Anda di halaman 1dari 11

Nama: Revi Azriel Gunawan

NIM: 044827055
MK: PKN

Tugas.1
Tugas Tutorial 1 ini berkaitan dengan Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan, Wawasan
Nusantara dan Geopolitik Indonesia, serta Ketahanan Nasional dan Geostrategi Indonesia
Petunjuk mengerjakan tugas:
Panjang jawaban per soal antara 500 – 700 kata.
Tugas ditulis menggunakan font Time New Roman, ukuran 12 pts, dengan spasi 1.5.
Mahasiswa diharapkan menjunjung tinggi integritas akademik dengan menghindari perilaku
plagiarisme dalam bentuk apapun.
Mahasiswa dipersilakan untuk menggunakan teori-teori yang terdapat di dalam BMP MKDU
4111 Pendidikan Kewarganegaraan, dan mengaitkannya kondisi di masyarakat.
Kriteria penilaian dalam tugas ini adalah:
Mengerjakan tugas dengan berdasar pada BMP MKDU 4111 Pendidikan Kewarganegaraan;
Berdasarkan analisis persoalan yang terjadi di masyarakat.
Menjawab pertanyaan berdasarkan analisis/kalimat sendiri.;
Mencantumkan sumber referensi (sumber referensi yang diperbolehkan adalah dari BMP, buku
penunjan lainnya, jurnal, berita elektronik maupun cetak);
Copy paste tidak akan diberikan penilaian.
Selamat mengerjakan tugas, perhatikan batas waktu pengiriman tugas, pastikan bahwa tugas
anda sudah tersubmitted, dan file tugas dalam bentuk doc/docx hanya diunggah pada tempat
unggah tugas pada Tuton ini.
Soal 1 (Skor 25)
Dalam buku yang berjudul “Diplomasi Indonesia dan Pembangunan Konektivitas
Maritim (2018), Indonesia berada di dalam garis equator yang berada di antara dua benua
yaitu Benua Asia dan Australia, serta berada di antara samudra Hindia dan Pasifik.
Indonesia tengah berupaya untuk memanfaatkan posisi tersebut untuk menjadi poros
maritime dunia. Lakukanlah analisis terkait pentingnya posisi geografis Indonesia baik di
tingkat ASEAN maupun dunia!
(Petunjuk: silahkan baca dan pahami terleih dahulu tentang posisi geografis Indonesia
yang ada di dalam BMP MKDU4111}

Jawaban :
Berdasarkan buku yang berjudul ‘’Diplomasi Indonesia dan Pembangunan Konektivitas
Maritim’’ oleh Humphrey (2018) menyebutkan bahwa konseptualisasi poros maritim yakni
gagasan strategi untuk menciptakan konektivitas atau hubungan antar pulau melalui berbagai
perbaikan teknologi seperti transportasi laut. Sedangkan secara geografis, Indonesia merupakan
negara yang diapit oleh benua Asia dan Australia serta samudra Hindia dan Pasifik, tentu hal ini
dapat mempengaruhi aspek politik luar negeri yang dianut oleh Indonesia. Karena adanya posisi
silang ini, maka membuka peluang besar bagi Indonesia untuk dilewati negara luar dalam jalur
perdagangannya, sehingga untuk memanfaatkan momentum ini, maka politik Internasional yang
dianut oleh Indonesia harus bersifat senetral mungkin.
Pengertian Politik Luar Negeri Republik Indonesia dapat ditemui dalam Pasal 1 ayat 2
Undang-Undang No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri yang menjelaskan bahwa
Politik Luar Negeri Indonesia adalah merupakan suatu kebijakan, sikap, dan langkah
Pemerintahan Republik Indonesia yang diambil dalam melakukan hubungan dengan negara lain,
organisasi internasional, dan subyek hukum internasional lainnya dalam rangka menghadapi
masalah internasional guna mencapai tujuan nasional (Indrawati, 2018). Sedangkan prinsip-
prinsip dari politik Luar Negeri yang dianut oleh Republik Indonesia yakni bebas dan aktif.
Bebas, mengartikan bahwa kebijakan luar negeri yang dianut oleh Republik Indonesia
merupakan politik yang Independen, yakni Indonesia tidak berpihak pada kekuatan dunia.
Sedangkan makna dari prinsip politik luar negeri yang aktif, yakni Indonesia tidak
mempertahankan sikap pasif atau reaktif terhadap isu-isu internasional, akan tetapi lebih aktif
dalam mencari partisipasi untuk penyelesaiannya.
Berkenaan dengan urgensi Indonesia secara letak geografis yang cukup potensial dalam
menjembatani dirinya sebagai poros maritim, maka sebagai negara berpolitik luar negeri bebas
aktif yang mendukung gagasan Non Aligment Movement atau Gerakan Non-Blok, maka di
tingkat ASEAN, Indonesia dapat berkontribusi secara aktif dalam kerangka kerja komunitas
perekonomian ASEAN atau ASEAN Economic Community (AEC) 2025, yang memiliki dua
studi yaitu terkait Lembaga Penelitian Ekonomi untuk ASEAN dan Asia Timur (ERIA), dan
pengelolaan Sekolah Studi Internasional (RSIS) dan Studi Institut Asia Tenggara (ISEAS) serta
masukan dari pemangku. Kemudian, poros maritim yang dimanfaatkan untuk perekonomian ini,
dapat menunjang kebutuhan erdagangan dalam layanan dengan tujuannya adalah untuk lebih
memperluas dan memperdalam integrasi layanan ASEAN serta integrasi ASEAN ke dalam rantai
pasokan global serta meningkatkan daya saing Negara Anggota ASEAN, sehingga Indonesia
dapat memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi dalam negeri. Sehingga untuk mewujudkan
program ini, maka ASEAN harus menciptakan jaringan, kompetitif, inovatif, dan sangat
terintegrasi dengan baik, yang mana meskipun pintu utamanya yakni keterlibatan ekonomi karna
poros maritim menjembatani jalur dagang yang potensial, namun adanya sinergisitas geostrategi
ini turut menciptakan peluang-peluang baru bagi Indonesia untuk bekerjasama dan melakukan
berbagai kolaborasi dengan negara-negara ASEAN pada sektor budaya, sosial, pendidikan,
kemiliteran dan pertahanan, kesehatan, dll.
Di satu sisi, adanya letak poros maritim ini, juga memberikan keleluasaan bagi Indonesia
untuk memanfaatkan jalur sutera atau One Belt One Road China untuk sampai ke benua Eropa
dan Amerika. Dimana karna adanya kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah, dapat
membuat Indonesia memiliki potensi besar untuk melebarkan skema ekspor-impor ke Uni Eropa
dan pasar internasional lainnya. Selain perihal ekonomi, hal demikian juga dapat membuka
peluang adanya kerjasama Indonesia bersama organisasi-organisasi internasional di bawah
naungan PBB seperti WHO, UNICEF, ILO, dll dalam menciptakan perdamaian dunia, terlebih
karna politik luar negeri dari Indonesia yang tidak memihak negara Blok.

Soal 2 (Skor 25)


Sebagai warga negara Indonesia kita harus bisa ikut berpatisipasi secara aktif
dalam melindungi berbagai bentuk Ancaman, Tantangan, Hambatan, dan Gangguan
(ATHG) agar dapat mewujudkan ketahanan nasional. Gangguan tersebut bisa berasal dari
dalam dan luar negeri serta bisa berupa fisik dan non fisik. Uraikan peran Anda sebagai
mahasiswa agar dapat melindungi Negara Kesatuan Republik Indonesia dari (ATHG) baik
yang berasal dari dalam dan luar negeri serta berupa fisik dan non fisik!
(Petunjuk: silahkan baca dan pahami terlbih dahulu tentang landasan, dan asas
Ketahanan Nasional yang ada di BMP MKDU4111)
Jawaban :
Ancaman, Tantangan, Hambatan, dan Gangguan (ATHG) dari dalam maupun luar negeri
baik berupa fisik dan non fisik, yakni dapat menjadi isu utama dalam keretakan persatuan dan
kesatuan nasional, dan juga integrasi nasional maupun NKRI. Contohnya kasus ATHG dalam
negeri secara non fisik, seperti kelaparan di Maluku pada tahun 2018 lalu, dimana pada dasarnya,
Geopolitik dan Geostrategi menjelaskan fokus geografis kebijakan suatu negara, serta di mana
suatu negara mengarahkan kekuatannya. Konsep tersebut bersifat deskriptif dan bukan normatif
karena memang tidak mengusulkan di mana suatu negara harus mengarahkan perhatian dan
kekuatan proyeknya terhadap pemerataan pembangunan. Ancaman kemiskinan dan kelaparan
untuk wilayah terpencil seperti Maluku merupakan permasalahan yang penting bagi negara
Indonesia yang merupakan negara kepulauan (Nusantara). Menurut sumber daring online yang
terampir, tantangan Indonesia kini yaitu mengenai keadaan kemakmuran serta kesejahteraan
rakyat-rakyat di daerah perbatasan khususnya di kawasan Mausu Ane, Maluku Tengah, pada
pertengahan 2018 lalu terdapat isu dan permasalahan kelaparan dikarenakan tidak adanya
sumber pangan serta minimnya infrastruktur dan teknologi yang menunjang pertanian dan
dimensi perekonomian mereka. Kasus tersebut terdata bahwa terdapat 3 orang Suku Mausu Ane
Negeri Maneo Rendah di pedalaman Gunung Murkele, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku,
meninggal dunia karena kelaparan. Hambatan pada kasus ini yaitu, suku yang berada di kawasan
tersebut memang hidup berpindah-pindah sehingga memicu kesulitan pemerintah untuk
memberikan akses bantuan. Sedangkan gangguan berkenaan dengan adanya ketidaksesuaian
persepsi pemerintah dalam memajukan peradaban masyarakat Maluku dengan adat serta budaya
yang sudah termaktub pada Suku Mausu Ane, sehingga menyulitkan pemerintah untuk
memberikan pendekatan teknologi dengan kehidupan yang mengikuti perkembangan jaman.
Resolusi dari permasalahan ATHG ini menurut aspek geopolitik, yakni melibatkan peran
infrastruktur penting guna menghubungkan berbagai pusat kegiatan ekonomi dengan daerah
penyangganya. Sehingga pemerintah Indonesia harus meminimalisir politik sinergis yang
menginginkan Jawa-sentris, atau pembangunan yang hanya ada di wilayah Jawa. Geopolitik
masa kini harus diiringi dengan geostrategi akan pembangunan infrastruktur di daerah-daerah
terpencil yang sulit dijangkau, yangbiasanya penduduknya hidup dalam kemiskinan dan
terisolasi dari gerak maju pembanguan di pusat pertumbuhan terdekat sekalipun. Dengan kendala
kondisi geografi yang sedemikian itu, kaum petani di daerah-daerah terpencil sulit memasarkan
hasil pertaniannya. Sedangkan geopolitik dari kepemimpinan Jokowi saat ini dikenal sangat
berani dalam membuat keputusan yang fenomenal dan berisiko. Kebijakan geopolitik Jokowi-JK
pada periode pertama tahun 2014-2019 lalu, yaitu berkenaan dengan untuk mencabut subsidi
bahan bakar untuk premium dan pencabutan subsidi listrik untuk beberapa kelas pelanggan dapat
dialokasikan untuk penduduk di pulau-pulau terpencil seperti Maluku. Kebijakan geopolitik ini
diupayakan untuk meminimalisir adanya kasus disintegrasi sebagai bentuk protes masyarakat di
daerah serta pulau terpencil untuk memisahkan diri dan menjadi ancaman bagi NKRI.
Sedangkan kedudukan saya sebagai mahasiswi dalam peranannya meminimalisir kasus
ATHG ini, yaitu bersama-sama mengisi kekosongan dari pembangunan yang ada, dengan
bertekad melakukan pengabdian masyarakat di wilayah-wilayah terpencil pada Indonesia bagian
Timur, termasuk Maluku dengan berbagai program yang dapat meningkatkan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) setempat seperti program perpustakaan gratis, program kesehatan
gratis, konsultasi gizi, pengadaan sumbangsih dari teman-teman mahasiswa di Jawa, dll. Dengan
ini, maka ATHG dalam negeri yang sifatnya non-fisik dapat memperoleh manajemen resolusi
yang komprehensif, mengetahui bahwa dengan adanya peningkatan kesejahteraan kehidupan
para masyarakat Maluku, maka akan semakin meningkatkan rasa nasionalisme mereka terhadap
negaranya serta mencegah timbulnya kasus-kasus kriminalitas dan ekslusi sosial yang
merajalela, dan hal demikian dapat memotivasi semangat juang mereka dalam membangun
negeri.

Soal 3 (Skor 25)


Upaya pembangunan integrasi nasional selalu mendapat Ancaman, Tantangan,
Hambatan, dan Gangguan atau yang disingkat dengan ATHG. Hal tersebut dapat
memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa yang bisa berasal dari dalam dan luar
negeri serta bisa berupa fisik dan nonfisik. Lakukanlah analisis penyebab munculnya
ATHG yang bisa memecah belah NKRI!
(Petunjuk: baca dan pahami terlebih dahulu tentang ketahanan nasional Indonesia yang
ada di dalam BMP MKDU4111)
Jawaban :
Ketahanan Nasional merupakan suatu istilah mengenai konsep yang tidak menyerah dan
berjuang terhadap penguasaan serta harkat. Ketahanan Nasional berhubungan dengan ketahanan
yang memiliki arti mekanisme kuat, teguh, ulet, dan tangguh dalam rangka kesadaran, sedang
pengertian dari nasional adalah penduduk yang tinggal disuatu wilayah dan berdaulat. Pada
konsepsi ketahanan nasional, keuletan dan ketangguhan yang bersifat simultan tersebut
menghasilkan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional yang lebih besar. Namun,
lawan dalam mewujudkan ketahanan nasional yaitu dapat berasal dari faktor internal dan
eksternal serta secara langsung maupun tidak langsung dengan klasifikasi yaitu ATHG
(Ancaman, Tantangan, Hambatan, dan Gangguan). Sehingga apabila kekuatan nasional tidak
sepadan dengan lawan ATHG (Ancaman, Tantangan, Hambatan, dan Gangguan), maka dapat
merusak integritas dan identitas bangsa, kelangsungan hidup rakyat, serta perjuangan rakyat
dalam mengejar tujuan negara seakan sia-sia (Adi, 2015). Penyebab dari munculnya Ancaman,
Tantangan, Hambatan, dan Gangguan (ATHG) dalam tatanan sosial kehidupan masyarakat, yakni
ketika rasa nasionalisme tergerus oleh budaya barat, dan adanya kelemahan ketahanan nasional
dari kepemilikan peralatan dan kualitas militer negara dalam menjaga kedaulatan negara, serta
tidak adekuatnya penatalaksanaan hukum dan politik bagi rakyat dan bagi pejabat, yang mana
hal demikian dapat menghasilkan ketidaksesuaian visi dan misi dalam kehidupan bernegara,
serta kurangnya rasa toleransi dan pengamalan Pancasila serta wawasan nusantara terkait
Kebhinekaan Tunggal Ika. Apabila dianalisa, ketahanan nasional akan stabilitas dan keamanan
negara memiliki konsep uletnya pemerintah serta rakyat mengakomodasi perdamaian negara,
namun lawan yang ada yaitu ancaman akan disentegrasi, kemudian tantangan akan
multikulturalisme, serta hambatan adanya doktrin dan pemikiran radikalisme serta unsur
intoleransi kepada pihak minoritas terhadap mayoritas, contoh dari skema penyebab ATHG ini
akan saya contohkan dengan adanya kasus ATHG dalam negeri secara fisik mengenai gangguan
berupa terorisme seperti aksi disintegrasi yang sempat mencuat di tahun 2019 lalu dan menjadi
ancaman stabilitas ketahanan dan keamanan negara Indonesia. Salah satu kasus di tahun 2019
tersebut yakni terkait disintegrasi Aceh dan juga Papua. Pada berita oleh Detik News (2019),
disebutkan bahwa tindakan OPM (Organisasi Papua Merdeka) yang turut menuai konflik tindak
kekerasan terhadap para militer maupun aparat yang bertugas di Papua, khususnya di wilayah
Nduga. Sedangkan berita tersebut memberikan gagasan bahwa kasus disintegrasi Papua
bukanlah hal yang baru pada permasalahan stabilitas keamanan Indonesia, karena pada dasarnya
kasus serupa juga pernah dialami oleh GAM (Gerakan Aceh Merdeka) yang menginginkan
pemisahan pemerintahan Aceh dengan Indonesia karena permasalahan pemerintahan serta
identitas agama yang dinilai tidak sesuai dengan pemerintahan yang ada. Kasus disintegrasi
seperti ini yakni menjelaskan bahwa ATHG dapat timbul karna adanya kesalahan yang berkaitan
dengan keutuhan NKRI dan wawasan nusantara. Jenis disintegrasi pada pemberitaan tersebut
masuk dalam kategori integrasi nasional politis, karena mendeklarasikan bentuk pemerintahan
baru karena ketidaksesuaiannya kebijakan maupun regulasi hukum dengan pemerintahan pusat
(Indonesia) akibat tumpang tindih kebijakan bagi rakyat dan kebijakan bagi pejabat. Penyebab
utama adanya disintegrasi oleh Papua maupun Aceh tersebut diawali oleh ketidaksesuaian
regulasi dan kebijakan dari pusat yang dirasa tidak adil oleh pemerintah maupun hukum adat
setempat. Selain itu, kasus lainnya yang juga serupa namun lebih merujuk kepada Kebhinekaan
yaitu maraknya kasus bom bunuh diri seperti yang terjadi di Surabaya dan Sibolga, yang turut
menjadikan banyaknya masyarakat Papua yang dominan beragama non-Islam menjadi merasa
diminoritaskan, dengan demikian dapat ditelaah bahwa ATHG dapat timbul ketika terjadi krisis
pengalaman Pancasila sebagai ideologi bangsa untuk memupuk rasa Bhineka Tunggal Ika di
antara masyarakat.
Soal 4 (Skor 25)
Pancasila merupakan dasar dan ideologi bangsa Indonesia yang menjadikan
pedoman untuk hidup berbangsa dan bernegara. Kondisi sekarang ini banyak teradapat
Ancaman, Tantangan, hambatan dan Gangguan (ATHG) yang dapat merusak ketahanan
nasional, sehingga Pancasila seharusnya dinternalisasikan bukan hanya sekedar
dihafalkan supaya ketahanan nasional negara Indoneisa menjadi kokoh. Lakukanlah
telaah bagaimana cara memperkuat ideologi Pancasila sebagai usaha untuk memperkuat
wawasan ideologi Indonesia terkait dengan pembinaan ketahanan nasional!
(Petunjuk: silahkan baca dan pahami terlbih dahulu tentang ketahanan nasional yang ada
di dalam modul MKDU4111)
Jawaban :
Terkait fenomena yang menjadi ancaman dengan gugatan realitas perbedaan serta
Kebhinekaan di Indonesia memang pada dasarnya merupakan sebuah kasus yang sangat penting
karena dapat memicu adanya disintegrasi atau perpecahan bangsa yang dapat berdampak pada
risiko stabilitas ketahanan nasional. Menurut Irianto (2013), model integrasi nasional, dapat
dianalisis dari hubungan-hubungan sosial melalui interaksi sosial dalam konteks politik,
ekonomi, dan kultural serta agama, yang dapat dilakukan melalui pendekatan kesadaran atas
pengalaman ideologi Pancasila (Irianto, 2013). Menurut analisis saya, integrasi nasional sebagai
suatu kesadaran dan bentuk pergaulan yang menyebabkan berbagai kelompok dengan identitas
masing-masing merasa dirinya sebagai satu kesatuan yakni bangsa Indonesia, yang memiliki
ideologi dimana ketuhanan dapat mengalahkan fenomena radikalime dan unsur-unsur konflik
ATHG di tengah-tengah masyarakat.

Keyakinan akan Pancasila sebagai ideologi negara yaitu berkenaan dengan memaknai
sila-sila yang terkandung dalam Pancasila, serta mampu mengamalkannya dalam segala aspek
kehidupan bernegara. Pancasila sebagai ideologi negara memiliki pengertian bahwa pancasila
layak untuk dijadikan indikator pandangan hidup. Berdasarkan nilai ketuhanan dalam sila
pertama Pancasila berkenaan dengan mengadaptasikan kesadaran dan permintaan untuk
kehidupan yang penuh kedamaian, kemakmuran dan lingkungan yang baik serta peradaban yang
makmur dengan keyakinan ketuhanan. Hal tersebut sangatlah diperlukan karena perdamaian
diperlukan untuk mengembangkan peradaban manusia. Maka dari itu, ilmu dasar agama sangat
penting untuk mengembangkan pemahaman tentang kesamaan dan menekankan nilai-nilai luhur
dalam setiap agama dengan teologi yang lebih peduli dengan masalah lingkungan sosial, etika,
moral dan masa depan kemanusiaan yang menyoroti kesadaran spiritualitas. Teori pluralitas
agama, budaya, etnisitas dan sebagainya adalah fenomena yang tidak dapat dihindari dalam
masyarakat majemuk atau heterogen. Pada dasarnya pandangan hidup serta gagasan integrasi
dalam keagamaan dan keharmonisan harus selaras Pancasila terutama sila ke-1 dan juga dengan
kebijaksanaan dari kelompok agama maupun masyarakat pada setiap lapisannya. Sila Pertama
pada Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, secara garis besar mengandung makna bahwa
negara melindungi setiap pemeluk agama-agama yang diakui di Indonesia untuk menjalankan
ibadahnya sesuai dengan ajaran agamanya (Dahlan, 2017).

Kemudian, pada sila kedua yaitu contohnya seseorang yang bekerja pada dinas sosial,
akan tergerak hatinya untuk menjunjung tinggi nilai kemanusiaan serta memperlakukan para
kaum inklusi seperti contohnya para penyandang disabilitas, dengan kesetaraan yang sesuai
kaidah hukum dan Hak Asasi Manusia yang berlaku. Sedangkan contoh dari pengamalan sila ke-
3 yaitu kemauan seorang individu untuk bergotong royong membangun infrastruktur serta sarana
desa yang dapat digunakan untuk umum, hal tersebut dapat meningkatkan rasa persatuan.
Sedangkan pengamalan sila ke 4 yaitu berkenaan dengan peristiwa seorang pemimpin yang dapat
memimpin segala kepentingannya dengan bijaksana, serta mengutamakan kepentingan umum
daripada kepentingan pribadi. Untuk pengamalan sila ke-5, ditujukan dalam setiap individu harus
memiliki rasa keadilan dalam memperjuangan mana hal yang benar dan hal yang salah,
contohnya yaitu ketika seseorang yang menjadi saksi tindak kejahatan, ketika ia di pengadilan,
harus memberikan keterangan atau kesaksian yang jujur dan transparansi, karena hasil yang akan
diperoleh dapat mengancam maupun mempertaruhkan kehidupan seseorang. Penerapan wawasan
ideologi pada sila-sila ini, yakni dapat dilakukan dengan sosialisasi dan kampanye mengenai
pengambilan keputusan secara bersama-sama, agar masyarakat sadar hukum dan mengetahui
fenomena yang sedang berlangsung. Publik harus dibiasakan untuk menyadari akan
penyimpangan sosial yang seringkali terjadi di sekitar, dan pemberdayaan akan kesadaran ini
dapat melalui upaya pendidikan, kampanye, atau aksi-aksi sosial lainnya. Salah satu faktor
pendukung integrasi nasional yakni sifat gotong-royong serta mengutamakan kepentingan publik
daripada kepentingan seorang individu, dimana kepentingan bersama dapat menekan timbulnya
ATHG di tengah-tengah masyarakat.

SUMBER / REFERENSI :

Humphrey Wangke. (2018). Diplomasi Indonesia Dan Pembangunan Konektivitas Maritim.


Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ISBN 978-602-433-699-8.
https://berkas.dpr.go.id/puslit/files/buku_tim/buku-tim-public-97.pdf

Indrawati, Agung Yudhistira Nugroho. (2018). Penerapan Prinsip Politik Luar Negeri Indonesia
Melalui Diplomasi Maritim. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional. DOI:
http://dx.doi.org/10.19166/verity.v10i20.1462.

Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). (2015). Asean Economic Community


Blueprint 2025. The ASEAN Secretariat Jakarta, Isbn 978-602-0980-59-1.

Adi Prayetno. (2015). Kerja Sama Komunitas Asean 2015 Dalam Menghadapi ATHG (Ancaman,
Tantangan, Hambatan Dan Ganguan). Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Terbuka, Utcc, 26 Agustus 2015.

Irianto, Agus Maladi. (2013). Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme Di Indonesia.
Staf Pengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro : Semarang.

Dahlan, Muhammad & Liemanto, Airin. (2017). Perlindungan Hukum Atas Hak Konstitusional
Para Penganut Agama-Agama Lokal Di Indonesia. Jurnal Arena Hukum. 10. 20-39.
10.21776/ub.arenahukum.2017.01001.2.

Nurdin Turbaka. 2018. Kelaparan di Komunitas Mausu Ane di Maluku, Tiga Warga Tewas.
https://www.mongabay.co.id/2018/07/24/kelaparan-di-komunitas-mausu-ane-di-
maluku-tiga-warga-tewas/

Detik News. (2019). Berbagai Ancaman Disintegrasi. https://news.detik.com/kolom/d-


4689920/berbagai-ancaman-disintegrasi

Anda mungkin juga menyukai