDA : D1091151014
8. FITRI DWI PANGESTIKA : D1091151016
9. FITRI WULANDARI : D1091151025

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2017

1
Daftar Isi

Daftar Isi.................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 3
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 3
1.2. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 4
1.3 Manfaat Penulisan .................................................................................... 4
BAB II GAMBARAN UMUM PAKET EKONOMI JILID 6 ............................... 5
2.1. Gambaran Paket Kebijakan Ekonomi Jilid 6................................................ 5
2.1.1 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) ......................................................... 5
2.1.2 Penyediaan Air ........................................................................................ 5
2.1.3 Simplikasi Perizinan BPOM ................................................................... 7
2.2. Gambaran Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Secara Umum ..................... 7
2.3. Kebijakan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) ........................................... 10
2.3.1. Kebijakan KEK dalam Perundang-Undangan ..................................... 10
2.3.2 Kebijakan KEK dalam Paket Ekonomi Jilid VI ................................... 15
BAB III STUDI KASUS ....................................................................................... 17
3.1. Gambaran Umum Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung .... 17
3.1.1 Potensi Alam ......................................................................................... 20
3.1.2 Potensi Budaya ..................................................................................... 21
3.1.3 Potensi Olahraga dan Edukasi .............................................................. 22
3.2. Implementasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung ........... 23
3.3. Hambatan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung ................ 26
3.4 Dampak KEK Tanjung Lesung ................................................................... 28
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 33
4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 33
4.2 Rekomendasi ............................................................................................... 33
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 35

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan
pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan
penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi
suatu negara. (Masuku, 2011). Pengaruh dari pembangunan ekonomi yaitu
terciptanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat, peningkatan ilmu pengetahuan
dan teknologi terkai peningkatan sumber daya manusia dan dapat merubah
struktur perekonomian yang awalnya struktur ekonomi agraris menjadi sektor
ekonomi industri. Ilmu ekonomi pembangunan juga bertujuan untuk meneliti
berbagai faktor yang menyebabkan ketertinggalan pembangunan di Negara
Berkembang, sehingga faktor penghambat pembangunan dapat dicarikan solusi
dan cara dalam meningkatkan pembangunan di wilayah tersebut sehingga dapat
mencapai kemajuan. Pembangunan ekonomi perlu memberikan solusi jangka
pendek dan jangka panjang terhadap isu-isu ekonomi wilayah dan mengoreksi
kebijakan-kebijakan yang belum tepat.
Pembangunan ekonomi pada suatu wilayah sangat diperlukan, terutama pada
daerah pinggiran yang pembangunan ekonominya lemah sehingga menyebabkan
daerah pinggiran sering menjadi daerah tertinggal. Oleh karena itu, pemerintah
mengeluarkan paket ekonomi pertama daerah pinggiran guna menggerakkan
perekonomian wilayah pinggiran dengan pengembangan KEK. Pengembangan
KEK juga bertujuan untuk memberikan kebastian dan daya tarik begi penanaman
modal sehingga menciptakan lapangan kerja dan penghasilan bagi para pekerja di
wilayah masing-masing. Daerah pinggiran umumnya memiliki sumber daya yang
tinggi dan belom diolah dengan baik sehingga perlunya mengkaji tentang
pengembangan wilayah pinggiran sebagai kawasan ekonomi khusus.

3
1.2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui gambaran paket kebijakan ekonomi jilid 6
2. Mengidentifikasi potensi kawasan Tanjung Lesung
3. Mengidentifikasi implementasi kebijakan KEK di Kawasan Tanjung
Lesung
4. Mengetahui hambatan dalam pengimplementasian kebijakan KEK di
Tanjung Lesung
5. Mengetahui dampak penetapan kawasan Tanjung Lesung sebagai
kawasan ekonomi khusus.

1.3 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan penjelasan mengenai paket kebijakan jilid 16
2. Menjelaskan studi kasus KEK di Tanjung Lesung
3. Menjelaskan hambatan KEK Tanjung Lesung
4. Menjelaskan dampak KEK Tanjung Lesung
5. Memberikan rekomendasi terhadap permasalahan KEK Tanjung Lesung

4
BAB II
GAMBARAN UMUM PAKET EKONOMI JILID 6

2.1. Gambaran Paket Kebijakan Ekonomi Jilid 6


Paket Kebijakan Ekonomi Jilid 6 diterbitkan pada tanggal 5 November
2015 oleh pemerintah. Adapun paket kebijakan ekonomi jilid 6 berfungsi untuk
menyempurnakan paket kebijakan ekonomi sebelumnya. Adapun 3 point penting
dalam paket kebijakan ekonomi jilid 6 adalah sebagai berikut :

2.1.1 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)


Paket kebijakan ekonomi ini ditujukan pada industri industri yang berada
di daerah daerah pinggiran dan dengan spesifikasi produk khusus. Salah satu
kebijakan yang dilakukan adalah intensif pajak bagi industri di wilayah Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK). Pemerintah mulai mendorong agar industri industri di
daerah dapat tumbuh cepat dengan adanya kebijakan ini.
Dengan adanya intensif yang diberikan pemerintah melalui intensif fiscal
dan juga deregulasi, pemerintah berharap agar investor investor tertarik untuk
melakukan investasi di wilayah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Selanjutnya,
kebijakan ini juga untuk memberikan kepastian bagi mereka sehingga salah satu
tujuan pemerintah yaitu hilirisasi industri dapat terjadi di daerah daerah. Oleh
karena itu, diharapkan dengan adanya kebijakan ekonomi jilid 6 dapat menjadikan
investasi yang kondusif dan nyaman dapat segera terwujud sehingga dapat
berkolerasi positif dengan produktifitas industri.

2.1.2 Penyediaan Air


Kebijakan dalam penyediaan air berhubungan dengan keputusan
Mahkamah Konstitusi (MK) No.85/PUU-XI/2013 yang memutuskan Undang-
Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air bertentangan dengan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak
memiliki kekuatan hukum mengikat. Untuk mengisi kekosongan hukum sebagai
dampak pembatalan undang-undang tersebut, maka diberlakukan kembali
Undang-Undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan. Terdapat 6 prinsip
batasan MK, yaitu :

5
1. Setiap pengusahaan atas air tidak boleh mengganggu, mengesampingkan, dan
menghilangkan hak rakyat atas air;
2. Negara harus memenuhi hak rakyat atas air;
3. Kelestarian lingkungan hidup sebagai salah satu hak asasi manusia;
4. Pengawasan dan pengendalian atas air sifatnya mutlak;
5. Prioritas utama pengusahaan air diberikan kepada BUMN/BUMD sebagai
kelanjutan hak menguasai dari negara;
6. Apabila semua pembatasan tersebut sudah terpenuhi dan ternyata masih ada
ketersediaan air, Pemerintah masih dimungkinkan untuk memberikan izin
kepada usaha swasta untuk melakukan pengusahaan atas air dengan syarat-
syarat tertentu dan ketat.
Untuk memberikan kepastian hukum dalam pengelolaan sumber daya air
khususnya dalam hal pengusahaan dan/atau penyediaan air oleh para pelaku usaha
yang berinvestasi di Indonesia, maka pemerintah menyusun RPP tentang
Pengusahaan Sumber Daya Air (RPP Pengusahaan SDA) dan RPP tentang Sistem
Penyediaan Air Minum (PP SPAM). Melalui kedua RPP tersebut, pemerintah
tetap menghormati kontrak kerjasama pengelolaan sumber daya air hingga
berakhirnya perjanjian kerjasama. Namun pemerintah akan meningkatkan
pengendalian pelaksanaan kerjasama tersebut melalui penguatan tata kelola
perijinan penggunaan air sesuai amanat Putusan Mahkamah Konstitusi untuk
memenuhi kebutuhan air masyarakat.
Selain itu, perizinan dalam Pengelolaan Sumber Daya Air melalui PP SDA
diselenggarakan untuk memberikan perlindungan terhadap hak rakyat atas air,
pemenuhan kebutuhan para pengguna sumber daya air dan perlindungan terhadap
sumber daya air. Perizinan dalam penyelenggaraan SPAM melalui PP SPAM
diselenggerakan dengan tujuan tersedianya pelayanan air untuk memenuhi hak
rayat; terwujudnya pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas dengan
harga terjangkau; tercapainya kepentingan yang seimbang antara pelanggan
dengan BUMN, BUMD, UPT, UPTD, Kelompok Masyarakat, dan Badan Usaha;
dan tercapainya penyelenggaraan air minum yang efektif dan efisien untuk
memperluas cakupan pelayanan air minum.

6
2.1.3 Simplikasi Perizinan BPOM
Selama ini BPOM sudah melakukan sejumlah penyederhanaan khususnya
di bidang impor obat atau bahan baku obat, dan juga makanan. Pada paket
deregulasi pertama menyebutkan adanya penyederhanaan. Penyederhanaannya
sudah dilakukan secara online. Meski belum semuanya dilakukan secara online
karena sebagian masih dilakukan secara manual menggunakan kerta, sehingga
masih harus mengurus sedikit disana-sini. Melalui paket deregulasi pertama itu,
penyederhanaannya berhasil memperpendek upaya pekerjaan untuk mengimpor
obat-obatan dan bahan baku obat menjadi 5,7 jam.
Setelah Paket Kebijakan Ekonomi pertama itu dikeluarkan, BPOM
melakukan perbaikan dan penyederhanaan sehingga saat ini betul-betul 100
persen tanpa kertas dan dilakukan secara online, sehingga tidak perlu lagi bertemu
dengan para pejabat untuk melakukan impor bahan baku obat. Untuk saat ini
bahwa hampir seluruh obat, seluruh bahan bakunya merupakan barang impor
karena industri bahan baku obat di dalam negeri belum berkembang.

2.2. Gambaran Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Secara Umum


Kawasan Ekonomi Khusus yang selanjutnya disebut KEK adalah kawasan
dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang ditetapkan untuk penyelenggara fungsi perekonomian dan memperoleh
fasilitas tertentu.
KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan
geoekonomi dan geostartegi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industi,
ekspor, impor dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan
daya saing internasioanal. Di dalam KEK dapat dibangun fasilitas pendukung dan
perumahan bagi pekerja, dalam setiap KEK juga disediakan lokasi untuk Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan koperasi, baik sebagai pelaku usaha
maupun sebagai pendukung kegiatan perusahaan yang berada di dalam KEK.
Secara umum, tujuan pengembangan KEK adalah :
1. Peningkatan investasi.
2. Penyerapan tenaga kerja.
3. Penerimaan devisa sebagai hasil dari peningkatan ekspor.
4. Meningkatkan keunggulan kompetitif produk ekspor.

7
5. Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya lokal, pelayanan dan modal bagi
peningkatan ekspor.
6. Mendorong terjadinya peningkatan kualitas SDM melalui transfer teknologi.
Maksud pengembangan KEK adalah untuk memberikan peluang bagi
peningkatan investasi melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan dan
siap menampung kegiatan industri, ekspor impor serta kegiatan ekonomi yang
memiliki nilai ekonomi tinggi, meningkatkan pendapata devisa bagi Negara
melalui perdagangan internasional dan meningkatkan kesempatan kerja,
kepariwisataan dan investasi.
Terdapat 8 kawasan ekonomi yang ditetapkan melalui peraturan pemerintah
menjadi wilayah khusus yang akan dikembangkan, yaitu :
1. Tanjung lesung (Banten)
2. Sei Mangkei (Sumatera Utara)
3. Palu (Sulawesi Tengah)
4. Bitung (Sulawesi Utara)
5. Mandalika (NTB)
6. Morotai (Maluku Utara)
7. Tanjung Api-Api (Sumatera Selatan)
8. Maloi Batuta Trans Kalimantan/MBTK (Kalimantan Timur)
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus pasal 9, menyatakan bahwa
pemerintah provinsi dan atau pemerintah kabupaten/kota, paling sedikit
memberikan dukungan dalam bentuk :
1. Komitmen rencana pemberian insentif berupa pembebasan atau keringanan
pajak daerah dan restribusi daerah serta kemudahan lainnya.
2. Pendelegasian kewenangan di bidang perizinan, fasilitas dan kemudahan.
Fasilitas atau insentif yang diberikan bagi perusahaan dalam wilayah KEK terdiri
atas :
1. Fasilitas Pajak Penghasilan (PPh) dan tambahan fasilitas pph sesuai dengan
karakteristik Zona (Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009, pasal 30),
berikut bagian dari fasilitas PPh :

8
Kegiatan Utama (Tax Holiday) meliputi pengurangan PPh sebesar 20-
100% selama 10-25 tahun dengan nilai investasi lebih dari Rp. 1 triliun;
pengurangan PPh sebesar 20-100% selama 5-15 tahun dengan nilai
investasi lebih dari Rp. 500 milyar.
Kegiatan di luar Kegiatan Utama (Tax Allowance) meliputi pengurangan
penghasilan netto sebesar 30% selama 6 tahun; penyusutan yang
dipercepat.
PPh atas deviden sebesar 10%.
Kompensasi kerugian 5-10 tahun.
2. Fasilitas perpajakan dalam waktu tertentu kepada penanaman modal berupa
pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan (Undang-Undang Nomor 39 Tahun
2009, pasal 31 ).
3. Impor barang ke KEK dapat diberikan fasilitas berupa :
Penangguhan bea masuk.
Pembebasan cukai, sepanjang barang tersebut merupakan bahan baku
atau bahan penolong produksi.
Tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk
barang kena pajak.
Tidak dipungut PPh impor.
4. Peyerahan barang kena pajak dari tempat lain di dalam daerah pabean ke
KEK dapat diberikan fasilitas tidak dipungut PPN dan PPnBM berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Peyerahan barang kena pajak dari
KEK ke tempat lain di dalam daerah pabean sepanjang tidak ditujukan kepada
pihak yang mendapatkan fasilitas PPN dikenakan PPN atau PPN dan PPnBM
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Undang-Undnaga
Nomor 39 Tahun 2009, Pasal 31).
5. Setiap wajib pajak yang melalukan usaha di KEK diberikan insentif berupa
pembebasan atau keringanan pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan-undangan. Selain insentif pajak daerah dan
retribusi daerah, pemerintah daerah dapat memberikan kemudahan lain
(Undang-Undang Nomor 39, pasal 35).

9
6. Di KEK diberikan kemudahan untuk memperoleh hak atas tanah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Undang-Undang Nomor
39 Tahun 2009, pasal 36), berikut isi dari hak atas tanah :
Untuk KEK yang diusulkan Badan Usaha Swasta diberikan HGB dan
perpanjangannya diberikan langsung bersamaan dengan proses
pemberian haknya.
Administrator KEK dapat memberikan pelayanan pertanahan.
7. Di KEK diberikan kemudahan dan keringanan di bidang perizinan usaha,
kegiatan usaha, perindustrian, perdagangan, kepelabuhan dan keimigrasian
bagi orang asing pelaku bisnis, serta diberikan fasilitas keamanan (Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 2009, pasal 38).
8. Kegiatan Utama Pariwisata, berikut isi kegiatan utama pariwisata :
Dapat diberikan pengurangan Pajak Pembangunan I sebesar 50-100%.
Dapat diberikan pengurangan Pajak Hiburan sebesar 50-100%.

2.3. Kebijakan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)


2.3.1. Kebijakan KEK dalam Perundang-Undangan
Kawasan Ekonomi khusus di Indonesia pada dasarnya terdapat dalam Bab
XIV Pasal 31 Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 yang
berbunyi sebagai berikut:
1) Untuk mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang
bersifat strategis bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk menjaga
keseimbangan kemajuan satu daerah, dapat ditetapkan dan dikembangkan
kawasan ekonomi khusus.
2) Pemerintah berwenang menetapkan kebijakan penanaman modal tersendiri
di kawasan ekonomi khusus.
3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Undang-
Undang.
Berdasarkan Pasal 31 ayat (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal mengatur bahwa ketentuan mengenai Kawasan Ekonomi
Khusus diatur dengan Undang-Undang. Ketentuan tersebut menjadi dasar hukum
perlunya diatur kebijakan tersendiri mengenai KEK dalam suatu Undang-Undang.

10
Karena itu, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009
Tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Kawasan Ekonomi Khusus yang
selanjutnya disebut KEK adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah
Hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk
penyelenggara fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Fungsi
KEK adalah untuk melakukan dan mengembangkan usaha di bidang
perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan energi, transportasi, maritim
dan perikanan, pos dan telekomunikasi, pariwisata, dan bidang lain. Sesuai
dengan hal tersebut, KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona, antara lain
Zona pengolahan ekspor, logistik,industri, pengembangan teknologi,
pariwisata, dan energi yang kegiatannya dapat ditujukan untuk ekspor dan
untuk dalam negeri. Kawasan Ekonomi Khusus dikembangkan melalui
penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi
dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan
kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing
internasional. Di dalam KEK dapat dibangun fasilitas pendukung dan perumahan
bagi pekerja dimana pada setiap KEK disediakan lokasi untuk usaha mikro, kecil,
menengah (UMKM), dan koperasi, baik sebagai Pelaku Usaha maupun sebagai
pendukung kegiatan perusahaan yang berada di dalam KEK.

Secara umum tujuan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)


yang tercantum dalam Undang- Undang Nomor 39 Tahun 2009 adalah :
1) Peningkatan investasi;
2) Penyerapan tenaga kerja;
3) Penerimaan devisa sebagai hasil dari peningkatan eksport;
4) Meningkatkan keunggulan kompetitif produk eksport;
5) Meningkatkan pemanfaaatan sumberdaya lokal,pelayanan dan modal
bagi peningkatan eksport;
6) Mendorong terjadinya peningkatan kualitas SDM melaui transfer
teknologi.

Maksud pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) adalah untuk


memberikan peluang bagi peningkatan investasi melalui penyiapan kawasan
yang memiliki keunggulan dan siap menampung kegiatan industri, eksport

11
import serta kegiatan ekonomi yang memiliki nilai ekonomi tinggi,
meningkatkan pendapatan devisa bagi negara melalui perdagangan
internasional, dan meningkatkan kesempatan kerja, kepariwisataan dan
investasi.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan


Ekonomi Khusus pada pasal 9 dan pasal 12 ayat (6) perlu menetapkan
Peraturan Pemerintah Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus,
dengan demikian pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 2
Tahun 2011 Tentang Penyeleggaraan Kawasan Ekonomi Khusus.
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) Pasal 2 antara lain:
a. Pengusulan KEK;
b. Penetapan KEK;
c. Pembangunan KEK;
d. PengelolaanKEK;
e. Evaluasi pengelolaan KEK.
Untuk menyelenggarakan KEK, ditingkat nasional pemerintah membentuk
Dewan Nasional, sementara ditingkat provinsi pemerintah membentuk Dewan
Kawasan untuk membantu Dewan Nasional dalam menyelenggarakan KEK,
kemudian dalam membantu Dewan Kawasan dalam penyelenggaran KEK
dibentuklah Administrator disetiap KEK. Pengusulan pembentukan Kawasan
Ekonomi Khusus sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus diusulkan kepada Dewan
Nasional oleh:
a. Badan Usaha;
b. Pemerintah; Kabupaten/Kota;
c. Pemerintah Provinsi;
d. Kementerian/LPNK
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus Pasal 12, menjelaskan bahwa usulan pembentukan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) haruslah dilengkapi dengan tertulis sesuai

12
format yang di usulkan oleh Dewan Nasional dan ditandatangani oleh
pimpinan yang mewakili Badan Usaha, Bupati/Walikota mewakili Pemerintah
Kabupaten/Kota dan Gubernur yang mewakili dari Pemerintah Provinsi.
Persyaratan dalam hal pembentukan Kawasan Ekonomi Khusu (KEK) yang
diusulkan oleh Badan Usaha (BU), Pemerintah Kabupaten/Kota (Pemkab),
Pemerintah Provinsi (Pemprov), Kementerian dan Lembaga Pemerintah non
Kementrian (LPNK), harus dilengkapi dokumen.
Kemudian untuk lokasi yang dapat diusulkan menjadi Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011
Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus Pasal 7, harus
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Sesuai dengan tata wilayah dan tidak berpotensi menggangu kawasan
lindung;
b. Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota yang bersangkutan mendukung
KEK;
c. Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional
atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau
terletak pada wilayah potenasi sumber daya unggulan; dan
d. Mempunyai batas yang jelas.

Pengaturan mengenai pelaksanaan pembangunan dan pengoperasian


Kawasan Ekonomi Khusus dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011
Tentang Penyelanggaraan Kawasan Ekonomi Khusus belum mengatur secara
rinci mengenai pelaksanaan pembangunan dan pengoperasian Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) dengan memberikan pilihan-pilihan tata cara
pembangunan, pengoperasian Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Dan
berdasarkan pertimbangan tersebut maka pemerintah perlu menetapkan
Peraturan Pemerintah Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 2
Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK),
maka dibuatlah Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Peraturan Pemerintah
Nomor 100 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah

13
Nomor 2 Tahun 2011 Pasal 31 menjelaskan bahwa pembangunan KEK
dibiayai dari:
a. Badan usaha;
b. Kerjasama pemerintah, pemerintah provinsi dan/atau pemerintah
kabupaten/kota dengan badan usaha;
c. Anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan
dan belanja daerah; dan/ atau;
d. Sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Penetapan Badan Usaha pengelola, dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota, Pemerintah Provinsi, atau Kementerian/Lembaga
Pemerintah non Kementrian sesuai dengan kewenangannya dengan
berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan di bidang pengelolaan
barang milik Negara/Daerah. Badan usaha pengelola melaksanakan
pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) berdasarkan perjanjian antara
Badan Usaha dengan Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Provinsi, atau
Kementerian/Lembaga Pemerintah non Kementerian dengan kewenangannya.
Perjanjian pengelolaan dalam melaksanakan Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) antara lain:
a. Lingkup pekerjaan;
b. Jangka waktu;
c. Standar kinerja pelayanan;
d. Sanksi;
e. Pelaksanaan pelayanan KEK dalam hal terjadi sengketa;
f. Pemutusan perjanjian oleh pemerintah kabupaten/kota, pemerintah
provinsi, atau kementrian/lembaga pemerintah non kementrian dalam
hal tertentu;
g. Manajemen operasional KEK
h. Pengakhiran perjanjian
i. Pertanggung jawaban terhadap barang milik negara/daerah
j. Serah terima aset atau infrastruktur oleh badan usaha pengelola kepada
kementrian/lembaga pemerintah non kementrian, pemerintah provinsi,

14
atau pemerintah kabupaten/kota setelah kerjasama pengelolaan
berakhir; dan
k. Kesanggupan penyedian kepabean dan cukai.

2.3.2 Kebijakan KEK dalam Paket Ekonomi Jilid VI


Kebijakan KEK dalam paket ekonomi jilid 6 diantaranya adalah pemberian
insentif agar terdapat kemudahan dalam proses perwujudan kawasan menjadi
Kawasan Ekonomi Khusus.
a. Pengurangan PPH, pengurangan penghasilan netto dan penyusutan dipercepat
Tax Holiday untuk investasi di bidang kegiatan utama barupa pengurangan
PPh sebesar 20-100% selama 10-25 tahun dengan nilai investasi lebih dari
Rp1 triliun, atau pengurangan PPh sebesar 20-100% selama 5-15 tahun dengan
nilai investasi lebih dari Rp500 miliar.
Tax Allowance untuk investasi di luar bidang kegiatan utama berupa
pengurangan penghasilan netto sebesar 30% selama 6 tahun, percepatan
penyusutan, PPh atas deviden sebesar 10%, dan kompensasi kerugian 5-10
tahun.
b. Tidak ada pungutan
PPN dan PPnBM tidak dipungut untuk kegiatan impor, pemasukan dari tempat
lain dalam daerah pabean (TLDDP) ke KEK, pengeluaran dari KEK ke
TLDDP, transaksi antar pelaku di KEK, dan transaksi dengan pelaku di KEK
lain.
c. Tarif bea masuk dengan surat keterangan asal (SKA )
Tarif bea masuk memakai ketentuan Surat Keterangan Asal (SKA) untuk
aktivitas dari KEK ke pasar domestik.
d. Orang asing dapat memiliki properti
Orang asing/badan usaha asing dapat memiliki hunian/properti di KEK berupa
rumah tapak atau satuan rumah susun. Syaratnya, WNA pemilik
hunian/properti diberikan izin tinggal dengan Badan Usaha Pengelola KEK
sebagai penjamin. Selain itu dapat diberikan pembebasan PPnBM dan PPn atas
barang sangat mewah (luxury)
e. Pengurangan pajak hiburan dan pembangunan pada kawasan wisata

15
Untuk kegiatan utama pariwisata dapat diberikan pengurangan Pajak
Pembangunan I sebesar 50%-100% atau pengurangan pajak hiburan sebesar
50%-100%.
f. Terdapat Dewan Pengupahan dan Lembaga Tripartit khusus
Di dalam KEK dibentuk Dewan Pengupahan dan LKS Tripartit Khusus, yang
diwakili oleh satu Forum SP/SB dari setiap perusahaan, pengesahan dan
perpanjangan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) di KEK,
serta perpanjangan Ijin Menggunakan Tenaga kerja Asing (IMTA) di KEK.
g. Visa kunjungan selama 30 hari, dapat diperpanjang 5 kali
Fasilitas Visa Kunjungan Saat Kedatangan selama 30 hari dan dapat
diperpanjang 5 (lima) kali masing-masing 30 hari, multiple visa berlaku 1
tahun, izin tinggal bagi orang asing yang memiliki properti di KEK, izin
tinggal bagi orang asing lanjut usia yang tinggal di KEK pariwisata.
h. Administrator KEK dapat memberikan izin pertanahan
Untuk KEK yang diusulkan Badan Usaha Swasta diberikan HGB dan
perpanjangannya diberikan langsung bersamaan dengan proses pemberian
haknya. Administrator KEK dapat memberikan pelayanan pertanahan.
i. Administrator KEK dapat mengeluarkan izin prinsip dan usaha
Administrator berwenang menerbitkan izin prinsip dan izin usaha melalui
pelayanan terpadu satu pintu di KEK. Percepatan penerbitan izin selambat-
lambatnya 3 jam (dalam hal persyaratan terpenuhi). Penerapan perizinan dan
nonperizinan daftar pemenuhan persyaratan (check list). Proses dan
penyelesaian perizinan dan non perizinan keimigrasian, ketenagakerjaan, dan
pertanahan di Administrator KEK.

16
BAB III
STUDI KASUS

3.1. Gambaran Umum Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung


Wilayah Kabupaten Pandeglang berada pada bagian Barat Daya
Propinsi Banten dan secara Geografis terletak antara 6 21 7 10 Lintang
Selatan (LS) dan 104 8 106 11 Bujur Timur ( BT ), dengan batas
administrasinya adalah :
- Sebelah Utara : Kabupaten Serang
- Sebelah Timur : Kabupaten Lebak
- Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
- Sebelah Barat : Selat Sunda

Gambar 3.1 Peta Orientasi Tanjung Lesung


Sumber : https://sobatinfo.com/pantai-tanjung-lesung-banten/

Luas wilayah Kabupaten Pandeglang adalah 274.689,91 Ha atau 2.747


Km2 dan secara wilayah kerja administrasi terbagi atas 35 kecamatan, 326 desa
dan 13 kelurahan. Tanjung Lesung sendiri terletak di Desa Tanjung jaya

17
Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang, dengan batasan sebelah utara
selatan dan timur berbatasan dengan selat sunda, sementara di sebelah barat
berbatasan dengan Desa Tanjung Jaya.

LUAS KECAMATAN PANIBUNG TERHADAP


LUAS WILAYAH PARIWISATA
panimbang Pariwisata

13%

87%

Gambar 3.2 Perbandingan luas Kawasan Pariwisata Tanjung Lesung


Terhadap Kecamatan Panimbang
Sumber : Kabupaten Pandeglang Dalam Angka 2016

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Tanjung Lesung merupakan salah


satu kawasan untuk pengembangan pariwisata dan hunian terpadu yang dianggap
strategis secara nasional dan telah disahkan melalui Peraturan Pemerintah No 26
Tahun 2012 serta telah termuat didalam RTRW Kabupaten Pandeglang tahun
2011-2031. Desa Tanjungjaya memiliki luas 33 km2 dan memiliki bentang lahan
berupa lembah. secara umum memiliki kegiatan di luar sektor pariwisata, seperti
sektor perikanan, pertanian, maupun sektor ekonomi lainnya.

18
Gambar 3.3 Masterplan KEK Tanjung Lesung
Sumber : RTRW Pandeglang tahun 2016

Berlokasi di ujung paling barat Pulau Jawa, yaitu Kabupaten Pandeglang,


Banten, KEK Tanjung Lesung merupakan KEK Pariwisata pertama dan telah
diresmikan beroperasi pada Februari 2015. KEK Tanjung Lesung memiliki letak
yang strategis dan akses yang mudah dijangkau, yaitu 170 km dari Ibukota Jakarta
dan dapat ditempuh melalui perjalanan darat selama 2,5 3 jam. (Dewan Nasional
KEK RI, 2017).
Tanjung Lesung sudah lama dikenal sebagai kawasan pariwisata karena
memiliki luas area 1.500 Ha dengan potensi pariwisata yang beragam, antara lain
keindahan alam pantai, keragaman flora dan fauna serta kekayaan budaya yang
eksotis. Kawasan ini memiliki "culture heritage" karena lokasinya berdekatan
dengan kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Gunung Anak Krakatau,
dan Pulau Umang.

19
Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung juga dekat dengan atraksi
wisata Banten lainnya seperti Kawasan Tua Banten, Budaya Badui dan Debus,
Taman Nasional Ujung Kulon, Gunung Krakatau serta wisata kepulauan seperti
pasir putih dan panorama yang indah, baik di daratan maupun bawah air yang
memiliki sebaran terumbu karang dengan luas sekitar 85 hektar. Tanjung Lesung
memiliki bentuk dataran pantai wilayah yang menjorok ke laut dan mirip lesung.
Dengan pantai dengan pasir putih serta laut yang jernih, KEK Tanjung Lesung
telah menarik baik wisatawan nasional maupun internasional. Selama tahun 2016
tercatat jumlah kunjungan wisatawan sejumlah 570.000 orang dan ditargetkan
meningkat hingga 6,1 juta wisatawan.
Kawasan Tanjung Lesung menjadi Kawasan Ekonomi Khusus karena
berlatar belakang potensi yang dimiliki Kawasan Tanjung Lesung yang sangat
banyak dan beragam. Potensi yaitu sebagai berikut :

3.1.1 Potensi Alam


Wisata Pantai Tanjung Lesung Banten merupakan wisata alam yang indah
dan menjadi tempat wisata favorit di Banten. Tanjung Lesung adalah Pantai yang
sangat Indah dengan pasirnya yang putih dan ombaknya yang tidak terlalu besar.
(anonim, 2013).

Gambar 3.4 Pantai Tanjung Lesung


Sumber : www.ansertravel.com
Pemandangan alam yang sangat indah dan asri menjadikan Tanjung Lesung
sebagai kawasan obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Kondisi pasir
pantai yang masih bersih dan air laut yang kebiru-biruan dapat memanjakan mata
pengunjung.

20
3.1.2 Potensi Budaya
Kawasan Tanjung Lesung memiliki potensi budaya lokal contohnya pada
Kampung Cikadu. Orang Pandeglang, Propinsi Banten, tidak punya tradisi
membatik. Tapi sejumlah ibu di Kampung Cikadu, Desa Tanjungjaya, Kecamatan
Panimbang, memproduksi dan mempopulerkan Batik Tanjung Lesung sejak 2015.
Motif lesung dipilih karena batik ini akan menjadi identitas Tanjung Lesung
sebagai satu dari 10 Destinasi Prioritas dan akan dipasarkan kepada wisatawan
dalam dan luar negeri. Ada gambar ibu-ibu menumbuk padi di lesung. Badak
bercula satu dilukis dari beragam posisi. Motif terus berkembang, dan kini
menjadi 40. Semua motif mengangkat kehidupan sehari-hari masyarakat
Pandeglang. Ada motif kesenian debus, Gunung Krakatau, rumah adat, ikan lele,
dan masih banyak lagi.

Gambar 3.5 Batik Cikadu


Sumber : https://albantanipro.blogspot.co.id/2015/12/batik-cikadu-
tanjung-lesung.html

Kawasan Tanjung Lesung juga memiliki kegiatan budaya yang melibatkan


kreatifitas masyarakat dalam membangun atraksi wisata yang unik dengan
sentuhan lokalitas seperti lomba Kolecer dan Bebegig. Tidak jauh dari Tanjung
Lesung juga terdapat wisata budaya menarik yaitu Suku Baduy. Suku Baduy
adalah suku tradisional Sunda yang sangat menjaga nilai-nilai kearifan lokal.
Objek wisata Banten yang ditawarkan saat ini adalah desa budaya wisata Baduy di
Provinsi Banten. Desa Baduy terletak di Lebak, Banten, yang memiliki populasi
sekitar 8.000 jiwa. Suku Baduy terbagi menjadi dua bagian, bagian dalam dan

21
luar. Suku Baduy dalam masih primitif tidak ingin menerima apa pun dari dunia
luar. Sementara suku Baduy luar hidup dengan cara yang lebih terbuka dan bisa
berbaur di dunia luar.

3.1.3 Potensi Olahraga dan Edukasi


Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung di Banten telah
menggelar Rhino Cross Triathlon atau Rhino X-Tri. Rhino Cross Triathlon atau
Rhino X-Tri ini merupakan ajang kejuaraan nasional cross triathlon yang pertama
kali diadakan di Indonesia. Pada Rhino Cross Triathlon atau Rhino X-Tri ini akan
ada beberapa perlombaan. Perlombaan tersebut adalah lomba berenang, balap
sepeda, dan lomba lari dengan melintasi keindahan alam serta tantangan
alam Tanjung Lesung. Bisa juga berolahraga sepakbola atau voli di pasir putihnya
yang halus. Bagi yang hobi menyelam, Pantai Lesung juga menyediakan peralatan
untuk menyelam. Jika ingin bermain juga jetski juga bisa, ada yang menyewakan
jetski untuk pengunjung.

Gambar 3.6 Banana Boat


Sumber : www.travel.kompas.com

Pada kawasan Tanjung Lesung juga menjadi wisata edukasi contohnya


mengajari pengunjung dalam menanam terumbu karang. Selain itu juga terdapat
potensi wisata mempelajari jenis tanaman, mulai proses pembibitan, penanaman,
pemeliharaan tanaman, panen buah, sampai dengan proses pengolahan, akan
menjadi atraksi edukatif.

22
Gambar 3.7 Penanaman Terumbu Karang
Sumber : http://wisatadesaku.blogspot.co.id/

3.2. Implementasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung


Menurut PP No 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK). KEK didefiniskan sebagai kawasan dengan batas tertentu dalam
wilayah hukum NKRI yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi
perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Setelah itu ditetapkan sejumlah
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di beberapa daerah di Indonesia, terutama di
daerah yang memiliki potensi ekonomi yang tinggi namun masih tertinggal
pembangunannya. Pemerintah berencana menggunakan KEK sebagai instrumen
daya saing nasional, yang diharapkan dapat menarik investasi melalui insentif
fiskal maupun nonfiskal. Melalui investasi tersebut, pemerintah berharap dapat
meningkatkan produktivitas ekonomi masyarakat (terutama pada sektorsektor
yang strategis), sehingga dapat meningkatkan daya saing ekonomi di pasar
domestik maupun internasional.
Secara umum pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Indonesia
mempunyai empat sasaran utama yang dituju oleh pemerintah.
1. Peningkatan penanaman modal/investasi melalui penyiapan kawasan yang
memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis,
2. Optimalisasi kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lainnya
yang memiliki nilai ekonomi tinggi,

23
3. Menunjang percepatan pembangunan daerah, melalui pengembangan pusat-
pusat pertumbuhan ekonomi baru untuk mencapai keseimbangan
pembangunan antar wilayah,
4. Mewujudkan model baru pengembangan kawasan untuk pertumbuhan
ekonomi sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan.
Hingga kini, sepuluh wilayah KEK telah ditetapkan di seluruh Indonesia.
Kesepuluh wilayah tersebut adalah (1) KEK Sei Mangkei, Sumatera Utara, (2)
KEK Tanjung Api-Api, Sumatera Selatan, (3) KEK Tanjung Lesung, Banten, (4)
KEK Mandalika, Nusa Tenggara Barat, (5) KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan
(MBTK), Kalimantan Timur, (6) KEK Palu, Sulawesi Tengah, (7) KEK Bitung,
Sulawesi Utara, (8) KEK Morotai, Maluku Utara, (9) KEK Tanjung Kelayang,
Bangka Belitung dan (10) KEK Sorong, Papua Barat. Masing-masing KEK
tersebut memiliki peruntukan zona yang berbeda-beda sesuai potensi wilayah,
delapan dari sepuluh KEK tersebut memiliki zona industri, baik industri
pengolahan hasil sumber daya alam, industri agro, atau industri manufaktur.
Hanya dua KEK yang tidak memiliki zona industri, dan hanya mengandalkan
pariwisata, yaitu KEK Tanjung Lesung dan KEK Mandalika. Empat dari sepuluh
KEK tersebut, berada di daerah yang berstatus sebagai Daerah Tertinggal yang
hingga kini masih mendapat intervensi khusus dari Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Implementasi kebijakan menyangkut tiga hal, yaitu; (1) adanya tujuan atau
sasaran kebijakan (2) adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian, dan (3) adanya
hasil kegiatan. implementasi kebijakan KEK di Tanjung Lesung, Kab. Pandeglang
Provinsi Banten di bidang pariwisata dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi
daerah. Tanjung Lesung telah ditetapkan sebagai KEK Pariwisata berdasarkan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2012 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus Tanjung Lesung, yang ditetapkan sebagai kawasan wisata terpadu.
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung mengembangkan
pariwisata sebagai destinasi wisata berdaya saing global sehingga dapat
meningkatkan kunjungan wisatawan, lama tinggal dan pengeluaran wisatawan.
Selain itu menurut ( UU.NO 39 thn 2009 pasal 1)KEK bertujuan untuk
mempercepat perkembangan daerah dan sebagai model terobosan pengembangan

24
kawasan untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain industri, pariwisata, dan
perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan.
Alasan Kabupaten Pandeglang termasuk salah satu KEK di Indonesia karena
untuk meningkatkan aspek pariwisata, perdagangan dan lapangan perkerjaan
sesuai dengan visi dan misi RPJM 2011-2016 Kabupaten Pandeglang sebagai
daerah mandiri dan berkembang dibidang agribisnis dan pariwisata berbasiskan
pembangunan perdesaan. Skenario pembangunan yang menggunakan analisis
SWOT yaitu
- Kekuatan, dari aspek kelembagaan adanya komitmen, kebijakan serta regulasi
pemerintah daerah melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2012
tentang Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung. Komoditas unggulan
berupa pertanian dan perkebunan dapat memperkuat ciri khas Kab.
Pandeglang sebagai agrobisnis. Dengan dibangunnya KEK Tanjung Lesung
mempermudah aksesibilitas salah satunya perbaikan jalan provinsi dan
nasional. Sektor wisata yang akan ditonjol sebagai KEK Kab. Pandeglang
yaitu wisata Pantai Carita Labuan, Pantai Tanjung Lesung, dan Taman
Nasional Ujung Kulon. Selain itu usia produktif masyarakat Kab. Pandeglang
yang lebih tinggi dibanding usia tidak produktif yaitu 63,1 % produktif dan
34,9 % tidak produktif.
- Kelemahan, dari pembiayaan yang dulunya menyulitkan investor untuk
melakukan investasi, irigasi yang kurang baik, kurangnya sarana perdagangan
berupa pasar dan masih berupa pasar lokal, dan banyaknya pengangguran di
usia produktif.
- Peluang, dapat terbentuknya pasar eksternal apabila memiliki investor dari
luar, jalan kereta api dan jalan tol serta pembangunan bandar udara yang dapat
memperkuat aksesibilitas, lembaga non Pemerintah Daerah yang berpartisipasi
dalam KEK Tanjung Lesung, Badak Cula Satu di Taman Nasional Ujung
Kulon yang menjadi daya tarik wisatawan.
- Tantangan, berupa produk kompetitor, teknologi, pendidikan dan etos kerja
yang masih cukup lemah dibanding daerah di sekitar Kab. Pandeglang
sehingga sulitnya mencari keunikan dan daya saing yang menonjol serta
kordinasi antar pemerintah daerah yang masih kurang.

25
Kontribusi KEK terhadap capaian-capaian RPJM 2011-2016 berdasarkan
Bappeda Kab. Pandeglang, yaitu pertama, berupa kontribusi penyerapan tenaga
kerja yang digunakan untuk peningkatan pembangunan Tanjung Lesung ;
- Dampak langsung Tanjung Lesung mencapai 85.000 pekerja
- Dampak langsung Bandara Banten Selatan di Panimbang Mencapai 35.000
pekerja
- Dampak langsung Jalan Tol Serang Panimbang mencapai 5.000 pekerja
- Dampak tidak langsung dari sector lainnya sekitar 75.000 pekerja
- Total penyerapan tenaga kerja sekitar 200.000 pekerja.
Dua proyek infrastruktur besar yang sedang dikembangkan di Tanjung Lesung
adalah bandar udara Banten Selatan dan jalan tol Serang - Panimbang sesuai
dengan Perpres Nomor 3 Tahun 2016. Investor KEK Tanjung Lesung akan
diberikan fasilitas kemudahan, insentif dan infrastruktur yang relatif lebih lengkap
kepabeanan (custom dan excise), perpajakan, perijinan (licensing) one stop
service, keimigrasian serta ketenagakerjaan yang dikelola oleh satu badan otoritas
yang mendapat wewenang penuh dari pemerintah pusat, provinsi, maupun daerah.
Sesuai dengan PP Nomor 96 Tahun 2015, orang asing yang berkunjung,
bekerja atau menanam modalnya di KEK Tanjung Lesung akan mendapat fasilitas
dan kemudahan tambahan. Beberapa kemudahannya yaitu mendapat izin tinggal
sementara atau izin tinggal tetap menurut ketentuan yang berlaku dan kemudahan
memiliki properti di dalam KEK Tanjung Lesung.
Dengan adanya KEK di Tanjung lesung diharapkan adanya peningkatan
jumlah wisatawan, pertumbuhan ekonomi dan perekonomian daerah sekitarnya,
serta meningkatnya PDRB daerah untuk sektor wisata, sektor perdagangan, sektor
perhotelan, dan sektor restoran. selain itu kebijakan yang KEK Tanjung Lesung
tawarkan ada berbagai macam keuntungan yang menarik dalam berinvestasi,
terutama dengan akan dibangunnya sejumlah infrastruktur.

3.3. Hambatan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung


Pembangunan daerah, utamanya daerah tertinggal merupakan proses
natural dalam upaya mewujudkan cita-cita bernegara sesuai amanat undang-
undang dasar, yaitu terwujudnya masyarakat makmur sejahtera secara adil dan

26
merata. Banyak kendala yang menjadi faktor penghambat dalam implementasi
KEK Tanjung Lesung dalam pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung
Lesung. Kesenjangan pembangunan daerah hampir terjadi di seluruh negara tanpa
memandang ukuran dan tingkat pembangunannya. Kesenjangan ini pada akhirnya
menimbulkan permasalahan yang dalam konteks makro dan sangat merugikan
proses pembangunan yang ingin dicapai setiap bangsa.
Rendahnya daya saing Indonesia untuk menarik investasi dibanding
dengan negara-negara ASEAN lainnya. Investasi di Indonesia masih jauh di
bawah potensi yang ada. Salah satu penyebabnya adalah iklim usaha yang masih
belum bersahabat terhadap investasi. Indikator Ease of Doing Business dari World
Bank (2015), misalnya menempatkan Indonesia pada urutan yang rendah. Pada
tahun 2015, Indonesia menempati urutan ke 114, di bawah dari negara ASEAN
lain seperti Malaysia (18), Filipina (95), atau bahkan dibandingkan dengan
Vietnam (78).
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya urutan Indonesia dalam
indikator tersebut adalah sulitnya prosedur memulai usaha (urutan 155 dari 185),
mendapatkan izin pembangunan (153), serta prosedur pendaftaran property (117).
Ini semua menunjukkan sulitnya berusaha di Indonesia karena rumitnya prosedur
yang ada. Masalah lain yang menyebabkan rendahnya investasi di Indonesia
adalah rendahnya ketersediaan dan kualitas infrastruktur. Kualitas jalan di
Indonesia sangatlah buruk, terutama di daerah luar Jawa. Pada tahun 2012, hanya
59% dari jalan daerah yang memiliki kualitas cukup baik). Sementara hanya 7,7%
dari jalur kereta api di Indonesia yang memiliki jalur ganda (Bappenas, 2015).
Situasi ini menyebabkan tingginya biaya angkutan darat, ditambah lagi dengan
dengan jasa angkutan laut yang mahal. Akibatnya biaya logistik di Indonesia
menjadi sangat tinggi dan tidak mendukung investasi serta pembukaan pusat
pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah.
Terdapat beberapa faktor penghambat dalam pengembangan KEK Tanjung
Lesung seperti berikut :
1. Akses jalan yang cukup jauh menyulitkan wisatawan untuk datang karena
jaraknya jauh sekitar 70 km, sebagian besar berdomisili di Pandeglang.
2. Kinerja SDM yang belum siap untuk mendukung KEK Tanjung Lesung

27
3. Kurangnya investor untuk berperan dalam pembangunan, penyebab
sepinya investor akibat kurangnya promosi dan terbatasnya anggaran
pemerintah Provinsi Banten.
4. Terkait regulasi dan mekanisme kurangnya koordinasi antar berbagai
pihak, baik itu dari Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten serta pihak
pengelola dalam hal ini PT. BWJ. Pengembangan Kawasan Ekonmi
Khusus Tanjung Lesung dalam kewenangannya itu dilakukan oleh
berbagai pihak, baik itu dari pemerintah pusat, Provinsi, Kabupaten serta
pihak pengelola dalam hal ini PT. BWJ, untuk itu diperlukan koordinasi
yang baik serta dukungan dari masyarakat itu senidiri, dan karena yang
lebih banyak berperan dalam pengembangan KEK Tanjung Lesung yang
lebih banyak adalah di pemerintah pusat maka kendala yang lebih banyak
yang dihadapi dalam pengembangan KEK Tanjung Lesung itu berada di
pusat.
5. Kelembagaan yang belum siap dalam hal belum adanya SOP dan dari sisi
infrastruktur. Infrastruktur seperti peralatan kantr yang belum lengkap,
akses internet yang sulit dan jumlah SDM administrator yang masih
kurang, sarana prasarana yang belum menunjang seperti kendaraan
operasional, serta belum adanya kantor Administrator KEK Tanjung
Lesung.
6. Sisi pengawasan pengoperasion KEK panduan pelaksanaannya
pengendaliannya juga belum jelas dari dewan kawasan provinsi maupun
dewan kawasan nasional
7. belum adanya panduan pengawasan pengoprasian KEK

3.4 Dampak KEK Tanjung Lesung


Sebagai salah satu wilayah penyangga antara pulau Jawa dan Sumatra
dalam strategi MP3EI 2011-2025, Provinsi Banten harus menjadi magnitude
pertumbuhan dengan terbitnya Peraturan Pemerintah RI No. 26 tahun 2012
yang menetapkan Tanjung Lesung di Banten Selatan sebagai Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) Zona Pariwisata. Dengan ditetapkannya KEK tersebut
diharapkan mampu menarik para investor, terutama investor asing untuk
berinvestasi dan menciptakan lapangan kerja.

28
Untuk mengetahui dampak penetapan Tanjung Lesung sebagai KEK,
maka dilakukan studi dampak ekonominya dengan tujuan untuk:
1. memperoleh gambaran kesiapan masyarakat penyangga KEK dalam
mengantisipasi potensi dampak sosial ekonomi di KEK Tanjung Lesung
2. mengetahui peran keterlibatan anggota masyarakat penyangga KEK dalam
kegiatan pariwisata di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata
3. mendapatkan gambaran bagaimana masyarakat penyangga KEK dapat
memperoleh manfaat dari pengembangan KEK Tanjung Lesung
4. mengidentifikasi dampak sosial ekonomi baik dampak positif maupun
negatif yang dapat timbul karena pengembangan KEK Tanjung Lesung
5. merumuskan rekomendasi strategi yang dapat diambil untuk memak simalkan
peluang dan manfaat dan meminimalkan dampak negatif pengembangan
pariwisata bagi masyarakat penyangga KEK.
Berdasarkan temuan di lapangan maka diketahui hal-hal sebagai berikut:
1. sejak Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung ditetapkan,
belum terlihat percepatan persiapan yang berarti terutama dalam
penyiapan masyarakat. Pemahaman masyarakat terhadap perubahan status
kawasan KEK masih sangat minim. Walaupun sudah ada pendamping
yang diterjunkan, program tersebut belum menyentuh pada kesiapan
mengambil peluang dari pertumbuhan sektor pariwisata di wilayahnya.
Sebagian masyarakat Cikadu Endah sebagai penduduk yang direlokasi
belum memperoleh pembekalan yang cukup untuk trans-formasi
pengetahuan dan keterampilan dalam mata pencaharian dari nelayan
menjadi petani penggarap.
2. Peran keterlibatan masyarakat penyangga Kawasan Ekonomi Khusus
Pariwisata Tanjung Lesung dalam kegiatan pariwisata masih rendah, pada
umumnya masyarakat tidak terlibat dalam pengambilan keputusan
peerencanaan kegiatan pariwisata sesuai dengan porsinya masing-masing.
Usaha melibatkan diri dalam kegiatan pariwisata belum dikoordinasikan
secara terprogram agar mendukung dan memperoleh manfaat dari perkem-
bangan kawasan.

29
3. Walaupun belum sepenuhnya akibat penetapan KEK, masyarakat
penyangga kawasan sudah dapat merasakan manfaat secara ekonomi,
seperti dengan bekerja sebagai karyawan hotel-hotel di dalam kawasan,
pekerja pembangunan infrastruktur, dan membuka usaha baru. Usaha
mengelola homestay, losmen, penyewaan villa, penyewaan kapal nelayan
dan usaha makanan dan minuman bagi wisatawan, adalah manfaat yang
diterima masyarakat. Demikian pula dengan usaha kerajinan tetapi masih
berupa sampingan dan belum memperoleh manfaat yang berarti.
4. Potensi dampak sosial-ekonomi yang terjadi karena KEK adalah adanya
perubahan pupulasi penduduk di sekitar kawasan, serta terjadinya
perubahan pasar kerja, yang berdampak pula pada perubahan struktur dan
karakteristik masyarakat kawasan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata
Tanjung Lesung. Demikian pula terhadap perubahan sosial individu dan
keluarga, terjadi karena adanya interaksi sosial dengan wisatawan. Selain
itu, kontak langsung perbedaan budaya berdampak pada lunturnya
kebanggaan terhadap budaya lokal. Menurut tanggapan masyarakat,
pariwisata telah banyak menciptakan lapangan pekerjaan yang berakibat
pada meningkatnya standard hidup masyarakat.
5. Terhadap ekonomi, pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata
Tanjung Lesung telah memberikan dampak terhadap perolehan devisa
negara, peningkatan pendapatan langsung pemerintah, penciptaan
lapangan pekerjaan, pengembangan infra struktur khusunya di kawasan
dan akses menuju kawasan, berkembangnya ekonomi masyarakat Tanjung
Lesung, dan munculnya usaha-ushan baru di masayarakat.
Agar masyarakat setempat memperoleh manfaat dari pengembangan
Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung, maka perlu dilakukan
intervensi program pendidikan dan pelatiahan untuk meningkatkan kapasitas
masyarakat, melalui usaha-usaha:
1. membantu produk lokal masuk ke dalam rantai penawaran hotel (hotel
supply chain)
2. menstimulir usaha kecil dan mikro di destinasi pengembangan pariwisata

30
3. mendorong pengembangan kerajinan setempat dan toko souvenir bagi
wisatawan,
4. menciptakan kesempatan kerja bagi penduduk lokal,
5. memfasilitasi kemitraan
6. diversifikasi produk wisata, terutama produk -produk yang melibatkan
penduduk lokal,
7. menggunkan kebijakan pemerintah untuk mempengaruhi sektor swasta
dalam meningkatkan peran penduduk lokal,
8. memfasilitasi kemitraan joint venture antara sektor swasta dan masyarakat,
9. menentukan cara yang tepat untuk mendistribusikan pembiayaan kepada
masyarakat
10. memonitor dampak sosial, budaya dan lingkungan,
11. membuat kebijakan pro-poor,dan
12. menentukan pilihan strategi untuk segmentasi, pasar dan investor.
Berdasarkan temuan hasil penelitian maka direkomendasikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Otoritas Kawasan (yang saat penelitian ini belum terbentuk) perlu
mengkoordinasikan dinas/instansi terkait guna menye-laraskan program-
program peningakatan kapasitas masyarkat, guna memperoleh manfaat
dari pengembangan kawasan.
2. Mengintegrasikan survey secara berkala dengan Nesparda agar termonitor
dampak ekonomi pariwisata yang tidak hanya pada sektor pariwisata akan
tetapi pada sektor-sektor pendukungnya, termasuk dampak terhadap
pencip-taan kesempatan kerja, maka pembangunan pada sector pariwisata
semestinya menjadi tanggung jawab bersama.
3. Agar pengembangan kawasan berdampak positif bagi masyarakat maka
perlu dilakukan upaya-upaya sistematis oleh otorita kawasan bersama
dengan Dinas Pariwisata Kabupaten dan Propinsi untuk:
a) meningkatkan jumlah kunjungan melalui promosi pariwisata dan
promosi budaya baik di dalam maupun luar negeri, termasuk
penyelenggaraan event-event lokal, major, mapun event internasional

31
b) memperpanjang lama tinggal, melalui variasi dan inovasi produk -
produk dan atraksi wisata sehingga wisatan memperoleh pangalaman
lebih dari apa mereka bayangkan, dan
c) memperbanyak pembelanjaan melalui peningkatan ke-ragaman
souvenir, barang-barang consumer, dan produk -produk lokal yang
unik yang sesuai dengan selera wisatawan.
4. Sehubungan tingkat pendidikan formal yang relatif masih rendah, dan
keterampilan di bidang hospitaliti masih sangat rendah, dengan kebutuhan
direct employment 36.000 jiwa, maka otoritas kawasan bersama dengan
dinas pendidikan dan kebudayaan serta dinas tenaga kerja, membuka
program pendidikan Akademi (Akademi Komunitas) program studi terkait
dengan pariwisata, pertanian, perikana/kelautan dan insustri kreatif.
Lulusan program akademik komunitas dapat langsug bekerja di bidang
bidang yang dibutuhak wisaawan.
5. Otoritas kaw asan dengan dinas instansi terkait perlu menyusun program
pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan mulai dari perencaan
sampai implementasi yang dilakukan multiyears selama 5 tahun.
6. Pemberdayaan per sektor sangat diperlukan guna memenuhi rantai
pemasok, seperti pengembangan desa-desa wisata berbasis pertanian
(agriwisata) berbasia pantai dan laut (marine tourism) berbasis kebudayaan
(culture tourism). Peran Disbudpar dan dinas/instansi terkait sangat
diperlukan secara berkesinambungan sekurang-kurangnya tiga tahun
sampai desa-desa wisata tersebut bisa bergerak secara mandiri.
7. Untuk mencegah pelanggaran budaya, penjualan manusia, serta dampak
negatif lainnya perlu dibuatkan regulasi terkait operasional kawasan, baik
dalam bentuk Peraturan Daerah atau peraturan lainnya.

32
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Tanjung Lesung merupakan salah satu
kawasan untuk pengembangan pariwisata dan hunian terpadu yang dianggap
strategis secara nasional dan telah disahkan melalui Peraturan Pemerintah No 26
Tahun 2012 serta telah termuat didalam RTRW Kabupaten Pandeglang tahun
2011-2031
KEK di Tanjung lesung diharapkan memacu adanya peningkatan jumlah
wisatawan, pertumbuhan ekonomi dan perekonomian daerah sekitarnya, serta
meningkatnya PDRB daerah untuk sektor wisata, sektor perdagangan, sektor
perhotelan, dan sektor restoran.
Hambatan yang terdapat dalam pengimplementasian KEK Tanjung Lesung
diantaranya yaitu akses jalan cukup jauh, kurangnya kualitas SDM masyarakat,
kurangnya investor dalam pembangunan, kurangnya koordinasi antar sektor,
kurangnya kelembagaan, belum adanya aturan operasional KEK.
Selain itu kebijakan yang KEK Tanjung Lesung tawarkan ada berbagai
macam keuntungan yang menarik dalam berinvestasi, terutama dengan akan
dibangunnya sejumlah infrastruktur dan beberapa kebijakan telah diimplentasikan.

4.2 Rekomendasi
Implementasi KEK Tanjung Lesung bersifat strategis dan tepat sasaran.
Oleh karena tu, dukungan pemerintah melalui pembangunan infrastruktur
dan sapras pendukung serta promosi pariwisata sangat diperlukan.
Perlu adanya kebijakan lain yang dapat meningkatkan kinerja sektor
administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial, dsb mengingat
sektor ini sudah terindentifikasi kurang kinerjanya sedangkan KEK TL
tidak dirancang untuk memperbaiki sektor ini secara langsung.
Perlunya pemberdayaan masyarakat melalui UMKM dan ekonomi kreatif.
Permasalahan yang terjadi pasca ditetapkannya KEK Tanjung Lesung,
pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pengembang serta masyarakat
harus meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi yang efektif, sehingga

33
kehadiran KEK Tanjung Lesung bisa memberikan manfat kemakmuran
ekonomi masyarakat. Menurut Ahmad Sapta Gumelar, agar masyarakat
setempat memperoleh manfaat dari pengembangan Kawasan Ekonomi
Khusus Pariwisata Tanjung Lesung, maka perlu dilakukan intervensi
program pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas
masyarakat. Menurutnya, merujuk pada hasil kajian Disbudpar Banten
2013, terdapat usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas
masyarakat dalam hal pengembangan pada usaha kecil dan mikro dengan
mengembangkan keterampilan dan hasil daerah setempat yang dapat di
jadikan sebagai pangsa pasar yang menjanjikan.

34
Daftar Pustaka

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal


Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK)
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan
Ekonomi Khusus
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Pandeglang Tahun 2016
RPJMD Kabupaten Pandeglang Tahun 2011-2016
Anonim. 2013. Pantai Tanjung Lesung, Wisata Pantai Terindah di Pandeglang
Banten.. https://sobatinfo.com/pantai-tanjung-lesung-banten/ .Diakses pada
tanggal 7 Oktober 2017

Dewan Nasional KEK RI. 2017. Profil KEK Tanjung Lesung.


http://kek.go.id/kawasan/Tanjung-Lesung. Diakses pada tanggal 7 Oktober
2017

Kusmayadi. 2013. Analisis Dampak Sosial Ekonomi KEK Pariwisata Tanjung


Lesung Banten. Dalam
(https://www.academia.edu/6711331/Analisis_Dampak_Sosial_Ekonomi_K
EK_Pariwisata_Tanjung_Lesung_Banten). Diakses pada tanggal 20 oktober
2017
Masuku, Dahyar. 2011. Pengaruh Pembangunan Ekonomi terhadap Peningkatan
Derajat Kesehatan Masyarakat.
http://dahyarmasuku82.blogspot.co.id/2011/12/pengaruh-pembangunan-
ekonomi-terhadap.html. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2017

35

Anda mungkin juga menyukai