Anda di halaman 1dari 13

KEKUATAN BHINEKA TUNGGAL IKA

MENGATASI PROBLEMATIKA DAERAH PERBATASAN NKRI


===============================================================
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis
pantai sekitar 81.900 kilometer dan memiliki wilayah
perbatasan dengan banyak negara baik perbatasan darat
(kontinen) maupun laut (maritim). Batas darat wilayah Republik
Indonesia berbatasan langsung dengan negara-negara
Malaysia, Papua Nugini dan Timor Leste. Sedangkan wilayah
laut Indonesia berbatasan dengan 10 negara, yaitu India,
Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Republik Palau,
Australia, Timor Leste dan Papua Nugini. Wilayah perbatasan
laut pada umumnya berupa pulau- pulau terluar yang
jumlahnya 92 pulau dan termasuk pulau-pulau kecil.
Sebelah utara Indonesia berbatasan dengan Malaysia
yang berupa daratan di Pulau Kalimantan, tepatnya di
Kalimantan Barat dan Timur. Selain batas darat, juga
berbatasan laut dengan negara Singapura, Malaysia, Filipina.
Di sebelah timur, berbatasan darat dan laut dengan Papua
Nugini di Pulau Irian Jaya. Sebelah selatan berbatasan darat
dengan Timor Leste di Nusa Tenggara Timur dan berbatasan
laut dengan Australia di Samudra Hindia. Di sebelah barat
berbatasan dengan Samudra Hindia.
Masalah perbatasan wilayah Indonesia bukan lagi
menjadi hal baru saat ini. Sejak Indonesia menjadi negara
yang berdaulat, perbatasan sudah menjadi masalah yang
bahkan belum menemukan titik terang sampai saat ini.
Permasalahan yang paling sering muncul adalah sengketa
perbatasan dengan negara tetangga yang berbatasan

1
langsung dengan wilayah darat maupun wilayah laut Indonesia.
Selain itu, masalah kesejahteraan masyarakat yang bertempat
tinggal di wilayah perbatasan juga perlu diperhatikan. Daerah
perbatasan merupakan pintu masuk suatu negara, oleh sebab
itu diperlukan perhatian lebih. Pembangunan dan juga fasilitas
seperti pendidikan, kesehatan, transportasi, informasi dan
sebagainya harus memadai. Masyarakat di daerah perbatasan
harus lebih diperhatikan kebutuhannya, sehingga mereka tidak
terisolir dari dunia luar.
Untuk menandai wilayah kedaulatan sebuah negara, juga
dibutuhkan tanda batas yang jelas dan permanen. Tanpa
tanda yang jelas, akan timbul permasalahan terutama dengan
negara tetangga yang berbatasan langsung, baik batas darat
maupun laut. Akan muncul kebingungan baik dari masyarakat
dari negera kita dan negera tetangga. Hal ini memungkinkan
terjadinya konflik antara kedua negara. Konflik tersebut bisa
diselesaikan dengan jalan diplomasi. Namun bila tidak
ditemukan pemecahan masalah yang tepat, bukan tidak
mungkin akan menyebabkan timbulnya perang terbuka yang
pasti tidak diharapkan oleh kedua belah pihak.
Namun, kenyataan di lapangan tidaklah sesuai dengan
yang seharusnya. Berbagai masalah timbul karena kurangnya
perhatian dari pemerintah terhadap daerah perbatasan.
Daerah perbatasan seolah dianaktirikan. Kita ambil contoh
daerah perbatasan antara Indonesia dan Malaysia di Pulau
Kalimantan. Banyak permasalah yang timbul di daerah
perbatasan antara negara kita dengan negara tetangga kita
yang sering disebut saudara serumpun tersebut.
Terlepas dari masalah perbatasan seperti yang diuraikan di atas, hal
penting yang juga perlu diperhatikan adalah bagaimana menanamkan
kesadaran yang tinggi terhadap masyarakat Indonesia akan cinta tanah air
dan tetap merasa bangga menjadi bagian dari Indonesia. Lepasnya provinsi
Timor Timur yang kini menjadi negara Timor Leste adalah sebuah pelajaran
yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia agar hal ini tidak terjadi lagi.
2
Indonesia harus lebih mengkampanyekan arti NKRI, Pancasila, Bhineka
Tunggal Ika, serta Sumpah Pemuda dan semangat para pahlawan
Indonesia. Sejarah telah membuktikan bahwa Indonesia yang telah dijajah
ratusan tahun dapat tetap utuh dalam satu kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) dengan dipersatukan oleh Semboyan Bhineka
Tunggal Ika sehingga para penjajah tidak mampu memecah belah
masyarakat Indonesia. Di era globalissai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi, sudah
seharusnya semboyan Bhineka Tunggal Ika semakin dikampanyekan dan
ditanamkan agar semboyan tersebut semakin mendarah daging bagi
masyarakat Indonesia sehingga seluruh masyarakat dan wilayah Indonesia
tetap utuh dan kokoh dalam naungan NKRI. Peristiwa lepasnya Timor Timur
menjadi Negara Timor Leste tidak terulang lagi.

B. Batasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, ada tiga hal utama yang
dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Bagaiamana Kondisi Wilayah Perbatasan Indonesia?????
2. Apa saja masalah yang dihadapi sehubungan dengan perbatasan
Indonesia dengan negara lain????
3. Bagaimana peran Semboyan Bhineka Tunggal Ika dalam
mempertahankan NKRI????

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kondisi Perbatasan Indonesia


Negara kepulauan Indonesia berbatasan langsung
dengan 10 (sepuluh ) negara. Di darat, Indonesia berbatasan
dengan tiga negara, yaitu : (1) Malaysia; (2) Papua New
Guinea ; dan (3) Timor Leste, sedangkan di wilayah laut
Indonesia berbatasan dengan 10 negara, yaitu : (1) India, (2)
Malaysia, (3) Singapura, (4) Thailand, (5) Vietnam, (6) Filipina, (7)
Republik Palau, (8) Australia, (9) Timor Leste dan (10) Papua
Nugini. Perbatasan laut ditandai oleh keberadaan 92 pulau-
pulau terluar yang menjadi lokasi penempatan titik dasar yang
menentukan penentuan garis batas laut wilayah. Sebagian besar
wilayah perbatasan di Indonesia masih dapat digolomngkan
sebagai daerah tertinggal dengan sarana dan prasarana sosial
dan ekonomi yang masih sangat terbatas. Pandangan di masa
lalu bahwadaerah perbatasan merupakan wilayah yang perlu
diawasi secara ketat karena merupakan daerah yang rawan
keamanan telah menjadikan paradigma pembangunan
perbatasan lebih mengutamakan pada pendekatan keamanan
dari pada kesejahteraan. Hal ini menyebabkan wilayah
perbatasan di beberapa daerah menjadi tidak tersentuh oleh
dinamika pembangunan.

1. Kawasan Perbatasan Darat di Pulau Kalimantan


Secara administratif, kawasan perbatasan darat Indonesia-
Malaysia meliputi 2 (dua) provinsi yaitu Provinsi Kalimantan
Barat dan Kalimantan Timur,dan terdiri dari delapan kabupaten,
yaitu Kabupaten Sambas, Bengkayang, Sanggau, Sintang, Kapuas
Hulu (Kalimantan Barat), Malinau, Nunukan, dan Kutai Barat
(Kalimantan Timur). Garis perbatasan darat di PulauKalimantan yang
berbatasan dengan negara bagian Sabah dan Sarawak Malaysia
secara keseluruhan memiliki panjang 1.885,3 km. Jumlah pilar
4
batas – batasyang ada hingga tahun 2007 secara keseluruhan
berjumlah 9.685 buah, terdiri dari pilar batas tipe A sebanyak 4
unit, tipe B sebanyak 18 unit, tipe C sebanyak 225 unit dan tipe
D sebanyak 9438 unit. Kondisi tugu batas pada umumnya masih
memprihatinkan dan jumlahnya masih kurang dibandingkan dengan
panjang garuis perbatasan yang ada. Berdasarkan perjanjian
Lintas Batas antara Indonesia dan Malaysia tahun 2006, secara
keseluruhan telah disepakati sebanyak 18 pintu batas (exit and
entry point) di kawasan ini. Hingga tahun 2007, baru terdapat 2
(dua) pintu batas resmi yaitu di Entikong, di Kabupaten
Sanggau dan Nanga Badau (Kabupaten Kapuas Hulu). Adanya
keterikatan nyata antara kekeluargaan dan suku antara
masyarakat Indonesia dan Malaysia di kawasan ini menyebabkan
terjadinya arus orang dan perdagangan barang yang bersifat
tradisional melalui pintu-pintu perbatasan yang belum resmi. Dari
sisi keamanan, kawasan ini didukung oleh 26 pos pengamanan
perbatasan (Pos Pamtas) yang diisi oleh aparat militer.
Sarana prasarana keamanan dalam jumlah dan kualitas yang
memadai diperlukan, karena kawasan ini dicirikan oleh tingginya
kegiatan-kegiatan ilegal sekitar di garis perbatasan, dalam bentuk
pembalakan liar, penyelundupan barang, tenaga kerja ilegal dan
sebagainya. Potensisumberdaya alam wilayah perbatasan di
Kalimantan cukup besardan bernilai ekonomi sangat tinggi, terdiri
dari hutan produksi (konversi), hutan lindung, taman nasional,
dan danau alam, yang semuanya dapat dikembangkan menjadi
daerah wisata alam (ekowisata). Beberapa areal hutan tertentu
yang telah dikonversi tersebut telah berubah fungsi menjadi
kawasan perkebunan yang dilakukan oleh beberapa perusahaan
swasta nasional maupun yang bekerjasama dengan perkebunan
asing yang umumnya berasal Malaysia. Namun demikian secara
umum infrastruktur sosialekonomi di kawasan ini, baik dalam
aspek pendidikan,kesehatan, maupun saranaprasarana penunjang
wilayah,masihmemerlukan banyak peningkatan.

5
2. Kawasan perbatasan Darat di Papua
Secara administratif, kawasan perbatasan darat di Papua
berada di Provinsi Papua, terdiri dari lima kabupaten/kota yaitu:
(1) Kota Jayapura (2) Kabupaten Keerom, (3) Kabupaten
Pegunungan Bintang, (4) Kabupaten Boven Digoel dan (5)
Kabupaten Marauke. Garis Perbatasan darat di Papua yang
berbatasan dengan PNG secara keseluruhan memiliki panjang
760 kilometer, memanjang dari Skouw, Jayapura di sebelah utara
sampai muara sungai Bensbach,Merauke di sebelah Selatan. Garis
batas ini ditetapkan melalui perjanjian antara Pemerintah Belanda
dan Inggris pada pada tanggal 16 Mei 1895. Jumlah pilar batas di
wilayah perbatasan Papua yang terbentang dari utara di Jayapura
sampai ke bagian selatan di wilayah Marauke sangat terbatas
dan dengan kondisinya sangat memprihatinkan. Jumlah tugu
utama (MM) yang tersedia hanya 52 buah, sedangkan tugu
perapatan sejumlah 1792 buah.
Kawasan ini juga dicirikan oleh adanya keterikatan
kekeluargaan dan suku antara masyarakat Indonesia dan PNG
yang menyebabkan terjadinya arus orang dan perdagangan barang
yang bersifat tradisional melalui pintu-pintu perbatasanyang belum
resmi. Namun demikian, hingga tahun 2007, pintu/pos perbatasan
resmi hanya terdapat di Skouw, Distrik Muara Tami (Kota Jayapura)
dan di Distrik Sota (Kabupaten Merauke). Kawasan perbatasan di
Papua terdiri dari areal hutan, baik hutan konversi maupun
hutan lindung dan taman nasional. Secara fisik sebagian
besar wilayah perbatasan di Papua terdiri dari pegunungan
dan bukit-bukit yang sulit dijangkau dengan sarana
perhubungan roda empat dan roda dua, satu satunya sarana
perhubunganyang dapat menjangkau adalahdengan pesawatudara
atau helikopter. Meski demikian, jika dibandingkan dengan PNG,
kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia di kawasan
perbatasan masih relatif lebih baik.

6
3. Kawasan Perbatasan Darat di Nusa Tenggara Timur
Kawasan Perbatasan Negara dengan Negara Timor
Leste di NTTmerupakan wilayah Perbatasan Negara yang
terbaru mengingat Timor Leste merupakan negara yang baru
terbentuk dan sebelumnya adalah merupakan salah satu dari
propinsi di Indonesia. Panjang garis perbatasan darat Provinsi
Nusa Tenggara Timur dengan Timor Leste adalah 268,8
kilometer. Khusus perbatasan pada wilayah enclave Oekusi
dimana sesuai dengan perjanjian antara pemerintah Kolonial
Belanda dan Portugis tanggal 1 Oktober 1904 perbatasan
antara Oekusi–Ambeno wilayah Timor-Timur dengan Timor Barat
dimulai dari Noel Besi sampai muara sungai (Thalueg) dengan
panjang119,7 kilometer.
Perbatasan dengan Australia terletak di dua kabupaten
yaitu Kupang dan Rote Ndao yang umumnya adalah wilayah
perairan laut Timor dan khususnya di Pulau Sabu. Kondisi wilayah
perbatasan di Nusa Tenggara Timur, secara umum masih belum
berkembang dengan sarana dan prasarananya yangmasih bersifat
daruratdan sementara. Meskipun demikian relatif lebih baik
dibandingkan dengan di wilayah Timor Leste. Di wilayah
perbatasan ini sudah berlangsung kegiatan perdagangan barang
dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat Timor Leste dengan
nilai jual yang relatif lebih tinggi.
4. Kawasan Perbatasan Laut dan Pulau-Pulau Kecil Terluar
Kondisi perbatasan laut yang terdiri dari wilayah laut yang
berbatasan dengan negara lain beserta 92 pulau- pulau kecil
terluar sebagai lokasi titik pangkal hingga saat ini masih
memerlukan perhatian khusus. 92 Pulau Kecil Terluar ini
tersebar di 19 Provinsi, dan 40 Kabupaten. Masih banyak segmen
garis-garis batas laut yang belum disepakati antara RI dengan
negara tetangga, baik batas landas kontinen, bataslaut teritorial,
maupun ZEE . Hal ini berpotensi menjadi akar sengketa
ekonomi dan kedaulatan dengan negara tetangga jika tidak
dikelola dengan baik.
7
B. Berbagai Masalah di Perbatasan Indonesia
Wilayah Indonesia yang luas dengan berbagai kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya merupakan salah satu modal pembangunan yang
terbesar bagi bangsa Indonesia. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa keadaan
alam Indonesia selain memberi keuntungan dan manfaat yang besar bagi
Indonesia, juga dapat mengalami masalah dengan perbatasan dengan negara
lain. Masalah yang berhubungan dengan perbatasan Indonesia dengan negara
lain diuraikan pada tabel berikut ini.
Negara
No Permasalahan Penyelesaian
Lain
1 Kasus Malaysia Melakukan pertemuan
Ambalat liberal guna
membahas masalah
dengan perundingan,
dan memutuskan
Pulau Ambalat tetap
sebagai wlayah NKRI
2 Kasus Malaysia Melalui pertemuan
Wilayah Indonesia –
Camar Bulan Malaysia di
dan Tanjung Semarang pada
Datuk tahun 1978,
memutuskan
wilayah Camar
Bulan dan Tanjung
Datuk menjadi
bagian dari wilayah
Malaysia
3 Kasus Pulau Singapura Melakukan klarifikasi
Simakau bahwa pulau yang
dimaksud adalah pulau
Simakau milik
Singapura. Jadi,
terdapat dua pulau
yang bernama sama
yang dimiliki Indonesia
dan Singapura
4 Kasus Pulau Timor Pemangku adat antara
Batik Leste wilayah Perbatasan
Amyoung dan Ambenu,
ingin menyelesaikan
titik batas dan
meminta izin

8
pemerintah pusat
untuk memfasilitasi
tersebut. Kedua
Negara belum
diperbolehkan
beraktivitas di daerah
perbatasan tersebut
5 Kasus Pulau Filiphina Dinyatakan lebih lanjut
Miangas dalam protocol
perjanjian ekstradisi
Indonesia – Filiphina
mengenai defisi wilayah
Indonesia yang
menegaskan Pulau
Miangas adalah Milik
Indonesia atas dasar
putusan Mahkamah
Arbitrase Internasional
4 April 1928
6 Kasus Pulau Nipa Singapur Kementrian Pertahanan
a Mengkampanyekan
Untuk Mereklamasi
Pulau Nipa karena pada
tahun 2004 sampai 2008
penduduk menjual pasir
pantai Pulau Nipa
kepada Singapura.
Langkah KemHan ini
menghabiskan dana
lebih dari 300 Milyar
Rupiah.
Sumber : Diolah dari berbagai sumber.

C. Peran Semboyan Bhineka Tunggal Ika Menjaga Keutuhan NKRI


Bhineka Tunggal Ika diterjemahkan per patah kata, kata
bhinneka berarti "beraneka ragam" atau berbeda-beda. Kata
neka dalam bahasa Sanskerta berarti "macam" dan
menjadi pembentuk kata "aneka" dalam Bahasa Indonesia.
Kata tunggal berarti "satu". Kata ika berarti "itu". Secara
harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu
Itu", yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada
hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan.
Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan

9
dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa
daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.
Awalnya, semboyan yang dijadikan semboyan resmi
Negara Indonesia sangat panjang, yaitu Bhineka Tunggal
Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa. Semboyan Bhineka
Tunggal Ika dikenal untuk pertama kalinya pada masa
Majapahit era kepemimpinan Wisnuwardhana. Perumusan
semboyan Bhineka Tunggal Ika ini dilakukan oleh Mpu
Tantular dalam kitab Sutasoma. Perumusan semboyan ini
pada dasarnya merupakan pernyataan kreatif dalam usaha
mengatasi keanekaragaman kepercayaan dan keagamaan.
Hal itu dilakukan sehubungan usaha bina Negara kerajaan
Majapahit saat itu. Semboyan Negara Indonesia ini telah
memberikan nilai- nilai inspiratif terhadap sistem
pemerintahan pada masa kemerdekaan. Bhineka Tunggal
Ika pun telah menumbuhkan semangat persatuan dan
kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam kitab
Sutasoma, definisi Bhineka Tunggal Ika lebih ditekankan
pada perbedaan dalam hal kepercayaan dan
keanekaragaman agama yang ada di kalangan
masyarakat Majapahit. Namun, sebagai semboyan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, konsep Bhineka
Tungggal Ika bukan hanya perbedaan agama dan
kepercayaan menjadi fokus, tapi pengertiannya lebih luas.
Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan Negara memiliki
cakupan lebih luas, seperti perbedaan suku, bangsa,
budaya (adat istiadat), beda pulau, dan tentunya agama
dan kepercayaan yang menuju persatuan dan kesatuan
Nusantara.

10
1. Penetapan Lambang Bhineka Tunggal Ika sebagai Pilar Bangsa
Indonesia
Pada tahun 1951, sekitar 600 tahun setelah pertama
kali semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang diungkap oleh
Mpu Tantular, ditetapkan oleh pemerintah Indonesia
sebagai semboyan resmi Negara Republik Indonesia
dengan Peraturan Pemerintah No.66 tahun 1951.
Peraturan Pemerintah tersebut menentukan bahwa sejak
17 Agustus 1950, Bhinneka Tunggal Ika ditetapkan
sebagai seboyan yang terdapat dalam Lambang Negara
Republik Indonesia, “Garuda Pancasila.” Kata “bhinna
ika,” kemudian dirangkai menjadi satu kata “bhinneka”.
Pada perubahan UUD 1945 yang kedua, Bhinneka Tunggal
Ika dikukuhkan sebagai semboyan resmi yang terdapat
dalam Lambang Negara, dan tercantum dalam pasal 36a
UUD 1945 yang menyebutkan: ”Lambang Negara ialah
Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal
Ika”. Dengan demikian, Bhinneka Tunggal Ika
merupakan semboyan yang merupakan kesepakatan
bangsa, yang ditetapkan dalam UUDnya. Oleh karena itu
untuk dapat dijadikan acuan secara tepat dalam hidup
berbangsa dan bernegara, makna Bhinneka Tunggal Ika
perlu difahami secara tepat dan benar untuk selanjutnya
difahami bagaimana cara untuk mengimplementasikan
secara tepat dan benar pula.

2. Menajaga Keutuhan NKRI


Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 menandai
lahirnya bangsa Indonesia. Sejak saat itu, Indonesia
menjadi negara yang berdaulat dan berhak untuk
mementukan nasib dan tujuannya sendiri. Bentuk negara
yang dipilih oleh para pendiri bangsa adalah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Meski dalam perjalanan
sejarah ada upaya untuk menggantikan bentuk
11
negara, tetapi upaya itu tidak bertahan lama dan
selalu digagalkan oleh rakyat dengan semangat Bhineka
Tunggal Ika. Misalnya, ada upaya untuk menggantikan
bentuk negara menjadi Indonesia Serikat. Tetapi upaya
untuk menggantikan bentuk negara itu segera berlalu.
Indonesia kembali kepada negara kesatuan. Hingga saat
ini negara kesatuan itu tetap dipertahankan. Sebagai
generasi penerus bangsa dan juga sebagai peserta didik
kita merasa terpanggil untuk turut serta dalam usaha
membela negara.
Bangsa Indonesia terus bergerak maju dan terus
melintasi sejarah. Berbagai kemajuan dan perkembangan
terus dinikmati oleh rakyat. Tetapi ancaman terhadap
kedaulatan dan keharmonisan bangsa dan negara
masih terus terjadi, meskipun intesitasnya kecil.
Ancaman-ancaman itu meskipun dalam intesitas yang
kecil tapi jauh lebih rumit. Ancaman-ancaman itu dapat
dikelompokkan menjadi dua bagaian, yaitu ancaman yang
dating dari luar negeri dan ancaman dari dalam negeri. Era
globalisasi yang ditandai dengan perkembangan kemajuan
ilmu pengetahuan, teknologi, komunikasi, dan informasi
telah mendorong perubahan dalam aspek kehidupan
manusia, baik pada tingkat individu, tingkat kelompok,
maupun tingkat nasional. Untuk menghadapi era
globalisasi agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin
dan ditangkap secara tepat, kita memerlukan
perencanaan yang matang diantaranya adalah:
a. Kesiapan SDM, terutama kesiapan dengan pengetahuan
yang dimiliki dan kemampuannya.
b. Kesiapan sosial budaya untuk terciptanya suasana yang
kompetitif dalam berbagai sektor kehidupan.
c. Kesiapan keamanan, baik stabilitas politik dalam negeri
maupun luar negeri / regional.
d. Kesiapan perekonomian rakyat.
12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Masalah perbatasan wilayah Indonesia bukan lagi menjadi
hal baru saat ini. Sejak Indonesia menjadi negara yang
berdaulat, perbatasan sudah menjadi masalah yang
bahkan belum menemukan titik terang sampai saat ini.
Permasalahan yang paling sering muncul adalah sengketa
perbatasan dengan negara tetangga yang berbatasan
langsung dengan wilayah darat maupun wilayah laut
Indonesia. Selain itu, masalah kesejahteraan masyarakat
yang bertempat tinggal di wilayah perbatasan juga perlu
diperhatikan.
2. Daerah perbatasan merupakan pintu masuk suatu
negara, oleh sebab itu diperlukan perhatian lebih.
Pembangunan dan juga fasilitas seperti pendidikan,
kesehatan, transportasi, informasi dan sebagainya harus
memadai.
3. Semboyan Bhineka Tunggal Ika dapat menjadi kekuatan yang menjaga
keutuhan NKRI karena dengan semboyan tersebut masyarakat
Indonesia tetap mencintai negara Indonesia dengan segala
kekurangan dan kelebihannya.
B. Saran
1. Masalah perbatasan Indonesia hendaknya disikapi secara bijak dan
bertanggung oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia dengan
semangat Pancasila dan semboyan Bhineka Tunggal Ika sehingga NKRI
tetap utuh dan semakin kuat.
2. Menjaga kesatuan NKRI adalah menjadi tanggung jawab
kita bersama untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan
wilayah NKRI. Bukan hanya menjadi tugas pemerintah
untuk mengatasi persoalan yang ada, tetapi sebagai warga
negara yang baik kita juga wajib ikut andil dalam menjaga
persatuan dan kesatuan negeri kita.

13

Anda mungkin juga menyukai