Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nadhilla Oktavianty

NIM

: D1091141009

Mata Kuliah : Masalah Perencanaan Wilayah dan Kota


Kawasan Industri yang Ideal
Kawasan Industri adalah suatu tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi
dengan prasarana dan sarana yang disediakan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri.
Hal ini berbeda dengan Zona Industri yang juga merupakan pemusatan industri tetapi tanpa
dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang memadai. (Kwanda, 2000)
Pedoman Teknis Pengembangan Kawasan Industri meliputi 4 (empat) aspek, yaitu :
a.

Aspek Kelayakan, yaitu melihat segi-segi internal dan eksternal yang mendukung
pengembangan suatu kawasan industri di daerah. Faktor internal diartikan sebagai faktor
yang menjadi pertimbangan kelayakan pengembangan industri dilihat dari sudut kegiatan
industri saja. Dalam hal ini ada beberapa variabel yang berkaitan dengan perkembangan
kegiatan industri yang menjadi pertimbangan bagi kelayakan pengembangan KI, yaitu
sebagai berikut:
Besaran permintaan lahan (land demand)
Kecenderungan jenis industri yang tumbuh
Berbagai permasalahan lingkungan yang sudah dan mungkin timbul sebagai akibat dari
pertumbuhan industri yang ada.
Ketersediaan prasarana
Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM)
Sedangkan beberapa faktor eksternal yang menjadi pertimbangan dalam penilaian
kelayakan pengembangan kawasan industri adalah sebagai berikut :
Kondisi Hinterland
Persaingan Dengan Daerah Lainnya
Lokasi Strategis terhadap Sistem Ekonomi Makro
Stabilitas Keamanan

b.

Aspek Pemilihan Lokasi, yaitu merupakan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan


dalam penentuan lokasi kawasan industri.
Kawasan Industri terdiri dari :
-

Kawasan industri yang mendekati bahan baku : industri kimia dasar (ammonia, semen,
clinker, kaca, pulp dan kertas, industri organik dan anorganik), industri mesin dan

logam dasar (besi baja, aluminium, tembaga, timah, kereta api, pesawat terbang,
kapal, alat-alat berat lainnya).
-

Kawasan industri yang mendekati pasar : industri aneka pangan, industri aneka tekstil
dan kimia, industri aneka alat listrik dan logam, industri aneka bahan bangunan dan
umum.
Kualitas lahan kawasan industri yaitu :
a. Topografi : dengan lereng 0-8 %, ketinggian tidak lebih dari 1000 meter dpl.
a. Hodrologi : bebas genangan, dekat dengan sumber air, drainase baik sampai
sedang.
b. Klimatologi : berada pada lokasi dengan tingkat arah angin minimum yang menuju
permukiman penduduk.
c. Geologi

: dapat menunjang konstruksi bangunan, tidak berada di daerah rawan

bencana longsor.
d. Lahan

: area cukup luas minimal 10 ha; karakteristik tanah bertekstur sedang

sampai kasar, berada pada tanah marginal untuk pertanian.


Pertimbangan dalam pemilihan lokasi yaitu idealnya suatu kawasan industri berjarak
15 20 Km dari pusat kota. Jarak terhadap permukiman yang ideal minimal 2 (dua) Km
dari lokasi kegiatan industri. Topografi/kemiringan tanah maksimum 0 15 derajat. Jarak
terhadap sungai atau sumber air bersih maksimum 5 (lima) Km dan terlayani sungai tipe
C dan D atau Kelas III dan IV.
c.

Aspek Standar Teknis, yaitu merupakan standar-standar perencanaan prasarana dan


sarana penunjang untuk mendukung kelangsungan suatu kawasan industri. Perencanaan
kawasan industri yang ideal adalah dengan mematuhi aturan perundang-undangan yang
berlaku, salah satunya standar teknik kawasan industri. Standar Teknis Kawasan Industri
yaitu melalui Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor: 291/M/SK/10/1989 tanggal
28 Oktober 1989. Secara garis besar standar teknis mencakup beberapa hal yaitu:
1. Komposisi penggunaan lahan
a. Kapling industri : Maximum 70%
b. Ruang terbuka hijau termasuk daerah penyangga : Minimum 10%
c. Prasarana dan sarana: Luas tanah sisa (20%)
2. Prasarana yang wajib disediakan antara lain,
a. Jaringan jalan lingkungan: satu jalur dengan dua arah, lebar perkerasan minimum 8
meter atau dua jalur dengan dua arah, lebar perkerasan minimal 2 x 7 meter.
b. Saluran pembuangan air hujan (drainase)

c. Instalasi penyediaan air bersih bersumber dari PAM dan/atau diusahakan sendiri.
d. Instalasi penyediaan dan jaringan distribusi tenaga listrik dengan sumber PLN
dan/atau diusahakan sendiri
e. Jaringan telekomunikasi
f. Instalasi pengelolaan air limbah industri
g. Penerangan jalan
h. Unit perkantoran perusahaan kawasan industri
i. Unit pemadam kebakaran
Diluar prasarana yang diwajibkan, dapat pula menyediakan prasarana seperti TPS
limbah padat dan pagar kawasan industri.
d.

Aspek Legal Administrasi, yaitu merupakan prosedure perijinan dan aspek-aspek legal
yang perlu dipersiapkan dalam pengembangan dan pengoperasian suatu kawasan industri.
Adapun tahapan yang dilalui untuk proses perijinan ini meliputi persetujuan prinsip, ijin
lokasi, AMDAL, ijin usaha kawasan industri dan hak guna bangunan.

Kriteria ruang dalam kawasan industri yaitu:


-

Memeberkan dampak perkembangan terhadap pusat produksi seperti kawasan


pertanian, pertambangan, perikanan, peternakan;

Mempunyai hubungan fungsional yang erat denga pasar lokal, regional, nasional, dan
internasional (pelabuhan laut, terminal kargo, angkutan sungai, bandar udara, jalan
raya, kereta api).

Mempunyai hubungan fungsional yang erat dengan konsumen dan bahan baku;

Memiliki akses yang tinggi dengan jaringan jalan regional atau sekitar jalan regional
untuk menampung angkutan berat (klasifikasi jalan kelas A > 10.000 ton);

Mempunyai hubungan fungsional yang erat dengan ketersediaan tenaga kerja;

Di luar wilayah permukiman penduduk/permukiman perkotaan dan hutan lindung


minimal jarak 3-20 km dengan batas yang jelas, dapat dipisahkan oleh hutan dan atau
perkebunan;

Antara kawasan industri dengan kawasan perumahan perlu dikembangkan suatu


kawasan penyangga (buffer zone);

Tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas sumber daya air (sungai, mata
air, air tanah, waduk dan udara).

Daftar Pustaka
Kwanda, Timoticin. 2000. Pengembangan Kawasan Industri di Indonesia. Jurnal Teknik
Arsitektur.

Universitas

Kristen

Petra.

Vol.

28,

Halaman

54-61.

http://dimensi.petra.ac.id/index.php/ars/article/viewFile/15727/15719. Diakses tanggal


22 Desember 2016
Keputusan Menteri Perindustrian Nomor: 291/M/SK/10/1989 tentang Standar Teknis Kawasan
Industri.

Anda mungkin juga menyukai