Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Pekommas, Vol. 1 No.

2, Oktober 2016: 141 - 152

Penggunaan Teknologi Informasi di Kalangan Pelaku Usaha Mikro Kecil


Menengah di Daerah Perbatasan
(Studi di Kabupaten Belu Provinsi Nusa Tenggara Timur)

Use of Information Technology among Performers Micro Small Medium


Enterprises in the Border Area
(Study in Belu, East Nusa Tenggara)
1)
Baso Saleh, 2)Yayat D. Hadiyat
Pusat Pengembangan Literasi dan Profesi SDM Komunikasi – Kemkominfo
1)
2)
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Makassar
1)
Jalan. Medan Merdeka Barat no. 9 Jakarta
2)
Jalan. Prof. Abdurrahman Basalamah II no. 25 Makassar, Tlp/Fax: 04114660084
1)
baso.saleh@gmail.com 2)yayat.dh@gmail.com

Diterima: 2 Februari 2016|| Revisi: 10 Oktober 2016 || Disetujui: 19 Oktober 2016

Abstrak - Kondisi masyarakat di sepanjang perbatasan umumnya miskin dengan tingkat kesejahteraan yang
rendah dan tinggal di wilayah terisolir. Salah satu upaya meningkatkan perekonomian masyarakat wilayah
perbatasan adalah melalui pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Hadirnya teknologi
informasi (TI) mengubah cara dalam bisnis dengan memberikan peluang dan tantangan baru bagi
pengembangan UMKM. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan pemanfaatan TI dalam
pengembangan UMKM. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah mix method yaitu
pengumpulan data dan menganalisis data serta perpaduan pendekatan kuantitatif dan kualitatif melalui
beberapa fase proses penelitian. Hasil penelitian ini, secara umum dapat digambarkan bahwa penggunaan TI
di kalangan pelaku UMKM di Kabupaten Belu relatif sudah memasyarakat, baik dalam hal kemampuan para
pelaku usaha mengoperasikan komputer maupun dalam hal mengakses internet. Namun jika dilihat dari
pemanfaatan komputer dan internet untuk mendukung pengelolaan atau manajemen UMKM mereka pada
umumnya relatif masih rendah. Hasil penelitian ini juga sangat jelas menggambarkan bahwa persoalan
tingkat pendidikan pelaku UMKM sangat berkorelasi dengan kemampuan mereka memanfaatkan TI sebagai
sarana pendukung pengelolaan UMKM.
Kata Kunci: teknologi informasi, UMKM, daerah perbatasan
Abstract - Conditions in the communities along the border are generally poor with a low level of welfare and
living in isolated areas. One effort to improve the economy of the border area communities is through the
empowerment of micro, small, and medium enterprises (SMEs). The presence of information technology (IT)
to change the way in the business by providing new opportunities and challenges for the development of
SMEs. The purpose of this study was to describe the use of IT in the development of SMEs. The method used
in this study is a mixed methods of data collection and data analysis as well as a mix of quantitative and
qualitative approaches through several phases of the research process. the results of this study, can
generally be described that the use of IT among SMEs in Belu relatively popular in the community, both in
terms of the ability of businesses to operate computers and in terms of accessing the internet. However, if
viewed from the use of computers and the Internet to support the management or the management of their
SMEs in general is still relatively low. The results also clearly illustrate that the issue of SMEs educational
level is highly correlated with their ability to utilize IT as a means of supporting the management of SMEs.
Keywords: information technology, SMEs, border area

PENDAHULUAN terbatas infrastruktur yang menyebabkan kondisi


Daerah perbatasan selama ini dianggap halaman kawasan perbatasan terisolir dan tertinggal dari sisi
belakang dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. sosial dan ekonomi. Padahal, seharusnya daerah
Akibatnya, kondisi di sebagian besar wilayah perbatasan dijadikan sebagai halaman depan dan pintu
perbatasan, relatif kurang mendapatkan perhatian serta masuk dari sebuah negara yang dapat mencerminkan
minim pembangunan. Daerah perbatasan masih sangat kondisi wilayah serta jati diri bangsa Indonesia.

141
Penggunaan Teknologi Informasi di Kalangan UMKM … (Baso Saleh dan Yayat D. Hadiyat)

Selama beberapa puluh tahun ke belakang masalah wilayah terisolir. Sumber mata pencaharian utama
perbatasan masih belum mendapat perhatian yang masyarakat di kawasan perbatasan adalah kegiatan
cukup dari pemerintah. Hal ini tercermin dari pertanian lahan kering yang sangat tergantung pada
kebijakan pembangunan yang kurang memperhatikan hujan. Kondisi masyarakat di wilayah perbatasan pada
kawasan perbatasan dan lebih mengarah kepada umumnya, masih relatif lebih baik dari masyarakat
wilayah-wilayah yang padat penduduk, aksesnya Timor Leste yang tinggal di sekitar perbatasan.
mudah, dan potensial, sedangkan kebijakan Dengan demikian, kawasan perbatasan di NTT
pembangunan bagi daerah-daerah terpencil, terisolir khususnya di lima kecamatan yang berbatasan
dan tertinggal seperti kawasan perbatasan masih langsung dengan Timor Leste maupun daerah NTT,
belum diprioritaskan (Bappenas, tanpa tahun). secara keseluruhan perlu diperhatikan secara khusus.
Saat ini, pembangunan wilayah tertinggal Hal ini dikhawatirkan karena akan terjadi kesenjangan
mendapat perhatian khusus dari Presiden Joko yang cukup tajam antara masyarakat NTT di
Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla melalui perbatasan dengan masyarakat Timor Leste,
program Nawacita yang terdiri atas sembilan agenda khususnya penduduk Belu yang sebagian besar masih
prioritas. Nawacita poin tiga adalah membangun miskin.
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah- Salah satu upaya meningkatkan perekonomian
daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Ada masyarakat wilayah perbatasan adalah melalui
tiga isu yang menjadi prioritas dalam RPJMN 2015- pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah
2019 yang terkait dengan Nawacita poin ketiga salah (UMKM). Keberadaan UMKM telah terbukti
satunya adalah pembangunan daerah tertinggal dan memiliki sumbangsih bagi perekonomian nasional.
kawasan perbatasan yaitu dengan mempercepat Ada tiga hal menurut Bank Indonesia (2012) terkait
pembangunan kawasan perbatasan di berbagai bidang, dengan peran UMKM terhadap perekonomian
terutama ekonomi dan keamanan. nasional. Pertama, jumlah industrinya yang besar dan
Wilayah Indonesia yang berbatasan dengan negara terdapat dalam setiap sektor ekonomi. Kedua,
lain terdiri atas perbatasan darat dan perbatasan laut. potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja,
Perbatasan darat yang berbatasan langsung dengan dan ketiga, kontribusi UMKM dalam pembentukan
negara-negara Malaysia, Papua New Guinea (PNG), PDB cukup signifikan yakni sebesar 56% dari total
dan Timor Leste serta perbatasan laut yang berbatasan PDB di tahun 2010.
dengan 10 negara, yaitu India, Malaysia, Singapura, Hadirnya Teknologi Informasi (TI) mengubah cara
Thailand, Vietnam, Filipina, Republik Palau, dalam bisnis dengan memberikan peluang dan
Australia, Timor Leste, dan Papua New Guinea tantangan baru yang berbeda dengan cara
(PNG). Salah satu wilayah perbatasan Indonesia konvensional. TI merupakan salah satu pilar utama
adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang pembangunan peradaban manusia saat ini yang harus
berbatasan dengan negara Timor Leste. Perbatasan mampu memberi nilai tambah bagi masyarakat luas.
antarnegara di NTT terletak di 3 (tiga) kabupaten Pengertian TI menurut Haag dan Keen (1996)
yaitu Belu, Kupang, dan Timor Tengah Utara (TTU). adalah seperangkat alat yang membantu Anda bekerja
Perbatasan antarnegara di Belu terletak memanjang dengan informasi dan melakukan tugas-tugas yang
dari utara ke selatan bagian Pulau Timor, sedangkan berhubungan dengan pemrosesan informasi. TI tidak
Kabupaten Kupang dan TTU berbatasan dengan salah hanya terbatas dengan komputer (hardware-software)
satu wilayah Timor Leste, yaitu Oekussi, yang yang digunakan untuk memproses dan menyimpan
terpisah dan berada di tengah wilayah Indonesia informasi, melainkan juga mencakup teknologi
(enclave). Garis batas antarnegara di NTT ini terletak komunikasi untuk mengirimkan informasi (Martin:
di 9 (sembilan) kecamatan, yaitu 1 (satu) kecamatan 1999).
di Kabupaten Kupang, 3 (tiga) kecamatan di Persoalan yang kemudian mengemuka adalah
Kabupaten TTU, dan 5 (lima) kecamatan di kesenjangan TI (digital devide), khususnya di wilayah
Kabupaten Belu. perbatasan masih sangat besar. Oleh karena itu,
Menurut Bappenas, kondisi masyarakat di menjadi hal yang penting dan mendesak untuk
sepanjang perbatasan umumnya miskin dengan membuka isolasi akses informasi masyarakat di
tingkat kesejahteraan yang rendah dan tinggal di daerah terpencil; menyediakan pusat layanan

142
Jurnal Pekommas, Vol. 1 No. 2, Oktober 2016: 141 - 152

informasi publik atau jaringan akses informasi sampai kendala utama pemanfaatan teknologi informasi
ke perdesaan; menyediakan informasi yang berupa komputer dan internet di kalangan pelaku
dibutuhkan masyarakat untuk meningkatkan UKM di wilayah Kota Gorontalo adalah keterbatasan
pengetahuan, ekonomi dan taraf hidupnya; sumber daya manusia yang mendukung. Selain itu
memfasilitasi kelompok-kelompok sosial masyarakat persepsi dari pelaku UKM yang menganggap manfaat
agar dapat mengembangkan kreativitas dan yang diperoleh dari penggunaan teknologi informasi
memamerkan produknya; serta menyediakan tempat tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan serta
bagi para tenant untuk mewujudkan ide kreatif keterbatasan modal usaha yang dimiliki juga turut
menjadi produk inovatif TI agar memiliki daya saing, menghambat penggunaan teknologi informasi oleh
unggul dan punya nilai jual. Sejalan dengan itu, pelaku UKM.
menurut Adeosun (2009) penggunaan TI memberikan Selain itu, penelitian tentang “Pengaruh
nila positif bagi strategi manajemen yang terkait Technology Readiness terhadap Penerimaan
dengan aspek komunikasi, akses informasi, Teknologi Komputer pada UMKM di Yogyakarta”
pengambilan keputusan, manajemen data dan dilakukan oleh Mimin Nur Aisyah, Mahendra Adhi
knowledge management pada sebuah organisasi. Nugroho, dan Endra Murti Sagoro tahun 2013.
Ada 2 faktor yang memengaruhi UMKM dalam Penelitian ini bertujuan untuk melihat persepsi pelaku
mengadopsi TI menurut Ghobakhloo dkk. (2011) UMKM terhadap teknologi komputer. Hasil penelitian
yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal menunjukkan pelaku UMKM di Yogyakarta
terdiri atas keputusan dari pelaku UMKM (top memandang jika komputer memiliki manfaat namun
management), ada modal atau anggaran untuk belum banyak yang menggunakan komputer karena
pengembangan TI, sumber daya manusia bidan TIK kebanyakan usaha UMKM tidak terkait atau kurang
yang ada di UMKM, adanya aplikasi TI yang sesuai membutuhkan komputer dalam menjalankan
dengan kebutuhan dan budaya/kareteristik UMKM itu usahanya.
sendiri. Sedangkan faktor eksternal yang Penelitian tentang UKM pernah juga dilakukan
memengaruhi antara lain lingkungan yang kompetitif oleh Jarudo Damanik dengan judul penelitian “Adopsi
(persaingan dengan UMKM lain), pemerintah, TIK dalam Mendukung Kegiatan UKM di Kota
pelangggan dan suplier, serta konsultan TI dan Tanjung Pinang”. Hasil penelitian menunjukkan
vendor. bahwa adopsi TIK dalam kegiatan UKM di Kota
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk Tanjung Pinang memiliki peluang yang cukup besar
pemberdayaan masyarakat di wilayah perbatasan, untuk memajukan UKM karena paradigma dan
termasuk pemberdayaan masyarakat dan UMKM penerimaan pelaku UKM terkait dengan pentingnya
berbasis teknologi informasi. Salah satu di antaranya informasi sebagai bagian dari daya saing.
adalah penelitian yang dilakukan oleh Boby Rantow Kajian Penyusunan Model Peningkatan KUMKM
Payu dan Sri Indriyani tahun 2014 berjudul di Kawasan Perbatasan/Tertinggal pernah dibuat oleh
“Pemetaan UKM di Kota Gorontalo Berdasarkan Pola Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
dan Tingkat Penggunaan Teknologi Informasi”. Ada Menengah Republik Indonesia pada tahun 2010.
lima temuan penelitian ini. Pertama, pemahaman Kajian ini dilakukan bertujuan untuk mendukung
pelaku UKM relatif baik dengan banyaknya pelaku pembangunan ekonomi masyarakat pada kawasan
UKM yang mampu menggunakan komputer namun perbatasan dan meningkatkan peran KUMKM.
dalam penggunaannya dalam menunjang usaha masih Sedangkan tujuan dilakukannya kajian ini adalah: 1)
rendah. Kedua, pemanfaatan komputer masih terbatas Mengetahui potensi ekonomi daerah
membuat laporan dan administrasi usaha. Ketiga, tertinggal/terisolir di kawasan perbatasan yang bisa
tingkat adopsi internet di kalangan UKM masih sangat ditangani KUMKM; 2) Menyusun model peningkatan
rendah. Keempat, pemanfaatan teknologi internet oleh KUMKM dalam pengembangan sektor ekonomi
UKM yang memakai internet di wilayah Kota daerah tertinggal/terisolir di kawasan perbatasan.
Gorontalo didominasi untuk keperluan mencari Dari hasil kajian ditemukan bahwa permasalahan
informasi yang menunjang kegiatan usaha baik berupa yang dihadapi masyarakat perbatasan dalam
informasi pasar maupun informasi mengenai pemanfaatan potensi daerah pada dua lokasi yaitu
desain/kemasan untuk produk/jasa mereka. Kelima, Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Belu pada

143
Penggunaan Teknologi Informasi di Kalangan UMKM … (Baso Saleh dan Yayat D. Hadiyat)

dasarnya tidak jauh berbeda yaitu: kemampuan SDM, bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
modal kerja, penguasaan teknologi, penggunaan benih Usaha Menengah atau Usaha Besar yang
dan sarana produksi, prasarana dan sarana, serta memenuhi kriteria Usaha Kecil. Kriteria Usaha
tingkat pemanfaatan lahan. Kecil adalah sebagai berikut:
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian  Memiliki kekayaan bersih lebih dari 50 juta
sebelumnya adalah lebih fokus pada aspek rupiah sampai dengan paling banyak 500 juta
pemanfaatan teknologi informasi, khususnya internet rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan
di kalangan pelaku UMKM di Kabupaten Belu tempat usaha; atau
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Adapun  Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 300
rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana juta rupiah sampai dengan paling banyak 2,5
pemanfaatan TI di kalangan pelaku UMKM di miliar.
Kabupaten Belu Provinsi Nusa Tenggara Timur. 3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif
Sedangkan tujuan penelitian adalah untuk yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
menggambarkan pemanfaatan TI di kalangan pelaku perorangan atau badan usaha yang bukan
UMKM di Kabupaten Belu. merupakan anak perusahaan atau cabang
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Usaha bagian baik langsung maupun tidak langsung
Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan
entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
bersih paling banyak 200 juta rupiah tidak termasuk tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-undang
tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki ini. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai
penjualan tahunan paling banyak 1 miliar rupiah. berikut:
Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan  Memiliki kekayaan bersih lebih dari 500 juta
entitas usaha milik warga negara Indonesia yang rupiah sampai dengan paling banyak 10 miliar
memiliki kekayaan bersih lebih besar dari 200 juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan
rupiah sampai dengan 10 miliar rupiah tidak termasuk tempat usaha; atau
tanah dan bangunan.  Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 2,5
Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi miliar rupiah sampai dengan paling banyak 50
UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil miliar rupiah.
merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga Menurut Basri dalam Rahmana (2009)
kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah mengemukakan bahwa UKM di Indonesia dapat
merupakan entitas usaha yang memiliki tenaga kerja bertahan di masa krisis ekonomi disebabkan oleh 4
20 s.d. 99 orang. (empat) hal, yaitu : (1) sebagian UKM menghasilkan
Pengertian UKM lainnya mengacu pada Undang- barang-barang konsumsi (consumer goods),
undang UKM Nomor 20 Tahun 2008, yaitu: khususnya yang tidak tahan lama, (2) mayoritas
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang UKM lebih mengandalkan pada nonbanking
perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang financing dalam aspek pendanaan usaha, (3) pada
memenuhi kriteria Usaha Mikro. Kriteria Usaha umumnya UKM melakukan spesialisasi produk
Mikro adalah sebagai berikut: yang ketat, dalam arti hanya memproduksi barang
 Memiliki kekayaan bersih paling banyak 50 juta atau jasa tertentu saja, dan (4) terbentuknya UKM
rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan baru sebagai akibat dari banyaknya pemutusan
tempat usaha; atau hubungan kerja di sektor formal.
 Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Menurut Ashar (2006) pada konteks pelaku usaha
300 juta rupiah. kecil, peran teknologi informasi sangat penting
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang mengingat kompetitor atau pesaing UMKM tidak
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang hanya dari bisnis lokal atau regional tetapi telah
perorangan atau badan usaha yang bukan melibatkan pelaku usaha bisnis berskala internasional.
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang Selain itu, menurut Sudaryanto dkk., penggunaan
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi teknologi informasi dan komunikasi bagi pelaku

144
Jurnal Pekommas, Vol. 1 No. 2, Oktober 2016: 141 - 152

UMKM dalam menggerakkan roda bisnis dapat mahal, dan perluasan pasar terlambat. UMKM
memberikan fleksibilitas baik dalam produksi, sebaiknya dibekali kemampuan berkolaborasi dengan
menerima tawaran, dan mendukung transaksi cepat pelaku bisnis lain memanfaatkan teknologi informasi
tanpa kertas. dan komunikasi (TIK). Hambatan kolaborasi perlu
Pemanfaatan teknologi informasi dalam diatasi. Misalnya, usaha mikro dan kecil sulit masuk
menjalankan bisnis atau sering dikenal dengan istilah ke ritel swalayan karena tidak sanggup menunggu
e-commerce bagi perusahaan kecil dapat memberikan pembayaran produk yang mundur 1-2 bulan.
fleksibilitas dalam produksi. Hal ini memungkinkan Promosi keunggulan kualitas produk UMKM ke
pengiriman ke pelanggan secara lebih cepat untuk konsumen juga masih lemah. Padahal, promosi
produk perangkat lunak, mengirimkan dan menerima melalui TIK, biayanya relatif terjangkau bahkan bisa
penawaran secara cepat dan hemat, serta mendukung gratis. Masalahnya, UMKM nasional belum banyak
transaksi cepat tanpa kertas. Pemanfaatan internet “melek” TIK. Program pengenalan manfaat TIK pada
memungkinkan UMKM melakukan pemasaran pelaku UMKM perlu didukung oleh lembaga
dengan tujuan pasar global, sehingga peluang pemerintah seperti Kementerian Komunikasi dan
menembus ekspor terbuka luas. Di samping itu biaya Informatika, P.T. Telkom, kementerian teknis lain,
transaksi juga bisa diturunkan. Dengan demikian, serta pemerintah daerah. Demikian juga perguruan
dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan TIK bagi tinggi dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
UMKM menjadi penting dalam rangka peningkatan informatika. Oleh karena itu, diharapkan dengan
daya saing di pasar global. pemberdayaan UMKM dalam rangka pemanfaatan
Salah satu titik fokus dalam pemberdayaan TIK untuk pengembangan usahanya dapat
UMKM dengan berbasis TIK adalah peningkatan meningkatkan daya saingnya di era pasar global.
daya saing. Di era persiangan sekarang ini, peran TIK
METODOLOGI PENELITIAN
sangat menetukan dalam pemberdayaan UMKM. Bisa
dibayangkan jika suatu usaha tanpa ditopang oleh Penelitian ini merupakan penelitian campuran (mix
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi method), yaitu pengumpulan data dan menganalisis
sekarang ini, maka dapat dipastikan bahwa UMKM data dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan
akan sulit pengembangannya. Terlebih lagi Asean kualitatif melalui beberapa fase proses penelitian.
Economic Community (AEC) sudah diberlakukan Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2002)
pada akhir tahun 2015. Oleh karena itu, UMKM yang menyatakan metodologi kualitatif sebagai
Indonesia sebaiknya mempersiapkan diri untuk prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
bersaing dalam pasar tunggal Asean tersebut karena berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
Indonesia sebagai pasar terbesar, sudah pasti dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan kualitatif
diperebutkan oleh seluruh pelaku usaha di kawasan adalah usaha guna mendapatkan keterangan-
ini. keterangan yang jelas terhadap suatu masalah tertentu
Salah satu usaha yang penting disiapkan oleh dalam suatu penelitian.
UMKM Indonesia dalam rangka menghadapi pasar Menurut Arikunto (2006), pendekatan kuantitatif
tungggal ASEAN adalah kemampuan berinovasi. banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari
Sebagai contoh, untuk sektor pangan, ternyata pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut
kemasan produk pangan dari Malaysia jauh lebih baik serta hasilnya. Selain itu, dalam penelitian kuantitatif
dan didesain menarik dibanding produk kita. Produk juga ada data berupa informasi kualitatif. Penelitian
Malaysia bersertifikat mutu internasional, sedang dengan pendekatan kuantitatif menggunakan
produk UMKM kita tampil apa adanya. Meski produk kuesioner. Neuman dalam Prasetyo dan Jannah (2007)
berkualitas sama, namun daya tarik kemasan menjadi menjelaskan bahwa kuesioner “an instrument -…..-
faktor pembeda yang memengaruhi keputusan that he/she uses to measures variables”.
pembelian. Ini perlu disadari UMKM Indonesia dan Menurut Nasution (2008), dalam penelitian
segera dibenahi agar bersaing di tingkat global. kuantitatif peneliti lebih spesifik memusatkan
Jejaring kerja sama antara UMKM nasional sangat perhatian kepada aspek-aspek tertentu dan sering
kurang, apalagi dengan pengusaha luar negeri. Tanpa menunjukan hubungan antara berbagai variabel atau
jejaring kuat, efisiensi produksi rendah, harga produk memberi gambaran yang lebih jelas tentang situasi-

145
Penggunaan Teknologi Informasi di Kalangan UMKM … (Baso Saleh dan Yayat D. Hadiyat)

situasi sosial sehingga bersifat deskriptif. Penelitian dihimpun dari Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten
deskriptif hanya melibatkan satu variabel (univariat)”, Belu, yaitu mayoritas bergerak di sektor industri dan
di mana penelitian deskriptif seperti ini tetap terbatas perdagangan yang merupakan usaha rumah tangga.
kemampuannya untuk menjelaskan realitas seperti apa Selanjutnya, dari aspek pendidikan, ternyata pelaku
adanya. UMKM di Kabupaten Belu lebih banyak yang
Populasi penelitian ini yaitu seluruh pelaku berpendidikan menengah (SLTA).
UMKM di Kabupaten Belu NTT, baik sebagai Klasifikasi UMKM di Kabupaten Belu, dapat
pemilik maupun sebagai karyawan. Berdasarkan data digambarkan bahwa mayoritas adalah usaha mikro
awal yang dihimpun di Dinas Koperasi dan UMKM dan kecil. Hanya sedikit yang merupakan kelompok
Kabupaten Belu, jumlah UMKM sebanyak 330 unit. usaha menengah. Hal ini menunjukkan bahwa
Jumlah tersebut tersebar di 12 kecamatan di pertumbuhan usaha di Kabupaten Belu-NTT relatif
Kabupaten Belu. Berdasarkan data jumlah UMKM masih rendah dan perlu mendapat perhatian guna
tersebut, selanjutnya ditetapkan jumlah responden peningkatan skala usahanya. Sektor usaha yang paling
sebanyak 77 orang yang mewakili masing-masing satu banyak (56.4%) digeluti oleh masyarakat di
unit UMKM. Jumlah sampel tersebut diperoleh Kabupaten Belu adalah sektor industri dan
melalui perhitungan menggunakan rumus ukuran perdagangan. Selanjutnya sektor telekomunikasi
N (8.9%) dan sektor perhubungan (6.9%). Sektor
sampel: n  , Bungin (2005) dengan nilai
N.d 2  1 pertanian dan peternakan, dan sektor kesehatan, sektor
presisi sebesar 10,0%. kelautan dan perikanan, serta sektor energi dan
Adapun informan penelitian ini yaitu Kepala Dinas sumber daya alam relatif lebih sedikit.
Koperasi dan UKM, Kepala Dinas Perhubungan Terkait dengan kemampuan pelaku UMKM dalam
Komunikasi dan Informatika Kabupaten Belu, Kepala mengoperasikan komputer, yaitu mayoritas (73.3%)
Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kepala Dinas mengaku bisa atau mampu menggunakan. Hanya saja
Kebudayaan dan Pariwisata, pelaku UMKM, dan intensitas penggunaannya dalam satu bulan terakhir,
pengurus koperasi. masih relatif masih rendah. Jika dilihat totalitas data
hasil penelitian ini, hanya sekitar seperempat dari
HASIL DAN PEMBAHASAN jumlah pelaku UMKM yang relatif intens atau
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terbiasa menggunakan komputer. Artinya, hanya
memiliki peran penting dalam perekonomian sebagian kecil pelaku UMKM di daerah ini
Indonesia, karena dengan UMKM tersebut, menjadikan komputer sebagai alat bantu utama dalam
pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak mengelola usahanya. Alasan sebagian besar pelaku
terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang. Ketika UMKM di Kabupaten Belu tidak memanfaatkan
terjadi Krisis Ekonomi 1998, hanya sektor UMKM komputer dalam menjalankan usahanya, yaitu karena
yang bertahan dari kolapsnya ekonomi, sementara saat ini mereka belum membutuhkannya. Jadi
sektor yang lebih besar justru tumbang oleh krisis. usahanya masih bisa ditangani tanpa harus
Walaupun sektor UMKM telah dipromosikan dan menggunakan alat bantu komputer.
dijadikan sebagai agenda utama pembangunan Keberadaan internet sebagai media online relatif
ekonomi Indonesia, namun pengembangannya relatif sudah cukup memasyarakat dikalangan pelaku
masih lambat, khususnya dalam hal peningkatan UMKM. Mayoritas (74.3%) pelaku UMKM di
produksi dan daya saing usaha. Penelitian ini Kabupaten Belu sudah tahu dan mampu mengkases
bertujuan untuk menjelaskan pemanfaatan teknologi internet. Bahkan lebih dari seperempat pelaku UMKM
informasi di kalangan pelaku UMKM di Kabupaten di Kabupaten Belu tergolong cukup intens atau sering
Belu Provinsi NTT. mengakses internet. Data tersebut memang relatif
Berdasarkan data hasil penelitian ini, dapat cukup menggembirakan, namun jika dikaitkan dengan
digambarkan bahwa pelaku UMKM di Kabupaten kebutuhan dan persaingan usaha yang semakin ketat,
Belu Provinsi NTT mayoritas adalah perempuan. Data jumlah tersebut relatif masih sangat rendah.
ini juga menggambarkan bahwa UMKM di Kabupaten Seharusnya, para pelaku UMKM sebagai komunitas
Belu masih berkisar pada sektor usaha rumahan. Data bisnis, justru lebih masif dalam mengakses internet.
responden tersebut, sesuai dengan data UMKM yang Mereka inilah yang seharusnya menjadi komunitas

146
Jurnal Pekommas, Vol. 1 No. 2, Oktober 2016: 141 - 152

terdepan dalam memanfaatkan internet untuk Adapun pemanfaatan internet dalam mendukung
pengelolaan dan pengembangan usahanya. Salah satu atau menjalankan usaha oleh para pelaku UMKM di
pelaku UMKM yang sudah memanfaatkan internet Kabupaten Belu yaitu masih sangat sedikit. Data
adalah Ibu Aesah Bte Ahmad. tersebut menunjukkan bahwa mayoritas pelaku
“Dengan pendidikan saya yang hanya sampai UMKM di daerah ini belum menyadari atau
SMA, tapi dengan adanya teknologi seperti mengetahui pentingnya internet dalam pengembangan
internet saya bisa mengambil pelajaran dari bisnis usaha yang dijalankannya. Data yang dihimpun
online ini. Contohnya usaha bakery yang saya
penelitian ini menunjukkan bahwa hanya 18,8%
buat, saya tidak pernah mengikuti kursus bakery
tapi saya lebih banyak belajar dari media. Dulu pelaku UMKM di Kabupaten Belu yang pernah
ketika belum ada internet saya belajar dari media memanfaatkan internet dalam mendukung usahanya.
cetak. Setelah munculnya internet saya belajar dari Dari jumlah tersebut, mayoritas menggunakan internet
situ lagi tentang bagaimana saya mengolah kue dan untuk mencari informasi pasar. Ada juga yang
roti, jadi luar biasa kita bisa belajar bukan hanya di memanfaatkan internet untuk mencari informasi
dalam negeri tapi di luar negeri. Semua aksesnya desain produk, memesan produk secara online, untuk
bisa kita dapatkan di internet.”
berkomunikasi dengan pelanggan atau mirta usaha,
Di era globalisasi saat ini, hanya pelaku usaha untuk mengiklankan atau memasarkan produk, bahkan
yang dapat memanfaatkan internet dan teknologi ada juga untuk melakukan transaksi secara online.
informasi lainnya yang dapat lebih eksis dalam Beberapa alasan pelaku UMKM tidak
persaingan global. Oleh karena itu, angka pengguna menggunakan internet dalam menjalankan usahanya,
internet di kalangan UMKM di Kabupaten Belu yang paling banyak (24.8%) yaitu tidak tahu kegunaan
dihimpun dalam penelitian ini seharusnya bisa internet untuk usaha. Data tersebut menggambarkan
disikapi lebih jauh, guna mendorong lebih cepat agar bahwa sebagian besar pelaku UMKM belum sadar
para pelaku UMKM dapat mengoptimalkan pentingnya internet dalam menunjang pengembangan
pemanfaatan TIK, khususnya internet dalam usahanya. Alasan lain yang cukup menonjol adalah
pengelolaan usahanya. Fasilitas yang paling sering mereka tidak tahu menggunakan internet serta tidak
digunakan para pelaku UMKM di Kabupaten Belu memiliki akses internet. Tidak sedikit juga pelaku
dalam mengakases internet, yaitu mayoritas UMKM yang beralasan bahwa akses internet masih
menggunakan ponsel atau tablet. Hanya sebagian mahal sehingga mereka tidak sanggup membiayainya.
kecil pelaku UMKM menggunakan komputer dalam Namun salah satu alasan utamanya menurut Drs.
mengakses internet dalam satu bulan terakhir. Hal ini Hasan Mukin, M.M., Kepala Dinas Koperasi dan
menunjukkan bahwa ponsel dan internet lebih UKM adalah kurangnya sosialisasi.
terjangkau dan lebih praktis digunakan untuk “Saya sendiri baru tahu bahwa di Dishubkominfo
itu ada media yang bisa dimanfaatkan untuk
mengakses internet. Salah satu kendala yang dialami
mempromosikan produk kita. Ini menjadi tugas
adalah akses terhadap internet yang masih terbatas di kita untuk menyosialisasikan hal-hal seperti ini ke
beberapa titik saja. Hal ini dikatakan oleh masyarakat bahwa TIK ini bisa dimanfaatkan untk
permasalahan yang dialami Robertus B. Bero salah pengembangan UKM. Misalnya HP jangan
seorang pelaku UKM TIK. digunakan hanya untuk menelepon saja tapi
“Permasalahan yang dialami masyarakat adalah memanfaatkan untuk hal lain yang bisa menunjang
dalam mengakses internet adalah masih banyaknya pengembangan UKM”.
blankspot di Belu ini karena banyak yang
mengakses internet menggunakan HP. Dari 12 Terkait dengan pemanfaatan TIK di kalangan
kecamatan yang ada di Kabupaten Atambua, pelaku UMKM di Kabupaten Belu, hasil penelitian ini
belum semua yang sudah terlayani oleh fasilitas menghimpun pendapat mereka yaitu sebagian besar
telekomunikasi. Ada beberapa kecamatan juga berpendapat bahwa hal yang paling mendesak adalah
yang terkena roaming internasional dari Timor bantuan pelatihan pemanfaatan TIK untuk para pelaku
Leste. Kondisi geografis juga memengaruhi dari
UMKM. Namun demikian, tidak sedikit pelaku
akses telekomunikasi seperti kondisi yang
berbukit-bukit ini juga menjadi masalah”. UMKM mengharapkan adanya bantuan sarana dan
prasarana TIK untuk para pelaku UMKM.

147
Penggunaan Teknologi Informasi di Kalangan UMKM … (Baso Saleh dan Yayat D. Hadiyat)

Berdasarkan data hasil penelitian ini dapat Tingkat pendidikan juga cenderung menentukan
digambarkan bahwa tingkat pendidikan pelaku intensitas pelaku UMKM dalam menggunakan
UMKM sangat menentukan kemampuan mereka komputer. Hal itu dapat dilihat dari data intensitas
dalam menggunakan perangkat TIK, termasuk penggunaan komputer di kalangan Pelaku UMKM di
komputer. Bagi pelaku usaha yang berpendidikan Kabupaten Belu berdasarkan tingkat pendidikan, yaitu
tinggi semuanya mengetahui cara mengoperasikan mayoritas (88.3%) responden yang berpendidikan
komputer. Pelaku usaha yang berpendidikan tinggi menggunakan komputer dalam sebulan terakhir
menengah lebih banyak yang mengetahui cara dengan intensitas yang tinggi. Pada tingkat pendidikan
menggunakan komputer (68.4%) dan yang menengah juga cenderung tinggi yang menggunakan
berpendidikan rendah yang lebih banyak tidak tahu komputer yaitu sebesar 63.2% dengan intensitas
mengoperasikan komputer (66.7%). Data hasil terbesar adalah sering menggunakan sebesar 24.6%
penelitian ini tergambar pada Tabel 1. dan yang tidak pernah menggunakan sebesar 36.8%.
Tabel 1 Pengetahuan Menggunakan/Mengoperasikan Pada tingkat pendidikan rendah 83% pelaku UMKM
Komputer Berdasarkan Tingkat Pendidikan tidak pernah menggunakan komputer dan hanya
Pengetahuan
Tingkat Menggunakan/Mengoperasi
16.7% yang sering menggunakan komputer dalam
Total satu bulan terakhir.
Pendidikan kan Komputer
Tahun Tidak tahu Data tersebut jelas menunjukkan bahwa semakin
Rendah 33.3% 66.7% 100.0% tinggi pendidikan seseorang, maka cenderung lebih
Menengah 68.4% 31.6% 100.0% intens dalam mengakses internet. Untuk lebih jelasnya
Tinggi 100.0% .0% 100.0% dapat dilihat pada Tabel 2.
Total 73.3% 26.7% 100.0%
Sumber: Data Primer Hasil Survei Tahun 2015
Tabel 2 Intensitas Menggunakan Komputer dalam Satu Bulan Terakhir Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Intensitas Menggunakan Komputer dalam Satu Bulan Terakhir
Total
Pendidikan Tidak pernah Pernah Kadang-kadang Sering Sangat sering
Rendah 83.3% .0% .0% 16.7% .0% 100.0%
Menengah 36.8% 8.8% 14.0% 24.6% 15.8% 100.0%
Tinggi 11.7% 19.7% 14.8% 25.8% 28.0% 100.0%
Total 55.4% 10.9% 12.9% 11.9% 8.9% 100.0%
Sumber: Data Primer Hasil Survei Tahun 2015

Pemanfaatan komputer dalam menjalankan usaha Adapun hubungan antara tingkat pendidikan dan
masih belum banyak dilakukan oleh pelaku UMKM di pengetahuan menggunakan internet dijelaskan pada
Kabupaten Belu, hanya 31.7% yang menggunakan tabel-tabel di bawah ini. Dari hasil penelitian dapat
komputer dalam menjalankan usaha. Tingkat dilihat bahwa tingkat pendidikan memiliki korelasi
pendidikan cukup berpengaruh pada pemanfaatan dengan pengetahuan dalam menggunakan internet.
komputer dalam menjalankan usaha. Pada tingkat Pada tingkat pendidikan tinggi semua responden
pendidikan tinggi 63% responden memanfaatkan mampu menggunakan internet. Pada pendidikan
komputer. Pada tingkat pendidikan menengah 74.5% menengah ada 71.9% yang mampu menggunakan
tidak memanfaatkan komputer dalam menunjang internet dan pada tingkat pendidikan rendah 83.3%
usaha, serta pada tingkat pendidikan rendah 100% tidak tahu cara menggunakan internet.
yang tidak memanfaatkan komputer. Untuk lebih Tabel 4 Pengetahuan Menggunakan Internet Berdasarkan
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tingkat Pendidikan
Tabel 3 Pemanfaatan Komputer dalam Menjalankan Usaha Pengetahuan
Tingkat
Berdasarkan Tingkat Pendidikan. Menggunakan Internet Total
Pendidikan
Pemanfaatan Komputer Tahu Tidak tahu
Tingkat
dalam Menjalankan Usaha Total Rendah 16.7% 83.3% 100.0%
Pendidikan
Ya Tidak Menengah 71.9% 28.1% 100.0%
Rendah 100.0% 100.0%
Tinggi 100.0% - 100.0%
Menengah 24.6% 75.4% 100.0%
Tinggi 63.0% 37.0% 100.0% Total 74.3% 25.7% 100.0%
Total 31.7% 68.3% 100.0% Sumber: Data Primer Hasil Survei Tahun 2015
Sumber: Data Primer Hasil Survei Tahun 2015
148
Jurnal Pekommas, Vol. 1 No. 2, Oktober 2016: 141 - 152

Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa tingkat penggunaan internet cenderung lebih baik
pendidikan memiliki korelasi dengan intensitas dibandingkan dengan tingkat pendidikan tinggi yaitu
penggunaan internet dalam kurun waktu satu bulan 28% sering menggunakan dan 22.8% sangat sering
terakhir. Pada tingkat pendidikan tinggi ada 81.5% namun yang tidak pernah menggunakan internet
yang menggunakan internet namun intensitas tertinggi persentasenya cukup tinggi yaitu 31.5%. Pada level
yaitu kadang-kadang menggunakan internet sebesar pendidikan rendah intensitas penggunaan internet
27.1% kemudian yang pernah menggunakan sebesar sangat rendah yaitu 83.3% tidak pernah menggunakan
25.4%. Sedangkan yang tidak pernah menggunakan internet dan hanya 16.7% yang intensitasnya sering
internet pada tingkat pendidikan tinggi sebesar 17.6%. menggunakan internet dalam kurun waktu satu bulan
Pada tingkat pendidikan menengah intensitas terakhir.
Tabel 5 Intensitas Menggunakan Internet dalam Satu Bulan Terakhir Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Intensitas Menggunakan Internet dalam Satu Bulan Terakhir
Tingkat Pendidikan Kadang- Total
Tidak pernah Pernah Sering Sangat sering
kadang
Rendah 83.3% - - 16.7% - 100.0%
Menengah 31.5% 5.3% 12.3% 28.1% 22.8% 100.0%
Tinggi 17.6% 25.4% 27.1% 17.6% 12.3% 100.0%
Total 45.0% 12.9% 9.7% 17.8% 14.9% 100.0%
Sumber: Data Primer Hasil Survei Tahun 2015

Adapun penggunaan komputer untuk mengakses Kondisi tersebut juga tercermin dari level pendidikan
internet di kalangan pelaku UMKM dapat dilihat pada para pelaku UMKM. Ada kecenderungan bahwa
Tabel 6. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka
hanya sebagian kecil (25,7%) pelaku UMKM yang semakin optimal penggunaan ponsel/tablet yang
biasa mengakses internet melalui komputer. Data ini dimilikinya. Dengan kata lain, bahwa penggunaan
juga dapat dilihat berdasarkan tingkat pendidikan ponsel/tablet relatif lebih familier di kalangan
pelaku UMKM, yaitu bagi mereka yang masyarakat dalam mengakses internet. Hal ini karena
berpendidikan tinggi cenderung lebih terbiasa ponsel/tablet harganya relatif lebih terjangkau oleh
menggunakan komputer untuk mengakses internet masyarakat serta lebih praktis digunakan untuk
dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan mengakses internet di mana saja sepanjang terlayani
lebih rendah. oleh sinyal seluler.
Tabel 6 Penggunaan Komputer untuk Mengakses Internet Tabel 7 Penggunaan Ponsel/Tablet untuk Mengakses
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Internet Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Menggunakan Komputer Menggunakan
Tingkat Tingkat
untuk Mengakses Internet Total Ponsel/tablet Total
Pendidikan Pendidikan
Tidak Ya Tidak Ya
Rendah 83.3% 16.7% 100.0% Rendah 33.3% 66.7% 100.0%
Menengah 84.2% 15.8% 100.0% Menengah 29.8% 70.2% 100.0%
Tinggi 51.9% 48.1% 100.0% Tinggi 7.4% 92.6% 100.0%
Total 74.3% 25.7% 100.0% Total 22.7% 77.3% 100.0%
Sumber: Data Primer Hasil Survei Tahun 2015 Sumber: Data Primer Hasil Survei Tahun 2015
Sebagai perbandingan, penggunaan ponsel/tablet Pemanfaatan internet di kalangan pelaku UMKM
untuk mengakses internet dan korelasinya dengan dalam menjalankan usaha dapat dilihat pada tabel 8.
tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Pada tabel tersebut terlihat bahwa mayoritas (81.2%)
Ada 77.3% pelaku UMKM yang menggunakan ponsel pelaku UMKM tidak pernah menggunakan internet
/tablet dalam mengakses internet.Hasil penelitian ini dalam menjalankan usaha. Dari 18.8% pelaku UMKM
menunjukkan bahwa jika dibandingkan dengan yang pernah memanfaatkan internet untuk usaha,
penggunaan komputer untuk mengakses internet, pelaku UMKM dengan pendidikan tinggi yang lebih
penggunaan ponsel /tablet lebih banyak digunakan. banyak memanfaatkan internet yaitu sebanyak 53.6%.

149
Penggunaan Teknologi Informasi di Kalangan UMKM … (Baso Saleh dan Yayat D. Hadiyat)

Tabel 8 Pemanfaatan Internet dalam Menjalankan Usaha juga sangat jelas menggambarkan bahwa persoalan
Berdasarkan Tingkat Pendidikan tingkat pendidikan pelaku UMKM sangat berkorelasi
Pemanfaan Internet dalam
Tingkat Menjalankan Usaha
dengan kemampuan mereka memanfaatkan TI sebagai
Total
Pendidikkan sarana pendukung pengelolaan UMKM.
Pernah Tidak pernah
Rendah 13.3% 86.7% 100.0% Permasalahan yang paling mendasar dari
Menengah 15.8% 84.2% 100.0% kemampuan pelaku UMKM dalam memanfaatkan TI
Tinggi 53.6% 46.4% 100.0% sebagai sarana pendukung pengelolaan usahanya
Total 18.8% 81.2% 100.0% adalah persoalan kemampuan pengetahuan dan
Sumber: Data Primer Hasil Survei Tahun 2015 keterampilan (skill), serta persoalan infrastruktur.
Namun, persoalan infrastrukur TI dapat diatasi dengan
Berdasarkan data di atas dapat dipahami bahwa
semakin memasyarakatnya penggunaan smartphone di
tingkat pendidikan merupakan salah satu aspek yang
kalangan pelaku UMKM.
sangat menentukan terhadap pemanfaatan internet di
Sehubungan dengan itu, maka yang paling penting
kalangan pelaku UMKM Kabupaten Belu NTT.
untuk dioptimalkan adalah program peningkatan
Dengan kata lain, kompetensi sumber daya manusia
pengetahuan dan keterampilan para pelaku UMKM
berpengaruh terhadap akses dan penggunaan
dalam memberdayakan teknologi informasi untuk
teknologi informasi dalam mengembangkan UKM.
mendukung pengelolaan usaha mereka. Hal itu sejalan
Hal ini sejalan apa yang disampaikan oleh Drs. Rainer
dengan temuan hasil penelitian ini bahwa mayoritas
M. Koly selaku Kepala Bidang Pemasaran dan
pelaku UMKM membutuhkan pelatihan pemanfaatan
Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
teknologi informasi untuk pengelolaan usaha.
menjelaskan:
UCAPAN TERIMA KASIH
“SDM pelaku UKM yang kami dampingi itu,
keterampilannya sangat minim, kemampuan Penelitian ini dapat diselesaikan karena bantuan
membaca peluang sangat minim dan mentalitasnya banyak pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan
belum siap untuk bersaing. Jadi itu beberapa aspek terima kasih kepada semua pihak yang telah
belum tahan banting untuk bisa bersaing dan
membantu dalam proses penelitian ini, antara lain para
kemampuan untuk membaca peluang sangat
minim”. informan yaitu Kepala Dinas Koperasi dan UKM,
Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Oleh karena itu, sangat wajar jika persoalan
Informatika Kabupaten Belu, Kepala Dinas
pendidikan menjadi salah satu aspek pembangunan
Perindustrian dan Perdagangan, Kepala Dinas
yang penting menjadi prioritas utama pembangunan
Kebudayaan dan Pariwisata, pelaku UKM, dan
wilayah perbatasan. Terkait dengan program quick
pengurus koperasi. Selain itu, kami mengucapkan
wins yang dibutuhkan untuk pemberdayaan
terima kasih juga kepada para responden yang telah
masyarakat wilayah perbatasan dalam memanfaatk
meluangkan waktunya untuk memberikan jawaban
TIK, termasuk dalam pemanfaatan TI untuk
pada kuisioner penelitian. Ucapan terima kasih juga
pengelolaan UMKM adalah program pelatihan yang
kami sampaikan kepada Kantor BBPPKI Makassar
berkelanjutan, yaitu program yang tidak hanya
yang telah mendanai penelitian ini, demikian juga
memberikan pengetahuan dan keterampilan, tetapi
rekan-rekan peneliti di BBPPKI Makassar yang
juga disertai dengan pendampingan.
memberikan sumbang saran kepada peneliti.
KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan data hasil penelitian ini, secara umum Adeosun, O., Adeosun, T.H., and Adetunde, I.A., 2009.
dapat digambarkan bahwa penggunaan TI di kalangan Strategic Application of Information and
Communication Technology for Effective Service
pelaku UMKM di Kabupaten Belu relatif sudah
Delivery in Banking Industry. Journal of Social Science,
memasyarakat, baik dalam hal kemampuan para 5(1), 47-51.
pelaku usaha mengoperasikan komputer maupun Afiyanti, Y. (2008). Focus Group Discussion (Diskusi
dalam hal mengakses internet. Namun jika dilihat dari Kelompok Terfokus) sebagai Metode Pengumpulan
pemanfaatan komputer dan internet untuk mendukung Data Penelitian Kualitatif. Jurnal Keperawatan
Indonesia, Volume 12, No. 1, Maret 2008; hal 58-62
pengelolaan atau manajemen UMKM mereka pada
Aisyah, M. N., Nugroho, M. A, dan Sagoro, E. M. (2013).
umumnya relatif masih rendah. Hasil penelitian ini Pengaruh Technology Readiness Terhadap Penerimaan
150
Jurnal Pekommas, Vol. 1 No. 2, Oktober 2016: 141 - 152

Teknologi Komputer Pada UMKM Di Yogyakarta. Perbatasan/Tertinggal. Diakses dari laman


Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi http://www.smecda.com/kajian/files/hslkajian/Kajian_
Universitas Negeri Yogyakarta Model_Peningkatan_KUKM_Daerah_Tertinggal/1_Daf
Bank Indonesia (2012). Excutive Summary. Penelitian tar_isi.pdf tanggal 16 Juni 2015
Pengembangan Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Khusnul, A. (2006). Analisis Makro dan Mikro; Jembatan
Unggulan UMKM di Provinsi Sulawesi Selatan tahun Kebijakan Ekonomi Indonesia. Malang: BPFE Unibraw
2012. Diakses dari laman Martin, W.E. (1999) Managing Information Technology
http://www.bi.go.id/id/umkm/penelitian/regional/sulsel/ What Manager Need to Know. Pearson Education
Documents/02ExSumPenelitianKPJUSulawesiSelatan2 International
012.pdf tanggal 16 Juni 2015 Moleong, L. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bappenas (Tanpa Tahun). Kebijakan dan Strategi Nasional Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Pengelolaan Kawasan Perbatasan Antarnegara di Payu, B. R., dan Indriyani, S. (2014). Pemetaan UKM di
Indonesia. Diakses dari Kota Gorontalo Berdasarkan Pola dan Tingkat
lamanhttp://www.bappenas.go.id/index.php/download_f Penggunaan Teknologi Informasi. Program Studi
ile/view/11631/3866/?&kid=1425341425 tanggal 15 Pendidikan Konomi Jurusan Pendidikan Ekonomi
Juli 2015 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri
Bungin, B (2006). Analisis Data Penelitian Kualitatif, Gorontalo
Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Rahmana, A. (2009). Peranan Teknologi Informasi dalam
Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Peningkatan Daya Saing Usaha Kecil Menengah.
Perkasa Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009
Carey, M.A. (1994). The group effect in focus groups: (SNATI 2009). ISSN: 1907-5022. Diakses dari laman
planning, implementing, and interpreting focus group http://directory.umm.ac.id/SI_UKM/1033-1045-1-
research. In Critical Issues in Qualitative Research PB.pdf tanggal 23 Mei 2015
Methods (Morse J.M., ed.). Sage: Thousand Oaks, 225- Sriyana, J. (2010). Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan
241 Menengah (UKM): Studi Kasus di Kabupaten Bantul.
Damanik, J. (2014). Adopsi TIK dalam Mendukung Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis
Kegiatan UKM di Kota Tanjung Pinang. Prosiding dan Kreatif - 79
Temu Ilmiah Nasional Peneliti Komunikasi dan Sudaryanto, Ragimun, , R. R. (Tanpa Tahun). Strategi
Informatika 2014. Balitbang SDM Kementerian Pemberdayaan UMKM Menghadapi Pasar Bebas
Kominfo Asean.Diakses dari laman
Denzin, N. K., Lincoln, Y. S (eds). 2009. Handbook of http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Strategi%
Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 20Pemberdayaan%20UMKM.pdf
Ghobakhloo, M., Sabouri, M.S., Hong, T.S., Zulkifli, N. Sudaryanto. (2011). The Need for ICT - Education for
(2011). Information technology adoption in small and Manager or Agribusinessman to Increasing Farm
medium-sized enterprises; an a ppraisal of two Income : Study of Factor Influences on Computer
decades literature. Interdisciplinary Journal of Adoption in East Java Farm Agribusiness. International
Research in Business. Vol. 1, Issue. 7 , July 2011 (pp. Journal of Education and Development, JEDICT, Vol 7
53-80) No 1 hlm. 56 – 67
Haag, S., Keen, P. (1996) Information Technology, Sumardi. (1984). Pemberdayaan Masyarakat. Bandung:
Tomorrows Advantage Today. McGraw Hill. Berkah Pustaka
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Yin, Robert K. (2006). Studi Kasus. Desain & Metode.
Republik Indonesia. (2010). Kajian Penyusunan Model Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Peningkatan KUMKM di Kawasan

151
Penggunaan Teknologi Informasi di Kalangan UMKM … (Baso Saleh dan Yayat D. Hadiyat)

Halaman ini sengaja dikosongkan

152

Anda mungkin juga menyukai