NIM: 044827055
MK: PKN
Tugas.1
Tugas Tutorial 1 ini berkaitan dengan Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan, Wawasan
Nusantara dan Geopolitik Indonesia, serta Ketahanan Nasional dan Geostrategi Indonesia
Petunjuk mengerjakan tugas:
Panjang jawaban per soal antara 500 – 700 kata.
Tugas ditulis menggunakan font Time New Roman, ukuran 12 pts, dengan spasi 1.5.
Mahasiswa diharapkan menjunjung tinggi integritas akademik dengan menghindari perilaku
plagiarisme dalam bentuk apapun.
Mahasiswa dipersilakan untuk menggunakan teori-teori yang terdapat di dalam BMP MKDU
4111 Pendidikan Kewarganegaraan, dan mengaitkannya kondisi di masyarakat.
Kriteria penilaian dalam tugas ini adalah:
Mengerjakan tugas dengan berdasar pada BMP MKDU 4111 Pendidikan Kewarganegaraan;
Berdasarkan analisis persoalan yang terjadi di masyarakat.
Menjawab pertanyaan berdasarkan analisis/kalimat sendiri.;
Mencantumkan sumber referensi (sumber referensi yang diperbolehkan adalah dari BMP, buku
penunjan lainnya, jurnal, berita elektronik maupun cetak);
Copy paste tidak akan diberikan penilaian.
Selamat mengerjakan tugas, perhatikan batas waktu pengiriman tugas, pastikan bahwa tugas
anda sudah tersubmitted, dan file tugas dalam bentuk doc/docx hanya diunggah pada tempat
unggah tugas pada Tuton ini.
Soal 1 (Skor 25)
Dalam buku yang berjudul “Diplomasi Indonesia dan Pembangunan Konektivitas
Maritim (2018), Indonesia berada di dalam garis equator yang berada di antara dua benua
yaitu Benua Asia dan Australia, serta berada di antara samudra Hindia dan Pasifik.
Indonesia tengah berupaya untuk memanfaatkan posisi tersebut untuk menjadi poros
maritime dunia. Lakukanlah analisis terkait pentingnya posisi geografis Indonesia baik di
tingkat ASEAN maupun dunia!
(Petunjuk: silahkan baca dan pahami terleih dahulu tentang posisi geografis Indonesia
yang ada di dalam BMP MKDU4111}
Jawaban :
Berdasarkan buku yang berjudul ‘’Diplomasi Indonesia dan Pembangunan Konektivitas
Maritim’’ oleh Humphrey (2018) menyebutkan bahwa konseptualisasi poros maritim yakni
gagasan strategi untuk menciptakan konektivitas atau hubungan antar pulau melalui berbagai
perbaikan teknologi seperti transportasi laut. Sedangkan secara geografis, Indonesia merupakan
negara yang diapit oleh benua Asia dan Australia serta samudra Hindia dan Pasifik, tentu hal ini
dapat mempengaruhi aspek politik luar negeri yang dianut oleh Indonesia. Karena adanya posisi
silang ini, maka membuka peluang besar bagi Indonesia untuk dilewati negara luar dalam jalur
perdagangannya, sehingga untuk memanfaatkan momentum ini, maka politik Internasional yang
dianut oleh Indonesia harus bersifat senetral mungkin.
Pengertian Politik Luar Negeri Republik Indonesia dapat ditemui dalam Pasal 1 ayat 2
Undang-Undang No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri yang menjelaskan bahwa
Politik Luar Negeri Indonesia adalah merupakan suatu kebijakan, sikap, dan langkah
Pemerintahan Republik Indonesia yang diambil dalam melakukan hubungan dengan negara lain,
organisasi internasional, dan subyek hukum internasional lainnya dalam rangka menghadapi
masalah internasional guna mencapai tujuan nasional (Indrawati, 2018). Sedangkan prinsip-
prinsip dari politik Luar Negeri yang dianut oleh Republik Indonesia yakni bebas dan aktif.
Bebas, mengartikan bahwa kebijakan luar negeri yang dianut oleh Republik Indonesia
merupakan politik yang Independen, yakni Indonesia tidak berpihak pada kekuatan dunia.
Sedangkan makna dari prinsip politik luar negeri yang aktif, yakni Indonesia tidak
mempertahankan sikap pasif atau reaktif terhadap isu-isu internasional, akan tetapi lebih aktif
dalam mencari partisipasi untuk penyelesaiannya.
Berkenaan dengan urgensi Indonesia secara letak geografis yang cukup potensial dalam
menjembatani dirinya sebagai poros maritim, maka sebagai negara berpolitik luar negeri bebas
aktif yang mendukung gagasan Non Aligment Movement atau Gerakan Non-Blok, maka di
tingkat ASEAN, Indonesia dapat berkontribusi secara aktif dalam kerangka kerja komunitas
perekonomian ASEAN atau ASEAN Economic Community (AEC) 2025, yang memiliki dua
studi yaitu terkait Lembaga Penelitian Ekonomi untuk ASEAN dan Asia Timur (ERIA), dan
pengelolaan Sekolah Studi Internasional (RSIS) dan Studi Institut Asia Tenggara (ISEAS) serta
masukan dari pemangku. Kemudian, poros maritim yang dimanfaatkan untuk perekonomian ini,
dapat menunjang kebutuhan erdagangan dalam layanan dengan tujuannya adalah untuk lebih
memperluas dan memperdalam integrasi layanan ASEAN serta integrasi ASEAN ke dalam rantai
pasokan global serta meningkatkan daya saing Negara Anggota ASEAN, sehingga Indonesia
dapat memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi dalam negeri. Sehingga untuk mewujudkan
program ini, maka ASEAN harus menciptakan jaringan, kompetitif, inovatif, dan sangat
terintegrasi dengan baik, yang mana meskipun pintu utamanya yakni keterlibatan ekonomi karna
poros maritim menjembatani jalur dagang yang potensial, namun adanya sinergisitas geostrategi
ini turut menciptakan peluang-peluang baru bagi Indonesia untuk bekerjasama dan melakukan
berbagai kolaborasi dengan negara-negara ASEAN pada sektor budaya, sosial, pendidikan,
kemiliteran dan pertahanan, kesehatan, dll.
Di satu sisi, adanya letak poros maritim ini, juga memberikan keleluasaan bagi Indonesia
untuk memanfaatkan jalur sutera atau One Belt One Road China untuk sampai ke benua Eropa
dan Amerika. Dimana karna adanya kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah, dapat
membuat Indonesia memiliki potensi besar untuk melebarkan skema ekspor-impor ke Uni Eropa
dan pasar internasional lainnya. Selain perihal ekonomi, hal demikian juga dapat membuka
peluang adanya kerjasama Indonesia bersama organisasi-organisasi internasional di bawah
naungan PBB seperti WHO, UNICEF, ILO, dll dalam menciptakan perdamaian dunia, terlebih
karna politik luar negeri dari Indonesia yang tidak memihak negara Blok.
Keyakinan akan Pancasila sebagai ideologi negara yaitu berkenaan dengan memaknai
sila-sila yang terkandung dalam Pancasila, serta mampu mengamalkannya dalam segala aspek
kehidupan bernegara. Pancasila sebagai ideologi negara memiliki pengertian bahwa pancasila
layak untuk dijadikan indikator pandangan hidup. Berdasarkan nilai ketuhanan dalam sila
pertama Pancasila berkenaan dengan mengadaptasikan kesadaran dan permintaan untuk
kehidupan yang penuh kedamaian, kemakmuran dan lingkungan yang baik serta peradaban yang
makmur dengan keyakinan ketuhanan. Hal tersebut sangatlah diperlukan karena perdamaian
diperlukan untuk mengembangkan peradaban manusia. Maka dari itu, ilmu dasar agama sangat
penting untuk mengembangkan pemahaman tentang kesamaan dan menekankan nilai-nilai luhur
dalam setiap agama dengan teologi yang lebih peduli dengan masalah lingkungan sosial, etika,
moral dan masa depan kemanusiaan yang menyoroti kesadaran spiritualitas. Teori pluralitas
agama, budaya, etnisitas dan sebagainya adalah fenomena yang tidak dapat dihindari dalam
masyarakat majemuk atau heterogen. Pada dasarnya pandangan hidup serta gagasan integrasi
dalam keagamaan dan keharmonisan harus selaras Pancasila terutama sila ke-1 dan juga dengan
kebijaksanaan dari kelompok agama maupun masyarakat pada setiap lapisannya. Sila Pertama
pada Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, secara garis besar mengandung makna bahwa
negara melindungi setiap pemeluk agama-agama yang diakui di Indonesia untuk menjalankan
ibadahnya sesuai dengan ajaran agamanya (Dahlan, 2017).
Kemudian, pada sila kedua yaitu contohnya seseorang yang bekerja pada dinas sosial,
akan tergerak hatinya untuk menjunjung tinggi nilai kemanusiaan serta memperlakukan para
kaum inklusi seperti contohnya para penyandang disabilitas, dengan kesetaraan yang sesuai
kaidah hukum dan Hak Asasi Manusia yang berlaku. Sedangkan contoh dari pengamalan sila ke-
3 yaitu kemauan seorang individu untuk bergotong royong membangun infrastruktur serta sarana
desa yang dapat digunakan untuk umum, hal tersebut dapat meningkatkan rasa persatuan.
Sedangkan pengamalan sila ke 4 yaitu berkenaan dengan peristiwa seorang pemimpin yang dapat
memimpin segala kepentingannya dengan bijaksana, serta mengutamakan kepentingan umum
daripada kepentingan pribadi. Untuk pengamalan sila ke-5, ditujukan dalam setiap individu harus
memiliki rasa keadilan dalam memperjuangan mana hal yang benar dan hal yang salah,
contohnya yaitu ketika seseorang yang menjadi saksi tindak kejahatan, ketika ia di pengadilan,
harus memberikan keterangan atau kesaksian yang jujur dan transparansi, karena hasil yang akan
diperoleh dapat mengancam maupun mempertaruhkan kehidupan seseorang. Penerapan wawasan
ideologi pada sila-sila ini, yakni dapat dilakukan dengan sosialisasi dan kampanye mengenai
pengambilan keputusan secara bersama-sama, agar masyarakat sadar hukum dan mengetahui
fenomena yang sedang berlangsung. Publik harus dibiasakan untuk menyadari akan
penyimpangan sosial yang seringkali terjadi di sekitar, dan pemberdayaan akan kesadaran ini
dapat melalui upaya pendidikan, kampanye, atau aksi-aksi sosial lainnya. Salah satu faktor
pendukung integrasi nasional yakni sifat gotong-royong serta mengutamakan kepentingan publik
daripada kepentingan seorang individu, dimana kepentingan bersama dapat menekan timbulnya
ATHG di tengah-tengah masyarakat.
SUMBER / REFERENSI :
Indrawati, Agung Yudhistira Nugroho. (2018). Penerapan Prinsip Politik Luar Negeri Indonesia
Melalui Diplomasi Maritim. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional. DOI:
http://dx.doi.org/10.19166/verity.v10i20.1462.
Adi Prayetno. (2015). Kerja Sama Komunitas Asean 2015 Dalam Menghadapi ATHG (Ancaman,
Tantangan, Hambatan Dan Ganguan). Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Terbuka, Utcc, 26 Agustus 2015.
Irianto, Agus Maladi. (2013). Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme Di Indonesia.
Staf Pengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro : Semarang.
Dahlan, Muhammad & Liemanto, Airin. (2017). Perlindungan Hukum Atas Hak Konstitusional
Para Penganut Agama-Agama Lokal Di Indonesia. Jurnal Arena Hukum. 10. 20-39.
10.21776/ub.arenahukum.2017.01001.2.
Nurdin Turbaka. 2018. Kelaparan di Komunitas Mausu Ane di Maluku, Tiga Warga Tewas.
https://www.mongabay.co.id/2018/07/24/kelaparan-di-komunitas-mausu-ane-di-
maluku-tiga-warga-tewas/