Anda di halaman 1dari 9

PEMINDAHAN PATOK

Di wilayah perbatasan Kaliamantan dan Malaysia

X MIPA 4-PPKN
Corneius Bryan Nugroho
Patok DiWilayah Perbatasan Kalimantan dan Malaysia.

A). Latar Belakang

Perbatasan negara bagi suatu negara memiliki arti penting selain


menegaskan batas kedaulatan sebuah negara, tetapi juga memiliki
dimensi internasional karena di sana terkandung juga kepentingan-
kepentingan internasional dari suatu negara, mengingat wilayah perbatasan
satu negara akan selalu bersinggungan dengan wilayah perbatasan darat
atau laut negara lain atau perairan internasional. Ini artinya, tidak ada
negara di dunia ini yang hidup terisolir tanpa berbatasan dengan negara lain.

Di kalimantan, perbatasan internasional berada di bagian kalimantan barat, kalimantan


timur, serta di bagian kalimantan utara.
Masalah di perbatasan di kalimantan
(indonesia) - Malaysia yang masih belum
tuntas, karena bisa saja kembali dan
memanas, seperti yang terjadi pada kasus
tanjung barikit, camar bulan dan tanjung
batu.
indonesia dan Malaysia, harus terus berupaya
mencari solusi terbaik bagi penyelesaian
masalah perbatasan,
tidak saja berkenaan dengan persoalan
penegasan batas darat atau laut tetapi
juga berkenaan dengan persoalan-persoalan
lain yang berkaitan dengan -
kawasan perbatasan, jika kedua negara yang bertetangga dekat dan sebagian
masyarakatnya memiliki kesamaan etnik dan budaya ini berkeinginan menjaga
hubungan baik. Kawasan perbatasan negara memiliki potensi dan peluang untuk
berkembang dengan baik, jika berbagai permasalahan yang mewarnai kawasan
perbatasan itu dapat ditangani dan diatasi dengan baik.

Indonesia yang bertetanggan dengan Malaysia di pulau Kalimantan, Harus memahami


berbagai masalah di perbatasan, dan disaat yang sama harus berupaya mengatasi
masalah yang ada.
B). Permasalahan

Permasalahan di perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan perlu dipikirkan secara


serius, terutama di bagian Kalimantan Timur yang masih dihadapkan pada beberapa
permasalahan yang cukup berat, diantaranya meliputi:
 
A. Kualitas SDM belum memadai, pelayanan kesehatan dan pendidikan masih
terbatas, sehingga penduduk setempat tidak kompetitif dengan para pendatang
yang umumnya memiliki keterampilan.
B. Tingkat pengangguran di Kalimantan Timur telah mencapai 7% dari total
angkatan kerja (1.155.770 orang). Pengangguran tersebar di 6 Kabupaten/Kota.
Tertinggi terdapat di 4 Kota masing-masing Balikpapan, Samarinda, Tarakan
dan Bontang.
C. Di Kalimantan Timur juga masih terdapat penduduk miskin sebanyak 328.597
orang atau 12,15% dari total penduduk tahun 2003.
D. Terbatasnya pelayanan jasa transportasi yang disebabkan oleh terbatasnya
infrastruktur jalan, sarana dan prasarana perhubungan darat, laut, dan udara,
serta sarana dan prasarana permukiman.
E. Kerusakan lingkungan hidup, akibat penebangan hutan yang tidak terkendali,
kegiatan pertambangan dan industri yang kurang memperhatikan dampak
lingkungan, kesadaran masyarakat yang kurang peduli terhadap kelestarian
lingkungan, serta lemahnya penegakan hukum terhadap penyebab pencemaran
dan kerusakan lingkungan.
F. Kesenjangan pembangunan daerah perbatasan dengan Malaysia, menimbulkan
kerawanan-kerawanan di bidang sosial ekonomi, keamanan, dan kedaulatan
negara oleh karena terdapat perbedaan yang menyolok dengan daerah
perbatasan wilayah Negara Malaysia. Demikian pula pembangunan daerah
pedalaman yang relatif tertinggal dibandingkan daerah pesisir menimbulkan
kesenjangan antar wilayah.

Sedangkan khusus yang menyangkut kondisi obyektif wilayah perbatasan,


permasalahan yang dihadapi oleh Propinsi Kalimantan Timur antara lain:
A. Rendahnya tingkat ekonomi masyarakat yang berdampak pada tingginya
tingkat kesenjangan wilayah dibandingkan dengan kawasan perbatasan Negara
Tetangga.
B. Terbatasnya sarana dan prasarana dasar, transportasi dan telekomunikasi yang
berdampak pada rendahnya tingkat aksesibilitas serta keterisolasian dari
wilayah sekitarnya.
C. Globalisasi ekonomi dan sistem perdagangan bebas menyebabkan produk-
produk lokal kurang mampu bersaing dengan produk-produk wilayah lainnya.
D. Derajat kesehatan, pendidikan dan keterampilan penduduk umumnya masih
rendah.
E. Pemekaran wilayah belum diikuti dengan dukungan sarana dan prasarana serta
aparatnya.
F. Rawan terhadap disintegrasi bangsa dan pencurian sumberdaya alam yang
berdampak pada kerusakan ekosistem alam dan hilangnya keanekaragaman
hayati.
G. Terancam akan berkurangnya luas wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
H. Dampak eksodus Tenaga Kerja Indonesia yang terusir dari Sabah Malaysia
yang tidak tertangani secara tuntas dapat menimbulkan kerawanan masalah-
masalah sosial.
Dari perkembangan kondisi aktual yang ada di
lapangan, paling tidak terdapat 3 (tiga) issu yang
paling menonjol, yakni:
A. Konflik Perbatasan,
B. Illegal Logging, dan
C. Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

1). Konflik Perbatasan


Sebagaimana diketahui bahwa saat ini telah diberitakan konflik penetapan konsesi
eksplorasi minyak antara Malaysia dan Indonesia. Oleh Malaysia konsesi tersebut
diberikan kepada Perusahaan Pertambangan Minyak Inggris/ Belanda, yaitu Shell
yang ditetapkan sebagai Blok ND7 dan ND yang merupakan bagian dari Blok XYZ.
Sementara indonesia menetapkan sebagai Blok Bukat (1998) dan Blok Ambalat
(1999) yang konsesinya diberikan kepada ENI (Italia) dan kemudian Blok East
Ambalat (2004) kepada Unocal (Amerika Serikat). Untuk memantapkan batas
pengelolaan laut, Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur telah bekerjasama dengan
Bakosurtanal untuk membuat Peta Batas Pengelolaan Laut oleh Daerah berdasarkan
UU Nomor 32 tahun 2004, namun belum mencantumkan garis batas ZEE.

2). Illegal Logging

Sampai saat ini pencurian kayu (Illegal Logging) dan Perdagangan Kayu Ilegal masih
marak dan belum dapat diberantas secara tuntas, walaupun berbagai upaya telah
dilakukan, seperti melalui kegiatan: TKK (Tim Khusus Kehutanan), TPHT (Tim
Pengamanan Hutan Terpadu), Operasi Wana Laga, Operasi Wana Bahari, Operasi
Hutan Lestari I, Operasi Fungsional Jajaran Kehutanan, serta Operasi POLRI. Dari
hasil operasi POLRI, temuan dan kayu yang disita pada tahun 2002 sebanyak 84 kasus
dengan volume 31.680,33 m3; tahun 2003 sebanyak 108 kasus, 107.299 m3; dan
tahun 2004 dengan 103 kasus dengan 109.327,13 m3 (termasuk hasil operasi hutan
lestari I sejumlah 101.416,00 m3). Sedangkan temuan Kayu Illegal Logging yang
berasal dari operasi Dinas Kehutanan, masing-masing tahun 2002 sebanyak 48.053,98
m3; tahun 2003 sebanyak 1.981,39 m3; tahun 2004 sebanyak 41,84 m3.
Sementara itu dilihat dari faktor pendorongnya, penyebab illegal logging lebih banyak
disebabkan karena:
Kesenjangan antara penawaran dan permintaan. Dari Kuota produksi kayu sebesar 1,5
juta m3, belum dapat dipenuhi kebutuhan industri pengolahan kayu sebesar 5 juta m3
per tahun.
Lemahnya penegakan hukum.
Kurangnya koordinasi antara instansi terkait.
Terbatasnya dana untuk pengawasan dan patroli serta sarana dan prasarana
transportasi.
 

3). Tenaga Kerja Indonesia (TKI) 


Terkait dengan pelaksanaan pengiriman dan pemulangan TKI ke daerah asal, dapat
dilaporkan sebagai berikut: 1. Terdapat 34 cabang PJTKI yang beroperasi di daerah
ini, sedangkan kantornya berada di Jakarta, sehingga menyulitkan proses
pengadministrasian TKI. 2. Berdasarkan data terakhir jumlah TKI yang pulang dari
Malaysia melalui Kabupaten Nunukan sejak Oktober 2004 sampai saat ini sebanyak
74.702 orang.Selanjutnya dari 74.702 orang TKI, sebanyak 25.390 orang telah
kembali bekerja di Malaysia, berada dipenampungan PJTKI sampai saat ini 6.455
orang dan yang ada di Barak Satgas Mambunut sebanyak 620 orang. Sedangkan
sisanya 42.237 dipulangkan ke masing-masing daerah asal.

C). Upaya

Berikut Merupakan Upaya yang dilakukan Pemerintah Indonesia Dalam Menangani


Keamanan di Perbatasan Nunukan.

1. Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Nunukan Tahun 2005-


2025Arah pengembangan kawasan strategis ekonomi dalam RPJMN 2005-
2025 adalah mendorong pembangunan kawasan strategis dan kawasan cepat
tumbuh lainnya sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang memiliki skala
aktivitas ekonomi yang berorientasi pada daya saing nasional dan internasional
sehingga dapat mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal di sekitarnya
dalam suatu „sistem wilayah pengembangan ekonomi‟ yang sinergis melalui
keterkaitan mata-rantai proses industri dan distribusi.
Pembangunan kawasan perbatasan di berbagai bidang sebagai beranda depan
negara dan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan
negara tetangga secara terintegrasi dan berwawasan lingkungan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjamin pertahanan keamanan
nasional.

1. Pembentukan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP)


Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Badan
Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), sebagai tindak lanjut dari UU No. 43
Tahun 2008 tentang wilayah negara merupakan komitmen pemerintah yang
kuat untuk membangun wilayah perbatasan. Pembentukan BNPP diharapkan
mampu mengatasi permasalahan yang ada di wilayah-wilayah perbatasan agar
supaya masyarakat di wilayah tersebut bisa ikut menikmati pembangunan.
Pembentukan BNPP yang diajukan oleh DPR RI pada bulan Februari 2007 ini
bertugas melaksanakan wewenang sebagai berikut :
BNPP menetapkan kebijakan program pembangunan perbatasan dan
mengkoordinasikan pelaksanaannya, serta melaksanakan evaluasi dan
pengawasan terhadap pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan
perbatasan.
BNPP juga menyusun dan menetapkan rencana induk dan rencana aksi
pembangunan, mengkoordinasikan penetapan kebijakan dan pelaksanaan
pembangunannya, mengelola dan memanfaatkan, mengelola dan memfasilitasi
penegasan, pemeliharaan dan pengamanan, menginventarisasi potensi sumber
daya dan rekomendasi penetapan zona pengembangan ekonomi, pertahanan,
sosial budaya, lingkungan hidup dan zona lainnya, menyusun program dan
kebijakan pembangunan sarana dan prasarana perhubungan dan sarana lainnya,
menyusun anggaran pembangunan dan pengelolaan, melaksanakan,
mengendalikan dan mengawasi serta evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
pembangunan dan pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan.
Disamping itu, pemerintah membentuk badan-badan perbatasan di setiap
provinsi/kabupaten/kota yang berbatasan dengan negara lain, sebagaimana
diatur oleh Permendagri Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman Pembentukan
BPP di Daerah. Tujuannya, untuk melaksanakan kebijakan pemerintah dan
menetapkan kebijakan lainnya dalam rangka otonomi daerah dan tugas
pembantuan, melakukan koordinasi pembangunan di kawasan perbatasan,
melakukan pembangunan kawasan perbatasan antar-pemerintah daerah
dan/atau antara pemerintah daerah dan pihak ketiga.

D). Tujuan

Tujuan dari semua ini adalah untuk mengetahui dan membongkar masalah masalah
yang ada di perbatasan Indonesia-Malaysia terkait isu yang ada.

E). Pembahasan dan saran

persoalan perbatasan Indonesia-Malaysia lebih sering mengemuka dan menjadi salah


satu isu krusial, dari masalah perbatasan, pencurian, hingga tenaga kerja. Untuk
ekonomi beberapa puluh tahun kebelakang masalah perbatasan masih belum
mendapat perhatian yang cukup dari pemerintah. Hal ini tercermin dari kebijakan
pembangunan yang kurang memperhatikan kawasan perbatasan dan lebih mengarah
kepada wilayah-wilayah yang padat penduduk, aksesnya mudah, dan potensial,
sedangkan kebijakan pembangunan bagi daerah-daerah terpencil, terisolir dan
tertinggal seperti kawasan perbatasan masih belum diprioritaskan.
Untuk itu perlu ada perubahan paradigma pendekatan di daerah perbatasan. Selama ini
kecenderungan pemerintah melakukan pendekatan keamanan, padahal yang
dibutuhkan adalah pendekatan pembangunan. Menurut Siti tugas pemerintah
mempercepat  pembangunan daerah di wilayah perbatasan memang berat, karena
mengelola wilayah perbatasan berhubungan dengan negara tetangga. Oleh karena itu
harus diikuti dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dengan demikian,
ketimpangan ketertinggalan dapat ditekan. Dengan percepatan pembangunan di
kawasan perbatasan bukan tak mustahil dilakukan. Terlebih sekarang pemerintah
sudah memiliki badan khusus yang mengelola pembangunan kawasan perbatasan,
yakni Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) di tingkat pusat, serta Badan
Pengelola Kawasan Perbatasan dan Kerjasama (BPKPK) di tingkat provinsi.

F). Kesimpulan

lndonesia perlu memberikan perhatian serius terhadap masalah


perbatasan negara di Kalimantan yang berbatasan dengan wilayah negara
tetangga, Malaysia, dikarenakan sejumlah masalah perbatasan masih
mewarnai kawasan tersebut.

Daftar Pustaka

dokumen :

INDONESIA-MALAYSIA TERRITORIAL BOUNDARY IN KALIMANTAN: ITS PROBLEMS


AND SOLUTION. ( “Simela Victor Muhamad” )
Website/Forum :

PERMASALAHAN DAERAH PERBATASAN KALIMANTAN TIMUR-MALAYSIA | bobbyfebe


(wordpress.com)

sportline perbatasan kalbar-malaysia: berbagai permasalahan di perbatasan indonesia


malaysia (fenansius.blogspot.com)

Anda mungkin juga menyukai