Anda di halaman 1dari 8

SOAL & PEMBAHASAN

BORDER REGIONAL ECONOMIC

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Ekonomi Regional

Oleh:

Kelompok 5

1. Trisna Mulya Damayanti 06031282025029


2. Oktavia Mirendra 06031282025030
3. Rifdah Nur Azmi 06031282025031
4. Marista Berliana 06031282025032
5. Naila Fitri Farafish 06031282025034
6. Wike Dean Meilani 06031282025035
7. Rahma Sundari 06031282025036

Dosen Pengampu:

1. Deskoni, S.Pd., M.Pd.

2. Muhammad Akbar Budiman, S.Pd., M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
1. Di Provinsi Kalbar, pembangunan jalan perbatasan sepanjang 811 km dengan status
hingga akhir 2021 sudah tembus seluruhnya. Kondisi jalan berupa tanah sepanjang 277
km, agregat 172 km, dan aspal/rigid 363 km. Pekerjaan pengaspalan diprioritaskan pada
area yang dekat pemukiman serta terdapat fasilitas umum seperti Puskesmas, pasar,
sekolah, dan kantor pemerintahan.
Sumber : https://www.pu.go.id/berita/kementerian-pupr-percepat-pengembangan-
kawasan-perbatasan-di-kalimantan-dengan-infrastruktur
Pertanyaan :
Dari kondisi diatas terlihat bahwa hingga saat ini daerah perbatasan masih mengalami
pembangunan yang memang terlihat tertinggal dari daerah perkotaan. Silakan saudara
analisis mengapa gerakan pemerintah terhadap daerah perbatasan ini bisa dikatakan
sangat lambat apakah salah satu penyebabnya ialah masih ada gap yang terlampau jauh
antara keinginan pemerintah pusat dan kemauan pemerintah daerah?
Jawaban:
Benar sekali, bahwa salah satu penyebab dari pembangunan terhadap daerah perbatasan
ini sangat lambat karena masih ada gap yang terlampau jauh antara keinginan pemerintah
pusat dan kemauan pemerintah daerah. Program pemda terkadang tidak sinkron dengan
target pemerintah pusat. Pun dengan dana-dana transfer dari pusat ke daerah, yang
sebetulnya jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun, tapi efektivitasnya rupanya
masih perlu dipertanyakan. Faktanya, tidak banyak daerah yang mampu memanfaatkan
sumber dana tersebut dengan maksimal.
Penyebab lain gerakan pembangunan di daerah perbatasan sangat lambat, yaitu:
 Perizinan yang sulit, apalagi di daerah yang dekat dengan hutan.
 Kurangnya daya tarik dari pemegang proyek untuk menggarap daerah perbatasan
karena jauh dari perbatasan.
 Kurangnya alokasi dana.
2. Silakan saudara analisis Mengapa pemberdayaan, pendampingan dan penguatan serta
perempuan dalam kegiatan perekonomian atau sosial dikatakan sebagai usaha percepatan
pertumbuhan perekonomian perbatasan yang berbasis kerakyatan?
Jawaban:
seperti yang kita ketahui tpak perempuan lebih rendah dari tpak laki-laki, dan juga
perempuan dalam kegiatan ekonomi khususnya sebagai produsen sangat sedikit. hal ini
yang menyebabkan pemberdayaan, pendampingan dan penguatan perempuan ingin
ditingkatkan. Peran perempuan melalui perekonomian berbasis kreativitas yang banyak
memanfaatkan perkembangan era digital akan menjadi kekuatan baru, serta diharapkan
mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

3. Analisislah faktor yang mendasari timbulnya perubahan arah kebijakan dari orientasi ke
dalam (inward looking) sebagai wilayah pertahanan, menjadi ke luar (outward
looking), serta siapakah pihak yang berwenang untuk mengubah arah kebijakan tersebut!
Jawaban :
Adanya pembangunan yang tidak merata menyebabkan masyarakat yang berada di
daerah perbatasan merasa dianak tirikan oleh pemerintah baik daerah maupun pusat, yang
kemudian secara perlahan – lahan dapat memudarkan rasa nasionalisme mereka.
Berdasarkan kondisi tersebut maka pembangunan dan pengelolaan kawasan perbatasan
harus dikembangkan sesuai dengan paradigma baru pengembangan dan pengelolaan
wilayah – wilayah perbatasan, yakni dengan merubah arah kebijakan pembangunan dan
pengelolaan yang selama ini cenderung berorientasi inward looking menjadi outward
looking yang memiliki dampak wilayah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pintu
gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga yang sejatinya
bersinggungan langsung dengan masyarakat perbatasan khususnya perbatasan darat.
Pihak yang berwenang mengelola wilayah negara dan kawasan perbatasan sudah di atur
dalam UU 43/2008 tentang Wilayah Negara, salah satunya ialah Badan Nasional
Pengelola Perbatasan (BNPP).
4. Bisnis.com, JAKARTA — Harapan untuk memperbanyak ekspor belum terpenuhi
khususnya untuk daerah perbatasan. Apalagi daerah perbatasan masih memiliki kendala
dalam hal telekomunikasi untuk memperlancar seluruh kegiatan. Padahal daerah-daerah
di perbatasan memiliki banyak potensi untuk aktivitas ekspor. Hal tersebut diungkapkan
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar
seusai melakukan kunjungan ke Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Sambas, dan
Kabupaten Menpawah pada Minggu (12/1/2020). Selain itu, dia mengatakan desa-desa
yang berdekatan dengan perbatasan negara tetangga masih memiliki sejumlah
permasalahan. Salah satunya masalah jaringan telekomunikasi yang terjadi di Desa
Temajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Abdul Halim
Iskandar dalam lawatannya ke Desa Temajuk yang berbatasan dengan Malaysia
mengakui bahwa jaringan telekomunikasi masih menjadi permasalahan. Apalagi, lanjut
Halim, di era digitalisasi ini semua kebutuhan dan informasi bisa dipenuhi dan diketahui
oleh masyarakat. Namun, lanjutnya, apabila tidak ada pendukung dalam hal ini jaringan
internet, maka semuanya tidak berguna. "Kalau enggak ada sinyal, itu enggak ada
gunanya. Makanya, untuk urusan sinyal ini itu menjadi urusan prioritas Kemendes,
karena ini sangat penting untuk membuka informasi dan di era ini kita harus akui bahwa
kita mengandalkan digitalisasi," katanya
Sumber :
Sari, Asteria Desi Kartika . 2020. Banyak Kendala Hambat Aktivitas Ekspor di Daerah
Perbatasan.https://m-bisnis
com.cdn.ampproject.org/v/s/m.bisnis.com/amp/read/20200113/9/1189562/banyak-
kendala-hambat-aktivitas-ekspor-di-daerah-
perbatasan?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQIUAKwASCAAgM%3D#referr
er=https://www.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s. Diakses tanggal 16 Mei
2022.
Pertanyaan :
Dari penjelasan diatas, analisislah selain masalah jaringan telekomunikasi faktor apa saja
yang menyebabkan daerah perbatasan sulit melakukan kegiatan ekspor! dan analisislah
kebijakan apa yang harus dilakukan pemerintah agar potensi untuk aktivitas ekspor di
daerah perbatasan bisa dioptimalkan dengan baik!
Jawaban :
Selain masalah jaringan telekomunikasi faktor yang menyebabkan daerah perbatasan sulit
melakukan kegiatan ekspor adalah
1. Kondisi masyarakat di kawasan perbatasan pada umumnya masih miskin,
tertinggal, terbelakang, tingkat pendidikan dan kesehatan rendah, serta secara
komunitas terisolir. Ini dapat dilihat dengan rendahnya kualitas sumber daya
manusia. Yang dapat diukur dengan menggunakan indikator Indeks Pembangunan
Manusia (IPM). IPM meliputi tiga dimensi dasar yaitu: pengetahuan, lamanya
hidup dan suatu standar hidup yang layak. Tiga dimensi ini kemudian dapat
diukur dengan angka harapan hidup yang menunjukkan kualitas kesehatan
masyarakat, pencapaian pendidikan yang menggambarkan tingkat pengetahuan
dan keterampilan penduduk yang diwakili oleh tingkat literasi (melek huruf) dan
rata-rata lama sekolah.
2. Lemahnya penegakan hukum, menyebabkan maraknya pelanggaran hukum di
kawasan perbatasan. Implementasi pos-pos perbatasan dan fasilitasi bea cukai,
imigrasi, dan karantina (CIQ/ Custom, Imigration and Quarantina)tidak optimal
dan terkendala banyak hal, sehingga mengakibatkan daerah perbatasan sulit
melakukan kegiatan ekspor.
3. Belum sinkronnya pengelolaan kawasan perbatasan, baik menyangkut
kelembagaan, program, maupun kejelasan wewenang.
4. Rentannya persoalan yang terkait dengan nasionalisme penduduk karena
kurangnya informasi yang masuk dari Indonesia, dan masyarakat di kawasan
perbatasan lebih mengenal negara tetangga daripada negara sendiri.
5. Dan yang terakhir salah satu penyebabnya adalah Infrastruktur khususnya untuk
melakukan kegiatan ekspor di kawasan perbatasan relatif masih sangat terbatas
dan memerlukan penanganan yang lebih serius. Kondisi transportasi antar wilayah
di perbatasan masih belum mampu menjadi penopang kegiatan ekonomi
masyarakat, dan ini disebabkan oleh minimnya prasarana transportasi darat.
Sarana transportasi darat, baik jalan, jembatan maupun kendaraan relatif sedikit,
serta aksesibilitas kawasan perbatasan ke perkotaan juga sulit.
Dari beberapa permasalahan tersebut maka kebijakan yang harus dilakukan
pemerintah agar potensi untuk aktivitas ekspor di daerah perbatasan bisa di
optimalkan dengan baik adalah:
Meningkat kualitas SDM yang ada di daerah perbatasan, bisa melalui peningkatan
pendidik formal, pemberian pelatihan- pelatihan, dan seminar. Tokoh utama dari
kegiatan perekonomian adalah manusia. Yang dimana pengelola dan yang
melakukan segala kegiatan ekspor- impor adalah manusia, maka diperlukan SDM
yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang mampu mendukung aktivitas
tersebut.
Penegakan hukum dalam daerah perbatasan harus tegas serta kegiatan ekspor di
daerah perbatasan harus diberikan kemudahan agar tidak terjadi pelanggaran-
pelanggar ekspor yang tidak sesuai.
Pemerintah juga harus lebih fokus terhadap segala wewenang, program, dan
kelembagaan yang harus dibuat. Dengan cara terus melalakuan evaluasi, dan
peninjauan terhadap setiap kebijakan yang dibuat.
Bukan hanya kota, daerah perbatasan juga harus dipenuhi mulai dari infrastruktur
nya karena ini merupakan hal yang paling utama agar segala aktivitas di daerah
perbatasan terutama ekonomi, atau perdagangan dapat berjalan sesuai dengan apa
yang diinginkan. Karena jika daerah perbatasan mampu melakukan kegiatan
ekspor, maka dapat menambah pendapatan daerah yang dimana dapat digunakan
untuk kemajuan daerah tersebut.
Sumber referensi jawaban:
https://media.neliti.com/media/publications/58737-ID-resiko-pengelolaan-
kawasan-perbatasan-ne.pdf

5. JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keamanan, Politik, Hukum, dan Keamanan


(Menko Polhukam) Wiranto menyebut wilayah perbatasan di Indonesia masih rapuh
karena tidak terjaga dengan baik. Tak pelak, hal itu memudahkan narkoba, teroris,
pengungsi liar, dan berbagai masalah lainnya masuk ke Indonesia. "Dalam kaitanya
dengan keamanan nasional, kita punya batas wilayah yang panjangnya 99.000 kilometer,
terpanjang kedua setelah Kanada. Tapi, sementara ini kita rapuh karena tidak terjaga
dengan baik," kata Wiranto saat menghadiri Rapat Koordinasi Pengendalian dan
Pembangunan Perbatasan Negara Tahun 2019 di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Senin
(28/1/2019). Dia menjelaskan, kerapuhan wilayah perbatasan di Indonesia terjadi karena
transportasi yang masih kurang, tidak adanya jaringan listrik, susahnya telekomunikasi,
dan sebagainya. "Tidak ada sumber-sumber kehidupan di wilayah itu. Ini membuat
keamanan dan pertahanan Indonesia lemah, makannya tidak heran kalau narkoba masuk,
teroris, pengungsi liar, dan ancaman lainnya," ungkapnya kemudian. Dia menuturkan,
dari 18 rencana pembangunan PLBN, sudah ada 7 yang dibangun di tahun 2018. PLBN
tersebut juga diharapkan mampu membangun kebutuhan sosial masyarakat.
Sumber:
Kompas. 2019. Wiranto: Wilayah Perbatasan Indonesia Masih Rapuh https://amp-
kompas-
com.cdn.ampproject.org/v/s/amp.kompas.com/nasional/read/2019/01/28/12012871/wiran
to-wilayah-perbatasan-indonesia-masih-
rapuh?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQIUAKwASCAAgM%3D#referrer=ht
tps://www.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s. Diakses tanggal 16 mei 2022
Pertanyaan:
Dari penjelasan diatas, analisislah dampak yang ditimbulkan lemahnya wilayah
perbatasan indonesia! Dan analisilah langkah-langkah yang dapat diambil pemerintah
agar wilayah perbatasan di Indonesia tidak rapuh dan bisa terjaga dengan baik!
Jawaban:
Dengan lemahnya wilayah perbatasan Indonesia tentunya dapat memberikan dampak
negative bagi Kehidupan masyarakat Indonesia terutama yang bertempat tinggal di
wilayah perbatasan itu sendiri. Karena wilayah perbatasan ini kerap kali dijadikan jalur
masuk berbagai barang illegal yang tak seharusnya. Permasalahan hukum di wilayah
perbatasan juga terkait dengan belum adanya jaminan keamanan di wilayah tersebut.
Sampai saat ini masih terjadi tindak pidana di dan melalui wilayah perbatasan peredaran
gelap narkotika, perdagangan orang, dan penyelundupan barang. Baik peredaran gelap
narkotika, perdagangan orang dan segala pelanggaran lainnya meskipun upaya penegakan
hukum terus dilakukan, namun belum menimbulkan efek jera bagi para pelaku. Hal ini
didasari pada banyaknya temuan barang bukti yang diselundupkan oleh para pelaku,
namun berhasil ditangkap oleh aparat. Dimana hal ini berarti, tindakan illegal tersebut
masih terus dilakukan. Untuk itu, perlu adanya upaya pencengahan dan juga penangan
terkait kasus tersebut. Perlu adanya pendidikan ataupun pelatihan mengenai kerohanian
dan bela negara bagi para penegak hukum. Selain itu, perlu adanya pengawasan
berjenjang yang dilakukan pemerintah pusat terhadap para petugas penegak hukum di
wilayah perbatasan untuk mencegah perilaku curang oknum-oknum penegak hukum.
Sinergi antar lembaga penegak hukum juga harus lebih ditingkatkan dalam hal
pemberantasan penyelundupan barang ilegal. Perlunya sosialisasi yang lebih gencar yang
dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai kepada masyarakat perbatasan baik
secara langsung maupun secara online akan sangat membantu untuk mengubah mindset
dan perilaku dari masyarakat di wilayah perbatasan. Pemerintah juga harus melakukan
pemerataan pembangunan dan peningkatan ekonomi di wilayah perbatasan agar
masyarakat perbatasan lebih mudah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
Sumber Referensi Jawaban :
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/buku_tim/buku-tim-public-108.pdf

Anda mungkin juga menyukai