Oleh:
Kelompok 5
Dosen Pengampu:
3. Analisislah faktor yang mendasari timbulnya perubahan arah kebijakan dari orientasi ke
dalam (inward looking) sebagai wilayah pertahanan, menjadi ke luar (outward
looking), serta siapakah pihak yang berwenang untuk mengubah arah kebijakan tersebut!
Jawaban :
Adanya pembangunan yang tidak merata menyebabkan masyarakat yang berada di
daerah perbatasan merasa dianak tirikan oleh pemerintah baik daerah maupun pusat, yang
kemudian secara perlahan – lahan dapat memudarkan rasa nasionalisme mereka.
Berdasarkan kondisi tersebut maka pembangunan dan pengelolaan kawasan perbatasan
harus dikembangkan sesuai dengan paradigma baru pengembangan dan pengelolaan
wilayah – wilayah perbatasan, yakni dengan merubah arah kebijakan pembangunan dan
pengelolaan yang selama ini cenderung berorientasi inward looking menjadi outward
looking yang memiliki dampak wilayah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pintu
gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga yang sejatinya
bersinggungan langsung dengan masyarakat perbatasan khususnya perbatasan darat.
Pihak yang berwenang mengelola wilayah negara dan kawasan perbatasan sudah di atur
dalam UU 43/2008 tentang Wilayah Negara, salah satunya ialah Badan Nasional
Pengelola Perbatasan (BNPP).
4. Bisnis.com, JAKARTA — Harapan untuk memperbanyak ekspor belum terpenuhi
khususnya untuk daerah perbatasan. Apalagi daerah perbatasan masih memiliki kendala
dalam hal telekomunikasi untuk memperlancar seluruh kegiatan. Padahal daerah-daerah
di perbatasan memiliki banyak potensi untuk aktivitas ekspor. Hal tersebut diungkapkan
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar
seusai melakukan kunjungan ke Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Sambas, dan
Kabupaten Menpawah pada Minggu (12/1/2020). Selain itu, dia mengatakan desa-desa
yang berdekatan dengan perbatasan negara tetangga masih memiliki sejumlah
permasalahan. Salah satunya masalah jaringan telekomunikasi yang terjadi di Desa
Temajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Abdul Halim
Iskandar dalam lawatannya ke Desa Temajuk yang berbatasan dengan Malaysia
mengakui bahwa jaringan telekomunikasi masih menjadi permasalahan. Apalagi, lanjut
Halim, di era digitalisasi ini semua kebutuhan dan informasi bisa dipenuhi dan diketahui
oleh masyarakat. Namun, lanjutnya, apabila tidak ada pendukung dalam hal ini jaringan
internet, maka semuanya tidak berguna. "Kalau enggak ada sinyal, itu enggak ada
gunanya. Makanya, untuk urusan sinyal ini itu menjadi urusan prioritas Kemendes,
karena ini sangat penting untuk membuka informasi dan di era ini kita harus akui bahwa
kita mengandalkan digitalisasi," katanya
Sumber :
Sari, Asteria Desi Kartika . 2020. Banyak Kendala Hambat Aktivitas Ekspor di Daerah
Perbatasan.https://m-bisnis
com.cdn.ampproject.org/v/s/m.bisnis.com/amp/read/20200113/9/1189562/banyak-
kendala-hambat-aktivitas-ekspor-di-daerah-
perbatasan?amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQIUAKwASCAAgM%3D#referr
er=https://www.google.com&_tf=Dari%20%251%24s. Diakses tanggal 16 Mei
2022.
Pertanyaan :
Dari penjelasan diatas, analisislah selain masalah jaringan telekomunikasi faktor apa saja
yang menyebabkan daerah perbatasan sulit melakukan kegiatan ekspor! dan analisislah
kebijakan apa yang harus dilakukan pemerintah agar potensi untuk aktivitas ekspor di
daerah perbatasan bisa dioptimalkan dengan baik!
Jawaban :
Selain masalah jaringan telekomunikasi faktor yang menyebabkan daerah perbatasan sulit
melakukan kegiatan ekspor adalah
1. Kondisi masyarakat di kawasan perbatasan pada umumnya masih miskin,
tertinggal, terbelakang, tingkat pendidikan dan kesehatan rendah, serta secara
komunitas terisolir. Ini dapat dilihat dengan rendahnya kualitas sumber daya
manusia. Yang dapat diukur dengan menggunakan indikator Indeks Pembangunan
Manusia (IPM). IPM meliputi tiga dimensi dasar yaitu: pengetahuan, lamanya
hidup dan suatu standar hidup yang layak. Tiga dimensi ini kemudian dapat
diukur dengan angka harapan hidup yang menunjukkan kualitas kesehatan
masyarakat, pencapaian pendidikan yang menggambarkan tingkat pengetahuan
dan keterampilan penduduk yang diwakili oleh tingkat literasi (melek huruf) dan
rata-rata lama sekolah.
2. Lemahnya penegakan hukum, menyebabkan maraknya pelanggaran hukum di
kawasan perbatasan. Implementasi pos-pos perbatasan dan fasilitasi bea cukai,
imigrasi, dan karantina (CIQ/ Custom, Imigration and Quarantina)tidak optimal
dan terkendala banyak hal, sehingga mengakibatkan daerah perbatasan sulit
melakukan kegiatan ekspor.
3. Belum sinkronnya pengelolaan kawasan perbatasan, baik menyangkut
kelembagaan, program, maupun kejelasan wewenang.
4. Rentannya persoalan yang terkait dengan nasionalisme penduduk karena
kurangnya informasi yang masuk dari Indonesia, dan masyarakat di kawasan
perbatasan lebih mengenal negara tetangga daripada negara sendiri.
5. Dan yang terakhir salah satu penyebabnya adalah Infrastruktur khususnya untuk
melakukan kegiatan ekspor di kawasan perbatasan relatif masih sangat terbatas
dan memerlukan penanganan yang lebih serius. Kondisi transportasi antar wilayah
di perbatasan masih belum mampu menjadi penopang kegiatan ekonomi
masyarakat, dan ini disebabkan oleh minimnya prasarana transportasi darat.
Sarana transportasi darat, baik jalan, jembatan maupun kendaraan relatif sedikit,
serta aksesibilitas kawasan perbatasan ke perkotaan juga sulit.
Dari beberapa permasalahan tersebut maka kebijakan yang harus dilakukan
pemerintah agar potensi untuk aktivitas ekspor di daerah perbatasan bisa di
optimalkan dengan baik adalah:
Meningkat kualitas SDM yang ada di daerah perbatasan, bisa melalui peningkatan
pendidik formal, pemberian pelatihan- pelatihan, dan seminar. Tokoh utama dari
kegiatan perekonomian adalah manusia. Yang dimana pengelola dan yang
melakukan segala kegiatan ekspor- impor adalah manusia, maka diperlukan SDM
yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang mampu mendukung aktivitas
tersebut.
Penegakan hukum dalam daerah perbatasan harus tegas serta kegiatan ekspor di
daerah perbatasan harus diberikan kemudahan agar tidak terjadi pelanggaran-
pelanggar ekspor yang tidak sesuai.
Pemerintah juga harus lebih fokus terhadap segala wewenang, program, dan
kelembagaan yang harus dibuat. Dengan cara terus melalakuan evaluasi, dan
peninjauan terhadap setiap kebijakan yang dibuat.
Bukan hanya kota, daerah perbatasan juga harus dipenuhi mulai dari infrastruktur
nya karena ini merupakan hal yang paling utama agar segala aktivitas di daerah
perbatasan terutama ekonomi, atau perdagangan dapat berjalan sesuai dengan apa
yang diinginkan. Karena jika daerah perbatasan mampu melakukan kegiatan
ekspor, maka dapat menambah pendapatan daerah yang dimana dapat digunakan
untuk kemajuan daerah tersebut.
Sumber referensi jawaban:
https://media.neliti.com/media/publications/58737-ID-resiko-pengelolaan-
kawasan-perbatasan-ne.pdf