Anda di halaman 1dari 15

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : MOCH RIZKI HILMAN NUGRAHA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 048608782

Kode/Nama Mata Kuliah : 54 / MANAJEMEN

Kode/Nama UPBJJ : 24 / BANDUNG

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
ESPA4314-3

NASKAH TUGAS MATA KULIAH


UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2022/23.2 (2023.1)

Fakultas : FE/Fakultas Ekonomi


Kode/Nama MK : ESPA4314/Perekonomian Indonesia
Tugas 2

No. Soal
1 Jelaskan kebijakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah dalam pengembangan
investasi untuk kesejahteraan masyarakat!

2 Koperasi gagal menjadi soko guru perekonomian Indonesia disebabkan oleh berbagai masalah
struktural. Jelaskan masalah – masalah struktural yang dihadapi koperasi di Indonesia!

3 Jelaskan mengapa pemerintah memiliki gagasan memprivatisasi BUMN pada saat perekonomian
Indonesia dilanda kesulitan!

4 Jelaskan bagaimana kondisi yang dialami Indonesia sehingga terjebak pada utang luar negeri!

5 Jelaskan dampak korupsi dari perspektif ekonomi!


JAWABAN NO 1
Kebijakan pemerintah pusat dan daerah dalam pengembangan investasi Dalam era otonomi daerah
ini, untuk menarik investasi ke daerah Pemda mempunyai kewajiban untuk menggali segala potensi
yang ada di daerahnya. Pemda harus mempertemukan "keinginan daerah dan keinginan investor".
Bagi investor, daya tarik ini tidak hanya berupa endowment resources, tetapi juga variabel-variabel
yang mendukungnya, seperti regulasi daerah, sumber daya manusia, dan sebagainya.

Sebagaimana dikemukakan di atas, seorang investor pertama-tama akan melihat kemungkinan


memperoleh keuntungan dari usahanya. Artinya, yang dilihat pertama adalah bagaimana potensi
ekonomi daerah tersebut yang memberi peluang untuk memperoleh keuntungan. Jika ia akan
bergerak dalam bidang ekstraktif, ia akan mencari data tentang potensi SDA yang ada di daerah
tersebut. Sektor ekstraktif (pertambangan, perkebunan, perikanan, dan kehutanan) menjanjikan
peluang pendapatan yang tinggi, namun juga risiko yang besar. Dacrah-daerah yang kaya SDA,
termasuk daerah-daerah di luar Jawa, sebagian besar menarik bagi investor asing karena adanya
"endowment resources" tersebut.

Namun bagi pengusaha di sektor hilir potensi ekonomi ini lebih dilihat dari seberapa besar luas
pasarnya, yang tercermin dari jumlah penduduk dan daya belinya. Indikator lain yang dilihat adalah
bagaimana struktur perekonomiannya. Semakin tinggi kontribusi sektor industri dan jasa,
mencerminkan kemajuan ekonomi masyarakat daerah tersebut, yang berarti ada potensi peluang
pasar yang menjanjikan bagi industri hilir tersebut. Namun peluang (keuntungan) ekonomi hanyalah
satu faktor saja yang menjadi pertimbangan untuk menanamkan modal atau tidak. Ini baru berupa
necessary condition (syarat keharusan). Masih banyak faktor lain yang dipertimbangkan oleh investor.
Dengan mengasumsikan faktor-faktor yang berkaitan dengan cost of fund sudah given, maka
pertimbangan pengambilan keputusan bagi investor banyak ditentukan olch situasi lokal yang ada di
daerah. Faktor tersebut berkaitan dengan bagaimana aturan-aturan yang ditetapkan Pemda, sikap
masyarakat, keamanan, dan sebagainya, yang terkait dengan risiko suatu investasi di suatu daerah
(regional investment risk). Ini menjadi suatu sufficient conditions (syarat kecukupan).

Suatu kajian yang dilakukan KPPOD (2002), yang telah mengelaborasi berbagai variabel yang
mempengaruhi investasi, dapat dijadikan acuan untuk menilai daya tarik suatu wilayah, termasuk
membuat analisis SWOT-nya. KPPOD menggunakan tujuh variabel yang dijadikan tolok ukur daya
tarik investasi regional, yaitu: (a) keamanan; (b) potensi ekonomi; (c) budaya daerah; (d) sumber
daya manusia; (e) keuangan daerah (f) infrastruktur; dan (g) peraturan daerah.
Variabel tersebut dielaborasi lagi menjadi sub-variabel. Misalnya saja, yang berkaitan dengan
keamanan, dipecah menjadi sub-variabel kepastian hukum dan gangguan keamanan. Potensi ekonomi
dilihat dari peran sektor primer dan sekunder, serta PDRB per kapita. Variabel ini bisa ditambah atau
dikurangi, atau dimodifikasi sesuai dengan kondisi yang ada.

Variabel-variabel ini sudah mencukupi sebagai indikator daya tarik investasi ke daerah-daerah di
Indonesia. Sebagai misal, kondisi riel saat ini menunjukkan bahwa investasi sektor industri paling
besar di tanah air adalah berada di Jawa, khususnya Jawa Barat dan DKI Jakarta. Mengapa hal
demikian terjadi? Dilihat dari indikator-indikator di atas, Jawa lebih banyak memiliki "kekuatan"
(strenghtness) atau keunggulan dibandingkan Luar Jawa. Dari sisi pasar (penduduk Jawa lebih
banyak sebagai konsumen), infra dan suprastruktur (jalan, jembatan, listrik, perbankan), keamanan,
dan sebagainya, Jawa lebih unggul. Peluang untuk ekspor juga besar karena sarana

pelabuhan relatif dekat. Namun demikian, dalam jangka panjang pasar ini bisa juga jenuh, harga
input naik, pencemaran tinggi, sehingga ini merupakan unsur "kelemahan" (weakness) yang bisa
terjadi.

Namun tidak semua sektor Jawa unggul. Dalam sektor ekstraktif, seperti kehutanan dan
pertambangan, investasi terbesar justru di luar Jawa. Ini dikarenakan sumber-sumber daya alam yang
banyak memang berada di luar Jawa. Jadi pada hakikatnya setiap daerah mempunyai sesuatu yang
bisa digali untuk mengembangkan investasi. Hanya saja besar-kecilnya peluang pengembangan
investasi tersebut tidak

sama. Yang menjadi tugas unsur-unsur pemerintahan daerah adalah bagaimana mengoptimalkan
berbagai indikator non-natural atau buatan manusia yang ada di daerah masing-masing. Untuk
sumber daya alam, tentu sudah given, tak bisa diubah- ubah. Namun yang berkaitan dengan
infrastruktur, aturan-aturan, budaya masyarakat. kualitas sumber daya manusia, merupakan unsur
yang bisa direkayasa atau digarap oleh pemerintahan daerah. Oleh karena itu, fokus dari
pemerintahan daerah untuk mengembangkan investasi adalah pada unsur-unsur non-natural tersebut.
Lebih dari itu, SDA pun akan habis, sehingga tidak bisa suatu daerah selamanya mengandalkan SDA
tersebut. Karena itu, perlu dipikirkan sejak jauh hari tentang pola atau bidang investasi jangka
panjangnya. Inilah sebenarnya yang menjadi tugas pokok bagi aparat di daerah (legislatif, eksekutif,
dan yudikatif) dalam menstimulasi agar investor mengembangkan investasi ke daerahnya.

Investasi yang menguntungkan rakyat tidak hanya dilakukan melalui mekanisme otonomi daerah
yang digawangi oleh Pemda. Pemerintah perlu melakukan strategi- strategi investasi yang
menguntungkan rakyat seperti peraturan yang mendorong investasi pada ekonomi rakyat. Pemerintah
harus menyusun dan mengimplementasikan suatu mekanisme agar perbankan percaya dan berpihak
pada investasi ekonomi rakyat. Mekanisme investasi ini harus dilengkapi dengan berbagai pelatihan
dan pengembangan manajemen, sehingga pelaku ekonomi rakyat tidak saja memiliki kemampuan
produksi tetapi juga mencari peluang pasar dan memasarkan produk mereka.

Program kemitraan pemerintah yang telah dilaksanakan sejak tahun 1993 sesungguhnya merupakan
program investasi yang patut ditindak lanjuti. Perlu dilakukan reorientasi kemitraan dengan
memperbaiki persepsi kedua belah pihak dan memperbaiki mekanisme kemitraan sehingga program
kemitraan tidak lagi dianggap sebagai program amal perusahaan berskala besar tetapi program kerja
sama yang saling menguntungkan, seperti halnya yang telah berhasil dilakukan beberapa perusahaan
seperti Astra Group dan Bukaka.

JAWABAN NO 2
Kegagalan koperasi menjadi soko guru perekonomian Indonesia selama ini disebabkan oleh faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internalnya adalah ketertinggalan koperasi dalam hal
profesionalitas pengelolaan lembaga, kualitas sumber daya manusia, dan permodalannya. Oleh
karena itu koperasi harus berusaha meningkatkan kemampuan para anggotanya agar dapat mengelola
koperasi secara profesional. Koperasi tidak dapat berkembang sendiri tanpa dukungan dari
pemerintah meskipun koperasi didirikan sendiri oleh para anggotanya bukan oleh pemerintah. Untuk
menyelesaikan masalah internal seperti profesionalitas sumber daya manusia dan permodalan,
pemerintah harus ikut membantunya.

Sedangkan faktor eksternalnya meliputi iklim ekonomi politik nasional yang kurang kondusif bagi
perkembangan ekonomi rakyat termasuk koperasi. Koperasi menghadapi tantangan yang cukup berat
mengingat kebijakan ekonomi Indonesia yang semakin liberal. Liberalisme dengan doktrin homo
economicus-nya membuat manusia makin condong pada kepentingan individu bukan pada kesadaran
pribadi dan kesetiakawanannya. Koperasi makin sulit berkembang karena dominannya modal- modal
besar yang begitu rakus ingin menguasai perekonomian.

Masalah yang dihadapi perkoperasian Indonesia akan semakin meluas jika tidak ditangani sesegera
mungkin. Sebelum melakukan tindakan pemecahan masalah langkah awal yang harus kita lakukan
adalah menganalisa penyebab terjadinya masalah. Setelah kita mengetahui akar permasalahannya
dimana barulah kita dapat melakukan langkah konkrit yang diharapkan dapat memecahkan masalah
yang sedang dihadapi. Dalam penyelesaian masalah ini dibutuhkan keterlibatan semua elemen
masyarakat baik pemerintah dan masayarakat itu sendiri.

JAWABAN NO 3
Pemerintah memiliki gagasan memprivatisasi BUMN Dalam sektor perekonomian, privatisasi
adalah salah satu bentuk pengambilalihan perusahaan publik oleh beberapa investor besar di
Indonesia. Akibatnya saham-saham yang dijual pada perusahaan tersebut tidak lagi beredar di pasar
modal.

Mulanya, tujuan privatisasi adalah mengurangi APBN dari BUMN yang bersangkutan. Namun,
apakah kebijakan tersebut menguntungkan bagi perusahaan?

Pengertian Privatisasi

Menurut UU Nomor 19 Tahun 2003 perihal Badan Usaha Milik Negara, pengertian privatisasi
adalah bentuk penjualan saham milik perusahaan perseroan yang termasuk BUMN, kepada pihak lain
dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan, memperluas kepemilikan saham dan memperbesar
manfaat bagi negara maupun masyarakat.
Adapun batas terkecil dari kepemilikan saham perseroan terbatas tersebut dalam privatisasi adalah
sebesar 51%, yang dimiliki oleh Negara Republik Indonesia baik sebagian maupun keseluruhan.

Tujuan Privatisasi

Dengan tingginya antusiasme masyarakat untuk bermain investasi sekarang ini, membuat pemerintah
gencar melakukan privatisasi di Indonesia karena sangat bermanfaat bagi negara dan juga masyarakat.

Salah satu alasan ekonomi dilakukannya privatisasi adalah perusahaan akan lebih efisien dan
menguntungkan jika berada di bawah kepemilikan swasta dibanding pemerintah yang mungkin dapat
terhambat oleh birokrasi.

Dari segi politik, privatisasi dapat dilihat sebagai bentuk penjualan saham kepada masyarakat umum
dan dijadikan sebagai sarana untuk memperluas kepemilikan saham publik. Dengan begitu, hal
tersebut akan meningkatkan komitmen orang yang menganut sistem kapitalis.
Pada dasarnya, tujuan privatisasi adalah mendapatkan sumber dana baru dalam rangka pertumbuhan
negara, sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), serta peningkatan partisipasi
kontrol dari masyarakat.

Adapun, menurut Pasal 74 UU BUMN, tujuan lainnya dari privatisasi adalah sebagai berikut.
 Meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahaan.
 Memperluas kepemilikan masyarakat terhadap saham perusahaan perseroan.
 Membuat struktur industri yang kompetitif dan sehat .
 Memperkuat struktur dan manajemen keuangan.
 Menumbuhkan iklim usaha, kapasitas pasar, dan ekonomi makro.
 Menciptakan perusahaan persero yang berdaya saing tinggi dan berorientasi global

Dampak Privatisasi BUMN

Dalam penerapannya, tidak hanya mempertimbangkan aspek keuangan dalam jangka pendek saja,
tetapi juga termasuk jangka panjang kedepannya dari dampak privatisasi bagi masyarakat dan
pemerintah di masa depan.

Umumnya, penerapan privatisasi akan mendorong kegiatan usaha ke arah pasar bebas dan
menempatkan perusahaan ke dalam persaingan ketat. Selain itu, kegiatan ini juga menciptakan etos
kerja yang lebih baik untuk mendapatkan profit.

Tidak hanya memperoleh keuntungan saja, namun privatisasi BUMN juga akan berpotensi kerugian
yang dapat dialami oleh perusahaan terkait. Beberapa dampak privatisasi adalah sebagai berikut.

1. Redistribusi Kekayaan
Salah satu dampak privatisasi adalah distribusi aset yang tidak merata di masyarakat. Hal ini
disebabkan karena pemerintah hanya menjual saham hanya kepada masyarakat kelas atas saja,
sehingga memperbesar jarak antara kelas atas dan bawah.
2. Kehilangan Pekerjaan
Privatisasi memiliki kebijakan khusus untuk mengurangi biaya operasional agar keuntungan
semakin besar. Salah satu cara yang kerap dilakukan oleh perusahaan swasta baru adalah
pengurangan jumlah karyawan dengan PHK.
3. Berkurangnya Transparansi
Salah satu dampak terbesar dari privatisasi adalah menurunnya transparansi pengelolaan
keuangan perusahaan pada masyarakat. Hal tersebut akan berpotensi menyebabkan terjadinya
korupsi semakin besar setelah dilakukan privatisasi.

Cara Privatisasi

Berdasarkan pasal 2 Nomor PER-01/MBU/2010 perihal sistem privatisasi, penyusunan program


tahunan, dan penunjukan lembaga, langkah untuk menerapkan privatisasi dapat dilakukan dengan
beberapa cara. Diantaranya sebagai berikut.
1. Penjualan Saham Berdasarkan Ketentuan Pasar Modal
Sesuai dengan pasal 3 ayat (1) Permen BUMN 01/2010, menyatakan bahwa penjualan
saham privatisasi berdasarkan kebijakan pasar modal diterapkan melalui beberapa cara seperti
berikut.
o penawaran umum (go public).
o penawaran umum lanjutan (secondary public offering).
o obligasi konversi yang bersifat ekuitas.
o penawaran saham kepada mitra strategis bagi perusahaan yang telah terdaftar di bursa.
2. Penjualan Saham Secara Langsung Kepada Investor
Berdasarkan pasal 4 ayat (1) Permen BUMN 01/2010, privatisasi dapat dilakukan oleh
Persero kepada investor finansial. Kegiatan ini hanya berlaku atas penjualan saham
perusahaan yang belum terdaftar di bursa.
3. Penjualan Saham Kepada Manajemen
Dalam pasal 5 ayat (1) Permen BUMN 01/2010 menjelaskan bahwa privatisasi dapat
dilakukan dengan menjual sebagian saham secara langsung kepada manajemen yang
bersangkutan setelah memenuhi persyaratan tertentu.

Contoh Kasus Privatisasi di Indonesia

Privatisasi secara resmi diatur dalam UU No. 59 Tahun 2009. Privatisasi adalah suatu bentuk
transaksi penjualan saham milik perusahaan BUMN maupun melalui penerbitan obligasi konversi.
Contoh kasus privatisasi di Indonesia yang menyebabkan pemindahan atas kepemilikan saham
kepada investor asing adalah PT Semen Indonesia. Pada awalnya, perusahaan ini memiliki nama PT
Semen Gresik (Persero) Tbk, merupakan pabrik semen terbesar di Indonesia.
Namun, akibat adanya privatisasi pada tanggal 20 Desember 2012, perusahaan ini secara resmi
mengganti namanya menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dan saham terbesar dimiliki oleh
perusahaan semen asal Meksiko, CEMEX.

Selain itu juga ada beberapa perusahaan perseroan lainnya yang melakukan privatisasi. Diantaranya
sebagai berikut.

 PT Indofarma Tbk (INAF)


 PT Adhi Karya (ADHI)
 PT Garuda Indonesia (GIAA)
 PT Kimia Farma (KAEF)
 PT Krakatau Steel (KRAS)
 PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM)

Itulah penjelasan mengenai pengertian privatisasi dan contohnya di Indonesia. Privatisasi adalah salah
satu cara pemerintah dan juga investor untuk memperoleh keuntungan. Maka dari itu, siapkan dana
investasi Anda sekarang juga agar dapat menjadi salah satu investor BUMN tersebut.

JAWABAN NO 4
Kondisi yang dialami Indonesia sehingga terjebak pada utang luar negeri Kebijakan utang luar
negeri masa lalu membawa perekonomian Indonesia pada jebakan utang (debt-trap) yang begitu besar
sehingga terus membebani keuangan negara. Dari segi jumlah utang luar negeri Indonesia seluruhnya
pada tahun 2014 tercatat sebesar USD 269,3 miliar sehingga tumbuh 7,1% (yoy), meningkat
dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 4,6% (yoy), yang jika
dibanding jumlah Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang pada tahun 2014 hanya berjumlah
USS 900 milyar, útang luar negeri Indonesia saat ini sudah setara dengan 30 persen PDB. Seandainya
perekonomian Indonesia mampu berkembang dengan baik. seharusnya masalah utang Indonesia dapat
terselesaikan sejak dahulu bahkan bukan tidak mungkin untuk menjadi negara kreditur (pemberi
utang).

Struktur utang luar negeri tersebut terdiri dari utang publik dan utang swasta. Utang luar negeri sektor
publik terdiri dari utang pemerintah, utang Bank Indonesia (BI), dan utang Badan Usaha Milik
Negara (BUMN). Utang yang sedemikian banyak
tersebut memang memberatkan perekonomian Indonesia. Akibatnya tidak hanya pada sektor moneter
tetapi juga ke sektor fiskal dan ekonomi riil.

Pada bidang moneter, utang luar negeri yang pokok dan bunganya harus dibayar setiap tahunnya
sangat mempengaruhi cadangan devisa Indonesia. Dari tahun ke tahun cadangan devisa kita
mengalami penurunan yang cukup drastis seperti yang tercantum dalam tabel berikut ini.

Tabel 6.1

Pencairan dan Pembayaran ULN 2004-2010an (US$ milyar)

Sumber: (Baswir, 2010) dari Nota Keuangan 2010 (perubahan kedua) dan Nota Keuangan 2009
(diolah)

Pada tahun 2005 Indonesia mendapatkan penangguhan pembayaran utang sebesar Rp 25,1 triliun
menyusul terjadinya Tsunami di Aceh. Dari jumlah cadangan devisa di atas, sebanyak USS 9 milyar
merupakan pinjaman dari IMF yang berbentuk stand by loan. Dana tersebut hanya boleh dicairkan
dalam keadaan mendesak. Itu artinya jumlah cadangan devisa kita sangatlah sedikit, paling banyak
hanya dapat membiayai impor selama 3-4 bulan. Bandingkan dengan Malaysia dan Singapura yang
cadangan devisanya lebih dari 100 milyar US$.

Berdasarkan data tersebut dapat kita simpulkan bahwa utang luar negeri yang berhasil dicairkan
pemerintah setiap tahunnya lebih kecil dibanding jumlah utang yang seharusnya dibayar pemerintah
kepada kreditur. Akibatnya terjadi defisit yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Dampak
lebih buruk adalah cadangan devisa kita terus menerus terkuras karena digunakan untuk membayar
utang luar negeri.

Beban utang luar sektor publik yang sangat mencolok dipikul oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja
Nasional (APBN). Hampir sepuluh persen dari APBN 2014 dialokasikan untuk membayar pokok
utang luar negeri beserta bunganya. Jumlah yang sedemikian besar membuat pemerintah tidak dapat
sepenuhnya membiayai pembangunan sektor-sektor vital seperti pendidikan dan kesehatan, sehingga
dapat dipastikan rakyat tidak mendapat jaminan sosial yang memadai. Dampak utang luar negeri pada
akhirnya bermuara pada beban hidup rakyat yang terus meningkat. Hal itu dapat terjadi baik melalui
kenaikan harga yang dipicu oleh kemerosotan nilai rupiah, peningkatan harga BBM, maupun
peningkatan target pajak.

Utang luar negeri yang ditumpuk Indonesia dari tahun ke tahun telah meningkatkan ketergantungan
terhadap negara atau lembaga kreditur. Selama ini pemerintah dan masyarakat telah terbiasa
menggunakan utang luar negeri untuk membiayai pembangunan. Akibatnya jika utang tersebut
ditiadakan maka yang terjadi adalah ketidakpercayaan pada kemampuan diri yang sangat besar. Lebih
jauh kehadiran kreditur asing yang membiayai pembangunan Indonesia membuat mereka memiliki
posisi ekonomi politik yang luar biasa besar, sehingga mereka dengan mudah melakukan intervensi
terhadap kebijakan ekonomi dan politik Indonesia.

IMF adalah lembaga kreditur yang terbukti telah mampu menguasai perekonomian Indonesia:
Melalui LOI yang telah ditandatangani pemerintah Indonesia, IMF memaksakan serangkaian
kebijakan ekonomi yang sesungguhnya merugikan Indonesia seperti privatisasi BUMN, liberalisasi
perdagangan minyak bumi, dan penghapusan subsidi kesehatan dan pendidikan. Indonesia yang sejak
semula "menggantungkan" diri pada IMF tidak berani menolak persyaratan tersebut karena takut
kehilangan kesempatan mendapatkan utang. Dibandingkan dengan Malaysia yang tidak menerima
intervensi IMF, pemulihan krisis Indonesia justru berjalan lebih lambat.. Jadi terbukti bahwa jalan
keluar (resep) pemulihan ekonomi yang diberikan IMF sesungguhnya tidak berhasil. Karena
ketergantungan yang berbuah ketidakpercayaan diri, pemerintah Indonesia tidak berani mengambil
langkah radikal untuk tidak berorientasi pada utang tetapi pada kekuatan sendiri.

JAWABAN NO 5
Satu pertanyaan yang sering muncul adalah bagaimana masalah dan dampak korupsi ini jika dilihat
dari perpektif ekonomi? Dalam sudut pandang makro, maka korupsi ini umumnya lebih banyak
berdampak negatif pada perekonomian. Namun demikian dalam perspektif mikro, dalam arti dilihat
dari sudut pandang pelaku pelaku ekonomi yang membayarkan sogokan pada para pejabat yang korup
tersebut, perbuatan korupsi itu mungkin saja justru dapat mempertinggi tingkat efisiensi dan
mendukung usahanya. Ini berkaitan dengan berbagai keistimewaan yang ia peroleh sebagai implikasi
dari dana yang dikcuarkannya. Namun demikian yang jelas di kalangan sementara ekonom masih ada
perdebatan tentang efek korupsi terhadap pertumbuhan ekonomi itu.

Beberapa penulis berpendapat bahwa korupsi dapat saja meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ini
melalui dua tipe mekanisme (Mauro, 1995). Pertama, praktek korupsi yang dengan pemberian dana
untuk membantu pelaku ekonomi terhindar dari penundaan penundaan urusannya. Sebagaimana
diketahui penundaaan bagi aktivitas ekonomi berarti biaya, baik itu dari sisi peluang usaha yang
mungkin lepas ataupun biaya biaya dari bunga, dan ongkos lainnya. Ini dapat mendukung
pertumbuhan apabila negara tersebut aturan birokrasinya sangat buruk. Kedua, adanya korupsi ini
dapat mendorong pegawai pemerintah untuk bekerja lebih keras. Mereka yang sebelumnya tidak
terlalu bersemangat menyelesaikan urusan rutinnya menjadi terstimulasi untuk bekerja karena adanya
insentif dari uang pelayanannya. Hal yang seperti ini dapt terjadi di negara manapun.

Namun demikian, dari banyak pendapat yang ada lebih cenderung berpandangan bahwa korupsi ini
justru memperlambat atau menurunkan pertumbuhan ekonomi, di samping juga menimbulkan
ketidakadilan dan kesenjangan pendapatan masyarakat. Temuan temuan dari Murphy, Shleifer, dan
Vishny (1991) menunjukkan bahwa negara negara yang banyak aktivitas korupsi atau "rent seeking
activities" cenderung lambat pertumbuhan ekonominya. Pandangan ini lebih mudah dipahami karena
adanya korupsi berarti ada biaya lain lain, atau akan mempersulit suatu aktivitas ekonomi, yang
akibatnya bisa meninggikan biaya atau memperkecil minat untuk melakukan investasi sehingga
mengganggu kelancaran pertumbuhan ekonomi.

Dari penelitiannya di 58 negara termasuk Indonesia, Mauro (1995) mempertegas pandangan yang
menyatakan bahwa korupsi akan cenderung memperlambat pertumbuhan ekonomi. Ia beranggapan
korupsi yang minimal akan melahirkan birokrasi yang efisien sehingga dapat mendukung peningkatan
investasi dan pertumbuhan ekonomi. Dengan mempertimbangkan aspek aspek moral, politik, sosial,
budaya, pertahanan dan keamanan, maka memang sulit untuk melegitimasi adanya suatu praktek
korupsi. Karena bagaimanapun juga dampak negatif dari praktik korupsi ini jauh lebih banyak
dibandingkan dampak positifnya, terutama bagi masyarakat.

Oleh karena itu, sekarang ini secara global muncul upaya upaya untuk menghapuskan praktek korupsi
ini. Bahkan negara negara seperti Amerika Serikat melarang perusahaan perusahaan warganya yang
beroperasi di negara lain (MNC, Multinational Corporation) melaksanakan praktek korupsi, dan
praktek bisnis tidak jujur lainnya. Meskipun praktek praktek itu memberikan keuntungan pada
perusahaan Amerika Serikat maupun bagi ekonomi negara AS secara keseluruhan.

Sebagaimana dikemukakan di atas, upaya untuk menghapuskan korupsi (juga kolusi, nepotisme, dan
kronisme) saat ini sangat gencar dilakukan di Indonesia, dan ini merupakan bagian tak terpisahkan
dari gerakan reformasi ekonomi yang berlangsung. Dalam terminologi ilmu ekonomi, reformasi
ekonomi didefinisikan sebagai "suatu proses perubahan kelembagaan yang membawa pada
peningkatan tingkat pertumbuhan produktivitas input total (Total Factor Produktivity, TFP)"
(Reynolds, Bruce L.1987).
Adanya praktek korupsi, kolusi, nepotisme, dan kronisme atau koncoisme telah menimbulkan adanya
pengalokasian sumberdaya menjadi tidak optimal, atau melahirkan ketidakefesienan dalam proses
produksi. Keluaran (output) dari suatu proses produksi menjadi lebih kecil dari yang seharusnya
terjadi jika tidak ada KKN. Dengan kata lain produksi barang dan jasa tidak mencerminkan prinsip
least cost combination, atau kombinasi ongkos paling murah.

Pengalokasian proyek kepada suatu perusahaan tanpa proses pelelangan yang fair misalnya dapat
membuat perusahaan memaksakan anggaran yang dibuatnya untuk disetujui walaupun itu bukanlah
yang termurah. Misalnya praktek praktek penerbitan ketentuan pembangunan jalan tol, pembangunan
kilang minyak dan gas bumi, ataupun pembangunan berbagai proyek proyek PLN yang didukung
dengan Keppres ataupun SK Menteri yang diberikan kepada satu perusahaan tertentu, cenderung
menimbulkan inefisiensi. Ketidakefisienan perusahaan akan transfer kepada pemberi proyek
(pemerintah) yang selanjutnya menjadi beban bersama terutama pembayar pajak dan berkurangnya
fasilitas publik yang seharusnya bisa dinikmati masyarakat luas. Dengan kata lain produktivitas dari
faktor faktor produksi yang digunakan tidak maksimal.

Memang adanya korupsi tidak otomatis membuat suatu perekonomian langsung terpuruk dan tidak
bisa berkembang. Sebagaimana yang telihat dalam perekonomian nasional Indonesia, perekonomian
tetap sempat mengalami pertumbuhan relatif tinggi di tengah badai korupsi tersebut. Namun
perkembangan pesat ini dibarengi dengan eksploitasi dan perusakan sumberdaya alam secara besar
besaran serta membengkaknya utang luar negeri pemerintah dan swasta. Jadi bukan karena
meningkatnya TFP. Akibatnya perekonomian kita sangat rentan, sebagimana yang tercermin dari
krisis ekonomi sekarang ini. Di samping itu pertumbuhannya tidak optimal bahkan lebih rendah
dibandingkan negara negara tetangga yang secara relatif memiliki sumber kekayaan alam yang lebih
sedikit dibandingkan Indonesia.

Akibat lain tindak korupsi ini adalah terjadi ketidakmerataan yang tajam di antara pelaku pelaku
ekonomi, sebagai akibat ketidakadilan dalam perolehan fasilitas yang diberikan oleh birokrasi melalui
praktek korupsi dan kolusi, ataupun nepotisme. Oleh karena itu sepanjang praktek KKN masih ada,
maka upaya untuk mengoptimalkan TFP tidak pernah akan terwujud, yang berarti perekonomian
selalu dalam kondisi tidak efisien dan berdaya saing lemah. Oleh karena itu penghapusan KKN ini
merupakan bagian integral dari reformasi ekonomi yang arahnya untuk meningkatkan produktivitas
dari seluruh input yang digunakan.

Reformasi ekonomi juga terkait dengan aspek perubahan kelembagaan dalam perekonomian.
Langkah reformasi ekonomi ini mencakup aspek aspek yang terkait dengan demokratisasi di setiap
bidang perekonomian. Langkah langkah reformatif demikian sebenarnya secara langsung maupun
tidak langsung akan mempersempit bahkan menutup peluang terjadinya praktek praktek korupsi dan
sejenisnya. Karenanya jika dicermati data tentang korupsi (misalnya dari Transparency International).
negara yang lebih demokratis perekonomiannya, tingkat korupsinya semakin rendah, dan sebaliknya.
Hal ini disebabkan dalam negara yang demokratis kontrol sosial dari masyarakat sangat tinggi, dan
kontrol tersebut harus menjadi acuan dan direspon oleh birokrasi dan wakil rakyat.

Tuntutan untuk mewujudkan adanya kompetisi yang lebih sehat dan jujur dalam perekonomian, dan
upaya deregulasi sebenarnya juga tidak bisa dilepaskan dari upaya untuk menekan terjadinya praktek
korupsi yang menimbulkan ketidakefisienan. Langkah langkah gencar korporatisasi dan privatisasi
BUMN besar oleh Menteri Pendayagunaan BUMN agaknya bisa dianggap sebagai contoh
meningkatkan TFP pada BUMN di tanah air. Hanya saja proses itu sendiri bisa menjadi sumber
korupsi dan kolusi terutama pada masa transisi.

Hal ini terjadi manakala prosesnya tidak transparan dan tidak didukung aturan hukum yang jelas dan
dipercaya. Ini sudah terjadi di banyak negara, dan karenanya dalam proses reformasi ini para reformis
diingatkan untuk berhati hati dan menghindari pihak yang mencari rente ekonomis dari proses
tersebut (lihat misalnya Susan Rose Ackerman, 1998, h. 35-68). Kasus yang ramai dibicarakan sekitar
tahun 1998 adalah menyangkut privatisasi PT Krakatau Steel yang akhirnya dibatalkan, agaknya bisa
dianggap sebagai contoh kurangnya keterbukaan dalam rencana proses privatisasi, sehingga muncul
kecurigaan adanya pihak pihak yang ingin memperoleh rente ekonomis dan privatisasi.
SUMBER

HASIL PEMIKIRAN SENDIRI MOCH RIZKI HILMAN NUGRAHA

ESPA4314/MODUL 4

ESPA4314/MODUL 5

ESPA4314/MODUL 6

https://artanengsisianipar.wordpress.com/koperasi-kewirausahaan/permasalahan-yang-dihadapi-
perkoperasian-di-indonesia/

https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/12/01/privatisasi-adalah

Anda mungkin juga menyukai